Anda di halaman 1dari 28

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

psikologi Ego adalah psikoanalisis yang telah menghasut dari ego


Sigmund Freud's model superego id. Setelah Feud, ada teori psikoanalisis banyak
yang mulai merinci pada versi teknis ego, seperti yang dijelaskan oleh Freud.
Psikoanalis ini telah lama mencoba berhipotesis pada fungsi ego dan bagaimana
hal itu menyebabkan kerusakan pada psikopatologi. Sebagian besar upaya
psikoanalis ini berkisar mengenai bagaimana untuk mengintensifkan ego sehingga
dapat membantu seseorang untuk mengatasi dengan masyarakat, tekanan dan
super ego dengan cara yang lebih baik.
Dasar psikologi ego berputar di sekitar titik bahwa ego yang sehat adalah
independen terdapat perbedaan mental dan sudah termasuk fungsi-fungsi ego
otonom seperti realitas-pengujian dan memori, itu harus berfungsi tanpa gangguan
dari benturan emosional. psikologi Ego juga bertujuan untuk meningkatkan
lingkaran konflik-bebas dari fungsi ego. Ini akan membawa sebuah adaptasi yang
lebih baik dan juga merupakan peraturan yang efektif lingkungan dan ego.
Namun, penulis ego segar psikologis memiliki pendekatan yang berbeda,
beberapa pihak berpendapat bahwa model struktural analisis ego harus dibuang,
dan psikoanalis harus berfokus pada konflik mental memperlakukan dengan cara
yang lebih baik.
Jika menganggap sistem klinis, maka psikoanalisis ego dikaitkan dengan
analisis pertahanan. Dengan interpretasi, klarifikasi dan menghadapi mekanisme
pertahanan, pasien memanfaatkan psikoanalisis ego untuk mendapatkan kontrol
atas masalah.
Menurut Freud, ego mengambil bentuk sebagai akibat dari pertentangan
antara dunia luar dan batin identitas diri dan persona. Oleh karena itu, ego secara
intrinsik bentuk konflik yang terjadi di pikiran. Konsep Freud tidak sesuai dengan
yang diusulkan oleh Hartmann. Ada banyak penulis yang juga pergi ke depan dan
mengatakan bahwa Hartmann telah memberikan pandangan tradisional pada
psikologi ego. Namun, Hartmann selalu mengklaim bahwa tujuannya adalah

1
untuk memahami kesepakatan bersama dari lingkungan dan ego daripada
memberi gambaran tentang penyesuaian ego dengan lingkungan.
Penafsiran psikologi ego tergantung pada analisis individu. Namun, semua
teori tujuan di sini adalah salahnya memiliki ego yang kecil yang dapat membantu
mengatasi tekanan sehari-hari yang dihadapi.
Dalam makalah ini kami akan membahas psikologi Ego menurut teori
Anna Freud, Heinz Hartmann, dan Robert W. White.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Teori Anna Freud Dalam Psikologi Ego?
2. Bagaimana Teori Heinz Harmann Dalam Psikologi ego?
3. Bagaimana Teori Robert W. White dalam Psikologi Ego?
4. Bagaimana Aplikasi dan Evaluasi dari Teori Psikologi Ego?
C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mampu Memahami Teori Anna Freud Dalam Psikologi Ego.
2. Mahasiswa mampu Memahami Teori Heinz Harmann Dalam Psikologi
Ego.
3. Mahasiswa mampu Memahami Teori Robert W. White Dalam Psikologi
Ego.
4. Mahasiswa mampu Memahami Apalikasi dan Evaluasi dari Teori
Psikologi Ego.

2
PEMBAHASAN

A. ANNA FREUD

Dalam http://akbarkebba.blogspot.com/2013_05_01_archive.html Anna


Freud (3 Desember 1895 - 9 Oktober 1982) adalah anak keenam dan terakhir dari
Sigmund Freud dan Martha. Lahir di Wina, ia mengikuti jalan ayahnya dan
memberikan kontribusi untuk bidang yang baru lahir dari psikoanalisis. Di
samping Melayani Klein, dia mungkin dianggap sebagai pendiri psikologi anak
psikoanalitik. Dibandingkan dengan ayahnya, pekerjaannya menekankan
pentingnya ego dan kemampuannya untuk dilatih sosial.

Karyanya memberikan jembatan antara teori struktural Freud dan


psikologi ego. Pendekatannya pada pemahaman perkembangan anak, Ego -focus
ego, mekanisme pertahanan diri.Anna freud Lebih tertarik dalam dinamika jiwa
daripada di struktur, dan terutama terpesona oleh tempat ego. Sehingga ia
memusatkan perhatiannya pada sadar, operasi defensif ego dan memperkenalkan
banyak pertimbangan teoritis dan klinis yang penting.

1. Psikoterapi Anak
a. Terapi Gabungan

Teknik psikoanalisis seperti asosiasi bebas, interpretasi mimpi dan analisis


transferensi tidak dapat dikenakan begitu saja kepada anak-anak. Prosedurnya
harus dimodifikasi atau digabung dengan teknik yang lebih langsung, agar dapat
langsung membantu anak berjuang untuk tumbuh, masak, berbuah, dan menguasai
realitas didalam dan diluar dirinya. Disini, Anna Freud belajar pentingnya
persiapan panjang yang dirancang untuk menempatkan analisis sebagai orang
yang penting, dapat dipercaya, sungguh-sungguh, sangat dibutuhkan dalam
kehidupan anak saat ini. Dengan menggabungkan kekaguman dan kepercayaan,
anak dapat menerima analisis sebagai guru yang khususs, seorang akhli dalam

3
pengetahuan mengenai diri dana sebagai teman melawan serangan luar yang tidak
terfahami.

b. Melampaui Konflik Struktural: Bahaya Perkembangan


Kelenturan anak dan perkembangan menuju kemasakan yang
berkelanjutan, memaksa analis anak memfokuskan diri bukan pada simtom
neorotik yang tampak sekarang, tetapi lebih pada tujuan agar berfungsi sehat pada
masa yang akan datang. Menurutnya, kristalisasi sindrom neorotik hanya bagian
kecil dari masalah anak-anak. Gangguan perkembangan, ncaman kemasakan
berkelanjutan- fisik maupun psikis- harus lebih banyak diperhatikan. Bahkan
kalau simtom neorotik jelas-jelas muncul pada tingkah laku anak, indikator
patologi yang serius itu mempunyai dinamika dan makna yang berbeda dengan
gejala yang sama pada orang dewasa.
Anna Freud mengembangkan sistem diagnosis yang mementingkan
pembentukan kepribadian dalam tahap-tahap perkembangannya dan ancaman-
ancaman serius terhadap penyelesaian perkembangan kepribadian, serta
memperkecil peluang hal-hal yang mengganggu integritas anak. Dampaknya,
Anna keluar dari konsep klasik neorosis dan salah suai sebagai perang yang tidak
disadari id, ego, dan super ego. Anak mengalami gangguan yang berkenaan
dengan kerentanan alami dalam usaha mengembangkan diri.

c. Asesmen Metapsikologi
Persiapan untuk psikoterapi anak cukup panjang, begitupula pengumpulan
data dan assesment juga membutuhkan waktu yang panjang. Agar semua dapat
ternagkum dengan baik, Anna Freud memakai profil metapsikologi. Dengan
memakai profil asssesment metapsikologi dapat diperoleh keuntungan:
1. Profil metapsikologi memberi arahan yang konkrit dan seragam, data apa
saja yang harus diungkap dari klien.
2. Profil itu mengharuskan terapis untk mengintegrasikan hasil observasi
dengan data sejarah kehidupan klien menjadi gambaran yang utuh
bagaimana kepribadian anak berfungsi dan berkembang.

