Anda di halaman 1dari 16

Tugas ini disusun guna memenuhi tugas dari mata kuliah

Psikologi Klinis
PENDEKATAN PSIKODINAMIKA

Oleh :

Febriandini Permata Dewi I1C1100


Ronna Apriwiadita I1C110031
Sukmawati Varamitha I1C110209
Devi Riana Karsa I1C110214
Nurlina Fatmawati I1C110217

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2012
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendekatan psikodinamik dalam konseling mempresentasikan tradisi utama


dalam konseling dan psikoterapi kontemporer. Konseling Psikodinamik
memberikan perhatian besar pada kemampuan konselor untuk menggunakan apa
yang terjadi dalam hubungan antara klien dan konselor yang bersifat segera serta
terbuka, untuk mengeksplorasi tipe perasaan dan dilema hubungan yang
mengakibatkan kesulitan bagi klien dalam kehidupannya sehari-hari.

Psikoanalisis telah menyajikan serangkaian konsep dan metode yang telah


diaplikasi dalam berbagai konteks. Ide psikodinamik terbukti tidak ternilai, bukan
saja bagi terapi individual, tetapi juga konseling kelompok dan analisis organisasi.
Ide Freud cukup solid dan tangguh dalam menghadapi kritik dan reformulasi dari
sejumlah sumber. Persfektif psikodinamik telah memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap riset proses konseling dan psikoterapi.

Terdapat kesamaan dan perbedaan yang tak terhitung banyaaknya antara


pendekatan psikodinamik dengan pendekatan lainnya. Akan tetapi, perbedaan
paling esensial adalah kepadatan teori psikodinamik, khususnya dalam bidang
pemahaman perkembangan masa kanak- kanak. Sebagian besar teori kognitif
behavioral hanya membisu terhadap perkembangan anak, sedangkan
pendekatan person centred hanya berbicara sangat sedikit dalam penggunaan
konsep condition of worth (waktu yang sesuai). Sebaliknya, konselor
psikodinamik merupakan sebuah jaringan konseptual yang sangat rumit.

Sigmund Freud 91856-1939) dikenal secara luas bukan hanya dalam


kapasitasnya sebagai pendiri psikologi modern, tetapi juga merupakan tokoh
pengaruh kunci dalam masyarakat barat abad ke-20. Freud menghabiskan
beberapa tahun di Paris dalam rangka belajar Charcot, salah seorang Psikoterapis
paling populer pada zamannya, yang kemudian mengajarkan tekhnik hypnosis.
Sekembalinya ke Vienna,Freud mulai menangani pasien yang memiliki gangguan
emosional dan banyak dari mereka yang menderita hysteria. Ia kemudian
menemukan bahwa sebagai tekhnik perawatan, hypnosis tidak terlalu efektif, dan
kemudian secara bertahap mengembangkan metodenya sendiri yang disebut
sebagai asosiasi bebas yang didalamnya terdapat tindakan meminta pasien
untuk berbaring dalam posisi rileks dan mengatakan apapun yang ada di
pikirannya. Materi bawah sadar yang tercurahkan antara lain emosi yang kuat,
ingatan terpendam , dan pengalaman seksual di masa kanak-kanak. Kesempatan
untuk membagi perasaan dan memori ini tampaknya membantu pasien. Salah
seorang pasien tersebut, Anna O.,menyebutnya pembicaraan yang mengobati.

Pada psikodinamika terdapat beberapa tokoh yakni, Psikiater Swiss, Carl


Jung (1875-1961)lebih dahulu memisahkan diri dari psikodinamika. Jung
menambahkan ketidaksadaran kolektif pada ketidaksadaran pribadi. Aksioma
prinsipnya adalah bahwa tingkah laku seseorang banyak dipengaruhi oleh ide-ide
dan gambaran-gambaran tak sadar yang diturunkan kepadanya, yang disebut
Archetypes. Analisis Jungian menekankan pada eksplorasi mimpi dan fantasi
bukan hanya untuk makna pribadinya tetapi juga untuk hubungan kultural dan
spiritualnya. Di bidang psikoterapi, para Jungian terutama memeberi perhatian
khusus pada konflik di antara kecenderungan-kecenderungan yang saling
berlawanan dalam diri orang-orang dan kebutuhan untuk mengekspresikan
berbagai perlawanan dalam kepribadian.

