2
DAFTAR ISI
Sampul 1
Daftar Isi 3
Pembukaan 4
“Tiga Serangkai”
Pelatihan Psikoanalisis 8
Profesi Psikoanalis 12
Kode Etik 15
Piramida Peran 24
Peta Gerakan 29
Penutup 32
3
PEMBUKAAN
“Psikoanalisis itu sudah kuno, baca saja kritik-kritiknya, tidak ada lagi yang
menggunakannya, terapinya lama”
Seiring berjalannya waktu, gema kami mulai didengar oleh para peminat
psikoanalisis dari beragam daerah, dari beragam latar belakang. Disinilah titik
tolak pendirian apa yang kita kenal sebagai Asosiasi Psikoanalisis Indonesia
(API). Pertentangan-pertentangan yang semula muncul menghadang kami
dengan pekik yang keras, kini sembari lalu telah meredam dengan sendirinya.
4
“TIGA SERANGKAI”
5
4. Memasyarakatkan psikoanalisis melalui pembentukan Kelompok Belajar
dan Masyarakat Konstituen API di setiap daerah di Indonesia.
6
Pustaka Psikoanalisis Indonesia (PPI) adalah lembaga yang menjadi
rujukan utama literatur psikoanalisis dengan menyediakan bahan bacaan yang
koheren dan komprehensif.
Untuk mewujudkan tujuan ini, adapun jalan-jalan yang ditempuh oleh PPI
adalah dengan
7
PELATIHAN PSIKOANALISIS
9
Di momen yang bersamaan, dalam program pelatihan satu tahun,
Kandidat Belajar juga mempelajari gagasan-gagasan psikoanalisis, khususnya
gagasan Freud mengenai kehidupan psikis, dalam Didaktik Psikoanalisis
(selanjutnya disebut DP). Dalam DP, secara kolektif bersama Kadidat Belajar
yang lain mengkaji gagasan-gagasan Freud didampingi oleh seorang Lektor.
Lektor diwaktu yang sama bisa jadi juga seorang Analis Pelatihan (dan atau
Analis Klinis), sekalipun seorang Analis Pelatihan belum tentu seorang Lektor.
Dibutuhkan kualifikasi khusus untuk menjadi seorang Lektor, selain
kemampuan dalam hal sehubungan dengan pedagogi, juga kualitas intelektual
yang mumpuni. Lektor juga diwaktu yang sama juga haruslah telah
menerbitkan beberapa karya psikoanalisis melalui Pustaka Psikoanalisis
Indonesia (PPI).
10
dengan Analis Pelatihan. Sementara Kandidat Belajar dengan semua latar
belakang diterima dengan tangan terbuka untuk menjadi Analis Pelatihan
(perbedaan antara Analis Klinis dan Analis Pelatihan akan dijelaskan pada bab
berikutnya). Disini, posisi Kandidat Belajar berubah menjadi Kandidat Praktek.
11
PROFESI PSIKOANALIS
Pada Analis Pelatihan, materi, prosedur, aturan dan batasan, serta hal-
hal lain yang menyertainya dihubungkan secara langsung dengan pelatihan
psikoanalisis. Apa yang menjadi tugas utama dari Analis Pelatihan adalah
memfasilitasi Analisannya untuk mengeksplorasi diri, khususnya mengenali
konflik-konflik dalam dirinya, perasaan atau pikiran yang tertekan, harapan
terlarang dan hal-hal yang ingin dia sampaikan namun tidak dapat
dilakukannya (things they wanted to say but never did). Dengan demikian,
Analis Pelatihan membantu Analisannya untuk mengakui bahwa hal-hal yang
saya sebutkan tadi adalah bagian dari dirinya. Dalam kata lain, melalui bantuan
Analis Pelatihan, Analisan mengakui kepemilikannya akan sisi gelap dalam
dirinya.
12
pemberian motivasi, melainkan membiarkan Analisan untuk memahami sendiri
makna dibalik kegelapannya dan bertumbuhkembang karenanya.
Pada Analis Klinis, materi, prosedur, aturan dan batasan, serta hal-hal
lain yang menyertainya dihubungkan secara langsung dengan praktek klinis
psikoanalisis. Apa yang ada pada Analis Klinis, dari segi materi, yang tidak
dimiliki oleh Analis Pelatihan adalah Psikoanalisis Singkat (Brief Psychoanalysis)
atau Psikoterapi Psikoanalisis (Psychoanalytic Psychotherapy), Simtomologi dan
Psikopatologi, serta Formulasi Kasus (Case Formulation). Pada Analis Klinis
dengan latar belakang Psikiatri dan Psikologi Klinis, akan ada tambahan berupa
materi Metode Proyeksi (Projection Method) dan Diagnosis menggunakan
Psychodynamic Diagnostic Manual (PDM).