4
3. Profil metapsikologi membutuhkan kecanggihan penerapan teori
perkembangan psikoanalitik, teori dorongan, dan teori ego. Untuk
memperoleh makna “metapsikologi” dari ata hasil observasi. Dengan kata
lain, profil memakai konsep-konsep psikoanalisis, mengintegrasikan teori-
teori yang ada untuk memperoleh peta psikologi.

d. Pentingnya Realitas Sosial

Tidak seperti orang dewasa, anak lebih tergantung dan lebih mudah
dipengaruhi oleh realitas eksternal saat itu. Psikoanalis anak harus siap menerima
proposisi bahwa ketergantungan kliennya kepada orang tuanya, konflik klien
dengan saudara, hubungan nya dengan guru dan otoritas lain nya-yang terjadi saat
itu-tercermin dalam gangguan yang mereka alami. Gangguan neorotik pada orang
dewasa, umumnya bersifat internal dan sumbernya ada pada masa lalu atau
konflik yang belum terselesaikan. Pada anak, suatu simtom bisa disebabkan oleh
peristiwa yang baru saja terjadi.

Tabel Garis Besar Profil Metapsikologi untuk anak pentingnya


Realitas sosial

1. ALASAN REFERAL – Perkembangan tertahan, masalah tingkah laku,


simtom-simtom
2. GAMBARAN DIRI ANAK – Tampang, suasana hati, sopan-santun.
3. LATAR BELAKANG KELUARGA - Sejarah pribadi, sejarah hidup,
keadaan keluarga
4. KEMUNGKINAN PENGARUH LINGKUNGAN YANG PENTING
5. PENGUKURAN PERKEMBANGAN
a. Perkembangan Drive: Libido dan agresi terhadap diri sendiri dan
orang lain.
b. Perkembangan ego dan super ego: Fungsi Ego, usia tingkah laku,
keseimbangan pertahanan dan emosi.
6. PENGUKURAN GENETIK – (Regresi dan fiksasi) tingkah laku,
fantasi, syimtom yang bisa membantu kesimpulan perkembangan
psikoseksual, regresi dan fiksasi.
7. ASESMEN DINAMIK DAN SRUKTURAL – mengklasifikasikan
konflik internal dan eksternal berdasarkan konflik ego- id, ego-super
ego, atau ego- lingkungan.
8. ASESMEN CIRI-CIRI UMUM – Toleransi frustasi, potensi sublimasi,

5
kecemasan, kekuatan progresif vs regresif.
9. DIAGNONIS – mengintegrasikan semua temuan kedalam tingkat
kesehatan ego, konflik, frustasi, tingkat perkembangan, kekuatan
superego, gangguan organik, dan peran lingkungan.

2. GARIS PERKEMBANGAN (Developmental Lines)

Interaksi anatara id dan ego, dimulai dari dominasi id untuk memperoleh


kepuasan, secra bertahap akan bergeser ke ego, untuk pada akhirnya ego dapat
menguasai realitas internal maupun eksternal. Interksi itu oleh Anna Freud disebut
garis perkembngan, suatu urutan tahap-tahap kematangan anak dari
ketergantungan menjadi mandiri, dari irasional menjadi rasional, dari hubungan
yang pasif dengan realita menjadi aktif. Garis-garis perkembngan menunjukkan
usaha ego untuk mampu menghadapi situasi hidup, tanpa harus menarik diri dan
tanpa memakai mekanisme pertahanan secara berlebihan. Anna Freud
mengemukakan enam garis perkembngan, masing-masing bergerak dari dominasi
id menuju realitas ego;

a. Dari Ketergantungan menjadi percaya diri


1. Ketergantungan biologis kepada ibu, tidak mengenal bahwa dirinya
terpisah dengan orang lain.
2. Membutuhkan hubungan yang memuaskan, ibu dianggap sebagai pemuas
dari luar.
3. Tahap objek-tetap, gambaran ibu tetap ada, walaupun dia tidak hadir.
4. Pre- odipus, tahap memeluk, ditandai dengan mendominasi obyek yang
dicintai.
5. Fase odipus-falis, ditandai dorongan memiliki orang tua lain jenis dan
bersaing dengan orang tua sejenis.
6. Fase laten dengan menurunnya dorongan, transfer libido ke teman,
kelompok dan figur otoritas.
7. Fase pra adolesen, kembalinya kebutuhan hubungan yang memuaskan
dengan obyek yang dicintai.

6
8. Fase adolesen, berjuang untuk mandiri, memutus cinta dengan orang tua,
kebutuhan kepuasan seksual.

b. Dari Mengisap Menjadi Makan Makanan Keras


1. Disusui teratur sesuai jadwal atau kalau membutuhkan.
2. Disapih dari botol/susu ibu, mengalami kesulitan makan makanan baru.
3. Peralihan dari disuapi menjadi makan sendiri, makan masih identik dengan
ibu.
4. Makan sendiri, berbeda pendapat dengan ibu mengenai banyaknya
makanan.
5. Seksual infantil membentuk sikap terhadap makanann: fantasi takut gemuk/
hamil melalui mulut.
6. Senang makan, memiliki kebiasaan makan yang ditentukan senddiri.

c. Dari Ngompol dan Ngobrok Menjadi dapat mengontrol urinasi/defakasi


1. Bebas membuang kotoran tubuh
2. Fase anal, menolak kontrol orang lain dalam hal pembuangan kotoran,
perang kemauan latihan kebersihan.
3. Identifikasi dengan aturan orang tua, mengontrol sendiri pembuangan
kotoran. Minat kebersihan dan keteraturan didasarkan pada keteraturan
anal.
4. Kepedulian dengan kebersihan tanpa tekanan orang tua, ego dan super ego
mengontrol dorongan anal secara otonom.

d. Dari tidak bertanggung jawab menjadi bertanggung jawab mengatur tubuh.


