Anda di halaman 1dari 10

JoPS: Journal of Psychology Students Vol.2 No.

1 (2023): 39-48
ISSN 2962-2352 (online); 2830-0998 (print) DOI : 10.15575/jops.v2i1.25994

Studi Eksploratif: Mengetahui Sumber, Makna, dan Respon


Masyarakat Sunda Terhadap Budaya Pamali
Exploratory Study: Knowing The Source, Meaning and Response of
Sundanese People to Pamali Culture
Anita Dewi1, Firly Dhiyaulhaq2, Moch. Agung Aulia3*
1,2,3,
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
*e-mail: mochagungaulia@gmail.com

Abstrak: Pamali diartikan sebagai sesuatu yang tidak diperbolehkan dan tidak boleh dilanggar,
apabila pamali ini dilanggar dapat berdampak buruk kepada orang yang melanggarnya. Pamali juga
sering dihubungkan dengan hal-hal yang bersifat ghaib. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
eksistensi pamali dan bagaimana masyarakat Sunda menyikapi budaya pamali di masa modern ini.
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi eksploratif dengan menggunakan metode kualitatif
dengan menyebar pertanyaan terbuka kepada masyarakat bersuku Sunda yang berusia 13-60 tahun.
Diperoleh 86 responden yang memberikan pandangan mereka terkait pamali. Hasil yang ditemukan,
yaitu keseluruhan responden mengetahui istilah pamali. Responden mengatakan bahwa mereka
mengetahui istilah pamali bersumber dari orang tua, kakek, dan neneknya. Para responden juga
memaparkan bahwa sebagian dari mereka masih menjalankan pamali yang diketahui. Ketika diberi
pertanyaan terkait jenis pamali yang diketahui, responden umumnya menyebutkan 3-4 jenis pamali
yang berhubungan dengan aktivitas sosial maupun mistis. Kesimpulannya, walaupun di tengah era
digital seperti saat ini, istilah pamali masih digunakan dan diketahui oleh masyarakat Sunda.
Kata kunci: Pamali, Sunda, Studi Eksploratif.

Abstract: Pamali is defined as something that is not permitted and should not be violated, if this
Pamali is violated it can have a bad impact on the person who violates it. Pamali is also often
associated with supernatural things. This research aims to determine the existence of pamali and how
Sundanese people respond to pamali culture in modern times. The type of research used is an
exploratory study using qualitative methods by distributing open questions to Sundanese people aged
13-60 years. There were 86 respondents who gave their views regarding pamali. The results found
were that all respondents knew the term pamali. Respondents said that they knew the term pamali
from their parents, grandparents. The respondents also explained that some of them still carry out
known pamali. When asked questions regarding the types of pamali known, respondents generally
mentioned 3-4 types of pamali related to social or mystical activities. In conclusion, even in the current
digital era, the term pamali is still used and known by Sundanese people.
Keywords: Pamali, Sundanese, Explorative Studies.
___________
Submitted: 02 June 2023; Accepted: xxxxx; Published: xxxxx

Pendahuluan budaya di dunia, tak terkecuali suku


Sunda. Karena kemudahan informasi
Era digital memungkinkan tersebut, menjadikan orang-orang Sunda
pengaksesan informasi yang lebih mudah mulai mencampurkan budaya asing
dan praktis. Dengan teknologi, kita tersebut ke dalam tatanan kehidupan.
semua bisa mengakses informasi dari Budaya asing tersebut dapat
belahan dunia mana pun, kapan pun, dan mempengaruhi berbagai kalangan
di mana pun. Indonesia kini menduduki masyarakat Indonesia dari beragam
era revolusi digital 4.0 dengan begitu kelompok usia, mulai dari anak-anak,
masyarakat Indonesia akan mudah remaja awal, hingga dewasa akhir
memperoleh informasi dari berbagai (lansia). Terdapat beberapa perbedaan

