Anda di halaman 1dari 28

JAMUR MIKROSKOPIS DAN JAMUR MAKROSKOPIS

LAPORAN

OLEH :
ALGHI FAHRY LESMANA
210301059
AGROTEKNOLOGI-1 B

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat
pada waktunya.
Adapun judul dari laporan praktikum kali ini adalah “Jamur Mikroskopis”
yang merupakan salah satu syarat untuk memenuhi penilaian dari praktikum
Laboratorium Mikrobiologi Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara.
Penulis berterima kasih kepada Ibu Irda Safni SP., MCP, Ph.D selaku dosen
mata kuliah Mikrobiologi Pertanian serta abang dan kakak asisten laboratorium
yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena ini, kritik dan saran yang bersifat membangunkan akan sangat diharapkan
demi perbaikan penulisan mendatang. Akhir kata penulis mengucapkan
terimakasih.

Medan, Oktober 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 1

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 2

PENDAHULUAN .................................................................................................. 3

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 3

1.2 Tujuan Praktikum .......................................................................................... 4

1.3 Kegunaan Penulisan ...................................................................................... 4

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 6

BAHAN DAN METODE ...................................................................................... 7

3.1 Tempat dan Waktu Praktikum ...................................................................... 7

3.3 Prosedur Praktikum ....................................................................................... 7

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 8

4.1 Hasil .............................................................................................................. 8

4.2 Pembahasan ................................................................................................... 8

KESIMPULAN ................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11

2
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jamur adalah salah satu organisme yang memiliki kingdom tersendiri yang
disebut dengan kingdom fungi. Jamur ini memerlukan senyawa organik sebagai
nutrisi. Sifat jamur ada yang saprofit, parasit, dan menguntungkan. Saprofit apabila
sumber nutrisinya berasal dari bahan organik mati, parasit apabila memperoleh
senyawa organik dari organisme hidup. Jamur yang bersifat menguntungkan biasanya
digunakan sebagai bahan makanan. Sifat lain dari jamur yaitu ada yang endofit. Fungi
yang bersifat endofit merupakan salah satu mikroba yang berperan penting karena
menghasilkan senyawa bioaktif yang sama dengan tanaman inangnya ataupun
senyawa lainnya (Rahayu, 2016).
Jamur digolongkan menjadi 5 divisi yaitu Ascomycota, Basidiomycota,
Critidiomycita, Zygomycota dan Deuteromycota. Jamur biasanya hidup pada
tempat yang lembab, basah, pada sampah, sisa-sisa organisme, atau di dalam tubuh
organisme lain dan dapat juga hidup di lingkungan asam. Jamur adalah salah
satu organisme yang memiliki struktur sel berbentuk bola atau filamen yang
disebut hifa (Pawar et al, 2016).
Struktur pada tubuh jamur yang paling umum yakni filamen multisel
dan sel tunggal atau ragi. Beberapa spesies jamur dapat tumbuh membentuk
filamen dan ragi, tetapi bahkan lebih berkembang hanya sebagai filamen;
relatif sedikit spesies tumbuh hanya sebagai ragi. Tubuh jamur ini biasanya
membentuk jaringan filamen kecil yang disebut hifa (Sadava, 2012).
Hifa merupakan suatu struktur benang –benang bercabang danmenyebar
pada permukaan maupun di dalam substrat. Hifa dibedakan atas dua yaitu
hifa fertile yang membentuk sel reproduktif dan pertumbuhan ke atas sebagai
hifa udara serta hifa vegetatif yaitu hifa yang mencari makanan ke dalam
substrat Reproduksi yang terjadi pada jamur dapat secara seksual dan aseksual
dengan bentuk dan ukurannya uniseluler dan multiseluler (David, 2015).

3
Kondisi tertentu, sifat jamur dapat berubah menjadi patogendan
menyebabkan berbagai penyakit. Beberapa jamur yang mencemari bumbu
dapurmemiliki kemampuan dalam memproduksi racun atau toxin yang dapat
menimbulkan penyakit. Berbagai jenis bumbu dapur yang sudah ditumbuhi jamur
umumnya akan busuk namun tidak basah (berlendir) (Amalia, 2013).
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk mempelajari dan memahami cara
menumbuhkan jamur dengan menggunakan media tumbuh tempe.

1.3 Kegunaan Penulisan


Adapun kegunaan dari penulisan laporan kali ini adalah untuk memenuhi
komponen penilaian dari praktikum Mikrobiologi Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sebagai bahan informasi bagi
pihak yang membutuhkan.

4
TINJAUAN PUSTAKA

Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil, sehingga tidak dapat


menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis. Jamur memerlukan zat- zat
makanan dengan menyerap dari proses pelapukan. Berdasarkan bentuk dan
ukurannya jamur dapat dikelompokkan menjadi jamur mikroskopis dan jamur
makroskopis. Jamur mikroskopis adalah jamur yang hanya bisa dilihat dengan
mikroskop, karena memiliki ukuran tubuh yang sangat kecil (Ketut, 2012).

Banyak mikroorganisme terutama jamur yang menyerang buah jeruk, antara


lain Colletotrichum sp., Penicillium sp., dan beberapa jamur lainnya. Penyakit
pasca panen pada komoditas hortikultura hingga kini belum mendapat perhatian
yang memadai. Di negara berkembang, fasilitas penanganan pasca panen sangat
minim dan tuntutan mutu masih rendah sehingga diduga kehilangan hasil mencapai
50% atau lebih (Suhardi, 2012).

