PENDIDIKAN PANCASILA
Disusun oleh:
UNIVERSITAS JEMBER
Jalan Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember, Kode Pos 68121
2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1........................................................................................Latar Belakang Masalah
1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3
2.1 Masalah Sosial...................................................................................................3
2.2 Pembahasan........................................................................................................4
BAB III PENYELESAIAN..........................................................................................11
BAB IV PENUTUP.....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................15
LAMPIRAN.................................................................................................................16
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Pendidikan
Pancasila dengan judul “Berita Hoax Lima Pemuda Di Jember Yang Menyimpang
Sila Keempat Pancasila”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Penulis
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka ditemukan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa masalah sosial yang ada di lingkungan sekitar terkait sila ke-4 Pancasila?
2. Siapa yang menyebar berita hoax di Jember?
3. Kapan berita hoax tersebar di media sosial?
4. Dimana berita hoax terjadi?
5. Mengapa lima pemuda menyebar berita hoax di Jember?
6. Bagaimana kronologi berita hoax di Jember?
7. Apa dampak yang ditimbulkan dalam berita hoax di Jember?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
keterangan yang kami peroleh, yang bersangkutan hanya iseng (menyebarkan
pesan kebencian tersebut)," katanya, Kamis (12/10/2017).
Kusworo berharap tindakan hukum ini akan memunculkan efek jera kepada
semua pihak agar lebih bijak dalam menggunakan media sosial. "Siapapun yang
melakukan penyebaran berita bohong atau ujaran kebencian bisa dijerat dengan
pasal 28 Undang-Undang Informatika dan Transaksi Elektronik Nomor 19 Tahun
2016 atas perubahan atas UU Nomor 11 Tahun 2008, dengan ancaman hukuman
enam tahun penjara dengan denda Rp 1 miliar," katanya. [wir/but]
2.2 Pembahasan
Kegiatan berselancar di dunia maya saat ini menjadi hal yang sangat sering
dilakukan bagi kebanyakan orang. Saat membuka gerbang ke dunia maya, ada
satu hal yang harus ada dibenak diri kita. Yakni tidak semua hal yang Anda baca
di internet itu benar. Alasannya cukup sederhana, ada begitu banyak informasi
atau berita palsu bertebaran atau hoax. Hal itu terjadi karena informasi sangat
mudah untuk disebarkan di internet.
Jumlah pengguna internet dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan,
hal tersebut juga meningkatkan peningkatan penyebaran hoax. Tujuan dari
pembuat dan penyebar hoax adalah menggiring opini masyarakat dan kemudian
membentuk persepsi yang salah terhadap suatu informasi yang sebenarnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hoaks atau hoax adalah berita
bohong atau berita tidak bersumber. Hoax adalah informasi yang sesungguhnya
tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya.
Hoax merupakan informasi yang direkayasa untuk menutupi informasi
sebenarnya, dengan kata lain hoax diartikan sebagai upaya pemutarbalikan fakta
menggunakan informasi yang meyakinkan tetapi tidak dapat diverifikasi
kebenarannya, dapat pula diartikan sebagai tindakan mengabutkan informasi yang
sebenarnya, dengan cara membanjiri suatu media dengan pesan yang salah agar
bisa menutupi informasi yang benar.
Hoax atau berita bohong adalah salah satu bentuk Cyber Crime yang
kelihatannya sederhana, mudah dilakukan namun berdampak sangat besar bagi
kehidupan sosial masyarakat. Berbagai Media Sosial Online merupakan sarana
atau media bagi seseorang ataupun berbagai pihak dalam menyampaikan aspirasi
pikirannya, pendapatnya ataupun sebagai tempat untuk menyampaikan berbagai
informasi. Sebenarnya jika media online tersebut digunakan untuk hal-hal yang
positif maka tidak ada masalah yang perlu dikuatirkan. Sayangnya media sosial
online sering kali digunakan untuk menyampaikan berbagai hal negatif oleh
seseorang ataupun pihak-pihak tertentu untuk berbagai kepentingan, baik
kepentingan pribadi ataupun kepentingan pihak lain.
Terdapat 2 versi terkait dengan sejarah hoaks. Pertama yang dicatat
pada 1661. Kasus tersebut adalah soal Drummer of Tedworth, yang berkisah
soal John Mompesson, seorang tuan tanah yang dihantui oleh suara-suara drum
setiap malam di rumahnya. Ia mendapat nasib tersebut setelah ia menuntut
4
William Drury, seorang drummer band gipsy dan berhasil memenangkan perkara.