39
JoPS: Journal of Psychology Students, Vol.2 No.1 (2023): 39-48

sikap dalam menyikapi budaya asing, sebagai suatu larangan yang jika dilarang
yang mana ada kelompok masyarakat akan mendatangkan celaka.
yang tidak mudah terpengaruh dan tetap Bagi masyarakat Sunda, pamali
hidup dalam tatanan nilai tradisional, diartikan sebagai “sesuatu yang tidak
namun ada juga masyarakat yang diperbolehkan dan tidak boleh
sebaliknya (Sari, 2017). dilanggar”. Jika ada yang melanggar
Kaula muda (generasi Z) adalah pamali akan berdampak buruk kepada
kelompok usia yang paling banyak orang yang melanggarnya. Di masyarakat
dipengaruhi oleh budaya asing, menurut Sunda sendiri pamali ini beragam
hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari jenisnya, diantaranya: Keur calik ulah sik
(2017) menunjukkan bahwa kaum muda ucang-ucangan sukuna, Ulah calik di
sekarang dinilai sudah abai dengan nilai- tengah panto, Lamun bade kaluar
nilai moral, budaya, bahkan agama rompok kedah nyandak benda tajem,
karena mereka cenderung asyik dengan Lamun keur calik ulah mentang kaluhur
dunia mereka sendiri (Sari, 2017). sukuna, Ulah ngaemam asem saentos
Globalisasi juga turut mempengaruhi maghrib, Ulah nyaliksik tengah wengi,
pola pikir kaula muda hingga mereka ulah ngaheot ti peuting, Ulah kaluar
lebih memilih budaya barat daripada imah sareupna, dsb.
budaya bangsanya sendiri hingga Pamali juga sering dihubungkan
kesadaran kaula muda untuk melestarikan dengan hal-hal yang bersifat ghaib.
budaya tradisional perlahan-lahan Misalnya, “Ulah ngaheot ti peuting”
menurun (Ronal., 2017). Generasi muda (jangan bersiul di Malam hari), konon hal
memandang bahwa budaya nenek tersebut akan memanggil makhluk halus
moyang atau generasi terdahulu adalah jika dilakukan. Pada konteks pamali
sesuatu yang membosankan sehingga lainnya “Ulah kaluar imah sareupna”
semakin lama budaya Indonesia semakin yang berarti jangan keluar rumah saat
tergeser dengan budaya barat yang terus menjelang malam. Mitosnya, jika keluar
menerus masuk bersamaan dengan rumah menjelang malam maka bisa
perkembangan teknologi yang amat diculik kalongwewe atau setan terutama
pesat. Beberapa diantaranya berkaitan pada waktu maghrib hingga isya agar
dengan tata krama dalam bertutur dan tidak berkeliaran di luar rumah karena
bersikap, sudah jauh dari tatanan nilai- saat itu adalah waktunya setan-setan
nilai nenek moyang yang berbudi luhur menggoda manusia. Anak-anak dalam
(Ronal, 2017). hal ini dianggap yang paling rentan
Seni tradisi dari kebiasaan hidup terhadap setan.
dan kebudayaan Sunda berangsur-angsur Khusus untuk masyarakat Sunda,
terkikis dengan perkembangan zaman. pamali menjadi sebuah aturan yang
Padahal jika kita perhatikan seni tradisi sangat tabu sehingga masyarakatnya
merupakan bagian dari jiwa memegang teguh aturan yang ada dalam
masyarakatnya. Salah satu warisan pamali tersebut. Tetapi disisi lain, budaya
budaya yang dilakukan secara turun asing pun turut mempengaruhi kebiasaan
temurun adalah “Pamali”. Pamali sering dan tradisi masyarakat, hingga
dianggap tabu oleh sebagian menggeser budaya tradisional yang sejak
masyarakatnya, sering pula masyarakat dahulu dibangun oleh nenek moyang.
menganggap pamali sebagai mitos atau Dalam kesempatan ini peneliti ingin
sebatas warisan leluhur. Menurut mengetahui bagaimana sikap masyarakat
Danadibrata (2009) pamali adalah Sunda terhadap hal-hal tabu (gaib) yang
berisikan larangan yang dipercaya oleh