Penyakit lapuk hijau disebabkan oleh jamur Penicillium digitatum,


sedangkan penyakit lapuk biru 12 disebabkan oleh jamur Penicillium expansum.
Penyakit ini menyerang buah jeruk, terutama buah yang sudah berair dan sudah tua.
Buah yang terserang penyakit ini akan membusuk, basah, dan akhirnya seluruh
bagian buah akan rusak. Timbul lapuk dan terjadi jaringan hifa (benang-benang
lembut) berwarna hijau atau biru. Penyebaran penyakit sering terjadi pada saat
pemetikan buah, misalnya buah terjatuh ke tanah dan terbentur benda keras
sehingga mengakibatkan memar. Embun yang menempel pada dinding kulit buah
jika dipegang dengan tekanan yang keras akan masuk ke pori-pori kulit buah,
sehingga akibatnya buah menjadi busuk dan berbau tidak enak (Semangun, 2013).

Jamur Penicillium sp. memiliki persentase daya hambat yang lebih kuat
dibandingkan dengan bakteri Pseudomonas sp. Penicillium sp. yang dapat
menghasilkan senyawa antibiotik Penicilin sangat berpengaruh terhadap
penghambatan jamur patogen Cercospora nicotianae. Pemanfaatan Penicillium sp.
dapat dikembangkan menjadi produk agen hayati yang dapat mengendalikan
penyakit patik pada tembakau. (Purwantisari, 2018).

5
Jamur Penicillium sp. jumlahnya melimpah pada salinitas tanah 2 dS/m.
Sampel tanah diambil dari tanah pertanian pada saat kering di New South Wales.
Demikian pula jamur Aspergillus penicilloides yang diisolasi dari tanah mangrove
memerlukan garam untuk pertumbuhannya atau bersifat halophil obligat
(Nayak et al., 2012).

Ciri-ciri spesifik Penicillium adalah hifa bersekat atau septet, miselium


bercabang, biasanya tidak berwarna, konidiofora bersekat atau septet dan muncul
di atas permukaan yang berasal dari hifa di bawah permukaan hifa bercabang atau
tidak bercabang, kepala hifa yang membawa spora berbentuk seperti sapu, dengan
sterigmata muncul dalam kelompok, konidium berbentuk rantai karena muncul satu
per satu dari sterigmata (Purwantisari, 2018).

Keberadaan jamur penicillium sp dan Khamir dalam minuman dapat


membahayakan kesehatan konsumen. Hal ini disebabkan karena kuman
mereproduksi toksin yang dapat mengakibatkan keracunan makanan dan minuman.
pada minuman susu segar dan susu kemasan, membuktikan bahwa susu dalam
kemasan kardus, kaleng, botol kaca dan plastik tidak bebas dari cemaran jamur
seperti Aspergillus sp, Penicillium sp, Geotrichum sp, dan Khamir
(Nurma et al., 2015).

6
BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Praktikum


Adapun praktikum ini dilakukan di Jalan Kenanga Sari Nomor 14, Kelurahan
Tanjung Sari, Medan Selayang , Sumatera Utara dengan ketinggian 31 mdpl yang
dilaksanakan secara virtual menggunakan aplikasi Google Meet pada hari Kamis,
22 Maret 2022 pukul 08:00 WIB sampai dengan selesai.
3.2 Alat dan Bahan Praktikum
Bahan
Adapun bahan yang diperlukan dalam praktikum kali ini, yaitu: jeruk
yang berfungsi sebagai media penumbuhan jamur.
Alat
Adapun alat yang diperlukan dalam praktikum kali ini, yaitu: wadah
yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan jeruk, serta penutup wadah untuk
dapat menutup wadah yang telah dimasukkan jeruk agar kedap udara.
3.3 Prosedur Praktikum
1. Dicari serta dipersiapkan alat dan bahan untuk praktikum
2. Dimasukkan jeruk yang telah dimasukkan ke dalam wadah
3. Diberikan sedikit air pada jeruk yang telah dimasukkan ke dalam wadah
4. Ditutup wadah plastik tersebut dengan penutup agar kedap udara
5. Diletakkan di tempat gelap dan lembab tanpa terkena sinar
6. Ditunggu selama 5 hari agar jamurnya tumbuh
7. Diamati jamur yang telah tumbuh

7
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
GAMBAR KETERANGAN
Jamur Penicillium tersusun
atas komponen dasar yang
disebut Hifa. Hifa membentuk
jaringan yang disebut
Miselium. Miselium
Menyusun jalinan-jalinan
semu membentuk tubuh buah.
Hifa sendiri adalah struktur
menyerupai benang yang
tersusun dari dinding
berbentuk pipa. Dinding ini
menyelubungi membrane
plasma dan sitoplasma .
Sitoplasmanya mengandung
organel eukariotik.