Mompesson menuduh Drury melakukan guna-guna terhadap rumahnya karena
dendam akibat kekalahannya di pengadilan. Singkat cerita, seorang penulis
bernama Glanvill mendengar kisah tersebut. Ia mendatangi rumah tersebut dan
mengaku mendengar suara-suara yang sama. Ia kemudian menceritakannya ke
dalam tiga buku cerita yang diakunya berasal dari kisah nyata. Kehebohan dan
keseraman local horror story tersebut berhasil menaikkan penjualan buku
Glancill. Namun, pada buku ketiga Glanvill mengakui bahwa suara-suara tersebut
hanyalah trik dan apa yang ceritakan adalah bohong belaka.
Ada juga kisah soal Benjamin Franklin yang pada tahun 1745 lewat harian
Pennsylvania Gazette mengungkap adanya sebuah benda bernama “Batu China”
yang dapat mengobati rabies, kanker, dan penyakit-penyakit lainnya. Sayangnya,
nama Benjamin Franklin saat itu membuat standar verifikasi kedokteran tidak
dilakukan sebagaimana standar semestinya. Meski begitu, ternyata batu yang
dimaksud hanyalah terbuat dari tanduk rusa biasa yang tak memiliki fungsi medis
apapun. Hal tersebut diketahui oleh salah seorang pembaca harian Pennsylvania
Gazette yang membuktikan tulisan Benjamin Franklin tersebut. Hoaks-hoaks
senada beberapa kali terjadi sampai adanya Badan Makanan dan Obat-obatan
Amerika Serikat pada awal abad 20.
Meskipun demikian, kata hoaks sendiri baru mulai digunakan sekitar tahun
1808. Kata tersebut dipercaya datang dari hocus yang berarti untuk mengelabui.
Kata-kata hocus sendiri merupakan penyingkatan dari hocus pocus, semacam
mantra yang kerap digunakan dalam pertunjukan sulap saat akan terjadi
sebuah punch line dalam pertunjukan mereka di panggung.
Kedua, catatan historis "Great Moon Hoax” tahun 1835, di mana New York
Sun menerbitkan serangkaian artikel tentang penemuan kehidupan di bulan.
Contoh yang lebih baru adalah 2006 “Flemish Secession Hoax", di mana stasiun
televisi publik Belgia melaporkan bahwa Parlemen Flemish telah mendeklarasikan
kemerdekaan dari Belgia, sebuah laporan bahwa yang membuat sejumlah besar
penonton menjadi salah paham.
Hingga kini, eksistensi hoaks terus meningkat. Dari kabar palsu seperti entitas
raksasa seperti Loch Ness, tembok China yang terlihat dari luar angkasa, hingga
ribuan hoaks yang bertebaran di pemilihan umum presiden Amerika Serikat pada
tahun 2016. Semua hoaks tersebut punya tujuan masing-masing, dari sesederhana
publisitas diri hingga tujuan yang amat genting seperti politik praktis sebuah
negara adidaya.
Kemunculan internet semakin memperparah sirkulasi hoaks di dunia. Sama
seperti meme, keberadaannya sangat mudah menyebar lewat media-media sosial.
Apalagi biasanya konten hoaks memiliki isu yang tengah ramai di masyarakat dan
menghebohkan, yang membuatnya sangat mudah memancing orang
membagikannya.
Harus diakui bahwa media sosial merupakan tempat yang subur bagi
munculnya informasi yang bersifat fitnah, hasutan, hoax, dan sebagainya.
Menurut hasil survey Mastel dalam Marwan (2017) dalam bahwa penyebaran
5
berita atau informasi yang berisi konten hoax tertinggi berasal dari media sosial
berupa: Facebook 92, 40%; Aplikasi Chatting 62, 62%; dan Situs Web 34,40%.
Kurangnya penyaringan informasi berita di media sosial online dari pihak yang
berwenang semakin memudahkan para pembuat dan penyebar hoax dalam
melakukan pekerjaannya. hoax, fitnah, ujaran kebencian, hujatan bermunculan
tanpa henti di media sosial. Berdasarkan informasi dari situs Kementerian
Komunikasi dan Informatika sepanjang tanuhn 2016 Direktorat Resrimsus Polda
Metro Jaya telah berhasil memblokir 300 lebih akun media sosial dan media
online yang menyebarkan informasi hoax, provokasi dan SARA, serta sekitar 800
ribu situs di Indonesia terindikasi sebagai penyebar berita palsu dan ujaran
kebencian.
