Anda di halaman 1dari 11

1

TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBERDAYA LAHAN

“KONSERVASI TANAH DAN AIR AKIBAT DEFORESTRASI DAS BENGAWAN


SOLO SERTA DAMPAKNYA BAGI KELESTARIAN EKOSISTEM”

Oleh:
Nama : Fakhruddin Thariq
NIM : 195040200111189
Kelas : G

Dosen Pengampu: Istika Nita, SP. MP

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
2

Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 3
1.2 Pertanyaan Penelitian ........................................................................................................ 5
1.3 Hipotesis ........................................................................................................................... 5
1.4 Tujuan ............................................................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................ 6
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................................. 9
3.1 Waktu dan Tempat ............................................................................................................ 9
3.2 Alat dan Bahan .................................................................................................................. 9
3.3 Metode Percobaan ........................................................................................................... 10
3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Daerah aliran sungai (DAS) merupakan suatu sistem ekosistem yang kompleks yaitu
terdiri atas beberapa komponen seperti jenis vegetasi, penggunaan lahan, tanah, air, manusia
serta semua biota hidup yang tinggal pada suatu wilayah di sekitar aliran sungai. Penggunaan
lahan di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) merupakan wilayah hutan alami yang memiliki
jenis keberagaman sumber daya alam melimpah. Hutan memiliki fungsi sebagai tempat
berlangsungnya interaksi alami antar semua komponen dalam lingkungan yang berlangsung
secara biofisik. Hutan menjadi salah satu wilayah yang menjadi tempat menyimpan cadangan
karbon serta berperan dalam siklus hidrologi (Anwar et al., 2011). Perubahan penggunaan
hutan yang ada pada suatu DAS menjadi areal pertanian, pemukiman, kawasan industri serta
daerah perekonomian seperti perkebunan akan berdampak pada penurunan kualitas
lingkungan. Hal ini kemudian akan menimbulkan dampak lain berupa terjadinya bencana
alam seperti banjir, kekeringan, tanah longsor, dan degradasi lahan sebagai akibat dari
terjadinya erosi yang dibiarkan begitu saja. Kegiatan ini kemudian akan menurunkan
produktivitas lahan yang kemudian berdampak pada penurunan kesejahteraan masyarakat.
Perubahan hutan menjadi penggunaan lain akan menurunkan tingkat biodiversitas organisme
seperti pada perubahan tutupan lahan dan terjadinya homogenitas makhluk hidup pada
wilayah tersebut. Hal ini kemudian berdampak pada timbulnya ketidakseimbangan
lingkungan sebagai respon terhadap perubahan ekosistem.
Degradasi lahan yang terjadi pada wilayah DAS diakibatkan oleh kegiatan perubahan
penggunaan hutan menjadi areal pertanian, pemukiman serta penggunaan lain diakibatkan
oleh meningkatkannya jumlah populasi manusia sehingga berdampak pada tingginya tingkat
kebutuhan manusia yang harus dipenuhi dalam hal sandang, pangan dan papan sebagai
komponen primer yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Faktor sosial dan ekonomi
sering dijadikan alasan bagi kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam yang tidak selaras
dengan lingkungan dan regulasi. Hal ini kemudian memicu terjadinya deforestasi dan
degradasi hutan (Carolyn et al., 2013). Perubahan tutupan lahan pada suatu wilayah seperti
perubahan penggunaan hutan menjadi perkebunan menimbulkan dampak bagi
ketidakseimbangan lingkungan di mana heterogenitas pada wilayah hutan akan berkurang
sehingga interaksi biofisik yang terjadi antar komponen dalam ekosistem menjadi terganggu.
Aktivitas ini kemudian berdampak pada timbulnya bencana alam sebagai akibat jangka
panjang dari kerusakan kondisi lingkungan. Penurunan produktivitas lahan dilihat dari
penurunan kualitas tanah dan air akan berdampak pada penurunan kesejahteraan masyarakat.
Kerusakan lingkungan kemudian berdampak pada timbulnya bencana alam akan
menyebabkan kerugian bagi masyarakat baik secara material dan non material.
Hutan memegang peranan yang sangat penting bagi keberlanjutan dan kelestarian
sistem ekologi dan keseimbangan lingkungan. Hutan berperan dalam menjaga keberagaman
biodiversitas organisme termasuk tumbuhan, menyimpan cadangan karbon, siklus hidrologi,
serta mempertahankan sumberdaya genetik (Hadiyan et al., 1017). Biodiversitas menunjukan
tingkat keberagaman makhluk hidup yang berada pada suatu wilayah tertentu. Sedangkan
sumberdaya genetik dalam hal ini menunjukan mengenai pelestarian organisme endemik pada
suatu wilayah tertentu sehingga keberadaannya di alam dapat dipertahankan. Hutan memiliki
komponen penyusun yang kompleks berdasarkan jenis organisme yang tinggal di dalamnya
termasuk beberapa jenis vegetasi mulai dari tumbuhan berkayu sampai dengan rumput. Hal
ini mendukung keberlanjutan ekosistem dengan cara mempertahankan kondisi tanah dari
penghancuran akibat faktor penyebab erosi seperti air dan angin. Perubahan tata guna hutan
menjadi penggunaan lain memungkinkan terjadinya penurunan jumlah biodiversitas
organisme sehingga keseimbangan lingkungan menjadi terganggu. Semakin banyak jenis
biodiversitas organisme pada suatu wilayah maka aktivitas interaksi antar komponen
ekosistem akan menimbulkan dampak yang sinergis bagi keberlanjutan lingkungan.
4

