i
Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
ii (Catatan Kritis dan Sharing Pengalaman Guru Indonesia)
ISBN : 978-979-796-263-0
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak
Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak
Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial
dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan
dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
iv (Catatan Kritis dan Sharing Pengalaman Guru Indonesia)
v
KATA PENGANTAR
v
Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
vi (Catatan Kritis dan Sharing Pengalaman Guru Indonesia)
Interaksi guru yang erat dan intens dengan peserta didik memberi
makna bahwa guru memiliki pengaruh langsung dalam pikiran dan
perilaku mereka. Guru selalu dibutuhkan sebagai salah seorang agen
kunci bagi peserta didik, mereka yang dalam level remaja, dalam
merespon masalah kekinian kehidupan.
Tentu saja, aktivitas perjuangan mencetak generasi masa depan itu
tak semudah membalikkan telapak tangan. Ada begitu banyak ranjau
kehidupan yang siap meledak hingga meluluhlantakkan niat, ada aneka
bentuk jurang dan cadas kehidupan yang siap untuk menghancurkan
semangat, dan cukup jamak rintangan yang setiap saat melumpuhkan
energi guru, dan tentu saja para peserta didik, remaja, atau generasi
muda itu sendiri. Maka, tak heran bila keluhan, rasa cemas, kegalauan,
dan kesedihan guru, adalah kabar buruk bagi kehidupan bangsa.
Faktanya, generasi muda bangsa kini dihadapkan pada beragam
problema akut, mulai dari rusaknya pergaulan remaja dan menjamurnya
tindakan amoral/asusila (penggunaan miras dan narkoba, akses pornografi,
free sex, pemerkosaan, pelacuran, aborsi, perjudian, kriminalitas), tawuran,
geng motor, bullying, bahkan pembunuhan dan tindakan tidak etis
lainnya. Rangkaian perilaku buruk itu senantiasa kita baca dan saksikan
di berbagai media massa atau bahkan secara langsung hingga detik ini.
Tatakrama kehidupan sosial dan etika moral dalam praktik kehidupan
pun kian luntur dan sampai pada titik nadir, baik di rumah, sekolah,
maupun lingkungan masyarakat luas.
Sebagai bahan perenungan, kurang lebih sepuluh tahun lalu kita
pernah dikagetkan dengan hasil penelitian PKBI pada tahun 2005 tentang
perilaku seksual remaja menyatakan remaja yang telah melakukan
hubungan seks pranikah di Jabotabek 51%, Bandung 54%, Surabaya
47% dan Medan 52% dengan kisaran umur pertama kali melakukan
hubungan seks pada umur 13-18 tahun, 60% tidak menggunakan alat
kontrasepsi, dan 85% dilakukan di rumah sendiri. Berdasarkan data PKBI
(2006) pun didapatkan 2,5 juta perempuan pernah melakukan aborsi per
tahun, 27% dilakukan oleh remaja, sebagian besar dilakukan dengan
cara tidak aman, 30-35% aborsi ini adalah penyumbang kematian ibu
atau Maternal Mortality Rate (MMR). Kondisi tidak banyak berubah.
Hasil penelitian Abadi (2015) menunjukkan aktivitas yang umum dilakukan
remaja, yaitu masturbasi/oral seks (18%), berciuman (42%), meraba
bagian sensitif pasangannya (30%), serta berhubungan kelamin (20%).
Kata Pengantar Wakil Rektor II UMM vii
Ide untuk mengajak para guru untuk menulis tema ini diilhami
oleh kegiatan penelitian yang dilakukan oleh Pusat Studi Lingkungan
dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang pada
tahun 2016 yang lalu. Penelitian tersebut dilaksanakan oleh Tim PSLK,
yaitu Drs. Atok Miftachul Hudha, M.Pd sebagai ketua dengan anggota
Husamah, S.Pd., M.Pd. dr. Rubayat Indradi, MOH serta Sri Sunaringsih
Ika Wardojo, SKM, M.PH. Penelitian dengan judul Efektivitas Model
Pembelajaran “OIDDE” Sebagai Langkah Promotif dan Preventif Terhadap
Seks Pranikah melalui PIK Remaja di Kota Malang dibiayai oleh Bidang
Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera, BKKBN Pusat. Lewat interaksi
yang cukup intens dengan puluhan guru dari 16 sekolah (8 SMP dan 8
SMA/SMK) dan hampir 600 siswa se-kota Malang selama hampir 5 bulan,
maka ide tersebut semakin kuat. Kami merasa, ada semangat yang luar
biasa, energi yang kuat, dan niat yang besar dari para guru (umumnya
saat itu adalah guru Bimbingan Konseling dan pendamping kesiswaan)
untuk bersama-sama “memastikan” bahwa para siswa yang mereka
didik benar-benar berkualitas, mencerminakan generasi masa depan
bangsa yang berkualitas.
Atas dasar itulah, maka kami mencoba menyebarkan undangan
menulis hanya dengan menggunakan media sosial WhatsApp. Ternyata
respon para guru sangat di luar dugaan. Kabar tersebar luas, bahkan
sampai ke luar Jawa. Atas berbagai pertimbangan, dan keterbatasan
sumberdaya maka tim PSLK hanya membatasi kepesertaan menulis ini
untuk pendidik di Jawa Timur (sembari berharap tahun-tahun berikutnya
akan dapat dilaksanakan dengan skala luas bahkan sampai level nasional).
Ide untuk menerbitkan buku dengan tema ini sepenuhnya berangkat
dari kondisi kekinian bangsa ini, khususnya pada kondisi remaja/siswa/
generasi masa depan bangsa. Mereka sedang mengalami split
personality (diri yang terpisah). Dinamika perubahan zaman yang terus
berkembang dengan sangat cepat memunculkan pergeseran aspek nilai
dan moral dalam kehidupan masyarakat. Dekadensi moral dan sifat
buruk yang ditunjukkan siswa semakin jamak kita dengar dan temukan
ix
Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
1 (Catatan Kritis dan Sharing Pengalaman Guru Indonesia)
0
sehari-hari. Isu-isu moralitas di kalangan remaja seperti penggunaan
narkotika, pornografi, pornoaksi, tawuran pelajar, aborsi perkosaan,
perampasan, pencurian, pembunuhan, dan tindakan-tindakan amoral
lainnya sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini terus
mengancam.
Permasalahan tersebut, menurut hemat kami, bagaimanapun adalah
masalah kependudukan yang sangat penting, perlu untuk terus
diperhatikan dengan berupaya mencari solusi-solusi ideal, semata demi
masa depan bangsa. PSLK UMM berpandangan bahwa sekecil apapun
upaya kita untuk memberikan kontribusi penyelesaian masalah tentu
akan sangat bermanfaat. Masalah besar tentu akan menuntut keterlibatan
dan kepedulian banyak pihak pula. Pada titik inilah alasan mengapa
PSLK UMM hadir. Terlebih kampus ini telah menetapkan jargon luar
biasa, Dari Muhammadiyah untuk Bangsa.
Akhirnya, tentu sangat patut kami berterima kasih, penghargaan,
dan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada para penulis (para guru dan
pengamat pendidikan) yang telah meluangkan waktunya untuk berbagi
pikiran dan ide kreatif-bahkan banyak tulisan berasal dari pengalaman
nyata penulis (best practices). Terima kasih pula kami sampaikan kepada
Bapa Wakil Rektor I UMM, Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si., sekaligus
pemerhati dan pelaku pendidikan, yang berkenan memberikan kata
pengantar buku ini. Tentu, tidak lupa kami menyampaikan terima kasih
dan penghargaan kepada para tim editor PSLK (Arif Setiawan, M.Pd.,
Fuad Jaya Miharja, M.Pd., Bustanol Arifin, M.Pd., dan Husamah, M.Pd)
atas segala kerja kerasnya dalam menyunting naskah sehingga lebih enak
dibaca dan memenuhi kaidah yang ada. Terima kasih juga kepada Tim
UMM Press atas kerja kerasnya menerbitkan buku ini. Semoga buku ini
bermanfaat untuk semakin menambah wawasan dan semangat kita
dalam isu-isu terkait remaja/siswa generasi masa depan bangsa.
xi
Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
12 Kata Pengantar Editor
(Catatan Kritis dan Sharing Pengalaman Guru Indonesia) 12
di mana soft skill memang merupakan aspek yang tidak dapat dianggap
sebelah mata dalam pembentukan karakter. Dapat dikatakan bahwa
karakter yang baik dapat bermula dari soft skill yang dimiliki oleh setiap
manusia. Hal inilah yang menjadi objek argumentasi yang diutarakan
lebih menyeluruh oleh Lilik melalui Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Seperti yang banyak diketahui, bahwa selama ini SMK mendapatkan
stigma sebagai sekolah nomor dibandingkan dengan SMA atau MA.
Kondisi demikian tidak berlaku untuk Lilik, yang justru menjadi sebuah
poin penting dalam mewujudkan keinginan pemerintah dalam
membentuk karakter peserta didik. Proses tersebut dilaksanakan tidak
harus dengan cara yang sangat sulit atau berbelit, melainkan melalui
cara yang sagat sederhana dan berkesan. Dengan cara tersebut ternyata
dapat menumbuhkan soft skill peserta didik menjadi lebih baik lagi,
sehingga harapan dalam membentuk pendidikan karakter dapat tercai
dengan baik.
Debora Primawati Widayat menguraikan sebuah pandangan bahawa
dalam membentuk generasi penerus bangsa yang berkarakter, diperlukan
sebuah langkah nyata dalam mengaplikasikannya. Hal ini dapat dimulai
dari sebuah aspek yang ternyata dianggap sepele dan kerap dianggap
sebelah mata. Aspek tersebut adalah tingkat kedisiplinan diri atau self
discipline, sepintas memang terlihat sangat sederhana sekali dan bahkan
hampir semua orang mampu dengan mudah untuk mengucapkannya.
Akan tetapi, ketika ditantang untuk membuktikan atau melakukanya,
banyak di antara mereka yang mengernyitkan dahi. Kondisi yang
demikian seolah menimbulkan sebuah pertanyaan besar di dalamnya,
kenapa self discipline dapat berkorelasi pada sebuah kesuksesan. Tentunya
pertanyaan tersebut dapat diuraikan berdasarkan logika praktis, bahwa
sebuah kesuksean tidak akan didapatkan secara cuma-cuma dan begitu
saja. Self discipline yang tinggi akan dapat mengantarkan setiap
individunya meraih semua keinginan yang dimilikinya. Kondisi inilah
yang coba diulas lebih mendalam dan bersifat klinis berdasarkan
pengalam penulis yang telah menjadi guru Bimbingan Konseling (BK)
dan telah banyak menghadapi karakter peserta didik.
Gagasan serta hasil penelitian yang telah diulas oleh para guru
dalam sebuah bungai rampai ini, seolah membuka cakrawala yang
selama ini masih terkotak-kotak dalam melihat potensi Sumber Daya
Manusia (SDM) yang ada. Cakarawala tersebut diharapkan dapat membuka
Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
17 Kata Pengantar Editor
(Catatan Kritis dan Sharing Pengalaman Guru Indonesia) 17
Editor
Arif Setiawan, dkk
Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
xviii (Catatan Kritis dan Sharing Pengalaman Guru Indonesia)
xix
DAFTAR ISI
TEMA 1:
MEDIA SOSIAL DAN DILEMA
PROBLEMATIKA KENAKALAN REMAJA
SERTA SOLUSINYA
1
2 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
Peran Orang Tua dalam Melindungi Remaja Dari Bahaya Free Sex di ..... 1
PERAN ORANG TUA DALAM MELINDUNGI REMAJA DARI BAHAYA FREE SEX DI
TENGAH DERASNYA ARUS TEKNOLOGI INFORMASI
Muryati
SMAN 3 Kediri
1
2 Menyelamatkan
PeranMasa
OrangDepan
Tua dalam
Generasi
Melindungi
Emas Bangsa
Remaja Dari Bahaya Free Sex di ..... 2
PEMBAHASAN
Rendahnya Pemahaman Remaja
Seks bebas menjadi salah satu permasalahan yang ada di Indonesia.
Setiap tahun, permasalaha n ini sema ki n me ning ka t seiring
berkembangnnya zaman dan teknologi, sehingga mempermudah
mengakses situs yang seharusnya tidak dikunjungi. Kesalahan pergaulan
juga dapat menyebabkan remaja terjerumus ke dalam lingkaran seks
bebas. Hal ini dikarenakan remaja adalah individu yang labil emosinya
dan rentan tidak terkontrol oleh pengendalian diri yang benar. Masalah
keluarga, kekecewaaan, pengetahuan yang minim, dan ajakan teman-
teman membuat semakin berkurangnya potensi generasi muda
Indonesia dalam kemajuan bangsa. Peran orang tua sangat penting
dalam mengendalikan perilaku anak. Oleh karena itu, diperlukan adanya
keterbukaan antara orang tua dan anak dengan melakukan komunikasi
yang efektif. Mungkin menjadi tempat curhat bagi anak, mendukung
hobi yang diinginkan, tidak terlalu mengekang anak, dan orang tua
harus mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan anak diluar rumah
adalah salah satu cara, sehingga anak dapat terhindar dari penyimpangan
perilaku. Tidak hanya diberi asupan pendidikan formal disekolah, mereka
juga harus diberikan pendidikan melalui keluarga, seperti memberikan
masukan berupa siraman rohani, pemahaman terhadap etika dan estetika,
dan pemahaman terhadap bakat dan minat anak. Oleh karena itu,
bagaimana peran orang tua dalam melindungi remaja dari bahaya free
sex di tengah-tengah derasnya arus teknologi informasi, perlu dicarikan
solusi.
sehingga para remaja tidak mencari-cari kasih sayang yang salah dalam
pergaulannya di luar rumah. Selain itu, peran orang tua dalam memenuhi
kebutuhan remaja perlu dimaksimalkan, namun jangan berlebihan.
Apabila remaja melakukan sebuah kesalahan perlu diperingatkan dan
diberikan pendidikan agar mampu mengetahui kesalahan dan tidak
mengulanginya kembali. Selain itu, peran orang tua juga sangat
diperlukan dalam pembentukan watak dan tata nilai remaja yang kelak
menjadi identitasnya. Bagaimanapun setiap anak remaja pasti mempunyai
ciri khas masing-masing yang berbeda dengan yang lain. Ada remaja
yang pendiam, penurut, mudah bergaul, pemurung, gembira,
pembangkang, bahkan pemberontak. Sering kali remaja memandang
rumah sebagai penjara dan orang tuanya tidak lebih sebagai mahkluk
yang kegemarannya menciptakan peraturan dan larangan. Oleh karena
itu, perlu kiranya para orang tua memahami dan mengerti kondisi anak
dalam setiap detiknya. Hal tersebut dapat dilakukan melalui peran
sebagai orang tua dengan tujuan sebagai berikut.
a. Tidak salah dalam pergaulan
b. Tidak terjerumus dalam seks bebas
c. Terhindar dari penyalahgunaan narkoba dan obat terlarang
d. Terhindar dari penyakit atau penularan HIV/AIDS
e. Terhindar dari tindak kriminal
f. Terhindar dari kemalasan
g. Terhindar dari perkelahian
h. Terhindar dari sikap apatis di lingkungan keluarga dan masyarakat.
Agar anak-anak tidak terjerumus dalam perilaku free sex, orang tua
harus menjelaskan bahwa apa yang diharamkan (zina), akan dihalalkan
pada waktunya (ketika sudah resmi menikah). Tidak hanya itu, kelak jika
sudah uzur kemungkinan besar juga tidak lagi membutuhkan hal-hal yang
berbau seksualitas. Bahwa kebutuhan insan mengikuti irama
kehidupan sesuai dengan usia adalah takdir. Remaja biasanya di saat-
saat tertentu justru menjauh dari orang tuanya dan lebih mendengarkan
kata-kata temannya yang lebih persuasif. Hal ini dikarenakan ajakan
teman dianggap menyenangkan dan terkadang membahayakan.
Keduanya sering di luar perhitungan remaja, jika terjadi resiko, orang
tua tentu ikut menerima dampaknya. Terlebih masa depan pelaku
sendiri yang dipertaruhkan. Oleh karena itu, para orang tua, guru,
saudara, tokoh masyarakat, tokoh agama, pemimpin, perangkat desa/
kelurahan, dan aparatur negara, hendaknya bersama-sama peduli pada
remaja, minimal di sekitar lingkungan domisili maupun lingkungan
kerja. Hal ini penting sekali dalam memantau dan memberi perhatian
baik berupa sapaan, dialog atau komunikasi, dan perhatian pada remaja
yang rata-rata malu-malu atau bahkan ada yang tidak peduli pada
sekitar. Kepedulian ini untuk menumbuhkan rasa bahwa dirinya
diperhatikan/mendapat perhatian, dengan harapan mereka memiliki
rasa malu jika mulai melakukan hal-hal yang menyimpang dari aturan
atau norma.
PENUTUP
Di era globalisasi dan semakin berkembangnya teknologi yang
memengaruhi kehidupan remaja tidak lepas dari yang namanya media
sosial. Banyak remaja yang menyalahgunakan teknologi untuk hal-hal
negatif seperti menonton hal yang berbau porno. Hal itu yang memicu
terjadinya free sexdi kalangan remaja. Kondisi ini terjadi karena kelalaian
orang tua dalam mengawasi anaknnya. Terutama keimanan yang dimiliki
orang tua biasanya dicontohkan atau dimiliki oleh seorang anak, free
sex juga muncul karena kurangnya iman dalam diri seorang anak. Bila
anak salah dalam memilih pergaulan, hal itu dapat menimbulkan ajakan
negatif dari teman yang mengarah pada free sex.
Sebagai orang tua yang memiliki anak-anak usia dini hingga remaja,
tentu sudah menanamkan nilai-nilai adat, budaya, dan religius kepada
anak-anaknya. Akan tetapi, dengan adanya laju arus gelombang teknologi
6 Menyelamatkan
PeranMasa
OrangDepan
Tua dalam
Generasi
Melindungi
Emas Bangsa
Remaja Dari Bahaya Free Sex di ..... 6
Ellen Landriany
SMA Negeri 10 Malang
7
8 Menyelamatkan Masa Depan Generasi
Pergaulan
EmasBebas
BangsaAncaman Generasi Masa Depan 8
Etik Fariati
SMKN 6 Malang
15
Peer
16 Counseling
Menyelamatkan
untuk Meningkatkan
Masa DepanSelf
Generasi
Efficacy
Emas
terhadap
Bangsa
Perilaku Berisiko pada 16
Remaja
d. Tahap Refleksi
Secara umum pelaksaaan konseling sebaya pada siklus 1 menunjukkan
proses yang berjalan cukup baik. Namun demikian, tampaknya keterlibatan
penuh peserta konseling sebaya belum optimal. Siswa peserta konseling
masih cenderung pasif mendengarkan, sedangkan keaktifan proses masih
berada pada konselor sebaya. Berdasarkan evalusi dan refleksi ini peneliti
merencanakan tindakan pada siklus II.
2. Siklus II : Konseling Sebaya melalui Diskusi Kelompok
a. Tahap Perencanaan
Pada siklus II ini direncanakan peran konselor sebaya adalah sebagai
fasilitator diskusi kelompok siswa yang tergabung dalam PIK (Pusat
Informasi dan Konseling) PEER-COAKTA SMK Negeri 6 Malang. Tujuan
dari kegiatan adalah untuk lebih mengoptimalkan proses peer education
dengan lebih menekankan partisipasi aktif siswa sebagai peserta konseling
sebaya. Pada siklus 2 ini peneliti merencanakan kegiatan diskusi kelompok
sebagai bagian dari pelaksanaan konseling sebaya. Diskusi dilakukan
dalam bentuk pembagian kelompok di kelas. Dibentuk 5 kelompok dan
masing-masing kelompok mendiskusikan macam-macam perilaku berisiko
pada remaja beserta strategi menolak perilaku tersebut. Materi yang
didiskusikan adalah kehamilan tidak diinginkan, narkoba, miras, tawuran,
dan pembolosan. Peran para konselor sebaya adalah menjadi pendamping
dan fasilitator diskusi kelompok. Kegiatan direncanakan pada tanggal 11
November 2016 pukul 13.00 sampai selesai di ruang 5.
b. Tahap Pelaksanaan
Konseling sebaya secara klasikal ini dilaksanakan pada tanggal 11
November 2016 selama 90 menit yaitu dimulai dari pukul 13.00 sampai
dengan pukul 14.30 di ruang 5 dengan jumlah siswa 31 orang. Diskusi
berlangsung dengan cukup baik. Para konselor sebaya menunjukkan
peran sebagai fasilitator yang baik, sehingga mendorong peserta diskusi
untuk terlibat aktif dalam proses diskusi. Masing-masing kelompok
menghasilkan pokok-pokok bahasan yang kemudian ditulis sebagai
kesimpulan hasil diskusi kelompok. Selanjutnya hasil diskusi kelompok
ini dipresentasikan secara pleno kelas.
c. Tahap Pengamatan
Monitoring dilakukan melalui observasi selama kegiatan berlangsung.
Konselor menunjukkan peran yang baik sebagai fasilitator dan
Peer
22 Counseling
Menyelamatkan
untuk Meningkatkan
Masa DepanSelf
Generasi
Efficacy
Emas
terhadap
Bangsa
Perilaku Berisiko pada 22
Remaja
d. Tahap Refleksi
Evaluasi terhadap tindakan pada siklus II menunjukkan peningkatan
kualitas proses maupun isi konseling sebaya secara signifikan. Tampak
ada pemahaman dan penguasaan konselor sebaya maupun peserta
konseling sebaya terhadap materi dan berbagai ketrampilan untuk
menolak perilaku berisiko. Secara umum pelaksanaan konseling sebaya
pada siklus II menunjukkan proses yang berjalan cukup baik. Tampak
keterlibatan penuh peserta konseling sebaya yang ditunjukkan cenderung
aktif dalam mengikuti kegiatan diskusi. Sesudah konseling sebaya
diberikan pada siswa yang tergabung dalam PIK (Pusat Informasi dan
Konseling) PEER-COAKTA SMK Negeri 6 Malang, selanjutnya siswa kembali
diukur efikasi dirinya terhadap perilaku berisiko. Adapun skor efikasi diri
sisiwa sesudah tindakan menunjukkan bahwa:
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Variabel Efikasi Diri (Post Test)
No. Interval Frekuensi Frekuensi Relatif (%)
1 35 – 37 1 3% Sangat Rendah
2 38 – 40 2 6% Rendah
3 41 – 43 2 6% Sedang
4 44 – 46 23 76% Tinggi
5 47 - 49 3 9% Sangat Tinggi
Jumlah 31 100%
2 siswa (6%) memiliki efikasi diri rendah, 2 siswa (6%) memiliki efikasi
diri sedang, 23 siswa (76%) memiliki efikasi diri tinggi dan 3 siswa (9%)
memiliki efikasi diri sangat tinggi. Hal ini membuktikan bahwa setelah
siswa mendapatkan tindakan berupa konseling sebaya maka sebagaian
besar atau 85% siswa memiliki self efficacy yang sang tinggi untuk
menolak perilaku berisiko dikalangan remaja saat ini.
Pada para konselor sebaya setelah tindakan pada siklus 2 berakhir
dilakukan pengukuran kembali. Perbandingan perolehan skor total pada
para konselor sebaya sebelum dan sesudah tindakan menunjukkan
adanya peningkatan skor efikasi diri yang cukup berarti. Hal Ini
menunjukkan bahwa pada konselor sebaya, aktivitas sebagai konselor
pada konseling sebaya juga turut meningkatkan efikasi diri remaja
untuk menolak perilaku berisiko. Hasil ini cukup menggembirakan
mengingat konselor sebaya sendiri juga berperan sebagai model bagi
teman-teman sebayanya.
Secara kognitif, penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan
pemikiran dan orientasi remaja untuk berperilaku sehat dan menghadapi
situasi yang menekan dengan strategi pengelolaan diri yang efektif.
Salah satu indikatornya adalah adanya peningkatan skor efikasi diri
sesudah tindakan jika dibandingkan dengan sebelum tindakan. Ditinjau
dari aspek motivasi, hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan
motivasi peserta konseling dan konselor sebaya untuk menghindari
perilaku berisiko. Uraian dan tayangan konselor sebaya pada teman-
temannya cukup menggugah peserta konseling sebaya dan para konselor
sebaya sendiri untuk tidak lagi berani melakukan perilaku berisiko.
Diskusi kelompok dan diskusi pleno menunjukkan tingginya motivasi
siswa yang diberi konseling dan para konselor sebaya untuk menghindari
atau menolak perilaku berisiko. Secara afektif, hasil yang terlihat dalam
penelitian ini adalah remaja tidak lagi merasa cemas seandainya menolak
perilaku berisiko yang ditawarkan teman-temannya. Ini tampak dari
hasil diskusi ketika siswa diminta menggambarkan perasaannya ketika
menghadapi situasi tersebut. Ketika dihadapkan pada situasi dilematis
untuk melakukan atau menghindari perilaku berisiko, pada saat diskusi
tampak siswa sudah mampu memilih perilaku yang cenderung
menghindari perilaku berisiko.
Peer
25 Counseling
Menyelamatkan
untuk Meningkatkan
Masa DepanSelf
Generasi
Efficacy
Emas
terhadap
Bangsa
Perilaku Berisiko pada 25
Remaja
PENUTUP
Kesimpulan
Penelitian ini menghasilkan suatu buku panduan sederhana bagi
konselor sebaya untuk membantu meningkatkan efikasi diri teman -
teman sebayanya terhadap perilaku berisiko. Selain itu, penelitian ini
juga dapat menghasilkan gambaran proses suatu penerapan konseling
sebaya di sekolah untuk meningkatkan efikasi diri remaja terhadap
perilaku berisiko. Dalam penelitian tindakan ini sebenarnya terdapat
dua tindakan dan dua populasi subyek yang dikenai tindakan. Tindakan
pertama, berupa: pelatihan konselor sebaya dan penerjunan konselor
sebaya yang sudah dilatih tersebut kepada para siswa. Tindakan kedua
berupa konseling sebaya oleh para konselor sebaya berupa: ceramah dan
diskusi yang ditujukan kepada siswa yang tergabung dalam PIK (Pusat
Informasi dan Konseling) PEER-COAKTA SMK Negeri 6 Malang. Ada lima
remaja yang menjadi konselor sebaya, setelah melewati seleksi. Hasil
tindakan berupa pelatihan konselor sebaya yang dilanjutkan penerjunan
menjadi pendidik dan konselor sebaya bagi teman sekelasnya
menunjukkan hasil adanya peningkatan efikasi diri para konselor sebaya
sebelum dan sesudah tindakan. Ada 31 siswa yang tergabung dalam PIK
(Pusat Informasi dan Konseling) PEER-COAKTA SMK Negeri 6 Malang
yang dikenai tindakan konseling sebaya berupa ceramah dan diskusi.
Hasil menunjukkan terjadinya peningkatan efikasi diri para siswa yang
mendapat konseling sebaya untuk meningkatkan efikasi diri remaja
terhadap perilaku berisiko.
Saran
Untuk meningkatkan self efficacy terhadap perilaku remaja, hendaknya
diberikan penguatan melalui kegiatan PIK (Pusat Informasi dan Konseling)
yang terintegrasi dalam Bimbingan dan Konseling, maka perlu
ditingkatkan pelatihan-pelatihan konselor sebaya dan dikaji hal-hal yang
berkaitan dengan cara pengefektifan dinamika komunikasi di kalangan
remaja. Hal ini untuk mengantisipasi persoalan yang berkaitan dengan
ketidakaktifan konselor sebaya atau peer counselor dalam menjalankan
perannya atau persoalan yang berkaitan dengan kurangnya koordinasi
dan komunikasi di antara para pengelola yang berkompeten dengan
konselor sebaya yang telah mengikuti pelatihan.
Peer
26 Counseling
Menyelamatkan
untuk Meningkatkan
Masa DepanSelf
Generasi
Efficacy
Emas
terhadap
Bangsa
Perilaku Berisiko pada 26
Remaja
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT
Rineka Cipta Bandura,1994.
Ontological and Epistemological Terrains Revisited. Journal of Behavior
Therapy and experimental Psychiatry. 27, 323-345
Borg, W and Gall MD. Education Research and Introduction. Fourth
Edition. Longman Inc
Heaven P.C.L. 1996. Adolescence Health: The Role of Individual Differences.
London: Routledge.
Kusmilah, S, Rimayanti, Aini, N, Hartanto D, dan Purwoko, F. 2004. Model
Peer Counseling dalam Mengatasi Problematika Remaja Akhir. Laporan
Penelitian. Yogyakarta: FIP UNY
O’Leary, A. 1985. Self Efficacy and Health. Behavioral Research and Therapy,
23, 437-451.
Scwarzer, R and Renner,B. 1995. Health Specific Self Efficacy Scale. www.
Ralfschwarzer.com
Thompson CL, Rudolph LB, dan Henderson DA. 2004. Counseling for
Children. USA: Thompson Brooks/Cole.
Ciptakan Generasi ‘Z” Cerdas dan Berkarakter 27
Alfi Faridian
SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo
27
28 Menyelamatkan Masa Depan Generasi
Ciptakan Generasi ‘Z” Cerdas dan Berkarakter
Emas Bangsa 28
serta produktif. Generasi “Z” sebagai generasi penerus bangsa juga harus
memiliki daya saing dan daya juang tinggi. Hal ini diperlukanuntuk
melanjutkan pembangunan Indonesia diera globalisasi.
Untuk menciptakan generasi yang cerdas diperlukan keseimbangan
dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
bersumber pada diri anak itu sendiri, kemauan, dan kemampuan untuk
mengembangkan dirinya, sedangkan faktor eksternal adalah orang tua,
sekolah, dan lingkungan. Kedua faktor ini harus seiring sejalan dalam
setiap kehidupan anak bangsa.
Di samping pendidikan, faktor yang juga berperan untuk membentuk
generasi Z yang berkualitas adalah iman dan takwa kepada Allah SWT.
Keimanan dan ketakwaan akan membentengi seseorang dari perbuatan-
perbuatan tercela. Sebuah pepatah yang berbunyi “ilmu tanpa agama
adalah buta” memang benar adanya. Setinggi apa pun ilmu yang
didapatkan tanpa diikuti kepatuhan terhadap perintah agama pasti akan
binasa. Selain cerdas dan kreatif generasi Z harus beriman dan bertakwa
kepada Allah SWT. Untuk menanamkan keimanan dan ketaqwaan kepada
generasi Z, pemerintah telah memasukkan materi pendidikan agama ke
dalam kurikulum pembelajaran di sekolah. Selain itu, kegiatan keagamaan
di lingkungan rumah, seperti majelis taklim merupakan solusi lain
dalam rangka menanamkan dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan
terhadap Allah SWT. Dengan demikian, terbentuklah generasi penerus
pilihan yang cerdas, kreatif, berakhlak mulia, dan mengedepankan nilai-
nilai keimanan dan ketakwaan terhadap Allah SWT.
Aspek pendidikan adalah aspek terpenting dalam membentuk karakter
bangsa. Dengan mengukur kualitas pendidikan, dapat melihat potret
bangsa yang sebenarnya. Aspek pendidikan menentukan masa depan
seseorang, dalam hal ini generasi Z. Apakah mereka dapat memberikan
suatu yang membanggakan bagi bangsa? Apakah mereka juga dapat
mengembalikan jati diri bangsa atau sebaliknya? Pendidikan seperti apa
yang diberikan agar generasi Z lebih berkarakter. Setidaknya ada empat
faktor utama yang harus diperhatikan, yaitu kurikulum, dana yang
tersedia untuk pendidikan, kelayakan tenaga pendidik, dan lingkungan
yang mendukung bagi penyelenggaraan pendidikan. Keempat faktor ini
terkait satu sama lain untuk menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM)
dengan karakter yang yang mampu bersaing di era global, sehingga
dapat mengembalikan jati diri bangsa.
29 Menyelamatkan Masa Depan Generasi
Ciptakan Generasi ‘Z” Cerdas dan Berkarakter
Emas Bangsa 29
4. Pendidikan Formal
Pendidikan formal seperti sekolah dan perguruan tinggi diharapkan
berperan besar dalam pembangunan karakter bangsa. Lembaga-lembaga
pendidikan formal diharapkan dapat mencerdaskan kehidupan bangsa.
Harus diakui bahwa pendidikan formal di Indonesia secara umum
banyak melakukan pelatihan daripada pendidikan. Kegiatan pendidikan
telah terusir menjadi kegiatan ’mengisi’ otak para siswa dan mahasiswa
sebanyak-banyaknya, dan kurang perhatian pada perkembangan ’hati’
mereka. Keberhasilan seorang guru diukur dari kecepatannya ’mengisi’
otak para siswanya. Sekolah menjadi ’pabrik’ untuk menghasilkan or-
ang-orang yang terlatih, namun belum tentu terdidik. Dengan demikian,
bukan berarti bahwa secara praktik pendidikan sama sekali terpisah dari
pelatihan, melainkan dalam pendidikan dikembangkan juga berbagai
keterampilan.
Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia harus mengarah kepada
pembangunan karakter manusia. Hal ini dikarenakan sekolah adalah
salah satu lembaga yang berorientasi dalam mencetak manusia yang
lebih baik, jadi sekolah harus mampu memanusiakan manusia. Saat ini
pembangunan fisik, teknologi, dan ilmu pengetahuan di dunia telah
megalami kemajuan yang sangat pesat. Akan tetapi, kondisi manusia
menjadi jauh dari kondisi manusia yang sempurna kemanusiaanya.
Banyak manusia menjadi robot-robot hidup yang penuh dengan
ketakutan-ketakutan yang diakibatkan oleh penemuan manusia itu sendiri,
kondisi ini tidak mengarah kepada kedamaian dan ketenangan yang
dibutuhkan oleh manusia. Manusia tidak tahu arah hidupnya dan
menjadi budak-budak konsumsi dari apa yang diciptakan sendiri, akhirnya
membuat hati mereka mati. Mereka terlalu mempertuhankan apa yang
telah diciptakan dan diperbudak oleh otak kiri (akalnya) saja. Mereka
tidak mempergunakan kemampuan otaknya secara sempurna, yaitu
menggunakan otak kiri, otak kanan, bawah sadar, serta kekuatan hati
nurani. Tentu saja kondisi yang demikian harus dijauhkan dari generasi
Z agar tidak menjadi racun yang membunuh karakter mereka.
Menciptakan generasi yang beretika memang tidak semudah
membalik telapak tangan, tetapi harus dengan perjuangan yang sungguh-
sungguh. Sebenarnya, hal pertama yang harus diperbaiki adalah niat,
niat untuk menjadi yang baik dan membaikkan. Pendidikan haus akan
orang-orang yang beretika dan memiliki kesadaran hati nurani dalam
32 Menyelamatkan Masa Depan Generasi
Ciptakan Generasi ‘Z” Cerdas dan Berkarakter
Emas Bangsa 32
Eviatun Khaeriah
SMKN 2 Malang
35
36 Peran
Menyelamatkan
Orang Tua dan
Masa
Peer
Depan
Counselor
Generasi
dalam
Emasmenyikapi
Bangsa Masalah Kenakalan Remaja 36
Evva
SMA Negeri 4 Malang
43
Ketergantungan Siswa terhadap Penggunaan Smartphone Berdampak pada pribadi dan
44 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa 44
Interaksi Sosial
benda yang sangat pintar yang dapat digunakan berbagai macam hal
oleh sipenggunanya. Dalam era masa kini telepon genggam disebut
menjadi smartphone, alat yang dapat digunakan banyak hal selain
untuk berbicara jarak jauh maupun mengirim pesan singkat.
Dulu sebuah handphone diciptakan memang bertujuan untuk
mempermudah melakukan komunikasi jarak jauh. Namun, seiring
berkembangnya teknologi munculnya sebuah smartphone tidak hanya
dapat digunakan untuk melakukan komunikasi jarak jauh. Bahkan lebih
dari itu, seperti menonton video, mendengarkan musik, mencari informasi
di internet, dan bermain game. Kemudahan yang didapatkan dari
penggunaan smartphone menjadikan seseorang termasuk di dalam
bagiannya adalah siswa di sekolah terlena terhadap dirinya dan juga
lingkungan sosialnya, hingga seorang pengguna smartphone terkadang
tidak menyadari bahwa mereka menjadi ketergantungan dalam
menggunakan sebuah smartphone. Ini merupakan salah satu dampak
negatif penggunaan smartphone.
PEMBAHASAN
Saat ini smartphone sudah menjadi salah satu kebutuhan primer
bagi kebanyakan orang. Kegiatan komunikasi sesederhana menyapa
teman pun tetap kita lakukan menggunakan smartphone. Seberapa
sering kita chatting melalui instant messanger pun sudah mulai menjadi
salah satu tolak ukur kedekatan kita dengan seseorang. Selain itu, kita
merasa banyak hal menarik yang dapat didapatkan melalui smartphone.
