Anda di halaman 1dari 10

HUKUM DAN MASYARAKAT

‘TUJUAN HUKUM DARI KASUS BENTROKAN MAHASISWA PAPUA VS ORMAS


DI SURABAYA’

Dosen Pengampu : Julius T. Mandjo, SH.,MH

OLEH :

KELOMPOK 2 KELAS B

1. Hafidzh Imtiyaz Kasim (1011423062)


2. Nur Aintan Kaku (1011423107)
3. Imelda Kasim (1011423216)
4. Rahmi fauzia (1011423087)
5. I Kadek Ari Winata (1011423292)

PROGRAM STUDI S1 ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Sholawat dan salam semoga selalu
tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, serta kepada keluarga, sahabat,
kerabat beliau sekalian.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan kami
semua kekuatan dan kelancaran dalam menyelesaikan tugas mata kuliah Hukum dan
Masyarakat yang berjudul ‘TUJUAN HUKUM DARI KASUS BENTROKAN
MAHASISWA PAPUA VS ORMAS DI SURABAYA’ dapat selesai sesuai waktu yang
telah kami rencanakan. Tersusunnya makalah ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah
memberikan bantuan secara materil dan moril, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Julius T. Mandjo, SH.,MH selaku dosen pendamping Universitas Negeri Gorontalo.
2. Kedua orang tua yang selalu mensuport dan memberikan dorongan untuk semangat
kepada penulis.
3. Teman-teman sekalian yang selalu mendukung menyusun dan menyelesaikan
makalah dengan semaksimal mungkin
Makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna tapi penulis tentunya bertujuan untuk
menjelaskan atau memaparkan point-point di makalah ini, sesuai dengan pengetahuan yang
kami peroleh, baik dari buku maupun sumber-sumber yang lain. Semoga semuanya
memberikan manfaat bagi kita. Bila ada kesalahan tulisan atau kata-kata di dalam makalah
ini, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Gorontalo, 18 Oktober 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................................................1
1.3 TUJUAN......................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
2.1 KASUS BENTROKAN MAHASISWA PAPUA VS ORMAS DI SURABAYA.....2
2.2 TUJUAN HUKUM DARI KASUS BENTROKAN MAHASISWA PAPUA VS
ORMAS DI SURABAYA......................................................................................................3
BAB III.......................................................................................................................................4
PENUTUP..................................................................................................................................4
3.1 KESIMPULAN...........................................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................5

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Konflik sering terjadi di dalam masyarakat, hal tersebut biasanya disebabkan oleh adanya
perbedaan pemahaman antara dua pihak atau lebih dan karena adanya perbedaan kebutuhan
salah satu pihak. Konflik bisa menjadi hal yang baik dan hal yang buruk. Terkadang apabila
dalam suatu konflik terjadi provokasi yang berlebihan, maka dapat menyebabkan terjadinya
perselisihan.
Pada umumnya konflik adalah suatu permasalahan sosial yang disebabkan karena adanya
perasaan saling tidak memahami dan bedanya kebutuhan para pihak. Jenis konflik ada
beberapa, diantaranya adalah konflik rasial, konflik antar agama, konflik internasional, dan
lain-lain. Dari jenis konflik- konflik yang ada, rasialisme/rasisme merupakan konflik paling
banyak terjadi baik di luar maupun di dalam negri, dalam negri sendiri pernah terjadi konflik
rasialisme yang terjadi disurabaya pada agustus 2019 kemarin yang melibatkan mahasiswa
dari tanah papua
.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang mendasari kasus bentrokan mahasiswa papua vs ormas di surabaya tersebut
terjadi ?
2. Apa tujuan hukum dari kasus bentrokan mahasiswa papua vs ormas di surabaya
ditinau daris asas keadilan, kepastian, dan kemanfaatan ?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang mendasari kasus bentrokan mahasiswa papua vs ormas di
surabaya tersebut terjadi
2. Untuk mengetahui apa tujuan hukum yang dapat ditetapkan dari kasus bentrokan
mahasiswa papua vs ormas di surabaya

