Anda di halaman 1dari 7

EVALUASI SEKOLAH LAPANG SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO SUPER

DENGAN METODE TYLER

Evaluation of Jajar Legowo Super System Field School using Tyler Method

Khaerunnisa1; Reni Suryanti2


1
SMK Dharma Shalihat Darul Makmur Nagan Raya
2
Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor
*Korespondensi penulis, Email: Khairunnisa_piliang@apps.ipb.ac.id

Diterima: 5 September 2020 Disetujui terbit: 28 November 2020

ABSTRACT
Field school is one of the extension approaches to disseminate technology in rice cultivation.
Evaluation of field schools can be done by using the Tyler method. The objectives of this study were (1)
to analyze the understanding of farmers (knowledge, attitudes and skills) in implementing the cultivation
of jajar legowo super systems of rice; (2) identify the achievement of extension in field school. The
results showed that the farmers' knowledge, attitudes and skills were at moderate to high levels.
Evaluation using the Tyler model shows that the objectives of the outreach activity through field schools
have been achieved.

Keywords: jarwo super, field school, evaluation of extension

ABSTRAK
Sekolah lapang merupakan salah satu pendekatan penyuluhan untuk mensosialiasikan teknologi
pertanian. Evaluasi keberhasilan penyuluhan dalam sekolah lapang jajar legowo super dapat dilakukan dengan
evaluasi penggunakan metode Tyler. Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis pemahaman petani (aspek
pengetahuan, sikap dan keterampilan) dalam melaksanakan budidaya tanaman padi sistem jajar legowo super; (2)
mengidentifikasi pencapaian kegiatan penyuluhan dalam kegiatan sekolah lapang. Hasil penelitian menunjukkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan petani terkait teknologi jarwo super berada pada tingkat sedang sampai
dengan tinggi. Evaluasi dengan model Tyler menunjukkan bahwa tujuan kegiatan penyuluhan melalui sekolah
lapang jajar legowo super telah tercapai.

Kata kunci: jajar legowo super, sekolah lapang, evaluasi penyuluhan.

