Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK ISOLASI FUNGI

Oleh :
Golongan B / Kelompok 2
Callista Odelia Mardhatilla (171510701022)

PROGRAM STUDI PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertanian Indonesia tidak luput dari berbagai masalah yang berdampak
pada penurunan hasil suatu tanaman budidaya, masalah yang sering terjadi dalam
sektor pertanian di Indonesia adalah serangan dari organisme pengganggu
tanaman (OPT). Menurut Hanum (2008), OPT (Organisme Pengganggu
Tumbuhan) merupakan organisme yang keberadaannya dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta menurunkan produktivitas
tanaman. Patogen menyerang tanaman inang bertujuan untuk mengambil
makanan dari inang tersebut. Gangguan OPT ini bisa berasal dari gulma, penyakit
dan hama. Fungi atau jamur merupakan organisme yang mampu mengubah
makhluk hidup dan benda mati menjadi sesuatu yang menguntungkan atau
merugikan. Fungi memiliki potensi bahaya bagi kesehatan manusia atau hewan.
Organisme ini dapat menghasilkan berbagai jenis toksin yang disebut mitoksin,
tergantung jenis fungi. Sehingga fungi menyebabkan alergi dan infeksi, juga
menyebabkan tingkat dekomposisi makanan (Handjani et al., 2006).
Akibat dari serangan OPT menimbulkan kerusakan pada tanaman yang
sangat beragam, ada dua jenis kerusakan yang ditimbulkan oleh OPT yaitu
kerusakan mutlak dan kerusakan yang tidak mutlak. Kerusakan mutlak
merupakan kerusakan yang terjadi secara permanen atau kerusakannya
menyerang seluruh bagian tanaman yang akan dipanen. Kerusakan tidak mutlak
merupakan kerusakan yang menyerang beberapa bagian tanaman seperti pada
daun, batang, dan ranting tanaman. Kerugian tergantung oleh beberapa faktor,
faktor – faktor tersebut bisa seperti faktor makanan, iklim, kelembaban, musuh
alami dan manusia itu sendiri.

Penyebutan untuk semua makhluk hidup yang berafiliasi dengan fungi ada
banyak, seperti fungi, jamur, cendawan, dan kapang. Jamur berbentuk makro,
cendawan berbentuk mikro, sedangkan kapang tidak memiliki hifa sejati. Fungi
dapat tumbuh pada seluruh ekosistem, dapat tumbuh dalam keadaan aerobic
maupun anaerob. Fungi dapat ditemukan di air, tanah, biji, tanaman, sisa bahan
organik, dan permukaan kulit manusia.

1.2 Tujuan
1.2.1 Untuk mengetahui bentuk, warna, dan jumlah koloni fungi
1.2.2 Untuk mengetahui cara mengisolasi fungi
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Jamur adalah sel mikroskopis yang tumbuh memanjang seperti benang


