A. ANNA FREUD
Karyanya memberikan jembatan antara teori struktural Freud dan psikologi ego.
Pendekatannya pada pemahaman perkembangan anak, Ego -focus ego, mekanisme pertahanan
diri.Anna freud Lebih tertarik dalam dinamika jiwa daripada di struktur, dan terutama terpesona
oleh tempat ego. Sehingga ia memusatkan perhatiannya pada sadar, operasi defensif ego dan
memperkenalkan banyak pertimbangan teoritis dan klinis yang penting.
1. Psikoterapi Anak
a. Terapi Gabungan
Teknik psikoanalisis seperti asosiasi bebas, interpretasi mimpi dan analisis transferensi
tidak dapat dikenakan begitu saja kepada anak-anak. Prosedurnya harus dimodifikasi atau
digabung dengan teknik yang lebih langsung, agar dapat langsung membantu anak berjuang
untuk tumbuh, masak, berbuah, dan menguasai realitas didalam dan diluar dirinya. Disini, Anna
Freud belajar pentingnya persiapan panjang yang dirancang untuk menempatkan analisis sebagai
orang yang penting, dapat dipercaya, sungguh-sungguh, sangat dibutuhkan dalam kehidupan
anak saat ini. Dengan menggabungkan kekaguman dan kepercayaan, anak dapat menerima
analisis sebagai guru yang khususs, seorang akhli dalam pengetahuan mengenai diri dana sebagai
teman melawan serangan luar yang tidak terfahami.
c. Asesmen Metapsikologi
Persiapan untuk psikoterapi anak cukup panjang, begitupula pengumpulan data dan
assesment juga membutuhkan waktu yang panjang. Agar semua dapat ternagkum dengan baik,
Anna Freud memakai profil metapsikologi. Dengan memakai profil asssesment metapsikologi
dapat diperoleh keuntungan:
1. Profil metapsikologi memberi arahan yang konkrit dan seragam, data apa saja yang harus
diungkap dari klien.
2. Profil itu mengharuskan terapis untk mengintegrasikan hasil observasi dengan data
sejarah kehidupan klien menjadi gambaran yang utuh bagaimana kepribadian anak
berfungsi dan berkembang.
3. Profil metapsikologi membutuhkan kecanggihan penerapan teori perkembangan
psikoanalitik, teori dorongan, dan teori ego. Untuk memperoleh makna “metapsikologi”
dari ata hasil observasi. Dengan kata lain, profil memakai konsep-konsep psikoanalisis,
mengintegrasikan teori-teori yang ada untuk memperoleh peta psikologi.
Interaksi anatara id dan ego, dimulai dari dominasi id untuk memperoleh kepuasan, secra
bertahap akan bergeser ke ego, untuk pada akhirnya ego dapat menguasai realitas internal
maupun eksternal. Interksi itu oleh Anna Freud disebut garis perkembngan, suatu urutan tahap-
tahap kematangan anak dari ketergantungan menjadi mandiri, dari irasional menjadi rasional,
dari hubungan yang pasif dengan realita menjadi aktif. Garis-garis perkembngan menunjukkan
usaha ego untuk mampu menghadapi situasi hidup, tanpa harus menarik diri dan tanpa memakai
mekanisme pertahanan secara berlebihan. Anna Freud mengemukakan enam garis perkembngan,
masing-masing bergerak dari dominasi id menuju realitas ego;
3. Mekanisme Pertahanan
Menurut Siti Sundari(2005:54), mekanisme pertahanan diri lazim disebut pula
mekanisme penyesuaian diri. Bila kita mengalami kekecewaan sering ketentraman batin
terganggu atau dengan kata lain keseimbangan mental terganggu. Maka dengan segera kita
berusaha mencari jalan agar keseimbangan itu tetap terjadi. Usaha itu terjadi secara mekanis.
Maka mekanisme pertahanan terjadi secara wajar dan normal. Mekanisme pertahanan ada yang
bersifat positif dan ada pula yang negatif.