Penurunan kualitas lingkungan atau degradasi lahan di DAS Bengawan solo


diakibatkan oleh aktivitas deforestasi atau perubahan hutan menjadi penggunaan lain
merupakan salah satu dampak yang ditimbulkan dari peningkatan jumlah populasi manusia
sehingga ikut meningkatkan kebutuhan hidup masyarakat. Deforestasi menyebabkan
perubahan tutupan lahan pada wilayah tersebut. Perubahan hutan menjadi areal pertanian
menyebabkan peningkatan aktivitas pengelolaan tanah sehingga akan menyebabkan
kerusakan sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Aktivitas ini kemudian diperparah dengan
adanya peningkatan laju aliran permukaan yang menimbulkan erosi. Suatu lahan yang
dikelola secara intensif akan mengubah kondisi tanah sehingga akan berdampak pada
penurunan kemampuan tanah dalam menyerap air (kapasitas infiltrasi). Hal ini akan berakibat
pada berkurangnya kandungan air di dalam tanah sehingga berdampak pada terjadinya
bencana kekeringan saat musim kemarau karena tanah tidak dapat menyimpan air (Anwar et
al., 2011). Penurunan kapasitas infiltrasi tanah akan menimbulkan peningkatan laju aliran
permukaan sehingga berdampak pada bertambahnya resiko terjadinya erosi bersamaan dengan
peningkatan jumlah agregat yang terbawa oleh aliran permukaan. Aktivitas ini kemudian
dapat menimbulkan terjadinya sedimentasi atau pengendapan partikel tanah di bagian
bendungan atau sungai yang menyebabkan penurunan kapasitas bendungan dalam menahan
air. Kegiatan ini kemudian akan menimbulkan dampak lain seperti terjadinya banjir bandang
atau meluapnya air sungai karena tidak mampu menahan debit air. Terjadinya bencana alam
tersebut akan menyebabkan kerugian bagi masyarakat baik secara material maupun
nonmaterial.
Degradasi hutan merupakan dampak panjang dari adanya perubahan suasana dan
kondisi lingkungan yang memiliki potensi kerugian besar dari susunan dan fungsi tegakan
serta kawasan hutan sehingga terjadi penurunan kemampuan lahan untuk menyediakan jasa
ekosistem. Jasa ekosistem dalam hal ini yaitu terkait dengan terpenuhinya peranan dan fungsi
hutan dalam mendukung keberlanjutan ekosistem mulai dari menyediakan cadangan karbon,
menyimpan air, menlestarikan biodiversitas dan sumberdaya genetik, serta fungsi hutan
sebagai penyedia oksigen bagi manusia. Perubahan tata guna hutan menjadi penggunaan lain
memungkinkan terjadinya peningkatan pengelolaan lahan sehingga berdampak pada
perubahan kondisi fisik, kimia dan biologi dalam kawasan ekosistem. Perubahan jumlah
biodiversitas juga berpengaruh terhadap munculnya tanaman atau binatang baru yang
keberadaannya dapat merugikan keseimbangan ekosistem. Hal ini juga dipengaruhi oleh jenis
pengelolaan lahan dan timbulnya dampak lain seperti bencana alam dari kegiatan manusia
tersebut. Tipe pemanfaatan sumber daya alam harus dikelola dengan tepat dan tidak boleh
melebihi ambang batas daya dukung lahan serta harus tetap memperhatikan aspek ekologi,
sosial, budaya, dan ekonomi agar semua bidang kajian dapat berjalan beriringan dan
mendukung kelestarian ekosistem sehingga tidak menimbulkan dampak lain seperti kerusakan
lingkungan dan menimbulkan bencana alam (Siliwangi, 2014).
Berdasarkan uraian permasalahan mengenai degradasi hutan yang disebabkan oleh
kegiatan deforestrasi menunjukan bahwa kelestarian lingkungan khususnya di kawasan DAS
Bengawan solo perlu dilakukan tindakan konservasi untuk menjaga kualitas dan kuantitas
ekosistem. Peningkatan mutu dan kualitas SDM khususnya masyarakat di wilayah tersebut
menjadi penting karena setiap kegiatan yang dilakukan akan berdampak bagi kelestarian alam
dan lingkungan. Kerjasama antara semua pihak terkait masalah konservasi sangat diperlukan
karena memegang kunci keberhasilan tindakan perbaikan dan pelestarian lingkungan.
Kerjasama tersebut dapat dilakukan oleh pemerintah kabupaten Tuban, peneliti, badan
tertentu, masyarakat, serta didukung oleh Lembaga Swadaya Masyarakat seperti kampus atau
aliansi lain sehingga tindakan konservasi yang dilakukan dapt berjalan dan mendukung
pelestarian lingkungan. Salah satu cara yang dilakukan dalam mengatasi dampak terjadinya
degradasi hutan akibat deforestrasi adalh dengn melalukan pengurangan emisi di ekosistem
sehingga kelestarian lingkungan dapt terjaga dan dapt mendukung pertumbuhan organisme di
suatu wilayah tertentu. Pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan (Reducing
5