untuk meningkatkan produksi padi. Penanaman


PENDAHULUAN dengan sistem jajar legowo yang menyediakan
baris kosong sebagai ruang tumbuh yang lebih
Upaya meningkatkan produksi padi dapat
longgar, memberikan sirkulasi udara dan
dilakukan melalui penerapan teknogi yang
pemanfaatan sinar matahari lebih baik untuk
tepat. Salah satu teknologi yang ditawarkan
pertanaman. Selain itu upaya penanggulangan
oleh Kementerian Pertanian kepada petani
gulma dan pemupukan dapat dilakukan dengan
adalah sistem tanam jajar legowo yang
lebih mudah.
kemudian dimodifikasi menjadi sistem tanam
jajar legowo super. Sistem tanam jajar legowo Penanaman dengan sistem jajar legowo
merupakan bagian dari Pengelolaan Tanaman berpeluang menghasilkan gabah yang lebih
dan Sumberdaya Terpadu (PTT). PTT adalah tinggi karena lebih banyaknya fotosintesis yang
pendekatan dalam peningkatan produksi terjadi. Hal ini disebabkan lebih efektifnya
melalui pengelolaan tanaman, tanah, air, hara tanaman menangkap radiasi surya dan
dan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) mudahnya difusi gas CO untuk fotosintesis. Lin
secara menyeluruh dan berkelanjutan. Dalam et al, (2009), menyatakan jarak tanam yang
penerapannya, lebar dapat memperbaiki total penangkapan
cahaya oleh tanaman dan dapat meningkatkan
PTT bersifat partisipatif, dinamis, spesifik lokasi,
hasil biji. Lebih lebarnya jarak antar barisan
terpadu dan sinergis antar komponen teknologi
dapat memperbaiki total radiasi cahaya yang
yang diterapkan Sistem tanam jajar legowo
ditangkap oleh tanaman dan dapat
diyakini sebagai sistem penanaman yang efektif
meningkatkan hasil. Sistem tanam jajar legowo dapat digunakan dalam melakukan evaluasi
memiliki jumlah rumpun per satuan luas lebih program kegiatan. Metode yang dikembangkan
banyak dibandingkan cara tanam tegel yang Tyler yang dikenal juga dengan metode
setara. Ikhwani et al., 2013) menyatakan, evaluasi berorientasi tujuan merupakan salah
tanam tegel 25 cm x 25 cm memiliki populasi satu metode evaluasi yang dapat digunakan
160.000 rumpun per ha, sedangkan legowo 2:1 (Arikunto dan Jabar, 2009). Metode ini
yang setara dengan 25-50 cm x 12,5 cm dikembangkan oleh Ralp Tyler pada tahun
memiliki populasi 213.333 rumpun. Penerapan 1940-50 pada bidang pendidikan dan
sistem tanam jajar legowo yang sesuai dengan kemudian diaplikasikan banyak kalangan pada
kondisi lingkungan setempat diharapkan akan program di bidang lainnya. Tyler merumuskan
meningkatkan produktivitas tanaman padi dan evaluasi hasil belajar dari tujuan pembelajaran
keuntungan bagi petani. berdasarkan taksonomi tujuan pembelajaran
yang dikembangkan oleh Bloom dan Krathwohl
Teknologi Padi Jajar Legowo Super (Jarwo
(Putra, 2012)
Super) merupakan pengembangan teknologi
jarwo. Jarwo super merupakan teknologi Keunggulan model ini yaitu cenderung
penenaman padi berbasis jajar legowo dan mudah dipahami, mudah diikuti, mudah
menggabungkan berbagai teknologi lainnya diterapkan dan juga mudah disetujui untuk
untuk menghasilkan produksi dan produktivitas diteliti menjadikan metode Tyler telah banyak di
optimum. Dalam publikasi Petunjuk Teknis aplikan di berbagai bidang. Pendekatan ini telah
Balitbangtan (2016), definisi Teknologi Padi menstimulasi pengembangan teknik, prosedur
Jarwo Super adalah teknologi budidaya terpadu pengukuran dan instrumen. Penekanan metode
padi sawah irigasi berbasis tanam jajar legowo evaluasi ini adalah pada pengukuran