1. Agresi diubah dari diri sendiri menjadi kepada duni luar.
2. Meredakan keinginan yang berbahaya, mengenali bahaya eksternal seperti
api, ketinggian, air.
3. Sukarela menerima aturan kesehatan, menolak makanan yang tidak sehat,
kebersihan tubuh, melatih kebugaran tubuh.

7
e. Dari egosentrik menjadi kerjasama
1. Mementingkan diri sendiri, narkistik, anak kecil lain tidak ada atau
dipandang sebagai pengganggu dan saingan memperoleh cinta orang tua.
2. Anak kecil didekatnya dipandang sebagai benda mati, atau mainan yang
dapat diperlakukan kasar tanpa tanggung jawab.
3. Anak kecil didekatnya dianggap sebagai teman untuk mengerjakan sesuatu,
lamanya kerjasama tergantung pada tuntutan tugas.
4. Teman dipandang partner sederajat, memiliki kemauan sendiri,mereka
dapat dihormati, ditakuti, dijadikan saingan, dicintai, dibenci, atau ditiru,
membutuhkan sahabat sejati.

f. Dari tubuh menjadi mainan, dan dari bermain menjadi bekerja


1. Permainan bayi adalah perasaan tubuh, kepekaan jari, kulit, dan mulut.
Tidak dibedakan antara tubuh sendiri dengan tubuh ibu.
2. Sensasi tubuh ibu dipindah keobyek yang lembut seperti beruang mainan
atau sarung bantal.
3. Memeluk obyek yang lembut, menyenangi barang yang lembut, obyek
benda mati.
4. Puas menyelesaikan suatu kegiatan, dan puas mencapai prestasi sesuatu.

3. Mekanisme Pertahanan
Menurut Siti Sundari(2005:54), mekanisme pertahanan diri lazim disebut
pula mekanisme penyesuaian diri. Bila kita mengalami kekecewaan sering
ketentraman batin terganggu atau dengan kata lain keseimbangan mental
terganggu. Maka dengan segera kita berusaha mencari jalan agar keseimbangan
itu tetap terjadi. Usaha itu terjadi secara mekanis. Maka mekanisme pertahanan
terjadi secara wajar dan normal. Mekanisme pertahanan ada yang bersifat positif
dan ada pula yang negatif.

Anna Freud memperluas defence mechanism. Sigmund Freud mengajukan


7 defence ( identifikasi, displasemen, represi, projeksi, reaksi formasi, fiksasi dan

8
regresi) yang ditambah Anna Freud dengan Repression, isolation, ascetism,
denial, sublimation, undoing, introjection, reversal, turning againt the self,
sublimation/displacement. Anna juga meneliti hubungan antara tingkat
perkembangan dengan pilihan defense, dan dialah pakar pertama yang
memandang, berbagai defense sebagai fungsi penyesuaian diri yang normal
dipakai anak untuk menyesuaikan diri dengan dunia luar.

Anna Freud menganggap itu tugas analis, "dalam kaitannya dengan ego,
untuk menjelajahi isinya, batas-batasnya, dan fungsinya, dan untuk melacak
sejarah ketergantungan pada dunia luar, id, dan superego, dan, dalam Sehubungan
dengan id, untuk memberikan penjelasan tentang naluri, yaitu isi id, dan untuk
mengikuti mereka melalui transformasi yang mereka menjalani ". Faktanya adalah
bahwa ketika turunan id membuat penyerangan ke dalam kesadaran, ego rentan
terhadap serangan balasan dengan menerapkan mekanisme pertahanan .

Pendeknya, mekanisme pertahanan (defense mechanism) adalah reaksi


seseorang untuk menghadapi dan merespons pada sebuah situasi yang tidak
disukai, supaya tidak jatuh pada reaksi insting (dan, dengan demikian, lebih
“manusiawi.”). Mekanisme pertahanan ini juga melindungi seseorang dari
kegelisahan dalam menghadapi kelemahan diri. Bentuk- Bentuk Mekanisme
Pertahanan Diri dalam https://yumizone.wordpress.com/2009/08/06/the-
mechanisms-of-defense-mekanisme-pertahanan.

a. Represi
Represi merupakan paling dasar diantara mekanisme lainnya. Suatu cara
pertahanan untuk menyingkirkan dari kesadaran pikiran dan perasaan yang
mengancam. Represi terjadi secara tidak disadarai.7 Ini merupakan sarana
pertahanan yang biasa mengusir pikiran serta perasaan yang menyakitkan dan
mengancam keluar dari kesadaran.2 Mekanisme represi secara tidak sadar
menekan pikiran keluar pikiran yang mengganggu, memalukan dan menyedihkan
dirinya, dari alam sadar ke alam tak sadar.

9
Bila seseorang bersama-sama dengan saudaranya mengalami sesuatu kecelakaan
dan saudaranya kemudian meninggal maka oia merasa “lupa” terhadap kejadian
tersebut. Dengan cara hynosis atau suntikan Phenobarbital, pengalaman yang
direpresi itu dapat dipanggil (di”recall”) dari alam tak sadar kealam sadar.

Represi mungkin tidak sempurna bila itu yang terjadi maka hal-hal yang
direpresikan akan muncul ke dalam impian, angan-angan, lelucon dan keseleo
lidah. Menurut Freud, represi merupakan mekanisme pertahanan yang penting
dalam terjadinya neurosis.

b. Penyangkalan (denial)
Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan primitive. Penyangkalan
berusaha untuk melindungi diri sendiri terhadap kenyataan yang tidak
menyenangkan. Hal ini dilakukan dengan cara melarikan diri dari kenyataan atau
kesibukan dengan hal-hal lain. Penghindaran penyangkalan aspek yang
menyakitkan dari kenyataan dengan menghilangkan data sensoris. Penyangkalan
dapat digunakan dalam keadaan normal maupun patologis.