40 | Studi Eksploratif: Mengetahui Sumber, Makna, dan Respon Masyarakat Sunda


JoPS: Journal of Psychology Students, Vol.2 No.1 (2023): 39-48

nenek moyang masyarakat Sunda apabila tradisi dan kebiasaan masyarakatnya,


dilakukan maka akan mengundang suatu takhayul yang berupa larangan, tahayul
bahaya, yang mana istilahnya disebut yang berupa peringatan tentang suatu hal
dengan pamali. yang baik dan buruk, serta takhayul yang
Berdasarkan pemaparan diatas, berhubungan dengan fenomena spiritual.
peneliti tertarik untuk melihat bagaimana
gambaran pemaknaan pamali pada
masyarakat Sunda. Penelitian ini bersifat Pamali perspektif ajaran Islam
eksploratif yang bertujuan untuk Pamali merupakan salah satu
mengetahui eksistensi pamali dan bentuk sastra lisan Banjar yang
bagaimana masyarakat Sunda menyikapi merupakan pernyataan larangan
budaya pamali di masa modern ini. melakukan aktivitas bagi masyarakatnya,
sebab diyakini jika melanggar akan
Kajian Literatur menerima akibat yang tidak dikehendaki.
Dalam Kamus Besar Bahasa Dalam praktiknya, pamali ini sering
Indonesia (1998), kata pamali atau pemali dihubungkan dengan takhayul dan
berarti pantangan atau larangan kepercayaan terhadap alam gaib saja.
berdasarkan adat dan kebiasaan dan Penelitian yang dilakukan oleh
biasanya selalu dikaitkan dengan mitos. Hidayatullah (2019) mendeskripsikan
Menurut Danadibrata (2009, hal. 489) pamali yang bersumber dari agama Islam,
dalam kamusnya ia menyebutkan pamali baik itu secara langsung bersumber dari
adalah sebagai suatu larangan yang jika Al-Qur’an dan hadis serta ulama maupun
dilarang akan mendatangkan celaka. secara tidak langsung. Penelitian ini
Dalam beberapa pembahasan pamali juga sangat penting dilakukan. Melalui
berperan sebagai aturan-aturan penelitian ini, dapat diungkapkan bahwa
masyarakatnya khususnya masyarakat ternyata ada pamali yang bersumber dari
Sunda yang mengatur segala pola hidup agama Islam sehingga anggapan syirik
masyarakatnya di luar kepercayaan terhadap pamali bisa dihilangkan. Selain
masyarakat terhadap agama. Sedangkan itu, tradisi pamali ini bisa terus terjaga
menurut Matthews (1997) pamali adalah dan lestari pada masyarakat Banjar. Hasil
kata-kata yang diketahui oleh penutur, dari penelitian ini membuktikan bahwa
namun penggunaannya dihindari dalam pamali Banjar sebagian bersumber dari
sebagian atau semua bentuk atau konteks Al-Qur’an, hadis, serta perkataan ulama.
dalam sebuah tuturan karena alasan Pamali yang bersumber dari ajaran Islam
agama, kepantasan, kesantunan dan ada yang berbentuk adab makan dan
sebagainya. minum, adab tidur, adab bertani, dan
Menurut Bu Fon Zan (2015) ajaran Islam dalam rukun Islam.
takhayul/ pamali ini diklasifikasikan ke Mengamalkan dan meyakini pamali yang
Tabu/pantangan/takhayul/pamali adalah bersumber dari Al-Qur’an, hadis, dan
suatu larangan sosial yang kuat terhadap perkataan ulama ini sama dengan
kata, benda, tindakan, atau orang yang melaksanakan ajaran agama dan tidak
dianggap tidak diinginkan oleh suatu membuat pelakunya menjadi syirik.
kelompok, budaya, atau masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh
Menurut Bu Fon Zan (2015) takhayul/ Widiastuti (2015) dari 188 pamali yang
pamali ini diklasifikasikan ke dalam ada di masyarakat Kecamatan Cigugur
beberapa kriteria yang lebih spesifik, Kabupaten Kuningan ada beberapa
yakni takhayul yang berhubungan dengan pamali yang mengandung unsur
upacara atau ritual yang bermula dari kebudayaan sistem religi seperti ulah liar

Dewi, Dhiyaulhaq & Aulia | 41


JoPS: Journal of Psychology Students, Vol.2 No.1 (2023): 39-48

ti magrib bisi dirawu kalong. Arti pamali hasil didikan. Oleh karena itu, tradisi asli
tersebut adalah jangan berkeliaran di menjadi lebih kuat dan mengakar sebagai
waktu maghrib, takut diambil setan. modal budaya yang tak bisa digantikan
Dalam pamali ada delapan kata yang oleh adat hasil didikan yang datangnya
melibatkan kata “Maghrib”, hal ini belakangan.
menunjukkan adanya ketaatan Pada penelitian yang dilakukan
masyarakat dalam menjalan perintah oleh Logika (2018) Ia menemukan
agamanya yaitu shalat Maghrib. Selain fenomena ajaran Etika Pamali yang
itu yang berhubungan dengan sistem keberadaannya dianggap lebih luhur
religi ada pamali ulah miara anjing ketimbang hukum Negara maupun
gigireun imah, bisi malaikat hésé asup ka Agama. Tempat itu adalah Kasepuhan
imah, artinya jangan memelihara anjing Kampung Adat Urug yang bertempat di
di pinggir rumah takut malaikat tidak bisa Kabupaten Bogor. Salah satu Kampung
masuk ke dalam rumah. yang diakui negara sebagai cagar budaya,
berupa jejak arkeologis atau peninggalan
Pamali persperktif tradisi Sunda. bersejarah dari keberadaan raja (Pakuan
Pamali sebagai bagian dari etika, Pajajaran), penguasa tatar Sunda /
menjadi prinsip baku di beberapa priangan. Adapun hasil dari penelitian ini
komunitas masyarakat adat Sunda seperti adalah:
di Banten, Bogor, Tasik, Garut, dsb.
Tradisi etis non agama (pamali) ini 1. Etika pamali dimaknai oleh orang
dipercayai masyarakat bersumber dari Adat Kampung Urug sebagai rambu-
mitologi (cerita rakyat) yang diyakini rambu perilaku yang berisikan nilai atau
memiliki sifat sakral (suci). Sementara tatanan moral, yang berdasar pada ajaran
dalam kajian studi agama, pamali kerap turun temurun dari leluhur pendahulu.
disetarakan dengan istilah Tabu / Taboo. Sementara dalam pemahaman para
Sebagian masyarakat Sunda meyakini pemangku adat, pamali kerap disamakan
kebenaran dari mitos yang terkandung maknanya dengan haram dalam istilah
dalam pamali tersebut. Mengerjakan Bahasa Arab. Bagi orang adat pamali
Pamali berarti melawan hukum, dan merupakan perwujudan kepatuhan atau
pelakunya pasti akan mendapat ganjaran. sopan santun untuk nenek moyangnya.
Menurut kepercayaan, pamali harus 2. Dalam etika pamali terkandung mitos-
dijauhi agar tidak terjadi kualat mitos yang diyakini kebenarannya oleh
(konsekuensi) yang dapat merugikan diri orang adat sebagai sesuatu yang bersifat
sendiri maupun orang lain. sakral. Karena pelanggarannya berupa
Etika pamali biasanya berupa “Kualat” akan terasa langsung cepat atau
pedoman atau norma (hukum) warisan lambat di dunia dan tidak bisa dilebur.
yang mengatur sikap perilaku sebuah
masyarakat. Pamali bersumber dari Pamali dengan Spiritual
tradisi lisan leluhur secara turun temurun Dimensi spiritual disebut oleh
(oral history) yang disosialisasikan dari Viktor Frankl sebagai noos mengandung
generasi ke generasi sehingga mengakar semua sifat khas manusia, seperti
kuat sebagai sikap hidup. keinginan untuk memberi makna,
Pamali sebagai identitas budaya berorientasi pada tujuan, kreativitas,
itu merupakan adat atau tradisi asli yang imajinasi, intuisi, keimanan, visi tentang
bersumber dari fitrah kemanusiaannya mau menjadi apa, kemampuan untuk
secara turun temurun. Adat yang kodrati, mencintai di luar kecintaan yang visio-
secara mendasar, berbeda dengan adat psikologis, kemampuan mendengarkan
hati nurani di luar kendali superego, dan