2:1. Komponen teknologi jajarlegowo super pencapaian tujuan program melalui
terdiri dari : 1) varietas unggul baru (VUB) pengembangan instrumen yang tepat. Dengan
potensi hasil tinggi, 2) biodekomposer (M-Dec), pendekatan ini evaluator bisa melihat lebih jelas
3) pupuk hayati sebagai seed treatment hasil pencapaian dari suatu program sehingga
(Agrimeth); 3) pemupukan berimbang bisa menilai dan menimbang prgram tersebut
berdasarkan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS), dengan tepat.
4) pengendalian OPT menggunakan pestisida
Berdasarkan uraian diatas maka tujuan
nabati dan pestisidan anorganik serta 5) alat
penelitian ini adalah (1) menganalisis
dan mesin pertanian, khususnya untuk tanam
pemahaman petani (aspek pengetahuan, sikap
(jarwo transplanter) dan panen
dan keterampilan) dalam melaksanakan
(combineharvester). budidaya tanaman padi sistem jajar legowo
Pemahaman petani terhadap teknologi super; (2) Mengetahui pencapaian kegiatan
tanam jajar legowo super padi menjadi penting penyuluhan SL Jarwo Super.
agar manfaat yang akan diperoleh dari
penerapannya akan lebih optimal. Pendekatan
METODE PENELITIAN
penyuluhan yang efektif untuk mensosialisaikan
teknologi ini adalah dengan metode penyuluhan Lokasi dan Waktu
sekolah lapang. Melalui sekolah lapangan petani Penelitian dilakukan di Kelurahan Situ Gede
belajar secara langsung dan melihat serta Kota Bogor, yaitu di Kelompok Wanita Tani
melakukan sendiri proses penerapan suatu Delima. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei
inovasi. Pada sekolah lapang, petani 2017. Responden
berpartisipasi untuk belajar menerapkan suatu
teknologi. Pendekatan penyulahan dengan Responden penelitian adalah 20 orang petani
sekolah lapang merupakan metode yang sesuai anggota KWT Delima yang telah mengikuti SL
bagi pembelajaran orang dewasa yang bersifat Jarwo Super pada tahun 2016. Sumber
partisipatif dan sesuai kebutuhan. informasi lain untuk menjawab tujuan
penelitian adalah ketua dan pengurus KWT
Sebagai sebuah kegiatan penyuluhan, Delima, penyuluh pertanian dan tokoh
sekolah lapang sistem jajar legowo super masyarakat. Data dan Sumber Data
merupakan program kegiatan pembangunan di
pedesaan yang keefektifan pelaksnaannya Data yang dikumpulkan guna melakukan
perlu dievaluasi. Evaluasi program merupakan penelitian terdiri atas data primer dan data
upaya mencari informasi tentang pelaksanaan sekunder. Data primer terkait dengan
program yang telah berjalan dan memberikan pelaksanaan SL jarwo super yakni tentang
rekomendasi bagi program terkait dimasa yang proses pembelajaran dalam SL, peningkatan
akan datang. Terdapat banyak metode yang produksi padi, pengalaman belajar yang
dirasakan oleh petani, serta pengorganisasian
proses belajar dalam SL. Sedangkan data Rs = R(bobot)
sekunder berkaitan dengan potensi wilayah, M Dimana :
kebijakan pemerintah terkait dengan
program SL jarwo super serta data lain yang Rs = Rentang skala
mendukung terjawabnya tujuan penelitian. R (bobot) = bobot terbesar dikurangi bobot
Data primer diperoleh dari responden petani, terkecil
penyuluh, tokoh masyarakat dan aparat dinas M = banyaknya katagori bobot
pertanian. Data sekunder diperoleh dari
laporan dan dokumen serta litertur terkait.
Rentang skala likert yang digunakan dalam
Instrumen dan Teknik Pengumpulan
penelitian ini adalah 1 hingga 4, rentang
Data skala dikategorikan atas tiga tingkatan yakni