4.2 Pembahasan
Jamur Penicillium expansum merupakan jamur yang dapat menyerang
buah jeruk, terutama buah yang sudah berair dan sudah tua. Hal ini sesuai dengan
literatur Semangun (2013) yang menyatakan buah yang terserang penyakit ini
akan membusuk, basah, dan akhirnya seluruh bagian buah akan rusak. Timbul
lapuk dan terjadi jaringan hifa (benang-benang lembut) berwarna hijau atau biru.
Klasifikasi lengkap dari jamur ini adalah Kingdom Fungi, Filum Ascomycota,
Kelas Eurotiomycetes, Ordo Eurotiales, Famili Trichocomaceae, Genus
Penicillium, Spesies expansum.

8
Spesies Penicillium adalah jamur tanah yang ditemukan di mana-mana,
lebih menyukai iklim dingin dan sedang, biasanya berada di mana pun bahan
organic tersedia. Hal ini sesuai dengan literatur Nayak et al (2012) yang
menyatakan bahwa Jamur Penicillium sp. jumlahnya melimpah pada salinitas
tanah 2 dS/m. Kemampuan spesies Penicillium ini untuk tumbuh pada makanan
yang disimpan tergantung pada kecenderungan mereka untuk berkembang
dalam kelembapan rendah dan berkoloni dengan cepat melalui penyebaran udara
sementara benih cukup lembab.

Jamur jenis Penicillium dapat dengan mudah diangkut dari luar ruangan,
dan tumbuh di dalam ruangan. Hal ini sesuai dengan literatur Purwantisari
(2018) yang menyatakan bahwa jamur Penicillium ini memiliki daya hambat
yang kuat, pertumbuhan Penicillium dapat terjadi di dalam ruangan meskipun
kelembapan relatif rendah, selama tersedia cukup kelembapan pada permukaan.

Penicillium tersusun atas komponen dasar yang disebut hifa. Hifa sendiri
adalah struktur yang menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk
pipa, dan hifa ini membentuk jaringan yang disebut miselium yang menyusun
jalinan-jalinan semu membentuk tubuh buah. Hal ini sesuai dengan literatur
Purwantisari (2018) yang menyatakan bahwa Penicillium adalah hifa bersekat
atau septet dan miselium bercabang, kepala hifa yang membawa spora berbentuk
seperti sapu.

Jamur Penicillium merupakan jamur non edible karena tidak bisa


dikonsumsi secara langsung. Hal ini sesuai dengan literatur Nurma et al (2015)
yang menyatakan bahwa keberadaan jamur Penicillium sp dapat membahayakan
kesehatan konsumen hal ini disebabkan karena kuman mereproduksi toksin yang
dapat mengakibatkan keracunan makanan dan minuman. Namun beberapa
anggota dari genus menghasilkan penisilin yang merupakan molekul yang
digunakan dalam pembuatan antibiotik

9
KESIMPULAN
1. Penicillium merupakan jamur yang dapat menyerang buah jeruk, terutama buah yang
sudah berair dan sudah tua.

2. Kemampuan spesies Penicillium ini mampu untuk tumbuh pada makanan yang
disimpan, spesies Penicillium adalah jamur tanah yang ditemukan di mana-mana,
lebih menyukai iklim dingin dan sedang, biasanya berada di mana pun bahan organic
tersedia.

3. Penicillium ini memiliki daya hambat yang kuat, pertumbuhan Penicillium dapat
terjadi di dalam ruangan meskipun kelembapan relatif rendah, selama tersedia cukup
kelembapan pada permukaan.

4. Penicillium adalah hifa bersekat atau septet dan miselium bercabang.

5. Jamur Penicillium sp dapat membahayakan kesehatan konsumen hal ini disebabkan


karena kuman mereproduksi toksin yang dapat mengakibatkan keracunan makanan
dan minuman.

10
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, N. 2013. Identifikasi Jamur Aspergillus flavus pada Kacang Tanah
(Arachis hypogaea L.) yang Dijual di Pasar Kodim. Jurnal Analisis
Kesehatan Klinikal Sains 1(1): 1-10.

Campbell, N.A. dan Reece, J. B. 2013. Campbell Biology. Tenth Edition.


Boston: Benjamin Cummings/Pearson.

David S. Hibbett. 2015. Comparative Genomics of Early-Diverging Mushroom-


Forming Fungi Provides Insights Into The Origins of Lignocellulose
Decay Capabilities. Journal OxfordMol Biol Evol 3(3): 28-42.
Ketut, L. 2012. Makalah Tentang Jamur, (Online),
(www.ketutardika.blogspot.com, diakses 10 Juni 2013).
Nayak SS, Gonsalves V and Nazareth SW. 2012. Isolation and salt tolerance of
halophilic fungi from mangroves and solar saltems in Goa-India. Indian
J Geo-Marine Sci 41(2): 164-172.
Nurma Irama H Siagian , Taufik Ashar , Devi Nuraini Santi. 2015. Analisis Jamur
Penicillium dan Jamur Khamir Pada Minuman Susu Kemasan dan Susu
Segar yang Beredar di Kota Medan Tahun 2015. Fakultas Kesehatan
Masyarakat USU.

Pawar, S. and S. Nasreen. 2016. Isolation and Identification of Some Pathogenic


Fungi from Different Infected Vegetables. International.
Purwantisari, M. B. (2018). Kemampuan Antagonisme Pseudomonas sp. dan
Penicillium sp. Terhadap Cercospora nicotianae In Vitro. Jurnal Biologi,
Hal. 1-7.

Semangun, H., 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah


Mada University Press: Yokyakarta.