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KASUS BENTROKAN MAHASISWA PAPUA VS ORMAS DI SURABAYA


Sejumlah kelompok organisasi masyarakat (ormas) mendatangi asrama
mahasiswa Papua (kamasan) di Jalan Kalasan, Surabaya, Jawa Timur. Massa
memadati halaman depan asrama mahasiswa sejak siang hingga malam hari.
Kedatangan mereka karena ada kabar mahasiswa Papua di asrama tersebut yang
diduga mematahkan tiang bendera Merah Putih dan membuangnya ke selokan.
Informasi tersebut di dapatkan dari foto yang beredar di grup whatsapp, Namun saat
massa datang, bendera Merah Putih terlihat terpasang di halaman asrama.
Penghuni asrama Kamasan berhadapan dengan massa yang terdiri dari orang-
orang berseragam tentara, satpol PP, polisi, dan mereka yang berbaju bebas. saat
asrama dipadati ormas, aparat keamanan diduga merusak pagar asrama dan
mengeluarkan kata-kata rasisme, akibatnya sekelompok ormas yang memadati asrama
turut bersikap reaksioner dengan melemparkan batu ke dalam asrama dan sejumlah
kata-kata rasial berupa nama-nama binatang terlontar ke arah mahasiswa Papua.
Melihat situasi di luar asrama yang semakin tidak kondusif, banyaknya masa yang
berdatangan, lontaran kata kata rasial juga makin kerap terdengar, membuat para
mahasiswa papua kabur kedalam asrama untuk melindungi diri dari lemparan batu
dari arah luar pagar.
Menurut kesaksian para mahasiswa ada seorang pria berseragam tentara yang
mengeluarkan kata kata rasional, kalimat yang di lontarkan juga memprovokasi masa.
Tentara tersebut merupakan Komandan Koramil Tambaksari, Mayor NH Irianto.
pernyataan ini juga telah di benarkan oleh kepala penerangan kodam brawijaya dan
telah mendapat tindakan berupa pemberhentian sementara dari jabatan Danramil
Tambaksari. Perbuatan yang di lakukan oleh mayor NH Irianto merujuk pada pasal
103 KUHP Militer, dalam menyelesaikan masalah, anggota TNI harus
mengedepankan komunikasi sosial. Setelah suasana samakin bisa dikontrol,
selanjutnya telah dilakukan negosiasi oleh kepolisisan kepada mahasiswa papua, dan
telah dilakukan pengamanan oleh tim kepolisian terhadap mahasiswa papua yang
berjumlah 43 orang tersebut.
Kasus ini telah mendapat perhatian dari presiden jokowi dodo, Presiden Joko
Widodo meminta Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengusut kasus rasial di depan
asrama Kamasan.
"Saya telah memerintahkan Kapolri menindak secara hukum tindakan diskriminasi ras
dan etnis yang rasis secara tegas. Ini tolong digarisbawahi," kata Jokowi.
Pengadilan Negeri (PN) Surabaya di Jawa Timur, Rabu, 27 November 2019,
menggelar sidang perdana terhadap terdakwa kasus ujaran kebencian dan penyebaran
hoaks terkait perobekan bendera Merah Putih di asrama mahasiswa Papua sehingga
memicu gelombang unjuk rasa antirasisme di Bumi Cendrawasih. Para terdakwa yang
dihadirkan ke persidangan adalah Tri Susanti alias Susi, dan Syamsul Arifin, dengan
dakwaan pasal berlapis dari Jaksa Penuntut Umum (JPU) dan apabila terbukti, mereka
terancam hukuman maksimal enam tahun penjara.

2
Susi yang ketika insiden itu terjadi pertengahan Agustus lalu merupakan
anggota Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan TNI/Polri (FKPPI) dan
jadi koordinator lapangan saat penggerudukan asrama mahasiswa Papua di Surabaya.
Sedangkan Syamsul adalah seorang aparatur sipil negara (ASN) yang bekerja di
Kantor Kecamatan Tambaksari. Jaksa penuntut umum (JPU), Mohamad Nizar
mengatakan, Susi melontarkan ujaran rasial saat diwawancarai salah satu televisi
tentang ada perusakan bendera di depan asrama mahasiswa Papua di Surabaya dengan
menyatakan bahwa para mahasiswa tersebut merobek bendera merah putih itu,
mematahkan tiangnya melemparkannya ke got.

Menurut JPU Nizar, apa yang disampaikan Susi telah memicu amarah dari
ormas di Surabaya yang mengepung asrama mahasiswa Papua dan penangkapan para
mahasiswa itu oleh aparat bersenjata pertengahan Agustus lalu.