Instrumen yang digunakan adalah tinggi, sedang dan rendah. Rentang skala
kuisioner dan panduan wawancara. dihitung dengan mengurangi nilai maksimal
(nilai maksimal dikali jumlah item) dengan
Instrumen digunakan untuk menggali informasi nilai minimal (nilai minimal dikali jumlah
dari responden petani, berisi pertanyaan item) dibagi tiga sehingga rentang skala
tertutup terkait dengan program SL Jarwo penilaian yang di dapat adalah :
Super. Sedangkan panduan wawancara
merupakan panduan yang berisi pertanyaan Rs= (( jumlah item x 4) - (jumlah item x1))/3
secara umum dan dikembangkan dalam Setelah dilakukan pengolahan data dengan
wawancara terhadap informan kunci. tabulasi dan statistik deskriptif langkah
Pengolahan dan Analisis Data selanjutnya adalah menginterpretasikan
Pengolahan data dilakukan secara deskriptif informasi yang diperoleh. Interpretasi
dan disesuaikan dengan tujuan penelitian. Data disesuikan dengan tujuan penelitian dan
yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan didukung dengan teori dan konsep yang
mengkategorikan, menghitung jawaban dan terkait SL Jarwo Super.
mempresentasekan berdasarkan golongan
jawaban. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data terkait dengan pengetahuan petani
tentang sistem jajar legowo di kategorikan atas Karakteristik Petani
nilai 1 untuk jawaban yang benar dan nilai nol Hasil analisis data karakteristik petani
untuk jawaban yang tidak benar. Dari responden ditunjukan pada Tabel 2.
keseluruhan jawaban responden dapat Karakteristik wanita tani meliputi umur, tingkat
dipresentasikan jumlah jawaban benar dan pendidikan, pengalaman usahatani, dinyatakan
salah, sehingga dapat dihitung tingkat dalam satuan tahun sedangkan frekuensi
pengetahuan petani tentang Jarwo Super. mengikuti SL Jarwo dinyatakan dalam satuan
Data sikap petani tentang SL jarwo super diberi kali dan luas lahan dalam satuan hektar.
skort mengacu pada skala lingker dengan empat Selanjutnya diambil nilai rata-rata dari masing-
tingkatan skoring. Jawaban setiap pertanyaan masing karakteristik untuk mengetahui pada
terdiri dari pilihan data berskala ordinal 1 tingkatan mana masing-masing karakteristik itu
sampai dengan 4, yang merepresentasikan nilai berada.
dengan simbol kuantitatif, dan merupakan
gradasi dari sangat tidak setuju sampai dengan Umur responden berkisar antara 26-62
sangat setuju. tahun dan rataan umur 44,8 tahun yang
dikategorikan sebagai petani dewasa. Ini berarti
sebagian besar umur petani termasuk usia
produktif. Umur mempengaruhi seseorang
dalam merespon sesuatu yang baru walaupun
Penentuan posisi tanggapan responden
belum banyak mempunyai pengalaman dan
dengan menggunakan nilai skor setiap
lebih mudah serta cepat dalam menerima
variabel, bobot alternative jawaban yang
inovasi. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan
terbentuk dari teknik skala peringkat terdiri
Lionberger) dalam Mardikanto (2009) yang
dari kisaran antara 1 hingga 4 yang
menyatakan semakin tua (diatas 50 tahun)
digambarkan posisi yang negatif ke posisi
biasanya semakin lamban mengadopsi inovasi
yang positif. Rentang skala dihitung dengan
dan cenderung banyak melaksanakan kegiatan-
rumus sebagai berikut:
kegiatan yang sudah biasa diterapkan oleh responden memiliki luas lahan garapan sebesar
warga masyarakat setempat. 0,02-1,3 Ha, dengan rata-rata 0,3 Ha. Luasan
lahan
Tabel 2. Distribusi Karakteristik Wanita Tani
No. Karakteristik Minimal Maximal Rataan