Sebagai contoh, mereka tidak mau mengerti bahwa dirinya berpenyakit yang
berbahaya, menutup mata karena tidak mau melihat sesuatu yang ngeri, tidak mau
memikirkan tentang kematian, tidak mau menerima anaknya yang terbelakang dan
sebagainya.

c. Proyeksi
Impuls internal yang tidak dapat diterima dan yang dihasilkannya adalah
dirasakan dan ditanggapi seakan-akan berasal dari luar diri. Pada tingkat psikotik,
hal ini mengambil bentuk waham yang jelas tentang kenyataan eksternal,
biasanya waham kejar, dan termasuk persepsi persaan diri sendiri dalam orang
lain dan tindakan selanjutnya terhadap persepsi (waham paranoid psikotok).
Impuls mungkin berasal dari id atau superego (tuduhan halusinasi) tetapi dapat
mengalami tranformasi dalam proses. Jadi menurut analisis Freud tentang
proyeksi paranoid, impuls libido, homoseksual dirubah menjadi rasa benci dan

10
selanjutnya diproyeksikan kepada sasaran impuls homoseksual yang tidak dapat
diterima. Proyeksi merupakan usaha untuk menyalahkan orang lain mengenai
kegagalannya, kesulitannya atau keinginan yang tidak baik. Misalnya presentasi
olah raga yang kurang baik dengan alasan sedang sakit flu atau tidak naik kelas
karena gurunya sentiment. Mekanisme proyeksi ini digunakan oleh pasien yang
menyebabkan gejala waham atau pasien paranoid.

d. Sublimasi
Sublimasi merupakan dorongan kehendak atau cita-cita yang yang tak
dapat diterima oleh norma-norma di masyarakat lalu disalurkan menjadi bentuk
lain yang lebih dapat diterima bahkan ada yang mengagumi.2 Orang yang
mempunyai dorongan kuat untuk berkelahi disalurkan dalam olah raga keras
misalnya bertinju. Dokter yang agresif disalurkan menjadi dokter ahli bedah,
mengisap permen sebagai sublimasi kenikmatan menghisap ibu jari.

e. Reaksi Formasi
Reaksi formasi atau penyusunan reaksi mencegah keinginan yang
berbahaya baik yang diekspresikan dengan cara melebih-lebihkan sikap dan
prilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan untuk
dilakukannya. Misalnya seorang anak yang iri hati terhadap adiknya, ia
memperlihatkan sikap yang sebaliknya, yaitu sangat menyayangi secara
berlebihan. Contoh lain seorang yang secara fanatik melarang perjudian dan
kejahatan lain dengan maksud agar dapat menekan kecendrungan dirinya sendiri
ke arah itu.

f. Introyeksi
Introyeksi akan terjadi bila seseorang menerima dan memasukkan ke
dalam penderiannya berbagai aspek keadaan yang akan mengancamnya. Hal ini
dimulai sejak kecil, pada waktu seseorang anak belajar mematuhi dan menerima
serta kan menjadi milikinya beberapa nilai serta peraturan masyarakat. Lalu ia
dapat mengendalikan prilakunya dan dapat mencegah pelanggaran serta hukuman

11
sebagai akibatnya. Dalam pemerintahan dan kekuasaan yang otoriter maka banyak
orang mengintroyeksikan nilai-nilai kepercayaan baru sebagai perlindungan
terhadap perilaku yang dapat menyusahkan mereka.

g. Pengelakan atau salah pindah (Displacement)


Terjadi apabila kebencian terhadap seseorang dicurahkan atau “dielakkan”
kepada orang atau obyek lain yang kurang membahayakan. Seseorang yang
dimarahi oleh atasannya dielakkan atau dicurahkan kepada istri, anaknya atau
pembantunya. Kritik yang distruktif dan desus-desus (gossip) sebagai pembalas
dendam merupakan cara yang terselubung dalam menyatakan perasaan
permusuhan

h. Identifikasi
Identifikasi merupakan upaya untuk menambah rasa percaya diri dengan
menyamakan diri dengan orang lain atau institusi yang mempunyai nama.
Misalnya seseorang yang meniru gaya orang yang terkenal atau
mengidentifikasikan dirinya dengan jawatannya atau daerahnya yang maju.

i. Regresi
Regresi merupakan upaya untuk mundur ke tingkat perkembangan yang
lebih rendah dengan respons yang kurang matang dan biasanya dengan aspirasi
yang kurang. Contohnya ; anak yang sudah besar mengompol atau mengisap
jarinya atau marah-marah seperti anak kecil agar keinginannya dipenuhi.

j. Pelepasan (Undoing)
Pelepasan merupakan upaya untuk menembus sehingga dengan demikian
meniadakan keinginan atau tindakan yang tidak bermoral. Contohnya, misalnya
seorang pedagang yang kurang sesuai dengan etika dalam berdagang akan
memberikan sumbangan sumbangan besar untuk usaha social.

12
k. Isolasi (Intelektualisasi dan disosiasi)
Isolisasi merupakan bentuk penyekatan emosional. Misalnya bila orang
yang kematian keluarganya maka kesedihan akan dikurangi dengan mengatakan
“sudah nasibnya” atau “sekarang sudah tidak menderita lagi” dan sambil
tersenyum.

B. HEINZ HARTMANN
Dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Heinz_Hartmann Heinz Hartmann
(November 4, 1894 di Wina, Austria-Hongaria - 17 Mei 1970 di Stony Point, New
York), adalah seorang psikiater dan psikoanalis. Dia dianggap sebagai salah satu
pendiri dan wakil utama ego psikologi. Hartmann lahir dari keluarga yang dikenal
untuk memproduksi penulis dan akademisi. Ayahnya sendiri adalah seorang
profesor sejarah, dan ibunya adalah seorang pianis dan pematung. Setelah
menyelesaikan sekolah menengah ia masuk ke Universitas Wina di mana ia
menerima gelar medisnya pada tahun 1920. Minatnya dalam teori Freudian.
Sigmund Freud menawarinya analisis gratis jika ia tinggal di Wina seperti
ia ditawari posisi di Johns Hopkins Institute. Dia memilih untuk masuk ke dalam
analisis dengan Freud dan tercatat sebagai bintang bersinar di antara analis dari
generasinya, dan murid favorit Freud.
Pada tahun 1937, di Wina Psychological Society, dia menunjukkan sebuah
studi tentang psikologi ego, topik yang ia kemudian akan memperluas dan yang
menjadi dasar bagi gerakan teoritis dikenal sebagai ego-psikologi.
Pada tahun 1938 ia meninggalkan Austria dengan keluarganya untuk
melarikan diri dari Nazi. Melewati Paris dan kemudian Swiss, ia tiba di New York
pada tahun 1941 di mana ia dengan cepat menjadi salah satu pemikir terkemuka
New York psikoanalitik Masyarakat.
Pada tahun 1945 ia mendirikan sebuah publikasi tahunan psikoanalitik
Studi Anak dengan Kris dan Anna Freud; sedangkan pada tahun 1950 ia menjadi
Presiden Asosiasi Psikoanalisis Internasional (IPA) dan setelah beberapa tahun
kepresidenannya, ia menerima gelar kehormatan presiden seumur hidup.

13
1922 melihat publikasi dari artikel pertama Hartmann, pada depersonalisasi, yang
diikuti oleh sejumlah penelitian tentang psikosis, neurosis, kembar, dll
Perkembangan selanjutnya ego-psikologi dalam psikoanalisis, dengan
pergeseran yang dari teori naluri untuk fungsi adaptif ego telah dilihat sebagai
memungkinkan psikoanalisis dan psikologi untuk bergerak lebih dekat satu sama
lain. Ego-psikologi menjadi sebenarnya dominan psikoanalitik kekuatan di
Amerika untuk setengah abad berikutnya atau lebih, sebelum teori hubungan
objek mulai datang ke kedepan Ia terbentuk. Namun jelas semua sama bahwa ego
psikologi memiliki keturunan Freudian asli, bahkan jika itu tidak dapat dilihat
sebagai ahli waris sendiri.

