Anda di halaman 1dari 6

NAMA : IMAN KHOERUDIN

NIM : 1215010083

KELAS : SPI 5B

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER

SEJARAH SASTRA DAN BUDAYA SUNDA

Menurut Koncaraningrat, kebudayaan yang dimiliki oleh suatu masyarakat akan selalu
memiliki tujuh unsur; yaitu sistem bahasa, sistem pengetahuan, sistem organisasi sosialdan kekerabatan,
sistem peralatan dan tekhnologi, sistem mata pencaharian, sistem religi, dan kesenian. Dengan
demikian, jelaskan dan identifikasi, serta berilah contoh-contoh dari 7 unsur kebudayaan dalam
masyarakat Sunda berikut ini:

1. Bagaimana sejarah perkembangan bahasa di Tatar Sunda?

2. Bagaimana sistem pengetahuan yang ada dalam kebudayaan Sunda?

3. Bagaimana organisasi sosial dan kekerabatan masyarakat Sunda?

4. Bagaimana sistem peralatan dan tekhnologi masyarakat Sunda?

5. Bagaimana perkembangan mata pencaharian masyarakat Sunda?

6. Bagaimana sistem religi masyarakat Sunda?

7. Silakan menonton satu jenis seni pertunjukan budaya Sunda. Kemudian, berikan

ulasan mengenai pertunjukan tersebut!

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan nomor 1 sampai nomor 6, gunankan referensi buku


atau jurnal-jurnal ilmiah! Untuk nomor 7, apabila anda menonton via youtube, sertakan linknya!
Apabila mononton pertunjukan secara langsung, sertakan dokumentasinya! Tugas dikerjakan dengan
cara diketik, kemudian ubah ke format pdf! Kemudian file-nya beri nama dengan format
nama_nim_semester/kelas_UTSSSBS. Kumpulkan di kosma/perwakilan kelas. Satukan, lalu masukkan
ke dalam google drive, dan kirim ke email agungpurnama@uinsgd.ac.id !

Batas terakhir pengumpulan, Senin 6 November 2023, pukul 16.00.


JAWABAN :

1. Bagaimana sejarah perkembangan bahasa di Tatar Sunda?


Jawab :
Perkembangan bahasa di tatar sunda mengalami dinamika yang cukup beragam.
Bahasa sunda sendiri masih berada dalam rumpun bahasa melayu-polinesia yang akan memiliki
beberapa kemiripan dengan bahasa disekitarnya.
Dalam sejarahnya, kerajaan tarumanegara sebagai kerajaan pertama di daerah sunda
masih banyak memakai bahasa sanksekerta dan tulisan palawa. Ini karena kuatnya pengaruh
agama hindu dan memang pada awalnya bahasa itu yang banyak digunakan saat itu. bahasa
sunda asli sendiri baru bisa ditemukan dalam peninggalan kerajaan sunda-galuh. Banyak
peninggalan yang menggunakan aksara sunda kuno dan bahasa sunda seperti prasasti batu tulis,
prasasti kawali hingga naskah seperti carita parahyangan sampai kawih panyaraman.
Eksistensi bahasa sunda asli nantinya akan meredup sementara ketika kerajaan sunda
jatuh dan menguatnya pengaruh mataram islam di daerah sunda. Kebanyakan orang sunda kelas
atas saat itu menggunakan bahasa jawa karena ingin lebih dekat dengan mataram yang
menggunakan bahasa jawa. Karena itu, kebanyakan literatur yang menuliskan kisah orang
sunda saat itu adalah bahasa jawa. Ini juga yang nanti mempengaruhi munculnya budaya undak-
unduk basa, atau budaya berbahasa yang menunjukan sopan santun, kehormatan kepada lawan
bicaranya. Daerah sunda yang benar-benar tidak tersentuh pengaruh jawa hingga kini adalah
banten, karena itulah bahasa orang banten dan jawa barat sedikit berbeda walaupun sama-sama
bahasa sunda.
Eksistensi bahasa dan budaya sunda asli pun nanti akan kembali naik setelah adanya
perhatian dari salah satu orang belanda bernama Karel Frederik Holle dan beberapa pribumi
sahabatnya. Sejak saat itu, bahasa dan budaya sunda mulai kembali hidup dan menjadilah
seperti sekarang,
Sumber :
- Kuliah Mata Kuliah “Sejarah Sastra dan Budaya Sunda” dari Pak Agung di Kelas
- https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Sejarah_bahasa_Sunda