1. Umur (tahun) 26 62 44,8


2. Tingkat Pendidikan (tahun) 6 12 7,7
Pengalaman Usahatani
3. 2 50 12,1
(tahun)
4. Frekuensi mengikuti SL Jarwo 1 4 3,8

5. Luas Lahan (ha) 0,02 1,3 0,3


tersebut tergolong pada kepemilikan lahan
sempit, sehingga sulit bagi petani untuk
Tingkat pendidikan formal merupakan meningkatkan produktifitas usahatani mereka.
lama pendidikan yang ditempuh responden Luas lahan tersebut sangat berpengaruh pada
pada bangku sekolah. Tingkat pendidikan motivasi petani dalam mengadopsi inovasi.
responden pada penelitian ini sebagian rata-
rata 7,7 tahun atau sama dengan berpendidikan
Proses Pelaksanaan SL Jarwo Super
SMP yang berarti berada pada kategori sedang.
Mengacu pada pendapat Roger dan Shoemaker Informasi tentang proses pelaksanaan
(1981) suatu tantangan bagi penyuluhan SL dilakukan dengan serangkaian pertanyaan
pertanian dalam mengembangkan dalam kuisioner. Pertanyaan tentang proses
pembelajaran yang menarik bagi petani dengan berkaitan dengan materi, narasumber, metode
tingkat pendidikan yang relatif masih rendah penyuluhan dan partisipasi peserta dalam
sehingga dapat menerapkan adopsi dengan kegiatan SL. Hasil analisis menunjukkan bahwa
lebih cepat. secara keseluruhan petani menilai proses yang
berjalan pada SL ini berada pada tingkat
Pengalaman berusahatani responden baik/tinggi (72,22%). Hal ini menunjukkan
termasuk kategori rendah. Pengalaman bahwa petani puas dengan kegiatan SL yang
berusahatani dalam penelitian ini merupakan dilaksanakan.
jumlah tahun lamanya responden bekerja
sebagai petani padi sampai saat penelitian ini Analisis perbutir pernyataan tentang
dilakukan. Pengalaman berusahatani proses SL menunjukkan bahwa petani menilai
cenderung memengaruhi keputusan yang sedang dan tinggi untuk setiap butir proses.
diambil petani pada kegiatan usahatani Terkait dengan kesesuaian materi SL dengan
berikutnya. Seluruh anggota kelompok wanita kebutuhan petani, dinilai petani cukup sesuai.
tani masih sangat bergantung pada Sedangkan untuk butir pertanyaan tentang
keberadaan penyuluh dalam melakukan pemateri, metode penyuluhan, praktek dan
usahatani sehingga dapat dikatakan responden pengamatan partisipatif direspon tinggi (sangat
masih tergolong petani pemula. baik) oleh petani. Hal ini mengindikasikan
bahwa petani merasakan bahwa proses yang
Frekuensi petani responden dalam mengikuti berjalan pada SL ini telah berjalan baik dengan
SL Jarwo yaitu sebanyak 1-4 kali, dengan rata- materi dan pendekatan penyuluhan yang
rata pertemuan 3,8 kali. Pertemuan tersebut menyenangkan, sesuai dengan prinsip
belum sepenuhnya mampu mendiseminasikan pembelajaram orang dewasa dan
inovasi secara tepa. Hal ini dapat dibuktikan partisipatif.
dari hasil wawancara bahwa petani belum
mengetahui Teknologi Jarwo Super secara Sekolah lapang merupakan proses
lengkap. Petani responden masih pendidikan non formal yang diperuntukan bagi
membutuhkan bantuan petani lain dan petani sebagai orang dewasa dengan
penyuluh dalam melaksanakan kegiatan mengedepankan prinsip partisipatif. SL
usahatani mereka. dihaparkan dapat meningkatkan pengetahuan,
sikap dan keterampilan petani melalui peroses
Luas lahan petani responden dalam penelitian menyusun rencana usaha, melakukan
ini yaitu keseluruhan lahan yang digunakan identifikasi masalah, mengambil keputusan dan
petani dalam melaksanakan budidaya padi, baik menerapkan teknologi. mengatasi masalah,
itu milik sendiri, sewa dan bagi hasil. mengambil keputusan, dan menerapkan
Berdasarkan hasil akumulasi wawancara petani teknologi yang sesuai dengan sumber daya
setempat. Melalui sekolah lapang petani sama memberikan respon positif terhadap kegiatan