42 | Studi Eksploratif: Mengetahui Sumber, Makna, dan Respon Masyarakat Sunda


JoPS: Journal of Psychology Students, Vol.2 No.1 (2023): 39-48

selera humor kita. Spiritualitas adalah dengan istilah lain dapat dikatakan
sesuatu yang selalu didekonstruksi, atau sebagai spiritualitasnya.
merupakan aktivitas interpretasi atas Jack David Eller dalam bukunya
interpretasi tanpa henti (Derrida). yang berjudul Introducing Anthropology
Spiritual itu sendiri merupakan of Religion menuliskan bahwa “spiritual”
komitmen tertinggi individu, prinsip yang sering dikaitkan dengan dunia
paling komprehensif tentang argumen “supranatural”. Kekuatan supranatural
yang sangat kuat terhadap pilihan yang atau lebih sering disebut mistis kerap
dibuat dalam hidup (farran et al 1989 disejajarkan dengan spiritual karena basis
dalam potter & perry, 2005). kepercayaannya terbentuk dari pikiran
Kini spiritualitas dijadikan manusia dan hanya dapat dibuktikan
sebagai sarana perlindungan yang paling melalui rasa. Manusia berusaha
memuaskan dan memberikan keamanan merepresentasikan kekuatan supranatural
psiko-spiritual perseorangan, tetapi yang abstrak menjadi nyata.
tercerabut dari akar masyarakat secara Upaya mewujudkan rasa menjadi
luas. Pada titik ini, spiritualisme tidak nyata dilakukan manusia dengan
harus selalu memiliki hubungan dengan mengekspresikannya melalui benda-
Tuhan. Ia acap kali sekedar berfungsi benda ataupun orang-orang tertentu.
sebagai pelarian psikologis, obsesi dan Kepercayaan tentang hal-hal yang mistis
kebutuhan rohaniah sesaat, serta sekedar sampai saat ini masih terus dipelihara
untuk memenuhi ambisi mencari dalam kebudayaan masyarakat.
ketenangan sementara. Kepercayaan tentang mistis terbawa di
Spiritual juga dapat diartikan kehidupan sehari-hari masyarakat dan
sebagai keterkaitan dengan perasaan non pada akhirnya memiliki pengaruh
fisik manusia. Kunci pemahaman terhadap kebudayaan.
spiritualitas adalah konsep tentang dunia
lahir dan batin sehingga spiritual dapat Pamali berkaitan dengan hal Tabu
dikatakan berasal dari dalam, hasil Tabu menurut Wundt (Freud,
pengenalan, penyadaran, dan 2001) adalah hukum kode tidak tertulis
penghormatan. Faktor pembentuk masyarakat terdahulu. Variasi tabu
spiritual dalam diri manusia adalah berupa (a) alam atau langsung, hasil dari
adanya panggilan dan pilihan hidup untuk mana (kekuatan misterius) yang melekat
berubah, bertumbuh dan berkembang. pada seseorang atau sesuatu; (b)
Pengalaman hidup yang dialami dikomunikasikan atau tidak langsung,
oleh manusia membentuk energi baru sama dengan hasil mana, tapi (1)
dalam batinnya sehingga manusia itu diperoleh atau (2) dikenakan pada
terdorong untuk menumbuhkan nilai- seseorang, imam, pemimpin atau orang
nilai spiritual. Keinginan untuk lain, (c) menengah karena berbagai faktor
bertumbuh dan berkembang berasal dari lain namun tidak termasuk tabu seperti
dalam diri orang itu sendiri sehingga larangan agama.
spiritualnya akan terbentuk ketika ia Tujuan tabu dibagi menurut (a)
mampu untuk melakukan pertumbuhan langsung; antara lain (1) melindungi
dan perkembangannya. Hidup merupakan orang penting, imam, pimpinan dan
peziarahan spiritual dengan kata lain benda-benda dari gangguan bahaya. (2)
bahwa segala sikap dan tindakan pengamanan bagi yang lemah seperti
seseorang pastinya didorong oleh sebuah perempuan, anak, dan orang-orang dari
spirit yang diyakini dalam batinnya atau pengaruh mana (pengaruh magis)
pemimpin dan imam. (3)