1. Fungsi Ego di Ranah Bebas Konflik (Conflict Free Sphere)


Menurut Hartmann, istilah ranah bebas konflik diadaptasi dari
psikoanalisis untuk merancang kegiatan ego yang terjadi diluar ranah konflik
mental. Menurutnya, fungsi ego tergantung kepada tujuan yang akandiselesaikan,
ada tujuan yang akan menyelesaikan konflik ada tujuan yang tidak berlatar
belakang konflik. Misalnya ingatan dan belajar, mengkin terperangkap dalam
usaha ego mengatasi konflik itu dilakukan. Ingatan, fikiran, asosiasi dan fungsi
ego lainnya, merupakan bagian dari ego sehingga ego bisa berkomunikasi dengan
id, bukan hasil dari interaksi ego dengan id. Ego bukan berasal dari id, yang
memunculkan id agar dapat melayani insting tak sadar, tetapi ego dan id muncul
bersamaan, berfungsi independen dan sinkron dengan insting. Masing-masing
sistem berasal dari disposisi, dan berkembang secara independen. Ego bukan
hanya didorong oleh insting seks dan agresi, tetapi jug aditentukan oleh faktor
luar. Ego bersifat otonom dean aktif mencari penyesuaian dengan dunia luar.

2. Otonomi Primer dan Otonomi Sekunder Ego: Adaptasi


Ada dua jenis otonomi ego: otonomi primer memancu ke sumber
biologikal, kemasakan fungsi persepsi, belajar, ingatan, dan gerakan membuat ego
mampu berfungsi otonom. Fungsi-fungsi ini berasal dari keturunan dan berperan
sebagai adaptasi dengan lingkungan. Otonomi sekunder merupakan kemampuan

14
ego untuk mengubah fungsi-fungsi yang dikembangkan dalam konflik dengan id
menjadi sarana yang juga membantu adaptasi yang sehat dengan kehidupan.
Berarti otonomi sekunder itu produk dari interaksi kemasakan fisik dengan
belajar.
Otonomi sekunder mirip dengan otonomi fungsional dari Allport. Antara
lain tampak dari konsep Hortmann bahwa ego dapat menetralisir dorongan seks
dan agresi untuk berfungsi yang bukan mendapatkan kenikmatan dan merusak,
untuk mengejar selain peredaan dorongan. Netralisasi itu mengubah enerji libido
dan agresi menjauh dari insting, ini terjadi ketika fungsi ego menjadi semakin
independen dari id dan melakukan aktivitas untuk dirinya sendiri.
Adaptasi merupakan hasil dari otonomi ego primer dan sekunder, yakni
hasil dari usaha ego untuk mempertahankan keseimbangan di dalam
kepribadiannya, dan keseimbngan anatar dirinya dengan lingkungan. Kemampuan
adaptif menjadi sangat penting, karena setiap orang berusaha untuk menyesuaikan
diri dengan dunia, semacam “kerelaan soaial.”

3. Fungsi Ego dan Prinsip Realita


Ego relatif independen dari id,sejak awal dan perkembangannya beroperasi
untuk membantu dari bertahan, bahkan ketika hal itu menyakitkan dan menunda
kepuasaan. Ego memakai prinsip realita dalam arti yang luas: yakni, kemampuan
untuk mengantisipasi kebutuhan aksi pada masa yang akan datang, yang tujuan
utamanya terus-menerus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang diharapkan,
disamping mungkin member kepuasaan id. Untuk mencapai tujuan itu, ada empat
harmoni di dalamdan diluar diri yang harus dipertahankan ego, yakni:
1. Mempertahankan keseimbangan yang indah antara keseluruhan indivindu
dengan realitas eksternal sosial dan fisik.
2. Karena id mempunyai beberapa drive instingtif yang semuanya menuntut
kepuasaan, ego harus memantapakan harmoni keseimbangan di dalam
ranah id.
3. Ego harus menyeimbangkan tiga unsure mental yang saling bersaing, id-
ego-superego.

15
4. Ego harus menjaga harmoni diantara berbagai tujuannya sendiri yang
saling berbada yakni: keseimbangan antara peran membantu id dengan
peran sebagai ego indepeden yang tujuannnya tidak untuk memuaskan
drive id.
Untuk mencapai harmoni ini, ego beroperasi secara sintetis:
mengintegrasikan dan mendamaikan tujuan yang berbeda dan informasi yang
bertentangan dengan satu koordinasi. Kemampuan sintetik dapat membuat ego
mendamaikan konflik intersistemik (konflik antara id-ego-superego-realitas), dan
konflik intrasistemik (konflik di dalam ego sendiri).
Hartmann mengemukakan 12 fungsi ego yang harus diperhatikan, agar
fungsi sosial dan kognitif dapat berjalan baik, namun itu belum semuanya dan
tidak dimaksudkan untuk membatasi fungsi ego, sebagai berikut:
1. Mengatur gerakan (spontan).
2. Mengorganisasi persepsi di dalam dan di luar realita.
3. Membuat batas yang melindungi diri dari stimulasi internal dan eksternal
yang berlebihan.
4. Uji realitas.
5. Berfikir dan inteligensi.
6. Menterjemahkan fikiran menjadi perbuatan.
7. Menghambat dan menunda pengurangan tegangan.
8. Mengenali bahaya, member tanda kecemasan dan pertahanan.
9. Antisipasi aksi, tujuan, dampak, dan konsekuensi pada masa yang akan
datang.
10. Persepsi waktu.
11. Pembentukan karakter (gaya pribadi).
12. Kemampuan sintetik (kemampuan mengintegrasikan semua fungsi di atas,
mengharmonisasi konflik intrasistemik dan intersistemik).