“Didapat informasi bahwa kejadian itu disebabkan oleh berita hoaks yang
mengandung unsur SARA, dan hal berbau rasis yang terjadi di asrama mahasiswa
Papua di Jalan Kalasan Surabaya pada tanggal 17 Agustus 2019 yang dilakukan
terdakwa Tri Susanti.”

Nizar menambahkan bahwa Susi juga menyebarkan pesan lewat grup


WhatsApp dengan nada memprovokasi, memanggil massa, agar datang ke asrama
mahasiswa Papua.

“Mengirim informasi atau pesan di Group INFO KB FKPPI yang berisi


‘Mohon perhatian urgent kami butuh bantuan massa karena anak Papua akan
melakukan perlawanan dan telah siap dengan senjata tajam dan panah penting penting
penting,” terang jaksa.
Sementara terdakwa Syamsul didakwa secara sengaja menunjukkan kebencian kepada
orang lain berdasarkan diskriminasi ras dan etnis, demikian menurut Novan.
Dalam hal ini tersangka tersangka dapat dijerat Pasal 45A ayat 2 jo Pasal 28
ayat 2 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (ITE) dan atau Pasal 4 UU Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan
Diskriminasi, Ras, dan Etnis dan atau Pasal 160 KUHP dan atau Pasal 14 ayat 1 dan
atau ayat 2 dan atau Pasal 15 tentang UU No 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum
Pidana. Dan juga Pasal 156 dan 157 KUHP melarang perbuatan yang menyatakan
permusuhan. kebencian, dan penghinaan pada golongan penduduk.
Akhirnya tri Susanti, terdakwa kasus penyebaran berita hoaks dalam aksi di
depan Asrama Papua Surabaya pada Agustus 2019 lalu, divonis 7 bulan penjara oleh
majelis hakim Pengadilan Negeri Surabaya, Senin (3/2/2020) "Menjatuhkan pidana
penjara selama 7 bulan, dikurangi masa yang telah dijalankan," kata Ketua majelis
hakim, Johanis Hehamony, dalam sidang putusan di Ruang Garuda 2, Pengadilan
Negeri Surabaya. Hakim menilai, Tri Susanti telah terbukti secara sah dan
meyakinkan, telah melakukan tindak pidana penyebaran berita hoaks yang

3
menimbulkan keonaran sehingga menyulut emosi masyarakat. Vonis terhadap Susi ini
lebih ringan dari tuntutan jaksa yakni 12 bulan penjara. Hakim juga
mempertimbangkan ada sejumlah hal yang meringankan hukuman Susi. Perbuatan
eks caleg Gerindra itu dianggap merepresentasikan rasa nasionalisme terhadap
bendera Indonesia, Hakim mempertimbangkan hal-hal yang meringankan, yakni
terdakwa berperilaku sopan.

“Perbuatan terdakwa merupakan representasi dari kecintaan dan ketakwaan terhadap


nilai-nilai nasionalisme dan terdakwa masih memiliki tanggung jawab anak-anak.
Sementara itu, pertimbangan yang memberatkan perbuatan terdakwa meresahkan
masyarakat," kata hakim.

Menanggapi putusan itu, Susi kemudian berkonsultasi dengan tim kuasa hukumnya.
Salah satu pengacara Susi, Sahid mengatakan kliennya menerima putusan tersebut.

"Kami menerima, yang mulia," ujar Sahid kepada majelis hakim.

Sementara itu, jaksa penuntut umum (JPU) dari Kejaksaan Tinggi Jawa Timur,
mengatakan pihaknya pikir-pikir untuk mempertimbangkan putusan hakim.

"Pikir-pikir yang mulia," kata salah satu jaksa.


Sedangkan dalam konteks perkara yang sama, pada Rabu (30/1/2020) lalu, Syamsul
Arifin divonis penjara 5 bulan oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Surabaya.

2.2 KASUS BENTROKAN MAHASISWA PAPUA VS ORMAS DI SURABAYA


DITINJAU DARI TUJUAN HUKUM
1. ASAS KEADILAN
Plato menyatakan, bahwa negara ideal apabila didasarkan atas keadilan, dan
keadilan baginya adalah keseimbangan dan harmoni. Harmoni di sini artinya
warga hidup sejalan dan serasi dengan tujuan negara (polis), di mana masing-
masing warga negara menjalani hidup secara baik sesuai dengan kodrat dan posisi
sosialnya masing-masing.
Kami meninjau kasus ini belum berkenaan dengan asas keadilan Karena
kasus ini didasari oleh bagaimana masyarakat dan aparat penegak hukum
menyikapi para mahasiswa papua yang diduga merusak atau melecehkan bendera
merah putih, yang mana berita atau informasi tersebut belum tentu benar
kebenarannya. perbuatan rasisme terhadap mahasiswa papua menjadikan para
mahasiswa papua sebagai korban ketidakadilan, mengapa demikian karena
keadilan berkaitan pendistribusian hak dan kewajiban yang merata. Sedangkan
para mahasiswa papua tidak mendapat apa yang menjadi hak mereka yaitu
perlindungan dari aparat penegak hukum, sebaliknya para aparat penegak hukum
yang menjadi pemicu utama bentrok tersebut terjadi.
2. ASAS KEPASTIAN

4
Melihat dari putusan akhir majelis hakim yang mengurangi jumlah tuntutan
yang diberikan terhadap para terdakwa. kami menilai putusan ini sangat
merugikan para korban, yang dimana para terdakwa harusnya dapat di tuntut
sesuai pasal-pasal yang di kenakan yaitu 6-10 tahun penjara tanpa
mempertimbangkan hal hal yang meringankan terdakwa yang menurut kami tidak
seharusnya di pertimbangkan oleh majelis hakim, karena alasan pertama yang
kami anggap tidak relevan karena sikap rasialisme bukan bagian dari nilai-nilai
nasionalisme yang seperti di pertimbangkan oleh maelis hakim bahwa terdakwa
malakukan hal tersebut karena bentuk dari representasi dari ketakwaan dan
kecintaan terhadap nilai-nilai nasionalisme, alasan kedua tentang tanggungan anak
yang dimiliki oleh terdakwa kami rasa ini merupakan bagian dari kepentingan
pribadi terdakwa dan kami rasa bukan suatu putusan yang pasti jika hakim
memperbandingkan anak yang harus di tanggung oleh terdakwa dengan para
mahasiswa papua yang merasakan banyak kerugian akibat ulah terdakwa.
Ditambah lagi dengan jawaban jaksa penuntut umum yang mengatakan “pikir-
pikir dulu yang mulia” kalimat tersebut menandakan bahwa tidak ada kepastian
hukum dalam putusan dari kasus tersebut.

5
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kasus-kasus rasisme seperti bentrokan mahasiswa papua vs ormas di surabaya ini dapat
menyebabkan banyak kerugian kepada pihak manapun. Jika di tinjau dari asas hukum
yang ada kasus bentrokan mahasiswa papua vs ormas di surabaya ini tidak berkenaan
dengan asas hukum keadilan dan kepastian hukum karena adanya alasan-alasan seperti
adanya aparat penegak hukum yang terlibat sebagai pemicu adanya bentrok dan adanya
potongan masa tahanan yang diputuskan majelis hakim yang menjadikan kasus ini tidak
berkenaan dengan asas hukum keadilan dan kepastian.

6
DAFTAR PUSTAKA

Adminyl. (2020, Februari 06). Menelaah Keadilan, Kemanfaatan Dan Kepastian Hukum.
Retrieved Oktober 18, 2023, from TribrataNews.com:
https://tribratanews.kepri.polri.go.id/2020/02/06/menelaah-keadilan-kemanfaatan-dan-
kepastian-hukum/

Anugrahadi, A. (2019, Agustus 28). Polisi tetapkan Tri Susanti tersangka rasisme di asrama
papua surabaya. Retrieved Oktober 18, 2023, from Liputan6.com:
https://www.liputan6.com/news/read/4049275/polisi-tetapkan-tri-susanti-tersangka-rasisme-
di-asrama-papua-surabaya?page=2

Asrama Papua Cek fakta kasus bendera merah putih dan makian rasialisme di Surabaya.
(2019, Agustus 23). Retrieved Oktober 18, 2023, from bbc.com:
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-49446765

Rachmawati. (2019, Agustus 19). Duduk perkara dugaa perusakaan bendera hingga
pengepungan asrama mahasiswa papua di surabaya. Retrieved Oktober 18, 2023, from
Kompas.com: https://regional.kompas.com/read/2019/08/19/11263391/duduk-perkara-
dugaan-perusakan-bendera-hingga-pengepungan-asrama-mahasiswa?page=all

Anda mungkin juga menyukai