Anda di halaman 1dari 2

BAB I.

Pendahuluan
Tanah yang sehat dan subur dapat menentukan keberhasilan suatu kegiatan usahatani untuk
mendapatkan produktivitas lahan yang tinggi. Peran penting tanah sebagai faktor produksi
diantaranya sebagai media tumbuh perakaran dan penyedia unsur hara bagi tanaman. Selain berfungsi
sebagai faktor produksi, tanah juga berperan penting dalam meningkatkan dan menjaga kualitas
lingkungan baik di tingkat lokal maupun di tingkat global melalui kemampuan tanah menyaring
bahan-bahan pencemar sehingga sumber air tidak tercemar, mengontrol pelepasan air ke badan-badan
air seperti sungai atau danau, dan menyimpan karbon untuk mengurangi emisi gas rumah kaca
(Rachman et al., 2017). Kualitas tanah mengintegrasikan komponen fisik, kimia dan biologi tanah
serta interaksinya. Kualitas tanah menjadi kapasitas spesifik suatu tanah untuk berfungsi secara alami
atau dalam batasan-batasan ekosistem yang terkelola untuk menopang produktivitas tumbuhan,
memelihara atau meningkatkan kualitas udara dan air, serta untuk mendukung tempat tinggal dan
kesehatan manusia. Indikator yang digunakan dalam penilaian kualitas tanah meliputi sifat fisik,
kimia dan biologi tanah selain itu faktor jenis tanah, jenis penggunaan lahan, dan topografi menjadi
prioritas utama yang harus diperhatikan dalam penilaian kualitas tanah untuk tujuan pengembangan
sector pertanian dan perkebunan(Suleman et al., 2016).
Lanskap pada gambar satu yang merupakan lahan pertanian kentang di Dusun Wonokitri,
Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan. Berdasarkan Gambar satu dapat diketahui bahwa lahan
miring di daerah lereng dengan praktek pengelolaan tidak sesuai kemampuan lahan tersebut dapat
berdampak buruk pada kualitas tanah. Hal tersebut terbukti karena kurangnya tutupan lahan dan
praktek pertanian komoditas tanaman semusim pada daerah miring. Oleh karena itu perlu ditinjau
bagaimana kualitas tanah pada lahan tersebut. Menurunnya kemampuan tanah dalam melaksanakan
fungsi-fungsinya karena pemanfaatan lahan yang tidak sesuai telah menunjukkan telah terganggunya
kualitas tanah yang mengakibatkan bertambahnya lahan kritis, penurunan produktivitas tanah dan
pencemaran lingkungan. Salah satu penyebab penurunan kualitas tanah adalah perubahan penggunaan
lahan atau konversi lahan (Juarti, 2016). Penggerusan tanah oleh yang disebabkan oleh adanya
limpasan air pada daerah berlereng dapat mengakibatkan tanah mulai terkikis dan terangkut, pada
akhirnya meninggalkan tanah yang kurang subur sehingga produktivitas tanah dan tanaman menurun.
Penggunaan lahan mempengaruhi besarnya kandungan C-organik, nitrogen, fosfor, kapasitas tukar
kation, permeabilitas, porositas dan infiltrasi. Tentunya dalam memanfaat kan lahan miring harus
diiringi oleh penggunaan vegetasi yang sesuai agar tingkat erosi dapat diturunkan. Vegetasi berperan
penting dalam melindungi tanah dari erosi. Keefektifan vegetasi dalam menekan aliran permukaan
dan erosi dipengaruhi oleh tinggi tajuk, luas tajuk, kerapatan vegetasi, dan kerapatan perakaran. Lahan
dengan kemiringan tinggi rentan terhadap erosi yang antara lain diakibatkan rendahnya stabilitas
agregat (Banjarnahor et al., 2018).
Berbagai masalah yang berkaitan dengan erat dengan kualitas tanah sehingga sistem
pengelolaan yang berakibat pada degradasi kualitas tanah secara langsung akan mengancam
keberlanjutan sistem yang ada untuk berfungsi seperti pertanian. Oleh karena itu diperlukan metode
yang secara cepat dan akurat mengukur perubahan kondisi tanah atau penetapan indikator kualitas
tanah dari waktu ke waktu. Indeks atau indikator kualitas tanah yang merupakan integrasi dari sifat
fisik, kimia dan biologi tanah dapat menggambarkan tingkatan kualitas dari tanah yang dievaluasi
dalam mendukung tiga fungsi tanah yaitu produksi, lingkungan dan kesehatan. Indeks yang dihasilkan
tidak hanya menggambarkan kualitas tanah tetapi juga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan pengelolaan lahan (Rachman et al., 2017). Pemilihan indikator kualitas tanah harus
mencerminkan kapasitas tanah untuk menjalankan fungsinya. Berdasarkan fungsi tanah yang hendak
dinilai kemudian dipilih beberapa indikator yang sesuai. Untuk memberi gambaran yang tepat
terhadap kulitas tanah di lahan yang diamati, maka diperlukan informasi mengenai tentang kualitas
tanah pada lahan yang diamati melalui observasi langsung di lapangan (melalui survei) dan uji
laboratorium untuk mengetahui indeks atau indikator kualitas tanah (Martunis et al., 2016). Oleh
karena itu, sangat penting untuk menetapkan indikator kualitas tanah pada lahan yang diamati untuk
mengetahui kualitas tanah pada lahan tersebut sehingga dapat diketahui praktek pengelolaan yang
sesuai.
Daftar Pustaka
Banjarnahor, Nurlina, Kanang Setyo Hindarto, and Fahrurrozi. 2018. “Hubungan Kelerengan Dengan
Kadar Air Tanah, Ph Tanah, Dan Penampilan Jeruk Gerga Di Kabupaten Lebong.” Jurnal Ilmu-
Ilmu Pertanian Indonesia 20(1):13–18.
Juarti. 2016. “Analisis Indeks Kualitas Tanah Andisol Pada Berbagai Penggunaan Lahan Di Desa
Sumber Brantas Kota Batu.” Jurnal Pendidikan Geografi 21(2):131–44.
Martunis, Lukman, Sufardi, and Muyassir. 2016. “Analisis Indeks Kualitas Tanah Di Lahan Kering
Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh.” Jurnal Budidaya Pertanian 12(1):34–40.
Rachman, Achmad, Sutono, Irawan, and I. Wayan Suastika. 2017. “Indikator Kualitas Tanah Pada
Lahan Bekas Penambangan.” Jurnal Sumberdaya Lahan 11(1):1–10.
Suleman, Salma, Ulfiyah A. Rajamuddin, and Isrun. 2016. “Penilaian Kualitas Tanah Pada Beberapa
Tipe Penggunaan Lahan Di Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi.” E-Journal Agrotekbis
4(6):712–18.

Anda mungkin juga menyukai