Mulai dari info terkini, games, dan berbagai hiburan lainnya yang dapat
kita lakukan pada benda canggih dalam genggaman.
Penggunaan smartphone dalam jumlah tinggi juga terjadi di
lingkungan sekolah, dimana siswa merupakan pengguna aktif dari
smartphone. Mulai dari smartphone yang berharga murah sampai yang
mahal merupakan pilihan mereka. Dari pengamatan itu membuat
ketertarikan kami untuk melakukan survei ke siswa kelas X dan XI di
SMAN 4 Malang, dan ditemukan data dari 246 siswa yang mengisi
angket ada satu siswa yang menjawab tidak memiliki smartphone,
artinya 99,6% siswa memiliki smartphone yang memiliki fitur canggih
untuk mengakses berbagai kegiatan yang disukai oleh siswa.
Kegiatan-kegiatan yang sering dilakukan siswa dengan menggunakan
smartphone-nya berdasarkan hasil survei dari urutan yang paling sering
Ketergantungan Siswa terhadap Penggunaan Smartphone Berdampak pada pribadi dan
45 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa 45
Interaksi Sosial
DAFTAR PUSTAKA
Ratrioso, Iman. 2008. Remaja Unggul Kamukah Itu?. Jakarta: PT Perca.
https://gheovanchoff.wordpress.com/2014/11/18 / pengertian-
phobia-penyebab-dan-macam-macam-phobia/
50 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
Pendidikan Seksual Bagi Remaja Sebagai Upaya Preventif Perilaku Seksual Pranikah
pada Remaja 51
Mamang Efendy
SMP Negeri 1 Galis Pamekasan
51
Pendidikan Seksual Bagi
Menyelamatkan MasaRemaja Sebagai Emas
Depan Generasi UpayaBangsa
Preventif Perilaku Seksual Pranikah
52 pada Remaja 52
umumnya agar mereka dapat melewati masa transisi ini dengan baik
dan selamat.
Karena remaja adalah suatu fase tumbuh kembang yang dinamis
dalam kehidupan, merupakan periode transisi dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa yang ditandai percepatan perkembangan fisik, mental,
emosional, dan sosial. Pertumbuhan sosial dan pola kehidupan masyarakat
akan sangat mempengaruhi pola tingkah laku dan jenis penyakit
golongan usia remaja seperti kehamilan yang tidak diinginkan, penyakit
akibat hubungan seksual, dan penyalahgunaan alkohol yang semuanya
akan menentukan kehidupan pribadi serta dapat menjadi masalah bagi
keluarga, bangsa, dan negara di masa yang akan datang (Budie, 2009).
Orang tua sering tidak memahami perubahan yang terjadi pada remaja.
Merasa tidak dimengerti, remaja seringkali memperlihatkan agresivitas
yang dapat mengarah pada perilaku berisiko tinggi. Salah satu bentuk
perilaku risiko tinggi yang terjadi dan menjadi masalah remaja adalah
perilaku yang berkaitan dengan seks pranikah.
Akibat yang ditimbulkan oleh perilaku seksual pranikah remaja
sangat kompleks, diantaranya yaitu kasus aborsi, penyakit menular
seksual, kehamilan yang menyebabkan remaja putri putus sekolah, dan
yang lebih tragis apabila sampai terjadi bunuh diri seperti pada kasus
diatas. Dalam sebuah laporan majalah Gatra dinyatakan bahwa tingkat
kasus aborsi di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara, yakni mencapai dua
juta kasus dari jumlah kasus di negara ASEAN yang mencapai 4,2 juta
kasus per tahun. Data Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Orga-
nization-WHO) mengenai kasus aborsi tersebut terungkap pada Talk
Show “Virginitas dan Fenomena Aborsi” yang digelar di Makassar, Sabtu
25 Maret 2006. Sementara itu, akibat psikososial yang lainnya yang
harus ditanggung oleh remaja adalah ketegangan mental, seta
kebingungan akan peran sosial yang tiba-tiba berubah apabila seorang
remaja puteri tiba-tiba hamil. Akan terjadi cemoohan dan penolakan
dari masyarakat sekitar, akibat-akibat lainnya yaitu putus sekolah dan
akibat ekonomis untuk biaya perawatan dalam membesarkan anak
(Sanderwitz & Paxman dalam Sarlito, 2015).
Akibat yang tidak terlalu tampak jika hanya dilihat sepintas, sehingga
kurang banyak dibicarakan adalah berkembangnya penyakit kelamin di
kalangan remaja. Prof. Dr. M. Sukandar selaku Ketua Panitia Kongres
Nasional IV Perkumpulan Ahli Dermatovenerologi (Penyakit kulit dan
Pendidikan Seksual Bagi
Menyelamatkan MasaRemaja Sebagai Emas
Depan Generasi UpayaBangsa
Preventif Perilaku Seksual Pranikah
53 pada Remaja 53
perpecahan. Tidak adanya pengawasan dan disiplin yang baik dari orang
tua akan menyebabkan seorang remaja cenderung berperilaku delinkuen.
Adanya pengawasan yang baik, disertai perhatian, kasih sayang,
pemberian kepercayaan kepada anak, dan keharmonisan keluarga yang
timbal balik akan mencegah munculnya perilaku seksual pranikah bebas
pada remaja.
Hal ini seperti yang ditegaskan oleh Kartono (1995) bahwa perhatian
orang tua yang diwujudkan berupa penyediaan fasilitas belajar, serta
pemberian bantuan dalam pemecahan masalah, maka anak merasa
diperhatikan oleh orang tuanya. Perhatian adalah keadaan yang
merupakan tingkat atau perhatian orang tua dalam memberikan
dorongan serta perhatian pada anak-anaknya. Dengan mendapat perhatian
orang tua maka remaja akan merasa senang dan merasa dihargai
keberadaannya, sehingga akan patuh dan segan kepada orang tuanya
sebagai timbal balik. Hal ini juga akan membawa akibat atau dampak
yang positif pada sikap anak dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya
anak yang kurang mendapat perhatian orang tua cenderung mengalami
berbagai macam kesulitan yang mungkin dapat mengarah ke hal-hal
yang menyimpang, salah satunya kecenderungan perilaku seksual
pranikah. Keluarga juga mempunyai peranan dalam membentuk
kepribadian seorang remaja. Dalam keluarga yang sehat dan harmonis,
anak akan mendapatkan latihan-latihan dasar dalam mengembangkan
sikap sosial yang baik dan perilaku yang terkontrol. Oleh karena itu,
peran penting orang tua, guru, tenaga ahli, dan semua pihak diharapkan
dapat berkontribusi dalam menanggulangi dan mencegah perilaku seksual
pada remaja, agar kita bisa mempersiapkan remaja yang baik untuk
masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
Sarwono, S.W. 2009. Penyaluran Hasrat Seksual pada Penyandang Cacat
Ganda. Makalah untuk Kongres Asosiasi Seksolohi Indonesia di
Pontianak.
Sarwono, S.W. 2015. Psikologi Remaja. Jakarta: Penerbit PT. Raja Grafindo
Perasada.
Fitriana, N.G. 2010. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tentang Seks
Pranikah dengan Perilaku Seksual Pranikah Pada Siswa SMK XX
Semarang. Jurnal Penelitian. (Online) http://e-journal.com.
Pendidikan Seksual Bagi
Menyelamatkan MasaRemaja Sebagai Emas
Depan Generasi UpayaBangsa
Preventif Perilaku Seksual Pranikah
57 pada Remaja 57
59
60 Menyelamatkan Masa Depan GenerasiKenakalan
Emas Bangsa
Remaja dan Peran Guru di 60
Sekolah
Kesimpulan:
Pada dasarnya sekolah merupakan tempat yang layak untuk membantu
remaja dalam membentuk karakter positif. Tentunya dengan bantuan
para guru-guru yang efektif, sehingga remaja tidak lagi
mendapat stereotip negatif dan mereka tidak akan
terabaikan. Dengan kata lain, sekolah memiliki
fungsi maksimal bagi seluruh remaja yang
memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan
sebagai warga negara Indonesia.
guruku sahabatku,
guruku pahalawanku,
66 Menyelamatkan Masa Depan GenerasiKenakalan
Emas Bangsa
Remaja dan Peran Guru di 66
Sekolah
DAFTAR PUSTAKA
Arends, Richard, I. 2013. Belajar untuk Mengajar Edisi 9 buku 1. Jakarta:
Salemba Humanika.
Djiwandono, Wuryani. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Feist, G. J. dan Feist, J. 2009. Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humnika.
Feldman, R. D., Olds, S. W., dan Papalia, D. E. 2009. Perkembangan Manusia.
Jakarta: Salemba Humanika.
Ormrod, J. Ellis. 2009. Psikologi Pendidikan: Membantu Siswa Tumbuh dan
Berkembang jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Rahayu, K. S. I, et all. 2013. Hubungan antara Keharmonisan Keluarga dan
Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Ilmiah Konseling, 2 (1): 23-56.
Sabarisman, Muslim dan Unayah, Nunung. 2015. Fenomena Kenakalan
Remaja dan Kriminalitas. Jakarta: Yrama Media.
Santrock. 2007. Remaja: edisi 11, jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Kenakalan Remaja dan Peran Guru di MTs 67
Maulidatul Fitriyah
MTS Darul Karomah Randuagung Pasuruan
67
68 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas
Kenakalan
BangsaRemaja dan Peran Guru di MTs 68
a. Faktor Internal
Remaja yang tidak bisa membedakan mana yang baik dan buruk,
maka remaja tersebut akan terseret pada perilaku “nakal”. Begitupun
bagi remaja yang sudah bisa membedakan hal yang baik dan
buruk.Namun tidak mampu mengembangkan kontrol diri untuk
bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
b. Faktor eksternal
1) Keluarga. Seperti yang telah kita ketahui bersama, peran keluarga
sangat penting dalam mengembangkan pribadi anak. Perawatan or-
ang tua yang penuh kasih sayang, dan pendidikan tentang nilai-nilai
kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang diberikan
merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi
pribadi dan anggota masyarakat yang sehat (Yusuf, 2010:177). Bisa
jadi remaja yang mengalami kenakalan remaja karena faktor perceraian
orang tua, orang tua yang sering bertengkar, kesibukan orang tua
sehingga tidak ada waktu bagi anak. Hal ini dapat memicu hal negatif
pada perkembangan sikap pada remaja. Bahkan pendidikan yang salah
di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan
pendidikan agama, dan terlalu mengekang anak dapat menjadi
timbulnya kenakalan remaja.
2) Pengaruh teman sepermainan yang kurang baik.
3) Lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
4) Minimnya pemahaman tentang keagamaan
Dalam kehidupan berkeluarga, kurangnya pembinaan agama juga
menjadi salah satu faktor terjadinya kenakalan remaja. Dalam pembinaan
moral, agama mempunyai peranan yang sangat penting, karena nilai-
nilai moral yang datangnya dari agama tetap tidak berubah oleh waktu
dan tempat. Pembinaan moral ataupun agama bagi remaja melalui
rumah tangga perlu dilakukan sejak kecil sesuai dengan umurnya,
karena setiap anak yang dilahirkan belum mengerti mana yang benar
dan mana yang salah. Selain itu, belum mengerti mana batas-batas
ketentuan moral dalam lingkungannya. Oleh karena itu, pembinaan
moral pada permulaannya dilakukan di rumah tangga dengan latihan-
latihan dan nasehat-nasehat yang dipandang baik.
Maka pembinaan moral harus dari orang tua melalui teladan yang
baik berupa hal-hal yang mengarah kepada perbuatan positif, karena
70 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas
Kenakalan
BangsaRemaja dan Peran Guru di MTs 70
digugu dan ditiru, peran guru itu tidak hanya sebatas tugas yang harus
dilaksanakan di depan kelas saja. Akan tetapi, seluruh hidupnya memang
didedikasikan untuk pendidikan. Menurut Lydia & Satya (2006:12) bahwa
seseorang yang terlatih dalam tanggung jawab tidak pernah terlibat
tawuran, kebut-kebutan di jalan umum, atau menyalahgunakan narkoba,
serta terlibat dalam perilaku negatif lain. Oleh karena itu, pupuklah rasa
tanggung jawabmu demi sebuah masa depan yang lebih baik dan cerah.
Selalu memantau, mengecek, dan mengawasi peserta didik dan
remaja dalam melakukan apapun. Saat anak membuat kesalahan jangan
memarahi anak tersebut, setidaknya tanyakan dulu dan dengarkan
penjelasannya. Baru guru bimbingan dan konseling dapat memberi
bimbingan, orang tua bisa memberikan solusi dan nasehat, sedangkan
masyarakat bisa memberikan dorongan dan motivasi kepada anak tersebut.
Tips untuk mencegah dan mengatasi kenakalan remaja
a. Orang tua harus lebih banyak berkomunikasi dan memberikan
perhatian pada anaknya, penting juga orang tua memberikan waktu
mendengarkan cerita anaknya, agar tidak ada apapun hal yang
disembuyikan dan masalah anak tersebut dapat terselesaikan.
b. Pondasi, penanaman, dan pengenalan agama perlu dimulai sejak dini.
c. Pengawasan orang tua yang intensif terhadap anak termasuk
mengawasi media televisi, internet, handphone, dan semua situs yang
berbahaya bagi anak.
d. Perlunya materi bimbingan dan konseling di sekolah.
e. Dukunglah hobi dan bakat anak, fasilitasi hobinya agar dapat terhindar
dari hal yang negatif.
Dari uraian di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa upaya
pencegahan dimulai dari diri sendiri terlebih dahulu. Kemudian remaja
tersebut perlu membentengi pengaruh dari luar dengan pemahaman
agama yang kuat, moral yang baik dan selalu berpikir positif. Selain itu,
upaya pencegahan dalam mengantisipasi kenakalan remaja perlu
dukungan dari semua serta kerjasama yang baik (orang tua, guru, dan
masyarakat). Adapun upaya yang lebih kongkret yang dapat dilakukan
adalah lebih memperhatikannya, upaya yang lebih penting lagi adalah
menanamkan agama sejak dini kepada si anak.
72 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas
Kenakalan
BangsaRemaja dan Peran Guru di MTs 72
DAFTAR PUSTAKA
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Fanidya. 2013. Kenakalan Remaja. (Online) https://fanidya111. wordpress.
com/2013/03/08/contoh-artikel-tentang-kenakalan-remaja-dan-narkoba,
diakses 26 November 2016.
Martono, Harlina, dkk. 2006. Belajar Hidup Bertanggung jawab, Menangkal
Narkoba dan Kekerasan. Jakarta: Balai Pustaka.
Hawari, Dadang. 2003. Kenakalan Remaja. Sinar Harapan. 1 Desember
2003:A5, Print.
Hurlock, Elizabeth B. 1999. Psikologi Perkembangan. Jakarta:Erlangga.
Samin,Cah. 2015. Kenakalan Remaja. (Online) http://artikelmateri.
blogspot.co.id/2015/12/kenakalan-remaja-pengertian-adalah-contoh-
penyebab.html, diakses 26 November 2016.
Yusuf, Syamsu, dan Nurihsan Juntika. 2010.Landasan Bimbingan dan
Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Menangkal Narkoba pada Remaja 73
Erna Pratiwi
SMP Al–Ikhlash Lumajang
73
74 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
Menangkal Narkoba pada Remaja 74
Muhlis
SMK Al-Asy’ari Kwanyar Bangkalan
79
80 Menyelamatkan
Indonesia
Masa
Darurat
Depan(Teknologi,
Generasi Emas
Seks,Bangsa
Pendidikan dan Matinya Akal Kritis) 80
bukan urusan sandang lagi, tapi sudah berubah menjadi gaya hidup
(lifestyle). Hp bermetamorfosis dari komunikasi menjadi tempat
berekspresi. Makan bukan lagi penopang perut lapar, tapi sudah urusan
menuruti selera lidah.
Hukum kausalitas pun berlaku dalam hal ini,kaum kapitalis tidak
menyia-nyiakan kesempatan ini. Menurut Fromm (1988) pada dasarnya
gagasan untuk mengonsumsi barang-barang yang lebih baik dimaksudkan
untuk memberi kebahagian yang lebih dan hidup yang lebih memuaskan.
Tetapi, konsumsi telah menjadi tujuan itu sendiri. Pertambahan
kebutuhan yang terus-menerus memaksa manusia untuk memenuhinya.
Dengan munculnya benda-benda komoditas, tampillah dunia-dunia benda
asing yang memperbudak manusia. Melalui teror iklan yang menciptakan
kebutuhan-kebutuhan semu (palsu), mengonsumsi pada hakikatnya
merupakan kepuasan fantasi yang dirangsang secara artifisial, suatu
bentuk fantasi yang teralienasi dari diri manusia yang konkret.
Jika fenomena sosial yang sedang terjadi saat ini sebagai akibat dari
genjatan masif kaum kapitalis untuk meraup keuntungan sebanyak
mungkin, maka Indonesia berada dalam zona merah. Hal ini dikarenakan
sebagian masyarakat cenderung konsumtif daripada kreatif. Situasi ini
membuat hamparan generasi didominasi kesepian akal kritis.
DAFTAR PUSTAKA
Budi, Langgeng Sulistyo, Kota-kota di jawa: Identitas, Gaya Hidup dan
Permasalan Sosial. Yogyakarta: Ombak, 2010.
Fromm, Erich. 1998. Manusia Bagi Dirinya. Jakarta: Akademika.
Jatmiko, Adityo. 2005. Tafsir Ajaran Serat Wedhatama. Yogyakarta: Pura
Pustaka.
Jawa Pos. 17 Oktober 2016.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia: Bidang Data Informasi dan
Pengaduan, 2015.
Kompasiana atau http://www.kompasiana.com/bocahndeso/80-gadis-tak-
lagi perawan_550057e2a33311376f510bc4,1 Desember 2010.
Malaka, Tan. 2002. Dari Penjara Ke Penjara. Jakarta: Teplok Press.
Munir, Abdullah. 2009. Spritual Teaching: Agar Guru Senantiasa Mencintai
Pekerjaan dan Anak Didiknya. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
Otto, Sukanto. 2007. Prahara Bumi Jawa: Sejarah Bencana Jatuh-Bangunnya
Penguasa Jawa. Yogyakarta: Jejak.
87 Menyelamatkan
Indonesia
Masa
Darurat
Depan(Teknologi,
Generasi Emas
Seks,Bangsa
Pendidikan dan Matinya Akal Kritis) 87
Sulastrini
MTsN I Kota Malang
89
90 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa Remaja Itu Harus Keren 90
gaya hidup. Orang yang merokok tentunya jauh dari sehat jasmaninya,
walaupun perokok kelihatan sehat tapi mereka sebenarnya kehilangan
sebagian dari kehidupannya. Apalagi minuman keras, naudzubillah,
semoga kita dijaukan oleh Allah ‘azzawajalla dari hal tersebut.
5. Mujahadatu lLinafsihi (berjuang melawan hawa nafsu)
Mujahadatul linafsihi merupakan salah satu kepribadian yang juga
harus ada pada diri seorang muslim. Karena setiap manusia memiliki
kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan
kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat
menuntut adanya kesungguhan. Kesungguhan itu akan ada manakala
seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Hawa nafsu yang ada
pada setiap diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam.
Rosulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ”Tidak beriman seseorang
dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang
aku bawa (ajaran Islam)” (HR. Hakim). Orang yang gaul, tidak akan
bernafsu untuk memiliki ini dan itu, atau mengikuti hal ini dan itu. Jika
ada seorang yang berpacaran tentunya kita sebagai seorang muslim
yang gaul, maka harus berprinsip bahwa pacaran adalah hal yang
diharamkan dalam Islam, serta tidak mudah mengikuti orang yang
melakukan hal tersebut. Apalagi dizaman sekarang muncul istilah pacaran
Islami, padahal pacaran sebelum menikah adalah perbuatan maksiat,
apakah perbuatan maksiat jadi Islami.
6. Harishun AlaWaqtihi (pandai menjaga waktu)
Harishun ala waqtihi merupakan faktor penting bagi manusia. Hal
tersebut karena waktu mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah
ta’aladan Rasul-Nya. Allah banyak bersumpah di dalam Al-Quran dengan
menyebut nama waktu seperti walfajri, waddhuha, wal’asri, wallaili dan
seterusnya. Allah memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah
yang sama, yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu,
ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Oleh
karena itu, tepat sebuah semboyan yang menyatakan: “Lebih baik
kehilangan jam daripada kehilangan waktu”. Waktu merupakan sesuatu
yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi. Oleh karena
itu,setiap muslim amat dituntut untuk pandai mengelola waktunya
dengan baik, sehingga waktu berlalu dengan penggunaan yang efektif
dan tidak ada yang sia-sia. Jangan sampai waktu kita habis dengan hal
yang tidak bermanfaat atau bahkan dengan kemaisiatan, seperti
95 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa Remaja Itu Harus Keren 95
sekaligus diginakan sebagai sarana dakwah. Ada juga yang suka kuliner
dapat mencoba resep yang super kreatif. Dimulai dari tante yang beli
dilanjut ke temen-temen dapat jadi konsumen. Jangan sampai kita
berkata gaul, tapi tetap ikut-ikutan zaman tanpa menyaring mana yang
baik dan mana yang buruk.
Remaja Kekinian dan Kenakalannya 97
Erwin Qadariyah
SMAN 1 Lawang , Malang
97
98 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
Remaja Kekinian dan Kenakalannya 98
DAFTAR PUSTAKA
Laning, Vina Dwi. 2008. Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya.
Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Kementrian Pendidikan Nasional. Jakarta: PT. Remaja Rosda Karya.
Pergaulan Bebas Penghancur Peradaban 103
Santi Suhermina
SMP Negeri 2 Dau Satu Atap Malang
103
104 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas
Pergaulan
BangsaBebas Penghancur Peradaban 104
Ternyata ayah dari anak kecil itu masih berstatus pelajar SMA. Ia
bersekolah disalah satu sekolah favorit di kota ini. Kakek dan nenek dari
anak kecil itu berprofesi sebagai dosen. Mereka saat ini dalam proses
cerai dan masing-masing tinggal diluar kota yang berbeda. Mereka
sudah berencana membina keluarga baru lagi jika proses cerai itu nanti
selesai. Karena pasangan dosen itu sudah tidak tinggal bersama lagi,
praktis rumah sebesar ini hanya dihuni tiga orang, yaitu pelajar SMA
yang juga ayah biologis dari anak itu, anak itu sendiri dan seorang
asisten rumah tangga berusia paruh baya. Ketidakhadiran orang tua dan
fasilitas materi tanpa diiringi tanggung jawab adalah jurang ampuh
untuk menghancurkan masa depan seorang anak. Setiap hari pelajar
SMA itu membonceng teman perempuannya untuk diajak ke rumah.
Teman perempuan ini selalu berganti-ganti setiap hari. Asisten rumah
tangga di rumah itu hanya mampu diam dan tak bisa berbuat apapun.
Ketidakhadiran orang tua membuat pelajar SMA tersebut bebas melakukan
apapun tanpa kontrol. Ditunjang dengan kondisi masyarakat perkotaan
di perumahan yang individualis membuat kontrol masyarakat menjadi
lemah. Hingga pada akhirnya salah seorang teman wanitanya hamil.
Kejadian inilah yang membuka fakta-fakta yang sebelumnya tertutup
rapat. Bahwa ternyata ini bukanlah kehamilan yang pertama. Ada tujuh
teman perempuan yang pernah hamil dan enam diantaranya berhasil
digugurkan. Dan perempuan kali ini adalah yang ketujuh. Yang k-e-t-u-
j-u-h!
Naudzubillahimindzalik! Saya terpaku diam, kisah ini nyata dan
terjadi di sekitar kita, saya kaget mendengar cerita ini. Murid saya
melanjutkan ceritanya, sebenarnya bayi dalam kandungan itu sudah
berusaha digugurkan berkali-kali namun tak berhasil. Waktu itu ujian
nasional masih kurang beberapa minggu saat pacar anak laki-laki tersebut
harus melahirkan di rumah sakit. Sempat ada pikiran untuk meninggalkan
bayi itu begitu saja di rumah sakit. Namun, nenek anak laki-laki tersebut
merasa iba saat melihat wajah bayi. Akhirnya bayi itu dibawa pulang
dan diasuh oleh asisten rumah tangganya. Sementara neneknya kembali
ke rumahnya di luar kota. Alhasil bayi itu tumbuh tanpa kasih sayang
orang tua. Setelah melahirkan, pacar anak SMA itu kembali melanjutkan
sekolah dan mengikuti ujian nasional. Ia berhasil lulus dan kemudian
menghilang entah kemana. Anak SMA itu pun melanjutkan sekolah
hingga selesai. Bayi kecil itu ditinggal dan diasuh oleh asisten rumah
105 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas
Pergaulan
BangsaBebas Penghancur Peradaban 105
yang dilakukan Elly Risman, pakar parenting dan psikolog dari Yayasan
Buah Hati Jakarta, gambar-gambar pornografi bertebaran di media sosial
dapat merusak fungsi otak ini. Kerusakan yang ditimbulkan lebih parah
dari luka karena kecelakaan. Kerusakan otak akibat pengaruh pornografi
di mesin Magnetic Resonance Imaging (MRI), hasilnya sama dengan
kerusakan pada mobil saat tabrakan keras.
Candu pornografi membuat seseorang menjadi dissensitifisasi. Gambar
yang sudah dilihat tidak ingin dilihat lagi. Ia akan mencari gambar yang
lain dengan level yang lebih dan lebih, sehingga pengonsumsi ini akan
merasa kecanduan dan selalu ingin mencari gambar yang baru lagi.
Hampir mayoritas lembaga survei menemukan fakta bahwa anak-anak
mengkonsumsi pornografi dan pornoaksi dari ketidaksengajaan. Dalam
salah satu postingan di facebook diceritakan bagaimana seorang anak
tertarik mengetik kata “ciuman” di google hanya karena gara-gara
melihat ending film spiderman. Dari satu adegan itulah semuanya
berawal. Padahal banyak dari orang tua yang masih beranggapan film
spiderman adalah film anak-anak!
Bahkan saya pernah mengalami dirumah saya sendiri, anak saya
yang masih berumur tiga tahunan mengambil gadget tanpa
sepengetahuan saya (saya amat protektif dan memberi batasan
penggunaan gadget dirumah). Waktu itu saya lupa menaruhnya diatas
meja. Sikecil mengambilnya lalu asal menyentuh tombol google. Tanpa
sengaja ia mengetik huruf x. Dari satu huruf itu keluarlah gambar-
gambar yang amat tidak pantas dilihat. Untunglah ia masih berusia tiga
tahun dan belum paham tentang hal-hal semacam itu. Namun, kejadian
itu membuat saya berpikir,jika saja asal pencet itu tidak terjadi pada
balita seusia anak saya, namun pada anak usia remaja apa yang akan
terjadi?
Satu lagi pengalaman dari saya. Waktu itu saya berencana menyapih
ASI si kecil yang sudah berusia dua tahun. Saya browsing mencari susu
pendamping yang kira-kira cocok untuk anak saya. Di google saya
mengetik “susu” ternyata gambar yang keluar bukan hanya susu
formula namun anggota tubuh perempuan. Lagi-lagi saya membayangkan,
jika saja yang melihat bukan saya yang notabene seorang perempuan,
apa jadinya jika yang melihat adalah laki-laki usia remaja.
Data statistik di kota-kota besar menunjukkan tren pergaulan bebas
semakin meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan fakta mengejutkan
107 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas
Pergaulan
BangsaBebas Penghancur Peradaban 107
dikota Batu, 60% calon mempelai wanita sudah dalam kondisi hamil.
Kepala KUA Junrejo Kota Batu, Arif Syaifuddin pada hari selasa (22/2/
2011) mengatakan dari 328 pasangan calon, 60%-nya ditolak mengajukan
nikah karena sudah dalam keadaan hamil. Jika itu terjadi sekitar enam
tahun yang lalu, maka dipastikan sekarang kondisinya semakin parah.
Pergaulan bebas dapat di kategorikan sebagai perbuatan zina.
Perbuatan ini amat dikutuk dalam kitab suci di agama manapun. Bahkan
dalam salah satu riwayat Imam Syafii, zina adalah dosa yang azabnya
dapat mengenai keluarga, tetangganya, keturunannya hingga tikus dan
semut diliang rumahnya. Sedemikian berat dosa zina hingga azabnya
pun dapat mengenai orang-orang bahkan binatang yang ada disekitarnya
yang tidak tahu apa-apa.
Akhir tulisan ini saya hanya mengingatkan sebuah peristiwa beberapa
saat sebelum kejatuhan Andalusia yang amat legendaris itu. Suatu hari
raja Leon menyuruh salah seorang mata-mata pergi ke daerah tersebut,
ditengah jalan ia bertemu dengan seorang anak laki-laki yang sedang
menangis. Mata–mata itu bertanya kenapa ia menangis, anak itu
menjawab “Anak panahku meleset. Jika begini bagaimana aku bisa
mengalahkan musuhku nanti.” ujarnya tersedu-sedu. Mata-mata itu
berpikir, jika anak sekecil ini saja mampu berpikir tentang keamanan
sebuah negara, maka bagaimana mungkin kerajaan ini bisa dikalahkan.
Ia laporkan kejadian itu pada rajanya. Beberapa tahun kemudian seorang
mata-mata kembali dikirim ke Andalusia. Di tengah jalan mata-mata itu
bertemu dengan seorang pemuda yang sedang menangis. Mata-mata itu
bertanya kenapa ia menangis. Pemuda itu menjawab ia menangis karena
baru saja ditinggal kekasihnya. Mata-mata itu segera melapor pada raja,
seketika raja berkata, inilah saatnya menjatuhkan Andalusia.
Belajar dari sejarah, Andalusia yang kokoh berabad-abad itu akhirnya
jatuh. Siapapun tak mampu percaya Andalusia yang negara superpower
bisa ditaklukkan dan jatuh begitu saja tanpa perlawanan dan rajanya
diusir dalam keadaan yang hina. Mereka lemah karena pemudanya
lemah. Pergaulan bebas, dunia pacaran dan pornografi telah
menghancurkan sebuah negara adidaya. Bandingkan dengan zaman
Sultan Salahudin Al Ayubi yang pada umur 18 tahun waktunya telah
dihabiskan untuk mewujudkan visi dan cita-cita besar menaklukan
Konstantinopel. Bandingkan dengan generasi sekarang, usia 18 tahun
waktu kita dihabiskan didepan TV sambil membicarakan ulah selebriti
108 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas
Pergaulan
BangsaBebas Penghancur Peradaban 108
yang tak habisnya membuat sensasi. Lalu merengek pada orang tua agar
dibelikan gadget atau sepeda motor terbaru yang bisa dipamerkan di
depan teman-teman sekelas.
Ah, jika kita tidak segera berbenah, negara kita akan hancur. Anak-
anak muda adalah generasi penting yang akan memegang tongkat
estafet menuju mercusuar dunia. Seperti kata bung Karno, berikan aku
10 pemuda dan akan kubangun negara ini. Betapa pentingnya generasi
muda. Indonesia tidak akan pernah berkilau seperti “emas” jika kita
tidak melakukan tindakan dari sekarang.
Selama ini masalah-masalah yang berhubungan dengan peserta
didik seperti tawuran, pergaulan bebas dan lainnya disekolah ditangani
oleh bagian kesiswaan. Melalui program-program kesiswaan ini
diharapkan mampu menjadi motor utama dalam menyelesaikan masalah–
masalah yang berhubungan dengan para peserta didik. Oleh karena itu,
didalam sekolah, tim kesiswaan biasanya dekat dengan anak-anak.
Namun kesiswaan tidak akan berhasil tanpa ditopang semua elemen
baik itu dewan guru, orang tua maupun lingkungan sekitar. Kerjasama
yang harmonis akan menyelamatkan generasi ini dari kehancuran.
Tidakkah kita belajar dari sejarah?
Menangkal Narkoba di Kalangan Pelajar 109
Uyun Ni’mah
SMAN 1 Purwoasri, Kediri
109
110 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas
Menangkal
Bangsa Narkoba di Kalangan Pelajar 110
DAFTAR PUSTAKA
Martono, Lydia Harlina dan Setya Joewana. 2006a. Pencegahan dan
Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Sekolah. Jakarta:
Balai Pustaka.
Martono, Lydia Harlina dan Setya Joewana. 2006b. Menangkal Narkoba
dan Kekerasan Jakarta: Balai Pustaka.
Nurhayati, Eti. 2011. Bimbingan Konseling & Psikoterapi Inovatif. Jakarta:
Pustaka Pelajar.
Remaja dan Bahaya Penyalahgunaan Narkoba 115
Susi Irmayanti
SMP Negeri 6 Kota Probolinggo
115
116 Menyelamatkan Masa Depan Generasi
Remaja
Emasdan
Bangsa
Bahaya Penyalahgunaan Narkoba 116
DAFTAR PUSTAKA
Istiati. 2009. Narkoba. Klaten: Sahabat.
Kabain, Ahmad. 2007. Peran keluarga, Guru, dan Sekolah dalam
Menyelamatkan Anak dari Pengarun Napza. Semarang. Bengawan Ilmu.
Laning, V.D. 2008. Kenakalan Remaja dan Penaggulangannya. Klaten.
Cempaka Putih.
Sunarmo. 2007. Bahaya Narkoba dan Upaya Pencegahannya. Semarang.
Bengawan Ilmu.
Widodo, R.W. 2008. Benteng Remaja Menolak Narkoba. Jakarta. Nobel
Edumedia.
Winarto, S.S. 2007. Ada Apa Dengan Narkoba. Semarang. Aneka Ilmu.
130 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
Film Berkarakter “Pernikahan Dini” Via Media Arus Utama dan Media Arus Alterknatif 131
FILM BERKARAKTER “PERNIKAHAN DINI” VIA MEDIA ARUS UTAMA DAN MEDIA
ARUS ALTERNATIF
131
132 Film Berkarakter “Pernikahan
Menyelamatkan Masa Depan Generasi
Dini” Emas
Via Media Bangsa
Arus Utama dan Media Arus 132
Alterknatif
jati diri serta kehidupan yang lebih baik bagi warga yang lebih khususnya
keadaan yang lebih membuat baik. Dengan pengembangan diri maka
diharapkan keberadaan ini semakin menyesuaikan dengan keterampilan
yang sesuai dengan sesama serta membentuk perilaku yang wajar dan
terukur. Dengan demikian, pengembangan jati diri warga diperlukan
untuk membangun kemampuan yang sesuai dengan sistem perilaku
yang ada. Untuk itulah diperlukan gagasan yang sesuai dengan sistem
yang sesuai dengan perilaku yang diharapkan.
Tokoh-tokoh yang ada dalam film yang membahas pernikahan dini
meski disesuaika n d eng an siste m perilak u ya n g ad a dalam
mengembangkan gagasan serta kemandirian serta tidak lupa membangun
kemampuan diri untuk mengembangkan gagasan. Dengan demikian
sistem perilaku ini lebih mencerminkan perilaku yang sesuai dengan
data yang ada. Sistem yang ada lebih banyak mengandalkan kemampuan
untuk menyesuaikan diri serta membangun kemandirian dalam mendesain
semangat serta keterampilan dalam berkarya. Fauzi (2016:3) menuturkan
bahwa tokoh dan penokohan meski dirancang untuk menyesuaikan
dengan perilaku yang mandiri serta menguraikan masa depan. Dengan
penguaraian itu diharapkan perancangan terhadap berbagai macam
fenomena akan semakin optimal.
Perancangan untuk menerapkan sistem yang ideal memerlukan
gagasan yang utuh. Dengan keberadaan hal tersebut maka dapat
dimaklumi sistem perilaku yang terbangun semakin membangun
kemandirian yang ideal. Dengan pengembangan sistem tersebut maka
dipastikan berbagai macam sistem yang dibangun menjadi semakin
ideal serta mampu untuk menyesuaikan diri untuk mengembangkan
citra diri dan keterampilan yang sifatnya dominan. Keterampilan tersebut
semakin memegang peranan strategis seiring dengan laju pengembangan
data yang memberikan tambahan kemampuan atas berbagai perilaku
untuk kemandirian warga.
KESIMPULAN
Untuk mengembangkan diri maka diperlukan sistem yang sesuai
dengan warga. Kemampuan yang memberikan persepsi. Keyakinan
bahwa ada beberapa hal yang tidak bisa diubah menjadi sebuah fakta
yang agak sulit untuk dimengerti. Untuk itulah diperlukan kampanye
massif tentang dampak dan konsekuensi pernikahan dini dimulai dari
cara pengasuhan bayi, cara memperoleh uang dengan bekerja dan
berbagai macam teknik untuk mengembangkan diri dalam bentuk
pengembangan start-up (usaha rintisan).