Namun selama freud masih hidup , ia masih mendominasi psikoanalisis


sehingga yang tidak setuju dengannya terpaksa memisahkan diri dan membangun
institut dan pusat pelatihan independen. Hasil perpecahan ini adalah aliran
psikoanalisis saat ini, sebagai berkesinambungan dengan pendekatan Jungian,
adlerian dan reichian.
Perbedaan besar dalam pendekatan psikodinamik adalah :

1. Asumsi bahwa permasalahan klien memiliki akar pada pengalaman masa


kecilnya.
2. Asumsi bahwa klien tidak benar-benar menyadari hakikat dorongan atau
motif di belakang tindakan mereka.
3. Digunakannya interpretasi hubungan transference dalam konseling dan
terapi.

B. Tujuan

Tujuan dari konseling Psikodinamik adalah untuk membantu klien


mencapai kesadaran dan pemahaman terhadap alasan di balik masalahnya, dan
kemudian menerjemahkan kesadaran ini ke dalam kemampuan yang matang
dalam menghadapi berbagai masalah di masa mendatang. Agar proses ini
dapat berjalan, konselor disyaratkan mampu menawarkan kepada klien
lingkungan yang cukup aman dan konsisten agar klien bias mengekspresikan
fantasi dan dorongan yang mengakibatkan atau memalukan secara aman.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendekatan Psikoanalitik

Pendekatan psikoanalitik adalah contoh dari pendekatan yang telah mengalami


modifikasi terus menerus untuk memasukkan ide ide baru. Sejak
dikembangkan oleh Freud pendekatan ini terus menerus mengalami
modifikasi sampai sekarang ini.

Pendekatan psikoanalitik menekan pentingnya riwayat hidup klien


(perkembangan psikoseksual), pengaruh dari impuls impuls genetic
(instink), energy hidup (libido), pengaruh dari pengalam dini kepada
kepribadian individu, serta irrasionalitas dan sumber-sumber tak sadar diri
tingkah laku manusia. Konsep psikoanalitik mengenai taraf kesadaran
merupakan kontribusi yang sangat signifikan. Taraf Conscious berisi ide ide
yang disadari individu pada saat itu; taraf Preconscious, berisi ide ide yang
tidak disadari individu pada saat itu, tetpai dapat dipanggil kembali; taraf
Unconscious, berisi memori dan ide yang sudah dilupakan oleh individu.
Menurut freud, yang tidak disadari merupakn bagian terbesar dari kepribadian
dan mempunyai pengaruh yang sangat kuat pada tingkah laku individu.

B. Pandangan Tentang Manusia

Menurut Freud, tingkah laku manusia ditentukan oleh irrasional, motivasi tak
sadar dan dorongan biologis serta instingtual. Insting adalah sentral dalam
pendekatan Freudian. Awalnya Freud menggunakan istilah libido untuk
menunjukkan pada energy seksual, tetapi kemudian ia memperluasnya dan
mencakup energy dari semua insting kehidupan, yang berfungsi untuk survival
individu dan bangsa manusia.
Freud juga membuat postulat tentang insting kematian (death instincts), yang
menjelaskan tentang dorongan agresif. Adakalanya, melalui tingkah lakunya,
orang menunjukkan keinginan untuk mati atau menyakiti dirinya sendiri atau
orang lain.

C. Konsep Gunung Es Freud

Kepribadian mempunyai kedalaman dan terdiri dari serangkaian elemen


structural. Elemen terbesar adalah id yang mempunyai ciri unconscious,
irrasional, tidak terorganisasi, pleasure oriented, primitive, sumber libido
atau tenaga hidup dan energy, merupakan sumber dari dorongan dan keingina
dasar untuk hidup dan mati. Elemen yang lain adalah ego, yang berfungsi
sebagia mekanisme pengontrol dan berorientasi pada realitas, juga merupakan
elemen mediasi antara superego, id, dan tuntutan realitas. Slah satu fungsi
pokok ego adalah mengendalikan id dan menghalau impuls dan perasaan
seperti anxietas. Elemen yang lain yaitu superego, juga berfungsi sebagai
agen pengontrol dalam kepribadian. Superego terbentuk dari sikap moral
orang tua dan norma- norma soail yang dipelajari pada tahun-tahun pertama
dalam hidupnya. Dalam banyak hal, mirip dengan istilah popular suara hati
(conscience). Dan berfungsi menurut prinsip prinsip moral.