Menteri Komunikasi dan Informatika pernah mengungkapkan bahwa hoaks
dan media sosial seperti vicious circle, atau lingkaran setan. Dari situ langkah
pencegahan mulai gencar dilakukan. Termasuk oleh Facebook dan Twitter sebagai
pemilik platform yang membuat tim khusus untuk meminimalisasi
keberadaannya. Ditambah lagi dengan kemunculan media abal-abal yang sama
sekali tak menerapkan standar jurnalisme. Peran media profesional yang
seharusnya membawa kecerahan dalam sebuah persoalan yang simpang siur di
masyarakat semakin lama semakin tergerus.
Kini, hoax menjadi trend dan perbincangan dalam kalangan masyarakat.
Keadaannya dianggap sangat meresahkan publik yang mana dapat menjadi suatu
ancaman perpecahan bangsa. Seiring dengan perkembangan teknologi, media
online menjadi sangat berperan dalam penyebaran suatu informasi. Melihat
masyarakat yang mudah terpengaruh tanpa mencari tahu akan kebenarannya dapat
menjadi suatu permasalahan.
Kalau tidak hati-hati, pengguna dunia maya atau netizen dapat dengan mudah
termakan tipuan hoax tersebut. Bahkan malah bisa ikut menyebarkan hoax, yang
tentunya akan sangat merugikan bagi pihak korban fitnah. Berikut merupakan
jenis jenis berita hoax yang patut anda waspadai.
a. Hoax Virus
Hoax jenis ini biasanya dikembangkan oleh hacker dan melakukan
penyebarannya lewat email atau aplikasi chatting. Hoax jenis ini biasanya
berisi tentang adanya virus berbahaya di komputer atau smartphone Anda
yang sebenarnya tidak terinfeksi.
b. Hoax Kirim Pesan Berantai
Pengguna aktif aplikasi chatting WhatsApp atau BBM, pasti sering
mendapat pesan untuk melanjutkan pesan ke beberapa teman lain dengan
berbagai alasan. Biasanya, pesan tersebut tentang mendapat hadiah tertentu
atau mengalami hal buruk jika tidak mengirimkannya.
c. Hoax Urban Legend
Banyak orang yang suka membuat hoax soal cerita urban legend seram
tentang tempat, benda, atau kegiatan tertentu. Hoax jenis ini biasanya
menghimbau netizen untuk tidak mengunjungi, membeli, atau melakukan hal
yang telah disebutkan pembuat hoax tadi. Hoax jenis ini dapat berimbas
6
negatif pada si objek kabar hoax, seperti mulai dijauhi sampai nilai
ekonomisnya menurun. Sekilas hoax ini mirip dengan black campaign.
d. Hoax dapat Hadiah Gratis
Hoax satu ini modusnya mirip dengan penipuan online. Oknum akan
mengirimkan pesan boradcast atau pop-up message berisikan pengumuman
pemberian hadiah gratis. Di sini, memang korban jarang ada yang mengalami
kerugian uang, namun mereka tertipu dengan mengisi survei-survei internet
untuk iklan. Dampak negatif akan semakin besar apabila si korban tidak
sengaja menggunakan email kantor atau email utama untuk mendaftarkan diri
di survei tersebut. Jika terjadi, maka email-email iklan dipastikan mengalir
deras dan susah untuk dihentikan.
e. Hoax tentang Kisah Menyedihkan
Hoax satu ini berupa surat yang berisikan tentang kabar dari seseorang
yang tengah sakit dan membutuhkan dana guna operasi atau obat. Hoax jenis
ini biasanya menggunakan foto dari Google demi mendapatkan simpati.
Oknum dari penyebar hoax ini turut menyertakan nomor rekening agar korban
yang tertipu bisa mengirimkan beberapa jumlah uang.
f. Hoax Pencemaran Nama
Sifat hoax ini sangat berbahaya. Karena dari berita palsu bisa dengan
mudah tersebar di dunia maya dan mampu menghancurkan hidup seseorang
dalam sekejab.
Dengan banyaknya sejarah dan jenis jenis berita hoax ini, kita harus selalu
waspada. Karena jika kita tidak waspada maka akan terkena dampak negatif dari
berita hoax. Dampak berita hoax antara lain sebagai berikut.
a. Buang-buang Waktu dan Uang
Menurut perhitungan pada situs cmsconnect.com, membaca kabar hoax
dapat menimbulkan kerugian yang tidak sedikit bagi individu atau kantor
tempat Anda bekerja. Hal ini terjadi berkat produktivitas yang menurun akibat
efek mengejutkan dari kabar hoax.