2. Bagaimana sistem pengetahuan yang ada dalam kebudayaan Sunda?


Jawab :
Sistem pengetahuan dalam kehidupan masyarakat sunda dulu sebenarnya telah
berkembang dalam berbagai hal, tapi kebanyakan dimuat dalam bentuk yang mudah dipahami
oleh mereka. Pengetahuan ini berkaitan erat dengan harmoni kehidupan manusia, alam dan
tuhan yang nantinya dibungkus oleh unsur budaya yang telah berkembang di masyarakat sunda
itu sendiri, mulai dari mitos hingga keajaran agama.
Salah satu yang paling terkenal adalah mengenai Pamali, berbagai petuah mengenai
larangan atau pantangan dalam hidup di masyarakat sunda. Contohnya “anak-anak jangan
keluar rumah jika sudah maghrib, nanti diculik sandekala,” yang mana jika diteliti di zaman
sekarang memang anak-anak dianjurkan untuk tidak berkeliaran waktu magrib karena saat itu
adalah adanya tumpang tindih frekuensi yang hadir di alam yang membuat orang
berfatamorgana. Ini bisa membuat orang tersesat dan akhirnya tidak bisa kembali ke rumah.
Nantinya juga pamali ini banyak yang selaras dengan anjuran yang datang ketika islam hadir
di tatar sunda.
Sistem pengetahuan orang sunda juga biasanya berkaitan dengan ruang dan waktu.
Ruang ini biasanya diperhitungkan ketika seseorang ingin mendirikan rumah di sebuah tempat,
maka dia akan meminta bantu ke orang yang ahli tentang itu. Ada juga pengetahuna mengenai
ruang-ruang yang boleh dan tidak boleh digunakan, contohnya adalah hutan larangan.
Mengenai waktu banyak pengetahuan orang sunda yang berkembang, mulai dari kalender dan
lain-lain. Ada ilmu pengetahuan orang sunda tentang penentuan “hari baik dan hari buruk” yang
jika diteliti hari ini banyak berkaitan dengan dunia astronomi dan astrologi.
Sumber :
- Kuliah Mata Kuliah “Sejarah Sastra dan Budaya Sunda” dari Pak Agung di Kelas
- https://lifestyle.solopos.com/alasan-ilmiah-kenapa-anak-anak-dilarang-keluar-rumah-saat-
magrib.

3. Bagaimana organisasi sosial dan kekerabatan masyarakat Sunda?


Jawab :
Sistem Kemasyarakatan di masyarakat sunda berkaitan erat dengan pola mata
pencaharian yang digunakan di masyarakat sunda dulu yaitu peladang huma, yang
mengakibatkan kebanyakan mereka hidup dalam kelompok-kelompok kecil yang ada di
pendalaman. Mereka hidup dengan bergantung pada alam. Karena kehidupan mereka berada di
pendalaman yang jauh dari pusat pemerintahan (keraton/kerajaan), biasanya mereka tidak
begitu dekat dengan pemerintahan. Ini nanti berubah ketika ada pengaruh mataram islam di
wilayah sunda.
Untuk sistem kekerabatan, masyarakat sunda sebenarnya netral atau bersifat bilateral.
Memperhitungkan serta mengakui kekerabatan dari jalur ibu dan ayah, tidak materialistik
ataupun patrialistik.
Sumber :
- Kuliah Mata Kuliah “Sejarah Sastra dan Budaya Sunda” dari Pak Agung di Kelas
- APRIYANTI, (2014) HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN NILAI ANAK DAN USIA
KAWIN PERTAMA DENGAN JUMLAH ANAK LAHIR HIDUP PASANGAN
PERKAWINAN USIA MUDA DI WAY KANAN (SEBAGAI KRITIK KEHIDUPAN
SOSIAL). Masters thesis, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. (ini digunakan untuk
membantu memahami sistem kekerabatan di masyarakat sunda)