Terdapat dua implikasi penting dari teori mengenai bagaimana pikiran


bekerja. Pertama, id dan sebagian besar superego dipandang oleh freud
sebagai sesuatu yang di alam bawah sadar dengan demikian banyak perilaku
individu yang dapat dipahami berada di bawah control perilakunya dan yang
kedua, hampir dalam semua kejadian ego dan kedua wilayah lainnaya selalu
bertentangan satu sama lain.
D. Tahap Tahap Perkembangan

Selain ketiga taraf kepribadian seperti di atas, Freud juga melihat adanya tahap
tahap perkembangan psikoseksual. Konselor yang bkerja secra psikoanalitik
harus menyadari kliennya berada dalam tahap perkembangan psikoseksual
yang mana, karena hal ini terkait dengan rencana terapi. Dlama setiap tahap
ada zone of pleasure (daerah nikmat) yang dominan. Pada tahap pertama tahap
oral. Daerah nikmat yang utama adalah mulut. Anak anak di bawah usia 1
tahun mendapatkan kepuasan dasar melalui sucking dan menggigit. Tahap
kedua adalah tahap anal, anak anak berusia antara 1-2 tahun memperoleh
kenikmatan melaluia menahan atau melepaskan feses. Tahap ini adalah tahap
konflik pertama insting internal anak dan tuntutan luar. Tahap ketiga adalah
tahap phallic, anak usia 3-5 tahun berusaha untuk menyelesaikan identitas
seksual mereka. Daerah nikmat utama adalah organ-organ seks. Anak laki
maupun perempuan harus menyelesaikan konflik mengenai keinginan seksual
mereka yang dikenal dengan Oedipus complex. Awalnya baik anak laki
maupun perempuan tertarik pada ibu, karena ia adalah sumber dari
kenikmatan besar. mereka melihat ayah sebagai pesaing untuk perhatian dan
cinta ibu. Tetapi, kemudian mereka berubah, ketika anak laki dan perempuan
ini menemukan identitas seksual masing-masing.

Setelah masa phallic, antara 6-12 tahun adalah masa yang tenang, dikenal
dengan masa latent. Hanya sedikit minat pada seksualitas. Energy difokuskan
kepada aktivitas dengan teman sebaya dan penguasaan belajar kognitf dan
keterampilan fisik.

Sekita pubertas, adalah tahap terakhir perkembangan psikoseksual, yaitu tahap


genital. Bila sebelumnya semua berjalan dengan baik, perkembangan pola
heteroseksual yang normal akan terjadi. Bila ada kesulitan yang tidak
terselesaikan pada salah satu dari ketiga tahap yang pertama (biasanya dikenal
secara umum sebagai pregenital ), individu ini mungkin akan mempunyai
kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan tanggung jawab orang dewasa yang
mulai pada tahap genital ini. Menurut Freud, 2 masalah yang mungkin terjadi
adalah :

1. frustasi berlebihan (excessive frustration) atau kenikmatan berlebihan


(overindulgence).
2. terjadi fiksasi pada taraf perkembangan tersebut.

E. Mekanisme Pertahanan Ego

Mekanisme pertahan ego membantu individu untuk menanggulangi anxietas


dan mencegah ego untuk tenggelam di dalm kecemasannya. Mekanisme ini
bukan sesuatu yang patologis, tetapi merupakan tingkah laku yang normal.
Berikut ini adalah deskripsi dari beberapa mekanisme pertahanan ego
(Corey,2001, Gladding,2004) :

Represi : yang paling dasar di antara mekanisme pertahanan lainnya.


Suatu cara pertahanan untuk menyingkirkan dari kesadaran pikiran
dan perasaan yang mengancam.

Denial : memainkan peran defensif, sama seperti represi. Orang yang


menyangkal untuk melihat atau menerima masalah atau aspek hidup
yang meyulitkan.