yang dikenal dengan hifa. Perkecambahan spora pada jamur dipengaruhi oleh
beberapa faktor lingkungan antara lain suhu, cahaya, derajat keasaman (pH),
nutrisi dan kelembaban (Kartika, 2014). Diameter hifa hanya beberapa
micrometer, tetapi dapat tumbuh memnjang hingga mencapai beberapa meter.
Hifa yang tumbuh membentuk masa disebut misellium atau tebal menyerupai
kawat dan disebut sebagai rhizomorphs yang tampak seperti akar. Jamur yang
tumbuh dengan cara memperpanjang hifa pada ujungnya dikenal sebagai
pertumbuhan apical atau pada bagian tengah hifa yang disebut pertumbuhan
iterkalar. Hifa pada beberapa kapang mempunyai penyekat melintang atau septa
dan adanya septa ini dipergunakan untuk identifikasi. Hifa tersebut memanjang
diatas atau tembus melalui medium dimana kapang itu tumbuh (Soekarto, 2008).
Jamur terdapat pada manusia dan serangga. Jamur pada serangga dapat
menembus kutikula inang, sedangkan jamur pada manusia dapat timbul warna
putih pada kaki manusia yang sudah menembus kutikulanya. Jamur pada serangga
memerlukan kemampuan untuk menghadapi dan mengatasi lipid pada permukaan
dan molekul lain termasuk senyawa antimikroba. Subtrat eksogen berfungsi untuk
keberhasilan mengatasi terjadinya infeksi jamur dan subtrat pertumbuhan lipid
dapat memiliki efek signifikan pada virulensi dari infeksi jamur seperti konodia
(Keyhani, 2017).
Teknik isolasi fungi dilakukan dengan cara memisahkan atau
memindahkan mikroba fungi dari lingkungan sehingga diperoleh kultur murni
atau biakan murni. Kultur murni adalah kultur sel mikroba yang berasal dari
pembelahan suatu sel tunggal. Fungi sendiri merupakan makhluk hidup unisel dan
multiseluler, mempunyai inti sejati, tidak berklorofil, tubuhnya tersusun atas
benang hifa yang bersifat eukariotik, dan berkembangbiak dengan spora secara
seksual maupun aseksual (Susilowarno dkk, 1903). Jamur yang diisolasi dari
bagian tanaman yang terinfeksi dan terindentifikasi berdasarkan morfologi koloni
yang digunakan untuk mengidentifikasi mikroskopis struktur sopra. Menurut
Thilagam (2018), Jamur yang diisolasi yaitu jamur fitopatogenik. Isolat jamur,
seperti Alternaria spp. Fusarium, Aspergillus, dan anthracnose.

BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Kegiatan Praktikum Mata Kuliah Mikologi Tumbuhan acara 1 yaitu
“Teknik Isolasi Fungi” dilaksanakan pada hari Senin, 1 April 2019 pukul 13.20-
16.00 WIB di Laboratorium Penyakit Fakultas Pertanian Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1. Kamera / Handphone
2. Alat Tulis
3. Tabel Pengamatan
4. Mika Apel 6
5. Sprayer 1
6. Staples 1
7. Solasi Bening 1
8. Tisu Gulung 1
9. Cutter 2
10. Gunting 2
11. Kresek Hitam Sedang 1
12. Erlenmenyer
13. Lampu Spirtus
14. Petridish
15. Jarum Preparat
16. Kertas Saring Steril
17. Gelas Ukur
18. Pipet
19. L gelas
20. Tisu Gulung
21. Kertas Label

3.2.2 Bahan
1. Buah apel
2. Kenikir
3. Singkong
4. Ubi jalar
5. Kacang tanah
6. Tanah tanaman pangan
7. Tanah tanaman perkebunan
8. Tanah tanaman palawija
9. Tanah bero
10. Air irigasi padi
11. Tanaman padi bergejala
12. Tanaman palawija bergejala

3.3 Pelaksanaan Praktikum


3.3.1 Isolasi fungi menggunakan metode pengenceran
1. Menimbang tanah sebesar 1 gram dan air irigasi 1ml.
2. Memasukkan tanah ke dalam tabung reaksi dan menambah 10 ml larutan
aquades ke dalam tabung reaksi sebagai pengenceran pertama 100.
3. Meletakkan tabung reaksi pertama (100) ke vortex selama 3 menit.
4. Hasil pengenceran (suspensi) tabung pertama diambil 1ml air tanah ke tabung
kedua sebagai pengenceran kedua 101.
5. Melakukan metode yang sama hingga di dapat pengenceran 104 (tabung
kelima) di mana tahap pengenceran terdapat fungi.
6. Hasil akhir dari tabung kelima (104) kemudian diambil dan menuangkan ke
media yang sudah disediakan seperti media PDA (Potato Dextrose Agar)
kemudian di ratakan dengan L glass. Media bisa menggunakan ketela,
singkong, kedelai, oatmeal, kentang.