Anna Freud menganggap itu tugas analis, "dalam kaitannya dengan ego, untuk
menjelajahi isinya, batas-batasnya, dan fungsinya, dan untuk melacak sejarah ketergantungan
pada dunia luar, id, dan superego, dan, dalam Sehubungan dengan id, untuk memberikan
penjelasan tentang naluri, yaitu isi id, dan untuk mengikuti mereka melalui transformasi yang
mereka menjalani ". Faktanya adalah bahwa ketika turunan id membuat penyerangan ke dalam
kesadaran, ego rentan terhadap serangan balasan dengan menerapkan mekanisme pertahanan .
a. Represi
Represi merupakan paling dasar diantara mekanisme lainnya. Suatu cara pertahanan
untuk menyingkirkan dari kesadaran pikiran dan perasaan yang mengancam. Represi terjadi
secara tidak disadarai.7 Ini merupakan sarana pertahanan yang biasa mengusir pikiran serta
perasaan yang menyakitkan dan mengancam keluar dari kesadaran.2 Mekanisme represi secara
tidak sadar menekan pikiran keluar pikiran yang mengganggu, memalukan dan menyedihkan
dirinya, dari alam sadar ke alam tak sadar.
Bila seseorang bersama-sama dengan saudaranya mengalami sesuatu kecelakaan dan saudaranya
kemudian meninggal maka oia merasa “lupa” terhadap kejadian tersebut. Dengan cara hynosis
atau suntikan Phenobarbital, pengalaman yang direpresi itu dapat dipanggil (di”recall”) dari alam
tak sadar kealam sadar.
Represi mungkin tidak sempurna bila itu yang terjadi maka hal-hal yang direpresikan akan
muncul ke dalam impian, angan-angan, lelucon dan keseleo lidah. Menurut Freud, represi
merupakan mekanisme pertahanan yang penting dalam terjadinya neurosis.
b. Penyangkalan (denial)
Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan primitive. Penyangkalan berusaha untuk
melindungi diri sendiri terhadap kenyataan yang tidak menyenangkan. Hal ini dilakukan dengan
cara melarikan diri dari kenyataan atau kesibukan dengan hal-hal lain. Penghindaran
penyangkalan aspek yang menyakitkan dari kenyataan dengan menghilangkan data sensoris.
Penyangkalan dapat digunakan dalam keadaan normal maupun patologis.
Sebagai contoh, mereka tidak mau mengerti bahwa dirinya berpenyakit yang berbahaya,
menutup mata karena tidak mau melihat sesuatu yang ngeri, tidak mau memikirkan tentang
kematian, tidak mau menerima anaknya yang terbelakang dan sebagainya.
c. Proyeksi
Impuls internal yang tidak dapat diterima dan yang dihasilkannya adalah dirasakan dan
ditanggapi seakan-akan berasal dari luar diri. Pada tingkat psikotik, hal ini mengambil bentuk
waham yang jelas tentang kenyataan eksternal, biasanya waham kejar, dan termasuk persepsi
persaan diri sendiri dalam orang lain dan tindakan selanjutnya terhadap persepsi (waham
paranoid psikotok). Impuls mungkin berasal dari id atau superego (tuduhan halusinasi) tetapi
dapat mengalami tranformasi dalam proses. Jadi menurut analisis Freud tentang proyeksi
paranoid, impuls libido, homoseksual dirubah menjadi rasa benci dan selanjutnya diproyeksikan
kepada sasaran impuls homoseksual yang tidak dapat diterima. Proyeksi merupakan usaha untuk
menyalahkan orang lain mengenai kegagalannya, kesulitannya atau keinginan yang tidak baik.
Misalnya presentasi olah raga yang kurang baik dengan alasan sedang sakit flu atau tidak naik
kelas karena gurunya sentiment. Mekanisme proyeksi ini digunakan oleh pasien yang
menyebabkan gejala waham atau pasien paranoid.
d. Sublimasi
Sublimasi merupakan dorongan kehendak atau cita-cita yang yang tak dapat diterima
oleh norma-norma di masyarakat lalu disalurkan menjadi bentuk lain yang lebih dapat diterima
bahkan ada yang mengagumi.2 Orang yang mempunyai dorongan kuat untuk berkelahi
disalurkan dalam olah raga keras misalnya bertinju. Dokter yang agresif disalurkan menjadi
dokter ahli bedah, mengisap permen sebagai sublimasi kenikmatan menghisap ibu jari.