sama be;ajar dan berbagi pengfalaman. penyuluhan tentang jarwo super. Hal ini terlihat
Kegiatan penyuluhan dalam sekolah lapang ini dari tabel 3 bahwa aspek pengetahuan, sikap
merupakan kegiatan penyuluhan dengan dan keterampilan petani terkait teknologi jarwo
pendekatan partisipatif. Pada setiap pertemuan yang ditunjukkan oleh sikap petani mencapai
petani terlibat langsung dalam kegiatan sekolah 88,89% pada tingkat baik.
lapang. Kegiatan diawali dengan kontrak belajar
yang merupakan bentuk partisispasi petani
yang mereka lakukan. Temuan ini sejalan
dalam perencanaan pembelajaran. Pada tahap
dengan penelitian Asaad (2017) yang
ini penyuluh menggali informasi dari petai dan
menyatakan bahwa sebagian besar petani
memfasikitasi agar petani mau merencanakan
memberikan respon positif terhadap teknologi
proses belajar yang mereka inginkan.
jajar legowo. Senada dengan temuan Luran dan
Kesepakatan diawal kegiatan sekolah lapang
Lampe (2016) yang menyatakan bahwa Sekolah
sangat penting untuk menjamin petani terlibat
lapang mendorong proses aplikasi pengetahuan
aktif dan membangun rasa memiliki dan
dari luar dan lokal.
kesadaran sebagai bagian dari program.
Analisis yang dilakukan terhadap pengetahuan
Pada pertemuan-pertemuan
petani menunjukan bahwa teradapat beberapa
selanjutnya petani didorong untuk aktif dalam
komponen pengetahuan yang belum dipahami
penyuluhan melalui sekolah lapang. Inti
oleh petani yakni terkait dengan jarak tanam
sekolah lapang adalah mendorong petani
dan pengolahan tanah sebelum proses tanam.
untuk melihat dan menemukan masalah dan
Semua petani menjawab salah untuk kedua
berupaya memecahkan maalah dengan
pertanyaan tersebut. Pengetahuan petani
berdiskusi sesama petani atau dengan
terkait dengan pengertian sistem jarwo super,
fasilitataor. Oleh karena itu di setiap
keuntungan, manfaat termasuk pada kategori
pertemuan petani tidak hanya sekedar datang
sangat baik.
dan mendengar penjelasan penyuluh, tetapi
mengamati, berdiskudi dengan fasilitator Sikap petani terhadap SL jarwo super
sesama petani serta melakukan setiap menunjukkan hasil yang baik, hal ini terlihat
rangkaian paket teknologi yang dianjurkan. dari sikap petani terhadap teknologi jarwo
Peran penyuluh diposisikan sebagai fasilitator super terkategori sedang dan tinggi.
yang memelancarkan proses pembelajaran. Komponen pertanyaan dalam mengukur sikap
petani menyangkut aspek kemudahan
Tingkat Pengetahuan Sikap dan
teknologi diikuti, kemudahan dipelajari dalam
Keterampilan Petani Tentang Teknologi kegiatan SL, kemudahan dalam penerapan dan
Jarwo Super ketersediaan informasi dan sarana produksi.
Sesuai dengan tujuan program , SL Jarwo Super Terkait dengan keterampilan tentang
bertujuan untuk memberikan pemahaman jarwo super, temuan dilapangan adalah bahwa
kepada petani tentang sistem tanam jarwo rangakaian teknologi yang sulit mereka
super. Pemahaman petani tentang jarwo super aplikasikan adalah pemakaian alat dan mesin
dapat dilihat dari tingkat pengetahuan, sikap pertanian. Pemakaian alsintan seperti mesin
dan keterampilan mereka terkait dengan penanam (tranplanter) dan mesin panen
perangkat inovasi jarwo super. Identifikasi (combineharvest) adalah salah satu rangkaian
tingkat pengetahuan, skap dan keterampilan teknologi jarwo super. Petani telah diberi
petani terkait jarwo super diuraikan pada Tabel bantuan perkelompok terkait kedua alat ini.
3. Hasil temuan menunjukkan bahwa petani
Tabel 3. Tingkat Pengetahuan sikap dan keterampilan patani tentang jarwo super
Aspek Interval Jumlah(orang) Persentase
Pengetahuan rendah (1- 2,67) 0 0