Emissions From Deforestation and forest Degradation/REDD) adalah istilah baru dalam
kamus iklim. REDD dianggap sebagai suatu pendekatan dan aksi yang akan mengurangi
emisi dari deforestasi dan degradasi hutan
1.2 Pertanyaan Penelitian
1. Apakah kegiatan deforestrasi menimbulkan dampak bagi kerusakan lingkungan?
2. Apa tindakan yang tepat dilakukan untuk mengatasi permasalah degradasi lahan?
3. Apa dampak tindakan konservasi tanah dan air bagi wilayah DAS Bengawan solo?
1.3 Hipotesis
1. Deforestrasi menimbulkan terjadinya degradasi lahan sehingga berdampak pada penurunan
kualitas lingkungan
2. Konservasi tanah dan air untuk menjaga kelestarian ekosistem
3. Perbaikan kondisi lingkungan dan pelestarian ekosistem berkelanjutan
1.4 Tujuan
Tujuan pembuatan proposal penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
deforestrasi terhadap kerusakan lahan beserta dampaknya bagi penurunan kualitas lingkungan
serta tindakan konservasi yang tepat dilakukan pada wilayah Daerah Aliran Sungai Bengawan
solo.
6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Deforestasi merupakan suatu keadaan di mana hutan alami dialih fungsikan menjadi
jenis penggunaan lain dengan mengurangi atau menghilangkan vegetasi yang tumbuh di lahan
tersebut. Kegiatan alih fungsi lahan yang dilakukan tersebut merupakan aktivitas yang terjadi
setelah munculnya peningkatan jumlah populasi yang mendiami suatu wilayah. Deforestasi
digunakan untuk menciptakan penggunaan baru untuk memenuhi kebutuhan manusia mulai
dari areal pertanian yang menyediakan kebutuhan hidup sehari-hari manusia seperti sandang,
pangan dan papan serta penggunaan lain yang berhubungan dengan sektor industri seperti
perkebunan dan pemukiman sebagai tempat tinggal masyarakat. Perubahan tutupan lahan
pada suatu wilayah digunakan untuk memenuhi kebutuhan sosial, ekonomi serta
perkembangan ekologi yang berakibat pada penurunan luas hutan yang kemudian berdampak
pada perubahan komunitas biologi serta interaksi biofisik dan juga perubahan iklim dan
kualitas air (Prevedello et al., 2015).
Deforestasi atau dikenal sebagai perubahan lahan hutan menjadi penggunaan lain
merupakan suatu aktivitas perubahan jenis tutupan lahan dari yang awalnya bersifat heterogen
menjadi lebih homogen. Hal ini dilakukan dengan cara menebang pohon atau mengurangi
jenis vegetasi yang ada pada suatu wilayah. Kegiatan deforestasi yang dilakukan dengan
menimbulkan terjadinya dampak degradasi hutan serta dampaknya bagi kerusakan
lingkungan. Hal ini dapat diketahui berdasarkan berkurangnya kualitas lahan dan juga
ketidakseimbangan yang terjadi setelah adanya perubahan penggunaan lahan (Packiam,
2015). Bencana alam seperti kekeringan, banjir dan tanah longsor menjadi salah satu dampak
jangka panjang yang dihasilkan dari kegiatan deforestasi. Perubahan penggunaan lahan akan
memungkinkan perubahan kondisi tanah sehingga sifat fisik, kimia, dan biologi menjadi
terganggu. Perubahan kondisi tanah ini kemudian berdampak pada penurunan daya infiltrasi
tanah sehingga keberadaan air di dalam tanah akan semakin berkurang dan tidak mencukupi
kebutuhan masyarakat. Perubahan jenis vegetasi yang mendiami suatu wilayah juga akan
berdampak pada perubahan iklim di mana peranan hutan sebagai penyimpan cadangan karbon
akan terganggu dan mengakibatkan peningkatan kandungan karbondioksida pada udara
sehingga resiko pemanasan global akan meningkat (Takahashi et al., 2017).
Deforestasi yang terjadi pada suatu wilayah menjadi salah satu faktor yang
diakibatkan oleh peningkatan jumlah populasi manusia di dunia. Kebutuhan akan barang-
barang primer membuat manusia menjadi melakukan segala cara untuk memenuhinya. Salah
satu cara yang dilakukan untuk menghasilkan suatu produk adalah pembukaan hutan untuk
dijadikan kawasan pemukiman serta lahan pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan
7