e. Reaksi Formasi
Reaksi formasi atau penyusunan reaksi mencegah keinginan yang berbahaya baik yang
diekspresikan dengan cara melebih-lebihkan sikap dan prilaku yang berlawanan dan
menggunakannya sebagai rintangan untuk dilakukannya. Misalnya seorang anak yang iri hati
terhadap adiknya, ia memperlihatkan sikap yang sebaliknya, yaitu sangat menyayangi secara
berlebihan. Contoh lain seorang yang secara fanatik melarang perjudian dan kejahatan lain
dengan maksud agar dapat menekan kecendrungan dirinya sendiri ke arah itu.
f. Introyeksi
Introyeksi akan terjadi bila seseorang menerima dan memasukkan ke dalam penderiannya
berbagai aspek keadaan yang akan mengancamnya. Hal ini dimulai sejak kecil, pada waktu
seseorang anak belajar mematuhi dan menerima serta kan menjadi milikinya beberapa nilai serta
peraturan masyarakat. Lalu ia dapat mengendalikan prilakunya dan dapat mencegah pelanggaran
serta hukuman sebagai akibatnya. Dalam pemerintahan dan kekuasaan yang otoriter maka
banyak orang mengintroyeksikan nilai-nilai kepercayaan baru sebagai perlindungan terhadap
perilaku yang dapat menyusahkan mereka.
h. Identifikasi
Identifikasi merupakan upaya untuk menambah rasa percaya diri dengan menyamakan
diri dengan orang lain atau institusi yang mempunyai nama. Misalnya seseorang yang meniru
gaya orang yang terkenal atau mengidentifikasikan dirinya dengan jawatannya atau daerahnya
yang maju.
i. Regresi
Regresi merupakan upaya untuk mundur ke tingkat perkembangan yang lebih rendah
dengan respons yang kurang matang dan biasanya dengan aspirasi yang kurang. Contohnya ;
anak yang sudah besar mengompol atau mengisap jarinya atau marah-marah seperti anak kecil
agar keinginannya dipenuhi.
j. Pelepasan (Undoing)
Pelepasan merupakan upaya untuk menembus sehingga dengan demikian meniadakan
keinginan atau tindakan yang tidak bermoral. Contohnya, misalnya seorang pedagang yang
kurang sesuai dengan etika dalam berdagang akan memberikan sumbangan sumbangan besar
untuk usaha social.
B. HEINZ HARTMANN
Dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Heinz_Hartmann Heinz Hartmann (November 4,
1894 di Wina, Austria-Hongaria - 17 Mei 1970 di Stony Point, New York), adalah seorang
psikiater dan psikoanalis. Dia dianggap sebagai salah satu pendiri dan wakil utama ego
psikologi. Hartmann lahir dari keluarga yang dikenal untuk memproduksi penulis dan akademisi.
Ayahnya sendiri adalah seorang profesor sejarah, dan ibunya adalah seorang pianis dan
pematung. Setelah menyelesaikan sekolah menengah ia masuk ke Universitas Wina di mana ia
menerima gelar medisnya pada tahun 1920. Minatnya dalam teori Freudian.
Sigmund Freud menawarinya analisis gratis jika ia tinggal di Wina seperti ia ditawari
posisi di Johns Hopkins Institute. Dia memilih untuk masuk ke dalam analisis dengan Freud dan
tercatat sebagai bintang bersinar di antara analis dari generasinya, dan murid favorit Freud.
Pada tahun 1937, di Wina Psychological Society, dia menunjukkan sebuah studi tentang
psikologi ego, topik yang ia kemudian akan memperluas dan yang menjadi dasar bagi gerakan
teoritis dikenal sebagai ego-psikologi.
Pada tahun 1938 ia meninggalkan Austria dengan keluarganya untuk melarikan diri dari
Nazi. Melewati Paris dan kemudian Swiss, ia tiba di New York pada tahun 1941 di mana ia
dengan cepat menjadi salah satu pemikir terkemuka New York psikoanalitik Masyarakat.
Pada tahun 1945 ia mendirikan sebuah publikasi tahunan psikoanalitik Studi Anak
dengan Kris dan Anna Freud; sedangkan pada tahun 1950 ia menjadi Presiden Asosiasi
Psikoanalisis Internasional (IPA) dan setelah beberapa tahun kepresidenannya, ia menerima gelar
kehormatan presiden seumur hidup.