Suhardi. 2012. Ekobiologi patogen: perspektif dan penerapannya dalam


Pengendalian penyakit. Pengembangan Inovasi Pertanian 2(2): 111- 130.

11
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat
pada waktunya.
Adapun judul dari laporan praktikum kali ini adalah “Jamur Makroskopis”
yang merupakan salah satu syarat untuk memenuhi penilaian dari praktikum
Laboratorium Mikrobiologi Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara.
Penulis berterima kasih kepada Ibu Irda Safni SP., MCP, Ph.D selaku dosen
mata kuliah Mikrobiologi Pertanian serta abang dan kakak asisten laboratorium
yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena ini, kritik dan saran yang bersifat membangunkan akan sangat diharapkan
demi perbaikan penulisan mendatang. Akhir kata penulis mengucapkan
terimakasih.

Medan, Oktober 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 1

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 2

PENDAHULUAN .................................................................................................. 3

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 3

1.3 Kegunaan Penulisan ...................................................................................... 4

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 5

BAHAN DAN METODE ...................................................................................... 8

3.1 Tempat dan Waktu Praktikum ...................................................................... 8

3.2 Alat dan Bahan Praktikum ............................................................................ 8

3.3 Prosedur Praktikum ....................................................................................... 8

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 9

4.1 Hasil .............................................................................................................. 9

4.2 Pembahasan ................................................................................................. 10

KESIMPULAN.................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14

2
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jamur merupakan salah satu kingdom dalam klasifikasi makhluk hidup.
Tersusun atas sel eukariotik. Jamur termasuk dalam makhluk yang heterotroph yakni
tidak dapat memproduksi makanannya sendiri. Jamur juga tidak memiliki klorofil,
dan juga dinding selnya tersusun atas zat kitin. Dalam berkembang biakannya jamur
menghasilkan spora dan tubuhnya memiliki talus (Azizah et al, 2021).

Jamur merupakan mahkluk hidup yang tidak dapat membuat makanannya


sendiri oleh karena itu mereka bersifat saprofit atau parasit. Jamur banyak
ditemukan ditempat yang lembab dan kaya zat organik, misalnya di kayu yang
lapuk, di roti yang basi, dll. Jamur ada yang bersifat merugikan dan juga
menguntungkan. Jamur yang merugikan adalah jamur yang menguraikan makanan
kita sehingga membusuk, namun dengan sifat pengurai tersebut jamur dapat
membuat bahan organik terurai dan tidak memenuhi alam kita dengan sampah
organik.(Jihan Nur, 2019).

Jamur juga sudah banyak dimanfaatkan untuk fermentasi makanan misal


pada tempe yang menggunakan Saccharomyces cereviceae. Oleh karena itu,
dengan mempelajari bagian-bagian jamur yang ada pada makanan seperti tempe,
roti, dan apel akan sangat membantu kita agar dapat memanfaatkan jamur tersebut
lebih baik (Nur Fa’iza, 2017).

Jamur merupakan organisme eukariotik dan hampir emua bersel banyak.


Sel-sel jamur tidak mengandung pigmen fotosintetik sehingga heterotrof. Jamur
bersifat talus yaitu tidak memiliki akar, batang, daun sejati. Tubuh jamur terdiri
dari benang-benang yang disebut hifa. Hifa yang bercabang-cabang akan
membentuk misellium. Hifa yang tidak bersekat menyebabkan inti sel menyebar
di protoplasma (hifa koenositik). Jamur memiliki dinding sel yang terdiri dari zat
kitin. Habitat jamur adalah di tempat lembab yang memiliki zat organik dan
kurang cahaya. Mereka bersifat saprofit maupun parasit dan menyimpan cadangan
makanannya dalam bentuk glikogen dan lemak. Kingdom fungi dibagi menjadi
empat divisio yaitu zygomicota, ascomycota, basidiomycota, dan deuteromycota.
(Revan Dias, 2017).

3
Secara alamiah jamur banyak dijumpai pada tempat dengan kondisi
lingkungan yang lembab. Jamur memerlukan kondisi lingkungan yang kurang
cahaya matahari karena jamur merupakan jenis tumbuhan yang tidak menyukai
cahaya. Salah satu kawasan yang memiliki kondisi seperti ini adalah perkebunan
kelapa sawit (Rahma, 2018).

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk mempelajari dan memahami
strukur tubuh buah jamur makroskopis.

1.3 Kegunaan Penulisan


Adapun kegunaan dari penulisan laporan kali ini adalah untuk memenuhi
komponen penilaian dari praktikum Mikrobiologi Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sebagai bahan informasi bagi
pihak yang membutuhkan.