16
C. ROBERT W.WHITE
Dalam http://akbarkebba.blogspot.com/2013_05_01_archive.html Robert
W. white, psikolog kepribadian, meninggal pada 6 Februari di Weston, 96.
Awalnya seorang sejarawan (ia menerima gelar master dalam sejarah Amerika di
Harvard pada tahun 1926), Pada tahun 1937, juga di Harvard, ia menerima gelar
Ph.D. dalam psikologi.
White adalah direktur Klinik Psikologi di Harvard 1946-1950, dan ketua
Departemen Hubungan Sosial 1957-1962.
Setelah menerima gelar sejarah dari Harvard, White mengajarkan sejarah
dan pemerintahan di University of Maine selama beberapa tahun sebelum
memutuskan untuk belajar psikologi. Kembali di Harvard ia belajar di bawah
Henry A. Murray, dengan menerbitkan "Explorations in Personality" pada tahun
1938.
menolak gagasan bahwa satu-satunya motivasi berperilaku adalah
dorongan untuk menurunkan dan pencapaian kepuasan biologis. Menurut White
(1959) otot dan otak, mata, dan organ sensori lainnya haruslah diaktifkan untuk
dapat tumbuh dan sehat, dengan demikian kehidupan manusia mencari stimulus;
mereka tidak pasif bahkan berjuang keras untuk bisa mengurangi dorongan-
dorongan.
Ketika ada usaha-usaha berhasil, individu akan merasa kompeten.
Kompetensi merupakan salah satu konsep yang penting dalam teori White (1959)
adalah suatu kecakapan (ability) dari individu untuk melakukan perjanjian dengan
lingkungan, baik yang hidup maupun yang tidak, dengan cara yang sukses,
membantu individu untuk tumbuh, matang dan survive dalam hidup.
1. Tema Kompetensi dalam Tahap Psikoseksual
Teori White merupakan rekonseptualisasi dari tahap-tahap perkembangan
psikoseksual, memakai tema belajar tuntas. Pada setipa fase perkembangan
psikoseksual Freud, ada elemen penting yang ikut berkembang. Elemen itu harus
dipelajari namun terkait dengan kepuasaan instingtif. Ego dimotivasi bukan hanya
oleh kebutuhan memuaskan dorongan biologik tetapi juga oleh kebutuhan
eksplorasi,belajar, dan menguasai lingkungan. Kecenderungan untuk memperoleh

17
rangsangan, aktif berusaha untuk mempengaruhi lingkungan ini disebut effectance
motivation. Apabila usaha itu berhasil, orang merasa kompeten yang membuat
orang itu tumbuh, masak, dan siap menghadapi tantangan hidup. Perasaan bisa
menguasai realitas lingkungan semacam itu disebut efikasi dari (self effication).
Kompetensi apa saja yang dipelajari sepanjang tahap perkembangan psikoseksual
dalam perbandingan dengan teori Frued.

2. Effectance Motivation
Konsep pokok dari White adalah effectance motivation. Manusia
mempunyai dorongan instintif untuk belajar, memahami lingkungan, kompeten
mempengaruhi lingkungan untuk kepentingan kesejahteraan dirinya. Insting ini
melengkapi insting insting hidup dan insting mati dari Freud. Fenomena motif
belajar dapat dilihat pada aktivitas uji realitas, pemisahan diri dan non diri serta
penyimpangan perkembangan ego.

3. Uji Realita: Kompetensi melalui kegiatan


Teori klasik reality testing menempatkan ego dalam posisi sentral yang
menghubungkan kebutuhan kepuasaan obyektif dengan realita. Bayi semakin
banyak berpaling ke realita untuk memuaskan kebutuhannya, tetapi cara untuk
memperoleh kebutuhan itu hanya dengan menangis, mengharapakan bantuan
pengasuhnya. Kepuasan tidak dapat selalu diperoleh, sehingga bayi kemudian
mengembangkan kemampuan untuk menunda kepuasan, dan penundaan bisa
dilakukan kalau dia mampu mengantisipasi realita yang akan datang.
Menurut White, kemampuan mengantisipasi dan menunda kepuasaan itu
merupakan hasil dari aktivitas bayi di lingkungannya. Ego mempunyai
kemampuan menunda dan mengantisipasi karena bayi belajar dari “aktivitas yang
dilakukannya,” mereka menjadi kompeten untuk memperpanjang penundaan
karena melihat kedepan bahwa penundaan itu bersifat sementara. Pada mulanya
bayi hanya marah, menggeliat, menangis, dan memukul ketika lapar; semuanya
itu adalah aksi yang membuat ibunya berlari mendekat. Jika meenangis dapat
selalu dan segera memperoleh peredaan dan makanan, bayi belajar untuk

18
mempercayai lingkungan sekaligus mempercayai kemampuannya membuat
sesuatu terjadi. Bayi belajar mengembangkan efikasi diri.

Tabel Perkembangan Insting dan Kompetensi Yang Dipelajari


NO Aktivitas insting (Freud) Kompetensi Yang dipelajari (White)
1. a. Insting lapar berusaha a. Makan sebagai tempat berlatih
(Oral) mereduksi tegangan. menguasai diri sendiri dan belajar
b. Ketergantungan pasif menguasai lingkungan manusia.
pada obyek yang b. Belajar menguasai orang lain
dicintai untuk bertahan melalui memaksimalkan cinta dan
hidup. meminimalkan pengabaian.
c. Memesukkan makanan c. Sensori motor berperan sebagai
dan obyek cinta sebagai latihan ketrampilan motorik dan
bagian dari self kognitif masa yang akan datang.
2. a. Kepuasan libido dari a. Perkembangan intrinsik
(Anal) memakan dan negtivisme anak usia 2 tahun.
mengeluarkan kotoran b. Memakai gerakan dan negativisme
b. Belajar patuh pada untuk mengembangkan anatomi.
tuntutan kultural orang c. Tiga sifat (kikir, keras kepala,
tua. sangat teratur), dipandang sebagai
c. Mungkin reaksi defensif cara penyesuaian terhadap
terhadap kepribadian lingkungan, kalau membangun
anal menjadi sifat pada tingkat cukupan.
kikir, keras kepala dan
sangat teratur
3. a. Odipus kompleks a. Gerakan, bahasa dan imajenasi
(Falis) dengan sensivitas dikembangkan untuk menguasai
genetikal. kata-kata dan mengembangkan
b. Perkembangan superego perasaan berkemampuan.
melalui identifikasi b. Dramatisasi diri dan meniru

19
dengan ayah dan takut peran dewasa dengan tekanan
dengan kemarahan pada produktifitas pribadi.
ayah.
c. Intereseksual diarahkan
ke anggota keluarga.
4. a. Menghilangnya motif a. Memantapkan kompetensi sosial
(Laten) seksual dalam kelompok sebayadan
b. Periode yang relatif aktivitas sekolah dan hubungan
tenang. heteroseksual.
b. Kerjanyata disekolah, tempat
kerja, permainan
c. Belajar kompromi diri dan
bagaimana melindungi diri.
5. a. Pilihan obyek a. Perasaan identitas, perasaan
(Genital) heteroseksual. kompetensi masa lalu yang kini
b. Ekspresi libido dalm disatukan.
wujud genital b. Pilihan pekerjaan yang aktif
dipelajari atau disiapkan.
c. Pacaran sebagai kepuasan sosial
dan seksual.