1922 melihat publikasi dari artikel pertama Hartmann, pada depersonalisasi, yang diikuti oleh
sejumlah penelitian tentang psikosis, neurosis, kembar, dll
Perkembangan selanjutnya ego-psikologi dalam psikoanalisis, dengan pergeseran yang
dari teori naluri untuk fungsi adaptif ego telah dilihat sebagai memungkinkan psikoanalisis dan
psikologi untuk bergerak lebih dekat satu sama lain. Ego-psikologi menjadi sebenarnya dominan
psikoanalitik kekuatan di Amerika untuk setengah abad berikutnya atau lebih, sebelum teori
hubungan objek mulai datang ke kedepan Ia terbentuk. Namun jelas semua sama bahwa ego
psikologi memiliki keturunan Freudian asli, bahkan jika itu tidak dapat dilihat sebagai ahli waris
sendiri.
C. ROBERT W.WHITE
Dalam http://akbarkebba.blogspot.com/2013_05_01_archive.html Robert W. white,
psikolog kepribadian, meninggal pada 6 Februari di Weston, 96. Awalnya seorang sejarawan (ia
menerima gelar master dalam sejarah Amerika di Harvard pada tahun 1926), Pada tahun 1937,
juga di Harvard, ia menerima gelar Ph.D. dalam psikologi.
White adalah direktur Klinik Psikologi di Harvard 1946-1950, dan ketua Departemen
Hubungan Sosial 1957-1962.
Setelah menerima gelar sejarah dari Harvard, White mengajarkan sejarah dan
pemerintahan di University of Maine selama beberapa tahun sebelum memutuskan untuk belajar
psikologi. Kembali di Harvard ia belajar di bawah Henry A. Murray, dengan menerbitkan
"Explorations in Personality" pada tahun 1938.
menolak gagasan bahwa satu-satunya motivasi berperilaku adalah dorongan untuk
menurunkan dan pencapaian kepuasan biologis. Menurut White (1959) otot dan otak, mata, dan
organ sensori lainnya haruslah diaktifkan untuk dapat tumbuh dan sehat, dengan demikian
kehidupan manusia mencari stimulus; mereka tidak pasif bahkan berjuang keras untuk bisa
mengurangi dorongan-dorongan.
Ketika ada usaha-usaha berhasil, individu akan merasa kompeten. Kompetensi
merupakan salah satu konsep yang penting dalam teori White (1959) adalah suatu kecakapan
(ability) dari individu untuk melakukan perjanjian dengan lingkungan, baik yang hidup maupun
yang tidak, dengan cara yang sukses, membantu individu untuk tumbuh, matang dan survive
dalam hidup.
1. Tema Kompetensi dalam Tahap Psikoseksual
Teori White merupakan rekonseptualisasi dari tahap-tahap perkembangan psikoseksual,
memakai tema belajar tuntas. Pada setipa fase perkembangan psikoseksual Freud, ada elemen
penting yang ikut berkembang. Elemen itu harus dipelajari namun terkait dengan kepuasaan
instingtif. Ego dimotivasi bukan hanya oleh kebutuhan memuaskan dorongan biologik tetapi juga
oleh kebutuhan eksplorasi,belajar, dan menguasai lingkungan. Kecenderungan untuk
memperoleh rangsangan, aktif berusaha untuk mempengaruhi lingkungan ini disebut effectance
motivation. Apabila usaha itu berhasil, orang merasa kompeten yang membuat orang itu tumbuh,
masak, dan siap menghadapi tantangan hidup. Perasaan bisa menguasai realitas lingkungan
semacam itu disebut efikasi dari (self effication). Kompetensi apa saja yang dipelajari sepanjang
tahap perkembangan psikoseksual dalam perbandingan dengan teori Frued.
2. Effectance Motivation
Konsep pokok dari White adalah effectance motivation. Manusia mempunyai dorongan
instintif untuk belajar, memahami lingkungan, kompeten mempengaruhi lingkungan untuk
kepentingan kesejahteraan dirinya. Insting ini melengkapi insting insting hidup dan insting mati
dari Freud. Fenomena motif belajar dapat dilihat pada aktivitas uji realitas, pemisahan diri dan
non diri serta penyimpangan perkembangan ego.