Dewi, Dhiyaulhaq & Aulia | 43


JoPS: Journal of Psychology Students, Vol.2 No.1 (2023): 39-48

menghindari bahaya dari kontak dengan


mayat, makanan tertentu. (4) menjaga Metode
dari kegiatan lahir-mati, pernikahan dan
Jenis penelitian yang digunakan
fungsi seksual. (5) mengamankan adalah studi eksploratif, yang mana pada
manusia dari kemurkaan atau kekuasaan research ini peneliti ingin mengetahui
setan dan Tuhan. (6) mengamankan bayi informasi yang berkaitan dengan dari
yang belum dan anak-anak dari tindakan mana sumber masyarakat Sunda
atau makanan tertentu. (b) tabu untuk mengenal budaya pamali, bagaimana
mengamankan dari tindakan kejahatan. mereka memaknainya, serta bagaimana
Penelitian yang dilakukan oleh memberikan respon atau merasakan
Rohaeni & Listiani (2013) Tabu (buyut) akibat dari mempercayai adanya budaya
dijumpai dalam masyarakat Kanekes pamali tersebut.
dalam jumlah yang banyak. Mereka Metode penelitian yang digunakan
menyatakan teu wasa (tak kuasa), jika ada adalah kualitatif, yaitu metode yang
sesuatu tabu akan terlanggar. Dilihat dari bertujuan untuk membangun suatu makna
tingkatannya, ada dua macam tabu dalam terkait suatu fenomena yang didasarkan
masyarakat Kanekes yaitu (1) buyut pada pandangan dari responden
dalam tunggal yang berlaku untuk orang (Creswell, 2010). Teknik pengumpulan
Tangtu (penduduk kampung dalam) dan data yang dilakukan yaitu melalui
(2) buyut nahun yang berlaku untuk orang penyebaran angket (kuesioner) yang
Panamping dan Dangka (penduduk berbentuk pertanyaan terbuka, seperti
kampung Kanekes Luar).
“Berapa jenis bentuk pamali yang masih
Buyut adam tunggal adalah tabu diterapkan?”, “Dampak apa yang
yang meliputi hal-hal pokok beserta dirasakan ketika melanggar pamali?”.
penjabarannya atau hal-hal kecil. Populasi dalam penelitian ini adalah
Sedangkan buyut nahun hanya meliputi seluruh masyarakat suku Sunda. Teknik
tabu yang pokok. Oleh karena itu, ada sampling yang digunakan adalah teknik
beberapa hal yang di daerah Panamping non probability sampling, yang mana
berlaku umum dalam kehidupan sehari- setiap unsur dalam populasi tidak
hari, tetapi di daerah Tangtu terlarang memiliki peluang atau kesempatan yang
(tabu).
sama untuk menjadi sampel penelitian
Dilihat dari tujuan yang ingin (Sugiyono, 2019). Adapun jenis teknik
dicapai, tabu di Kanekes dapat sampling yang digunakan adalah
diklasifikasikan atas tiga kelompok yaitu purposive sampling, dimana pada teknik
(1) tabu untuk melindungi kemurnian sampling ini penentuan sampel mengacu
sukma manusia, (2) tabu untuk pada ketentuan tertentu yang telah dibuat
melindungi kemurnian mandala, dan (3) oleh peneliti (Sugiyono, 2018). Adapun
tabu untuk melindungi tradisi. Tabu kriteria responden yang digunakan yaitu
dilaksanakan dan terlihat dari adanya masyarakat bersuku Sunda dan berusia
sanksi atau hukuman bagi pelanggar tabu. 13-60 tahun.
Hukuman dalam bentuk dibuang
(ditamping) dari lingkungan masyarakat Hasil
semula ke luar dalam jangka waktu
tertentu, biasanya 40 hari. Pelaksanaan Sumber Kata Pamali
hukuman itu dilakukan melalui upacara Pamali merupakan norma adat
panyapuan, artinya upacara pembersihan yang tidak tertulis. Norma tidak tertulis
atau penghapusan kotoran (Ekadjati, terbentuk karena sebuah kebiasaan.
1995). Untuk mengetahui hal itu, penelitian