4. Bagaimana sistem peralatan dan tekhnologi masyarakat Sunda?


Jawab :
Sistem teknologi dan peralatan masyarakat sunda telah berkembang sejak lama dan
menyesuaikan kebutuhan zaman. Daerah sunda yang kaya akan sumber daya alam terutama
bambu membuat banyak peralatan yang berbahan bambu, mulai dari Boboko (alat meniriskan
nasi setelah dinanak), hihid (alat untuk mengipasi), nyiru (alat membersihkan beras sebelum
dinanak), dll. Banyak juga peralatan yang terbuat dari batu seperti coet dan mutu (alat
mengiling cabe menjadi sambel, dan bumbu bumbu lain). Banyak juga alat yang terbuat dari
besi seperti langseng, citel, dll.
Bisa kita temukan peralatan yang dibuat untuk membantu pekerjaan mereka, Seperti
Ani-Ani (pemotong butir padi), arit (pemotong rumput untuk pakan ternak).
Sumber :
- Tugas Kuliah Mata Kuliah “Sejarah Sastra dan Budaya Sunda.”

5. Bagaimana perkembangan mata pencaharian masyarakat Sunda?


Jawab :
Seperti telah disinggung sebelumnya, pada awalnya mata pencaharian orang sunda
adalah berladang huma. Ladang huma ini adalah berkebun atau juga menanam padi di hutan
dan lereng-lereng yang biasanya jarang membutuhkan air yang banyak karena bergantung
sepenuhnya pada alam saja. Karena itu tidak biasanya hanya setahun 1x padi bisa dipanen
karena hanya bergantung pada alam. Di daerah lain juga ada masyarakat sunda yang berkerja
sebagai nelayan maupun pedagang, tapi itu hanya sebagian kecilnya.
Bersama berkembangnya zaman, masyarakat sunda nantinya mulai mengenal sistem
mata pencaharian bersawah (nyawah). Sistem nyawah ini semakin menguat ketika pengaruh
mataram islam yang mengharuskan masyarakat sunda agar panen padi yang lebih banyak dari
biasanya, karena itulah sistem nyawah (ladang padi basah) semakin banyak digunakan di era
itu.
Disebutkan lagi dalam naskah Sangkyang Siksa Kandang Karesian, sebagian kecil lagi
masyarakat sunda ada juga yang bekerja dalam sektor lain. Mulai dari ahli kesenian seperti
menjadi dalang, paraguna (ahli karawitan), prepantun (juru pantun), dll.
Sumber :
- Kuliah Mata Kuliah “Sejarah Sastra dan Budaya Sunda” dari Pak Agung di Kelas
- Danan Darajat dan Agus Suherman. “NAMA DAN ISTILAH MATA PENCAHARIAN
MASYARAKAT SUNDA: SEBUAH KAJIAN ETNOLINGUISTIK” Fakultas Pendidikan
Bahasa dan Sastra, Universitas Pendidikan Indonesia.