4
TINJAUAN PUSTAKA
Jamur umumnya menempati berbagai tipe habitat, contohnya yaitu tanah, kayu,
serasah, kotoran hewan dan sebagainya. Tipe ekosistem yang dapat ditumbuhin oleh
jamur adalah hutan, karen ahutan memiliki tingkat kelembapan yang tinggi pada
lingkunganya sehingga jamur dapat dengan mudah hidup dan berkembang di sana.
Jamur merupakan salah satu organisme yang termasuk kedalam kelompok kerajaan
fungi yang bersifat heterotroph, dan juga jamur merupakan salah satu keunikan yang
memperkaya kanekaragaman jenis makhluk hidup dengan berbagai manfaatnya
(Annisa et al, 2017).
Keanekaragaman spesies yang tinggi dari jamur salah satunya yaitu jamur
makroskopis. Jamur makroskopis merupakan jamur yang berukuran besar, sehingga
dapat dilihat dengan kasat mata dan memiliki bentuk struktur umum dari jamur
makroskopis ini yang terdidri atas bagian-bagian tubuh seperti bilang, tudungtangkai
dan cincin (Riastuti, 2018).
Salah satu contoh dari jamur makroskopis yaitu jamur tiram (Pleurotus
ostreatus) yang dimana , jamur tiram merupakan jenis jamur kayu yang paling
mudah dibudidayakan karena memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap
lingkungan juga jamur ini tumbuh liar secara saprofit. Jamur tiram memiliki banyak
manfaat dan juga kandungan nutrisi pada jamur tiram sangatlah banyak, dan juga
jamur tiram termasuk jamur edible, yang dimana jamur edible merupakan jenis
jamur pangan yang dapat dikonsumsi oleh manusia (Suharjo, 2015).
Jamur tiram merupakan salah satu jamur makrospik, yang memiliki bentuk
tubuh seperti payung. Berikut ini adalah klasifikasi ilmiah untuk jamur tiram:
Kingdom: fungsi, Divisi: Basidiomycota, Kelas: Homobasidiomycetes, Ordo:
Agaricales, Famili: Tricholomataceae, Genus: Pleurotus, Species: P. Ostreatus.
(Kusumaningrum, 2018).
Jamur tiram putih memiliki tubuh buah yang tumbuh mekar membentuk
corong dangkal seperti kulit kerang (tiram). Tubuh buah jamur ini memiliki tudung
(pileus) dan tangkai (stipe atau stalk). Pileus berbentuk mirip cangkang tiram
berukuran 5 cm-15 cm dan permukaan bagian bawah berlapis-lapis seperti insang
berwarna putih dan lunak. Tangkainya dapat pendek atau panjang (2cm- 6cm)
tergantung pada kondisi lingkungan dan iklim yang mempengaruhi
pertumbuhannya (Nunung, 2012).

5
Pembibitan jamur tiram putih biasanya menggunakan media kombinasi
serbuk gergaji sebagai media dasar dan beberapa campuran seperti bekatul,
sementara itu masih banyak jenis media lain yang cukup potensial ditinjau dari
kandungan nutrisinya bagi jamur tiram putih, karena itu perlu pengujian perlakuan
beberapa jenis media bibit, apakah dengan media yang berbeda kualitas bibit jamur
tiram putih yang diperoleh masih cukup baik atau bahkan justru lebih baik
dibanding dengan bibit yang dihasilkan dengan menggunakan media standar.Media
bibit merupakan salah satu faktor penting penentu keberhasilan dan kualitas jamur,
dengan media bibit yang bahannya lebih baik atau diperkayadengan biji–bijian,
nutrisi yang ada pada biji–bijian akan mudah diserap oleh jamur dari pada media
serbuk kayu serta akan dihasilkan bibit jamur yang lebih baik.Media bibit jamur
dapat digunakan berbagai macam bahan. Beberapa bahan media bibit jamur yang
dapat digunakan di antaranya biji – bijian, serbuk kayu, kotoran ternak, dan bahan
organik lainnya. Setiap jenis jamur mempunyai spesifikasi pertumbuhan yang khas
pada setiap bahan media tanam, sehinggatidak setiap bahan media tanam cocok
digunakan untuk pertumbuhan bibit semua jenis jamur (Hapsari, 2014).
Jamur tiram memiliki bentuk dan tekstur yang kenyal dan lembut dengan
berbagai variasi warna, jika dilihat dari samping mana bentuk tudung (pileus) seperti
cangkang tiram. Namun jika dilihat dari bagian atas, mkaa substrat akan berbentuk
seperti piring. Tudung jamur tiram matang berukuran 5-30 cm dengan bagian bawah
jamur terdapat seperti insang (gills) yang merupakan tempat spora (Priyadi, 2013).
Umumnya jamur tiram ditanam dalam media yang terdiri dari serbukkayu,
kapur, bekatul serta dapat ditambahkan sekam padi, jerami, kapas, ampas tebu,
jagung dan bahanbahan yang lainnya. Serbuk kayu kayu merupakan bahan utama
media tanam jamur tiram karena mengandung selulosa yang digunakan sebagai
sumber energi pertumbuhannya. Kapur diperlukan untuk mengatur keasaman
media tanam dan sebagai sumber kalsium. Kapur yang digunakan adalah kapur
kalsium karbonat atau kapur bangunan Bekatul digunakan sebagai bahan tambahan
untuk sumber nutrisi seperti karbohidrat, karbon, nitrogen, dan vitamin B kompleks.
Jamur tiram memerlukan lignin sebagai sumber nutrisi dengan mengubah
karbohidrat menjadi molekul gula sederhana dengan bantuan enzim ligninase yang
dihasilkannya. Keberadaan lignin terdapat pada hampir semua limbah pertanian
yang mengandung hemiselulosa, selulosa, makro elemen penting, protein dan
vitamin (Sutarman, 2012).
6
Pengamatan selanjutnya yaitu jamur tiram yaitu jamur yang memilki
kandungan nutrisi yang tinggi dibandingkan dengan jenis jamur kayu yang lannya.
Jamur tiram mengandung protein, lemak, fosfat, besi, thiamin dan riboflavin lebih
tinggi dibandingkan dengan jenis jamur yang lannya jarur tiram mengandung 18
macam asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh manusia dan tidak mengandung
kolestrol. Secara morfologi jamur tiram mempunyai bentuk tudung yang agak
membulat, lonjong dan melengkung seperti cangkang tiram. Batang atau tangkai
jamur ini tidak tepat berada ditengah tetapi letaknya agak lateral (Zulfahmi M,
2013).
Jamur tiram putih (Pleurous ostreatus) merupakan spesies yang
dikomersialkan serta dominan dibudidayakan oleh petani Indonesia sejak tahun
1960-an. Jenis jamur edible lainnya yang umumnya dikomersialkan oleh petani
Indonesia sampai saat ini adalah jamur merang, jamur kuping, jamur shitake, dan
jamur kancing. Jamur edible umumnya, termasuk jamur tiram putih, merupakan
organisme tidak berkhlorofil. Karena itu jamur edible tidak dapat melakukan
fotosintesis serta tidak dapat memanfaatkan secara langsung energi matahari untuk
memproduksi senyawa organik untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Jamur
tiram termasuk kedalam grup Bacidiomycetes yang memproduksi spora atau
basidia dan merupakan organisme saprofit, yaitu mampu mendegradasi bahan
organik asal dari bahan mati/limbah pertanian, seperti daun kering, jerami, kotoran
hewan, bekatul/dedak, bijibijian, dan lain-lain untuk sumber makanannya. Jamur
edible memiliki enzim yang diproduksi oleh hifa/miselium. Karena itu jamur edible
mampu mendegradasi bahan kimia berantai panjang dan bermolekul besar seperti
lignin, selulosehemi-selulose, karbohidrat, protein, polutan organik (PAH, PCB,
Dioksin) dan lain-lain menjadi bahan organik bertantai pendek/ sederhana sehingga
mudah diserap dan digunaka oleh miselium jamur untuk pertumbuhannya
(Fatchullah D, 2020).