Bagi perusahaan, kerugian yang biasa dikeluarkan minimal mencapai Rp
10 juta per tahun. Sementara individu bisa mencapai Rp 200 ribu per tahun.
Semua ini bisa terjadi bila setiap pekerja menghabiskan waktu 10 detik per
hari untuk membaca email atau pesan hoax.
c. Pengalihan Isu
Di dunia maya, khususnya bagi para penjahat cyber, hoax dapat digunakan
untuk memuluskan aksi ilegal mereka. Penjahat cyber diketahui sering
7
menyebar hoax soal adanya kerentanan sistem di sebuah layanan internet,
misalnya Google Gmail.
Nah, di dalam pesan hoax tadi, hacker bisa saja menyertakan tautan
tertentu yang disarankan untuk diklik agar terhindar dari kerentanan sistem
Gmail tadi. Padahal, tautan tadi justru berisi virus yang bisa membajak Gmail
Anda.
d. Penipuan Publik
Selain kehebohan, ada jenis hoax yang dibuat untuk mencari simpati dan
uang. Di Indonesia sendiri, kabar hoax yang banyak menipu publik beberapa
waktu lalu adalah pesan pembukaan pendaftaran CPNS nasional yang dikirim
lewat WhatsApp. Setelah ramai tersebar, barulah pemerintah mengklarifikasi
bila pihaknya belum akan membuka pendaftaran CPNS.
e. Memicu perpecahan.
Ancaman dari penyebaran berita hoax yaitu dapat menimbulkan
perpecahan. Perpecahan terjadi karena tersebarnya berita hoax yang
bermuatan isu SARA. Suku, agama, ras (SARA) merupakan hal yang sensitif
di Indonesia disebut sensitif karena di Indonesia sendiri merupakan negara
dengan beragam perbedaan budaya pada suku, agama dan ras. Menyebarnya
isu SARA tentunya dapat memecah belah kehidupan bermasyarakat.
Masyarakat kini tidak bisa membedakan isu yang benar dan hoax.
8
dan harus dapat dipertanggung jawabkan dengan tidak menyebarkan berita hoax
yang meresehkan masyarakat.
Penyebaran informasi hoax dan ujaran kebencian kini sekian massif. Hal ini
tentu menyelewengkan sila keempat yang mana lebih keblabasan dalam
berpendapat tanpa melihat kebenarannya. Penyelewengan ini pun seharusnya
tidak dianggap hal yang biasa dilakukan atau dianggap sebagai sesuatu yang ‘bisa
dilanggar’ menjadi ‘biasa dilanggar’.
Sila ini mengingatkan kita agar dapat lebih mengembangkan perbuatan-
perbuatan terpuji, dalam kasus ini ialah bersikap lebih teliti terhadap pemberitaan
yang kurang jelas dan meninggalkan segala penyebaran pemberitaan palsu. Hal
tersebut akan senantiasa mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotong-royongan, serta mencintai kemajuan dan pembangunan bangsa.
9
BAB III
PENYELESAIAN
Situasi dunia maya sangat rentan terhadap informasi hoax yang mengancam
persatuan dan kesatuan, maupun demokrasi di Indonesia. Pencegahan hoax bisa
dilakukan dengan mengedukasi para pengguna jejaring sosial tentang literasi media.
Literasi media penting sebagai kemampuan untuk mengakses, mengevaluasi dan
mengkomunikasikan pesan dalam pelbagai bentuknya (Aufderheide, 1992).
Sebenarnya literasi media ini telah tertuang dalam pasal 52 UU no.32/tahun 2003
tentang Penyiaran, yang memaknai literasi media sebagai kegiatan pembelajaran
untuk meningkatkan sikap kritis masyarakat (Iriantara, 2009, p. 25; Juliswara, 2017,
p. 147).
Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa memecahkan masalah merupakan
kemampuan yang penting dimiliki oleh semua orang, terutama yang dimulai dari
beberapa instansi seperti lembaga pendidikan, lembaga kemasyarakatan, dan lembaga
pemerintahan. Lembaga pemerintahan seperti Kementrian Komunikasi dan
Informatika Republik Indonesia telah membuat UU Informasi dan Transaksi
Elektronik (ITE) Tahun 2008, khususnya Pasal 27 ayat 3 UU ITE menyebut
“Melarang setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama
baik.” Sudah seharusnya Pemerintah bertindak tegas dan adil kepada pelaku yang
terjerat khususnya penyebar berita hoax sehingga pelaku dapat jera dan dapat
meminimalisir berita hoax.
Kita sebagai masyarakat juga harus dapat menanggulangi berita hoax dengan cara
membuat group diskusi anti-hoax di media sosial dengan mengajak masyarakat atau
netizen. Admin dapat memberikan informasi tentang langkah-langkah sederhana yang
dapat membantu mengidentifikasi mana berita hoax dan mana berita asli.
10
Berita yang kita peroleh dari website atau mencantumkan link harus kita
teliti dengan cermat alamat URL situs yang kita baca. Apabila berasal dari
situs yang belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi, misalnya
menggunakan domain blog, maka informasinya bisa dibilang meragukan.
c. Mencari fakta berita
Setelah kita meneliti alamat situsnya kemudian cari faktanya. Berita
tersebut hanya sebuah opini dari penulis atau memang benar-benar fakta.
Berita yang bersifat fakta tentunya ada bukti dan kesaksian dengan sifat yang
objektif. Sedangkan opini dari penulis bersifat subjektif, terkadang memihak
salah satu pihak.
d. Mengecek keaslihan foto
Di zaman milenial ini dengan teknologi digital yang berkembang pesat,
bukan hanya konten berupa teks yang bisa dimanipulasi, melainkan juga
konten lain berupa foto atau video. Ada kalanya pembuat berita palsu juga
mengedit foto untuk memprovokasi pembaca.
Cara untuk mengecek keaslian foto bisa dengan memanfaatkan mesin
pencari Google, yakni dengan melakukan drag-and-drop ke kolom pencarian
Google Images. Hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang
terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan.
11
BAB IV
PENUTUP
(1) Ancaman utama dari hoax adalah perpecahan dalam diri masyarakat Indonesia.
Dilihat dari segi demokrasi, hoax justru melanggar prinsip kebebasan berpendapat
(freedom of speech). Instrumen yang paling sering saat ini untuk menyebarkan hoax
adalah media sosial. Orang lebih cenderung percaya hoax jika informasinya sesuai
dengan opini atau sikap yang dimiliki. Kadang kala informasi palsu atau hoax tidak
hanya bertujuan untuk mengelabui pembaca dengan memutarbalikkan fakta, tetapi
juga untuk menyebarkan ujaran kebencian (hate speech).
(2) Sila keempat sangat menentang bentuk-bentuk aksi yang mengancam persatuan
dan kesatuan nasional, terutama hoax yang bersifat propagandis dan ujaran kebencian
(hate speech). Dengan menyebarkan hoax, ia telah mengabaikan kedudukannya
sebagai makhluk Tuhan, di mana moral dan tanggung jawab melekat padanya.
Pemerintah telah mengambil langkah tegas dengan mengesahkan UU ITE sebagai
upaya menangani isu hoax yang tidak sesuai dengan Pancasila.
(3) Pencegahan hoax bisa dilakukan dengan mengedukasi para pengguna jejaring
sosial tentang literasi media. Tujuan literasi media dimaksudkan untuk melindungi
warga masyarakat sebagai konsumen media dari dampak negatif media massa, dan
upaya mempersiapkan warga masyarakat untuk hidup di dunia yang sesak-media agar
mampu menjadi konsumen media yang kritis.
Dengan menulis makalah ini, kami (penulis) berharap agar kami sebagai penulis
dapat melakukan solusi seperti yang sudah dijelaskan sebelumnnya dan pembaca
dapat paham akan bahaya berita hoax. Selain itu, pembaca dapat memerangi berita
hoax dengan solusi yang telah kami buat.
12
DAFTAR PUSTAKA
A. Astrini. 2017. Hoax dan Banalitas Kejahatan, Jurnal Transformasi No. 32,
Volume II, , hlm3.
Iriantara, Y., 2009. Literasi Media: Apa, Mengapa, Bagaimana. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media.
Masyarakat Telematika Indonesia. 2017. Hasil Survey Mastel Tentang Wabah HOAX
Nasional, hlm 13 – 18.
13
LAMPIRAN
Gambar 1 : Poster 1
Gambar 2 : Poster 2
14
Gambar 3: Poster 3
15