44 | Studi Eksploratif: Mengetahui Sumber, Makna, dan Respon Masyarakat Sunda


JoPS: Journal of Psychology Students, Vol.2 No.1 (2023): 39-48

langsung dilakukan kepada masyarakat tidak boleh untuk dilakukan, jika di satu
sunda sebanyak 86 responden waktu seseorang tetap melakukannya
mengungkap bahwa semua responden karena beberapa alasan, maka akan
mengaku mengetahui istilah pamali menerima konsekuensi negatifnya.
dalam budaya sunda, disamping itu Sebagian responden juga
mayoritas responden mengetahui pamali mengatakan bahwa pamali merupakan
dari orang tua kemudian dari kakek- suatu pantangan dari ajaran nenek
nenek. Hal tersebut membuktikan bahwa moyang yang hingga kini dipercayai oleh
pamali sampai saat ini memang masih masyarakat suku Sunda, yang mana hal
diwariskan secara turun temurun. Untuk tersebut merupakan kepercayaan secara
itu, norma tidak tertulis diakui dan turun temurun. Varian jawaban lain dari
disepakati kebenarannya oleh masyarakat responden mengatakan bahwasanya
secara alami melalui interaksi yang pamali merupakan batasan perilaku
berlangsung lama. masyarakat Sunda yang identik dengan
mitologi Sunda, ada sebagian juga yang
Makna Pamali bagi masyarakat Sunda mengatakan pamali adalah kegiatan
Pada pernyataan pertama yang sakral yang jika dilakukan akan
membahas mengenai pemaknaan pamali, mengundang hal buruk untuk dirinya.
peneliti mencoba menggali seberapa Terdapat pula responden yang
banyak masyarakat Sunda dapat memaknai pamali sebagai pendidikan
mempercayai pamali yang berkembang di moral masyarakat Sunda yang terbentuk
lingkungannya hingga saat ini. Dari sejak zaman dulu untuk melatih atau
pernyataan yang diajukan kepada 86 mendidik seseorang agar sesuai dengan
responden, mayoritas menjawab percaya adab dan norma di masyarakat. Bertolak
terhadap pamali, yaitu sebanyak 41 belakang dengan penjelasan sebelumnya
responden. Sebanyak 15 responden yaitu sebanyak 12,3% responden
bahkan memilih opsi sangat mengatakan bahwa pamali hanya
mempercayai terhadap hal-hal yang merupakan sebuah mitos belaka dan
berkaitan dengan pamali. Sisanya terkadang bertolak belakang dengan
sebanyak 25 responden menyampaikan agama, yang mana sumber informasi
bahwasanya mereka tidak percaya pamali berasal dari budaya nenek
dengan istilah dan pemaknaan pamali, moyang yang diturunkan.
juga sebanyak 5 responden memberikan Selanjutnya peneliti ingin coba
pernyataan bahwa mereka sangat tidak menggali mengenai apa saja pamali yang
mempercayai adanya pamali yang diketahui hingga saat ini oleh masyarakat
berkembang di kalangan masyarakat suku Sunda. Dari 86 responden sebanyak
Sunda. 39 pengisi menyebutkan 3-4 jenis pamali,
Selanjutnya peneliti mengajukan dan sisanya hanya menyebutkan 1-2 jenis
pertanyaan mengenai arti atau makna pamali saja.
pamali bagi masyarakat sunda, dari 86 Mayoritas pamali yang
responden, sebanyak 72% memaknai disebutkan berkaitan dengan aktivitas dan
pamali kurang lebihnya memiliki kebiasaan sehari-hari, diantaranya yaitu:
pengertian yang sesuai dengan definisi “Ulah sare ti isuk, ulah sare nyedek ka
pamali menurut ahli. Beberapa responden magrib, ulah cicing di lawang panto bisi
menjawab bahwa pamali merupakan nongtot jodo, ulah muka panto lamun
sebuah larangan atau pantangan, ada pula keur adzan magrib, ulah ngabuka payung
yang menjelaskan lebih spesifik di jero imah, ulah ucang-ucangan suku
bahwasannya pamali adalah hal yang keur dahar, ulah motong buuk lamun