7
BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Praktikum


Adapun praktikum ini dilakukan di Jalan Kenanga Sari Nomor 14,
Kelurahan Tanjung Sari, Medan Selayang , Sumatera Utara dengan ketinggian 31
mdpl yang dilaksanakan secara virtual menggunakan aplikasi Google Meet pada
hari Kamis, 22 Maret 2022 pukul 08:00 WIB sampai dengan selesai.
3.2 Alat dan Bahan Praktikum
Bahan
Adapun bahan yang diperlukan dalam praktikum kali ini, yaitu: jamur
makroskopis (jamur tiram) yang berfungsi sebagai bahan praktikum yang akan
diamati struktur tubuh buahnya.
Alat
Adapun alat yang diperlukan dalam praktikum kali ini, yaitu: sarung
tangan plastik yang berfungsi untuk melapisi tangan saat proses pengambilan
jamur makroskopis, handphone yang berfungsi untuk mendokumentasi jamur yang
telah ditemukan, alat tulis yang berfungsi untuk mencatat struktur tubuhbuah
jamur yang telah diamati.
3.3 Prosedur Praktikum
1. Dicari serta dipersiapkan alat dan bahan untuk praktikum
2. Didokumentasikan jamur makroskopis yang telah ditemukan
3. Diamti jamur makroskopis yang telah ditemukan
4. Ditulis pada buku hasil pengamatan
5. Dimasukkan kedalam laporan praktikum hasil pengamatan

8
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
NO GAMBAR KETERANGAN
1. Struktur tubuh buah jamur
tiram (Pleurotus ostreatur)
terdiri dari miselia (akar),
volva (cawan), stem
(batang), lamela/bilah
universal veil remnants (kulit
tudung), pileus ( tudung).

2. Bentuk jelas dari


lamella/bilah jamur tiram.

9
4.2 Pembahasan
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dari kelompok
Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum
tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah
lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Jamur tiram
masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii dan sering dikenal dengan sebutan
King Oyster Mushroom. Hal ini sesuai dengan literatur Kusumaningrum, (2018)
yang menyatakan bahwa Jamur tiram merupakan salah satu jamur makrospik, yang
memiliki bentuk tubuh seperti payung. Berikut ini adalah klasifikasi ilmiah untuk
jamur tiram: Kingdom: fungsi, Divisi: Basidiomycota, Kelas:
Homobasidiomycetes, Ordo: Agaricales, Famili: Tricholomataceae, Genus:
Pleurotus, Species: P. Ostreatus.

Jamur tiram termasuk kedalam jamur makroskopis karena jamur tiram memiliki
bentuk ukuran yang besar dan dapat dilihat oleh mata. Hal ini Riastuti (2018), yang
menyatakan bahwa jamur makroskopis adalah jamur yang berukuran besar,
sehingga dapat dilihat dengan kasat mata dan memiliki bentuk struktur umum dari
jamur makroskopis ini yang terdidri atas bagian-bagian tubuh seperti bilang, tudung
tangkai dan cincin.