4. Memisahkan Diri dengan Non Diri


Salah satu kemampuan yang dikembangakan ego sejak awal
perkembangan adalah memisahkan mana yang berjalan dari diri dan mana yang
bukan dari diri. Pada mulanya, putting susu dan putting botol sebagai sumber
kepuasaan dipahami sebagai bagian dari diri bayi, sama halnya dengan jempolnya
sendiri yang member kepuasaan ketika disap seperti mengisap putting. Secara
bertahap, dari pengalaman tingkah lakunya sendiri dan dampakdari tingkah laku
itu, bayi belajar membedakan mana bagian dari self dan mana ynag bukan self.

20
Menurut White, hubungan bayi dengan realita tidak pasif, yang timbul
sebagai akibat ada dorongan yang harus dipuaskan dengan realita. Gambaran
tentang realita itu dibangun oleh bayi itu sendiri, melalui belajar betahap apa yang
mungkin mereka kerjakan dan yang tidak mungkin dipenuhi. Bayi belajr
memahami apa yang biasanya diperoleh ketika mereka melihat dunia luar, yang
ternyata tidak sesuai dengan kemauannya.

5. Perkembangan Ego menjadi Patologis


Konsep asli dari Teori Freud menyatakan bahwa patologi adalah
kegagalan ego berkembang normal. Mengikuti konsep ini banyak ahli
psikoanalisis yang meneliti apa yang dimaksud dengan kegagalan ego, apa yang
menyebabkan ego gagal mengembangkan tenggung jawab sosial secara normal,
dan apa yang menyebabkan kapasitas uji realitanya tidak berkembang. Umumnya
mereka menyalahkan ibu, pengasuhnya tidak tepat, dingin, penanganaan yang
mekanis, atau terlalu melindungi yang dimotivasi oleh perasaan berdosa , semua
menjadi menyebab kegagalan ego dan psikosis.
White dengan kompetensi dan motivasi efektanya, mengubah fokus
perhatian, dan apa yang menyebabkan kapasitas ego gagal menganai enerji id,
menjadi apa yang salah dari perkembangan perasaan efikasinya. Menurutnya,
sebagian dari kesalahan perkembangan ego, ada pada bayi itu sendiri. Bila terjadi
ibu yang siap dengan cinta dan pengabdian, ternate menghadapi bayinya yang dari
lahir hiperaktif atau tak terkontrol, atau yang temperamennya pasif dan tidak
responsif, akhirnya ibu itu justru akan memandang dirinya tidak mampu merawat
anaknya. Interaksi ibu dan anak semancam itu mungkin dapat menggangu
perkembangan perasaan efikasi diri atau menyia-yiakan energi motivasi efektan
bayi, yang semuanya itu menjadi sumber patologi ego. White mengemukakan tiga
penyebab kerusakan motivasi efektan, yaitu:
1. Insting lapar dan insting bebas dari rasa sakit terus menerus muncul karena
pengasuhnya yang kurang baik. Bayi menghabiskan seluruh waktunya
untuk menangani insting lapar dan rasa sakit itu sehingga tidak

21
mempunyai waktu untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan efikasi
diri.
2. Bayi tidak memperoleh reinforsemen dari usaha penegmbangan efikasi
dirinya. Ibu tidak mau terpengaruh oleh aktivitas bayinya, tidak mampu
menterjemahkan bahasa tubuh dan tangis bayinya, akan membuat bayi
berhenti berusaha memanipulasi dunianya. Motivasi efektan menjadi tidak
berkembang.
3. Gangguan atau hambatan langsung terhadap aktivitas bermain. Anak yang
dilarang melakukan aktivitas, kehilangan kemampuan menstimulasi
lingkungan dan memperoleh stimulasi diri yang cukup. Enegi dari
independen dari ego terlambat, dan ego tidak dapat berkembang melalui
ekspresi kegiatan bebas. Dampaknya dalah kecemasan. Malu, ragu, dan
hilangnya minat eksporasi, semuanya mengarah ke kerusakan efikasi diri.

D. APLIKASI
Pengikut-pengikut Freud ketika mengaplikasikan psikoanalisis merasakan
ada yang kurang dari teori Freud, dan mereka kemudian berusaha melengkapinya,
lahirlah psikologo ego. Psikologi ego bukan konsep yang radikal, tetapi konsep
yang mengsisi bagian-bagian yang terlewat dari elaborasi Freud.
Anna Freud menjadi pelopor psikoanalisis kepada anak-anak, yang dengan
cermat menyiapkan metodelogi dan sistematikdari psikoanalisis anak. Sistem itu
tampaknya dipakai juga pada psikoanalisis orang dewasa, karena lebih menjamin
pemahaman yang komprehensif. Anna Freud juga memberikan peringatan
kemungkinan analisis terhadap anak yang keterlaluan, yang justru membahaya
perkembangan nak itu sendiri. Hartmann dan White bnayak memberikan masukan
tentang kerja ego. Banyak gangguan kejiwaan yang dapat diatasi dengan
memperkuat ego, dan konsep-konsep psikologi ego sangat membantu usaha
mengembangkan kopentensi ego menguasai intersystem dan intrasistemnya.

22
E. Evaluasi
Psikologi ego menjadi wacana yang menarik dalam kaitannya dengan
psikoanalisis. Ketika banyak pakar mengkritik teori Freud sambil tetap mengakui
kebenaran dan daya guna teori itu, psikologi ego mengambil posisi memperbaiki,
melengkapi, dan menyempurnakan apa yang menjadi kelemahan asumsi Freud.
Apa yang dilakukan oleh Anna Freud, Hartmann dan white kemudian akan
menjadi model yang ditiru banyak pakar psikoanalisis. Psikologi ego menghargai
kemampuan orang untuk menentukan nasibnya sendiri melalui berfikir dan
belajar, ini menjadi jembatan rekonsiliasi antara paradigm psikoanalisis dengan
paradigm kognitif.
Walaupun teori ini dikembangkan ketika metodologi penelitian telah
berkembang pesat, kelemahan dari psikoanalissi tetap menonjol. Banyak konsep-
konsep yang tidak didukung oleh data obyektif, dan analisi subyektif menjadi alat
utama untuk mengelaborasi konsep-konsep psikologi ego. Metodologi baru
mendapatkan perhatian yang besar ketika teori itu diaplikasikan. Teknik
inventarisasi, catatan organnisasi data, dan sitem diagnosis dan analisisnya
distandardisir sehingga kemungkinan adanya replikasi. Psikologi bukan lagi
keajaiban yang dilakukan di ruangan terapi yang menjadi milik pribadi terapis,
tetapi psikoterapi adalah tehnik standar yang sistemnya harus diikuti terapis agar
tidak terjadi malpraktek.

23
PENUTUP

A. Kesimpulan

Psikologi Ego adalah psikoanalisis yang telah menghasut dari ego


Sigmund Freud's model superego id. Psikoanalis ini berkisar mengenai bagaimana
untuk mengintensifkan ego sehingga dapat membantu seseorang untuk mengatasi
dengan masyarakat, tekanan dan super ego dengan cara yang lebih baik.
Psikoanalis ini telah lama mencoba berhipotesis pada fungsi ego dan bagaimana
hal itu menyebabkan kerusakan pada psikopatologi.