Reaction formation : salah satu pertahanan terhadap impuls yang


mengancam adalah secara aktif mengekpresikan implus yang
bertentangan. Individu mungkin menyembunyikan kebencian dengan
kepurapuran cinta, atau menutupi kekejaman dengan keramahan yang
berlebihan.
Proyeksi : mengatribusikan pikiran, perasaan, atau motif yang tidak
dapat diterima kepada orang lain. Mengatakan bahwa impuls ini
dimiliki oleh orang lain diluar sana, tidak oleh saya

Displacement : salah satu cara menghadapi anxietas adalah dengan


memindahkanya dari objek yang mengancam kepada objek yang
lebih aman.

Rasionalisasi : Kadang-kadang orang memproduksi alasan-alasan


baik untuk menjelaskan egonya yang terhantam. Rasionalisasi
membantu untuk membenarkan berbagai tingkah laku spesifik dan
membantu untuk melemahkan pukulan yang berkaitan dengan
kekecewaan.

F. Peran dan Fungsi Konselor

Analisis klasik memakai pendekatan blank screen. Mereka sangat sedikit


melakukan pengungkapan diri dan mempertahankan netralitas supaya menjadi
transferesns, dan agar terjadi proyeksi dari klien. Menurut para analis klasik ini,
bila terapis bicara sedikit sekali tentang dirinya sendiri dan jarang sekali
menunjukkan reaksi pribadinya, mereka percaya bahwa apapun perasaan klien
terhadap mereka, merupakan produk dari perasaan yang diasosiasikan dengan
orang-orang penting lain dalam masalalunya. Analisis terhadap perasaan-perasaan
ini adalah esensi terapi.

Salah satu fungsi sentral analisis adalah membantu klien menemukan


kebebasan untuk bercinta, bekerja dan bermain. Fungsi lain adalah membantu
klien memperoleh kesadaran diri, kejujuran dan hubungan pribadi yang lebih
efektif, dapat menghadapi anxietas dengan dara realistik, dan dapat
mengendalikan tingkah laku impulsif dan irasional.
G. Teknik Terapeutik yang digunakan dalam Psikoanalisis
1. Penggunaan hubungan sistematik antara klien dan konselor
Analisis dengan bersikap alami alasannya adalah agar klien dapat
memproyeksikan fantasinya atau asumsi yang terpendam berkenaan
dengan hubungan yang dekat dengan dirinya. Hal ini terjadi pada klien
dari minggu per minggu, bulan per bulan dan tahun per tahun agar
membuat klien menyadari proyeksi ini, pertama-tama hubungannya denga
terapis dan kedua hubungannya dengan orang lain.
2. Melakukan identifikasi dan analisis terhadap penolakan dan pertahanan
Ketika klien membicarakan permasalahannya, terapis mungkin bias
mencatat bahwa si klien mengelak, memotong atau mempertahankan
perasaan atau fakta tertentu. Hal ini memproyeksikan bagaimana
pertahanan diri klien.
3. Asosiasi bebas atau katakan apa yang muncul dalam pikiran
klien meninggalkan cara berpikir yang biasamenyensor pikiran. Yang
dilakukan adalah mengatakan apa yang muncul dalam pikiran, meskipun
kelihatannya aneh, irasional, menggelikan, atau menyakitkan. Dengan cara
ini, id diminta untuk bicara, sedangkan ego tinggal diam.
Bertujuan untuk membantu klien membicarakan dirinya sendiri dengan
cara yang cenderung tidak terpengaruhi oleh mekanisme pertahanan ini,
melalui asosiasi bebas seperti ini,hakikat seseorang dapat terungkap.
4. Menganalisis mimpi dan fantasi
Freud memendang mimpi sebagai jalan mulia menuju alam bawah sadar
dan mendorng pasiennya untuk mengutarakan mimpi mereka kepadanya.
Menurut freud, hal tersebut mengasumsikan bahwa peristiwa dalam mimpi
secara simbolis mempresentasikan orang, dorongan atau situasi yang
terjadi secara sadar. menurut Freud, mimpi adalah sarana untuk memahami
yang tak disadari. Ia menyebutnya the royal road to the unconscious. Klien
didorong unutk bermimpi dan mengingat mimpinya. Analis harus
menyadari manifest content (arti yang nyata/kelihatan) dan latent content
(arti tersembunyi tapi sesungguhnya).
5. Analisis resistansi
kadang-kadang klien pada awalnya menunjukkan kemajuan, tetapi
kemudian melambat atau terhenti. Resistansi mereka mungkin mengambil
berbagai bentuk, misalnya tidak datang pada perjanjian, menghalangi
pikiran, pada waktu melakukan asosiasi bebas, menolak mengingat mimpi,
dan lain-lain. Analisis konselor dapat membantu klien unutk memperoleh
wawasan tentang resistansinya tersebut atau tingkah laku lainnya. Kalau
tidak diselesaikan, terapi akan terhenti.
6. Interpretasi
interpretasi harus dianggap sebagai bagian dari teknik-teknik yang telah
disebutkan di atas. Pada waktu melakukan interpretasi konselor membantu
klien memahami arti peristiwa dari masa lalu dan sekarang. Interpretasi
menyangkut perjelasan dan analisis berbagai pikiran, perasaan, dan
tindakan klien. Konselor harus memilih waktu yang tepat untuk
melakukan interpretasi. Kalau terlalu cepat, klien mungkin akan lari,
tetapi kalau tak dipakai atau jarang dipakai, mungkin klien tidak mendapat
wawasan (insight).
Sehingga dapat disimpulkan sebelum membuat interpretasi Hal-hal yang
harus diingat:
- Apakah waktunya tepat?
- Apakah klien siap menerima ide ini?
- Apakah interpretasi tsb benar?
- Apakah bukti yang cukup kuat telah dikumpulkan?
- Apakah interpretasi tsb dituangkan dalam kata-kata yang dapat dimengerti
oleh klien?
H. Perkembangan Selanjutnya Dalam Pemikiran Psikodinamika