Syarat tumbuh jamur tiram selain faktor lingkungan seperti air, suhu,
tingkatan pH, kelembaban, cahaya, nutrisi, media tanam dan kualitas bibit juga
menentukan. Hal ini sesuai dengan literatur Hapsari, (2014) yang menyatakan
bahwa Pembibitan jamur tiram putih biasanya menggunakan media kombinasi
serbuk gergaji sebagai media dasar dan beberapa campuran seperti bekatul,
sementara itu masih banyak jenis media lain yang cukup potensial ditinjau dari
kandungan nutrisinya bagi jamur tiram putih, karena itu perlu pengujian perlakuan
beberapa jenis media bibit, apakah dengan media yang berbeda kualitas bibit jamur
tiram putih yang diperoleh masih cukup baik atau bahkan justru lebih baik
dibanding dengan bibit yang dihasilkan dengan menggunakan media standar.Media
bibit merupakan salah satu faktor penting penentu keberhasilan dan kualitas jamur,
dengan media bibit yang bahannya lebih baik atau diperkayadengan biji–bijian,
nutrisi yang ada pada biji–bijian akan mudah diserap oleh jamur dari pada media
serbuk kayu serta akan dihasilkan bibit jamur yang lebih baik.Media bibit jamur
dapat digunakan berbagai macam bahan. Beberapa bahan media bibit jamur yang
10
dapat digunakan di antaranya biji – bijian, serbuk kayu, kotoran ternak, dan bahan
organik lainnya. Setiap jenis jamur mempunyai spesifikasi pertumbuhan yang khas
pada setiap bahan media tanam, sehinggatidak setiap bahan media tanam cocok
digunakan untuk pertumbuhan bibit semua jenis jamur.

Jamur tiram merupakan salah satu jamur kayu yang banyak tumbuh pada
pokok-pokok kayu yang sudah lapuk. Jamur ini mudah dibudidayakan
menggunakan substrat serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastik dan
diinkubasikan dalam rumah jamur (kumbung). Hal ini sesuai dengan literatur
Sutarman, (2012) yang menyatakan bahwa Umumnya jamur tiram ditanam dalam
media yang terdiri dari serbuk kayu, kapur, bekatul serta dapat ditambahkansekam
padi, jerami, kapas, ampas tebu, jagung dan bahanbahan yang lainnya. Serbuk kayu
kayu merupakan bahan utama media tanam jamur tiram karena mengandung
selulosa yang digunakan sebagai sumber energi pertumbuhannya. Kapur diperlukan
untuk mengatur keasaman media tanam dan sebagai sumber kalsium. Kapur yang
digunakan adalah kapur kalsium karbonat atau kapur bangunan Bekatul digunakan
sebagai bahan tambahan untuk sumber nutrisi seperti karbohidrat, karbon, nitrogen,
dan vitamin B kompleks. Jamur tiram memerlukan lignin sebagai sumber nutrisi
dengan mengubah karbohidrat menjadi molekul gula sederhana dengan bantuan
enzim ligninase yang dihasilkannya. Keberadaan lignin terdapat pada hampir
semua limbah pertanian yang mengandung hemiselulosa, selulosa, makro elemen
penting, protein dan vitamin.

Disebut jamur tiram putih karena tubuh buah berwarna putih hingga krem
dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram berukuran 5- 15
cm. dengan bagian tengah agak cekung. tudung atau pileus berwarna putih dengan
permukaan tudung hampir licin, tepi tudung mulus sedikit berlekuk, dan dibagian
bawah tudung terdapat lamela (gills) berbentuk seperti berlapis – lapis seperti
insang berwarna putih dan lunak dan di lamela ini terdapat hifa, selanjutnya ada
tangkai atau stipe , bagian bawah terdapat misella yang bisatumbuh dengan
cepat. Bagian tubuh jamur yang berbentuk menyerupai payung merupakan alat
reproduksi jamur dan bereproduksi secara seksual. Hal ini sesuai dengan literatur
Nunung, (2012) yang menyatakan bahwa Jamur tiram putih memiliki tubuh buah
yang tumbuh mekar membentuk corong dangkal seperti kulitkerang (tiram). Tubuh
buah jamur ini memiliki tudung (pileus) dan tangkai (stipe atau stalk). Pileus

11
berbentuk mirip cangkang tiram berukuran 5 cm-15 cm dan permukaan bagian
bawah berlapis-lapis seperti insang berwarna putih dan lunak. Tangkainya dapat
pendek atau panjang (2cm-6cm) tergantung pada kondisi lingkungan dan iklim
yang mempengaruhi pertumbuhannya.

Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jamur yang


termasuk kedalam golongan jamur edible atau jamur yang dapat dimakan dan jamur
ini memiliki rasa yang khas. Hal ini sesuai dengan literatur Fatchullah D, (2020)
yang menyatakan bahwa . Jamur tiram putih (Pleurous ostreatus) merupakan
spesies yang dikomersialkan serta dominan dibudidayakan oleh petani Indonesia
sejak tahun 1960-an. Jenis jamur edible lainnya yang umumnya dikomersialkan
oleh petani Indonesia sampai saat ini adalah jamur merang, jamur kuping, jamur
shitake, dan jamur kancing. Jamur edible umumnya, termasukjamur tiram putih,
merupakan organisme tidak berkhlorofil. Karena itu jamur edible tidak dapat
melakukan fotosintesis serta tidak dapat memanfaatkan secara langsung energi
matahari untuk memproduksi senyawa organik untuk pertumbuhan dan
perkembangannya.