manusia (Osinaga et al., 2018). Perubahan jenis vegetasi atau penutup tanah serta peningkatan
pengelolaan lahan akan menimbulkan degradasi yaitu penurunan kualitas hutan sehingga
tidak dapat memberikan fungsinya secara optimal bagi bumi. Peranan hutan sebagai tempat
penyimpanan cadangan karbon, pelestarian sumberdaya genetik dan biodiversitas, serta
pernannya dalam menyediakan oksigen bagi manusia akan menurun akibat perubahan kondisi
lingkungan (Bologna dan Aquino, 2020).
Hutan alami memiliki peranan yang sangat penting bagi makhluk hidup yang tinggal
di dunia. Hutan berperan dalam menyediakan oksigen yang dibutuhkan untuk kehidupan
manusia dan berperan sebagai penyimpan cadangan karbon untuk menekan pelepasan karbon
di udara. Kegiatan deforestasi atau perubahan fungsi hutan menjadi penggunaan lain akan
menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem (Fuller et al., 2013). Hal ini terjadi
akibat perubahan tata guna lahan yang semula bersifat heterogen menjadi homogen. Jenis
vegetasi sebagai penutup tanah juga berubah sehingga komponen dalam ekosistem khususnya
interaksi antara komponen biotik dan abiotik menjadi terganggu. Perubahan hutan menjadi
penggunaan lain akan mempengaruhi biodiversitas yang ada pada suatu wilayah. Selain itu,
kegiatan ini juga dapat menyebabkan terjadinya perubahan cuaca secara global yang akan
mengganggu kehidupan masyarakat di dunia. Seperti halnya yang terjadi pada kegiatan
deforestasi di Kongo Afrika yaitu berkurangnya luas hutan Amazon yang menyebabkan
terjadinya perubahan ekonomi politik dan juga sosial di negara tersebut. Di Indonesia
deforestasi terjadi secara kompleks yang yang terjadi akibat interaksi antara perubahan
penggunaan hutan menjadi perkebunan atau penggunaan lain sehingga berakibat pada
penurunan kualitas dan keseimbangan lingkungan (Seymour dan Harris, 2019).
Deforestrasi merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh manusia dengan cara
mengubah kegunaan hutan menjadi area pertanian maupun pemukiman serta pengubahan
areal hutan menjadi kawasan industri yang diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia. Perubahan kawasan hutan menjadi penggunaan lain akan menimbulkan dampak bagi
ketidakseimbangan lingkungan termasuk pada perubahan iklim global dan juga kerusakan
lingkungan. Perubahan penggunaan hutan akan menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan
termasuk bagi aspek ekonomi suatu wilayah. Deforestasi akan menimbulkan dampak
terjadinya degradasi lahan yaitu penurunan kualitas lingkungan sehingga tidak dapat
memberikan fungsinya secara optimal bagi pertumbuhan tanaman (Susanto et al., 2018).
Suatu lahan tidak dapt memberikan peranan secara optimal untuk mendukung pertumbuhan
tanaman apabila tidak disertai kegiatan konservasi atau upaya perbaikan kondisi lingkungan.
Pengelolaan lahan secara intensif juga akan mengubah kondisi tanah sehingga terjadi
perubahan sifat fisik kimia dan biologi tanah. Perubahan jenis vegetasi atau penutup tanah
8