6. Bagaimana sistem religi masyarakat Sunda?


Jawab :
Sistem religi masyarakat sunda secara singkat bisa dikatakan telah menganut sistem
monoteisme sejak dulu. Di zaman Kerajaan pertama di daerah sunda kuno Tarumanegara,
walaupun telah berkembang agama hindu dari luar, tapi agama lokal sunda lebih populer di
kalangan masyarakatnya. Agama itu disebut sebagai “agama kotor” dalam salah satu naskah
pelancong yang pernah berkunjung ke daerah sunda, karena bukan agama hindu maupun
buddha. Agama atau kepercayaan itu hari ini mungkin merujuk pada kepercayaan sunda
wiwitan, yang masih dipakai di beberapa kampung adat sunda di jawa barat.
Sistem kepercayaan sunda wiwitan ini secara sederhana bisa disebut kepercayaan
monotheisme yang mengakui adanya satu tuhan, yang disebut Sang Hyang atau banyak nama
lainnya. Sang Hyang dalam kepercayaan sunda diyakini sebagai maha tunggal, maka kuasa dan
berbagai maha lainnya. Yang maha dari segala maha. Sang Hyang ini menjadi pusat kehidupan
masyarakat sunda.
Ada juga kepercayaan religi mengenai tiga alam dalam sunda wiwitan, yaitu alam
buana nyungcung, buana pancatengah dan buana larang. Sistem ini menyebutkan bahwa
kehidupan manusia itu berada pancatengah yang nanti akan berakhir, setelah itu manusia yang
baik hidupnya akan kembali ruhnya ke buana nyungcung tempat dimana kesempurnaan tuhan
berada. Bagi manusia yang hidupnya buruk akan masuk ke buana larang, tempat mereka akan
disiksa mengenai apa yang telah mereka lakukan didunia.
Cara beribadah kepercayaan sunda wiwitan sendiri secara tidak langsung dengan hidup
mengabdi kepada alam. Dengan hidup baik dan merawat alam adalah satu bentuk ibadah paling
agung bagi mereka.
Sistem kepercayaan asli sunda ini, nantinya menjadi pondasi utuh yang mana akan
mempengarui berbagai agama yang akan berkembang di tanah sunda. Berbagai agama baru
yang masuk ke sunda harus sesuai dengan poin nilai kepercayaan asli sunda ini, jika tidak maka
agama itu tidak akan populer di tanah sunda. Sebut saja seperti agama hindu dan buddha yang
awalnya banyak tidak begitu populer di tanah sunda, ini karena konsep polytheisme yang
bertentangan konsep dari kepercayaan sunda asli. Ada saatnya agama hindu berkembang
disunda mulai banyak yang memelukmnya ketika konsep agama hindu ini sedikit mengalami
adaptasi dengan konsep kepercayaan sunda wiwitan di sunda, dimana posisi dewa menjadi
dibawah Sang Hyang. Karena itu banyak orang sunda yang masuk.
Ketika islam masuk ke tanah sunda, islam dengan mudah dan cepat diterima oleh orang
sunda. Ini karena konsep monotheisme yang cukup sama membuat masyarakat sunda dengan
mudah menerimanya dan masuk ke dalam agama islam.
Sumber :
- Kuliah Mata Kuliah “Sejarah Sastra dan Budaya Sunda” dari Pak Agung di Kelas
- Deni Miharja, (2015) “SISTEM KEPERCAYAAN AWAL MASYARAKAT SUNDA,” Al-
Adyan, Vol 10(1).

7. Silakan menonton satu jenis seni pertunjukan budaya Sunda.


Jawab :
“Ceramah Ki Balap Tentang Ki Ahmad Kopeah Berem,”
Sumber https://www.youtube.com/watch?v=Ir53eJtNycM&pp=ygUIa2kgYWhtYWQ
Ulasan :
Dalam video youtube itu sebenarnya berupa rekaman ceramah dari ki balap tentang ki
Ahmad Kopeah Berem di masa lalu. Rekaman itu bukan saja berisi rekaman suara dari
penceramah, tapi juga ada suara dari penonton ceramah itu. Yang bisa kita pahami bahwa saat
itu ada sebuah acara, seperti pengajian atau acara wayang begitu.
Beberapa aspek kesenian yang bisa kita dengar dari video itu adalah mengenai teknik
penceritaan Ki Balap yang menggunakan Kawih Sunda. Ada beberapa waktu juga ki balap
memasukan unsur tapi gimik suara ketika sedang mementaskan wayang. Ini bisa kita pahami
sebagai usaha menceritakan kisah islam dengan dibungkus kebudayaan lokal yang berkembang
di sunda saat itu. Luar biasanya kisah ini telah diangkat menjadi film pendek yang membuat
kisah ki ahmad ini lebih menarik untuk kalangan masyarakat sunda hari ini.

Anda mungkin juga menyukai