Anna Freud Lebih mengkhususkan pada hal- hal sebagai berikut:


A. Psikoterapi Anak
1. Terapi Gabungan

Dengan menggabungkan kekaguman dan kepercayaan, anak dapat


menerima analisis sebagai guru yang khususs, seorang akhli dalam pengetahuan
mengenai diri dana sebagai teman melawan serangan luar yang tidak terfahami.
2. Melampaui Konflik Struktural: Bahaya Perkembangan
Anna Freud mengembangkan sistem diagnosis yang mementingkan
pembentukan kepribadian dalam tahap-tahap perkembangannya dan ancaman-
ancaman serius terhadap penyelesaian perkembangan kepribadian, serta
memperkecil peluang hal-hal yang mengganggu integritas anak

3. Asesmen Metapsikologi
Dengan memakai profil asssesment metapsikologi dapat diperoleh
keuntungan:
1. Profil metapsikologi memberi arahan yang konkrit dan seragam, data apa
saja yang harus diungkap dari klien.
2. Profil itu mengharuskan terapis untk mengintegrasikan hasil observasi
dengan data sejarah kehidupan klien menjadi gambaran yang utuh
bagaimana kepribadian anak berfungsi dan berkembang.

24
3. Profil metapsikologi membutuhkan kecanggihan penerapan teori
perkembangan psikoanalitik, teori dorongan, dan teori ego
4. Pentingnya Realitas Sosial

Psikoanalis anak harus siap menerima proposisi bahwa ketergantungan


kliennya kepada orang tuanya, konflik klien dengan saudara, hubungan nya
dengan guru dan otoritas lain nya-yang terjadi saat itu-tercermin dalam gangguan
yang mereka alami

B. GARIS PERKEMBANGAN (Developmental Lines)

Anna Freud mengemukakan enam garis perkembngan, masing-masing


bergerak dari dominasi id menuju realitas ego; Dari Ketergantungan menjadi
percaya diri, Dari Mengisap Menjadi Makan Makanan Keras, Dari Ngompol dan
Ngobrok Menjadi dapat mengontrol urinasi/defakasi, Dari tidak bertanggung
jawab menjadi bertanggung jawab mengatur tubuh., Dari egosentrik menjadi
kerjasama. Dari tubuh menjadi mainan, dan dari bermain menjadi bekerja

C. MEKANISME PERTAHANAN

Anna Freud memperluas defence mechanism. Sigmund Freud mengajukan


7 defence ( identifikasi, displasemen, represi, projeksi, reaksi formasi, fiksasi dan
regresi) yang ditambah Anna Freud dengan Repression, isolation, ascetism,
denial, sublimation, undoing, introjection, reversal, turning againt the self,
sublimation/displacement.

Heinz Hartmann menjelaskan tentang hal-hal yang berkaitan dengan:


1. Fungsi Ego di Ranah Bebas Konflik (Conflict Free Sphere)

Ranah bebas konflik diadaptasi dari psikoanalisis untuk merancang


kegiatan ego yang terjadi diluar ranah konflik mental. Menurutnya, fungsi ego
tergantung kepada tujuan yang akandiselesaikan, ada tujuan yang akan
menyelesaikan konflik ada tujuan yang tidak berlatar belakang konflik.

2. Otonomi Primer dan Otonomi Sekunder Ego: Adaptasi

Ada dua jenis otonomi ego: otonomi primer memancu ke sumber


biologikal, kemasakan fungsi persepsi, belajar, ingatan, dan gerakan membuat ego
mampu berfungsi otonom.

25
Otonomi sekunder merupakan kemampuan ego untuk mengubah fungsi-
fungsi yang dikembangkan dalam konflik dengan id menjadi sarana yang juga
membantu adaptasi yang sehat dengan kehidupan.

3. Fungsi Ego dan Prinsip Realita

Ego memakai prinsip realita dalam arti yang luas: yakni, kemampuan
untuk mengantisipasi kebutuhan aksi pada masa yang akan datang, yang tujuan
utamanya terus-menerus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang diharapkan,
disamping mungkin member kepuasaan id.

Fungsi ego yang harus diperhatikan, agar fungsi sosial dan kognitif dapat
berjalan baik, namun itu belum semuanya dan tidak dimaksudkan untuk
membatasi fungsi ego, sebagai berikut:
1. Mengatur gerakan (spontan).
2. Mengorganisasi persepsi di dalam dan di luar realita.
3. Membuat batas yang melindungi diri dari stimulasi internal dan eksternal
yang berlebihan.
4. Uji realitas.
5. Berfikir dan inteligensi.
6. Menterjemahkan fikiran menjadi perbuatan.
7. Menghambat dan menunda pengurangan tegangan.
8. Mengenali bahaya, member tanda kecemasan dan pertahanan.
9. Antisipasi aksi, tujuan, dampak, dan konsekuensi pada masa yang akan
datang.
10. Persepsi waktu.
11. Pembentukan karakter (gaya pribadi).
12. Kemampuan sintetik (kemampuan mengintegrasikan semua fungsi di atas,
mengharmonisasi konflik intrasistemik dan intersistemik).
Robert W.White membahas tentang hal-hal sebagai berikut:
1. Tema Kompetensi dalam Tahap Psikoseksual
Apabila usaha itu berhasil, orang merasa kompeten yang membuat orang
itu tumbuh, masak, dan siap menghadapi tantangan hidup.

26
2. Effectance Motivation
Kecenderungan untuk memperoleh rangsangan, aktif berusaha untuk
mempengaruhi lingkungan ini disebut effectance motivation.
patologi adalah kegagalan ego berkembang normal.

3. Uji Realita: Kompetensi melalui kegiatan


Teori klasik reality testing menempatkan ego dalam posisi sentral yang
menghubungkan kebutuhan kepuasaan obyektif dengan realita.

4. Memisahkan Diri dengan Non Diri


Salah satu kemampuan yang dikembangakan ego sejak awal
perkembangan adalah memisahkan mana yang berjalan dari diri dan mana yang
bukan dari diri.

27
DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. 2010. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Anonim. Heinz Hartmann. http://en.wikipedia.org. Diunduh pada tanggal 7


Februari 2015.
Anonim.2009. The Mechanism Of Defence Mekanism.https://yumizone.wordpress
.com. Diunduh pada tanggal 7 Februari 2015.
Anonim.2013. Biografi Anna Freud. http://akbarkebba.blogspot.com. Diunduh
pada tanggal 6 Februari 2015.
Siti Sundari. 2005. Kesehatan Mental Dalam Kehidupan. Jakarta: Rineka Cipta.

28

Anda mungkin juga menyukai