Untuk itulah maka film-film yang ditujukan untuk mendidik karakter
menjadi penting di tengah arus globalisasi yang semakin lama perlu
disaring yang sesuai dengan nilai-nilai keIndonesiaan. Permasalahan
sekarang adalah ada berapa hal yang perlu dikaji sebagai objek film
berkarakter yang salah satunya adalah fenomena pernikahan dini yang
dipicu tidak hanya karena perilaku melainkan lebih dikarenakan
ketidaktahuan atas dampak perilaku yang memicu pernikahan dini.
136 Film Berkarakter “Pernikahan
Menyelamatkan Masa Depan Generasi
Dini” Emas
Via Media Bangsa
Arus Utama dan Media Arus 136
Alterknatif
DAFTAR RUJUKAN
Fauzi, Y. 2016. The Analysis Of Character Building Values In Big Hero 6
Movie (Doctoral dissertation, Universitas Muria Kudus).
Gold, R. B., & Nash, E. 2013. TRAP laws gain political traction while
abortion clinics—and the women they serve—pay the price. Guttmacher
Policy Review,16(2): 7-12.
Hill, H. 2015. Comment on “Population Ageing and Social Security in
Asia”.Asian Economic Policy Review, 10(2): 223-224.
Kim, Y., & Lowrey, W. 2015. Who are Citizen Journalists in the Social
Media Environment? Personal and social determinants of citizen
journalism activities.Digital Journalism, 3(2): 298-314.
Kopeliovich, S. 2013. Happylingual: A family project for enhancing and
balancing multilingual development. In Successful family language
policy (pp. 249-275). Springer Netherlands.
Rauch, J. 2016. Are There Still Alternatives? Relationships Between
Alternativ e Me di a and Mainstrea m Medi a in a Converge d
Environment.Sociology Compass, 10(9) : 756-767.
Kenakalan Remaja dan Peran Guru/Sekolah 137
Diana Kusumawati
SDN Balongsari 1 Mojokerto
Pada saat era globalisasi yang kaya akan teknologi modern, banyak
menggunakan IT di mana-mana dan dapat membantu manusia dalam
segala hal tambah banyak kejadian yang menyimpang terjadi di bumi
ini,baik masalah ekonomi, sosial, budaya, tatakrama yang terjadi pada
orang dewasa, remaja, dan anak-anak. Prihatin dan miris melihat kejadian
yang menimpa masyarakat kita, kadang tambah semakin transparan saja
kejadiannya tidak melihat dari adat kita sebagai orang timur yang masih
menghormati adat istiadat atau tata krama, contohnya, pada orang
dewasa: narkoba, miras, perselingkuhan, pemerkosaan, homosek,
lesbian, sodomi, pencurian, pembunuhan, narkoba, miras, pengeboman,
penculikan, perdagangan manusia, penjualan organ tubuh manusia,
pada remaja dan anak-anak : merokok, narkoba, miras, seks bebas,
homosek, lesbian, pernikahan dini, pencurian, pembunuhan, pemerkosaan,
sodomi, geng motor, tawuran antar pelajar dan lain sebagainya.
Saya pernah melihat sendiri tawuran antar pelajar SMP Swasta dan
STM Swasta ternama di Surabaya hanya karena tersinggung kata-kata
sampai mengerahkan teman-temannya untuk membelanya berkelahi
melawan sekolah lain dengan menggunakan sajam tanpa memikirkan
akibat yang di timbulkan dari kejadian itu, mereka dalam melangkah
tidak berpikir jauh atau ke depan, di pikirannya yang ada hanya dendam
dan bagaimana cara membalasnya yang penting hati ini puas bisa
melawannya, ada lagi kejadian sorang remaja tertangkap mengedarkan
narkoba lalu di bawa ke rumahnya, di introgasi oleh polisi dan di
geledah rumahnya ternyata terdapat narkoba, anak sekolah baik itu SD,
SMP, SMA pada saat jam pelajaran di sekolah masih ada yang keluar
berada di warnet di amankan oleh petugas kepolisian dan di beri
pengarahan.
137
138 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Kenakalan
Emas Bangsa
Remaja dan Peran Guru/Sekolah 138
Masa Remaja
1. Masa pra-pubertas (12-13 tahun)
Masa ini disebut juga masa pueral, yaitu masa peralihan dari kanak-
kanak ke remaja. Pada anak perempuan, masa ini lebih singkat
dibandingkan dengan anak laki-laki. Pada masa ini, terjadi perubahan
143 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Kenakalan
Emas Bangsa
Remaja dan Peran Guru/Sekolah 143
Kerja team yang terdiri dari orang tua (sebagai guru dirumah), guru
di sekolah, dan Lingkungan (sebagai Guru saat anak-anak, para remaja
bermain dan belajar) harus di bentuk. Diawali dengan komunikasi yang
baik antara orang tua dan guru di sekolah, pertemuan yang intensif
antara keduanya akan saling memberikan informasi yang sangat
mendukung bagi pendidikan para remaja. Peran Lingkungan pun harus
lebih peduli, dengan menganggap para remaja yang ada di lingkungannya
adalah tanggung jawab bersama, tentunya lingkungan pun akan dapat
memberikan informasi yang benar kepada orang tua tentang tindak
tanduk si remaja tersebut dan kemudian dapat digunakan untuk
mengevaluasi perkembangannya agar tidak terjebak dalam kenakalan
remaja.
Terlihat betapa peran orang tua sangat memegang peranan penting
dalam membentuk pola perilaku para remaja, setelah semua informasi
tentang pertumbuhan anaknya di dapat, orang tuapun harus pandai
mengelola informasi itu dengan benar.
Terlepas dari baik buruknya seorang guru nampaknya filosofi seorang
guru dapat dijadikan pegangan bagi kita semua terutama bagi para
orang tua untuk menangkal kenakalan remaja, Sang guru bagi para
remaja adalah Orang tua, guru sekolah dan lingkungan tempat ia di
besarkan. Seandainya sang guru dapat memberi teladan yang baik
mudah-mudahan generasi remaja kita akan ada di jalan yang benar dan
selamat dari budaya “kenakalan remaja” yang merusak kehidupan dan
masa depan para remaja.
DAFTARPUSTAKA
Atkinson. 1999. PengantarPsikologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat. 2001. Buku Pedoman Umum Tim
Pembina, Tim Pengarah & Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa. Direproduksi
oleh Proyek Peningkatan Kesehatan Khusus APBD 2002.
Hurlock, E.B. 1998. Perkembangan Anak. Alih bahasa oleh Soedjarmo &
Istiwidayanti. Jakarta: Erlangga.
Kozier, B. 1991. Fundamental of Nursing: Concept, Process, and
Practice.Fourth Edition.California: Addison-Wesley Publishing
Company.
Mappiare, A. 1992.Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.
Soerjono, Soekanto. 1988. Sosiologi Penyimpangan. Rajawali: Jakarta 1985
Perubahan Sosial.
Stuart & Sundeen. 1998.Principle and Practice of Psychiatric Nursing. 6th.
Ed.Philadelphia: The CV Mosby.
152 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
Kenakalan Remaja dan Peran Guru di Sekolah 153
Juwariyah
SMP Negeri 3 Kota Mojokerto
153
154 Menyelamatkan Masa Depan GenerasiKenakalan
Emas Bangsa
Remaja dan Peran Guru di 154
Sekolah
diluar dugaan kita ( anak-anak kls 8 smp sudah berani pacaran yang
keblabasan (ciuman, pelukan, bersetubuh).
anak didik kita mencari bakat dan minatnya terhadap mata pelajaraan
maupun terhadap ekstra ekstra yang ada di sekolah. Sehingga
kreativitas anak-anak tersalurkan. Alhamdulillah disekolah kami banyak
kegiatan ekstra, ada ekstra pramuka, PMR, sepak bola, Bola Volly,
Pencak silat, Karawitan, dan lain-lain.
Itulah ulasan tentang jenis-jenis kenakalan remaja dan bagaimana
cara mengatasi kenakalan remaja. Nah kita sebagai pengajar yang baik
harus bisa mengarahkan anak-anak yang notabene nakal dikelas (misalnya
ramai, tidak mengerjakan tugas, dan suka mengganggu temannya)
untuk menjadi anak-anak yang baik. Dengan menyelami kehidupan
remaja maka kita bisa dianggap sebagai sahabat yang baik bagi anak
anak didik kita, jangan sampai anak-anak curhat pada teman yang tidak
baik. Rangkullah anak anak yang nakal di kelas, bisa jadi anak-anak
tersebut kurang kasih sayang dari orang tuanya atau mereka sedang
dihimpit berbagai masalah bisa masalah kesulitan belajar maupun masalah
ekonomi keluarganya. untuk remaja yang sudah terjerumus dalam
pergaulan anak muda jaman sekarang sebaiknya bertobat/renungkanlah
lagi apa yang telah kalian perbuat yang telah mengecewakan semua
orang. jadilah anak yang berbakti pada orang tua kalian, gapai mimpi,
cita-cita, dan harapan, karena masa depan kalian masih panjang.
Sebagai seorang guru harus bisa menjadi pionir inspirasi buat
murid-muridnya. Guru harus bisa mengkondisikan kelasnya, suasana
kelas yang nyaman, tertib tanpa tekanan akan membuat pelajaran
menjadi lebih sampai ke anak-anak. Para pendidik harus tahu latar
belakang anak, karena jika anak tersebut ada masalah dalam keluarganya
pasti anak tersebut dalam menerima pelajaran sulit akhirnya ramai
dikelas, tidak mengerjakan tugas bahkan mengaggu temannya. Jika
guru bisa menjadi sahabat bagi anak maka anak-anak yang bermasalah
akan bercerita pada kita, jangan sampai anak anak tersebut lari mencari
pelampiasan yang tidak terarah seperti bercerita pada teman yang salah(
salah pergaulan), akhirnya di ajak minum-minuman keras untuk
menghilangkan masalahnya.
Sebagai penutup tulisan saya, bertepatan dengan hari guru nasional
pada tanggal 25 november kemarin, maka kita sebagai guru yang akan
membawa generasi penerus bangsa ini menuju keberhasilan. Guru
merupakan pendidik yang bisa di gugu dan ditiru. Digugu maksudnya
ucapannya dipatuhi anak-anak, ditiru maksudnya perbuatannya dicontoh
159 Menyelamatkan Masa Depan GenerasiKenakalan
Emas Bangsa
Remaja dan Peran Guru di 159
Sekolah
anak-anak. Untuk itu sebagai guru yang baik harus bisa memberi contoh
yang baik, baik melalui ucapannya maupun perbuatannya. Sebagai
pendidik yang baik bukan hanya menstranfer ilmu saja tetapi juga
memotivasi, mendidik dan mengarahkan anak-anak untuk berbuat baik.
Wahai para guru Jangan berhenti berkarya!!!! Teruslah mengabdi untuk
pembentukan karakter dan kebribadian budaya bangsa. Bangsa dan
Negara bisa sukses jika moral para remaja-remaja kita baik, anak anak
terus berpretasi tanpa terpengaruh oleh godaan baik dari dalam diri
maupun dan luar lingkungan mereka. Jayalah indonesiaku. Bersatu kita
teguh bercerai kita runtuh.
160 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
Jaringan Anti Narkoba “Siap Lapor “ SMP 22 Negeri Malang 161
Sumarno
SMP Negeri 22 Malang
Tujuan
Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan
generasi muda di wilayah Cemorokandang dewasa ini kian meningkat.
161
162 Menyelamatkan Masa Depan
Jaringan
Generasi
Anti Narkoba “Siap Lapor “ SMP 22 Negeri Malang
Emas Bangsa 162
Tindak lanjut
Sebagai satgas anti narkoba di lingkungan sekolah tentu kewenangan
dalam menangani kasus atau masalah yang berkaitan dengan narkoba
hanya sebatas dilingkungan sekolah dan mempunyai hubungan langsung
dengan pembinaan siswa, oleh karena itu setiap laporan yang masuk
dari berbagai sumber akan kami pilah menjadi beberapa bagian
diantaranya :
1. Masalah yang berkaitan langsung dengan siswa dan dapat diselesaikan
secara mandiri oleh pihak sekolah dengan melibatkan orang tua siswa
2. Masalah yang berkaitan secara langsung dengan siswa dan masyarakat
sehingga dalam penyelesainya harus melibatkan orang tua dan
organisasi masyarakat setempat seperti Kelurahan, RW dan RT.
3. Masalah yang berkaitan secara langsung atau tidak langsung dengan
siswa yang melibatkan masyarakat luar sehingga penyelesainya harus
melibatkan instansi terkait yang mempunyai wewenang terhadap
permasalahan tersebut misalnya pihak BNN, Polsek Kedung Kandang
maupun Koramil Kedung Kandang
Demikian tindak lannjut yang dapat dilakukan oleh Kader Anti
Narkoba SMPN 22 Malang dalam menyelesaikan berbagai permasalahan
166 Menyelamatkan Masa Depan
Jaringan
Generasi
Anti Narkoba “Siap Lapor “ SMP 22 Negeri Malang
Emas Bangsa 166
Penutup
Kesimpulan
Dari uraian di atas bisa ditark kesimpulan bahwa:
1. Narkoba adalah barang yang sangat berbahaya dan bisa merusak
generasi muda dan masa depan bangsa
2. Perlu kerjasama secara aktif seluruh komponen masyarakat,
pemerintahan dan sekolah untuk menangulangi peredaran dan
penyalahgunaan narkoba.
3. NET WORKING SIAP LAPOR ANTI NARKOBA merupakan salah satu upaya
untuk mengetahui lebih dini penyalahgunaan dan peredaran narkoba
sebelum berdampak lebih buruk terhadap siswa dan generasai muda
diwilayah Cemorokandang
Saran
NETWORKING SIAP LAPOR ANTI NARKOBA adalah salah satu upaya
untuk mengendalikan peredaran dan penyalahgunaan narkoba, perlu
adanya kerja keras dari semua pihak yang terlibat didalamnya untuk
memujudkan sebuah wilayah benar-benar bebas dari bahaya narkoba,
semoga keberhasilan NET WORKING SIAP LAPOR ANTI NARKOBA ini
nantinya dapat ditiru oleh sekolah-sekolah lain di Indonesia dengan
harapan dapat membebaskan seluruh pelajar Indonesia terbebas dari
bahaya narkoba, semoga.
167 Menyelamatkan Masa Depan
Jaringan
Generasi
Anti Narkoba “Siap Lapor “ SMP 22 Negeri Malang
Emas Bangsa 167
169
170 Menyelamatkan Masa Depan GenerasiPIKEmas
Remaja
Bangsa
AR Risalah Peduli Generasi Emas 170
Materi Sosialisasi
a. Materi dan Isi Pesan yang diberikan oleh dari untuk remaja di Pusat
Informasi Konseling Remaja AR RISALAH adalah sebagai berikut:
1) TRIAD KRR
2) Pedewasaan Usia Perkawinan.
3) Pemahaman tentang Hak-hak Reproduksi
4) 8 Fungsi Keluarga
5) Life skill
b. Kegiatan yang dilakukan:
1) Sosialisasi dan berkegiatan yang dilakukan oleh PIK Remaja AR
RISALAH
2) Bentuk aktifitas bersifat penyadaran (KIE) di PIK Remaja AR
RISALAH
3) Menggunakan media sebagai sarana sosialisasi
4) Melakukan pencatatan dan pelaporan
172 Menyelamatkan Masa Depan GenerasiPIKEmas
Remaja
Bangsa
AR Risalah Peduli Generasi Emas 172
c. Program kerja
Setelah selesai kepengurusan terbentuk, disusunlah program kerja
sebagai pedoman kegiataan selanjutnya. Adapun program kerja tersebut
meliputi :
1) Pembekalan Pengurus
2) Penataan Administrasi
3) Sosialisasi PIK Remaja AR RISALAH kepada Remaja
4) Rekrutmen Anggota
5) Sosialisasi tentang Kesehatan Reproduksi Remaja
6) Pengadaan Perpustakaan Mini
7) Pembuatan Blog
8) Pembuatan Mading
9) Konseling Sebaya
10) Pertemuan Rutin
11) Life Skills
12) Pemilihan Pengurus
13) Pelantikan Pengurus
Kegiatan
Kegiatan yang sudah dilakukan oleh PIK Remaja AR RISALAH Periode
Kepengurusan Tahun 2016/2017 adalah :
1. Pembekalan Pengurus
Kegiatan yang dilaksanakan ini dimaksudkan untuk membekali
pengurus PIK Remaja AR RISALAH yang baru dilantik dengan pengetahuan
dasar tentang TRIAD KRR menjalankan fungsinya. Kegiatan ini
dilaksanakan di ruang MTsN Tanjunganom dengan materi seksualitas,
HIV, AIDS, dan NAPZA BNN Jawa Timur. Kegiatan ini dimaksudkan untuk
melengakapi pembekalan awal. Pada saat itu dijelaskan tentang pro-
gram PIK Remaja, dan 8 fungsi Keluarga.
2. Penataan Administrasi
Administrasi merupakan sarana mencapai tujuan, yang jelas sangat
penting dalam jalanya organisasi. Sebagai pengurus periode pertama,
sudah pasti segala sesuatunya dimulai dari nol. Karenanyalah dilakukan
penataan administrasi meliputi pengadaan buku administrasi dan
pengisinya.
173 Menyelamatkan Masa Depan GenerasiPIKEmas
Remaja
Bangsa
AR Risalah Peduli Generasi Emas 173
Penutup
Demikian sekilas tentang PIK-R AR RISALAH, dengan segala
kerendahan hati, kami memohon Kehadirat Sang Ilahi Robbi agar kami
dapat terus melangkah menapaki masa depan dengan didasari ilmu dan
keikhlasan. Akhirnya kami mohon kepada seluruh pembaca, baik
pembina, sahabat maupun kerabat kiranya dapat ikut memberi masukan
dan mengingatkan kami agar keberadaan kami bisa memberikan arti.
DOKUMENTASI KEGIATAN
1) Sosialisai Pembentukan PIK Remaja oleh BPPKB Nganjuk tahun 2013,
awal terbentuk nya PIK Remaja AL AZMI/ PIK AR RISALAH
177 Menyelamatkan Masa Depan GenerasiPIKEmas
Remaja
Bangsa
AR Risalah Peduli Generasi Emas 177
TEMA 2: MEWUJUDKAN
PENDIDIKAN INKLUSIF, HUMANIS,
DAN BERBASIS LITERASI UNTUK
CALON GENERASI EMAS BANGSA
1
2 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
181 Menyelamatkan Masa Depan
Pendidikan Generasi
Inklusif EmasMenengah
di Sekolah Bangsa Kejuruhan Negeri 2 Malang 179
Yachya Hasyim
SMK Negeri 2 Malang
179
182 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik
dari mereka (yang mengolok-olokkan) … manusia diciptakan berbagai
bangsa untuk kenal mengenal … (ayat 13).”
Perlu diketahui bahwa sampai sejauh ini masih belum didapatkan
format pendidikan inklusif yang tepat dan sesuai. Pakar pendidikan
inklusif di berbagai perguruan tinggi giat berusaha merancamg serta
mencari model bagaimana melaksanakan pendidikan inklusif yang ideal.
Pendidikan inklusif di Indonesia saat ini masih terkonsentrasikan pada
penanganan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang mendapat layanan
inklusif di sekolah reguler. Hal ini menunjukkan betapa banyaknya ABK
yang tidak berkesempatan mendapat pendidikan dan tidak terfasilitasi
potensinya. Rasmanudin, Kasi Kurikulum Inklusi Dinas Pendidikan Kota
Malang, menerangkan bahwa sebenarnya di setiap sekolah ada siswa
inklusif, namun karena belum semua sekolah disiapkan sebagai sekolah
inklusif, maka fenomena ini menimbulkan dilema dan permasalahan
bagi sekolah.
Perlu diketahui bahwa ternyata ada guru yang masih belum tahu
bagaimana seharusnya siswa inklusif diperlakukan. Disamping itu, juga
ada pimpinan sekolah yang kuatir prestasi hasil ujian akhir sekolah akan
turun,sehingga kalah bersaing dengan sekolah lain.Ketidakpahaman
siswa reguler terhadap perilaku siswa inklusif juga menimbulkan masalah
tersendiri,banyak kasus cerita bahwa siswa inklusif dibully atau dianiaya
oleh teman-temannya sendiri yang notabene adalah siswa reguler.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Malang dan Dr. Idayu (Pengawas SD/SMP/
SMA/SMK Inklusif Kota Malang) sepakat dan menegaskan bahwa Sekolah
Inklusif sebenarnya merupakan jawaban dari keresahan ini (Idayu, 2011).
Dalam rangka memberikan jembatan interaksi antara siswa reguler
dan inklusif, maka pendidikan melalui program inklusif dapat menjadi
titik temunya. Dengan pendidikan inklusif diharapkan terciptakan
komunitas ramah, sehingga pendidikan untuk semua dapat segera
terealisir. Diperlukan perhatian tinggi agar sekolah-sekolah dapat
dimodifikasi atau disesuaikan untuk meyakinkan bahwa pendidikan
inklusif relevan dengan konteks lokal, memasukkan dan mendidik semua
peserta didik dengan ramah dan fleksibel,sehingga mereka dapat
berpartisipasi (Hildegum, 2003).
Delphie (2006)menyampaikan bahwa pelaksanaan pendidikan inklusif
dilapangan tidak semudah teorinya. Banyak kendala dan tantangan
181 Menyelamatkan
Pendidikan
Masa Depan
Inklusif
Generasi
di Sekolah
EmasMenengah
Bangsa Kejuruhan Negeri 2 Malang 181
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.Penelitian kualitatif
adalah penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku,persepsi,motivasi,
dan tindakansecara holistik dan dengan cara deskriptif dalam bentuk
kata-kata serta bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong,2010:54).
Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 2 Malang.Mengapa SMK Negeri
2 Malang yang dipilih sebagai lokasi penelitian? Hal itu karena SMK
Negeri 2 Malang mempunyai kekhasan,salah satunya ada Program Keahlian
Pekerjaan Sosial yang mana keahlian yang diajarkan pada siswa salah
satunya adalah mengurus, membimbing dan mendampingi siswa inklusif,
atau dikenal sebagai shadow.Pada penelitian kualitatif, keunikan serta
kekhasan lokasi penelitian adalahsalah satu pertimbangan memilih lokasi
penelitian. Dalam pengambilan sampel, penelitian kualitatif sangat erat
kaitannya dengan faktor-faktor kontekstual untuk menjaring sebanyak
mungkin informasi dari pelbagai sumber (Moleong, 2010:55).
HASIL
Letak SMK Negeri 2 Malang yang berada di wilayah strategis
rupanya memang layak mengemban tugas sebagai SMK inklusif. Ditambah
kondisi warga SMK Negeri 2 Malang yang sangat memahami keberadaan
siswa inklusif dengan segala keunikannya, akan sangat membantu
berjalannya pendidikan inklusif.Selain itu, di Malang belum ada sekolah
inklusif yang setingkat SMK. Oleh karena itu, SMK Negeri 2 Malang
mendapat tugas dari Dinas Pendidikan Kota Malang untuk menjadi
sekolah inklusif berdasarkan surat tugas nomor ; 800/1850/35.73.307/
2011.Selanjutnya hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.
183 Menyelamatkan
Pendidikan
Masa Depan
Inklusif
Generasi
di Sekolah
EmasMenengah
Bangsa Kejuruhan Negeri 2 Malang 183
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian secara mendalam, pelaksanaan
pendidikan inklusif di SMK Negeri 2 Malang dapat disampaikan sebagai
berikut.
189 Menyelamatkan
Pendidikan
Masa Depan
Inklusif
Generasi
di Sekolah
EmasMenengah
Bangsa Kejuruhan Negeri 2 Malang 189
2009 yang ditandatangani Ketua BSNP, Prof. Dr. Mungin Eddy Wibowo,
M.Pd.,Kons., dan ditujukan kepada seluruh Kepala Dinas Pendidikan
Provinsi.
12. Siswa berkebutuhan khusus yang tidak dapat mengikuti ujian nasional
masih dapat mendapatkan Surat Tanda Tamat Belajar (STTB).Mereka
mendapatkan Surat Keterangan Tamat Belajar (SKTB) khusus meski
tanpa diikuti dengan dengan surat keterangan hasil ujian nasional
(danem) atau ijasah penyetaraan PAKET C.
13. Pemerintah sudah cukup memperhatikan keberadaan siswa inklusif,
hal ini terbukti dari pemberian bantuan sarana belajar berupa 15 laptop
khusus untuk pendidikan inklusif. Begitu juga para GPK juga dikirim
mengikuti workshop inklusif baik tingkat kota, provinsi sampai work-
shop tingkat nasional.Disamping itu, juga disediakan ruang kelas
tersendiri serta perangkat musik sebagai sarana peningkatan sosialisasi
serta pengembangan bakat serta potensi siswa inklusif di bidang seni.
SARAN
Beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan berkenaan
denganpenelitian ini untuk berbagai pihak adalah sebagai berikut.
1. Kepada Kepala Sekolah dan Manager Inklusif
Dewasa ini pendidikan inklusif di SMK Negeri 2 Malang merupakan
hal yang sangat diharapkan kehadirannya oleh masyarakat.Maka
keberadaan pendidikan inklusif di SMK Negeri 2 Malang harus semakin
ditingkatan kualitasnya.Hal tersebut menyangkut kurikulum modifikasi
inklusif, keprofesian GPK dan guru reguler serta sarana prasarana
pendukungnya seperti ruang kelas untuk pembelajaran Materi Normatif
dan adaptif yang representatif, labotarorium yang aman dan nyaman,serta
situasi belajar yang kondusif. Untuk memantapkan keberadaan SMK
Negeri 2 Malang sebagai sekolah inklusif, maka ada beberapa hal yang
disarankan antara lain:
a. Melakukan sosialisasi tentang pendidikan inklusif secara terus menerus,
sehingga semua warga SMK Negeri 2 Malang mengerti, memahami,
dan menerimakeberadaan siswa inklusif.
b. Meningkatkan profesionalisme para pelaku pendidikan inklusif,
Manajer inklusif Staf Administarasi, GPK, dan guru reguler dengan
cara mengirim mereka untuk mengikuti pelatihan atau workshop
tentang pengelolaan pendidikan inklusif.
192 Menyelamatkan
Pendidikan
Masa Depan
Inklusif
Generasi
di Sekolah
EmasMenengah
Bangsa Kejuruhan Negeri 2 Malang 192
3. Kepada Guru
a. Diharapkan selalu mengikuti pelatihan dan sosialisasi pendidikan
inklusif yang diselenggarakan, sehingga mempunyai pengertian dan
pemahaman mendalam tentang pendidikan inklusif.
b. Menjadi katalisator diterimanya keberadaan siswa inklusif kepada
warga sekolah.
c. Me m pel aja rip sik ol og i ke pri ba di an sis w a inklusifsehingg a
mempermudahpendekatan terhadap siswa inklusif.
4. Kepada Orang Tua Siswa Inklusif
Anak adalah permata hati,dengan segala keunikan, kelebihan, dan
kekurangannya yang merupakan hadiah dari Tuhan yang Maha Memberi.
Oleh karena itu, orang tua sebaiknya:
a. Ikhlas menerima kehadiran anak inklusif sebagai bagian dari ibadah.
b. Berusaha semaksimal mungkin memberikan pendidikan yang terbaik
kepada anak-anak inklusif.
c. Bertanggung jawab mengikuti pendidikan dan perkembangan anak-
anaknya yang inklusif.
d. Memupuk serta mengembangkan potensi siswa inklusif dengan
melibatkan siswa sesuai dengan kemampuan siswa.
5. Kepada Peneliti selanjutnya
Pendidikan inklusif semakin berkembang dan tentunya semakin
menarik minat para pakar untuk mengadakan penelitian, oleh karena itu
hal-hal yang disarankan adalah:
a. Melakukan penelitian untuk menyusun model kurikulum pendidikan
inklusif diSMK
b. Menyusun prosedur operasional standar pelayanan dan penanganan
siswa inklusif saat terjadi masalah di sekolah atau di kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Delphie, B. 2006. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam
SettingPendidikanInklusif. Bandung: PT. Refika Aditama.
Hildegum, O.2003. Pendidikan Inklusif suatu Strategi Menuju Pendidikan
untu k Semua. Mataram: Direktora t PSLB. http://surabaya.
tribunnews.com/2013/02/15/tak-ikut-unas-anak-inklusi-tetap dapat
ijazah#sthash.IJldk0fc.dpuf (online), dikases 23 November 2016.
194 Menyelamatkan
Pendidikan
Masa Depan
Inklusif
Generasi
di Sekolah
EmasMenengah
Bangsa Kejuruhan Negeri 2 Malang 194
195
196 Menyelamatkan Masa Depan
Kelebihan
Generasi
di Balik
EmasKekurangan
Bangsa Peran Orajng Tua dalam..... 196
berhasil dalam pendidikan, dan sukses dalam hidup. Orang tua merasa
bangga dan bahagia ketika harapan tersebut menjadi kenyataan. Orang
tua mana yang tidak bangga ketika melihat anak-anaknya sukses. Tidak
jarang orang tua mengungkapkan perasaan bangga tersebut dengan
menceritakan kesuksesan anaknya kepada sanak saudara, tetangga dekat
maupun jauh, teman sejawat, dan bahkan kepada siapapun yang menjadi
lawan bicaranya. Anak yang terlahir sempurna merupakan harapan
semua orang tua.
Padahal tanpa disadari orang tua bila disuruh memilih tentu setiap
anak tidak ingin terlahir sebagai anak yang mengalami kebutuhan
khusus. Anak berkebutuhan khusus tidak mengetahui dan tidak berharap
lahir dalam keadaan tidak sempurna. Anak berkebutuhan khusus lahir
tanpa memandang latar belakang orang tuanya. Mereka dapat hadir
dikeluarga siapa saja, tanpa mengenal status ekonomi atau pendidikan
seseorang (Ciptono dan Triadi, 2009:141). Salah satu gangguan psikiatrik
pada anak dikenal dengan istilah “anak berkebutuhan khusus” (special
needs children), yaitu anak yang secara bermakna mengalami kelainan
atau gangguan (fisik, mental-intelektual, sosial, dan emosional) dalam
proses pertumbuhan dan perkembangannya dibandingkan dengan anak-
anak lain seusianya. Anak-anak tersebut memerlukan pelayanan
pendidikan khusus (Direktorat Pembinaan SLB, 2005).
PEMBAHASAN
Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus (children with special needs) adalah anak
dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya,
tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau
fisik. Anak dengan kebutuhan khusus (ABK) merupakan anak yang
mengalami kelainan/penyimpangan fisik, mental, maupun karakterisitik
perilaku sosialnya.
Menurut Alimin istilah anak berkebutuhan khusus memiliki cakupan
yang sangat luas. Dalam paradigma pendidikan kebutuhan khusus
keberagaman anak sangat dihargai. Setiap anak memiliki latar belakang
kehidupan budaya dan perkembangan yang berbeda-beda.Oleh karena
itu, setiap anak dimungkinkan akan memiliki kebutuhan khusus serta
hambatan belajar yang berbeda-beda, sehingga setiap anak sesungguhnya
memerlukan layanan pendidikan yang disesuiakan dengan hambatan
197 Menyelamatkan Masa Depan
Kelebihan
Generasi
di Balik
EmasKekurangan
Bangsa Peran Orajng Tua dalam..... 197
dan tingkah laku. Dengan kata lain, anak berkebutuhan khusus yang
bersifat permanent sama artinya dengan anak penyandang cacat.
Istilah anak berkebutuhan khusus bukan merupakan terjemahan
atau kata lain dari anak penyandang cacat. Akan tetapi, anak
berkebutuhan khusus mencakup spektrum yang luas yaitu meliputi anak
berkebutuhan khusus temporer dan anak berkebutuhan khusus permanen
(penyandang cacat). Oleh karena itu, apabila menyebut anak berkebutuhan
khusus selalu harus diikuti ungkapan termasuk anak penyandang cacat.
Jadi anak penyandang cacat merupakan bagian atau anggota dari anak
berkebutuhan khusus. Maka konsekuensi logisnya adalah ruang lingkup
pendidikan berkebutuhan khusus menjadi sangat luas, berbeda dengan
lingkup garapan pendidikan khusus yang hanya menyangkut anak
penyandang cacat.
Anak berkebutuhan khususmerupakan anak-anak yang mengalami
gangguan bersifat sementara maupun gangguan yang bersifat permanen.
Menurut Handadari dan Ariana (2014) anak berkebutuhan khusus dapat
dibagi menjadi 4 gangguan sebagai berikut.
1. Gangguan Fisik
Beberapa hambatan fisik mempengaruhi kemampuan atau prestasi
akademik. Misalnya gangguan pendengaran (tuna rungu) gangguan
bicara (tuna wicara), gangguan pengelihatan atau kebutaan, kecacatan
(tuna daksa). Hanya sebagian kecil penderita penderita gangguan fisik
yang diikuti dengan hambatan kemampuan kognitif dan berpikir.
Sebagian besar dari mereka memiliki kemampuan berpikir normal,
hanya saja hambatan fisik yang ada menyebabkan perlunya pola belajar
yang berbeda dari mereka yang normal.
2. Gangguan Kognitif
Learning disorder (LD), kemampuan membaca, matematika, atau
menulis secara substansial berada di bawah rata-rata anak seusianya,
artinya menyimpang 2 sd atau lebih dari hasil IQ-nya. Dapat dikatakan,
anak yang mengalami LD memiliki kecerdasan yang cukup baik untuk
belajar materi tertentu, tetapi tidak dapat menunjukkan bahwa mereka
mampu melakukannya. Untuk lebih memahami bentuk LD berikut
klasifikasinya.
a. Reading Disorder, yait u ketidakmampua n seseorang dalam
membedakan atau memisahkan bunyi dalam kata-kata yang diucapkan.
199 Menyelamatkan Masa Depan
Kelebihan
Generasi
di Balik
EmasKekurangan
Bangsa Peran Orajng Tua dalam..... 199
Hal ini biasanya diikuti dengan pola anak membaca sebuah kata secara
tepat untuk membaca seluruh kalimat.
b. Mathematic Disorder, yaitu ketidakmapuan atau kesulitan yang dialami
anak-anak dalam mengembangkan kemampuan aritmatika, seperti
pengenalan angka dan simbol-simbol, mengingat tabel-tabel
penjumlahan, mengurutkan angka, atau memahami konsep-konsep
abstrak seperti nilai ruang dan pecahan.
c. Writing Disorder, yaitu kesulitan dalam bidang menulis dan
menggambar, kesulitan dalam kemampuan motorik halus pada tugas-
tugasyang membutuhkan koordinasi mata atau tangan meskipun
perkembangan motorik kasar mereka normal. Beberapa komponen
dalam gangguan ini adalah lemah dalam penulisan tangan, kesalahan
tata bahasa dan tanda baca, lemah dalam pengorganisasian paragraf,
ataupun kesalahan pengejaan ganda.
3. Gangguan Perkembangan
a. Autisme, yaitu gangguan perkembangan yang kompleks yang
disebabkan adanya kerusakan pada otak yang mengakibatkan
gangguan pada perkembangan komunikasi, perilaku, kemampuan
sosialisasi, sensoris, dan belajar. Pada anak-anak ditunjukkan dari
ketidakmampuannya mengadakan interaksi sosial dan seolah-olah
hidup dalam duninya sendiri. Tanda-tanda yang paling menonjol adalah
tidak ada (atau minimalis) kontak mata dari sang anak kepada orang
lain.Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial dan komunikasi serta
adanya pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku,
minat, dan kegiatan.
b. ADHD (Attention Deficit Hyperaktif Disorder), yaitu gangguan pada
anak-anak yang secara konsisten dan berulang memperlihatkan inat-
tention (kekacauan perhatian) dan hyperactivity-impulsitivy. Hal yang
sangat menonjol adalah kurangnya konsentrasi, dan aktivitas yang
berlebihan (aktivitas yang tidak bertujuan).
c. Retardasi Mental (RM), gangguang yang terjadi karena fungsi
intelektual umum yang berada di bawah rata-rata secara signifikan,
serta defisit dalam perilaku adaptif dan ditunjukkan selama periode
perkembangan. RM memiliki ciri-ciri IQ kurang dari 70 serta memiliki
fungsi adaptif yang rendah dalam bidang(1) komunikasi, (2) mengurus
diri sendiri, (3) kehidupan keluarga, (4) ketrampilan interpesonal, (5)
penggunaan sumber daya komunitas, (6) kemampuan mengambil
keputusan sendiri, dan (7) rekreasi.
200 Menyelamatkan Masa Depan
Kelebihan
Generasi
di Balik
EmasKekurangan
Bangsa Peran Orajng Tua dalam..... 200
pada tahun 2006 setelah menulis buku terlaris New York Times berjudul
‘Born On A Blue Day’. Buku tersebut menceritakan kehidupannya sebagai
penyandang autisticsavant.
Dari berbagai contoh diatas, bahwa anak berkebutuhan khusus juga
dapat berkarya dan mengapai cita-citanya dengan segala keterbatasan
yang mereka miliki. Hal ini menegaskan bahwa anak berkebutuhan
khusus juga dapat ambil bagian menjadi generasi emas bangsa,serta
mematahkan stigma negatifbahwa anak berkebutuhan khusus tidak
dapat melakukan apa-apa. Selain itu,sudah seharusnya mampu
mengahapus stigma orang tua yang menganggap bahwa setiap anak
berkebutuhan khusus tidak mempunyai masa depan. Setiap anak memang
anugerah dari Allah kepada kita yang sudah dilengkapi kelebihan dan
kekurangan yang dimilikinya, tentunya kondisi tersebut harus diterima
dan dioptimalkan oleh kedua orang tuanya.
Peran orang tua dalam pendidikan anak berkebutuhan khusus sangat
vital. Orang tua sebagai orang yang pertama hidup bersama dengan
anak sejak mulai dilahirkan, mereka memahami betul tentang bagaimana
pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Saat anak memasuki masa
sekolah, orang tua dituntut untuk proaktif dengan para guru terkait
pertumbuhan dan perkembanganya. Potensi dan bakat yang nampak
pada diri anak sangat penting sekali untuk diinformasikan kepada
guru.Hal ini sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam
memberikan program pendidikan yang tepat bagi anak berkebutuhan
khusus,sehingga dalam perkembanganya, anak akan tumbuh bersama
bakat tersebut. Hal ini tentu akan membantu mewujudkan generasi
emas bangsa di masa yang akan datang. Pada dasarnyar anak-anak
berkebutuhan khusus juga bagian dari bangsa, sehingga mereka berhak
untuk berkarya serta berperan membangun negara ini lebih maju
dengan segala kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Naniyah. 2013. Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus. Magistra.
No. 86, Desember 2013. Diambil dari (Online) http://news.detik.com/
berita/3038883/kejam-ayah-ini-tega-bunuh-anaknya-yang-autis-karena-
lelah-mengurusnya, diakses 29 November 2016.
209 Menyelamatkan Masa Depan
Kelebihan
Generasi
di Balik
EmasKekurangan
Bangsa Peran Orajng Tua dalam..... 209
Ali, Yasser. 2015. Kejam! Ayah ini Tega Bunuh Anaknya yang Autis karena
Lelah Mengurusnya. Diambil Dari(Online) http://news.detik.com/berita/
3038883/kejam-ayah-ini-tega-bunuh-anaknya-yang-autis-karena-lelah-
mengurusnya (29 Novemeber 2016)
Alimin, Zaenal. Anak Berkebutuhan Khusus. Diambil dari (Online) http://
file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195903241984031-
ZAENAL_ALIMIN/MODUL_1_UNIT_2.pdf, diakses 29 November 2016.
Ciptono dan Triadi, G. 2009. Guru Luar Biasa. Yogyakarta: PT Bentang
Pustaka.
Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa. 2005. Identifikasi Anak
Berkebutuhan Khusus dalam Pendidikan Inklusif.Jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah Luar Biasa.
Faradina, Novira. 2016. Penerimaan Diri pada Orang Tua yang Memiliki
Anak Berkebutuhan Khusus. Ejournal Psikologi. 4(4):386-396, 2016.
Handadari, W., Ariana, A. D., 2014. Jurnal Kelas Psikologi untuk Bunda
PAUD. Surabaya: Airlangga University Press.
Handadari, Woelan. 2015. Peran Ayah-Ibu sebagai Model Pengasuhan dan
Pembelajaran yang Efekif Sejak Dini. Surabaya: Insan Media.
Hendriani, W., Handariyati, R., Sakti, T. M. 2006. Penerimaan Keluarga
terhadap Individu yang Mengalami Keterbelakangan Mental. Surabaya:
Insan Media Psikologi.
Khairuddin, 1997. Sosiologi Keluarga, Yogyakarta: Liberty.
Khairuddin, 2002. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Liberty.
210 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
Membangun Mindset Optimis Siswa SMK Guna Mereduksi Kecemasan Mempersiapakan.... 211
211
212 Membangun
Menyelamatkan
Mindset Optimis
MasaSiswa
DepanSMK
Generasi
Guna Mereduksi
Emas Bangsa
Kecemasan Mempersiapakan.... 212
akan karier di masa depannya kelak, terutama dalam bidang karier. Hal
ini menunjukkan bahwa kecemasan siswa akan masa depan kariernya
sudah muncul dari kelas X.
Kecemasan memasuki dunia kerja,itulah salah satu masalah terbesar
siswa SMK saat ini. Sebelum membahas lebih jauh mengenai kecemasan,
sebenarnya apa itu kecemasan, menurut Ramaiah (2003:10) Kecemasan
adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang dalam waktu tertentu
dikehidupannya. Kecemasan adalah reaksi normal terhadap situasi yang
sangat menekan kehidupan seseorang. Kecemasan juga dapat muncul
sendiri atau bergabung dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan
emosi. Senada dengan pendapat diatas Beck & Moore (2001) memberikan
definisi bahwa kecemasan adalah suatu rangkaian pandangan negatif
dan tidak terkendali yang berpusat pada beberapa masalah yang dialami
dengan menimbulkan akibat yang tidak pasti, dari hal tersebut pasti
dapat mendatangkan berbagai kekacauan. Dari berbagai sumber diatas
penulis menarik satu kesimpulan bahwasannya kecemasan adalah suatu
respon terhadap situasi tertentu yang dianggap mengancam baik nyata
ataupun khayalan. Jika kecemasan tersebut dikaitkan dengan persiapan
diri memasuki dunia kerja, maka akan menjadi sebuah kondisi atau
respon dimana individu memiliki pemikiran negatif tentang masa depan
kariernya yang belum tentu terjadi.
Siswa SMK bukanlah satu-satunya penyumbang pengangguran bagi
Indonesia, ada lulusan diploma, SMA,SMP, SD bahkan S1 dan S2. Akan
tetapi, dengan besic lulusan SMK yang diproyeksikan sebagai calon
tenaga kerja professional dan masa depan generasi emas bangsa malah
menempati pringkat teratas penyumbang pengangguran,hal inilah yang
membuat pembahasan ini menarik. Sebenarnya apa yang menyebabkan
hal tersebut? Apakah sistem yang diterapkan masing-masing sekolah
salah? atau intruksi dari pemerintah yang selalu berganti patut untuk
dikambing hitamkan? atau pula para guru-guru dimasing-masing sekolah
sebagai orang yang patut untuk dipersalahkan atas kegagalan siswanya
dalam masa depan karir peserta didik? Banyak hal sebenarnya yang
perlu dikoreksi akan permasalahan kecemasan siswa dalam persiapan
memasuki dunia kerja ini. Dalam hal ini penulis menggolongkan dua
aspek dalam terbentuknya kecemasan siswa SMK tersebut, dimana kedua
aspek ini sangat berhubungan dan saling menguatkan satu sama lain.
214 Membangun
Menyelamatkan
Mindset Optimis
MasaSiswa
DepanSMK
Generasi
Guna Mereduksi
Emas Bangsa
Kecemasan Mempersiapakan.... 214
Dua aspek tersebut yakni aspek internal dan eksternal. Internal yakni
dari dalam siswa itu sendiri, siswa sudah memiliki bayangan-bayangan
akan dirinya ataupun memiliki kepesimisan sejak awal mula dirinya
masuk SMK. Kemudian keengganan siswa memiliki keinginan untuk
merubah karakternya menjadi seorang petarung. Petarung disini dalam
artian siswa SMK memiliki motivasi atau jiwa memberontak dalam
merubah nasib yang dia anggap tidak memihak padanya. Sikap-sikap
tersebut seperti keaktifan dalam berbagai organisasi-organisasi yang positif,
lebih dekat dengan guru, tidak sungkan bertanya, mengkesampingkan
melakukan hal-hal yang tidak penting bahkan melanggar norma sosial
yang kebanyakan remaja saat ini lakukan. Sampai akhirnya sikapnya
tersebut akan memberikan suatu pemikiran baru yang lebih matang,
ataupun dampak positif guna menentukan tujuan dia setelah lulus nanti
baik bidang pekerjaan/karir atau bidang lain.
Aspek selanjutnya adalah eksternal. Kalau dalam aspek ini peran
berbagai lapisan masyarakat dan lingkungan yang menentukan. Seperti
pertemanan diluar sekolah, banyak siswa SMK yang masih berteman
akrab dengan teman SMP, SD atau teman sepermainannya dulu,
sebenarnya tidak ada masalah dengan pergaulan tersebut.Akan tetapi,
menjadi dampak yang merugikan bagi anak didik kita jika teman-
temennya dulu ternyata sudah putus sekolah dan mengajak bolos,
keluar main malam hari, bahkan sampai melakukan pelanggaran norma
sosial, dan lain sebagainya. Dampak seperti itulah yang paling ditakutkan
semua guru terutama guru BK, karena akan sangat mengganggu peroses
pembelajaran disekolah yang akhirnya menyebabkan kerugian pada diri
peserta didik itu sendiri.
Lapisan selanjutnya adalah lingkungan keluarga,lingkungan keluarga
ini ibarat pondasi anak didik kita. Dimana dari keluargalah pola pikir,
prilaku, dan karakter anak terbentuk, memiliki lingkungan keluarga
yang kurang sehat sudah dapat dipastikan semangat belajar peserta
didik disekolah juga tidak sehat. Oleh karena itu, semangat belajar
kurang baik akhirnya peserta didik tersebut tidak dapat mengikuti
proses pembelajaran dengan baik, pastinya kompetensi yang dimiliki
akan kurang memuaskan pula, sehingga pemikiran-pemikiran yang
irasional akan muncul. Peserta didik akan berpikir bahwa ilmu yang dia
dapatkan di sekolah hanyalah kesia-siaan dan ujungnya mereka akan
melampiaskan amarah mereka dengan hal-hal negatif. Parahnya lagi
215 Membangun
Menyelamatkan
Mindset Optimis
MasaSiswa
DepanSMK
Generasi
Guna Mereduksi
Emas Bangsa
Kecemasan Mempersiapakan.... 215
baik itu informasi kerja ataupun sekolah lanjutan. Paling utama adalah
guru BK dapat menjadi sumber motivasi dan informasi bagi seluruh
peserta didik dimasing-masing sekolah.
Dari berbagai data dan argumentasi diatas menunjukkan bahwa
dunia SMK perlu diberikan perhatian lebih, karna di SMK ini pemuda-
pemuda bangsa yang siap menjadi tumpuan perekonomian dan dunia
industri kita dicetak. Perlu langkah pasti untuk membuat SMK menjadi
lebih baik. Langkah kongkrit yang perlu diusahakan yakni saling
bekerjasama satu sama lain, jadi tidak hanya satu pihak saja yang
berusaha merubah dan membangun mindset optimistis dari siswa SMK.
Akan tetapi, semua aspek diatas dapat memberikan titik temu dan dapat
memecahkan masalah apa, serta bagaimana menjadikan siswa SMK yang
matang dan siap untuk bekerja demi generasi emas Indonesia di masa
depan.
DAFTAR RUJUKAN
Beck, J. R., & Moore, D.T. 2001. Kuatir. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.
Hurlock, E. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan (edisi kelima) Jakarta: Erlangga.
Kurniawan, Dian. 2005. Memprihatinkan, Lulusan SMK Banyak yang
Menganggur. (Online ) (http://news.liputan6.com/read/2358787/
memprihatinkan-lulusan-smk-paling-banyak-menganggur /Diakses pada
tanggal 26 November 2016).
PP No 29 tahun 1990, tentang standart pendidikan Indonesia.
Ramaiah, S. 2003. Kecemasan Bagaimana Mengatasi Penyebabnya. Jakarta:
Pustaka Populer Obor.
Santrock, J.W. 2003. Adolescence: Perkembangan Remaja. Jakarta:Erlangga.
Ciptakan Generasi ‘Z” Cerdas dan Berkarakter 217
Pepi Nuroniah
Pascasarjana UM dan Guru MAN 2 Serang , Banten
DAFTAR RUJUKAN
Alfan, Rabbani. 2014. Waspada Jacket Syindrom. PT Gramedia: Jakarta.
Corey, Gerald. 2013. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi, Terjemahan
Koswara E. Bandung: Refika Aditama.
Fall, A, Kefin et al. 2010. Theoretical Models of Counseling and
Psychotherapy.Brunner-Rountage: New York and Hove.
Ramli, M. 2016. Penerapan Prinsip dan Prosedur Konseling Realitas dalam
Membantu Remaja Mengatasi Masalah yang Dihadapi. Disampaikan
dalam seminar profesi bimbingan dan konseling, tantangannya dalam
menghadapi problematika remaja. Malang: UM.
222 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
Strategi Token Reinforment untuk Menurunkan Munculnya Perilaku Out-Of Seat pada..... 223
Rosyida Aziz
SMA Muhammadiyah 10 Surabaya
223
224 Strategi
Menyelamatkan
Token Reinforment
Masauntuk
DepanMenurunkan
Generasi Emas
Munculnya
BangsaPerilaku Out-Of Seat pada..... 224
jawaban yang diberikan oleh orang tua akan selalu di ingat oleh
anak.Jika jawaban orang tua asal-asalan untuk menghindari pertanyaan
yang lebih dalam lagi, maka hal ini akan mengakibatkan anak menjadi
anak yang kurang kritis.
Anak-anak usia 7-8 tahun pada dasarnya sedang mengalami proses
adaptasi, dari model pendidikan yang lebih banyak bermain menjadi
model pembelajaran yang lebih komples seperti mulai mengenal angka
atau huruf yang lebih rumit. Perlakuan guru pada saat ini sangat
berpengaruh terhadap kehidupan pendidikan anak.Jika seorang anak
untuk pertama kali mendapatkan guru yang penyebar dan penyayang,
maka anak akan menjadi anak yang lebih sabar dan lebih percaya diri.
Jika mendapat guru yang kurang sabar dan sedikit keras. maka anak
akan merasa takut, malas, dan lebih tidak percaya diri di lingkungan
sekolah. Hal ini terjadi karena penerimaan guru pada awal masa sekolah
terutama sekolah dasar akan selalu diingat oleh anak, perlakuan baik
guru anak menjadikan anak lebih merasa diterima dan disayang, sehingga
anak akan tumbuh menjadi anak yang percaya diri dan apa adanya.
Anak juga akan memiliki ketertarikan untuk datang ke sekolah dan
selalu berprestasi, sebab lingkungannya mendukung.
Di usia ini individu sedang berada pada kondisi dimana ia memiliki
energi yang sangat besar, sehingga anak akan cenderung bersikap
agresif atau tidak bisa diam. Kenyataan ini jika tidak diarahkan pada
kegiatan-kegiatan yang positif akan menjadi sebuah perilaku
mengganggu, baik di rumah maupun di sekolah. Baru-baru ini para
psikolog menekankan bahwa pengalaman kehidupan sehari-hari dan
juga peristiwa-peristiwa utama kehidupan dapat menjadi faktor-faktor
penyebab timbulnya stres bagi anak-anak. Tekanan hidup keluarga
seperti kemiskinan, atau pertengkaran antar anggota keluaga yang
dialami oleh anak-anak setiap hari, dapat menambah tegangnya
kehidupan dan pada akhirnya mengakibatkan gangguan atau penyakit
kejiwaan (Compas dalam Santrock, 1995).
Perilaku menggangu ini jika dibiarkan akan menjadi perilaku yang
menetap dalam diri individu bahkan menjadi salah satu faktor munculnya
gangguan kejiwaan. Pada dunia pendidikan, perilaku mengganggu
disebut juga sebagai perilaku off-task behavior. Perilaku-perilaku yang
termasuk dalam off-task behavior anatara lain tingkahlaku impulsive,
innatention, non completon of task, out-of seat, talking without
225 Strategi
Menyelamatkan
Token Reinforment
Masauntuk
DepanMenurunkan
Generasi Emas
Munculnya
BangsaPerilaku Out-Of Seat pada..... 225
DAFTRA PUSTAKA
Hurlock, E.B. 1980.Psikologi Perkembangan(Edisi terjemah bahasa
Indonesia). Jakarta: PT Erlangga.
Cooper, J.O, Timothy E. H., & William L. H. 1994.Applied Behavior
Analysis. Ohio: Maemillan Publishing Company.
232 Strategi
Menyelamatkan
Token Reinforment
Masauntuk
DepanMenurunkan
Generasi Emas
Munculnya
BangsaPerilaku Out-Of Seat pada..... 232
Sparzo, F.J. and Pottet, J.A.1989. Classroom Behavior. Detecting and Cor-
recting Special Problems. Boston: Allyn and Bacon.
Winkel. & Sri H. 2010. BimbingandanKonseling di InstitusiPendidikan
(EdisiRevisi). Yogyakarta: Media Abadi.
Sobur, A.2003. Psikologi Umum. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.
Azrin, N.H. & Lindsley, O.R. 1956. The Reinforcement of Cooperation
between Children. Journal of Abnormal and Social Psyichology. 52.
(2): 100-102.
Santrock, J.W. 1995. Life-Spand Development; Perkembangan Masa Hidup
jilid 1.Jakarta: PT. Erlangga.
Mencetak Generasi Berkarakter pada Anak Berkebutuhan Khusus 233
Zakiyah
Pendidikan Khusus Negeri Seduri Mojokerto
233
234 MenyelamatkanMencetak
Masa Depan
Generasi
Generasi
Berkarakter
Emas Bangsa
pada Anak Berkebutuhan Khusus 234
Tunanetra
1. Pengertian Anak Tunanetra
Dipandang dari segi bahasa, kata tunanetra terdiri dari kata tuna
dan netra. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1990)
tuna mempunyai arti rusak, luka, kurang, tidak memiliki, sedangkan
netra artinya mata. Tunanetra artinya rusak matanya atau tidak memiliki
mata yang berarti buta atau kurang dalam penglihatannya.
Definisi bila ditinjau dari sudut pendidikan, anak dengan gangguan
penglihatan adalahanak yang mengalami gangguan daya penglihatannya
berupa kebutaan menyeluruh atau sebagian, walaupun telah diberi
pertolongan dengan alat-alat bantu khusus, mereka masih tetap tidak
mampu memanfaatkan media pendidikan yang dirancang untuk anak-
anak awas pada umumnya, sehingga mereka memerlukan pelayanan
pendidikan khusus(Azwandi, 2005).
Menurut white conference, pengertian tunanetra adalah seseorang
dikatakan buta baik total maupun sebagian (low vision) dari kedua
matanya bila kedua mata itu tidak dapat digunakan untuk membaca,
meskipun dibantu dengan kaca mata.Seseorang dikatakan buta untuk
pendidikan bila mempunyai katajaman penglihatan 20/200 atau kurang
pada bagian mata terbaik.Setelah mendapat perbaikan yang terbaik
atau bila mempunyai ketajaman lebih dari 20/200 tetapi luas daerah
penglihatannya membentuk sudut tidak lebih dari 20 derajat
(Widdjajantin, 1995).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tunanetra adalah
seseorang yang mengalami kerusakan pada kedua matanya, sehingga
tidak bisa melihat (buta) atau yang masih dapat melihat tetapi tidak
cukup jelas penglihatannya. Kondisi yang tetap tidak mengalami
perubahan, walaupun telah dibantu dengan kaca mata ia tidak dapat
mengikuti pendidikan dengan menggunakan fasilitas yang umumnya
dipakai anak awas.
235 MenyelamatkanMencetak
Masa Depan
Generasi
Generasi
Berkarakter
Emas Bangsa
pada Anak Berkebutuhan Khusus 235
2. Klasifikasi Tunanetra
WHO mengklasifikasikan orang dengan gangguan penglihatan ke
dalam lima kategori (Ilyas dalam Azwandi,2007) yaitu: kategori 1 dan 2
adalah rabun dengan penglihatan kurang dari 30/60 atau ketajaman
penglihatan kurang dari 6/60 sedangkan.Kategori 3 dan 4 adalah buta
dengan ketajaman penglihatan kurang dari 1/60 atau ketajaman
penglihatan kurang dari 1/60 dengan lapang pandang kurang dari 5
derajat. Kategori 5 adalah buta dan tidak ada persepsi sinar.
Penglihatan seseorang dikatakan benar-benar terganggu bila
ketajaman penglihatannya lebih rendah atau sama dengan 20/200, yaitu
seseorang yang hanya mampu melihat suatu benda pada jarak 20 kaki,
sedangkan benda tersebut dapat dilihat oleh orang yang memiliki
ketajaman normal pada jarak 200 kaki. Orang yang tidak memiliki
ketajaman penglihatan sama sekali atau yang visus matanya nol disebut
buta (Arum, 2005). Dari dua pendapat tersebut disimpulkan bahwa
pengklasifikasian seorang tunanetra, dapat dilihat dari seberapa besar
ketajaman penglihatan yang masih dipunyainya.
3. Sebab-sebab Ketunanetraan
Penyebab ketunanetraan menurut Sunanto (2005) ada beberapa
faktor sebagai berikut.
a. Kelainan yang terjadi pada struktur mata atau karena penyakit yang
menyerang kornea mata, saraf mata, dan lain sebagainya.
b. Karena faktor keturunan misalnya perkawinan antar saudara dekat
yang dapat menyebabkan kemungkinan diturunkannya kondisi
kelainan penglihatan yang dibawa.
c. Karena infeksi virus, tumor otak atau cedera yang terjadi akibat
kecelakaan.
d. Penyakit trachoma
e. Kondisi badan yang tidak sehat disertai kekurangan gizi dan perawatan
kesehatan dasar yang buruk.
f. Kondisi kelainan genetis bawaan yang disebut retinopaty of
prematurity atau kerusakan jalur penglihatan.
Penyebab ketunanetraan juga dapat ditinjau dari sudut internal dan
eksternal(Widdjajantin, 1995)seperti beruikut.
236 MenyelamatkanMencetak
Masa Depan
Generasi
Generasi
Berkarakter
Emas Bangsa
pada Anak Berkebutuhan Khusus 236
7) Suka melamun
8) Memiliki fantasi yang kuat untuk mengingat suatu obyek
9) Memiliki sifat kritis
10) Memiliki sifat pemberani
11) dan perhatian terpusat
b. Karakteristik tunanetra kurang lihat antara lain
1) Selalu mencoba melihat suatu benda dengan memfokuskan pada
titik-titik benda.
2) Menanggapi rangsang cahaya yang datang padanya, terutama
pada benda yang kena sinar yang disebut visually function.
3) Bergerak dengan penuh percaya diri baik di rumah maupun di
sekolah.
4) Merespon terhadap warna.
5) Dapat menghindari rintangan-rintangan yang berbentuk besar
dengan menggunakan sisa penglihatannya.
6) Memiringkan kepala bila akan memulai dan melakukan suatu
pekerjaan.
7) Mampu mengikuti gerak benda dengan sisa penglihatannya yang
dipunyainya
8) Tertarik pada benda yang bergerak.
9) Ber us a h a m e ncar i be nd a ja t u h de nga n menggunakan
penglihatannya.
10) Kebanyakan mereka menjadi penuntun bagi teman-temannya
yang buta.
11) Jika berjalan sering terbentur atau kakinya menginjak-injak benda
tanpa disengaja.
12) Jika berjalan dengan menyeretkan kaki, menggeserkan kaki atau
salah langkah.
13) Mengalami kesulitan dalam menunjuk benda atau mencari benda
kecuali benda-benda yang berwarna kontras.
14) Mengalami kesulitan melakukan gerakan-gerakan yang halus, dan
lembut.
15) Bila melihat benda secara global atau menyeluruh.
16) Kerjasama antara mata dan anggota badan lemah.
238 MenyelamatkanMencetak
Masa Depan
Generasi
Generasi
Berkarakter
Emas Bangsa
pada Anak Berkebutuhan Khusus 238
Tunarungu
1. Pengertian anak tunarungu
Anak tunarungu adalah anak yang mengalami kekurangan atau
kehilangan kemampuan mendengar sebagai akibat dari kerusakan atau
tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga ia
tidak dapat menggunakan alat pendengarannya dalam kehidupan sehari–
hari yang berdampak terhadap kehidupanya secara menyeluruh.
Seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan
mendengar baik sebagian atau seluruh alat pendengarannya dalam
kehidupan sehari–hari yang membawa dampak terhadap kehidupannya
secara komplek (Permanarian dan Hernawati, 1996: 27).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
anak tunarungu adalah anak yang mengalami kekurangan atau
kehilangan kemampuan mendengar baik sebagai akibat dari kerusakan
atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga
ia tidak dapat menggunakan alat pendengarannya dalam kehidupan
sehari – hari yang berdampak terhadap kehidupannya secara menyeluruh.
2. Karakteristik anak tunarungu
a. Karakteristik dalam segi intelegensi. Secara umum anak tunarungu
memiliki intelegens i normal atau rata – rata, tetap i dala m
perkembangannya intelegensi tidak secepat anak normal pendengaran.
Hal tersebut sangat dipengaruhi kemampuan bahasa yang dimiliki anak,
akibatnya dalam prstasi anak tunarungu lebih rendah dibanding dengan
anak berpendengaran normal atau mendengar yang sebaya. Rendahnya
tingkat prestasi anak tunarungu bukan berasal dari kemampuan
intelektual yang rendah, tetapi pada umumnya disebabka n
intelegensinya tidak mendapat kesempatan untuk berkembang dengan
maksimal, tapi tidak semua aspek intelegensi anak tunarungu
terhambat hanya yang bersifat verbal saja anak tunarungu mengalami
hambatan.
b. Karakteristik dalam segi bahasa dan bicara. Kemampuan berbicara dan
berbahasa anak tunarungu berbeda dengan anak yang mendengar,
hal ini disebabkan perkembangan bahasa erat kaitannya dengan
kemampuan mendengar, anak tunarungu mengalami hambatan karena
masalah ketajaman pendengaran yang dapat mempengaruhi
perkembangan bahasa dan bicara anak
239 MenyelamatkanMencetak
Masa Depan
Generasi
Generasi
Berkarakter
Emas Bangsa
pada Anak Berkebutuhan Khusus 239
Tunagrahita
1. Pengertian Anak Tunagrahita
Pengertian Anak tunagrahita menurut beberapa ahli (soemantri,
2007:103) adalah “anak yang memiliki kemampuan intelektual dibawah
rata-rata”. Menurut Delphie (2007:2) “anak dengan hambatan kemampuan
(tunagrahita) memiliki problema belajar disebabkan adanya hambatan
perkembangan intelegensi, mental, emosi, sosial, fisik”. Berdasarkan
pendapat-pendapat tersebut, yang dimaksud dengan anak tunagrahita
adalah anak dengan gangguan intelegensi atau intelegensi di bawah
rata-rata normal sehingga mengalami kesulitan dalam akademik,
komunikasi, bahasa maupun sosial.
2. Karakteristik Anak tunagrahita ringan
a. Ditinjau dari segi Kecerdasan.
Umumnya anak tunagrahita ringan adalah anak yang mengalami
keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dan memiliki kecerdas-an di
bawah rata-rata. Dengan kecerdasan di bawah rata-rata ini anak
tunagrahita ringan memiliki keterbatasan kemampuan dalam berpikir
abstrak dan kemampuan intelektual lain di bawah kemampuan yang
dimiliki oleh kebanyakan anak, anak tunagrahita ringan lebih banyak
belajar dengan cara membeo (rate learning).
240 MenyelamatkanMencetak
Masa Depan
Generasi
Generasi
Berkarakter
Emas Bangsa
pada Anak Berkebutuhan Khusus 240
Tunadaksa
1. Pengertian tuna daksa
Tunadaksa adalah adalah bahasa kasar Indo nya adalah cacat, dan
bahasa halus adalah Tuna Daksa (alias cacat tubuh). Definisi Tunadaksa
menurut situs resmi Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, tunadaksa
berasal dari kata “Tuna“ yang berarti rugi, kurang dan “daksa“ berarti
tubuh.
2. Ciri-ciri anak tunadaksa
1) Anggota gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh
2) Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna,tidak lentur/tidak
terkendali).
3) Terdapat bagian angggota gerak yang tidak lengkap/tidak
sempurna/lebihh kecil dari biasanya.
4) Terdapat cacat pada alat gerak.
5) Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam.
6) Kesulitan pada saat berdiri/berjalan/duduk, dan menunjukkan sikap
tubuh tidak normal.
7) Hiperaktif/tidak dapat tenang.
a. Ciri-ciri fisik
Anak memiliki keterbatasan atau kekurangan dalam kesempurnaan
tubuh. Misalnya tangannya putus, kakinya lumpuh atau layu, otot atau
motoriknya kurang terkoordinasi dengan baik.
243 MenyelamatkanMencetak
Masa Depan
Generasi
Generasi
Berkarakter
Emas Bangsa
pada Anak Berkebutuhan Khusus 243
b. Ciri-ciri mental
1) Anak memiliki kecerdasan normal bahkan ada yang sangat cerdas.
2) Depresi, kemarahan dan rasa kecewa yang mendalam disertai
dengan kedengkian dan permusuhan. Orang tersebut begitu susah
dan frustasi atas cacat yang dialami.
3) Penyangkalan dan penerimaan, atau suatu keadaan emosi yang
me ncer min ka n suat u pergu m ula n yan g diakhir i dengan
penyerahan. Ada saat-saat di mana individu tersebut menolak
untuk mengakui realita cacat yang telah terjadi meskipun lambat
laun ia akan menerimanya.
4) Meminta dan menolak belas kasihan dari sesama. Ini adalah fase
di mana individu tersebut mencoba menyesuaikan diri untuk dapat
hidup dengan kondisinya yang sekarang. Ada saat-saat ia ingin
tidak bergantung, ada saat-saat ia betul-betul membutuhkan
bantuan sesamanya. Keseimbangan ini kadang-kadang sulit
dicapai.
c. Ciri-ciri sosial
Anak kelompok ini kurang memiliki akses pergaulan yang luas
karena keterbatasan aktivitas geraknya. Kadang-kadang anak
menampakkan sikap marah-marah (emosi) yang berlebihan tanpa sebab
yang jelas. Untuk kegiatan belajar-mengajardisekolah diperlukan alat-
alat khusus penopang tubuh, misalnya kursi roda, kaki dan tangan
buatan.
Penyebab tunadaksa ada beberapa macam sebab yang dapat
menimbulkan kerusakan pada anak hingga menjadi tunadaksa. Kerusakan
tersebut ada yang terletak dijaringan otak, jaringan sumsum tulang
belakang, pada sistem musculusskeletal.Adanya keragaman jenis tuna
daksa dan masing-masing kerusakan timbulnya berbeda-beda. Dilihat
dari saat terjadinya kerusakan otak dapat terjadi pada masa sebelum
lahir, saat lahir, dan sesudah lahir.
1) Sebab-sebab Sebelum Lahir (Fase Prenatal), kerusakan terjadi pada saat
bayi masih dalam kandungan, kerusakan disebabkan oleh:
(a) Infeksi atau penyakit yang menyerang ketika ibu mengandung
sehingga menyerang otak bayi yang sedang dikandungnya,
misalnya infeksi, sypilis, rubela, dan typhus abdominolis.
244 MenyelamatkanMencetak
Masa Depan
Generasi
Generasi
Berkarakter
Emas Bangsa
pada Anak Berkebutuhan Khusus 244
pasif. Demikianlah pada halnya dengan tingkah laku anak tuna daksa
sangat dipengaruhi oleh jenis dan derajat keturunannya.jenis kecacatan
itu akan dapat menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai kompensasi
akan kekurangan atau kecacatan. Ditinjau dari aspek psikologis, anak
tuna daksa cenderung merasa malu, rendah diri dan sensitif, memisahkan
diri dari lingkungan.
Tunalaras
1. Definisi
Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam
mengendalikan emosi dankontrol sosial.Individu tunalaras biasanya
menunjukan perilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan
aturan yang berlaku di sekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena
faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan
sekitar.Menurut Somantri (2007:139)“Anak tunalaras sering juga disebut
anak tunasosial karena tingkah laku anak ini menunjukkan penentangan
terhadap norma-norma sosial masyarakat yang berwujud seperti mencuri,
mengganggu, dan menyakiti orang lain.”Individu tunalaras biasanya
menunjukan perilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan
aturan yang berlaku di sekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena
faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan
sekitar.Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan
karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa
selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
2. Ciri-ciri Anak Tuna Laras
Penggolongan anak tunalaras secara umum dapat ditinjau dari segi
gangguan atau hambatan dan kualifikasi berat ringannya kenakalan,
dengan penjelasan sebagi berikut.
a. Gangguan Emosi. Anak tunalaras yang mengalami hambatan atau
gangguan emosi terwujud dalam tiga jenis perbuatan, yaitu: senang-
sedih, lambat cepat marah, dan releks-tertekan. Secara umum emosinya
menunjukkan sedih, cepat tersinggung atau marah, rasa tertekandan
merasa cemas. Gangguan atau hambatan terutama tertuju pada
keadaan dalam dirinya. Macam-macam gejala hambatan emosi, yaitu:
1) Gentar, yaitu suatu reaksi terhadap suatu ancaman yang tidak
disadari, misalnya ketakutan yang kurang jelas objeknya.
246 MenyelamatkanMencetak
Masa Depan
Generasi
Generasi
Berkarakter
Emas Bangsa
pada Anak Berkebutuhan Khusus 246
Autis
Autis adalah kelainan perkembangan sistem saraf pada seseorang
yang kebanyakan diakibatkan oleh faktor hereditas dan kadang-kadang
telah dapat dideteksi sejak bayi berusia 6 bulan. Deteksi dan terapi
sedini mungkin akan menjadikan si penderita lebih dapat menyesuaikan
dirinya dengan yang normal. Kadang-kadang terapi harus dilakukan
seumur hidup, walaupun demikian penderita Autisme yang cukup cerdas,
setelah mendapat terapi Autisme sedini mungkin, seringkali dapat
mengikuti Sekolah Umum, menjadi Sarjana dan dapat bekerja memenuhi
standar yang dibutuhkan, tetapi pemahaman dari rekan selama bersekolah
dan rekan sekerja seringkali dibutuhkan, misalnya tidak menyahut atau
tidak memandang mata si pembicara, ketika diajak berbicara. Karakteristik
yang menonjol pada seseorang yang mengidap kelainan ini adalah
kesulitan membina hubungan sosial, berkomunikasi secara normal
maupun memahami emosi serta perasaan orang lain. [1] Autisme
merupakan salah satu gangguan perkembangan yang merupakan bagian
dari gangguan spektrum autisme atau Autism Spectrum Disorders (ASD)
dan juga merupakan salah satu dari lima jenis gangguan dibawah
payung Gangguan Perkembangan Pervasif atau Pervasive Development
Disorder (PDD). Autisme bukanlah penyakit kejiwaan karena ia merupakan
suatu gangguan yang terjadi pada otak sehingga menyebabkan otak
tersebut tidak dapat berfungsi selayaknya otak normal dan hal ini
termanifestasi pada perilaku penyandang autisme.Autisme adalah yang
terberat di antara PDD.
Gejala-gejala autisme dapat muncul pada anak mulai dari usia tiga
puluh bulan sejak kelahiran hingga usia maksimal tiga tahun.Penderita
autisme juga dapat mengalami masalah dalam belajar, komunikasi, dan
bahasa.Seseorang dikatakan menderita autisme apabila mengalami satu
atau lebih dari karakteristik berikut: kesulitan dalam berinteraksi sosial
secara kualitatif, kesulitan dalam berkomunikasi secara kualitatif,
menunjukkan perilaku yang repetitif, dan mengalami perkembangan
yang terlambat atau tidak normal
Dari beberapa pengertian dan karakteristik tentang anak berkebutuhan
khusus dari tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras dan
autis, dapat kami kami simpulkan bahwa pendidikan karakter dapat di
berikan pada anak berkebutuhan khusus tapi pemberiannya di sesuaikan
dengan karakteristik masing masing anak dan di sesuaikan dengan
249 MenyelamatkanMencetak
Masa Depan
Generasi
Generasi
Berkarakter
Emas Bangsa
pada Anak Berkebutuhan Khusus 249
Prilaku disiplin juga ditanamkan pada siswa pada saat mau masuk
kelas, disini terllihat kebersamaan siswa, pada saat mau masuk kelas
siswa dengan tertib berbaris dengan rapi mesikipun yang mempimpin
adalah anak tunagrahita, siswa tunarungu mau menghargai pemimpin
barisan meskipun pemimpinnya tunagrahta.
Gambar 3. Berbaris untuk melatih
kedisiplinan
a) Di dalam kelas
1) Bersahabat/Komunikatif: tindakan yang
memperlihatka n rasa senang berbicara,
bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain
Didalam kelas perlu ditanamkan sikap
karakter ini sebab agar siswa mudah
b ers osi alisas i d e n ga te m a n ny a , enjo y
menerima pelajaran, dengan suasana enjoy
siswa lebih bisa berkomunikasi dengan guru dan temannya, terutama
siswa tunagrahita,yang sulit ditebak prilakunya. Guru harus benar benar
melakukan dengan pendekatan dengan berbagai startegi dan metode.
Agar dapat menguasai kelas.
KESIMPULAN
Dengan berbagai macam teori tentang anak berkebutuhan khusus
dan kenyataan di lapangan meskipun itu hanya sebagaian kecil contoh
perlakuan pada siswa berkebutuhan khusus di Pendidikan Khusus Negeri
Seduri, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa pembiasaan merupakan
pendekatan yang tepat untuk menanamkan prilaku yang berkarakter
pada siswa berkebutuhan khusus baik itu yang tunanetra, tunarungu,
tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, dan aiutis.
Semakin komplek karakteristik siswa berkebutuhan khusus semakin
memerlukan perlakuan dan strategi khusus dalam menanamkan prilaku
berkarakter pada siswa tersebut. Mesikipun berkebutuhan khusus siswa
di SLB atau di Pendidikan Khusus mampu menjadi generasi yang
254 MenyelamatkanMencetak
Masa Depan
Generasi
Generasi
Berkarakter
Emas Bangsa
pada Anak Berkebutuhan Khusus 254
DAFTAR PUSTAKA
Arum, W.S.A, 2005. Perspektif Pendidikan Luar Biasa dan Implikasinya bagi
Penyiapan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Depdiknas.
Purbaningrum, Endang. 2013. Modul Bina Persepsi Bunyi dan Bina Bicara.
Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Press.
Somad, Permanarian dan Hernawati, Tati .1996.Ortpedagogik Anak
Tunarungu.Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek
Pendidikan Tenaga Guru.
Sunaryo dan Sunardi. 2007. Intervensi Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta:
Depdiknas Dirjen Dikti.
Sutjiati, Somantri. 2006. Psikologi Anak LuarBiasa. Bandung: Reflika
Aditama.
Widdjajantin, A, 1995. Ortopaedagogik Tunagrahita Jakarta: DepdikbudDin.
Widdjajantin, A, 1995. Ortopaedagogik Tunanetra I. Jakarta: DepdikbudDin.
Menggapai Uluran Tangan Anak 255
Sulistiana
SMA Negeri I Kebomas Gresik
255
256 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
Menggapai Uluran Tangan Anak 256
DAFTARPUSTAKA
Anonim. . Modul Aku Anak Berani. Workshop Nasional: Kekerasan
Seksual Terhadap Anak.
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Hurairah, Abu. 2012. Kekerasan Terhadap Anak. Bandung: Nuasa Press.
262 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
Perkembangan Inovasi Baru dalam Layanan Bimbingan Konseling 263
Yachya Hasyim
SMK Negeri 2 Malang
263
264 MenyelamatkanPerkembangan
Masa Depan Generasi
InovasiEmas
Baru Bangsa
dalam Layanan Bimbingan Konseling 264
DAFTAR PUSTAKA
Corey, G. 2003. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi (Terj. E.
Koswara). Bandung: Refika Aditama.
Demir. 2005. Practical Counselling and Helping Skills. London: Sage
Publications Ltd.
Dirjen PMPTK. 2007. Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal (Naskah Akademik). Jakarta.
Erhamwilda. 2009. Model Hipotetik Peer Counseling, dengan Pendekatan
Realitas untuk Siswa SLTA. Bandung: Nuansa.
Gati, I. 1994. Computer-Assisted Career Counseling: Dilemmas, Problems, and
Possible Solutions. JournalofCounseling&Development. 73 (1): 51-73.
Gendler, M. E. 1992. Learning & Instruction; Theory into Practice. New York:
McMillan Publishing.
Rahman, A. 2009. Peran Pendidikan Inklusif Bagi Anak Berkelainan.
Yogyakarta: Printa.
Rogers, E. 1983. Diffusion of Innovation. New York: The Free Press a
Division of Macmillan Publishing Co. Inc.
Rose, R. and Howley, M. 2007. The Practical Guide to Special Education Needs
inn Inclusive Primary Classrooms. London: Paul Chapman Publishing.
Santrock, J.W. 2004. Education Psychology. New York: McGraw-Hill Company, Inc.
Slavin, R.E. 2006. Education Psychology. Boston: Allyn and Bacon.
Smith, J. D. 2009. Inklusif Sekolah Ramah untuk Semua. Bandung: Nuansa.
Sudarman, D. 2002. InovasiPendidikan Dalam Upaya Peningkatan
Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Suherman, U. 2009. Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rizqi Press.
Tindall, J.A. & Gray, H. D. Shernoff, M. 2000. Cyber Counseling for Client.New
Yorke: Haworth Press.
Air Itu Bernama Murid 273
Saifi Yunianto
SMPN 2 Rembang Kab. Pasuruan
273
274 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa Air Itu Bernama Murid 274
“Dan Kami ciptakan dari air segala sesuatu yang hidup...” (QS. Al-
Anbiya [21]:30). Air adalah unsur utama dalam tubuh manusia. Komposisi
tubuh manusia sebagian besar terdiri atas air yang berkisar 60 persen
sampai 70 persen (www.academia.edu). Belum lagi bagian otak yang
mengandung air antara 73 persen - 74,5 persen, jantung 73 persen, paru
83 persen, hati 71 persen, dan ginjal 79 persen. Setali tiga uang dengan
hasil riset Ilmuwan Jepang, Dr. Masaru Emoto yang menyatakan 70
persen tubuh orang dewasa mengandung air. Dengan isitilah lainnya,
materi pembentuk manusia adalah air.
Menurut Emoto, air adalah prinsip pertama dari semua benda
sebagaimana yang disampaikan dalam filosofi Yunani kuno. Semakin
manusia mengenal air, sejatinya ia semakin mampu melihat diri sendiri.
Lantas, bagaimana potret air yang berhasil diambil setelah diucapkan kata
arigato (terima kasih) bentuknya berubah menjadi begitu indah,
Subhanallah,ia membentuk heksagonal yang menakjubkan. Begitu
sebaliknya, saat foto air yang dipotret setelah dikatakan you’re fool
(kamu bodoh), maka hasilnya berubah tidak sedap dipandang mata, air
tidak menjelma bentuk yang menawan. Jauh-jauh hari sebelumnya,
Rasulullah SAW sempat menyitir tentang air zamzam. “Air zamzam akan
melaksanakan pesan dan niat yang meminumnya.” AA Gym panggilan
populer KH. Abdullah Gymnastiar (2006) mengatakan barangsiapa
meminumnya karena ingin melepas dahaga, niscaya hilanglah dahaganya.
Barangsiapa meminumnya karena ingin sembuh dari sakit, maka ia segera
sembuh dan sehat. Dr. Emoto juga meneliti air zamzam dengan hasil foto
yang menakjubkan bergambar kristal yang sangat indah.
Tersibak juga kekuatan sejati air dalam penelitian Dr. Emoto dan
Ahli Sains, Kazuya Ishibashi yang menemukan efek gelombang energi,
hasil penelitian tersebut dinamakan Hado. Hado memiliki arti semua
energi yang sulit dilihat dan berada di alam semesta (Emato, 2006:25).
Hampir semua benda yang ada di dunia mempunyai gelombang atau
hado. Energi tersebut dapat berbentuk positif atau negatif dan mudah
dipindahkan dari satu benda menuju benda yang lain. Artinya, jika ada
dua benda yang mempunyai frekuensi yang sama, maka keduanya saling
membentuk resonansi. Dalam hubungan antar manusia, seringkali kita
mengatakan tidak cocok dengan seseorang. Hal itu yang sebenarnya
berkaitan dengan gelombang dan resonansi.
276 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa Air Itu Bernama Murid 276
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Jamal. 2007. Cara Nabi SAW Menyiapkan Generasi. Surabaya:
Penerbit eLBA.
Emato, Masaru. 2006. The True Power of Water. Bandung: MQ Publishing.
Hamka. 2014. Pribadi Hebat. Jakarta: Penerbit Gema Insani.
280 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
Peran Pendidik untuk Menyentuh Hati Remaja dengan....... 281
Dina Elisa
SMP Negeri 27 Malang
Remaja
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih
luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial, dan fisik
(Hurlock, 1992). Pasa masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang
jelas karena tidak termasuk golongan anak, tetapi tidak juga golongan
dewasa atau tua.Masaremaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai
dengan 21 tahun bagi wanita, dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun
bagi pria. pengertian remaja menurut Darajat (1990:23) adalah masa
peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak
mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisik maupun
psikis. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan dan cara berfikir
atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.Jadi,
281
282 Menyelamatkan Masa Depan
PeranGenerasi
PendidikEmas
untukBangsa
Menyentuh Hati Remaja dengan....... 282
DAFTAR RUJUKAN
Departemen Agama Republik Indonesia. 1989. Al-Quran dan Terjemahnya.
Surabaya: CV Jaya Sakti.
Mustafa. 1987. 150 Hadits Pilihan untuk Pembinaan Akhlak dan Iman.
Surabaya: Al-Ikhlas.
De Porter, Bobby & Mike Hernacki. 1999.Quantum Learning Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyanangkan.Bandung: Kaifa.
Chatib, Munif.2011. Gurunya Manusia Menjadikan Semua Anak Istimewa
dan Semua Anak Juara.Bandung: Kaifa.
Chatib, Munif. 2012. Sekolahnya Manusia Sekolah Berbasis Multiple
Intelligences di Indonesia.Bandung: Kaifa.
Utomo, Nurbowo Budi. 2012. Pengembangan Materi BK Berbasis
Multimedia. Yogyakarta: Paramitra Publishing.
Kadafi, Umar dan Abdul Tedy. 2013.Modul Workshop Super Wali Kelas.
Malang: UMM Press.
Profesional Guru IPA dalam Membangun Generasi Abad 21 melalui..... 289
Endang Mudjianah
SMP Negeri 1 Siliragung Kec. Siliragung Kab. Banyuwangi
Guru merupakan salah satu pilar bangsa, tanpa guru pesan tak
dapat tersampaikan kepada peserta didiknya. Guru yang tidak mampu
menyampaikan pesan dengan benar dan baik kepada peserta didik
belum bisa dikatakan guru tetapi belum profesioanal. Kualitas bangsa
akan ditentukan oleh kualitas generasi penerus bangsa. Oleh karenanya
yang penting bukan hanya kebijakan, kurikulumnya, metode
pembelajaran tetapi pelaku utama dalam dunia pendidikan, yang
berkiprah membangun dan mencetak generasi di masa depan yaitu
guru. Kebijakan, kurikulum itu tak lain sebagai pedoman, acuan dalam
melangkah melaksanakan proses pembelajaran sedangkan metode,
strategi, model pembelajaran adalah sarana dan cara guru untuk
mengembangkan pembelajaran, pengetahuan yang dimiliki untuk
ditransferkan kepada siswa/peserta didiknya.
Disadari atau tidak guru sebagai ujung tombak di dunia pendidikan
ikut ambil bagian dalam mencetak peserta didik 5 – 10 tahun ke depan.
Keberhasilan peserta didik baru bisa dirasakan betul setelah para guru
bertemu, mendengar cerita jika ada murid-muridnya bekerja di tempat
yang mapan dan benar. Alangkah bangganya seorang guru bisa bertemu
dengan mantan muridnya yang sukses di bidang apapun dan muridnya
mengatakan keberhasilan ini juga karena motivasi bapak / ibu guru atau
seorang murid mengatakan masih ingat saya pak/bu yang nakal itu lho.
Sejalan dengan pemikiran Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Sumarna
Surapranata dalam kata sambutan Modul Guru Pembelajar yaitu Peran
guru profesional dalam proses pembelajaran sangat penting sebagai
kunci keberhasilan belajar siswa. Guru profesional adalah guru yang
kompeten membangun proses pembelajaran yang baik sehingga dapat
menghasilkan pendidikan yang berkualitas.
289
290 Menyelamatkan
Profesional
Masa Depan
GuruGenerasi
IPA dalamEmas
Membangun
Bangsa Generasi Abad 21 melalui..... 290
Hiruk pikuk kasus yang melanda di negara ini merupakan salah satu
kesalahan tanpa sadar yang guru-guru lakukan saat mengajar/
menyampaikan sebuah kata/kalimat, memperlakukan peserta didik. Mereka
tidak pernah menyadari dan tidak pernah berfikir dampak jangka panjang
dan sangat besar di masa yang akan datang. Contoh kecil saja, pernahkah
guru melatih peserta didik untuk jujur pada saat ulangan, mulut bisa
berbicara tetapi tanpa penerapan yang benar akan ikut mencetak atau
membangun peserta didik di masa akan datang menjadi korupsi, mafia
narkoba, pecandu, ini semua didasari oleh ketidakjujuran.
Menjadi tugas dan tanggung jawab guru sebagai pendidik untuk
membangun peserta didik sebagai generasi penerus perjuangan di
negara ini melalui gerakan peserta didik berkarya didahului dengan
peningkatan profesionalisme guru. Membaca definisi profesionalisme
guru itu gampang, yang sulit ketika istilah profesionalisme harus dipahami
dan guru harus menerapkan keprofesionalnya dalam membangun peserta
didiknya menuju abad 21. Sangat ironis sekali bila ada guru yang tidak
tahu profesionalnya sebagai guru. Profesionalisme dengan 4 kompetensi
yang harusnya melekat pada diri seorang guru masih banyak yang
belum mengalir pada darah seorang guru dan belum menyatu di hati
mereka. Tentu saja sebelum melangkah membangun generasi abad 21,
guru memahami betul profesionalismenya guru dalam UU no. 14 tahun
2005 tentang Guru dan Dosen dan Permendiknas no. 16 tahun 2007
tentang Standart Kualifikasi Akademik dan Kompetensi guru.
Pemerintah dengan Permendikbud no. 23 tahun 2015 melalui
Penumbuhan Budi Pekerti, Pusat Pembinaan, Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan mencanangkan Gerakan Literasi Bangsa (GLB) dengan tujuan
menumbuhkan budi pekerti anak melalui budaya literasi (membaca dan
menulis). Menurut hasil penelitian tahun 2012, budaya membaca
masyarakat Indonesia menduduki peringkat 64 dari 65 negara. Gerakan
literasi ini ditanamkan dan dikaitkan dengan gerakan peserta didik
berkarya. Tanpa membaca dan menulis sudah tentu sulit untuk
menghasilkan karya. Gerakan Literasi Bangsa merupakan kegiatan
ekstrakurikuler bukan intrakurikuler dan tidak menambah jam belajar
dengan model membaca, mengkontruksi dan menulis kembali hasil
bacaan dengan bahan bacaan yang sudah disiapkan yang relevan dengan
perkembangan psikologi dan kecerdasan peserta didik.(http://badan
291 Menyelamatkan
Profesional
Masa Depan
GuruGenerasi
IPA dalamEmas
Membangun
Bangsa Generasi Abad 21 melalui..... 291
Rujukan:
Asmani, Ma’mur Jamal. 2009. Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif dan
Inovatif. Ciputat: Penerbit DIVA Press.
Sofan, Hendro dan Ahmadi, Iif. 2011. Pembelajaran Akselerasi. Jakarta:
Penerbit Pretasi Pustaka.
Sudarwati. 2014. Revitalisasi Profesionalme. Jawa Timur: Media.
http://badan bahasa.kemendikbud.go.id
http://ainamulyana.blogspot.com
Hasim Hernowo, Flow Di Era Socmed, Kaifa, Bandung, 2016
Yoto dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, SIC, 2005
306 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
Gerakan Literasi, Bak Menyemai Biji di LAhan Subur 307
Hariati Tinuk
Wakil Kepala SMP Negeri 8 Malang Bidang Kesiswaan
Membaca dan menulis adalah dua bentuk kegiatan yang tidak bisa
dipisahkan, karena untuk bisa menulis perlu membaca dan untuk bisa
menuangkan apa yang telah dibacanya harus di tulis, sehingga membaca
dan menulis merupakan rangkaian aktivitas yang dapat meningkatkan
kapasitas belajar dan meningkatakn pengetahuan seseorang. Aktivitas
belajar dalam bentuk membaca dan menulis di kalangan pelajar memang
belum menggembirakan, belum menjadi ruh, tak terkecuali pula di
masyarakat Indonesia secara luas. Membaca dan menulis seolah menjadi
dasar untuk belajar lebih jauh dan lebih dalam, karena dengan membaca
dan menulis mampu meningkatkan derajat pengetahuan dan keilmuan
seseorang. Dan dalam komunitas besar sebagai suatu bangsa, maka
budaya membaca dan menulis yang telah tumbuh, mampu meningkatkan
derajat dan citra pengetahuan dan keilmuan bangsa tersebut.
Seiring dengan pentingnya membaca dan menulis, karena keduanya
merupakan bagian dari literasi, maka sangat tepat jika pemerintah turut
ambil bagian dengan mengeluarkan kebijakan, melalui Permendikbud
Nomor 23 tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti yang di
dalamnya tertuang upaya menumbuhkan budaya membaca dan menulis
selama lima belas menit sebelum memulai pelajaran.
Jika merujuk pada Unesco (2003) maka literasi tidak hanya berupa
gerakan membaca dan menulis, namun literasi mencakup bagaimana
seseorang berkomunikasi dalam masyarakat, juga bermakna praktik dan
hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa dan budaya.
Itulah sebabnya gerakan literasi sekolah harus melibatkan semua unsur,
sumberdaya dan peran maksimal para guru, siswa, tenaga kependidikan,
dan pimpinan sekolah, serta masyarakat (khususnya orang tua siswa) dan
juga penerbit.
Hadirnya Gerakan Literasi Sekolah (GLS) sebagai gerakan penumbuhan
budi pekerti melalui gerakan membaca dan menulis adalah upaya
307
308 Menyelamatkan Masa Depan Generasi
Gerakan Emas
Literasi,
Bangsa
Bak Menyemai Biji di LAhan Subur 308
(1) (2)
Gambar 2: Contoh Peta Pikiran (Mind Mapping)
(1) Sukses Belajar ; (2) Surat
(Sumber: Ratri, 2011; Kurniasari, 2015)
Dari dua contoh gambar di atas perlu diketahui, bahwa peta konsep
berbeda dengan peta pikiran, sebagaimana menurut Buzan (2007), mind
map adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam
otak dan mengambil informasi ke luar otak dari otak, dan dengan mind
312 Menyelamatkan Masa Depan Generasi
Gerakan Emas
Literasi,
Bangsa
Bak Menyemai Biji di LAhan Subur 312
Daftar Pustaka
Anonim. (2012). Peta Konsep Bunyi dan Cahaya. Retrieved from http://
fdsmtsnslawi.blogspot.co.id/2012/01/peta -konsep-bunyi-dan-
cahaya.html
Buzan. (2007). Buku Pintar Mind Map. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Hudojo, Herman, at al. (2002). Peta Konsep. Makalah. Jakarta: disajikan
dalam forum diskusi Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Januati, Eka dan Yusrini, 2016. Peringkat Literasi Indonesia, Nomor Dua
Dari bawah. http://www.femina.co.id/trending-topic/peringkat-literasi-
indonesia-nomor-dua-dari-bawah, diakses 30 Desember 2016.
Kurniasari, H. (2015) . Pembahasan. Retrieved from http://
hanykurniasari14.blogspot.co.id/2015_03_01_archive.html
315 Menyelamatkan Masa Depan Generasi
Gerakan Emas
Literasi,
Bangsa
Bak Menyemai Biji di LAhan Subur 315
Ifta Zuroidah
SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo
317
318 Menyelamatkan
Budaya
Masa Depan
LiterasiGenerasi
dalam Pembentukan
Emas BangsaKarakter di SMAMDA Sidoarjo 318
dan mampu beraktualisasi kearah yang lebih baik. Dengan bukti, siswa
mampu berpikir kreatif dan inovatif dalam melakukan berbagai hal
yang bermanfaat dan dengan sikap yang positif.
Surat kabar dalam jumlah banyak yang sudah mereka baca dan mereka
buat literasi tulisan tidaklah terbuang sia-sia. Pembentukan karakter dari
budaya literasi ini menciptakan suatu gagasan yang membuat kita bangga
kepada mereka, melalui event pameran Zero Waste, mereka memanfaatkan
koran-koran ini sebagai bahan untuk membuat media pembelajaran dalam
bentuk tubuh manusia dan organ-organnya, yang ditampilkan dalam
pameran yang bertempat di Pendopo Kabupaten Sidoarjo.
Tidak berhenti sampai disini, dengan gigih, ulet, kerja keras, disiplin,
dan tanggung jawab, mereka mampu memahami tidak hanya pada
literasi yang harus mereka lakukan setiap saat. Mereka juga aktif
mengikuti event penting lain yang harus mereka lakukan dan perjuangkan,
salah satunya bagaimana menjadi juara dalam tingkat internasional.
SMA Muhammdiyah 2 Sidoarjo mendapatkan kesempatan tampil dalam
ajang internasional paduan suara LICC (Lanna International Choir Com-
petition) di Chiang Mai, Thailand. LICC merupakan ajang bergengsi yang
diselenggarakan oleh Interkultur Europen Choir Games. Kompetisi ini
diadakan di Payap Univercity, Chiang Mai, Thailand.
Pembentukan karakter yang terjadi dalam mempersiapkan mereka
cukuplah berat, mereka betul- betul harus melakukan apa yang sudah
menjadi ketentuan. Mulai dari literasi tentang musik, disiplin dalam
waktu latihan bahkan siswa-siswi ini pun juga harus disiplin dalam segi
makanan dan tidak diperbolehkan berhubungan dengan media sosial
selama sembilan bulan. Kegigihan, kerja keras, keuletan dan tanggung
jawab yang terbentuk dalam diri mereka membuahkan hasil yang begitu
membanggakan sekolah. Mereka menjadi juara dalam dua kategori,
yaitu kategori folklore yang memperoleh Golden, dan kategori Mixed
Youth yang memperoleh Silver.
Budaya literasi sudah mulai mengakar dalam diri siswa, guru, dan
semua elemen yang ada di SMA Muhammdiyah 2 Sidoarjo. Karakter
inovatif, pemikiran kritis, kerja keras, disiplin, tanggung jawab, dan
keuletan mereka betul-betul sudah dapat terbentuk menjadi karakter
siswa sesuai dengan yang diharapkan. SMA Muhammdiyah 2 Sidoarjo
tidak berhenti dan tidak pernah puas dalam menoreh prestasi. Hal itu
dibuktikan dengan mengikuti ajang Pesta Rakyat Fisika yang
322 Menyelamatkan
Budaya
Masa Depan
LiterasiGenerasi
dalam Pembentukan
Emas BangsaKarakter di SMAMDA Sidoarjo 322
jawab, kreatif, dan imajinatif, tidak hanya dalam hal prestasi akademik,
tapi juga prestasi non akademik. Bahkan, untuk menanamkan sifat
heroik dalam jiwa supporter yang betul-betul supportif, mereka juga
membentuk kelompok supporter yang diberi nama ‘SMAMDA Holic’.
Dipiloti alumni SMAMDA, kelompok SMAMDA Holic ini berdiri dengan
menjunjung tinggi kebersamaan, kekompakan, berinovasi membuat
lagu-lagu, koreografi, dan yel-yel yang menarik. Kembali prestasi diraih
oleh teamSMAMDA lewat SMAMDA Holic, yaitu mendapatkan
penghargaan Koor Best Five Supporter dan Supporter Best of the Day.
Dalam menjalanka n budaya literasi ini, sekola h selalu
me n ge m ban gk a n eko siste m belajar-m en gajar ya n g kondusif,
mengembangkan praktik-praktik yang baik dalam meningkatkan mutu
berkelanjutan dan berprestasi akademik maupun non akademik. Sampai
akhirnya, satu lagi prestasi diraih oleh SMAMDA di kancah nasional.
Tahun ini, SMA Muhammdiyah 2 Sidoarjo didapuk sebagai sekolah
rujukan nasional. Prestasi ini jelas bukan prestasi biasa, pasalnya
Kemendikbud hanya memilih 614 SMA dari 514 kabupaten/kota yang
tersebar di 34 Propinsi. Sebagai sekolah rujukan, SMAMDA diharapkan
dapat menjadi inspirasi bagi sekolah imbasnya, baik secara administratif
maupun dalam proses belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.sekolahdasar.net/2013/07/peranan-sekolah-dan-keluarga-dalam-
membentuk-karakter-siswa.html#ixzz4PgWBEQS5.
www.gurumuda.web.id , 2016 Gerakan literasi sekolah.
Satria, Dharma.2015. Misteri di Balik Perintah Membaca 14 Abad yangLalu.
Jakarta: Eureka Academia.
324 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
Ciptakan Generasi ‘Z” Cerdas dan Berkarakter 1
TEMA 3: URGENSI
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN
KARAKTER SECARA KONSISTEN
1
2 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
327 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
Reinterpretasi Pendidikan Karakter 325
Arief Hanafi
SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo
325
328 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
‘penciptaan struktur yang secara fundamental baru dan lebih baik atau
lebih adil’. Kesadaran ini disebut sebagai kesadaran transformatif.
Menurut Freire sudah menjadi bagian dari konsep memanusiakan-
manusia. Manusia dimaknai sebagai wujud yang kompleks dan merdeka,
baik fisik dan pemikiran. Kaitanya dengan pendidikan karakter adalah,
sudah saatnya pendidikan karakter bukan sebagai sarana untuk
penundukan atau pelanggeng statsu quo pemangku kebijakan. Melainkan
pendidikan karakter dalam konteks keindonesiaan adalah pendidikan
karakter yang “berhaluan” kritis dan emansipatoris. Selain itu,
kesadaranakan kearifan lokal dan kebutuhan masyarakat, serta
emansipatoris. Artinya mampu untuk mengembangkan segala potensi
yang ada dalam masyarakat. Merubah keadaan yang tidak adil dan
bahkan keadaan yang menindas.
Sudah saatnya pendidikan karakter tidak hanya sebagai wacana
yang menguap begitu saja, pasalnya sudah berulang kali ganti program
namun output yang dihasilkan masih stagnan tanpa ada perubahan
yang drastis.Apalagi pemerintah dalam konteks ini belum begitu siap
dengan berbagai proses revolusi dibidang teknologi. Perang media
sosial menjadi “musuh” yang harus ditundukkan dengan penuh kesadaran.
Agar generasi tidak jatuh pada kesadaran semu yang menindas. Maka
kaitanya dengan konsep pendidikan yang emansipatoris adalah bagaimana
mampu mengarahkan pada potensi generasi penerus bangsa sesuai
dengan apa yang dimilikinya. Setiap manusia mempunyai kelebihannya
masing-masing. Tatkala sudah mengetahui potensi dirinya maka konsep
emansipatoris ini dapat dikembanghkan pada jiwa generasi yang mampu
“memerdekakan” masyarakat yang lain diluar dari dirinya bahkan di
luar golongannya.
330 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
Keefektifan Peer Support untuk Meningkatkan Self Discipline Siswa SMP 331
331
332 Menyelamatkan
Keefektifan
Masa
Peer
Depan
Support
Generasi
untukEmas
Meningkatkan
Bangsa Self Discipline Siswa SMP 332
Pada tahun 2013, terdapat 24 sekolah dari 15.000 sekolah yang 100
persen siswanya tidak lulus, total siswa yang tidak lulus di Indonesia
sebanyak 8.250 siswa (Kompas, 2013). Hasil pengamatan mengenai
prestasi siswa di SMP Negeri 27 Malang menunjukkan bahwa banyak
siswa yang masih memiliki nilai dibawah KKM, tidak naik kelas, dan
tidak melanjutkan sekolah.Fenomena tersebut memberikan gambaran
bahwa untuk meraih prestasi diperlukan kemampuan siswa untuk
mengatur dirinya, mengikuti tata aturan yang seharusnya diikuti sebagai
seorang pelajar, disiplin dalam belajar, mengendalikan dirinya, dan
berusaha terus mengarahkan diri untuk mencapai target belajarnya.
Ketidaklulusan siswa di atas menggambarkan bahwa disiplin diri
yang dimiliki oleh siswa di Indonesia masih lemah. Kegagalan akademis
seperti contoh di atas merupakan salah satu kontributor dari rendahnya
self discipline. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang
disiplin dirinya rendah, memiliki tingkat intelegensi yang rendah (Sasson,
2012). Hasil penelitian serupa dilakukan oleh Gong (2009) menunjukkan
bahwa siswa yang memiliki self discipline tinggi berkorelasi positif
dengan pengetahuan. Seligman dan Duckworth (2005) dalam
penelitiannya mengenai self discipline yang diukur dengan menggunakan
self report, laporan orang tua, laporan guru, dan hasil tes IQ,
menunjukkan bahwa alasan utama jatuhnya potensi intelektual siswa
karena kegagalan mereka dalam menerapkan disiplin diri.
Self discipline merupakan syarat seorang pelajar untuk mencapai
target belajarnya. Prestasi dalam belajar hanya dapat diraih apabila ada
ketekunan, kemampuan mangatur diri, motivasi yang besar, tanggung
jawab, dan kemampuan siswa dalam mengarahkan diri untuk mencapai
target belajar yang ditetapkan.Individu yang memiliki self discipline
berarti di dalam dirinya terdapat skema yang dijadikan sebagai dasar
untuk mengarahkan, mengatur, serta mengontrol pola pikir dan tingkah
lakunya. Skema ini terbentuk melalui proses kognitif yang panjang.
Pengalaman dan interaksi dengan perilaku orang lain, pola asuh orang
tua (Gunarsa, 2004), nilai-nilai baru, ide-ide baru, reinforcement dari
lingkungan, tujuan, harapan, serta rencana merupakan komposisi dari
skema tersebut (Friedman, 2006). Segala sesuatu yang dialami dan
dirasakan oleh individu akan diobservasi dan diinternalisasi. Nilai yang
cocok akan dijadikan sebagai bagian dari skema tersebut. Bagaimana
membentuk pribadi seorang individu tergantung dengan lingkungan
333 Menyelamatkan
Keefektifan
Masa
Peer
Depan
Support
Generasi
untukEmas
Meningkatkan
Bangsa Self Discipline Siswa SMP 333
dan komposisi dari skema tersebut. Semakin baik nilai-nilai yang terkonsep
dalam diri individu, maka akan semakin baik pula pola pikir dan
perilaku individu tersebut.
Self disciplineadalahkemampuan yang dimiliki oleh individu untuk
mengendalikan diri, mengarahkan diri, dan mengelola diri yang
didasarkan pada keinginan untuk menciptakan keteraturan dan ketertiban
di dalam kehidupan. Schunk dan Zimmerman (1998) mengemukakan,
bahwa siswa dikatakan memiliki self discipline apabila mereka secara
sistematis dapat mengatur perilaku dan kognitifnya dengan
memperhatikan aturan yang ada, siswa dapat mengontrol diri, dapat
mengintegrasikan pengetahuan, dan pengalaman, melatih dan mengingat
informasi yang diperolehnya, serta mampu mengembangkan dan
mempertahankan nilai-nilai positif belajarnya. Self discipline menurut
Bryant (2008) adalah kesadaran untuk mengarahkan diri (self direction)
dan mengatur diri (self-regulation). Jadi dapat disimpulkan bahwa self
discipline merupakan kesadaran untuk mengatur, mengontrol, dan
mengarahkan diri sendiri secara mandiri agar sesuai dengan nilai-nilai
yang berlaku, sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
Self discipline adalah bekal yang diperlukan oleh individu pada
setiap aspek kehidupannya. Kemampuan self discipline membantu
individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sehingga
memudahkannya dalam membangun relasi soaial dengan orang lain.
Self discipline juga memberikan keterampilan dan kemampuan pada diri
individu untuk mengatur, mengarahkan, dan mengontrol diri, sehingga
berpengaruh terhadap prestasi akademiknya (Lane, Stanton-Chapman,
Jamison & Philips, 2007). Seorang siswa tidak akan mampu mencapai
prestasi yang optimal apabila ia tidak memiliki self discipline yang baik,
meskipun memiliki tingkat intelegensi yang tinggi, kepribadian,
lingkungan rumah, dan lingkungan sekolah yang mendukungnya
(Susanto, 2006). Disiplin diri memiliki pengaruh terhadap hasil belajar
siswa. Siswa yang memiliki disiplin diri yang baik, secara sadar dapat
mengatur dan mengendalikan dirinya sendiri untuk belajar dengan baik
dan teratur, sehingga dapat menghasilkan prestasi yang baik pula.
Dimilikinya self discipline yang memadai pada diri individu harus
ditanamkan sejak dini dan melalui latihan yang terus-menerus. Self
discipline tidak dapat berkembang dengan sendirinya, namun dipengaruhi
oleh banyak faktor. Dibutuhkan suatu lingkungan yang kondusif agar
334 Menyelamatkan
Keefektifan
Masa
Peer
Depan
Support
Generasi
untukEmas
Meningkatkan
Bangsa Self Discipline Siswa SMP 334
untuk dimiliki oleh setiap siswa. Self discipline merupakan faktor penting
dalam menunjang siswa memperoleh prestasi yang optimal.
Selain keluarga dan sekolah sebagai faktor pembentuk self disci-
pline, lingkungan budaya juga memiliki pengaruh. Menurut Vygotsky
(1978) anak berkembang dalam lingkungan budaya, bagaimana pola
interaksi dalam lingkungan tersebut akan sangat berpengaruh dalam
membentuk pribadi anak. Kepribadian anak terbentuk karena hasil
belajar. Budaya masyarakat yang juga diikuti oleh orang tua berdampak
pada pola asuhnya. Pendidikan yang diterima anak dari orang tua di
dalam keluarga, serta pendidian yang diterima anak di sekolah dan
masyarakat, tidak dapat dilepaskan dari pengaruh budaya yang ada.
Mengajar, mendidik, dan mengasuh berarti juga menanamkan nilai-nilai
tertentu pada anak, sehingga nilai budaya dan subkultur akan memberikan
warna terhadap hasil belajar atau perilaku anak termasuk di dalamnya
disiplin diri. Dimilikinya self discipline sejak dini akan membantu
individu dalam mengatur, mengontrol, dan mengarahkan diri serta
kehidupan, sehingga dapat tercapai tujuan yang diharapkan.
Nilai-nilai yang diajarkan dan berbagai bentuk pola tingkah laku
yang dilakukan di dalam keluarga, sekolah, lingkungan, dan pengalaman-
pengalaman yang diperoleh melalui interaksi dengan orang lain,
memberikan sumbangan terhadap pembentukan pola disiplin di dalam
dirinya. Semakin baik nilai dan pola tingkah laku yang dilihat serta
tertanam di dalam diri individu akan membentuk konsep diri yang
positif, sehingga menghasilkan pribadi yang bertanggung jawab, dapat
mengontrol tingkah lakunya, dan dapat mencapai tujuan hidup dengan
lebih mudah. Hal ini berbeda ketika sejak anak-anak mendapatkan
lingkungan dan pengaruh yang buruk, anak-anak akan mengidentifikasi
hal-hal buruk, sehingga apa yang terkonsep di dalam dirinya negative,
dan menghasilkan pola tingkah laku yang negatif pula. Identifikasi
tingkah laku dari lingkungan dan pengalaman yang tersarikan dan
terkonsep membentuk sebuah pola aturan di dalam dirinya, semakin
baik pengalaman dan identifikasi tersebut maka akan semakin kuat pula
self discipline yang terbentuk.Namun semakin buruk dan kacaunya
keadaan dan aturan yang diperolehnya dari lingkungan, maka akan
membentuk konsep diri yang keliru, sehingga self discipline yang
terbentuk di dalam diri siswa menjadi lemah. Hal ini mengakibatkan
munculnya perilaku yang kurang terkontrol bahkan pelanggaran serta
kenakalan remaja.
336 Menyelamatkan
Keefektifan
Masa
Peer
Depan
Support
Generasi
untukEmas
Meningkatkan
Bangsa Self Discipline Siswa SMP 336
METODE
Rancangan penelitian ini adalah penelitian eksperimen, karena adanya
suatu perlakuan(intervensi) yang diterapkan oleh peneliti kepada subjek.
Penelitian ini menggunakan Time Series Design, yaitu menguji satu
kelompok belajar, mengobservasi perilaku subjek dari waktu ke waktu
dengan langkah-langkah melalui beberapa pretest dan postes atau
pengamatan yang dilakukan oleh peneliti. Subjek penelitian ini adalah
siswa kelas VIII SMP Negeri 27 Malang. Desain penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah equivalent time series, sehingga subjek yang
dipilihdidasarkan pada kelompok yang sudah ada yaitu siswa SMP
Negeri 27 Malang. Dasar yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan
subjek penelitian ini adalah (1) siswa SMP yang berada dalam rentang
usia 12-15 tahun, (2) pada dasarnya siswa SMP kelas VIII belum
memperoleh bimbingan pengembangan self discipline secara khusus,
dan (3) subjek penelitian teridentifikasi memiliki self discipline yang
rendah berdasarkan pengukuran menggunakan skala self discipline.
342 Menyelamatkan
Keefektifan
Masa
Peer
Depan
Support
Generasi
untukEmas
Meningkatkan
Bangsa Self Discipline Siswa SMP 342
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil observasi, posttest, dan pretest adalah tidak
semuasiswa di SMP Negeri 27 Malang memiliki self discipline yang
rendah, tetapi hanya sebagian kecil. Mereka yang memiliki self discipline
rendahharus memperoleh perlakuan (treatment) oleh peer support yang
sudah dipilih dan dilatih. Penelitian ini diawali dengan membentuk peer
support (kelompok pendukung sebaya yang dapat membantu teman
sebayanya meningkatkan self dicipline). Peer support adalah mereka yang
memiliki self discipline yang tinggi (hasil skala self discipline, rekomendasi
wali kelas, BK, dan kesiswaan) dan bertugas untuk memberikan informasi,
pengalaman, dan menawarkan atau memberikan bantuan kepada teman
sebaya (yang self discipline-nya kurang) dalam kondisi saling percaya dan
menghargai. Tujuan pembentukan dan pelatihan peer support adalah
meningkatkan keterampilan peer support, sehingga selain menjadi teman
sebaya juga mampu memberikan berbagai pengalaman tentang usaha
peningkatan self discipline kepada siswa atau teman sebaya lainnya.
Selain itu, memberikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi konseler
yang berhubungan dengan disiplin dirinya yang rendah, sehingga dapat
teratasi, serta dirumuskan tingkah laku yang baru.
Peer support merupakan kelompok yang terdiri dari siswa-siswi SMP
yang sudah dipilih berdasarkan kriteria dan pelatihan khusus, berjumlah
8–10 orang.Tugasnya adalah mengadakan pertemuan rutin sesuai jadwal
pertemuan yang sudah disepakati/disetujui untuk berbagi pengalaman,
ide, informasi seputar peningkatan self discipline, serta apa saja yang
menjadi penghambat dan pendukungnya. Tujuan dari peer supportadalah
agar self discipline siswa dapat ditingkatkan atau dapat memiliki self
discipline yang tinggi. Dukungan yang dilakukan oleh peer support akan
lebih mudah diterima oleh teman sebaya, karena remaja memiliki
kecenderungan untuk bercerita dan lebih percaya kepada teman
sebayanya. Dalam hubugannya dengan teman sebaya suasana saling
mendukung dapat terbangun,karena memiliki pengalaman dan situasi
yang sama (Nankunda, 2006).
Pemberian bantuan diawali dengan melakukan observasi terhadap
siswa yang bermasalah dengan self discipline-nya. Siswa yang memiliki
masalah dengan self discipline-nya dikumpulkan dan diberi skala self
discipline, diambil 10 siswa yang memiliki self discipline rendah. 10
siswa yang bermasalah (konselee) akan dipasangkan dengan 10 peer
344 Menyelamatkan
Keefektifan
Masa
Peer
Depan
Support
Generasi
untukEmas
Meningkatkan
Bangsa Self Discipline Siswa SMP 344
KESIMPULAN
Penelitian yang dilakukan ini sedang berada dalam proses treatment
untuk melihat sejauh mana keefektifan peer support dalam meningkatkan
self discipline siswa SMP. Saran penelitian ini meliputi (1) bagi konselor,
hasil dan temuan pada penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi
untuk membantu para konselor dalam memperbaiki dan mengembangkan
layanan di sekolah, (2) bagi sekolah, penelitian diharapkan dapat
digunakan sebagai informasi untuk meningkatkan self discipline siswa
melalui pemanfaatan layanan BK dan peer support; (3) bagi siswa, peer
support dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk mengembangkan self
discipline, sehingga siswa sekolah menengah pertama (SMP) dapat
mencapai tugas perkembangannya yang optimal, (4) bagi penelitian
lanjut, data dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penelitian
awal untuk mengembangkan penelitian lanjutan pada lingkup yang
lebih luas berkenaan dengan aspek self discipline.
DAFTAR PUSTAKA
Bell, Michele. 1997. Building Moral Intelligence: The Seven Essential
Virtues That Teach Kids to Do The Right Things. Pennsylvania:
Pennsylvania University Press AS.
Brown, Martha. 1980. Recognizing and Supporting the Development of
Self-Regulation in Young Childern. (Online) www.naeyc.org/resources/
journal, diakses 1 Agustus 2014.
Bryant, R.D. 2008. Self-Discipline in 10 Days: How to go From Thinking to
Do. Seattle Washington: Human Understanding and Behavior
Publishing.
Carter, T. D. 2005. Peer Counseling: Roles, Functions, Boundaries. ILRU
Program. (Online) http://www.peercounseling.com, diakses 12 Maret
2014.
Carr, Barbara. 1981. The Bully, The Bullied, and The Bystander: from
Preschool to High School.New York: Harper Collins Publisher.
345 Menyelamatkan
Keefektifan
Masa
Peer
Depan
Support
Generasi
untukEmas
Meningkatkan
Bangsa Self Discipline Siswa SMP 345
Corey, Gerald. 2010. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung:
Refika Aditama.
Demuth, Brown. 2004. Family Structure, Family Process, and Adolescent
Deliquency: The Significance of Parental Absence Versus Parental
Gender. Journal of Research In Crime and Deliquency. 41 (1): 345-355.
Feist, Jess and Gregory Feist. 2006. Heories of Personality. Amerika: Mc.
Graw Hill.
Friedman, Howard Schustack. 2006. Personality: Classic Theories and
Modern Research. New Jersey: Pearson Publication.
Gong, W.S. 2009. Preschool and Child Care Expulsion and Suspension: Rates
and Predictors in One State.Journal Infants and Young Childern. 19
(3): 228-245.
Gunarsa, Singgih D. 2004. Psikologi Perkembangan dari Anak sampai Usia
Lanjut. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Kapeleris, J. 2010. The Power of Self Discipline: Action, Personal Develop-
ment, Self-Discipline. (Online) http://johnkapeleris.com/blog/
?p=332,diakses 17 April 2014.
Lane, K., Stanton-Chapman, and T., Jamison, K., 2007. Teacher and Parent
Expectations of Preschoolers Behaviors: SocialSkills Necesarry for
Success. San Fransisco: John Wiley & Sons, Inc.
Schunk, C. 1998. Cara Efektif Mendidik dan Mendisiplinkan Anak.
Terjemahan T. Sirait. Jakarta: Mitra Utama.
Sheehan, Hillary. 2010. The “Broken Home” or Broken Society A Sosiologycal
Study of Family Structure and Juvenile Deliquency. California: Social
Science Department College.
Susanto, H. 2006. Mengembangkan Kemampuan Self-Discipline untuk
Meningkatkan Keberhasilan kademik Siswa. Jurnal Pendidikan Penabur.
7 (5): 219-228.
Vygotsky, L. 1978. Mind in Society: The Development of Higher Psycho-
logical Process. Cambrige: Harvard University Press.
Widayati, Wahyuningsih. 2015. Pelatihan dan Implementasi Konselor Peer-
Support Berbasis Masyarakat pada Kelompok Pendukung ASI Ekslusif.
Jurnal SEMAR, 4 (1):211-219.
Widodo, Bernardus. 2012. Perilaku Disiplin Siswa Ditinjau dari Aspek
Pengendalian Diri (Self Control) dan Keterbukaan Diri (Self Disclosure)
pada Siswa SMK Wonoasri Caruban Kabupaten Madiun. Jurnal Widya
Warta,35 (1): 91-101.
346 Menyelamatkan
Keefektifan
Masa
Peer
Depan
Support
Generasi
untukEmas
Meningkatkan
Bangsa Self Discipline Siswa SMP 346
Dwi Utami
SMP Brawijaya Smart School Malang
347
348 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
DAFTAR RUJUKAN
Elearning Pendidikan. 2011. Membangun Karakter Religius Pada Siswa
Sekolah Dasar. (Online), (http://www.elearningpendidikan.com), diakses
23 November 2016.
Kementrian Pendidikan Nasional. 2010. Pendidikan Karakter. (Online), (http:/
/www.perpustakaan.kemdiknas.go.id), diakses 23 November 2016.
Suparlan. 2010. Pendidikan Karakter: Sedemikian Pentingkah dan Apa yang
Harus Kita Lakukan. (Online), (http://www.suparlan.com), diakses 23
November 2016.
Thontowi, A. 2012. Hakekat Religiusitas . (Online), (http://
www.sumsel.kemenag.go.id), diakses 23 November 2016.
350 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
Pengaruh Implementasi Pendidikan Karakter terhadap Tingkat Moralitas ......... 351
351
352 Menyelamatkan
Pengaruh Implementasi
Masa Depan
Pendidikan
Generasi Emas
Karakter
Bangsa
terhadap Tingkat Moralitas ......... 352
PEMBAHASAN
Wilayah Kota Surabaya bagian utara merupakan wiayah yang
mayoritas penduduknya berasal dari Madura. Penduduk yang melakukan
migrasi ke Surabaya bagian utara memiliki beberapa tujuan. Diantara
beberapa tujuannya untuk memenuhi kebutuhan hidup, memperoleh
fasilitas pendidikan, kesehatan, dan rekreasi yang jauh lebih lengkap
dibandingkan daerah asal.
Penduduk yang melakukan migrasi ke Kota Surabaya bagian utara
cenderung membawa sejumlah anggota keluarga yang tidak sedikit
jumlahnya. Bahkan terdapat beberapa penduduk pendatang yang merubah
Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebagai penduduk Surabaya. Para remaja
yang terlahir di Surabaya bagian utara khususnya yang menjadi peserta
didik di SMP PGRI 6 Surabaya memiliki latar belakang keluarga Madura,
meskipun kebanyakan dari peserta didik dilahirkan di Kota Surabaya.
Lingkungan sangat memberikan pengaruh yang fundamental bagi
pembentukkan karakteristik seseorang. Apalagi bagi seorang anak usia
muda yang memiliki karakter yang rentan untuk terpengaruh oleh
perihal positif maupun negatif lingkungan. Perlu adanya kewaspadaan
dengan memberikan pengawasan kepada para generasi muda oleh
generasi tua, supaya generasi muda yang akan datang memiliki moral
yang sesuai dengan yang diinginkan.
354 Menyelamatkan
Pengaruh Implementasi
Masa Depan
Pendidikan
Generasi Emas
Karakter
Bangsa
terhadap Tingkat Moralitas ......... 354
PENUTUP
Pendidikan memberikan kesempatan bagi para civitas akademik
untuk melakukan bimbingan selain pada mata pelajaran umum yang
harus dikuasai, tapi juga menanamkan nilai-nilai karakter yang baik
pada peserta didik. Adanya inovasi-inovasi baru yang dapat dilakukan
oleh lembaga sekolah formal utamanya, dapat memudahkan untuk
mengimplementasikan pendidikan karakter pada peserta didik di sekolah.
Karakteristik peserta didik terbentuk dengan tidak sendirinya, tetapi
terdapat faktor-faktor di luar diri peserta didik yang membentuk karakternya.
Seperti lingkungan di sekitar, pengaruh teknologi informasi, dan lain
sebagainya,sehingga dalam hal tersebut perlu adanya pengawasan yang
dilakukan oleh beberapa pihak untuk mengawasi perilaku peserta didik.
Pihak-pihak di luar sekolah termasuk orang tua peserta didik dan masyarakat
pada umumnya. Adanya sinergisitas dan ide inovasi baru yang dikerahkan
dalam pengimplementasian pendidikan karakter akan memberikan buah
hasil yang baik. Peserta didik terhindar dari tindakan-tindakan amoral yang
dapat merugikan diri sendiri dan masyarakat pada umumnya.
Oleh karena itu, mari bersama-sama baik dari civitas akademik dan
masyarakat luas memanfaatkan dengan baik pendidikan di Indonesia
sebagai wadah pembentukan karakter yang terpuji bagi para generasi
muda. Jangan ada yang saling menyalahkan jika terdapat tindak amoral,
apabila yang menyalahkan tidak ikut berupaya untuk memberikan didikan
dan pengawasan pada generasi muda sekarang untuk mematuhi norma-
norma yang berlaku di masyarakat. Dengan demikian, akan terbentuk
karakter generasi muda yang memiliki nilai moralitas yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Ritzer, George. 2014. TeoriSosiologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Syafi’I, Muzammil. 2006. Memacu Pendidikan sebagai Investasi Masa Depan.
Malang: Pustaka Kayutangan.
357 Menyelamatkan
Pengaruh Implementasi
Masa Depan
Pendidikan
Generasi Emas
Karakter
Bangsa
terhadap Tingkat Moralitas ......... 357
359
360 Menyelamatkan
Membangun
MasaGenerasi
Depan Generasi
Muda yang
Emas
Berkarakter
Bangsa Islam Melalui Pembeljaran 360
Harus diakui bahwa sorotan terhadap karakter bangsa saat ini telah
semakin mengemuka.Pemerintah semakin gencar mengkampenyekan
pendidikan karakter di sekolah setidaknya dapat merubah tingkah laku
pelajar agar bertata krama yang lebih baik, mempunyai budi pekerti
yang luhur dari sebelumnya.Sorotan itu tidak terlepas dari fenomena
globalisasi saat ini, sebuah kondisi dimana mau tidak mau atau suka
tidak suka, kita harus memberikan peluang dan akses yang sama kepada
segala pihak, termasuk pihak asing, untuk ikut terlibat dalam berbagai
percaturan nasional maupun regional di berbagai bidang, berikut segala
konsekuensinya.
Tampaknya tidak berlebihan jika bangsa Indonesia selama ini
digambarkan sebagai bangsa yang mengalami penurunan kualitas pada
pendidikan karakter bangsa. Mulai dari masalah gontok-gontokan, kurang
kerja sama, lebih suka mementingkan diri sendiri, golongan atau partai,
sampai kepada bangsa yang sarat dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Persoalan ini muncul karena lunturnya nilai-nilai karakter bangsa yang
diakui kebenarannya secara universal.Karakter bangsa yang dimaksudkan
adalah keseluruhan sifat yang mencakup perilaku, kebiasaan, kesukaan,
kemampuan, bakat, potensi, nilai-nilai, dan pola pikir yang dimiliki oleh
sekelompok manusia yang mau bersatu, merasa dirinya bersatu, memiliki
kesamaan nasib, asal, keturunan, bahasa, adat dan sejarah bangsa.
Sekurang-kurangnya ada 17 nilai karakter bangsa yang diharapkan dapat
dibangun oleh bangsa Indonesia. Adapun nilai-nilai karakter bangsa
yang dimaksud adalah iman, taqwa, berakhlak mulia, berilmu/berkeahlian,
jujur, disiplin, demokratis, adil, bertanggung jawab, cinta tanah air,
orientasi pada keunggulan, gotong-royong, sehat, mandiri, kreatif,
menghargai, dan cakap.2
Pembangunan karakter bangsa adalah upaya sadar untuk
memperbaiki, meningkatkan seluruh perilaku yang mencakup adat
istiadat, nilai-nilai, potensi, kemampuan, bakat dan pikiran bangsa
Indonesia.3Keinginan menjadi bangsa yang berkarakter sesungguhnya
sudah lama tertanam pada bangsa Indonesia. Para pendiri negara
menuangkan keinginan itu dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-2
dengan pernyataan yang tegas,“…mengantarkan rakyat Indonesia ke
depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur”. Para pendiri negara menyadari
bahwa hanya dengan menjadi bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat,
363 Menyelamatkan
Membangun
MasaGenerasi
Depan Generasi
Muda yang
Emas
Berkarakter
Bangsa Islam Melalui Pembeljaran 363
NKRI menjadi bangsa yang besar, kuat, dan berdaulat di mata dunia.
Bila demikian adanya bahwa konotasi generasi muda adalah suatu
bentuk kaderisasi generasi-generasi Indonesia yang genius dan unggul
dimasa depan.
Eksistensi suatu bangsa sangat ditentukan oleh karakter yang dimiliki.
Hanya bangsa yang memiliki karakter kuat yang mampu menjadikan
dirinya sebagai bangsa yang bermartabat dan disegani oleh bangsa-
bangsa lain. Oleh karena itu, menjadi bangsa yang berkarakter adalah
impian bangsa Indonesia. Meskipun sudah bukan barang baru lagi,
namun harus diakui bahwa fenomena globalisasi adalah dinamika yang
paling strategis dan membawa pengaruh dalam tata nilai dari berbagai
bangsa termasuk bangsa Indonesia. Sebagian kalangan menganggapnya
sebagai ancaman yang berpotensi untuk menggulung tata nilai dan
tradisi bangsa kita, serta menggantinya dengan tata nilai pragmatisme
dan popularisme asing.
Di era globalisasi yang tidak dapat menahan derasnya arus informasi
dari dunia manapun, membuat generasi muda dapat dengan mudah
mengetahui dan menyerap informasi dan budaya dari negara lain.
Demikian sebaliknya negara manapun dapat dengan mudah mendapatkan
segala bentuk informasi dan budaya dari negara kita. Dalam hal ini
karakter bangsa diperlukan, karena apabila karakter bangsa tidak kuat
maka globalisasi akan melindas generasi muda. Generasi muda diharapkan
dapat berperan menghadapi berbagai macam permasalahan dan
persaingan di era globalisasi yang semakin ketat sekarang ini. Untuk
membentengi generasi muda khususnya pelajar agar tidak terlindas oleh
arus globalisasi.
yang sudah terpuruk sekarang ini asal semua komponen bangsa mau
dan mampu berupaya untuk membangun kembali karakter bangsa
melalui pendidikan yang menginginkan adanya pembelajaran dalam
pendidikan tersebut. Dengan pembelajaran yang kontinyu akan
mendorong kemandirian dan kebebasan siswa dalam berkreativitas,
sehingga dapat melahirkan calon penerus yang lebih berkarakter dan
bermoral. Pembangunan karakter dalam bentuk apapun akan memberikan
perubahan apabila pendidikan yang dilaksanakan menerapkan adanya
proses pembelajaran yang berpotensi semakin tingginya daya saing
bangsa dan lebih bermartabat di mata Internasional.
PENUTUP
Ada beberapa tindakan Rasul dalam menanamkan karakter terhadap
anak bangsa, yaitu: fokus, repetisi, analogi, memperhatikan keragaman,
menumbuhkan kreativitas, berbaur, dan aplikatif. Dalam mendidik karakter
Islam generasi muda agar terwujud akhlak yang mulia dalam setiap
pribadinya, ada tiga tahapan strateginya yaitu: (1) Moral Knowing,
sebagai langkah pertama dalam membentuk karakter, dalam tahapan ini
generasi kita diorientasikan tentang nilai-nilai. Artinya; generasi kita
dapat memilih dan memilah antara akhlak yang mulia dengan akhlak
yang tercela. (2) Moral Loving, belajar untuk mencintai tanpa syarat,
maksudnya generasi kita termotivasi untuk melakukan nilai-nilai akhlak
mulia dengan penuh kesadaran diri bukan karena keterpaksaan. (3)
Moral Doing, ini merupakan puncak dari keberhasilan akhlak, artinya
akhlak yang baik telah dapat diterapkan oleh generasi kita dalam
kehidupan sehari-hari.
Pendidikan merupakan salah satu wahana yang tepat untuk
menumbuhkembangkan karakter Islam bangsa yang baik. Melalui
Pendidikan dapat membangun karakter generasi muda dalam menghadapi
era globalisasi. Karena di dalam pendidikan ada proses pembelajaran
yang pada akhirnya diharapkan terjadi transformasi yang dapat
menumbuhkembangkan karakter positif, serta mengubah watak dari
yang tidak baik menjadi baik. Peran penting dari generasi muda dalam
menghadapi berbagai permasalahan di era globalisasi ini adalah sebagai
pembangun kembali karakter (character enabler),pemberdaya karakter
(character builders),dan perekayasa karakter (character enginee).
372 Menyelamatkan
Membangun
MasaGenerasi
Depan Generasi
Muda yang
Emas
Berkarakter
Bangsa Islam Melalui Pembeljaran 372
DAFTRA RUJUKAN
Ainiyah, N. 2013. Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam.
Jurnal Al Ulun, Volume 13 Nomor 1.
Depdikbud. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Hamalik, Oemar. 2005. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Iberani S, J. 2003. Mengenal Islam. Jakarta: El-Kahfi.
Komalasari, K. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.
Bandung: PT. Refika Aditama.
Lidyasari A, T. 2014. Keterlibatan Orang tua Dalam Membentuk Karakter
Anak Bangsa Melalui Pendidikan Karakter. Seminar Nasional Menuju
Generasi Emas Berkarakter, Volume 7 ISBN 978-602-70434-0-4.
Manullang, B. 2013. Grand Desain Pendidikan Karakter Generasi Emas 2045.
Jurnal Pendidikan Karakter, Volume 3 Nomor 1.
Mulyana, Enceng. 2008. Model Tukar Belajar (Learning Exchang) dalam
Perspektif Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Rusn A, I. 1998. Pemikiran Al-Ghazali tentang Pendidikan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Shauqi, K. 2012. Pengembangan Media Pembelajaran Modul Interaktif Las
Busur Manual di SMK Negeri 1 Sedayu. Skripi sarjana, tidak diterbitkan.
Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Soedarsono, Soemarno. 2009. Karakter Mengantar Bangsa, dari Gelap
Menuju Terang. Jakarta: Elex Media Komputindo, Kompas Gramedia.
Sukidi. 2005. Kecerdasan Spiritual, Mengapa SQ Lebih Penting daripada
IQ dan SQ.
Suwito. 2004. Filsafat Pendidikan Akhlak Ibn Miskawaih. Yogyakarta:
Belukar.
Syarif, M. 2013. Pendidikan Agama Islam dalam Pembentukan Karakter
Bangsa (Studi Analisis Perilaku Siswa Madrasah Aliyah Negeri 1
Palembang). Jurnal Nasional Institut Agama Islam Negeri Raden Fatah,
Volume 1.
Wiyani N, A. 2010. Manajemen Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Pedagogia.
Yuwono, I. 2014. Pendidikan Matematika dan Pendidikan Karakter Dalam
Implementasi Kurikulum 2013. Jurnal Nasional Pendidikan Matematika
Program Pasca Sarjana STKIP Siliwangi Bandung, Volume 1 ISSN 2355-
0473.
373 Menyelamatkan
Membangun
MasaGenerasi
Depan Generasi
Muda yang
Emas
Berkarakter
Bangsa Islam Melalui Pembeljaran 373
Lilik Suhartatik
SMKN 1 Duduksampeyan, Gresik
375
Peran Bimbingan dan konseling dalam Mengembangkan Karakter Siswa sebagai..... 381
Maghfira Wijayanti
MTsN 1 Paron Ngawi
381
382 Peran
Menyelamatkan
Bimbingan dan
Masa
konseling
Depan Generasi
dalam Mengembangkan
Emas Bangsa Karakter Siswa sebagai..... 382
Revolusi Mental
Istilah revolusi mental sebenarnya sudah lama dipakai dalam sejarah
pemikiran. Plato (428-347 SM) menggunakan istilah revolusi mental
untuk mengacu pada pengembalian dominasi akal budi, hati nurani atas
nafsu, dan emosi agar terjadi keselarasan antara pikiran (idea) dan
tindakan (actio). Orang tahu tentang baik dan benar, tetapi belum tentu
bertindak baik dan benar. Idealnya pikiran baik dan benar diikuti
tindakan baik dan benar. Pandangan Plato ini pun berabad-abad kemudian
dilanjutkan oleh Descartes (1596-1650) dengan jargonnya yang mashur
‘cogito ergo sum!’ yang merevolusi mental pemikiran filsafati pada
zamannya.
Di Indonesia, secara historis revolusi mental kali pertama
dikumandangkan oleh Soekarno pada 17 Agustus 1956 dengan istilah
mental investment, yang kemudian (1957) dinyatakan secara tegas dengan
istilah gerakan revolusi mental, yakni gerakan untuk menggembleng
manusia Indonesia menjadi manusia baru, yang berhati putih,
berkemauan baja, bersemangat garuda, dan berjiwa api menyala-nyala
(Nuryanta, 2014).
Istilah revolusi mental mencuat kembali saat presiden Joko Widodo
menjadikannya salah satu prioritas program pembangunan di samping
prorgam kemandirian dan kemaritiman. Menurut presiden Joko Widodo
(2014) pembangunan Indonesia pasca reformasi baru terbatas pada
383 Peran
Menyelamatkan
Bimbingan dan
Masa
konseling
Depan Generasi
dalam Mengembangkan
Emas Bangsa Karakter Siswa sebagai..... 383
Kesimpulan
Dari hasil paparan, deskripsi dan eksplanasi di atas dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Pembentukan dan pengembangan karakter berkait erat dengan revolusi
mental karena pada prinsipnya revolusi metal adalah revolusi perubahan
karakter.
2. Bimbingan konseling mempunyai peran yang amat penting dan
strategis dalam mengembangkan karakter siswa karena memiliki (a)
fungsi pencegahan, (b) fungsi pemahaman, (c) fungsi pengentasan,
(d) fungsi pe meliharaan , (e) fungs i pen yaluran, (f) fungsi
pengembangan, (g) fungsi penyesuaian, (h) fungsi perbaikan, dan (i)
fungsi advokasi.
3. Melalui peran optimal bimbingan dan konseling diharapkan pada siswa/
konseli terjadi perubahan karakter, perilaku, dan kepribadian konseli
yang positif, produktif, kreatif, dan inovatif, mempunyai dan
389 Peran
Menyelamatkan
Bimbingan dan
Masa
konseling
Depan Generasi
dalam Mengembangkan
Emas Bangsa Karakter Siswa sebagai..... 389
Saran
Melihat peran bimbingan dan konseling yang demikian penting dan
strategis, dalam membangun dan mengembangkan karakter siswa maka
perlu ditingkatkan efektivitas layanan bimbingan dan konseling pada
setiap satuan pendidikan. Efektivitas layanan bimbingan dan konseling
pun secara berkala harus dilakukan evaluasi, sehingga dapat memenuhi
sasaran dengan tepat dan selalu bersifat kontinyu atau terus menerus.
Perlu diperhatikan pula bahwa keberhasilan bimbingan dan konseling
juga melibatkan secara aktif setiap komponen pendidikan yang ada,
sehingga dibutuhkan koordinasi dan sinergi yang tepat dan
berkesinambungan.
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. 2006. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.
Balttistich, Voctor. 2007. Character Education, Prevention and Poditive
Youth Development. Illnois: Uneversity of Missouri.
Budinuryanta, Johanes.2014. Revolusi Mental dalam Pendidikan.
DalamMakalahProsiding Seminar Nasional Revolusi Mental dalam
Pendidikan. Surabaya:Unesa Press.
Izzaty, Rita eka. 2004. Mengenali Perkembangan Masalah Anak. Jakarta:
Dirjen Dkti.
Rubino , Rubiyanto.2008 . Bimbinga n Konseling . Surakarta : FKIP
Muhamadiyah.
Ridwan. 1998. Penan gana n Efektif Bimbin gan Konseling di
Sekolah.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sofyan, S.Wilis. 2004. Konseling Individual. Surabaya: Usaha Nasional.
Sudrajat, Ahmad. 2010. Strategi Pelaksanaan Layanan dan Bimbingan
Konseling, Jakarta: Gramedia.
390 Peran
Menyelamatkan
Bimbingan dan
Masa
konseling
Depan Generasi
dalam Mengembangkan
Emas Bangsa Karakter Siswa sebagai..... 390
Peserta didik dituntut untuk pandai secara keilmuan dunia dan juga
pandai secara agama karena ilmu tanpa agama akan menyebabkan
seseorang kebablasan baik dalam berpikir maupun bersikap. Sebaliknya
agama tanpa ilmu adalah kebodohan yang menyebabkan manusia tidak
bisa kritis dan bijak dalam bersikap. Sikap yang selalu berpegang pada
agama akan menuntun orang yang bersangkutan untuk selalu berbuat
kebaikan. Demikian pula, ketika peserta didik bekerja di perusahaan/
dunia kerja maka mereka lebih mengutamakan cara yang halal ketika
ingin berprestasi di tempat kerja. Tidak menghalalkan segala cara hanya
untuk mencari untung/laba maupun jabatan di perusahasaan. Kebaikan
itu akan selalu mereka kerjakan untuk mencapai keberkahan. Kebiasaan
yang baik ini sudah ditanamkan sejak mereka masuk menjadi murid
SMK hingga dinyatakan lulus dari sekolah. Soft skill yang dibentuk
untuk peserta didik adalah manajemen diri, tangguh, dan beretika
dalam agama maupun kehidupan sehari-hari.
d. Kegiatan jum’at sehat diawal jam pelajaran.
Salah satu hari favorit di SMKN 1 Duduksampeyan Gresik adalah hari
Jumat. Pasalnya setiap hari Jumat ada kegiatan senam bersama. Peserta
didik berkumpul di lapangan dan diajak untuk menyehatkan diri di awal
jam pelajaran. Seluruh warga sekolah mengikuti senam bersama yang
bisa menyegarkan tubuh setelah hampir seminggu beraktivitas rutin di
sekolah. Hal tersebut sangat berguna untuk menyeimbangkan antara
kesehatan mental dan raga. Pembiasaan yang baik ini bisa membentuk
soft skill peserta didik untuk bisa manajemen diri dan waktu untuk
memelihara kesehatan. Ini juga berguna ketika mereka sudah bekerja di
perusahaan agar bisa menyeimbangkan kesehatan jiwa dan raga, agar
produktivitas diri dan kerja semakin baik dan terjaga. Ketika badan dan
jiwa sehat maka semangat pun semakin bertambah. Selain itu, dengan
rajin senam atau olahraga juga bisa mengelola stress dengan baik,
sehingga tekanan pekerjaan atau tugas baik di sekolah ataupun ketika
sudah bekerja bisa di atasi dengan tuntas. Soft skill yang dibentuk dan
ditanamkan dengan adanya penyeimbangan kesehatan jiwa dan raga
berupa senam bersama untuk peserta didik adalah selalu bersemangat
dan bisa mengelola stress dengan baik.
e. Kegiatan Jumat shodaqoh
Kegiatan ini membiasakan peserta didik untuk menyisihkan sebagian
uang saku untuk kegiatan amal rutin hari Jumat. Selain untuk
379 Menyelamatkan
PembentukanMasa
Soft Skill
Depan di Generasi
Sekolah Menengah
Emas Bangsa
Kejuruan Menjadikan Karakter..... 379
DAFTAR PUSTAKA
Sadbudhy, Endang dan Made Nuryata, 2011. Pengembangan Soft Skills di
SMK. Jakarta: SEkarmita Publisher & Training.
Sudiana, I ketut. 2010. Peningkatan Kualitas Lulusan melalui Pengembangan
Soft Skills di Perguruan Tinggi. Makalah disajikan dalam Lokakarya
Softskill Implementasi PHK-I STIE Triatma MUlya Tanggal 29 Januari
2010.
Menjadi Generasi (Tidak) Berkarakter 391
Erna Pratiwi
SMP Al –Ikhlash Lumajang
391
392 Menyelamatkan Masa Depan Generasi EmasMenjadi
BangsaGenerasi (Tidak) Berkarakter 392
kekeliruan yang kita lakukan dalam mengasuh anak- anak kita yang
sudah remaja.Hal ini harus disadari dan dibenahi bersama. Untuk
membekali remaja kita supaya menjadi remaja yang berkarakter. Hal
yang paling penting di perbaiki adalah aspek psikolosial terutama
disiplin dan komunikasi. Kenapa Komunikasi, ada yang salah dengan
komunikasi kita, setidaknya ada dua kesalahan dalam komunikasi yang
kita lakukan yaitu ;
1. Orang tua yang terlalu Sibuk
Pada kasus ini sering kali orang tua yang terlalu sibuk cenderung
berbicara serba terburu-buru karena ingin cepat selesai yang hendak
dibicarakan. Contoh “Kamu sudah makan belum? ‘Ayo cepat makan!, “
Gimana PR sudah dikerjakan?.” Kamarmu sudah Rapi?
Orang tua menginginkan anak menyeleseikan segala sesuatunya
dengan cepat sehingga isi pembicaraan kebanyakan hanya perintah. Kita
tidak duduk bersama – sama anak dan berpikir tentang bagaimana cara
menyampaikan sesuatu atau keinginan kita kepada mereka dengan baik.
Dalam kondisi terburu - buru seperti itu, jangankan untuk mendengarkan
perasaan anak, mendengarkan perkataan secara lengkap saja tidak
sempat dilakukan. Apalagi sampai membaca bahasa tubuh anak.
Sebaliknya, anak juga tidak bisa mendengarkan dengan baik apa yang
disampaikan oleh ibunya. Anak tidak mampu mengingat semuanya
karena disampaikan dengan terburu-buru.
2. Kebutuhan dan keinginan Orang Tua berbeda dengan
kebutuhan dan keinginan Anak.
Sebelum menyampaikan kepada anak sebaiknya orang tua bertanya
dulu kepada dirinya, ini kebutuhan siapa, kebutuhan orang tua atau
kebutuhan anak. Menginginkan anak menjadi pintar atau menjadi soleh
misalnya adalah kebutuhan orang tua. Oleh karena itu orang tua harus
menyampaikan kepada anak dengan baik agar anak juga merasa apa yang
disampaikan orang tua adalah kebutuhannya juga. Hal lain yang sering
dilakukan orang tua adalah orang tua cenderung memerintah,
menyalahkan, meremehkan dan cenderung membanding-membandingkan
ketika orang tua bercerita. Gaya seperti ini alih- alih melancarkan
komunikasi, tetapi justru membuat komunikasi semakin buruk. Hasil
komunikasi yang seperti ini menjadikan anak tidak memiliki konsep diri
yang positif. Akibatnya anak akan menganggap dirinya tidak cukup
berharga. Konsep diri yang negatif ini sangat beresiko. Mengapa? Jika
konsep dirinya negatif mereka menganggap diri mereka tidak berharga.
397 Menyelamatkan Masa Depan Generasi EmasMenjadi
BangsaGenerasi (Tidak) Berkarakter 397
Mudafiatun Isriyah
Pemerhati Pendidikan/Program Studi PAUD IKIP PGRI Jember
399
400 Menyelamatkan Masa
NilaiDepan
Balasan
Generasi
Sentuhan
Emas
Cium
Bangsa
Tangan Guru dan Anak terhadap...... 400
hal (Diaz, 1997). Guru harus menguasai beragam perspektif dan strategi,
dan harus bisa mengaplikasikannya secara fleksibel. Guru yang efektif
punya strategi yang baik untuk memotivasi anak agar mau belajar dan
bermain.
Pada anak usia dini akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan
yang sangat pesat yang tidak tergantikan pada masa mendatang. Menurut
berbagai penelitian di bidang neorologi terbukti bahwa 50% kecerdasan
anak terbentuk dalam kurun waktu 4 tahun pertama. Setelah anak berusia
8 tahun perkembangan otaknya mencapai 80% dan pada usia 18 tahun
mencapai 100% (Slamet Suyanto , 2005: 6). Mengapa periode itu disebut
sebagai masa keemasan? Sebab, pada masa itu otak anak sedang mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Dan, otak merupakan
kunci utama bagi pembentukan kecerdasan anak. Kecerdasan anak
merupakan proses kognitf anak yang dimaksud adalah perubahan dalam
pemikiran, kecerdasan, dan bahasa anak. Proses perkembangan kognitif
memampukan anak untuk mengingat, membayangkan, memecahkan
masalah, menyusun strategi dan menghubungkan kalimat menjadi
pembicaraan bermakna.( Santrock, 2004)
Dari pendekatan pemrosesan informasi tersebut menyatakan bahwa
anak mengolah informasi, memonitornya, dan menyusun strategi
berkenaan dengan informasi tersebut. Inti dari pendekatan ini adalah
proses memori dan proses berfikir (thinking). Menurut pendekatan
pemrosesan informasi, anak secara bertahap mengembangkan kapasitas
untuk memproses informasi, dan karenanya secara bertahap
mengembangkan kapasitas untuk memproses informasi dan karenanya
secara bertahap pula mereka bisa mendapatkan pengetahuan dan keahlian
yang kompeks. (Santrock, Psikologi Pendidikan, 2004)
Dalam teori attachment, perilaku bayi terkait dengan sentuhan
terutama mencari kedekatan dengan orang tua dalam situasi stres dan
lain-lain itu sebagai pengasuh. Bayi menjadi besar dengan sensitif dan
responsif dalam interaksi sosial dengan dunianya, dan orang tua tetap
mengasuh untuk beberapa bulan sampai dua tahun. Selama tahun
terakhir ini, anak-anak mulai mengenal attachment (orang asing) sebagai
basis yang aman untuk mengeksplorasi dengan lingkungan. Orang tua
mengarah pada pengembangan pola attachment ini, semua yang melekat
pada bayi akan menyebabkan model kerja internal yang akan memandu
perasaan individu, pikiran dan harapan dalam hubungan nanti. Pemisahan
404 Menyelamatkan Masa
NilaiDepan
Balasan
Generasi
Sentuhan
Emas
Cium
Bangsa
Tangan Guru dan Anak terhadap...... 404
Penutup
Nilai balasan sentuhan cium tangan guru dan anak terhadap
perkembangan penguatan pendidikan karakter (ppk) merupakan konsep
nilai yang sangat baik untuk dikembangkan pada anak usia dini.
Lingkungan yang baik adalah lingkungan yang menciptakan anak tidak
bosan selama sehari. Kegiatan di sekolah dibuat agar anak tidak mudah
stres dan bisa bermain dengan bebas. Konsep sekolah yang ramah dan
menyenangkan merupakan keharusan dari program sekolah. Sekolah
merupakan rumah kedua bagi anak yang dikembangkan dengan
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).
Daftar Pustaka
Catherine Fife, O. (2011). Family-Friendly Schools Spell Success!,“An inte-
grated system of early learning and care that is universally accessible,
publicly funded. The Atkinson Letter , 1-2.
Dr. Sukiman, M. (2016). Pelibatan Keluarga, Penguatan Pendidikan Karakter,
Dan Sekolah Sehari Penuh (Full Day School).
408 Menyelamatkan Masa
Nilai Depan
Balasan
Generasi
Sentuhan
Emas
Cium
Bangsa
Tangan Guru dan Anak terhadap...... 408
Guru adalah sosok orang tua kedua bagi siswa ketika berada di
sekolah, sehingga seorang guru harus memiliki perilaku yang positif, lemah
lembut, dan penuh kasih sayang. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Yustisia yang menyatakan bahwa, guru tidak hanya sebatas pada mengajarkan
keilmuan, tetapi juga mendidik dan mengajar tentang hal-hal yang
berhubungan dengan spiritualitas dan keterampilan fisik. Seorang guru
yang baik tidak hanya dituntut untuk mengajarkan materi pembelajaran
yang ada di sekolah, melainkan juga mengajarkan banyak nilai pendidikan
karakter dan juga nilai Pancasila. Nilai sendiri memiliki sebuah pengertian
yakni sesuatu yang berguna, benar, indah, dan juga baik.
Salim menyatakan bahwa Karakter mengacu pada serangkaian sikap,
perilaku, motivasi, dan keterampilan. Karakter merupakan nilai-nilai
perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan YME, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam
pikiran sikap perasaan perkataan dan perbuatan berdasarkan norma
agama, hukum tata krama, budaya, dan adat istiadat. Salah satu mata
pelajaran yang memberikan banyak nilai positif adalah mata pelajaran
PPKn. Di dalam mata pelajaran PPKn terdapat nilai pendidikan karakter
dan nilai Pancasila yang harus selalu dikembangkan oleh para peserta
didik ketika menempuh pendidikan.
Pendidikan memiliki pengertian yang sangat luas karena mencangkup
beberapa perbuatan untuk meningkatkan nilai-nilai pengetahuan,
pengalaman, kecakapan, serta berbagai keterampilan. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Salim mengenai pengertian pendidikan adalah seluruh
aktivitas atau upaya secara sadar yang dilakukan oleh pendidik kepada
peserta didik,ini dilakukan terhadap semua aspek perkembangan
kepribadian, baik jasmani dan rohani. Nilai-nilai pada mata pelajaran
PPKn dapat diterapkan dalam proses kehidupan saat peserta didik
409
410 MetodeMenyelamatkan
GPS (Gerakan Postif
MasaSiswa)
DepanGuna
Generasi
Meningkatkan
Emas Bangsa
Nilai Pendidikan Karakter dan.... 410
Nilai dan sikap positif yang terdapat dalam nilai pendidikan karakter
dan nilai Pancasila seharusnya dapat diterapkan oleh peserta didik
dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dapat membantu peserta
didik untuk memperoleh keadaan yang tentram dan damai. Hal tersebut
dikarenakan nilai pendidikan karakter dan nilai Pancasila merupakan ciri
khas atau kepribadian asli bangsa Indonesia yang harus selalu ditampilkan
secara jelas dalam kehidupan sehari-hari. Namun, saat ini kesadaran
masyarakat untuk melaksanakan nilai pendidikan karakter dan nilai
Pancasila sudah mulai luntur. Untuk menyiasatinya maka diperlukan
penguatan nilai pendidikan karakter dan nilai Pancasila sejak dini, bisa
melalui dua hal yakni jalur pendidikan dan juga jalur media masa.
PENUTUP
Pelaksanaan yang diharapkan dari metode GPS sebagai upaya
peningkatan nilai pendidikan karakter dan nilai Pancasila tidaklah mudah
diwujudkan.Namun dengan adanya kerjasama yang baik maka dapat
421 MetodeMenyelamatkan
GPS (Gerakan Postif
MasaSiswa)
DepanGuna
Generasi
Meningkatkan
Emas Bangsa
Nilai Pendidikan Karakter dan.... 421
DAFTAR PUSTAKA
Alfandi, Haryanto. 2011. Desain Pembelajaran yang Demokratis dan
Humanis. Jogjakarta: ArRuzz Media.
Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-dasar Evalusi Pendidikan. Jakarta: Penerbit
Bumi Aksara.
Asmani, Jamal Ma’mur. 2010. Micro Teaching & Team Teaching. Jogjakarta:
Diva Press.
Dahlan, Saronji dan Asyari. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMP
Kelas VIII. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Darmansyah. 2012. Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor.
Jakarta: Bumi Aksara.
Dewey, John. 2008. Pengalaman dan Pendidikan. Yogyakarta: Kepel Press.
Holt, John. 2016. Belajar Sepanjang Waktu. Jakarta: Gelora Kasara Pratama.
Kusuma, Wijaya. 2012. Menjadi Guru Tangguh Berhati Cahaya. Jakarta: PT
Indeks.
Salikun dkk. 2014. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMP/
Mts Kelas VIII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Salikun dkk. 2016. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMP/
Mts Kelas VII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
422 MetodeMenyelamatkan
GPS (Gerakan Postif
MasaSiswa)
DepanGuna
Generasi
Meningkatkan
Emas Bangsa
Nilai Pendidikan Karakter dan.... 422
Guru adalah sosok orang tua kedua bagi siswa ketika berada di
sekolah, sehingga seorang guru harus memiliki perilaku yang positif, lemah
lembut, dan penuh kasih sayang. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Yustisia yang menyatakan bahwa, guru tidak hanya sebatas pada mengajarkan
keilmuan, tetapi juga mendidik dan mengajar tentang hal-hal yang
berhubungan dengan spiritualitas dan keterampilan fisik. Seorang guru
yang baik tidak hanya dituntut untuk mengajarkan materi pembelajaran
yang ada di sekolah, melainkan juga mengajarkan banyak nilai pendidikan
karakter dan juga nilai Pancasila. Nilai sendiri memiliki sebuah pengertian
yakni sesuatu yang berguna, benar, indah, dan juga baik.
Salim menyatakan bahwa Karakter mengacu pada serangkaian sikap,
perilaku, motivasi, dan keterampilan. Karakter merupakan nilai-nilai
perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan YME, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam
pikiran sikap perasaan perkataan dan perbuatan berdasarkan norma
agama, hukum tata krama, budaya, dan adat istiadat. Salah satu mata
pelajaran yang memberikan banyak nilai positif adalah mata pelajaran
PPKn. Di dalam mata pelajaran PPKn terdapat nilai pendidikan karakter
dan nilai Pancasila yang harus selalu dikembangkan oleh para peserta
didik ketika menempuh pendidikan.
Pendidikan memiliki pengertian yang sangat luas karena mencangkup
beberapa perbuatan untuk meningkatkan nilai-nilai pengetahuan,
pengalaman, kecakapan, serta berbagai keterampilan. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Salim mengenai pengertian pendidikan adalah seluruh
aktivitas atau upaya secara sadar yang dilakukan oleh pendidik kepada
peserta didik,ini dilakukan terhadap semua aspek perkembangan
kepribadian, baik jasmani dan rohani. Nilai-nilai pada mata pelajaran
PPKn dapat diterapkan dalam proses kehidupan saat peserta didik
409
410 MetodeMenyelamatkan
GPS (Gerakan Postif
MasaSiswa)
DepanGuna
Generasi
Meningkatkan
Emas Bangsa
Nilai Pendidikan Karakter dan.... 410
Nilai dan sikap positif yang terdapat dalam nilai pendidikan karakter
dan nilai Pancasila seharusnya dapat diterapkan oleh peserta didik
dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dapat membantu peserta
didik untuk memperoleh keadaan yang tentram dan damai. Hal tersebut
dikarenakan nilai pendidikan karakter dan nilai Pancasila merupakan ciri
khas atau kepribadian asli bangsa Indonesia yang harus selalu ditampilkan
secara jelas dalam kehidupan sehari-hari. Namun, saat ini kesadaran
masyarakat untuk melaksanakan nilai pendidikan karakter dan nilai
Pancasila sudah mulai luntur. Untuk menyiasatinya maka diperlukan
penguatan nilai pendidikan karakter dan nilai Pancasila sejak dini, bisa
melalui dua hal yakni jalur pendidikan dan juga jalur media masa.
PENUTUP
Pelaksanaan yang diharapkan dari metode GPS sebagai upaya
peningkatan nilai pendidikan karakter dan nilai Pancasila tidaklah mudah
diwujudkan.Namun dengan adanya kerjasama yang baik maka dapat
421MetodeMenyelamatkan
GPS (Gerakan Postif
MasaSiswa)
DepanGuna
Generasi
Meningkatkan
Emas Bangsa
Nilai Pendidikan Karakter dan.... 421
DAFTAR PUSTAKA
Alfandi, Haryanto. 2011. Desain Pembelajaran yang Demokratis dan
Humanis. Jogjakarta: ArRuzz Media.
Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-dasar Evalusi Pendidikan. Jakarta: Penerbit
Bumi Aksara.
Asmani, Jamal Ma’mur. 2010. Micro Teaching & Team Teaching. Jogjakarta:
Diva Press.
Dahlan, Saronji dan Asyari. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMP
Kelas VIII. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Darmansyah. 2012. Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor.
Jakarta: Bumi Aksara.
Dewey, John. 2008. Pengalaman dan Pendidikan. Yogyakarta: Kepel Press.
Holt, John. 2016. Belajar Sepanjang Waktu. Jakarta: Gelora Kasara Pratama.
Kusuma, Wijaya. 2012. Menjadi Guru Tangguh Berhati Cahaya. Jakarta: PT
Indeks.
Salikun dkk. 2014. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMP/
Mts Kelas VIII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Salikun dkk. 2016. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMP/
Mts Kelas VII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
422MetodeMenyelamatkan
GPS (Gerakan Postif
MasaSiswa)
DepanGuna
Generasi
Meningkatkan
Emas Bangsa
Nilai Pendidikan Karakter dan.... 422
Ainul Yaqin
MA. Mashlahatul Hidayah dan STIQNIS, STIDAR Sumenep
“Pemuda hari ini adalah generasi masa depan hari esok” begitulah
Sang Revolusioner akbar bersabda, untuk pemuda yang saat ini mengalami
krisis karakter dalam berjiwa bijak dan bersifat profetik.Sebuah tantangan
besar bagi kemajuan generasi kita umat Islam dan bangsa ini. Maka
syekh Musthofa al-Ghulayaini (1949) menafsirkan hadist diatas dalam
sebuah buku ‘IdzatunNasyi’in“Sesungguhnya ditangan pemudalah urusan
Ummat.....” bahkan sang bapak proklamator kita (Soekarno) berkata:
“Beri aku sepuluh pemuda, maka aku merdekakan negeri ini dari para
penjajah” dan bahkan Yesus Kristuspun berkata: “Bapa di surga, beri
hambamu ini 12 Murid, maka akan aku selamatkan manusia dari derita
dan kehinaan”(Lembaga Al-kitab Indonesia, 2004), makna dari semua itu
mengisyaratkan akan peran penting pemuda sebagai generasi harapan
bangsa.
Sebuah realita yang ada ditengah masyarakat saat ini telah mengalami
krisis berkarakter profetik terutama bagi para pemuda.Hal ini dibuktikan
dengan merosotnya moral dan tindak krimanal yang semakin menjalar
keberbagai pelosok.Belum lagi prilaku asusila oleh anak dibawah umur
ataupun oleh orang tua yang berusia lanjut seperti dalam berita-berita
yang ada di medsos.Selain itu, faktor lingkungan yang bersifat eksternal
mempengaruhi watak manusia, juga faktor internal dalam diri jiwa
manusia sangat menentukan. Oleh karena itu, Imam Al-Ghazali dalam
Ihya’ Lumuddin menjelaskan sebagaimana yang dikutip oleh Hasan
Langgulung bahwa ada empat macam unsur pada watak manusia yaitu:
1. Unsur kehewanan adalah terdiri dari nafsu, sahwat. Tujuannya agar
mereka mencapai pada kesehatan badan sebagai alat dan bertanggung
jawab atas kualitas kehewanan seperti, makan, tidur, dan seks.
2. Unsur kebuasan adalah sifat marah, ambisi, yang tujuannya untuk
menjaga diri dari segala yang dapat melukai jasmani.
423
424 Menyelamatkan Masa Prental
Depan Generasi
Educatioon
EmasMenjawab
Bangsa Krisis Generasi Berkarakter 424
Pada masa atau priode dalam kandungan yang bisa dididik menurut
Ahlisin apabila telah memenuhi 4 syarat, diantara empat syarat itu
adalah:
1. Anak dalam kandungan adalah janin yang sudah matang sebagai bayi
yang hidup dan tumbuh secara normal (teleh memiliki roh).
2. Anak dalam kandungan yang layak mendapatkan pendidikan yaitu
anak yang sudah berusia 5-6 bulan dari pembuahan (priode kegelapan
tahap ke-3).
3. Anak dalam kandungan yang tidak terganggu fisik dan psikisnya.
4. Anak dalam kandungan yang sudah diketahui letak posisi dan jenis
klaminnya. (Ahlishin,2004).
Saat masa seperti itulah kedua orang tua berperan dalam mendidik
anak, peranan tersebut tidak hanya dimiliki oleh sang ibu yang sedang
mengandungnya, atau hanya diperankan oleh suami. Tidak semuanya
berperan dalam mendidik anak, sebagaimana yang disebut dalam QS.
An-Nisa: 34 yang berbunyi “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi
kaum wanita, oleh Karena Allah Telah melebihkan sebahagian mereka
(laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan Karena mereka (laki-
laki) Telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. ………( QS. An-
Nisa’:34)”.
Dari ayat tersebut dipahami kedudukan seorang suami diibaratkan
seorang aktor yang paling berperan untuk menjadi “nahkoda” keluarga
itu sendiri.Seorang ayah adalah tokoh yang sangat berpengaruh terhadap
terciptanya keluarga yang bahagia, tentunya bahagia dunia dan akhirat.
Tugas seorang ayah adalah selain menjadi kepala rumah tangga adalah
sebagai pendidik yang bertanggung jawab atas pendidikan keluarganya.
Keberhasilan dan kegagalan suatu sistem pendidikan keluarga, menjadi
tanggung jawab ayah. Lain halnya dengan ibu, ibarat sebuah persuahaan,
seorang ibu layaknya seorang manager operasional pendidikan. Ibulah
yang teramat dekat hubungannya dengan keluarga, sehingga
perkembangan anak baik ataupun buruknya tergantung peranan sang
ibu (walaupun tidak mutlak). Seorang ibu sangat dominan dalam alur
keluarga, karena ibu adalah yang paling mengerti dan paling faham
situasi di rumah,sehingga dalam rangka menciptakan pendidikan
berdasarkan syariat keislaman yang kuat dilingkungan keluarga, terutama
pada calon anak. Hal ini sangatlah dipandang perlu persiapan sedini
mungkin dengan beberapa tahapan sebagai berikut.
427 Menyelamatkan Masa Prental
Depan Generasi
Educatioon
EmasMenjawab
Bangsa Krisis Generasi Berkarakter 427
Selain makanan yang halal dan baik juga perlu diperhatikan gizi
dan porsi makanannya, harus mengandung zat pembangun atau pro-
tein, kalsium, zat besi, vitamin dan magnesium. Termasuk hal yang
perlu diperhatikan disini adalah perilaku orang tua sudah dapat direkam
oleh anak pada fase prenatal, karena pada usia tertentu janin sudah
diberi roh dan bergerak bebas dalam kandungan. Sebagaimana yang
telah disebut diatas dalam QS. Al-Mukminun ayat 14.
3. Menuju Generasi Anak Berkarakter yang Berkualitas Islami dan
Cerdas
Terdapat beberapa penyebab kecerdasan anak yang hal itu perlu
dilakukan sedini mungkin dalam mencetak generasi berkarakter, termasuk
semenjak masih usia prenatal. Kondisi demikian dapat diciptakan karena
beberapa sebab yang meliputi makanan, perilaku orang tua dalam
upaya melakukan dialog terhadap anak pada fase prenatal.Miarti, seorang
direktur LPPA ZAIDAN Tutorial Preschool, telah menulis bertajuk “Prena-
tal Education: Berdialog dengan Janin” sebagai berikut. “Ada sebuah
pengalaman yang cukup menarik yang dialami oleh seorang pasangan
suami istri di sebuah kota. Ketika sang istri tengah hamil, dari awal
kehamilan terjadi, si suami sangat rajin mengajak ngobrol sang janin
lewat perut isterinya. Sang calon bapak sering membunyikan barang-
barang yang ada di rumahnya kemudian didekatkan pada perut istrinya.
Misalnya, ia memukul-mukul wajan dengan gagang sendok, atau
meniupkan terompet, memainkan tambur, dan lain-lain. Apa yang
dilakukan tersebut tiada lain adalah untuk memberikan stimulus kepada
anak prenatal. Maksudnya, walaupun sang janin masih berada di dalam
kandungan, namun sang janin bisa merasakan kebersamaan dengan
orang-orang di luar dunianya. Dengan bunyi-bunyian tersebut, diharapkan
a gar ja ni n ters e b ut a ka n m e m ilik i ke p e k aa n y a n g tinggi
(www.suparlan.com 2008)
Menurut F. Rene Van de Carr MD dan Marc Rehrer dalam Uhbiyati,
terdapat delapan prinsip berkomunikasi dengan anak pada fase prenatal
sebagai berikut.
1. Prinsip kerjasama. Dengan permainan-permainan belajar dan latihan
stimulasi,akan membantu orang tua dan anggota keluarga lain belajar
bekerjasama untuk mencapai kesejahteraan bayi sebelum dilahirkan.
Selain itu, untuk mengetahui sejauh mana tingkat kerjasamanya setelah
melahirkan.
431 Menyelamatkan Masa Prental
Depan Generasi
Educatioon
Emas
Menjawab
Bangsa Krisis Generasi Berkarakter 431
PENUTUP
Implementasi pendidikan prenatal sebenarnya diawali dengan
hubungan keluarga yang sakinah,mawaddah, warrahmah dalam rangka
mendidik anak berdedikasi tinggi terhadap agama dan orang tuanya.
Karena menggunakan pendidikan pembiasaan dan kebiasaan orang tua
disaat masa usia kandungan, konsep membangun keluarga yang sakinah,
mawaddah, warrahmah termaktub dalam Firman Allah QS. Ar-Rum ayat
21.
433 Menyelamatkan Masa Prental
Depan Generasi
Educatioon
Emas
Menjawab
Bangsa Krisis Generasi Berkarakter 433
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran Terjemah.2012. Bandung: Cordoba.
Al-Kitab dengan Kidung Jemaat. 2004. Jakarta: Lembaga Al-kitab Indone-
sia.
Gymnastiar, Abdullah. 2005. Cara Merawat Anak. Bandung: Khas MQ.
Atsari, Abul Ishaq. 2002. Bekal-Bekal Menuju Pelaminan Mengikuti Sunnah.
Solo: At-Tibyan.
A. Susanto. 2009. Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: AMZAH
Departemen Agama. 2009. Tafsir Al-Quran Tematik, Etika Berkeluarga,
Bermasyarakat dan Berpolitik. Jakarta: Lajnah pentashihan Mushaf
Al-Quran.
Abdullah, Muhammad Imam Syafii. 2007. Ringkasan Kitab Al-UMM. Jakarta
Selatan: Pustaka azzam.
Munir, Ahmad. 2008. Tafsir Tarbawi. Yogyakarta: Sukses offset.
Musthafa, Murad. 2009. Memilih Pasangan &TataCara Menikah. Bandung:
Irsyad baiyus salam.
Mulkhan,Munir Abdul. 1994. Masalah-masalah Teologi dan Fiqih dalam
tarjih Muhammadiyah. Yogyakarta: Roykhan.
434 Menyelamatkan Masa Prental
Depan Generasi
Educatioon
Emas
Menjawab
Bangsa Krisis Generasi Berkarakter 434
Siti Robiah
SMAN 1 Lawang, Malang
435
436 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
Menjadi Generasi Berkarakter 436
usia dan kebutuhan belajar akan dibedakan dengan adil. Perlakuan yang
setara dan adil ini tidak akan ditemui di dalam keluarga dan
lingkungan.Bertitik tolak, pada tujuan Pendidikan Nasional, pada Undang-
Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistim
Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas), yang merumuskan fungsi dan tujuan
pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan
u p a ya pe n di di ka n di In do n esia . Pasal 3 UU Sisdikna s
menyebutkan,”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan,
membentuk watak, serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”.
Tujuan pendidikan nasional itu, merupakan rumusan mengenai
kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan
pendidikan.Pendidikan adalah suatu usaha yang sadardan sistematis
dalam mengembangkan potensi peserta didik, merupakan suatu usaha
masyarakatdan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi
keberlangsungan kehidupan masyarakat, serta bangsa yang lebih baik di
masa depan. Keberlangsungan itu ditandai oleh pewarisan budaya dan
karakter yang telah dimiliki masyarakat, dan bangsa.Oleh karena
itu,pendidikan adalah proses pewarisan budaya dan karakter bangsa
bagi generasi muda, juga proses pengembangan budaya dan karakter
bangsa, untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakatdan bangsa di
masa mendatang.
Dalam proses pendidikan budaya dan karakter bangsa, secara aktif
peserta didik mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses
internalisasi, dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka,
dalam bergaul di masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat
yang lebih sejahtra, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang
bermartabat. Pendidikan merupakan hal terpenting untuk membentuk
kepribadian. Baik pendidikan formal, informal, maupun nonformal
memiliki peran yang sama untuk membentuk kepribadian,terutama
anak atau peserta didik. Dalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003,bahwa
pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang tersetruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar,pendidikan menengah,
441 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
Menjadi Generasi Berkarakter 441
c. Pembiasaan Periodik
1) Membiasakan peserta didik untuk berpamitan pada orang tua/
wali/penghuni rumah saat pergi dan lapor saat pilang,sesuai
kebiasaan yang dibangun keluarga.
2) Secara bersama peserta didik mengucapkan salam hormat
kepada guru sebelum pembelajaran dimulai.
4. Interaksi sosial positif antar peserta didik,yaitu kepedulian terhadap
kondisi fisik dan psikologis antar teman sebaya,adik kelas, dan kakak
kelas. Pe mbiasa a n GPBP yang dilak uka n di sekola h untuk
menumbuhkembangkan nilai-nilai Interaksi positif antara peserta.
a. Kegiatan Wajib. Membiasakan pertemuan di lingkungan
sekolahdan/atau rumah untuk belajar kelompok yang diketahui
oleh guru dan/atau orang tua.
b. Pembiasaan umum. Gerakan kepedulian sesame warga sekolah
dengan menjenguk warga sekolahyang sedang mengalami
musibah, seperti sakit, kematian dan lainnya.
c. Pembiasaan Periodik. Membiasakan siswa saling membantu,bila
ada siswa yang sedang mengalami musibah atau kesusahan.
5. Memelihara lingkungan sekolah,yaitu melakukan gotong-royong untuk
menjaga, keamanan, ketertiban, kenyamanan, dan kebersihan
lingkungan sekolah. Pembiasaan GPBP yang dilakukan di sekolah
untuk menumbuhkembangkan nilai-nilai merawat diri dan lingkungan
sekolah.
a. Kegiatan Wajib. Melakukan kerja bakti membersihkan lingkungan
sekolah dengan membentuk kelompok lintas kelas dan berbagi
tugas sesuai usia dan kemampuan siswa.
b. Pembiasaan umum
1) Membiasaka n penggunaa n sumber daya sekolah
(air,listrik,telepon)secara efisien melalui berbagai kampanye
kreatif dari dan oleh peserta didik.
2) Menyelenggarakan kantin yang memenuhi standar kesehatan.
3) Membangun budaya peserta didik untuk selalu menjaga
kebersihan di bangkunya masing-masing sebagai bentuk
tanggung jawab individu maupunkebersihan kelas dan
lingkungan sekolah sebagai bentuk tanggung jawab bersama.
445 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
Menjadi Generasi Berkarakter 445
c. Pembiasaan Periodik
1) Mengajarkan simulasi antri dengan berbaris sebelum masuk
kelas.
2) Antri bergantian saat memakai fasilitas sekolah.
3) Peserta didik melaksanakan piket kebersihan secara beregu
dan bergantian regu.
4) Menjaga dan merawat tanamandi lingkungan sekolahsecara
bergiliran.
5) Melaksanakan kegiata buang sampah bekerja sama dengan
dinas kebersihan setempat.
6. Penghargaan terhadap keunikan potensi peserta didik untuk
dikembangkan,yaitu mendorong peserta didik gemar membaca dan
mengembangkan minat yang sesuai dengan potensi bakatnya untuk
memperluas cakrawala kehidupan di dalam mengembangkan dirinya
sendiri. Pembiasaan GPBP yang dilakukan di sekolah untuk
menumbuhkembangkan nilai-nilai potensi diri peserta didik secara
utuh.
a. Kegiatan Wajib
1) Membaca buku selain pelajaran selama 15 menit sebelum
pelajaran dimulai.
2) Seluruh warga sekolah(guru, tenaga kependidikan, dan siswa)
memanfaatkan waktu sebelum memulai pembelajaran pada
hari-hari tertentu untuk kegiatan olah fisik seperti senam
kesegaran jasmani, dilaksanakan secara berkala dan rutin
sekurang-kurangnya satu kali dalam seminggu).
b. Pembiasaan Umum
1) Peserta didik membiasakan diri untuk memiliki tabungan
dalam berbagai bentuk (rekening bank,celengan, danlainnya).
2) Membangun budaya bertanya dan melatihpeserta didik
mengajukan pertanyaan kritis dan membiasakan peserta didik
mengacungkan tangan sebagai isyarat akan mengajukan
pertanyaan.
3) Membiasakan setiap peserta didik untuk selalu berlatih
menjadi pemimpin dengan cara memberikan kesempatan pada
setiap peserta didiktanpa kecuali, untuk memimpin secara
bergilir dalam kegiatan bersama/berkelompok..
446 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
Menjadi Generasi Berkarakter 446
Daftar Pustaka
Tridhonanto. 2009. Melejetkan Kecerdasan Emosi (EQ) Buah Hati. Jakarta:
PT Elex Media Komputendo.
Megawangi, Ratna. 2010. Pengembangan Program Pendidikan Karakter di
Sekolah, Pengalaman Sekolah Karakter. Makalah. IHF. Jakarta.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015
tentang Penumbuhan Budi Pekerti.
448 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
Pendidikan Karalkter dan Peran Guru di Sekolah dalam Mengatasai Kenakalan Remaja 449
Tutiek Srihayati
SMP Negeri 21 Malang
Pada masa remaja terdapat banyak hal baru yang terjadi, dan
biasanya lebih bersifat menggairahkan, karena hal baru yang mereka
alami merupakan tanda-tanda menuju kedewasaan. Masalah yang timbul
berupa akibat pergaulan, keingin tahuan tentang asmara dan seks,
hingga masalah-masalah yang bergesekan dengan hukum dan tatanan
sosial yang berlaku di sekitar remaja. Banyak ahli psikologi yang
menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa yang penuh masalah,
penuh gejolak, penuh risiko (secara psikologis), over energi, dan lain
sebagainya, yang disebabkan oleh aktifnya hormon-hormon tertentu.
Tetapi para remaja merasa bahwa apa yang terjadi, apa yang mereka
lakukan adalah suatu hal yang biasa dan wajar.
Kelompok atau teman sebaya memiliki kekuatan yang luar biasa
untuk menentukan arah hidup remaja. Jika remaja berada dalam
lingkungan pergaulan yang penuh dengan “energi negatif”, segala
bentuk sikap, perilaku, dan tujuan hidup remaja menjadi negatif.
Sebaliknya, jika remaja berada dalam lingkungan pergaulan yang selalu
menyebarkan “energi positif”, yaitu sebuah kelompok yang selalu
memberikan motivasi, dukungan, dan peluang untuk mengaktualisasikan
diri secara positif kepada semua anggotanya, remaja juga akan memiliki
sikap yang positif. Prinsipnya, perilaku kelompok itu bersifat menular.
Motivasi dalam kelompok (peer motivation) adalah salah satu contoh
energi yang memiliki kekuatan luar biasa, yang cenderung
melatarbelakangi apa pun yang remaja lakukan. Dalam konteks motivasi
yang positif, seandainya ini menjadi sebuah budaya, barangkali tidak
akan ada lagi kata-kata “kenakalan remaja” yang dialamatkan kepada
remaja. Lembaga pemasyarakatan juga tidak akan lagi dipenuhi oleh
penghuni berusia produktif, dan di negeri tercinta ini akan semakin
banyak orang sukses berusia muda.
449
450 Pendidikan
Menyelamatkan
Karalkter Masa
dan Peran
DepanGuru
Generasi
di Sekolah
Emasdalam
Bangsa
Mengatasai Kenakalan Remaja 450
artinya anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa muda, sifat-
sifat khas pada periode remaja. Delinquent berasal dari kata Latin
“delinquere” yang berarti: terabaikan, mengabaikan; yang kemudian
diperluas artinya menjadi jahat, kriminal, pelanggar aturan, pembuat
ribut, pengacau, penteror, tidak dapat diperbaiki lagi,dan lain-lain.
Delinquency itu selalu mempunyai konotasi serangan,pelanggaran,
kejahatan dan keganasan yang dilakukan oleh anak-anak muda di
bawah usia 22 tahun. John M Echols dan Hassan Shadily dalam kamus
Inggris Indonesia menterjemahkan juveniledelinquency sebagai kejahatan/
kenakalan anak-anak/anak muda/muda-mudi. Ciri-ciri dari kenakalan
remaja, antara lain: (1)seseorang akan mudah marah jika dia merasa
tidak cocok dalam suatu hal, (2) apabila sudah terjerumus dalam hal
yang negatif, anak menjadi pemalas, (3) tidak memiliki belas kasihan
terhadap sesama, (4) mudah putus asa, (5) tidak memperhatikan
penampilan, dan (6) tidak patuh kepada orang tua dan guru.
Adapun jenis kenakalan remaja antara lain:(a) tidak mau patuh
kepada orang tua dan guru. Hal seperti ini biasanya terjadi pada
kalangan siswa, dia tidak segan-segan menentang apa yang dikatakan
oleh orang tua dan gurunya bila tidak sesuai dengan jalan pikirannya.
Lari atau bolos dari sekolah adalah pilihan untuk menghindari dari
nasihat orang tua an guru. (b) Sering berkelahi.Sering berkelahi
merupakan salah satu dari gejala kenakalan siswa. Siswa yang
perkembangan emosinya tidak stabil yang hanya mengikuti kehendaknya
tanpa memperdulikan orang lain, yang menghalanginya itulah musuhnya.
(c) Cara berpakaian. Meniru pada dasarnya sifat yang di miliki oleh para
siswa, meniru orang lain atau bintang pujaannya yang sering di lihat di
TV atau pada iklan-iklan baik dalam hal berpakaian atau tingkah laku,
walaupun itu tidak sesuai dengan keadaan dirinya yang penting baginya
adalah mengikuti mode zaman sekarang. (d) Membolos pada jam
sekolah. (e) Kenakalan yang menganggu ketentraman dan keamanan
orang lain. Kenakalan ini adalah kenakalan yang dapat digolongkan
pada pelanggaran hukum, sebab kenakalan ini menganggu ketentraman
dan keamanan masyarakat di antaranya adalah: mencuri, menodong,
kebut-kebutan, minum-minuman keras, penyalahgunaan narkotika, dan
membaca buku-buku porno.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kenakalan remaja yaitu
kehidupan remaja yang menyimpang dari berbagai pranata dan norma
453 Pendidikan
Menyelamatkan
Karalkter Masa
dan Peran
DepanGuru
Generasi
di Sekolah
Emasdalam
Bangsa
Mengatasai Kenakalan Remaja 453
Pendidikan Karakter
Ki Hajar Dewantara (1962) mengatakan bahwa pendidikan berarti
daya upaya untuk memajukan pertumbuhan nilai moral (kekuatan batin,
karakter), pikiran (intellect), dan tumbuh anak yang antara satu dan
lainnya saling berhubungan agar dapat memajukan kesempurnaan hidup,
yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik
selaras.Sementara Zamroni (1992) memberikan definisi pendidikan adalah
suatu proses menanamkan dan mengembangkan pada diri peserta didik
pengetahuan tentang hidup, sikap dalam hidup agar kelak ia dapat
membedakan barang yang benar dan yang salah, yang baik dan yang
buruk, sehingga kehadirannya ditengah-tengah masyarakat akan bermakna
dan berfungsi secara optimal.
456 Pendidikan
Menyelamatkan
Karalkter Masa
dan Peran
DepanGuru
Generasi
di Sekolah
Emasdalam
Bangsa
Mengatasai Kenakalan Remaja 456
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M. 2006. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama.
Jakarta: PT Golden Terayon Press.
Daradjat, Zakiah. 2007. KesehatanMental. Jakarta: Gunung Agung.
Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Dewantara, Ki Hadjar. 1962.Karya Ki Hadjar Dewantara.Yogyakarta: Taman
Siswa.
Echols, John M. Kamus Inggris Indonesia (An Engglish-Indonesian
Dictionary). Jakarta: PT Gramedia.
Kemendiknas. 2010. Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah
Pertama. Jakarta: Gramedia.
Koesoema, Doni.2010. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di
Zaman Global. Jakarta:Grasindo.
Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali
Pers.
Zamroni. 1992. Pengantar Pengembangan Teori Sosial.Yogyakarta: Tiara
Wacana.
462 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
Berkarakter Kebebasan Tunggal Ika 463
Sri Wahyuni
SMPN 2 Berbek Nganjuk
Setiap manusia dilahirkan tidak ada yang sama persis dan dalam
keadaan atau potensi yang berbeda. Oleh karena itu, manusia disebut
sebagai makhluk unik atau khas. Perbedaan itu bukan hanya mengenai
bentuk dan roman muka, tetapi juga mengenai tingkah laku dan perbuatan.
Bahkan, walaupun ada dua orang yang mempunyai dua ciri jasmani yang
sama, misalnya kembar identik, bila diamati dengan seksama pasti ada
juga perbedaannya (Mustaqim dan Wahib, 1991:56). Inilah yang akan
menjadi patokan pembahasan mengenai perbedaan individu, namun
harus tetap bersatu dan berkarakter kebangsaan yang sama.
Indonesia adalah negara dengan budaya keramah-tamahannya,
gotong royong, dan cinta damainya. Sejak zaman dahulu Indonesia
memang sudah terkenal dengan persatuannya, walaupun dengan beribu
budaya yang berbeda-beda. Kondisi karakter seperti inilah yang
seharusnya membuat masyarakat Indonesia memiliki keluasan wawasan
kebangsaan yang tinggi. Hal ini ditujukan agar setiap individu mengetahui
bahwabangsa Indonesia sejak dulu telah memiliki budaya yang baik.
Seorang individu tentu saja memiliki sifat yang berbeda dari individu
yang lain. Namun setiap individu harus memiliki kesadaran akan
pentingnya toleransi dan sikap menghargai sesama masyarakat Indone-
sia. Jika rasa menghargai itu sudah ada dalam setiap individu, maka
perbedaan bukanlah suatu hal yang perlu dihindari dalam pergaulan.
Faktanya, banyak para pelajar yang tawuran yang dilatarbelakangi
oleh perbedaan pendapat atau kesalahpahaman. Selain itu, terkadang
pertentangan dan permusuhan terjadi hanya karena fansclub sepakbola
yang berbeda. Sebagai seorang pendidik sudah selayaknya dapat
membentuk karakter peserta didik melalui pemahaman konsep toleransi
dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan tersebut tidak lain agar siswa
memahami bahwa tidak ada manfaatnya sama sekali dari perbedaan
pandangan yang berujung pertikaian. Selain itu, sebagai guru harus
463
464 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
Berkarakter Kebebasan Tunggal Ika 464
471
472 Menyelamatkan Masa Depan Generasi
Pembentukan
Emas Bangsa
Karakter dengan Bahasa Cinta 472
Pembentukan Karakter
Karakter merupakan ciri khas yang dimiliki oleh individu atau
seseorang. Menurut Kamus Bahasa Indonesia karakter adalah sifat-sifat
kejiwaan, tabiat, watak, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dengan yang lain. Pendapat lain disampaikan Muhtadi (2014)
yang menyatakan bahwa secara psikologi, karakter bermaknakepribadian
yang ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang,
dan biasanya berkaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap. Karakter
merupakan kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi
pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang menjadi
pendorong dan penggerak, serta membedakannya dengan individu lain
(Muhtadi, 2014). Menurut hemat kami, karakter merupakan perilaku
yang bersumber dari pola pikir. Karakter dapat dibentuk dengan membuat
siswa mengerti, memahami, dan mengetahui sebab pentingnya karakter,
selanjutnya adalah dengan membiasakan, dan menanamkan dalam pola
pikirnya.
Beberapa karakter yang perlu dikembangkan pada siswa antara lain
menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya, menghargai
dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi,
gotong royong), santun, dan percaya diri (Permendiknas No 58, 2014).
473 Menyelamatkan Masa Depan Generasi
Pembentukan
Emas Bangsa
Karakter dengan Bahasa Cinta 473
Bahasa Cinta
Pengertian bahasa cintadimaknai seseorang dengan cara yang berbeda-
beda. Tutur bahasa yang lembut, perilaku yang sabar, penuh perhatian
merupakan bentuk-bentuk ungkapan bahasa cinta. Chapman (2007)
memaknai bahasa cinta dengan 5 bahasa yaitu: (1) Sentuhan fisik (2)
Kata-kata mendukung (3) Waktu bersama (4) Pemberian hadiah (5)
Pelayanan. Dephlie (2005) menjelaskan bahwa bahasa cinta berupa kasih
sayang yang merupakan pola hubungan yang unik diantara dua orang
manusia atau lebih. Bahasa cinta mampu membuat suasana seseorang
menjadi berbeda. Balutan bahasa cinta mampu membius pola pikir
seseorang untuk menyadari kesalahan-kesalahan yang dilakukan. Cara
sederhana ini diharapkan mampu merubah karakter siswa menjadi
seperti diharapkan.
Penting bagi guru sebagai model mereka untuk bertutur kata yang
lembut, berperilaku halus, memberi perhatian dan kasih sayang kepada
siswa. Sikap yang ramah cenderung lebih menyentuh emosional siswa.
Kelembutan membuat siswa dapat berfikir positif. Siswa pada pendidikan
dasar cenderung menjadikan guru sebagai model/idola mereka. Anak
yang tumbuh dalam balutan penuh dengan kasih sayang dan perhatian
akan memiliki kepribadian yang mulia, senang mencintai orang lain dan
berperilaku baik dalam masyarakat (Seefeld, 2002).
Seorang guru yang mampu memperlakukan siswanyadengan bahasa
cinta dan begitu juga siswanya yang berperilaku dengan bahasa cinta
kepada guru dan siswa lainnya dalam bersosial, maka akan menumbuhkan
hubungan sosial yang harmonis antara guru dengan siswa dan siswa
dengan siswa. Perilaku siswa yang terbentuk pada dasarnya merupakan
hasil dari mencontoh atau mentauladani perilaku yang diperlihatkan
guru (Rahmat, 2010). Hal ini juga akan menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan, belajar bukan lagi beban dan keterpaksaan, tetapi
belajar adalah sesuatu yang menyenangkan, bebas, santai, penuh
semangat. Susana belajar yang seperti ini yang diharapkan dapat tercipta
dalam proses pembelajaran. DePorter (2007) menjelaskan satu-satunya
hal yang dapat menarik minat siswa untuk belajar adalah hubungan
sebagai manusia yang dapat mereka bangun dengan guru.
Siswa pada pendidikan dasar memerlukan pondasi yang tepat dalam
penanaman karakter. Usia mereka membutuhkan model yang baik untuk
perkembangan jiwanya. Guru adalah model yang tepat pada saat
475 Menyelamatkan Masa Depan Generasi
Pembentukan
Emas Bangsa
Karakter dengan Bahasa Cinta 475
DAFTAR RUJUKAN
Anderson, R. 1987. Pemilihan dan Pengembangan Media untuk
Pembelajaran. Terjemahan Yusuf Hadi Miarso, dkk. Jakarta: PAU-UT.
Baswedan, A. Gawat Darurat Pendidikan Indonesia. 2014. Disampaikan
dalam silaturahmi kementrian dengan kepala dinas. Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
BPSDM Kemendikbud & Penjamu Pendidikan. 2014. Rasional Kurikulum
2013. Jakarta: Kemendikbud.
Chapman, G. 2007. Lima Bahasa Cinta Menghadapi Remaja. Yogyakarta:
Quills Book Publisher Indonesia.
Deplhie, B. 2005. Bimbingan Perilaku Anak. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
DePorter, Bobbi., dkk. 2007. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum
Learning di Ruang-Ruang Kelas. Bandung: Kaifa.
Dongoran, F. R. 2014. Paradigma Membangun Generasi Emas 2045 dalam
Perspektif Filsafat Pendidikan. Jurnal Tabularasa PPS Unimed, 11 (1):
61-76.
478 Menyelamatkan Masa Depan Generasi
Pembentukan
Emas Bangsa
Karakter dengan Bahasa Cinta 478
479
480 Menyelamatkan
Membentuk Generasi
Masa Depan
Berkarakter
Generasi
Melalui
EmasPendidikan
Bangsa Agama Islam di Sekolah.... 480
Fitrotul Hasanah
SMP Negeri 21 Malang
487
488 MenyelamatkanMenyongsong
Masa Depan Generasi
Generasi Emas
Emas Bangsa
Melalui Penanaman Budaya 488
Religius
PEMBAHASAN
Generasi Emas
Pada periode tahun 2010 sampai 2035 bangsa kita dikaruniai oleh
Tuhan Yang Maha Kuasa potensi sumber daya manusia berupa populasi
usia produktif yang jumlahnya luar biasa. Jika kesempatan emas yang
baru pertamakalinya terjadi sejak indonesia merdeka tersebut dapat kita
kelola dan manfaatkan dengan baik, populasi usia produktif yng
jumlahnya sangat luar biasa tersebut Insya Allah akan menjadi bonus
demografi (demografic devidend) yang sangat berharga. Di sinilah peran
strategis pembangunan bidang pendidikan untuk mewujudkn hal itu
menjadi sangat penting. (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pada
peringatan hari Pendidikan Nasional 2012, Rabu, 2 Mei 2012)
Generasi emas adalah generasi yang memandang masa depan diri
dan bangsanya merupakan hal yang pertama dan utama. Generasi emas
adalah generasi muda yang penuh optimisme dan gairah untuk maju
dengan sikap dan pola pikir yang berlandaskan moral yang kokoh dan
490 MenyelamatkanMenyongsong
Masa Depan Generasi
Generasi Emas
Emas Bangsa
Melalui Penanaman Budaya 490
Religius
4. Shalat Dhuha
Pembiasaan shalat tidak hanya diperuntukkan bagi shalat wajib saja
tetapi siswa juga dibiasakan untuk melaksanakan shalat sunnah antara
lain shalat Dhuha.
5. Kegiatan hari Jum’at
Pada hari Jum’at dilaksanakan dua kegiatan dalam waktu yang
bersaman yaitu Shalat Jum’at untuk peserta didik laki-laki dan keputrian
untuk peserta didik perempuan. Kegiatan pembiasaan shalat Jumat ini
dilaksanakan dengan harapan agar para siswa mampu mengambil hikmah
dari pesan-pesan yang disampaikan oleh Khatib maupun pembina
keputrian agar wawasan ilmu keagamaan mereka bertambah.
Selain shalat Jum’at dan kegiatan keputrian, untuk menanamkan
jiwa sosial pada peserta didik, diadakan kegiatan amal Jum’at. Manfaat
yang didapatkan oleh peserta didik melalui kegiatan amal Jum’at ini
antara lain:
a. Melatih bersedekah. Dengan rutin melakukan amal Jum’at peserta
didik dilatih untuk merelakan hartanya demi kebaikan
b. Melatih tanggung jawab. Setelah uang amal Jum’at terkumpul
bendahara kelas memberikan kepada bagian keuangan amal Jum’at.
Dari kegiatan ini muncul rasa tanggung jawab yang besar terhadap
keamanan uang kelas yang di sumbangkan.
Setelah dana amal Jum’at tersebut terkumpul, jumlahnya diumumkan
setiap hari senin setelah upacara bendera, sehingga ada keterbukaan
antara peserta didik dan guru serta warga sekolah yang lain. Kondisi
seperti ini akan semakin meningkatkan motivasi peserta didik dalam
bersedekah. Adapun penggunaan dana tersebut adalah untuk memberi
bantuan kepada peserta didik lain yang kesulitan dan sebagian digunakan
untuk membiayai kegiatan keagamaan.
6. Peringatan Hari Besar Islam
Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) diselenggarakan dengan melibatkan
semua warga sekolah, sedangkan kepanitiaan ditunjuk dari guru-guru
secara bergantian. PHBI diselenggarakan untuk menanamkan nilai-nilai
Islami seperti menumbuhkan kepekaan sosial seperti pada saat Ramadhan,
Idul Adha dan peringatan-peringatan hari besar agama yang lain.
Adapun beberapa kegiatan PHBI yang dilaksanakan di SMP Negeri 21
Kota Malang antara lain kegiatan Ramadhan, peringatan hari raya Idul
498 MenyelamatkanMenyongsong
Masa Depan Generasi
Generasi Emas
Emas Bangsa
Melalui Penanaman Budaya 498
Religius
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2006. Nuansa Baru Pendidikan Islam: Mengurai Benang Kusut
Dunia pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.
Anonim. 2009. Rekonstruksi Pendidikan Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Dirjen Dikti, Depdikbud. 2003. Undang-undang Republik Indonesia No. 20
tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Bandung: Citra Umbara.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pada peringatan hari Pendidikan
Nasional 2012, Rabu, 2 Mei 2012.
Muhaimin. 2002. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Muntasir, M. Saleh. 1985. Mencari Evidensi Islam ( Analisa Awal Sistim
Filsafat, Strategi dan Metodologi Pendidikan Islam), Jakarta: Rajawali.
Nasution, A.H.dkk. 2001. Pendidikan Agama dan Akhlak Bagi Anak dan
Selamatakan Anak - Anak Bangsa dengan Pendidikan Karaokter 499
1 Samsul Kurniawan. 2013. Pendidikan Karakter : Konsepsi dan Implementasinya Secara Terpadu
di lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi dan Masyarakat. Yogyakarta : Arruzz Media.
Hal. 11
2 Abdul Majid dan Dian Andayani. 2013. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandng : PT.
Remaja Rosdakarya. hal. 2
499
500 Menyelamatkan Masa
Selamatakan
Depan Generasi
Anak - Anak
EmasBangsa
Bangsadengan Pendidikan Karaokter 500
3 Imam Suprayogo. 2013. Pengembangan Pendidikan Karakter. Malang : UIN-Maliki Press, hal. xiv
4 Abdul Majid dan Dian Andayani. 2013. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandng : PT.
Remaja Rosdakarya. hal. iv
5 Maktabah Al-Syamilah. Shalih Ibnu Abdi Al-Aziz Al-Syaikh . Syarh Al-Arbain Al-Nawawiyah. Hal.
45-46
501 Menyelamatkan Masa
Selamatakan
Depan Generasi
Anak - Anak
EmasBangsa
Bangsadengan Pendidikan Karaokter 501
6 Jamal Makmur Asmani. 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah.
Jogjakarta: Diva Press. Cet. Ke-2. H. 28.
7 Jamal Makmur Asmani. 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah.
Jogjakarta: Diva Press. Cet. Ke-2. H. 28.
8 Thomas Linkona, 1991. Educating for Character: How Our School Can Teach Respect and
Responsibility . New York: Bantam Book. H. 51
9 Prof. Dr. Muchlas Samani danDrs. Hariyanto, M.S. 2011. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. . 43
502 Menyelamatkan Masa
Selamatakan
Depan Generasi
Anak - Anak
EmasBangsa
Bangsadengan Pendidikan Karaokter 502
16 Pusat Kurikulum. Pengembangan dan Pendidikan budaya dan karakter bangsa : Pedoman sekolah.
2009: 9-10
17 Prof. Dr. Muchlas Samani danDrs. Hariyanto, M.S. 2011. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. . 46
505 Menyelamatkan Masa
Selamatakan
Depan Generasi
Anak - Anak
EmasBangsa
Bangsadengan Pendidikan Karaokter 505
18 Jamal Ma'mur. Buku Pandua Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Jogjakarta : Diva
Press. 2011, h. 36
19 Kemendiknas. 2010.Pemb Zaman Ginaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama.
20 Dr. Yahya. 2010. Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri. Jogjakarta : Pelangi Publishing. Hal.
2
506 Menyelamatkan Masa
Selamatakan
Depan Generasi
Anak - Anak
EmasBangsa
Bangsadengan Pendidikan Karaokter 506
c. Akhlak bermasyarakat
1) Yang dilarang , seperti : membunuh, mencuri, makan harta anak
yatim, khiyanat, dhalim, inkar janji , berkata buruk dll
2) Yang diperintahkan, seperti : menepati janji, menyampaikan ilmu
kepada orang lain,
3) Kaidah-kaidah adab, seperti : minta ijin ketika mau masuk ke
tempat orang lain, memberi hormat saat masuk ke tempat orang
lain, duduk yang bagus, memberi penghormatan dengan
penghormatan yang lebih bagus, berbicara dengan kata-kata yang
baik dll
d. Akhlak bernegara
1) Hubungan antara pemimpin dan rakyat,
Kewajiban pemerintah , seperti : bermusyawarah, adil terhadap semua.
Kewajiban rakyat adalah taat kepada pemerintah, menghindari berbuat
kerusakan
510 Menyelamatkan Masa
Selamatakan
Depan Generasi
Anak - Anak
EmasBangsa
Bangsadengan Pendidikan Karaokter 510
e. Akhlak beragama
1) Kewajiban terhadap Allah swt
Iman kepada Allah, taat yang mutlak, bersyukur akan nikat-Nya,
rido dengan qodlo’-Nya
2) Kewajiban terhadap rasul
Taat pada perintah Rasul, karena apa yang dierintahkan rasul
adalah perintah dari Allah
3. Pendidikan Karakter dalam Surat Luqman
Dalam Surat Luqman karakter/akhlak diklasifikasikan menjadi empat
yaitu :
1) Akhlah kepada Allah, berkaitan dengan ajaran tauhid agar tidak
menyekutukan Allah dan mensyukuri nikmat-Nya
DAFTAR PUSTAKA
Asmani, Jamal Makmur. 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan
Karakter di Sekolah. Jogjakarta: Diva Press. Cet. Ke-2.
Kemendiknas. 2010. Desain induk Pendidikan Karakter.
Kemendiknas. 2011. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter,
Kemenristekdikti. UU No. 44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional
Pendidikan Tinggi.
K ur ni a w an , Samsul. 2013. Pendidika n Kara kter : Konse ps i dan
Implementasinya Secara Terpadu di lingkungan Keluarga, Sekolah,
Perguruan Tinggi dan Masyarakat. Yogyakarta: Arruzz Media.
Lickona, Thomas, 1991. Educating for Character: How Our School Can Teach
Respect and Responsibility . New York: Bantam Book.
Majid, Abdul dan Dian Andayani. 2013. Pendidikan Karakter Perspektif Is-
lam. Bandng : PT. Remaja Rosdakarya.
Pusat Kurikulum. 2009. Pengembangan dan Pendidikan budaya dan karakter
bangsa : Pedoman sekolah.
Raharjo. Pendidikan Karakter sebagai Upaya Menciptakan Akhlak Mulia.
Dalam JurnalPendidikan dan Kebudayaan. Jakarta : Balitbang
Kementrian Pendidikan Nasioanal, Vol. 16 No. 3 Mei 2010.
Salim, Moh. Haitami dan Syamsul Kurniawan. 2012. Studi Ilmu Pendidikan
Islam. Yogyakarta : Arruzz Media.
Samani, Muchlas danHariyanto. 2011. Konsep dan Model Pendidikan
Karakter. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Suprayogo, Imam. 2013. PengembanganPendidikanKarakter. Malang: UIN-
Maliki Press.
Syatori. 1987. Ilmu Akhlak. Bandung: Lisan,
Yahya. 2010. Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri. Jogjakarta: Pelangi
Publishing.
514 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
Upaya Sang Guru Mencegah Tindak Kekerasan di Kalangan Pelajar Melalui Jurus Cakar 515
Sri Asih
SMP N 9 Pasuruan
515
516 UpayaMenyelamatkan
Sang Guru Mencegah
Masa Depan
TindakGenerasi
Kekerasan
Emas
di Kalangan
Bangsa Pelajar Melalui Jurus Cakar 516
Iman adalah sikap batin yang penuh kepercayaan, cinta, dan takut
kepada Allah SWT. Iman merupakan landasan utama dari perahu
kehidupan. Iman juga merupakan kendali perasaan dan akal seseorang.
Sedangkan takwa yaitu sikap yang sadar penuh bahwa Allah telah
mengawasi kita, kemudian kita berusaha hanya berbuat sesuatu yang
diridhoi Allah, dengan menjauhi atau menjaga diri dari sesuatu yang
diridhoi-Nya (Menuju Masyarakat Belajar, 2001 : XV)).
Takwa merupakan kondisi kualitas manusia yang tertinggi di hadapan
Allah SWT. Dengan landasan iman dan takwa yang kuat, peserta didik
diharapkan tumbuh dan berkembang menjadi pelajar yang berakhlak
mulia dan terhindar dari tindak kekerasan.Untuk itu, peserta didik
sebagai generasi muda perlu dibekali iman dan takwa, sehingga kelak
menjadi pemimpin negeri yang berakhlak mulia. Pembekalan iman dan
takwa kepada peserta didik tidak hanya menjadi tanggung jawab guru
agama. Guru nonagama pun perlu mengimplementasikan nilai-nilai
iman dan takwa pada mata pelajaran yang diajarkannya. Guru mata
pelajaran sangat perlu mengimplementasikan nilai-nilai relegius praktikal,
agar peserta didik berperilaku amalan sholihan. Guru mata pelajaran
nonagama harus pandai membenahi dan meramu butir-butir
pembelajaran dengan dalil-dalil ayat suci Al-Qur’an atau hadits.
Contoh:
Guru mata pelajaran bahasa Indonesia
Guru bahasa Indonesia bisa memilih materi yang cocok untuk
diimplementasikan dengan nilai-nilai Illahi dari Al-Qur’an dan Al Hadist.
Misalnya, guru bahasa Indonesia bisa memilih pembelajaran apresiasi
sastra.Pembelajaran apresiasi sastra dapat digunakan untuk membentuk
nilai-nilai luhur, meningkatkan perasaan religi, dan membentuk moral
yang positif dalam diri pelajar. Apresiasi sastra dirumuskan oleh Efendi
dalam Aminudin 1987 (Buletin Pusbuk, 2006 : 12) sebagai kegiatan
menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga dapat
menumbuhkan kepekaan perasaan, daya pikir, serta pelajar dapat memetik
nilai-nilai moral dan kemanusiaan yang terkandung dalam karya sastra.
Makin banyak membaca sastra, anak akan makin kaya dengan pengalaman
batin sehingga lebih arif sat menghadapi problema kehidupan.
Agar pembelajaran apresiasi sastra lebih bermakna dan berfungsi
optimal bagi perkembangan IMTAK pelajar, materi pembelajaran apresiasi
sastra yang dipilih adalah materi pembelajaran apresiasi puisi. Materi
518 UpayaMenyelamatkan
Sang Guru Mencegah
Masa Depan
TindakGenerasi
Kekerasan
Emas
di Kalangan
Bangsa Pelajar Melalui Jurus Cakar 518
¾ Puisi yang pertama yaitu puisi relegius karya Abdul Hadi yang
dikutip dari Sekitar Masalah Sastra (1990 : 151).
Tuhan, Kita Begitu Dekat
Tuhan,
Kita begitu dekat
Sebagai api dengan panas
Aku panas dalam apimu
Tuhan,
Kita begitu dekat
Seperti kain dengan kapas
Aku kapas dalam kainmu
Tuhan,
Kita begitu dekat
Seperti angin dan arahnya
520 UpayaMenyelamatkan
Sang Guru Mencegah
Masa Depan
TindakGenerasi
Kekerasan
Emas
di Kalangan
Bangsa Pelajar Melalui Jurus Cakar 520
¾ Puisi ketiga adalah puisi karya guru Bahasa Indonesia itu sendiri
SENANDUNG IDUL FITRI
Tiga puluh hari hamba bersuci dari api
Api dengki, api caci, api angkara dan api neraka
Bulan Romadhon … Bulan ampunan berlalu
Debur-debur nurani berbuih putih
Membasuh mulut dari caci
Menisik kalbu dari dengki
Mengetuk genderang telinga dari berita angkara
Menutup mata dari asmara durhaka
Ya … Robi
Ampuni hamba dari dosa
Allahu Akhbar Allahu Akhbar Allahu Akhbar
Gema takbir berkumandang
Amanah Fitrah tlah berkiprah dalam darah
Sujud sengkut pada sang pencipta
Hamba bersuka
Asa hamba dalam doa
Terang menerang tiada rentang
Berkah merekah
Damai merantai
¾ Keteladanan kedisiplinan
Kedisiplinan perlu ditanamkan kepada peserta didik sejak dini. Agar
penanaman nilai-nilai kedisiplinan kepada peserta didik berhasil opti-
mal, Sang Guru perlu memberikan keteladanan tentang kedisiplinan.
Memberikan keteladanan kedisiplinan
· Datang di sekolah 15 menit sebelum bel masuk pelajaran
· Masuk kelas tepat waktu
527 UpayaMenyelamatkan
Sang Guru Mencegah
Masa Depan
TindakGenerasi
Kekerasan
Emas
di Kalangan
Bangsa Pelajar Melalui Jurus Cakar 527
PENUTUP
Kesimpulan
Kekerasan telah merambah dunia pendidikan. Maraknya aksi tawuran
antarpelajar, tindak kekerasan antarsiswa, tindak kekerasan antara guru
dengan siswa, merebaknya kasus video porno, praktik kekerasan senior
pada yuniornya, kasus bullying merupakan deretan berita tentang tindak
kekerasan di kalangan pelajar.Solusi tepat untuk mencegah tindak
kekerasan di kalangan pelajar adalah Jurus Cakar. Jurus cakar merupakan
akronim dari kata maju terus dengan catur karya. Catur karya Sang Guru
adalah: 1) Mengimplementasikan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan
pada mata pelajaran yang diampu, 2) Mendongeng untuk mengawali
pembelajaran, 3) Mendidik dengan keteladanan, 4) Mendidik tanpa
kekerasan.
Saran
Sebagai guru, penulis perlu menyampaikan beberapa harapan
berkaitan dengan permasalahan dan pemikiran tentang upaya
menumbuhkan integritas di lingkungan sekolah melalui tikar Sang Guru.
Harapan penulis adalah:
1. Guru wajib menerapkan Jurus Cakar untuk mencegah tindak kekerasan
di kalangan pelajar.
2. Para stakeholder dan penentu kebijakan di bidang pendidikan agar
mendukung penerapan Jurus Cakar Sang Guru untuk mencegah tindak
kekerasan di kalangan pelajar.
528 UpayaMenyelamatkan
Sang Guru Mencegah
Masa Depan
TindakGenerasi
Kekerasan
Emas
di Kalangan
Bangsa Pelajar Melalui Jurus Cakar 528
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Hafids, dkk. 1998. Penerapan Pengajaran IPTEK Bermuatan IMTAQ.
Jakarta : PT. Gunara Kata.
Agustami. 2005. Keseimbangan Peningkatan Imtak dengan Penguasaan
Iptek. Jakarta: Dian Ariesta.
Aminuddin. 1990. Sekitar Masalah Sastra. Malang: Yayasan Asih.
BSNP. 2006. Panduan PenyusunanKTSP Jenjang Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004. Standar Kompetensi Mata Pelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia SMP/MTs. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta: BSNP.
Massigit. 2006. Mendongeng 5 Menit Membuat Pelajar Rajin ke Sekolah.
Jakarta : Buletin Pusbuk Depdiknas Volume 12
Priyandono. 2006. Pendidikan Yang Bermoral. Surabaya : Media No. 05 /
Th. XXXVI / Juli 2006.
Rahman, Arif, dkk. 1998. Penerapan Pengajaran IPTEK Bermuatan IMTAQ.
Jakarta: PT. Gunara Kata.
Sidi, Indra Djati. 2001. Menuju Masyarakat Belajar. Jakarta: Paramadina.
Suharianto, S. 1981. Pengantar Apresiasi Puisi. Surakarta: Widia Duta.
Manajemen Pendidikan Karakter di Sekolah sebagai Upaya Sekolah Mewujudkan.... 529
Pemberdayaan
Pemberdayaan berasal dari kata dasar “daya”, yang dapat
diartikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dengan “tenaga/
kekuatan” atau “kemampuan melakukan sesuatu/kemampuan bertindak”.
Pemberdayaan dalam pengertiaannya dalam pendidikan dapat berarti
proses pemberian kemampuan/pengetahuan/keterampilan hingga proses
perubahan segala hal dan menyangkut semua aspek untuk kualitas
sekolah yang semakin baik. Barlian (2013:11) menyatakan bahwa
pemberdayaan adalah proses pemberian kepercayaan kepada seseorang
untuk memikul suatu tanggung jawab berupa pekerjaan yang menantang,
sedangkan menurut Slamet P.H. (2000) pemberdayaan adalah prinsip
529
530 Manajemen
Menyelamatkan
Pendidikan
Masa Depan
Karakter
Generasi
di Sekolah
Emassebagai
BangsaUpaya Sekolah Mewujudkan.... 530
Kreativitas
Kreativitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan
sebagai “Kemampuan untuk mencipta”. Kreativitas dapat muncul dan
tumbuh apabila adanya kegiatan, progam, sarana hingga prasarana
yang memadai. Kegiatan, progam, sarana dan prasarana itu dapat
dibentuk dan ditingkatkan lewat pemberdayaan pada poin no 1, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa kreativitas dapat muncul apabila
pemberdayaan dilakukan dan dilaksanakan dengan baik. Kreativitas dan
pemberdayaan menjadi sebab-akibat bahwa keduanya menjadi penting
bagi penerapan pendidikan karakter di sekolah. Barlian (2013:14)
menyatakan bahwa, “Pemberdayaan akan menghasilkan rasa percaya
diri pada orang lain yang diberdayakan. Rasa percaya diri ini akan
menumbuhkan berbagai kreativitas yang tidak pernah terduga
sebelumnya”.
Seluruh tenaga kependidikan menjadi hal penting untuk diperhatikan
pula dalam pemberdayaan dan kreativitas. Tenaga pendidik menjadi
532 Manajemen
Menyelamatkan
Pendidikan
Masa Depan
Karakter
Generasi
di Sekolah
Emassebagai
BangsaUpaya Sekolah Mewujudkan.... 532
stimulus dan juga sebagai pendorong bagi kreativitas anak, maka tenaga
pendidik juga harus menunjukkan kualitas sebagai seorang pendidik
yang berkualitas. Suryadi (1999) memberikan pernyataan bahwa ciri-ciri
pendidik yang berkualitas adalah sebagai berikut; (a) Kemampuan
profesional,(b) Upaya-upaya profesional,(c) Kesesuaian waktu yang
dicurahkannya untuk kegiatan profesional, dan (d) Kesesuaian antara
keahlian dan pekerjaan. Pernyataan Suryadi menunjukkan bahwa
profesionalitas menjadi kunci utama, profesional berarti setiap tenaga
pendidik memerlukan kepandaian/pengetahuan/kinerja yang mumpuni
dalam setiap profesi yang dijalankannya. Tenaga pendidik yang
profesional dan sama-sama menyadari bahwa pendidikan karakter itu
penting untuk dilaksanakan akan memberikan dampak positif dan
dampak kreativitas bagi siswa/peserta didik dalam bekalnya menjadi
generasi emas di masa mendatang.
Komitmen
Komitmen menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti “perjanjian”
atau “keterikatan”. Komitmen menurut Priyadarma (2001:53) berarti niat
yang kuat atau penuh kesungguhan untuk melaksanakan tugas dan
kewajiban yang diembannya atau dipercayakan kepadanya, atau suatu
janji atau ucapan (yang diucapkan) oleh/dari seseorang. Komitmen
dalam pendidikan berarti seluruh warga sekolah mampu mentaati dan
melaksanakan apa yang telah disepakati bersama. Komitmen bersama
yang telah disepakati menjadi tolak ukur sejauh mana sekolah mampu
meningkatkan pemberdayaan dan kreativitas. Jika pemberdayaan dan
kreativitas adalah suatu hubungan sebab-akibat, maka komitmen adalah
sebuah perekat/penyokong terjadinya pemberdayaan dan kreativitas.
Komitmen menjadi sebuah pemikiran dasar bahwa sebuah sekolah harus
memulai pemberdayaan untuk menciptakan kreativitas.
Komitmen juga dapat berarti suatu pemikiran dasar untuk berubah
dan mengubah. Komitmen menjadi salah satu kunci untuk mengubah
sesuatu yang belum baik menjadi baik atau bahkan sesuatu yang baik
menjadi lebih baik lagi serta mempertahankan yang telah baik. Maka
tentunya sangat penting bagi semua warga sekolah untuk tau akan
komitmennya masing-masing. Komitmen dalam perubahan yang menjadi
lebih baik harus dilakukan secara sadar bagi seluruh warga sekolah.
Komitmen untuk menjadi lebih baik dengan menerapkan pendidikan
533 Manajemen
Menyelamatkan
Pendidikan
Masa Depan
Karakter
Generasi
di Sekolah
Emassebagai
BangsaUpaya Sekolah Mewujudkan.... 533
MORAL
KOMUNITAS/SOSIAL
INDIVIDUAL
satu sama lain dalam anggota individu dalam komunitas tersebut. Pada
ruang lingkup yang lebih luas adalah matra moral, dimana seluruh
komunitas yang ada dalam suatu lingkungan membentuk suatu tatanan
moral yang baik dan berkarakter. Contoh praktis dalam matra pendidikan
bagan 1.1 adalah bilamana individu di kelas memiliki karakter yang
baik, sebut saja salah satu contohnya adalah karakter disiplin. Jika setiap
individu dalam kelas a memiliki kesadaran akan kedisiplinan, maka
dalam komunitas yang lebih tinggi yaitu kelas yang dalam grade yang
sama dapat belajar pula menjadi individu yang memiliki karakter
disiplin, kemudian disiplin itu dibawa ke komunitas/sosial yang lebih
tinggi yaitu disiplin seluruh siswa di sekolah, maka secara tidak langsung
tatanan moral dan karakter disiplin tumbuh dalam seluruh siswa di
sekolah. Koesoma (2012:92) memberikan jabarannya terhadap 3 matra
pendidikan karakter sebagai berikut.
Tiga matra pendidikan karakter merupakan dimensi yang mesti
mendapatkan perhatian bagi setiap pengembangan progam pendidikan
karakter. Ketiga dimensi tersebut akan semakin membuat progam
pendidikan yang dirancang menjadi semakin utuh dan menyeluruh.
Diperlukan cara-cara pulan melalui mana ketiga matra tersebut diisi
sehingga individu dalam lembaga pendidikan dapat berperan aktif
sesuai dengan fungsi dan tugasnya.
Matra pendidikan karakter pada penjelasan diatas akan membantu
mempermudah penyampaian materi/pembelajaran ditujukan ke dimensi/
ruang lingkup. Penyampaian pendidikan karakter dapat diawali melalui
individu siswa/peserta didik, kemudian dikembangkan melalui kelompok-
kelompok kecil siswa di sekolah, contohnya adalah dimulai dengan
pendidikan karakter melalui pembelajaran di kelas, organisasi-organisasi
siswa yang ada di sekolah, hingga segala kegiatan-kegiatan siswa di
sekolah. Tahapan pendidikan karakter melalui pembagian ruang lingkup
diharapkan mempermudah penyampaian pendidikan karakter bagi siswa
di sekolah.
2. Dasar dan Rationale Progam Pendidikan Karakter
Rationale dalam bahasa inggris dapat berarti reason yang berarti
alasan. Rationale sendiri berasal dari bahasa latin yaitu rationale yang
dapat berarti “mempertimbangkan” atau “prosedur”. Rationale juga
dapat merupakan sebuah alur pemikiran yang mencakup dasar pemikiran
hingga alasan pemikiran, alasan-alasan , tata cara, proses dan sebuah
536 Manajemen
Menyelamatkan
Pendidikan
Masa Depan
Karakter
Generasi
di Sekolah
Emassebagai
BangsaUpaya Sekolah Mewujudkan.... 536
Tahu
Kebaikan
Melakukan Cinta
kebaikan Kebaikan
Unsur tindakan yang baik (doing the good) pada skema tripartit
dikodifikasikan dengan melakukan kebaikan. Tindakan yang baik
merupakan tujuan yang secara nyata menjadi hasil dari pendidikan
karakter yang diberikan. Individu dan komunitas yang menunjukkan
tindakan berkarakter menandakan bahwa individu mempunyai bekal
pengetahuan tentang yang baik dan mengamalkannya langsung melalui
tindakan. Individu yang dapat menunjukan tindakan yang berkarakter
menjadi tolak ukur keberhasilan pendidikan karakter. Unsur motivasi
internal dalam melakukan yang baik (loving the good) dikodifikasikan
dengan cinta kebaikan, hal ini mengindikasikan bahwa individu yang
mampu melakukan tindakan yang baik (doing the good) secara tidak
langsung individu tersebut mengaplikasikan cinta kebaikan dan
mempraktekan cinta tersebut. Unsur motivasi yang timbul dalam diri
individu atau komunitas menjadi faktor kunci bagaimana individu itu
mengamalkan karakter yang baik setelah mengetahui karakter itu sendiri.
3. Desain Pendidikan Karakter
Desain pendidikan karakter dapat diartikan sebagai rancangan yang
direncanakan untuk melaksanakan pendidikan karakter. Pemahaman
mengenai manajemen sekolah pada bab a memberikan fakta bahwa
sebuah sistem juga memerlukan desain/rancangan dalam pelaksanaannya
tak terkecuali pendidikan karakter. Pendidikan karakter memerlukan
desain agar pada pelaksanaannya di sekolah, seluruh warga sekolah
mengerti tentang prosedur pendidikan berkarakter. Desain pendidikan
karakter menurut Doni Koesoma (2012:173) dapat dibagi menjadi 6
bagian yang akan di jabarkan skema berikut.
Prioritas Keut amaan/Nilai
Fokus Deskripsi Relevansi
Tu juan
Evaluasi
Lembaga Progam Ind ivid ual
Refleksi
Intern alisasi nilai Emosi da n peras aan
DAFTAR RUJUKAN
Barlian, Ikbal.2013. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Erlangga Group
Danim, Sudarwan.2003. Menjadi Komunitas Pembelajar. Jakarta: Bumi
Aksara
Depdikbud. 1999.Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) .Jakarta: Balai Pustaka
Koesoma A, Doni.2013. Pendidikan Karakter Utuh dan Menyeluruh.
Yogyakarta: Kanisius
Lickona, Thomas. 2006. Character Education. dalam Lawrence E. Harison
dan Jerome Kagan. Developing Culture. Essays on Cultural Change.
New York: Routledge
Omrod,Jeanne Ellis. 2008. Psikologi pendidikan membantu siswa tumbuh
dan Berkembang. Jakarta: Penerbit Erlangga
Priyadarma, Triguna.2001. Kreativitas dan Strategi. Jakarta: PT Golden
Trayon Pers
Scheerens, Jaap.2003. Menjadikan Sekolah Efektif. Jakarta: Logos
Slamet, PH. 2000. Hand Out Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMP
Suryadi, Ace. 1999. Modul Pengembangan Sumberdaya Manusia.