Dewi, Dhiyaulhaq & Aulia | 45


JoPS: Journal of Psychology Students, Vol.2 No.1 (2023): 39-48

keur gering, ulah kekeprok ti peuting, dipercayai, karena alasannya tidak logis,
ulah sare nangkuban bari suku di luhur, sehingga mereka tidak menerapkannya
ulah make baju tibalik, ulah nyesakeun dalam kehidupan sehari-hari. Diantara
sangu lamun geus dahar, dahar kudu jenis pamali yang masih diterapkan oleh
nyampe bersih, ulah ngaremeh lamun responden saat ini adalah: “ulah kadenge
keur dahar, ulah kuramas lamun masih nyeplak mun keur dahar, ulah calik dina
haid, ulah dahar dina cowet bisi nikah ka meja bisi bisul, Ulah sare ti isuk, ulah
aki-aki, ulah tatalu ti peuting, ulah sare nyedek ka magrib, ulah cicing di
sasapu ti peuting, ulah nyisiran wayah lawang panto bisi nongtot jodo, ulah
magrib, pindah tempat keur dahar, ulah muka panto lamun keur adzan magrib,
kadenge nyeplak mun keur dahar, mun ulah ngabuka payung di jero imah, ulah
keur hamil ulah kaluar ti peuting, ulah kaluar ti magrib bisik diculik kelong
calik na luhur bantal bisi bisul, ulah calik wewe, ulah tatalu ti peuting, ulah motong
dina meja bisi bisul, ulah fofotoan bari kuku ti peuting bisi aya kunti, ulah kaluar
jeung jumlahna ganjil bisik aya nu maot, peuting bisi aya genderuwo, ulah sisiulan
ulah ngadahar cau nu ngadempet ku di jero imah bisik aya kunti”.
saurang bisik anakna dempet, ulah
ngadahar tunggir hayam kena Diskusi
ditonggengan”. Mayoritas responden mengaku
Sebagian kecil responden bahwa mereka senantiasa mematuhi
menyampaikan pamali yang berkaitan pamali dalam budaya sunda, karena
dengan agama dan hal mistis, yaitu:
menurutnya adanya pamali ini
“Ulah kiih peuting-peuting padu wae bisi berpengaruh pada kehidupan sehari-hari
aya hulu tuyul kakiihan, ulah masyarakat Sunda. Lebih lanjut, hal itu
ngalengkahan jalmi nu ngadapang bilih merupakan realisasi dari nilai-nilai
aya no maot, ulah kaluar ti magrib bisik Sunda. Dimana nilai dalam hal ini bisa
diculik kelong wewe, ulah make payung diartikan sebagai dasar atau terbentuknya
di jero imah bisi indung maot, ulah suatu norma dalam tradisi sunda. Dalam
motong kuku ti peuting bisi aya kunti, konteks pamali pada konsepnya, apabila
ulah ngomong padu wae keur di alam ada masyarakat Sunda yang melanggar
bisik aya nu noel, ulah kaluar peuting bisi
pamali maka akan mendapatkan balasan
aya genderuwo, ulah kaluar pas larangan yang tidak diinginkan. Tetapi hasil
bulan bisi cilaka, ulah sisiulan di jero penelitian mengungkapkan bahwa
imah bisik aya kunti” mayoritas responden tidak merasa cemas
Pada pertanyaan selanjutnya ketika mereka melanggar pamali.
peneliti ingin menggali apa saja pamali Pada pertanyaan respon apa yang
yang masih diterapkan hingga saat ini dirasakan masyarakat Sunda ketika
oleh masyarakat Sunda dari berbagai melanggar pamali, mayoritas responden
kelompok usia. Sebanyak 13 responden dalam penelitian ini terdapat 30 orang
menyebutkan 3-4 jenis pamali yang dari 86 merasakan adanya emosi negatif
masih dilakukan, dan sebanyak 61 seperti perasaan seperti cemas, takut,
responden menyebutkan 1-2 jenis pamali merasa bersalah, khawatir, merasa tidak
yang masih diterapkan dengan beberapa enak, merasa tidak tenang, dan lain
responden menyatakan sebagian ada yang sebagainya ketika melanggar pamali.
diterapkan namun lupa jika seketika Sedangkan minoritas masyarakat Sunda
harus disebutkan seluruhnya. Sebanyak sebanyak 26 orang tidak merasakan
10 responden menyebutkan tidak ada adanya hal yang dirasa menggangu
sama sekali pamali yang masih kehidupannya seperti “biasa saja, tidak