akan berpengaruh pada perubahan suhu dan juga kelembaban pada suatu wilayah.
Pengelolaan lahan yang dilakukan secara intensif dengan menggunakan tambahan bahan
kimia untuk mengoptimalkan pertumbuhan tanaman dapat menimbulkan dampak negatif bagi
kesehatan manusia karena memiliki residu yang berbahaya bagi tubuh. Perubahan ini juga
akan berdampak pada terjadinya pemanasan global akibat tingginya emisi karbon yang
dilepaskan oleh lingkungan ke udara sebagai akibat dari tidak berjalannya fungsi hutan
sebagai penyimpan cadangan karbon (Wolff et al., 2018).
Deforestasi dan degradasi hutan merupakan satuan sebab akibat yang menyebabkan
terjadinya kerusakan lingkungan. Perubahan fungsi lahan menjadi penggunaan lain akan
menimbulkan bencana alam seperti banjir, erosi serta ketidakseimbangan lingkungan yang
berakibat pada terganggunya kehidupan baik manusia maupun makhluk hidup yang ada di
sekitarnya. Dampak negatif yang diakibatkan oleh kegiatan deforestasi menimbulkan adanya
pemikiran kegiatan konservasi atau upaya pengembalian kondisi lingkungan serta pelestarian
ekosistem untuk menjamin keberlanjutan ekosistem (Bavaghar, 2015).
9

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan di DAS Bengawan solo yang secara geografis lokasi
penelitian terletak pada pada 110°18′ BT sampai 112°45′ BT dan 6°49′ LS sampai 8°08′ LS.
secara administratif termasuk dalam Kabupaten Lamongan dan Tuban, Jawa Timur

Gambar 1. DAS Bengawan Solo di Kabupaten Tuban

Kegiatan penelitian lapangan ini dilaksanakan pada periode tahun 2021-2022.