3. Uji Realita: Kompetensi melalui kegiatan
Teori klasik reality testing menempatkan ego dalam posisi sentral yang menghubungkan
kebutuhan kepuasaan obyektif dengan realita. Bayi semakin banyak berpaling ke realita untuk
memuaskan kebutuhannya, tetapi cara untuk memperoleh kebutuhan itu hanya dengan menangis,
mengharapakan bantuan pengasuhnya. Kepuasan tidak dapat selalu diperoleh, sehingga bayi
kemudian mengembangkan kemampuan untuk menunda kepuasan, dan penundaan bisa
dilakukan kalau dia mampu mengantisipasi realita yang akan datang.
Menurut White, kemampuan mengantisipasi dan menunda kepuasaan itu merupakan hasil
dari aktivitas bayi di lingkungannya. Ego mempunyai kemampuan menunda dan mengantisipasi
karena bayi belajar dari “aktivitas yang dilakukannya,” mereka menjadi kompeten untuk
memperpanjang penundaan karena melihat kedepan bahwa penundaan itu bersifat sementara.
Pada mulanya bayi hanya marah, menggeliat, menangis, dan memukul ketika lapar; semuanya
itu adalah aksi yang membuat ibunya berlari mendekat. Jika meenangis dapat selalu dan segera
memperoleh peredaan dan makanan, bayi belajar untuk mempercayai lingkungan sekaligus
mempercayai kemampuannya membuat sesuatu terjadi. Bayi belajar mengembangkan efikasi
diri.
D. APLIKASI
Pengikut-pengikut Freud ketika mengaplikasikan psikoanalisis merasakan ada yang
kurang dari teori Freud, dan mereka kemudian berusaha melengkapinya, lahirlah psikologo ego.
Psikologi ego bukan konsep yang radikal, tetapi konsep yang mengsisi bagian-bagian yang
terlewat dari elaborasi Freud.
Anna Freud menjadi pelopor psikoanalisis kepada anak-anak, yang dengan cermat
menyiapkan metodelogi dan sistematikdari psikoanalisis anak. Sistem itu tampaknya dipakai
juga pada psikoanalisis orang dewasa, karena lebih menjamin pemahaman yang komprehensif.
Anna Freud juga memberikan peringatan kemungkinan analisis terhadap anak yang keterlaluan,
yang justru membahaya perkembangan nak itu sendiri. Hartmann dan White bnayak memberikan
masukan tentang kerja ego. Banyak gangguan kejiwaan yang dapat diatasi dengan memperkuat
ego, dan konsep-konsep psikologi ego sangat membantu usaha mengembangkan kopentensi ego
menguasai intersystem dan intrasistemnya.
E. Evaluasi
Psikologi ego menjadi wacana yang menarik dalam kaitannya dengan psikoanalisis.
Ketika banyak pakar mengkritik teori Freud sambil tetap mengakui kebenaran dan daya guna
teori itu, psikologi ego mengambil posisi memperbaiki, melengkapi, dan menyempurnakan apa
yang menjadi kelemahan asumsi Freud. Apa yang dilakukan oleh Anna Freud, Hartmann dan
white kemudian akan menjadi model yang ditiru banyak pakar psikoanalisis. Psikologi ego
menghargai kemampuan orang untuk menentukan nasibnya sendiri melalui berfikir dan belajar,
ini menjadi jembatan rekonsiliasi antara paradigm psikoanalisis dengan paradigm kognitif.
Walaupun teori ini dikembangkan ketika metodologi penelitian telah berkembang pesat,
kelemahan dari psikoanalissi tetap menonjol. Banyak konsep-konsep yang tidak didukung oleh
data obyektif, dan analisi subyektif menjadi alat utama untuk mengelaborasi konsep-konsep
psikologi ego. Metodologi baru mendapatkan perhatian yang besar ketika teori itu diaplikasikan.
Teknik inventarisasi, catatan organnisasi data, dan sitem diagnosis dan analisisnya distandardisir
sehingga kemungkinan adanya replikasi. Psikologi bukan lagi keajaiban yang dilakukan di
ruangan terapi yang menjadi milik pribadi terapis, tetapi psikoterapi adalah tehnik standar yang
sistemnya harus diikuti terapis agar tidak terjadi malpraktek.