12
KESIMPULAN

1. Jamur tiram merupakan salah satu jamur makrospik, yang memiliki bentuk
tubuh seperti payung. Berikut ini adalah klasifikasi ilmiah untuk jamur tiram:
Kingdom: fungsi, Divisi: Basidiomycota, Kelas: Homobasidiomycetes, Ordo:
Agaricales, Famili: Tricholomataceae, Genus: Pleurotus, Species: P. Ostreatus.
2. Jamur tiram memiliki bentuk dan tekstur yang kenyal dan lembut dengan
berbagai variasi warna, jika dilihat dari samping mana bentuk tudung(pileus)
seperti cangkang tiram. Namun jika dilihat dari bagian atas, mkaasubstrat akan
berbentuk seperti piring. Tudung jamur tiram matang berukuran 5-30 cm
dengan bagian bawah jamur terdapat seperti insang (gills) yang merupakan
tempat spora.
3. Syarat tumbuh jamur tiram selain faktor lingkungan seperti air, suhu, tingkatan
pH, kelembaban, cahaya, nutrisi, media tanam dan kualitas bibit juga
menentukan.
4. Jamur tiram merupakan jenis jamur kayu yang paling mudah dibudidayakan
karena memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan juga
jamur ini tumbuh liar secara saprofit.
5. Umumnya jamur tiram ditanam dalam media yang terdiri dari serbuk kayu,
kapur, bekatul serta dapat ditambahkan sekam padi, jerami, kapas, ampas tebu,
jagung dan bahanbahan yang lainnya. Serbuk kayu kayu merupakan bahan
utama media tanam jamur tiram karena mengandung selulosa yang digunakan
sebagai sumber energi pertumbuhannya.
6. Jamur tiram memiliki tubuh buah yang tumbuh mekar membentuk corong
dangkal seperti kulit kerang (tiram). Tubuh buah jamur ini memiliki tudung
(pileus) dan tangkai (stipe atau stalk). Pileus berbentuk mirip cangkang tiram
berukuran 5 cm-15 cm dan permukaan bagian bawah berlapis-lapis seperti
insang berwarna putih dan lunak. Tangkainya dapatpendek atau panjang (2cm-
6cm) tergantung pada kondisi lingkungan dan iklim yang mempengaruhi
pertumbuhannya.
7. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jamur yang termasuk
kedalam golongan jamur edible atau jamur yang dapat dimakan dan jamur ini
memiliki rasa yang khas.

13
DAFTAR PUSTAKA
Annisa, I., & Ekamawanti, H. A. (2017). Keanekaragaman Jenis Jamur
Makroskopis di Arboretum Sylva Universitas Tanjungpura. Jurnal Hutan
Lestari, 5(4).
Jihan Nur S., N. F. (2019). Penelitian jamur mikroskopis dan makroskopis.
Jember: academia edu.

Fatchullah, D., Rahman, R. A., & Masnenah, E. (2020). Respons Varietas Dan
Musim Tanam Terhadap Pertumbuhan, Hasil Dan Kualitas Jamur Tiram.
Jurnal Agrotropika Vol, 19(2), 76-86.

Hapsari, W. E. (2014). Pertumbuhan dan Produktifitas Jamur Tiram Putih


(Pleurotus Ostreatus) Pada Media Serbuk Gergaji Kayu Jati (Tectona
Grandis L) dengan Penambahan Sekam Padi (Oryza Sativa) (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Kusumaningrum, T. F. (2018). Implementasi Convolution Neural Network (CNN)


Untuk Klasifikasi Jamur Konsumsi Di Indonesia Menggunakan Keras.

Nunung Marlina Djarijah. 2012. Budi Daya Jamur Tiram. Yogyakarta: Kanisiu

Nur Fa’iza R. M.. (2017). Penelitian jamur mikroskopis dan makroskopis.


Malang: academia edu.

Rahma, K. (2018). Karakteristik Jamur Makroskopis di Perkebunan Kelapa Sawit


Kecamatan Meureubo Aceh Barat Sebagai Materi Pendukung Pembelajaran
Kingdom Fungi di SMA Negeri 1 Meureubo. Universitas Islam Negeri Ar-
Raniry, Aceh.

Revan Dias. (2017). Penelitian jamur mikroskopis dan makroskopis. Kediri:


academia edu.

Riastuti, R. D., Susanti, I., & Rahmawati, D. (2018). Eksplorasi jamurmakroskopis


di perkebunan kelapa sawit. BIOEDUSAINS: Jurnal Pendidikan Biologi
Dan Sains, 1(2), 126-135.

Suharjo, E. (2015). Budi Daya Jamur Tiram Media Kardus. AgroMedia.

Sutarman. (2012). Keragaan dan Produksi Jamur Tiram Putih (PleurotusOstreatus)

14
Pada Media Serbuk Gergaji dan Ampas Tebu Bersuplemen Dedak dan
Tepung Jagung. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan, 163- 168.

Zulfahmi, M. (2013). Analisis biaya dan pendapatan usaha jamur tiram putih
model pusat pelatihan pertanian perdesaan swadaya (p4s) Nusa Indah.

15
LAMPIRAN LINK VIDEO PBL

https://youtu.be/IcQ7LLhc4Sg

16

Anda mungkin juga menyukai