46 | Studi Eksploratif: Mengetahui Sumber, Makna, dan Respon Masyarakat Sunda


JoPS: Journal of Psychology Students, Vol.2 No.1 (2023): 39-48

merasakan apapun, santai, tidak ada efek akan istilah pamali, dan sebagian dari
apapun, tidak masalah” dan sebanyak 30 jumlah responden mempercayainya.
orang lainnya menjawab dengan Sumber mereka mengetahui pamali
“mengingat bahwa itu tidak baik, mayoritas menjawab berasal dari orang
tergantung konteks yang dilanggarnya, tua, dan nenek kakeknya. Kemudian dari
berdo’a agar terhindar” dan jawaban segi pemaknaannya sebagian besar
serupa lainnya. responden menjawab sesuai dengan
Sedangkan pada pertanyaan terakhir makna pamali menurut ahli. Responden
mengenai dampak apa yang dirasakan pun memaparkan pamali yang masih
dalam kehidupan ketika melanggar diketahui dan dijalankannya, sebagian
pamali, mayoritas responden dalam dari responden dapat menyebutkan 3-4
penelitian ini sebanyak 39 orang dari 86 jenis pamali yang berhubungan dengan
orang lainnya tidak merasakan dampak aktivitas sosial maupun mistis, namun
apapun ketika mereka melanggar sebuah hanya sebagian kecil responden yang
pamali. Sedangkan sebanyak 20 orang masih menjalankan semua larangan yang
lainnya merasakan adanya dampak telah disebutkannya. Mengenai respon
terhadap kehidupan mereka ketika masyarakat Sunda terhadap pamali,
melanggar sebuah pamali, dampak yang responden mengakui bahwasanya mereka
dirasakan diantaranya yaitu merasa tidak masih menghiraukan pamali karena
enak hati, merasa bersalah, cemas, takut, sebagian berpendapat akan membawa
merasa tidak tenang, resah, merasa dampak terhadap kehidupannya.
gelisah dan dampak negatif lainnya dan Sebagian besar responden mengatakan
terdapat jawaban beragam lainnya sepeti tidak sampai ada kecemasan ketika
“berusaha tidak melanggar, harus lebih melanggar pamali, namun mereka
berhati-hati” dan sebagainya. menyebutkan bahwasanya pamali ini
harus tetap dilestarikan dan bertahan
Simpulan eksistensinya
Bagi masyarakat Sunda, pada
awalnya istilah pamali menjadi sebuah Referensi
larangan yang sangat tabu sehingga Aisyah, S. (2020). Makna dan
mereka akan memegang teguh aturan fungsi pamali masyarakat Sukupaser
yang ada di dalam pamali tersebut. Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser
Namun seiring berjalannya waktu, (The Meaning And Function Of Practical
digitalisasi semakin menjadi, akses Community Interest Paser District Long
informasi semakin mudah dan luas, Acts Paser). Jurnal Bahasa, Sastra Dan
termasuk budaya asing pun dapat dengan Pembelajarannya, 10(2), 139.
mudahnya mempengaruhi kebiasaan dan https://Doi.Org/10.20527/Jbsp.V10i2.93
tradisi masyarakat, hingga menggeser
72
budaya tradisional yang sejak dahulu
dibangun oleh nenek moyang. Melalui Astuti, R. D., Arifin, M. B., & Rijal,
studi eksploratif ini, peneliti menggali S. (2020). Budaya pemali dalam
bagaimana makna pamali, bagaimana masyarakat etnik Toraja di kota
masyarakat sunda saat ini memberikan Samarinda: Suatu tinjauan emiotika. Ilmu
respon terhadap budaya pamali ini, juga Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni Dan
mencari tahu sumber asalnya mereka Budaya, 4(4), 584-593.
menjumpai istilah pamali. Berdasarkan
hasil olah data yang telah dilakukan, Creswell, J. W. (2010). Research
masyarakat Sunda 100% mengetahui Design: Pendekatan Kualitatif,

Dewi, Dhiyaulhaq & Aulia | 47


JoPS: Journal of Psychology Students, Vol.2 No.1 (2023): 39-48

Kuantitatif, dan Mixed. (Edisi Ketiga). Rohaeni, A. J., & Listiani, W.


Pustaka Pelajar. (2013). Pamali dalam Kebudayaan
Masyarakat Adat Sunda. ATRAT: Jurnal
Freud, S. (2001). Totem and Taboo. Seni Rupa, 1(2).
London: Routledge
Sugiyono. (2017). Metode
Hidayatullah, D. (2019). Pamali penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D.
Banjar dan ajaran Islam. Multilingual, Alfabeta CV.
18(1), 33–47.
Sugiyono. (2018). Metode
Lamba, I. E. (2021, November 2). penelitian kombinasi (mixed method).
Memahami makna spiritual dari pemali Alfabeta.
masyarakat Toraja. Epigraphe: Jurnal
Teologi Dan Pelayanan Kristiani. Syarubany, A. H., Azzahra, M. P.,
Sekolah Tinggi Teologi Torsina. Rahayu, R. S., & Prayoga, S. (2021).
https://www.stttorsina.ac.id/jurnal/index. Pengaruh pamali sebagai kearifan lokal
php/epigraphe/article/view/248 dalam mewujudkan nilai dan norma
dalam kehidupan sosial generasi Z.
Logika, G. K. G. (2018). Etika Jurnal Kewarganegaraan, 5(2), 570-577.
pamali dalam tradisi Sunda: Studi https://doi.org/10.31316/jk.v5i2.1945
deskriptif di kasepuhan kampung adat
Urug Desa Urug Kecamatan Sukajaya Widiastuti, H. (2015). Pamali dalam
Kabupaten Bogor (Doctoral dissertation, kehidupan masyarakat Kecamatan
UIN Sunan Gunung Djati Bandung). Cigugur Kabupaten Kuningan (Kajian
Semiotik dan Etnopedagogi). Lokabasa,
Naim, N. (2009). Aneka ragam 6(1).
spiritualitas dalam kebudayaan http://dx.doi.org/10.17509/jlb.v6i1.3149
kontemporer. El-Harakah
(Terakreditasi). UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang.

Nurfaizah. (2015). Pemaknaan


Pamali Dalam Masyarakat Sunda Di
Desa Cibingbin, Kecamatan Cibingbin,
Kabupaten Kuningan. Thesis. Universitas
Pendidikan Indonesia.

Rahmat, Sholihin (2017) Tabu


dalam Budaya Banjar (Relevansinya
Dengan Agama Islam). In: Seminar Jejak
Warisan Islam 2017, 3 - 4 April 2017,
Banjarmasin.

Rohaeni, A. J., & Listiani, W.


(2013). Pamali dalam Kebudayaan
Masyarakat Adat Sunda. ATRAT: Jurnal
Seni Rupa, 1(2).

48 | Studi Eksploratif: Mengetahui Sumber, Makna, dan Respon Masyarakat Sunda

Anda mungkin juga menyukai