3.3.2 Isolasi fungi menggunakan tanaman bergejala


1. Memotong tanaman bagian yang terserang kurang lebih 1 cm (bagian tanaman
sehat dan tanaman sakit).
2. Melakukan sterilisasi bertingkat di mana sudah disediakan alkohol dan air
steril.
3. Menuangkan air steril dan alkohol ke cawan petri di mana pola alkohol
kemudian air steril kemudian alkohol dan air steril.
4. Menaruh tanaman yang bergejala pada setiap cawan petri dengan waktu yakni
alkohol dengan waktu 30 detik kemudian air steril dengan waktu 1 menit
kemudian alkohol 30 detik dan air steril dengan waktu 1 menit.
5. Menanam tanaman bergejala ke media tanah bisa PDA, oatmeal, kentang,
singkong, ketela.
6. Tanaman gejala yang dipakai untuk metode ini menggunakan apel, ubi jalar,
dan kacang tanah.

3.3.3 Isolasi fungi dengan menggunakan umbi / buah


1. Bahan yang digunakan dalam isolasi fungi menggunakan umbi / buah ialah
apel, ubi jalar, dan singkong.
2. Memotong umbi / buah sebesar setengah dari buahnya yang sebelumnya
mencuci buah / umbi hingga bersih.
3. Melembabkan buah / umbi dengan air steril hingga seluruh permukaan kulit
umbi / buah menjadi lembab.
4. Meletakkan buah / umbi yang sudah lembab ke tanah yang sebelumnya tanah
sudah ditaruh di mika plastik kemudian menutup mika plastik dengan
menggunakan staples dan memberi label umbi / apel yang diletakkan di tanah.

3.4 Variabel Pengamatan


1. Jumlah koloni fungi yang tumbuh dalam media
2. Warna koloni fungi yang tumbuh pada media atau tanah
3. Kepadatan koloni fungi

3.5 Analisis Data


Data yang diperoleh dari hasil pengamatan praktikum di Laboratorum
Hama Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian selanjutnya akan dianalisis dengan
menggunakan analisis stastika deskriptif.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
A. PENGAMATAN HARI KE 3

No Gambar Keterangan

1 Ketela  Belum tumbuh


fungi

2 Kacang Tanah  Fungi belum tumbuh

3 Singkong  Fungi tumbuh


 Fungi berwarna
putih
4 Kenikir  Fungi belum tumbuh

5 Apel  Fungi belum tumbuh

6 Singkong  Fungi belum


tumbuh

PDA INSTAN  Fungi


terkontaminasi
7
dengan bakteri
8 Kedelai  Fungi tumbuh
 Jumlah koloni Satu
 Berwarna putih
 Berbantuk seperti
kapas

9 Oatmeal  Fungi tidak tumbuh

10 Kentang  Fungi tidak tumbuh


11 Ketela  Fungi tidak tumbuh

A. PENGAMATAN HARI KE 5

No Gambar Keterangan

1 PDA Instan  Fungi yang


terkontaminasi
bakteri sudah
menyebar karena
berlendir
2 Kedelai  Fungi tumbuh
 Berwana putih
 Berbentuk sepeti
kapas
 Jumlah koloni satu

3 Kentang  Tumbuh fungi


 Fungi berwana putih
kekuning kuningan.
 Jumlah koloni satu

4 Singkong  Tidak tumbuh fungi


5 Ketela  Tidak tumbuh fungi

6 Oatmeal  Tidak tumbuh fungi

7 Kedelai  Tidak tumbuh fungi

8 Kenikir  Tidak tumbuh fungi


9 Ketela Tanah  Tidak Tumbuh
Jamur

10 Apel  Tidak tumbuh fungi

12 Singkong  Sudah mulai tumbuh


fungi

A. PENGAMATAN HARI KE 7

No Gambar Keterangan

1 Kedelai  Tidak tumbuh fungi

2 Singkong  Fungi sudah tumbuh


meskipun sedikit
3 Apel  Tidak tumbuh fungi

4 Kenikir  Tidak tumbuh fungi

5 Ketela Tanah  Tidak tumbuh jamur

6 Ketala  Tidak tumbuh fungi

7 Singkong  Tidak tumbuh fungi


8 Kentang  Tumbuh fungi
 Fungi berwarna
putih kekuning
kuningan
 Jumlah koloni satu

9 Oatmeal  Tidak tumbuh fungi

10 PDA Instant  Tidak tumbuh


karena fungi
terkontaminasi
dengan bakteri pada
media PDA Instant
11 Kedelai  Tumbuh fungi
 Fungi berwarna
putih
 berbentuk seperti
kapas
 Jumlah koloni satu

1.2 Pembahasan
Praktikum kali ini membahas tentang teknik isolasi fungi. Isolasi fungi
memiliki tujuan yaitu memindahkan fungi dari habitat aslinya ke media buatan.
Hasil dari praktikum yang kami lakukan pada hari Senin, 1 April 2019 pukul
13.20-16.00 WIB di Laboratorium Penyakit Fakultas Pertanian Universitas
Jember berjalan lancar. Alat yang kami gunakan, seperti Mika apel, Sprayer,
Staples, Solasi bening, Tissue, Kresek itam ukuran sedang, Cutter atau pisau,
Gunting, Autoklaf, Rak tabung reaksi, Tabung reaksi, Petridish, Pipet, Vortex
mixer, dan Mikro pipet Pinset. Bahan yang digunakan, seperti Buah Apel 5 buah,
Kenikir 500 gram, Singkong 5 buah, Ubi jalar 5 buah, Kacang tanah 10 butir,
Tanaman padi bergejala, Tanah jagung, Asam laktat, Kapas, Kertas label, Plastik
wrap, Air steril, dan Alkohol 70%.
Teknik isolasi fungi yang digunakan pada praktikum kali ini ada dua, yaitu
metode baiting dan metode pengenceran berseri dengan media buatan. Media
yang digunakan adalah media PDA sebanyak 6 media yaitu PDA instan, PDA
kentang, PDA kedelai, PDA oatmeal, PDA ketela, dan PDA singkong.
Pengamatan dilakukan sebanyak 3 kali yaitu ketika H+3, H+5, dan H+7. Hal ini
bertujuan untuk mengamati pertumbuhan dan perkembangan fungi yang muncul
pada media.
Hasil pengamatan H+3 percobaan metode baiting yaitu dari kelima media
tidak ada satupun fungi yang tumbuh. Biji kenikir tumbuh sebanyak 1 biji dan biji
kacang tanah tumbuh 4. Hasil pengamatan H+3 media PDA yaitu fungi berhasil
tumbuh hanya pada PDA instan dan PDA kedelai. Fungi yang muncul pada media
PDA instan dan PDA kedelai memiliki bentuk koloni bulat titik, kecil, dan datar,
berwarna putih, dan tidak begitu padat. Pada media PDA yang lain fungi belum
muncul.
Hasil pengamatan H+5 percobaan metode baiting yaitu fungi tumbuh hanya
pada media singkong. Fungi yang tumbuh berwarna putih dan menyebar. Terdapat
bintik-bintik putih pada tengah ketela. Biji kenikir yang berhasil tumbuh sebanyak
3. Kacang hampir semua tumbuh. Hasil pengamatan H+5 media PDA yaitu
jumlah jamur pada media PDA instandan PDA kedelai terus bertambah dan
menyebar. Tumbuh jamur pada media PDA Kentang berwarna putih kekuningan
dan berjumlah satu koloni. PDA singkong, PDA oatmeal, PDA ketela tidak
tumbuh jamur.
Hasil pengamatan H+7 percobaan metode baiting yaitu tumbuh 1 fungi pada
media singkong berwarna putih. Kenikir dan kacang tanah sudah tumbuh daun.
Hasil pengamatan H+7 media PDA yaitu tidak terdapat perkembangan fungi yang
signifikan.
Pertumbuhan dan perkembangan fungi pada media PDA instan dan PDA
kedelai cenderung lebih cepat dibandingkan dengan media PDA lainnya. Nutrisi-
nutrisi seperti karbohidrat yang kaya, serta mengandung vitamin dan mineral yang
cukup tinggi dibutuhkan fungi untuk dapat tumbuh dengan baik pada media.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Teknik isolasi fungi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memindahkan
fungi dari habitat asalnya ke media buatan guna keperluan identifikasi dll.
Isolasi fungi dilakukan dengan cara metode baiting dan metode pengenceran
berseri dengan media buatan.
2. Hasil yang didapatkan saat pengamatan H+3 pada media metode baiting yaitu
dari kelima media tidak ada satupun fungi yang tumbuh. Fungi berhasil
tumbuh hanya pada media PDA instan dan PDA kedelai.
3. Hasil pengamatan H+5 pada media metode baiting yaitu fungi tumbuh hanya
pada media singkong. Hasil pengamatan H+5 media PDA yaitu jumlah jamur
pada media PDA instan dan PDA kedelai terus bertambah dan menyebar.
Tumbuh jamur pada media PDA kentang.
4. Hasil pengamatan H+7 percobaan metode baiting yaitu hanya tumbuh fungi
pada media singkong. Hasil pengamatan H+7 media PDA yaitu tidak terdapat
perkembangan fungi yang signifikan.
5. Pertumbuhan dan perkembangan fungi dipengaruhi oleh beberapa faktor
salah satunya yaitu ketersediaan nutrisi pada media buatan.

5.2 Saran
Praktikum berjajaln cukup baik, pada praktikum isolasi fungi seluruh
praktikan harus bisa mengamati dengan baik supaya tidak terkontaminasi dan
mendapatkan hasil yang maksimal dan lebih teliti.
DAFTAR PUSTAKA

Hanum, C. 2008. Teknik Budidaya Tanaman. Jakarta : Direktorat Pembinaan


Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.

Nurbaya., T. Kuswinanti., Baharuddin., A. Rosmana., S. Millang. 2014. Uji


Kecepatan Pertumbuhan Fusarium spp. pada Media Organik dan Media
Sintesis. Bionature, 15(1): 45-53.

Kartika., T. Rosanti., Ika., R. Sastrahidayat., Abdul., L. Abadi. 2014. Pengaruh


Jenis Air Terhadap Perkecambahan Spora Jamur Colletotrichum capsici pada
Cabai dan Fusarium oxysporum f. sp. lycopersicii pada Tomat. Jurnal HPT. 2(3):
109.

Keyhani, N. O. 2017. Lipid Biology In Fungal Stress and Virulence:


Entomopathogenic Fungi. Journal Homepage:
www.elsevier.com/locate/funbio. 122(6): 1-12.

Susilowarno, G., S. H. Mulyadi, E. M. Murtiningsih, dan Umiyati. 1903. Biologi


1 SMA Kelas X. Jakarta: PT. Grasindo.

Thilagam, R., G. Kalaivani, and N. Hemalatha. 2018. Isolation and Identification


Of Phytopathogenic Fungi From Infected Plant Parts. International
Journal of Current Pharmaceutical Research. 10(1): 26-28.
LAMPIRAN

Hanum, C. 2008. Teknik Budidaya Tanaman. Jakarta : Direktorat Pembinaan


Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.

Kartika., T. Rosanti., Ika., R. Sastrahidayat., Abdul., L. Abadi. 2014. Pengaruh


Jenis Air Terhadap Perkecambahan Spora Jamur Colletotrichum capsici pada
Cabai dan Fusarium oxysporum f. sp. lycopersicii pada Tomat. Jurnal HPT. 2(3):
109.
Keyhani, N. O. 2017. Lipid Biology In Fungal Stress and Virulence:
Entomopathogenic Fungi. Journal Homepage:
www.elsevier.com/locate/funbio. 122(6): 1-12.

Susilowarno, G., S. H. Mulyadi, E. M. Murtiningsih, dan Umiyati. 1903. Biologi


1 SMA Kelas X. Jakarta: PT. Grasindo.
Thilagam, R., G. Kalaivani, and N. Hemalatha. 2018. Isolation and Identification
Of Phytopathogenic Fungi From Infected Plant Parts. International
Journal of Current Pharmaceutical Research. 10(1): 26-28.

Anda mungkin juga menyukai