Teori Kelekatan

Jalur perkembangan yang berhubungan dengan pemikiran psikodinamika


dirangkum oleh Bowbly (1988). Attachment theory (teori kelekatan) menganggap
pembentukan ikatan emosional intim sebagai bagian mendasar dari sifat manusia.
Ikatan itu sendirilah isu sentralnya. Ikatan itu tidak bersifat subordinat dan juga
buka didasari oleh dorongan untuk mendapatkan makanan atau seks. Kelekatan,
perpisahan, dan kehilangan, membentuk sebuah trilogi penting yang mendasarkan
diri pada konsep relasi objek dan dari evolusi, ethology, dan teori kontrol, serta
psikologi kognitif.

Diantara proposisi-proposisi prinsipnya adalah:

a) Bahwa ikatan yang signifikan secara emosional diantara individu-individu


memiliki fungsi survival (bertahan-hidup) dasar dan oleh sebab itu
berstatus primer
b) Bahwa ikatan-ikatan itu dapat dipahami dengan mempostulasikan sistem-
sistem cybernetic, yang disituasikan dalam sistem saraf pusat masing-
masing pasangan (partner), yang memiliki efek mempertahankan
proksimitas (keterdekatan) atau aksesibilitas-segera diantara pasangan
c) Bahwa agar masing-masing membangun berbagai model self mengenai
pasangannya dan pola-pola interaksi yang sudah berkembang diantara
mereka dalam pikirannya
d) Bahwa pengetahuan yang ada saat ini mengharuskan teori mengenai jalur
perkembangan mestinya menggantikan teori yang mengemukakan
keberadaan tahap-tahap perkembangan yang seseorang dianggap dapat
terfiksasi pada salah satu tahapnya dan/atau mundur ke tahap sebelumnya.
e) Pendekatan Bowbly yang agak empiris dan nondogmatis belum
memunculkan metode terapi yang kuat; berbagai macam upaya untuk
meningkatkan pemahaman mengenai proses bonding (pengikatan) dan
reshaping (pembentukan-ulang) ikatan-ikatan itu secara konstruktif
membentuk terobosan sentralnya.

Model Percakapan (Conversational Model)

Perkembangan terapi lain dalam terapi psikodinamik di tahun-tahun


belakangan ini adalah evolusi conversational model (model percakapan).
Pendekatan ini dikembangkan di Inggris oleh Bob Hobson dan Rusell Meares
(Hobson, 1985), dan pengaruhnya terus meningkat. Ada beberapa karakter kunci
model percakapan yang menjadikannya berbeda denga pendekatan psikodinamik
lainnya. Pertama, model ini didasarkan kepada ide kontemporer tentang makna
dan peran bahasa yang agak berbeda dengan asumsi dan konsep teori
psikodinamik pada umumnya. Kedua, model ini dimaksudkan untuk dilaukan
dalam sesi berjumlah terbatas. Ketiga, efektivitas model didukung oleh hasil
penelitian . ketika pendekatan psikodinamik lainnya mengklaim telah berhasil
dalam satu atau dua ranah di atas, namun hanya model percakapan yang
merupakan pendekatan psikodinamik terkini, yang secara silmutan inovatif dalam
bidang teori, jasa pengiriman, dan riset. Ditambah lagi dengan adanya riset yang
menunjukkan seberapa bagusnya melatih orang-orang dengan pendekatan ini
(Goldberg, et al., 1984; Maguire, et al., 1984)

Inti dari model percakapan adalah ide kebutuhan orang untuk


membicarakan perasaannya. Masalah yang dibawa oleh orang- orang kedalam
terapi biasanya bersumber dari ketidakmampuan untuk melakukan dialog dengan
yang lain mengenai perasaan mereka. Dialog atau percakapan sangat penting bagi
manusia karena melalui percakapan orang dapat bertindak atas perasaan (bahasa
adalah bentuk tindakan ; kata lakukan sesuatu), dank arena dialog dengan orang
lain memecahkan kesunyian yang diasosiasikan dengan memendam perasaan
dalam diri sendiri, misalkan isolasi perasaan luka. Tugas utama terapis dan
konselor adalah mengembangkan bahasa perasaan mutual sehingga klien dan
terapis dapat melakukan percakapan berkenaan dengan apa yang dirasakan oleh
klien. Konselor melakukan hal ini dengan memberikan perhatian kepada kata dan
metafora atau kata yang digunakan oleh klien.
BAB III

KESIMPULAN

Penggunaan ide ide psikoanalisis dapat dirangkum dalam serangkaian prinsip


kunci :

1. Orang yang memiliki dalam hubungan dengan orang lain dikarenakan


mereka mengolah pola hubungan destruktif di masa lalu. Ketika seseorang
bertemu dengan orang yang baru, terdapat kecenderungan untuk
memperlakukan orang yang baru tersebut bukan sebagai individual, tetapu
seolah- olah sebagai representasi seseorang yang ada di masa lalu
(transferece)

2. Seseorang mungkin saja berusaha mengontrol atau menyembunyikan


hasrat,memori dan perasaan dengan melawan mereka. Mekanisme
pertahanan diri (defence mechanism) seperti transference, proyeksi,
penolakan, represi, sublimasi, pemecahan, dan identifikasi proyektif,
digunakan untuk mengalihkan perhatian kepada materi internal.

3. Adalah penting bagi para penolong untuk selalu waspada terhadap


perasaan, fantasi, dan dorongan mereka dalam berhubungan dengan orang
yang mereka tolong. Respon batin (inner responce) merupakan bukti : (a)
perasaan yang biasanya tumbuh kepada orang lain; dan (b) jenis dunia
emosional, tempat seseorang menghabiskan hidupnya.

4. Permasalahan seseorang sering dapat dipahami sebagai representasi tugas


pertumbuhan yang tidak terselesaikan (misalnya, terpisah dari ibu/ayah).
Teori yang mendasari Freud dan Ericson sama, bila seseorang memiliki
pengalaman tidak memuaskan di salah satu tahapan, mereka akan terus
berhadapan dengan masalah ini sepanjang hidup mereka (sampai mereka
mendapat pemahaman mendalam berkenaan dengan masalah tersebut).
5. Orang yang membutuhan attachment emosional yang aman dan konsisten.
Jika attachment seseorang rusak pada awal kehidupannya, maka ia akan
tumbuh sebagai sosok yang tidak aman untuk membuat attachment, dan
menampilkan pola kesulitan dalam membentuk hubungan, ambivalen
dalam hubungan, kesulitan dalam konsistensi sebagia orang tua dan lain
sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

Lesmana,Jeanette Murad.2005.Dasar-dasar Konseling.Jakarta : UI Press.

McLeod,John.2008.Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus edisi 3.


Jakarta: Kencana.

Sundberg, Norman D., Winebarger, Allen. A. & Taplin, Julian R.2007.


Psikologi Klinis : Edisi keempat.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai