Anda di halaman 1dari 4

Nama : Amillah Zakiyyaa D.U.A.

S
NIM : 08410105

GANGGUAN BELAJAR "DISGRAFIA"

A. PENGERTIAN DISGRAFIA
Disgrafia adalah kesulitan khusus dimana seseorang tidak bisa menuliskan atau
mengekspresikan pikirannya kedalam bentuk tulisan karena mereka tidak bisa menyusun kata
dengan baik dan mengkoordinasikan motorik halusnya (tangan) untuk menulis. Pada anak-anak,
umumnya kesulitan ini terjadi pada saat anak mulai belajar menulis. Anak mungkin membuat
ukuran dan spasi tulisan yang tidak tepat atau menulis kata-kata yang salah atau salah ejaan
meskipun mengikuti instruksi dengan seksama. Kasus disgrafia pada orang dewasa umumnya
terjadi karena adanya trauma neurologis. Kesulitan ini tidak tergantung kemampuan lainnya.
Seseorang bisa sangat fasih dalam berbicara dan keterampilan motorik lainnya tapi mempunyai
kesulitan menulis. Kesulitan dalam menulis biasanya menjadi problem utama dalam rangkaian
gangguan belajar, terutama pada anak yang berada di tingkat SD.

B. JENIS DISGRAFIA
Ada tiga jenis disgrafia yang diakui. Beberapa anak mungkin memiliki kombinasi dari dua
atau ketiga jenis tersebut dan gejala tiap individu dapat berbeda-beda. Jenis tersebut yaitu
sebagai berikut:
1. Penderita Dyslexia Dysgraphia
Dengan menderita disleksia disgrafia, secara spontan pekerjaan bersifat tulisan tak
terbaca, bekerja cukup baik, dan ejaannya yang buruk. Kecepatan memainkan jari
(metode untuk mengidentifikasi masalah motorik halus) normal. Disleksia dan disgrafia
tampaknya tidak berhubungan tetapi sering ditemukan bersama-sama.
2. Dysgraphia Motorik
Disgrafia motorik disebabkan oleh kekurangan kemampuan motorik halus, rendahnya
keterampilan, rendahnya gerakan otot atau tidak ditentukan sebagai gerakan kekikukan
motorik. Disgrafia motorik dapat menjadi bagian dari masalah yang lebih besar dari
apraxia motorik. Umumnya, tulisan tidak akan terbaca. Menulis merupakan perjalanan
yang panjang, sangat menyakitkan dan tidak dapat dimungkinkan. Bentuk dan ukuran
huruf menjadi semakin tidak konsisten dan tidak terbaca. Tulisan sering miring karena
salah memegang pena atau pensil. Keterampilan ejaan tidak terganggu. Memainkan jari
hasilnya di bawah normal.
3. Spatial Dysgraphia
Penderita disgrafia karena cacat atau tidak mampu dalam memahami ruang telah terbaca
secara spontan dalam pekerjaan menulis, tetapi ejaan dan kecepatan masih dalam batas
normal.

C. PENYEBAB DISGRAFIA
Secara spesifik penyebab disgrafia tidak diketahui secara pasti, namun apabila disgrafia
terjadi secara tiba-tiba pada anak maupun orang yang telah dewasa maka diduga disgrafia
disebabkan oleh trauma kepala entah karena kecelakaan, penyakit dan lain sebagainya.
Disamping itu para ahli juga menemukan bahwa anak dengan gejala disgrafia terkadang
mempunyai anggota keluarga yang memiliki gejala serupa. Demikian ada kemungkinan faktor
herediter ikut berperan dalam disgrafia.
Seperti halnya disleksia, disgrafia juga disebabkan faktor neurologis, yakni adanya gangguan
pada otak bagian kiri depan yang berhubungan dengan kemampuan membaca dan menulis. Anak
mengalami kesuitan dalam harmonisasi secara otomatis antara kemampuan mengingat dan
menguasai gerakan otot menulis huruf dan angka. Kesulitan ini tak terkait dengan masalah
kemampuan intelektual, kemalasan, asal-asalan menulis dan tidak mau belajar.

D. CIRI-CIRI DISGRAFIA
Ada beberapa ciri khusus anak dengan gangguan ini, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Terdapat ketidakkonsistenan bentuk huruf dalam tulisannya.
2. Saat menulis, penggunaan huruf besar dan huruf kecil masih tercampur.
3. Ukuran dan bentuk huruf dalam tulisannya tidak proporsional.
4. Anak tampak harus berusaha keras saat mengkomunikasikan suatu ide, pengetahuan atau
pemahamannya lewat tulisan.
5. Sulit memegang bolpoin maupun pensil dengan mantap. Caranya memegang alat tulis
seringkali terlalu dekat bahkan hampir menempel dengan kertas.
6. Berbicara pada diri sendiri ketika sedang menulis atau malah terlalu memperhatikan
tangan yang dipakai untuk menulis.
7. Cara menulis tidak konsisten, tidak mengikuti alur garis yang tepat dan proporsional.
8. Tetap mengalami kesulitan meskipun hanya diminta menyalin contoh tulisan yang sudah
ada.
Banyak orang yang mengalami disgrafia merasakan kesakitan saat menulis. Rasa sakit
biasanya dimulai dari lengan bawah dan kemudian menyebar di sepanjang sistem saraf ke
seluruh tubuh. Rasa sakit ini dapat menjadi lebih buruk atau bahkan muncul bila penderita
dysgraphia makin tertekan. Sedikit orang yang mengetahui tentang hal ini, karena banyak
penderita yang tidak mengatakan kepada siapa pun. Ada beberapa alasan mengapa rasa sakit saat
menulis jarang diberitahukan:
1. Penderita tidak tahu bahwa itu adalah pengalaman yang tidak biasa memiliki rasa sakit
saat menulis.
2. Jika mereka tahu bahwa itu berbeda dari pengalaman bagaimana orang lain menulis,
mereka merasa bahwa hanya beberapa yang akan percaya kepada mereka.
3. Mereka yang tidak percaya bahwa rasa sakit saat menulis adalah nyata dan akan sering
tidak memahaminya. Ini biasanya akan dikaitkan dengan nyeri otot atau kram dan itu
akan sering hanya dianggap ketidaknyamanan kecil.
Bagi beberapa orang penderita dysgraphia, mereka tidak lagi menulis dan mengetik saja
semuanya, sehingga mereka tidak lagi merasakan rasa sakit seperti ini.

E. CARA MEMBANTU ANAK DISGRAFIA


Ada beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu anak dengan gangguan ini.
Di antaranya:
1. Pahami keadaan anak
Sebaiknya pihak orang tua, guru atau pendamping memahami kesulitan dan keterbatasan
yang dimiliki anak disgrafia. Berusahalah untuk tidak membandingkan anak seperti itu
dengan anak-anak lainnya. Sikap itu hanya akan membuat kedua belah pihak, baik orang
tua/guru maupun anak merasa frustrasi dan stres. Jika memungkinkan, berikan tugas-
tugas menulis yang singkat saja setiap hari. Atau bisa juga orang tua dari si anak meminta
kebijakan dari pihak sekolah untuk memberikan tes kepada anak dengan gangguan ini
secara lisan bukan tulisan.
2. Menyajikan tulisan cetak
Berikan kesempatan dan kemungkinan kepada anak disgrafia untuk belajar menuangkan
ide dan konsepnya dengan menggunakan komputer atau mesin tik. Ajari dia untuk
menggunakan alat-alat agar dapat mengatasi hambatannya. Dengan menggunakan
komputer, anak bisa memanfaatkan sarana korektor ejaan agar ia mengetahui
kesalahannya.
3. Membangun rasa percaya diri anak
Berikan pujian wajar pada setiap usaha yang dilakukan anak. Jangan sekali-kali
menyepelekan atau melecehkan karena hal itu akan membuatnya merasa rendah diri dan
frustrasi. Kesabaran orang tua dan guru akan membuat anak tenang dan sabar terhadap
dirinya dan terhadap usaha yang sedang dilakukannya.
4. Latih anak untuk terus menulis
Libatkan anak secara bertahap, pilih strategi yang sesuai dengan tingkat kesulitannya
untuk mengerjakan tugas menulis. Berikan tugas yang menarik dan memang diminatinya,
seperti menulis surat untuk teman, menulis pada selembar kartu pos, menulis pesan untuk
orang tua dan sebagainya. Hal ini akan meningkatkan kemampuan menulis anak disgrafia
dan membantunya menuangkan konsep abstrak tentang huruf dan kata dalam bentuk
tulisan konkret.

Anda mungkin juga menyukai