Perbedaan materi dan hal-hal lain dalam praktek seperti ini sebenarnya
betul-betul hanyalah dikarenakan aturan-aturan yang ada dalam pelayanan
klinis di Negara kita. Misalnya, hanya Psikiater dan Psikolog Klinis yang boleh
13
memberikan diagnosis. Hal seperti ini, sekalipun tentu saja adalah wajah baru
represi, memiliki implikasi untuk komunitas psikoanalisis. Ini sekaligus
menandakan bahwa para Analis, baik pelatihan maupun klinis, harus
berlomba-lomba untuk mendobrak aturan ini agar akselerasi terhadap
pengembangan psikoanalisis di Indonesia dapat berjalan sebagaimana
mestinya. Langkah awal yang diambil oleh komunitas kita memang sikap
kompromi terhadap aturan, tapi harus ditegaskan bahwa sikap ini tidak berarti
kita menyerah pada ‘super ego’.
14
KODE ETIK PROFESI
BAB I
PENDAHULUAN
Dasar/Landasan
Landasan Kode Etik Psikoanalis adalah (a) Pancasila, mengingat bahwa profesi
Psikoanalis merupakan usaha layanan terhadap sesama manusia dalam rangka
ikut membina warga negara yang bertanggung jawab, (b) tuntutan profesi,
mengacu kepada kebutuhan dan kebahagiaan Psikoanalisan sesuai dengan
norma-norma yang berlaku.
BAB II
A. Kualifikasi
Psikoanalis harus memiliki (1) nilai, sikap, keterampilan dan
pengetahuan dalam bidang psikoanalisis, dan (2) pengakuan atas
kewenangannya sebagai Psikoanalis.
16
Psikoanalisan atau yang lain dapat dibenarkan asalkan untuk
kepentingan Psikoanalisan dan tidak merugikan.
b. Keterangan mengenai bahan profesional hanya boleh diberikan
kepada orang yang berwenang menafsirkan dan
menggunakannya.
c. Kewajiban Psikoanalis untuk menangani Psikoanalisan
berlangsung selama ada kesempatan antara Psikoanalisan dengan
Psikoanalis. Kewajiban berakhir jika hubungan psikoanalisis
berakhir, Psikoanalisan mengakhiri hubungan kerja atau
Psikoanalis tidak lagi bertugas sebagai tenaga penyedia jasa atau
alasan lain.
4. Riset
a. Dalam melakukan riset, dimana tersangkut manusia dengan
masalahnya sebagai subyek, harus dihindari hal-hal yang dapat
merugikan subyek yang bersangkutan.
b. Dalam melakukan hasil riset dimana tersangkut Psikoanalisan
sebagai subyek, harus dijaga agar identitas subyek dirahasiakan.
5. Layanan Individual : Hubungan dengan Psikoanalisan
a. Psikoanalis harus menghormati harkat pribadi, integritas dan
keyakinan Psikoanalisan.
b. Psikoanalis harus menempatkan Psikoanalisannya di atas
kepentingan pribadinya. Demikian pun dia tidak boleh
memberikan layanan bantuan di luar bidang pendidikan,
pengalaman dan kemampuan yang dimilikinya.
c. Dalam menjalankan tugasnya, Psikoanalis tidak mengadakan
pembedaan atas dasar suku, bangsa, warna kulit, kepercayaan
atau status sosial ekonomi.
d. Psikoanalis tidak akan memaksa untuk memberikan bantuan
kepada seseorang dan tidak boleh mencampuri urusan pribadi
orang lain tanpa izin dari orang yang bersangkutan.
e. Psikoanalis boleh memilih siapa yang akan diberi bantuan akan
tetapi dia harus memperhatikan setiap permintaan bantuan,
lebih-lebih dalam keadaan darurat atau apabila banyak orang yang
menghendaki.