sedang (2,68- 5,34) 18 100


Tinggi (5,34 – 8) 0 0

Sikap rendah (12-24) 0 0


sedang (25-36) 2 11,1
Tinggi (36-48) 16 88,8

Keterampilan rendah (7-14) 1 5,5


sedang (15-21) 9 50
Tinggi (22-28) 8 44,4

Artinya adalah petani telah adalah teknologi yang tepat guna dan memahami bahwa teknologi
jarwo super bermanfaat bagi usahatani padi sawah
Akan tetapi petani mengalami kesulitasn dalam dalam menerapkan teknologi menurut
mengapliaksikan kedua mesin tersbeut. merupakan proses mental sejak pertama kali
Kondisi petakan sawah yang relatif kecil mengetahui suatu inovasi, membentuk sikap
meruapakan alasan yang diampaikan petani. terhadap inovasi tersebut, mengambil
Petakan sawah yang kecil menyebabkan keputusan untuk mengadopsiatau
penggunaan alat dan mesin ini merepotkan menolak,mengimplementasikan ide baru, dan
petani karena petani harus memindahkan membuat konfirmasi atas keputusan tersebut.
mesin ke setiap petakan. Proses ini terdiri atas rangkaian pilihan dan
tindakan individu dariwaktu ke waktu atau
Perubahan Setelah Program suatu sistem evaluasi ide baru dan
memutuskan mempraktekkan inovasi atau
Pembelajaran atau penyuluhan dengan menolaknya.
metode sekolah lapang ini diharapkan
membawa perubahan pada cara bertani padi
sawah petani dan pada akhirya perubahan Pencapaian Tujuan Evaluasi Metode
tersebut dapat meningkatkan produksi padi.
Tyler
Hasil penelitian menunjukan peningkatan
pengetahuan terjadi sebanyak 71 point setara Evaluasi program dengan metode Tyler pada
dengan 47 %, sedangkan peningkatan prinsipnya mengevaluasi apakah program yang
keterampilan adalah 43 poin atau 17 %. Kondisi dijalankan telah sesuai dengan tujuan. Dapat
ini menerangkan bahwa sekolah lapang jarwo dikatakan evaluasi Tyler ini berorientasi tujuam.
super telah menambah pengetahuan dan Evaluasi yang dilakukan terhadap program
keterampilan petani tentang inovasi baru sekolah lapang jajar legowo superdi KWT
menanam padi. Perubahan ini seyogyanaya Delima Desa Situ Gede menunjukan bahwa
berkontribusi terhadap adopsi petani terkait tujuan progran telah tercapai dengan tingkatan
jarwo super dan mempengaruhi peningkatan yang bervariasi. Tujuan program ini adalah
produksi memberikan pengetahuan dan teknologi baru
kepada petani padi sawah terkait jajar legowo
padi super dan tujuan selanjutnya adalah
Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya meningkatkan produksi padi.
bahwa tujuan SL jarwo Super ini selain
Hasil evaluasi menunjukan
meningkatkan kemampuan petani dalam
bahwa penyebaran informasi melalui SLl telah
berusahatani padi menggunakan inovasi Jarwo
memberikan pengetahuan, sikap dan
Super adalah meningkatkan produksi.
keterampilan baru bagi petani. Hal ini terlihat
Peningkatan peroduksi merupakan tujuan dari
dari tingkat pengetahuan, sikap dan
kegaiatan SL yang diharapkan dapat
keterampilan petani yang berada pada kondisi
meningkatan pendapatan petani padi.
sedang dan tinggi.
Peningkatan produksi dihitung dengan Perbandingan pengetahuan dan keterampilan
membandingkan produksi per haktar tanaman petani sebelum dan sesudah program
padi sebelum penerapan SL jarwo Super menunjuan adanya peningkatan. Berkaitan
dengan produksi tanman padi setelah dengan tujuan kedua, penerapan SL Jarwo
menggunakan Jarwo Super. Hasil evaluasi Super telah menyebabkan peningkatan
menunjukan bahwa sebelum penerapan Jarwo pendapatan produksi.Perubahan ke arah
Super rataan produksi padi petani adalah 5,5 lebih baik yang terjadi pada program ini tidak
ton/ha sedangkan setelah penerapan Jarwo lepas dari proses pelaksanaan yang berjalan
super produksi mencapai 8 ton/ ha. dengan baik.