Kemudian dilanjutkan dengan studi meja (desk study) pada tahun 2023.
3.2 Alat dan Bahan
Peralatan dalam penelitian ini antralain
Nama Fungsi Gambar
GPS Alat Penunjuk arah

Bor Tanah Sebagai alat identifikasi


tanah

Pena / Pensil Alat untuk menulis


10

Buku Untuk Mencatat

Buku Modul Sebagai Sumber Acuan

Ring sampel tanah Mengambil Sampel tanah

Kamera hp Alat Dokumentasi

3.3 Metode Percobaan


Pengolahan data dilakukan dengan bantuan digitizer dan current meter dengan
perangkat lunak ERDAS v. 8.7, ArcView v. 3.2, dan sistem pendukung SWAT 2000. Data
spasial utama yang digunakan untuk memperoleh data perubahan tutupan lahan dan fisiografi
lahan adalah citra landsat TM+ rekaman tahun 1990 dan 2003, peta land system, peta rupa
bumi skala 1:50.000, peta DEM/SRTM resolusi 90 m × 90 m. Penelitian ini dilakukan dengan
beberapa tahapan yang disajikan pada Gambar. Agar diperoleh gambaran respons hidrologi
DAS Bengawan solo sesuai dengan tujuan penelitian ini maka dilakukan analisis dengan
menggunakan pendekatan model SWAT terhadap masing-masing kondisi tutupan lahan tahun
1990 dan 2003.
11

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, M. H. Pawitan, K. Murtilaksono dan I. N. S. Jaya. Respons Hidrologi Akibat
Deforestasi di DAS Bengawan solo, Kalimantan Tengah. JMHT. 17 (3): 119-126.
Bavaghar, M. P. 2015. Deforestation Modelling Using Logistic Regression and GIS. Journal
of Forest Science. 61(5): 193-199
Bologna, M dan G. Aquino. 2020. Deforestation and World Populations Sustainability: A
Quantitative Analysis. Nature Research Scientific Report.
Carolyn, R. D. D. P. T. Baskoro dan L. B. Prasetyo. 2013. Analisis Degradasi untuk
Penyusunan Arahan Strategi Pengendaliannya di Taman Nasional Gunung Halimun–
Salak Provinsi Jawa Barat. 15 (1): 39-47
Fuller, D., J. Miettinen dan E. Meijaard. Deforestation, Degradation and Forest Regrowth in
Indonesia's Protected Areas from 2000-2010. Indonesian Journal of Conservation.
2(1): 1-13
Hadiyan, Y., Yulian dan H. Pambudi.2017. Memahami dan Membangun Pendekatan
Penyelesaian Deforestasi dan Degradasi Hutan di Region Sumatera dan Kalimantan.
Proceeding Biology Education Conference. 14(1): 166-169
Osinaga, N. A., C. R. Alvarez dan M. A. Taboada. 2018. Effect of Deforestation and
Subsequent Land use Management on Soil Carbon Stocks in the South American
Chaco. Soil EGU. 4. 251-257
Packiam, S. M. 2015. Deforestation: Causes and Consequences. Valley International Journal.
2(3): 1193-1200
Prevedello, J. A., G. R. Winck, M. M. Weber, E. Nichols dan B. Sinervo. 2019. Impact of
Forestration and Deforestation and Local Temperatur Across the Globe. PLOS ONE.
1-18
Seymour, F dan N. L. Harris. 2019. Reducing Tropical Deforestation The Interventions
Required to Reduce Deforestation Differ Widely Across the Topics. Insight
Sciencemag. 365(6455): 756-757
Siliwangi, B. 2014. Perusakan Lingkungan akibat Alih Fungsi Kawasan Hutan di Hulu
Sungai Citarum menjadi Kawasan Pertanian dihubungkan dengan Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Jurnal Wawasan Hukum. 30(1): 75-96
Susanto, E., N. Lestari, M. Hapsari dan Krisdyatmoko. 2018. Driving Factors of Deforestation
in Indonesia: a Case of Central Kalimantan. Jurnal Studi Pemerintahan. 9(4): 511-532
Takahashi, A. T. Kumagai, H. Kanamori, H. Fuji ami dan T. Guyana. 2017. Impact of
Tropical Deforestation and Forest Degradation and Preservation Over Borneo Island.
Journal of Hidrometeorologi. 18(1): 2907-2922
Wolff, N. H., Y. J. Masuda., E. Meijaard., J. A. Wells dan E. T. Game. 2018. Impact of
Tropical Deforestation on Lokal Temperature and Human well-being Perceptions.
ScienceDirect. 52(1): 181-189

Anda mungkin juga menyukai