17
f. Kalau Psikoanalis sudah turun tangan membantu seseorang maka
dia tidak akan melalaikan Psikoanalisan tersebut, walinya atau
orang yang bertanggung jawab padanya.
g. Psikoanalis harus menjelaskan kepada Psikoanalisan sifat
hubungan yang sedang dibina dan batas-batas tanggung jawab
masing-masing, khususnya sejauh mana dia memikul tanggung
jawab bersama Psikoanalisan.
h. Hubungan Psikoanalis mengandung kesetiaan ganda kepada
Psikoanalisan, masyarakat, organisasi profesi dan rekan-rekan
sejawat. Apabila timbul masalah dalam soal kesetiaan ini, maka
harus diperhatikan kepentingan pihak-pihak yang terlibat dan juga
tuntutan profesinya sebagai Psikoanalis. Dalam hal ini terutama
sekali harus diperhatikan ialah kepentingan Psikoanalisan.
i. Apabila timbul masalah antara kesetiaan kepada Psikoanalisan
dan lembaga tempat Psikoanalis bekerja, maka Psikoanalis hanya
menyampaikan situasinya kepada Psikoanalisan dan pemilik
wewenang dalam lembaganya. Dalam hal ini Psikoanalisan harus
diminta untuk mengambil keputusan apakah dia ingin meneruskan
hubungan psikoanalisis dengannya atau tidak.
j. Psikoanalis tidak akan memberikan bantuan profesional kepada
sanak keluarga, teman-teman karibnya, sehingga hubungan
profesional dengan orang-orang tersebut mungkin dapat
terancam oleh kaburnya peranan masing-masing.
k. Psikoanalisan sepenuhnya berhak untuk mengakhiri hubungan
dengan Psikoanalis, meskipun proses psikoanalisis belum
mencapai suatu hasil yang kongkrit. Sebaliknya Psikoanalis tidak
akan melanjutkan hubungan dengan Psikoanalisan apabila
memiliki kendalan internal maupun eksternal tertentu yang
menyulitkan.
6. Konsultasi dan Hubungan dengan Rekan atau Ahli Lainnya
a. Dalam rangka pemberian layanan kepada Psikoanalisan, apabila
Psikoanalis merasa ragu-ragu tentang suatu hal, maka ia harus
berkonsultasi dengan rekan-rekan selingkung profesi. Akan tetapi,
untuk itu ia harus mendapat izin terlebih dahulu dari
Psikoanalisannya.
18
b. Psikoanalis harus mengakhiri hubungan Psikoanalisan bila pada
akhirnya dia menyadari tidak dapat memberikan pertolongan
kepada Psikoanalisan tersebut, baik karena kurangnya
kemampuan/keahlian maupun keterbatasan pribadinya. Dalam
hal ini Psikoanalis akan mengizinkan Psikoanalisan untuk
berkonsultasi dengan petugas atau badan lain yang lebih ahli, atau
ia melakukan alih tangan kasus kepada orang atau badan ahli
tersebut, tetapi harus atas dasar persetujuan Psikoanalisan.
c. Bila alih tangan kasus disetujui Psikoanalisan, maka akan menjadi
tanggung jawab Psikoanalis untuk menyarankan kepada
Psikoanalisan, orang atau badan yang mempunyai keahlian
tersebut.
d. Bila Psikoanalis berpendapat Psikoanalisan perlu dikirim ke ahli
lain, akan tetapi Psikoanalisan menolak kepada ahli yang telah
disarankan, maka Psikoanalis mempertimbangkan apa baik
buruknya apabila hubungan diteruskan.
e. Psikoanalis yang merasa memiliki hambatan pribadi yang
mengurangi profesionalitasnya, dianjurkan untuk meminta
bantuan rekan seprofesi, dan rekan seprofesi yang dimintai
bantuan dianjurkan untuk menerima serta memberikan layanan
yang profesional dengan biaya yang lebih terjangkau.
19
JENIS KEANGGOTAAN API
1. Lite-Member
Jenis keanggotaan ini diperuntukkan bagi mereka yang telah mengikuti
kelas pengantar yang diafiliasi oleh Asosiasi Psikoanalisis Indonesia (API)
seperti Introduction of Psychoanalysis, The Use of Psychoanalysis,
Fundamental Psychoanalysis dan pelatihan serupa lainnya. Keanggotaan
ini bertujuan untuk menyiapkan pribadi-pribadi yang berminat untuk
melanjutkan ke pendidikan satu tahun, namun masih terkendala oleh
suatu hal tertentu.
Manfaat dari keanggotaan ini adalah
a. Sertifikat dan Kartu Keanggotaan,
b. Nama dicantumkan sebagai Lite-Member di website Asosiasi
Psikoanalisis Indonesia (API),
c. Gratis satu Majalah ‘Psikoanalisis Hari Ini’.
2. Candidate-Member
Jenis keanggotaan ini diperuntukkan bagi mereka yang sedang dalam
masa pelatihan psikoanalisis satu tahun (Pelatihan Analisis Diri dan
Didaktik Psikoanalisis). Keanggotaan ini bertujuan untuk menyiapkan
Kandidat Psikoanalis untuk terjun dalam lingkar komunitas internal
20
psikoanalisis dan menjalin relasi yang menguntungkan dengan anggota
yang lain guna kemudahan dan kelancarannya dalam proses pelatihan
dan penyusunan tugas akhir.
Manfaat dari keanggotaan ini adalah
a. Nama dicantumkan sebagai Candidate-Member di website Asosiasi
Psikoanalisis Indonesia (API),
b. Potongan harga 5% untuk membeli produk dari Pustaka Psikoanalisis
Indonesia (PPI),
c. Gratis satu Majalah ‘Psikoanalisis Hari Ini’,
d. Akses dan unduh gratis seluruh konten di Perpustakaan Psikoanalisis
Online,
e. Akses gratis ke kelas pengantar diseluruh daerah di Indonesia
(beberapa kelas mungkin menerapkan kebijakan yang berbeda,
misalnya seperti hanya mengganti uang konsumsi).
3. Full-Member
Jenis keanggotaan ini diperuntukkan bagi mereka yang telah lulus dalam
pelatihan psikoanalisis satu tahun. Dalam kata lain, Full-Member adalah
para Analis bersertifikasi dari Asosiasi Psikoanalisis Indonesia (API).
Keanggotaan ini bertujuan untuk terus melatih lulusan dalam
mengembangkan kompetensi diri melalui program Member-Roasting
yang dilakukan secara berkelanjutan guna mencapai kualitas terbaik
lulusan.
Manfaat dari keanggotaan ini adalah
a. Nama dicantumkan sebagai Full-Member di website Asosiasi
Psikoanalisis Indonesia (API),
b. Potongan harga 10% untuk membeli produk dari Pustaka
Psikoanalisis Indonesia (PPI),
21
c. Gratis satu Majalah ‘Psikoanalisis Hari Ini’,
d. Akses dan unduh gratis seluruh konten di Perpustakaan Psikoanalisis
Online,
e. Akses gratis ke kelas pengantar diseluruh daerah di Indonesia
(beberapa kelas mungkin menerapkan kebijakan yang berbeda,
misalnya seperti hanya mengganti uang konsumsi),
f. Akses ke Member-Roasting,
g. Potensi kerja sebagai Psikoanalis Pelatihan maupun Klinis (sesuai
dengan bidang yang diambil),
h. Potensi kerja sebagai Pengajar/Lektor di Institut Psikoanalisis
Indonesia (IPI).
4. Professional-Member
Jenis keanggotaan ini merupakan bentuk kehormatan dari Asosiasi
Psikoanalisis Indonesia (API) atas dedikasi yang telah dilakukan oleh
anggota (Full-Member) dalam hal tertentu. Keanggotaan ini diberikan
apabila anggota (Full-Member) memenuhi satu atau beberapa hal dalam
kategori berikut:
a. Mempublikasikan karyanya melalui Pustaka Psikoanalisis Indonesia
(PPI) sekurang-kurangnya 30 publikasi,
b. Melakukan suatu aktivitas atau gerakan yang memiliki pengaruh
besar untuk psikoanalisis di Indonesia,
c. Menjadi anggota (Full Member) aktif selama sekurang-kurangnya
20tahun,
d. Menjadi Psikoanalis Pelatihan dan atau Klinis secara aktif selama
sekurang-kurangnya 15tahun,
e. Menjadi Pengajar/Lektor di Institut Psikoanalisis Indonesia (IPI)
sekurang-kurangnya 15tahun,
22
f. Menjadi Psikoanalisis Pelatihan dan Pengajar/Lektor di Institut
Psikoanalisis Indonesia (IPI) sekurang-kurangnya 10tahun.
Manfaat dari keanggotaan ini adalah
a. Nama dicantumkan sebagai Professional-Member di website Asosiasi
Psikoanalisis Indonesia (API),
b. Potongan harga 15% untuk membeli produk dari Pustaka
Psikoanalisis Indonesia (PPI),
c. Seluruh manfaat yang dimiliki oleh Full-Member,
d. Potensi untuk menjadi Presiden API.
23
PIRAMIDA KEANGGOTAAN DAN PERAN
Analisan adalah pribadi yang sedang menjalani sesi analisis dengan seorang
Analis.
Kandidat Belajar adalah pribadi yang sedang menjalani masa studi teoritis
psikoanalisis bersama Lektor.
Kandidat Praktek adalah pribadi yang sedang menjalani masa studi praktek
psikoanalisis tersupervisi bersama seorang Lektor dan Supervisor.
Psikoanalis adalah pribadi yang ahli dalam psikoanalisis, baik dalam pelatihan,
klinis, maupun terapan lainnya.
Lektor adalah pribadi yang ahli dalam psikoanalisis dan memiliki intelektualitas
yang mumpuni sehubungan dengan psikoanalisis dan pedagogi.
24
Supervisor adalah pribadi yang ahli dalam psikoanalisis dan memiliki
kompetensi dalam pengawasan praktek psikoanalisis.
Profesional adalah pribadi yang telah memiliki pengalaman praktek dan atau
mengajar yang kaya.
Direktur adalah ketua lembaga yang memiliki otoritas terhadap setiap pekerja
profesi dalam menjalankan aktivitas kelembagaan.
25
Organisasi Otonom API
Untuk mewujudkan tujuan ini, adapun jalan-jalan yang ditempuh oleh MK-API
adalah dengan
26
Masyarakat Konstituante (MK-API) dan Institut Psikoanalisis Indonesia (IPI)
dengan nama program Indonesian Psycho-Analytic Study Group (IPSG).
Untuk mewujudkan tujuan ini, adapun jalan-jalan yang ditempuh oleh IPTI
adalah dengan
27
b. Ikatan Hipnoanalisis & Hipnodinamika Indonesia
c. Ikatan Psikoterapi Psikoanalisis Indonesia
d. Ikatan Psikoanalisis Keluarga & Pasangan Indonesia
e. Ikatan Psikoanalisis Anak & Remaja Indonesia
f. Ikatan Psikoanalisis Sastra Indonesia
g. Ikatan Psikoanalisis Tasawuf Indonesia
h. Dan lain sebagainya.
28
PETA GERAKAN
29
PSIKOANALISIS DI MASA MENDATANG
Begitu pula dengan Asosiasi Psikoanalisis Indonesia (API). Relasi yang telah
berlangsung dengan International Society Of Applied Psychoanalysis (ISAP) di
Perancis perlu terus dilanjutkan dan dikembangkan kerjasama dalam bidang-
bidang yang lain. API juga perlu terus mengupayakan legalitas profesi
(Psikoanalis Klinis) agar setiap lulusan IPI dapat membuka praktek pribadi.
Ketika perihal legalitas praktek ini dicapai, maka IPI wajib meningkatkan
standarnya menjadi pelatihan psikoanalisis empat tahun (Four-Years Program).
Setiap anggota profesi Psikoanalis wajib untuk bersikap kritis dengan situasi
sosial maupun politik yang ada. Sudah menjadi ciri khas utama gerakan
psikoanalisis untuk menjadi garda terdepan dalam menanggapi isu-isu sosial
dan politik. Pembentukan ‘Klinik Terbuka’ perlu dibuat untuk menangani kasus-
kasus tertentu yang isu sentral secara gratis, misalnya psikoanalisis gratis untuk
korban kekerasan seksual, psikoanalisis gratis untuk korban intoleransi,
psikoanalisis gratis untuk korban gempa bumi, dan lain sebagainya.
31
PENUTUP
Hal-hal yang telah saya sampaikan diatas, kiranya dapat menjadi bahan
pengenalan sekaligus motivasi bagi anggota agar semakin memantapkan
dirinya dalam gerakan Psikoanalisis Indonesia. Segala keterbatasan dan
hambatan yang ada akan menjadi bahan pengkajian kita untuk terus
memperbaiki diri dan menyongsong masa depan yang lebih baik. Testamen Dr.
Freud diawal, kiranya perlu terus menjadi perhatian kita, bahwa hambatan dan
kesulitan-kesulitan akan terus hadir dijalan kita, namun setiap upaya yang kita
lakukan akan menepis jauh hal tersebut. Pada akhirnya, kita harus ingat apa
yang telah menjadi pesan Freud: manusia menjadi kuat hanya ketika ia
bersama dengan gagasan yang kuat!
Fakhrun Siraj
32