Hasil evaluasi menunjukan bahwa belum


semua petani menerapkan sistem jarwo super. KESIMPULAN DAN SARAN
Informasi yang diperoleh dari ketua kelompok Penerapan teknologi ini di tingkat petani
menerangkan bahwa sekitar 30 % petani yang berada pada kondisi yang bervariasi. Petani
tergabung dalam KWT Delima adalah buruh yang tergolong buruh tani mengalami kendala
tani. Posisi sebagai buruh tani menyebabkan dalam penerapan teknologi baru karena
mereka tidak leluasa untuk menerapkan kurangnya keleluasaan mereka mengambil
teknologi atau cara bertanam yang baru. keputusan terhadap usahatani yang
Mereka khawatir produksi akan menurun saat dilakukan. Teknologi yang relatif sulit
menggunakan teknologi baru, dan akan dilakukan petani adalah penerapan alsintan.
mneimbulkan masalah dengan pemilik lahan. Kondisi ini disebabkan lahan sawah yang
Menurut Indraningsih (2011) keputusan petani tersebar dalam petakan kecil.
Evalausi program Sekolah Dirjentanpan.
Lapang Jajar Legowo Super menunjukan hasil Ikhwani, Pertiwi GR, Paturohman E,
bahwa program telah berjalan dengan baik Makasim AK.. 2013. Peningkatan
dan mampu mencapai tujuan program. Produktivitas Padi Melalui
Tercapainya kondisi tersebut tidak lepas dari Penerapan Jarak Tanam Jajar
pengelolaan proses kegiatan yang Legowo. Jurnal Iptek Tanaman
berlangsung dengan baik dan dukungan Pangan Vol. 8 No. 2 2013 72
berbagai pihak. Penyebaran teknologi baru
Indraningsih KS, Pengaruh Penyuluhan
perlu terus dilakukan kepada petani dengan
Terhadap Keputusan Petani Dalam
pendekatan-pendekatan yang bersifat
Adopsi Inovasi Teknologi Usahatani
partisipatif. Temuan pada evaluasi ini
Terpadu Jurnal Agro Ekonomi,
menindikasikan perluny apemetaan petani
Volume 29 No.1, Mei
atas status meraka pakah sebagai buruh tani,
pemilik atau penggarap. Kejelasan status ini 2011 : 1 – 24
akan memudahkan perumusan kegiatan
Lin, XQ, D.F. Zhu, H.Z. Chen, and Y.P.
program penyuluhan kedepan.
Zhang. 2009. Effects of plant

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S dan Jabar SA. 2009. Evaluasi
Program Pendidikan.

Jakarta. Bumi Aksara.


Asaad M, Bananiek S, Warda, Abidin Z. 2017.
Analisis Persepsi Petani Terhadap
Penerapan Tanam Jajar Legowo Padi density and nitrogen application rate on
Sawah Di Sulawesi grain yield and nitrogen uptake of super
Tenggara. hybrid rice. Rice Science 16(2):138-142

JurnalPengkajiandanPengembang Luran NF, Lampe M. Membangun


anTeknologiPertanian, Vol. 20, Komitmen, Disiplin dan Kretivitas
No.3,November2017: 197-208 Petani Melalui ‘Sekolah Lapang Petani’
Balitbangtan. 2013. Sistem Tanam Legowo. SLP-PHT. Jurnal Etnosia.
Badan Penelitian dan Pengembangan
Vol. 01, No. 01, Juni 2016.
Pertanian
Kementerian Pertanian. Mardikanto (2007) Sistem Penyuluhan
Pertanian. Surakarta: UNS Press.
Balitbangtan. 2016. Rekomendasi Pemupukan
N, P, dan K pada Padi Sawah Spesifik Putra, ATA. 2012. Evaluasi Program
Lokasi. Badan Penelitian dan Pendidikan ‘Pendekatan Evaluasi Program
Pengembangan Berorientasi Tujuan (Goal-Oriented
Pertanian. Evaluation

Bhaktiar, Syarifudin (2011) Peran Approach: Ralph W. Tyler).

Penyuluhan Pertanian Lapangan Rogers EM, Shoemaker FM. 1981.


(PPL) Dalam Program Sekolah Memasyarakatkan Ide-ide Baru.
Lapang Pengelolaan Tanaman Terjemahan Hanafi. Surabaya (ID).
Terpadu (SLPTT) Komoditas Penerbit Nasional
Padi (Oryza sativa) (Studi Kasus
Kelompok Tani Rukun Makmur
di Desa Selopanggung. Sarjana
thesis, Universitas Brawijaya.
Tesis. Universitas Brawijaya.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
2016. Petunjuk Teknis Teknologi
Tanam Jajar Legowo. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai