Daftar Isi....................................................................................................................i
Abstrak ..................................................................................................................... 1
Pendahuluan ............................................................................................................. 2
Metode...................................................................................................................... 3
Kesimpulan ............................................................................................................ 11
Ucapan Terimakasih............................................................................................... 12
i
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tangki Karbonisasi (a) dan Alat Press Briket (b) .................................. 4
Gambar 2. Oven (c) dan Unit Thermo Gravity Analyzer LECO TGA-701 ........... 4
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. Hasil Analisa Nilai Proximate dan Nilai Kalor serta Standar Baku ........ 10
iii
1
Abstrak
Dewasa ini, merebaknya coffee shop yang mengiringi gaya hype anak muda
memberi dampak pada meningkatnya limbah ampas kopi di kota-kota besar, salah
satunya di DKI Jakarta. Ampas kopi memiliki kandungan kafein, tanin, dan
polifenol yang berpotensi menjadi limbah berbahaya jika tidak diolah lebih lanjut.
Di sisi lain limbah biomassa sampah organik dan tempurung kelapa juga belum
dimanfaatkan secara optimal, padahal keduanya memiliki potensi kalor besar yang
dapat dimanfaatkan sebagai biobriket. Pada penelitian ini, ampas kopi
dimanfaatkan sebagai campuran biobriket berbasis sampah organik PT. Indonesia
Power PRO POMU dan tempurung kelapa yang ada di sekitarnya. Dengan
menggunakan metode karbonisasi, penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui
karakteristik biobriket komposit sampah organik, tempurung kelapa dan ampas
kopi berdasarkan parameter proximate dan nilai kalor. Variabel penelitian yang
digunakan berupa vairasi komposisi bahan baku antara sampah organik +
tempurung kelapa (50:50) dan ampas kopi yaitu APEK0 (0:100), APEK5 (5:95),
APEK15 (15:85), APEK25 (25:75), APEK50 (50:50), APEK65 (65:35), APEK75
(75:25) dan APEK100 (100:0). Adapun perekat berupa tapioka dengan konsentrasi
20% menjadi variable kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biobriket
terbaik diperoleh pada APEK25 dengan hasil analisa nilai kadar air 7,84%, volatile
matter 36,24%, kadar abu 9,38%, fixed carbon 46,54%, dan nilai kalor yaitu 4637
cal/gr serta telah memenuhi standar baku mutu biobriket pada PERMEN ESDM
No. 047 Tahun 2006.
Abstract
Nowadays, the spread of coffee shops would accompany the hype beast style has an
impact on the increasing of coffee waste in big cities, include DKI Jakarta. Coffee
grounds contains caffeine, tannins and polyphenols which are potentially
hazardous waste if not processed further. On the other hand, organic waste and
coconut shell biomass waste have not been utilized optimally, even though both of
materials have a large heat potential which can be used as bio briquettes. In this
research, coffee grounds are used as a bio briquette mixture based on organic waste
from PT. Indonesia Power PRO POMU and coconut shells. By using the
carbonization method, this study was intended to determine the characteristics of
2
bio briquette composite by organic waste, coconut shell and coffee grounds based
on proximate parameters and calorific values (HHV) The variation of raw
materials between organic waste + coconut shell (50:50) and coffee grounds were
used as a variable, respectively APEK0 (0: 100), APEK5 (5:95), APEK15 (15:85),
APEK25 (25:75).), APEK50 (50:50), APEK65 (65:35), APEK75 (75:25) and
APEK100 (100: 0). Tapioca with a concentration of 20% became an adhesive of
bio briquettes. The results showed that the best bio briquette was obtained in
APEK25 with the results of water content 7.84%, volatile matter 36.24%, ash
content of 9.38%, fixed carbon 46.54%, and heating value around 4637 - 4700 cal/
gr then had a suitable biobriquettes standard quality PERMEN ESDM No. 047/
2006.
Pendahuluan
Biobriket adalah briket atau arang yang berasal dari limbah biomassa dan
campuran lainnya melalui proses karbonasi dan ditambahkan bahan perekat.
Penggunaan bahan baku briket akan lebih baik lagi jika berasal dari sumber energi
yang dapat menimbulkan efek negatif bagi lingkungan seperti limbah rumah
tangga, pasar, perkantoran maupun tempat lainnya (Moeksin, 2017).
Dwi Husna dan Joko S (2015) mencatat, dari salah satu produsen kopi instan yang
mengolah kopi sebanyak 720 ton per bulan, menghasilkan limbah padat sebesar 324
ton (45 %). Ampas kopi memiliki kandungan kafein, tanin, dan polifenol yang
berpotensi menjadi limbah berbahaya jika tidak diolah lebih lanjut.
Metode
Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode eksperimen
dimana data-datanya diperoleh dengan melakukan percobaan sesuai dengan
variable yang sudah ditentukan. Pembuatan biobriket diawali dengan proses
pretreatment bahan baku dan dilanjutkan dengan proses karbonisasi untuk
meningkatkan nilai kalor dan memperbaiki kualitas proximate bahan baku. Setelah
itu, dilakukan proses pengecilan ukuran (size reduction) sampai ukuran 60 mesh
dan 20 mesh (ampas kopi). Kemudian, bahan baku dicampurkan sesuai komposisi
pada tabel 1 dan dilakukan pencetakan (pressing) serta pada akhir proses dilakukan
pengeringan (drying).
APEK25 25 75
APEK50 50 50
APEK65 65 35
APEK75 75 25
APEK100 100 0
Keterangan: penembahan perekat sebesar 5% dari berat total biobriket
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 2. Oven (c) dan Unit Thermo Gravity Analyzer LECO TGA-701 (d)
2. Metode Penelitian
a. Variabel Bebas
Variasi komposisi bahan baku berupa ampas kopi, sampah organik dan
tempurung kelapa seperti pada Tabel 1.
b. Variabel Tetap (Control)
Setelah analisa derajat esterifikasi, pektin kemudian di de- esterifikasi
dengan variasi waktu 1 hari, 2 hari, dan 5 hari dengan sampel masing
masing dibuat duploProses karbonisasi dilakukan secara konvensional
pada suhu 300 - 400oC
Ukuran serbuk arang sampah organik dan tempurung kelapa 60 mesh
dan ampas kopi 20 mesh
Konsentrasi perekat 20% dari total massa biobriket
Massa biobriket sebesar 5 gram per sampel “APEK”
Peroses pengeringan biobriket setelah percetakan dilakukan pada oven
pada suhu 60 oC selama 20 jam
c. Variabel Terikat
Pengaruh komposisi bahan baku terhadap nilai proksimat biobriket
Pengaruh komposisi bahan baku terhadap nilai kalor biobriket
Biobriket pada penelitian ini dihasilkan dari bahan baku sampah organik, tempurung
kelapa dan campuran ampas kopi dengan variable komposisi bahan baku sebanyak 8
sampel. Selanjutnya dilakukan proses pengujian untuk megetahui pengaruh variable
8
komposisi bahan baku terhadap kualitas biobriket yaitu nilai proximate dan nilai kalor.
Visualisasi biobriket yang dihasilkan dari penelitian dapat terlihat pada Gambar 4.
Proses pengujian nilai proximate dan nilai kalor dilakukan dengan metode standar
ASTM D-7582-15. Sedangkan fixed carbon sesuai metode standar ASTM D-31722-13
dan pengujian nilai kalor menggunakan bomb calorimeter dengan metode ASTM D-
5865-13. Setelah dilakukan pengujian, maka dilakukan perbandingan dengan standar
baku mutu dalam Permen ESDM NO.047 Tahun 2006. Berikut hasil pengujian
biobriket terhadap nilai proximate dan nilai kalor yang tersaji pada Tabel 2 di bawah
ini.
Tabel 2. Hasil Analisa Nilai Proximate dan Nilai Kalor serta Standar Baku Mutu
Proximate Parameter
Nilai
Moisture Volatile Ash Fixed
Deskripsi Kalor
Content Matter Content Carbon
(Cal/gr)
(%) (%) (%) (%)
Variasi Komposisi
APEK0 7,14 25,76 13,52 53,58 3889
APEK5 7,38 29,87 10,88 51,87 3896
APEK15 7,59 32,55 10,41 49,45 4023
APEK25 7,84 36,24 9,38 46,54 4637
APEK50 8,48 45,25 7,56 38,71 3704
APEK65 8,70 54,21 1,10 35,99 3781
APEK75 8,83 55,12 5,62 30,43 3570
APEK100 9,31 68,24 2,42 20,03 3105
Standar Mutu
PERMEN
≤ 15 SBK ≤ 10 SBK 4400
ESDM1)
Keterangan:
9
1) Permen ESDM No. 047 Tahun 2006 tentang Tentang Pedoman Pembuatan dan Pemanfaatan Briket
Batubara dan Bahan Bakar Padat Berbasis Batubara
SBK = Sesuai dengan Bahan Baku
Dari hasil pengujian biobriket juga didapatkan nilai moisture content, ash
content, volatile matter dan fixed carbon yang akan berpengaruh kepada nilai kalor dan
penyalaan awal bahan bakar padat (biobriket) yang dihasilkan.
68,24%. Penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar ampas kopi maka kadar
volatile matter juga semakin tinggi dengan nilai rata-rata kenaikan sebesar 15,20%.
Hal ini dapat dipahami dengan semakin tingginya komposisi sampah organik +
tempurung kelapa, kadar volatile matter semakin menurun akibat adanya pengaruh
karbonisasi sampah organik + tempurung kelapa yang dapat melepaskan senyawa
volatile dalam bentuk gas atau asap sehingga meninggalkan residu gas karbon atau
arang (Iriany, 2016).
Sementara itu, pada parameter fixed carbon, menunjukkan bahwa nilai fixed
carbon terendah pada biobriket APEK100 sebesar 20,03% dan tertinggi pada biobriket
APEK0 sebesar 53,58%. Semakin tinggi penambahan komposisi ampas kopi, kadar
fixed carbon akan semakin turun dengan nilai rata-rata penurunan sebesar 12,46%.
Fenomena ini disebabkan pengeringan pada ampas kopi tidak bisa dilakukan secara
konvensional dan memerlukan pemanasan pada suhu tinggi atau lebih dari 300oC
(Vibianti, 2020).
Pada penelitian ini juga dilakukan pengujian nilai kalor menggunakan metode
ASTM D-5865-13 dimana nilai kalor dari biobriket mempengaruhi panas yang
dihasilkan pada saat dibakar. Berdasarkan hasil pengujian, dapat dilihat pada Gambar
5 pengaruh komposisi bahan baku terhadap nilai kalor (heating value).
mencatatkan nilai kalor tertinggi, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Tomasz C., et.all., (2015) yang menyatakan bahwa pada penambahan 10 - 25% “Spent
Coffee Ground” (ampas kopi) pada pembuatan biobriket serpihan kayu meningkatkan
nilai kalor 1,86% - 8,26%. Namun, penambahan ampas kopi melebihi 30% pada
pembuatan biobriket dari biomass (baggase dan kayu) mendapatkan hasil nilai kalor
yang menurun (Nurshalina,2014).
Berdasarkan data pada Tabel 2, Gambar 4, dan Gambar 5, dapat diketahui
bahwa seluruh variasi komposisi biobriket memiliki karakteristik masing-masing
dalam segi nilai proksimat dan nilai kalornya. Hasil biobriket pada penelitian ini jika
dibandingkan dengan Permen ESDM No. 047 Tahun 2006, biobriket hampir
memenuhi semua parameter proksimat, namun pada parameter nilai kalor biobriket
hanya APEK25 yang memenuhi standar yang ada pada Permen ESDM.
Dari hasil analisa proksimat yang dilakukan pada penelitian ini, memang
dengan dilakukannya penambahan ampas kopi akan menaikkan kadar air hal ini
dikarenakan sifat dari biji kopi adalah higroskopis. Hal ini yang menjadikan
penambahan ampas kopi akan menyulitkan proses pembentukan atau pengepressan
briket dan juga proses penyimpanan biobriket itu sendiri (Tomasz, et.all.,2015).
Namun, pada pengujian nilai kalor, APEK25 mencatatkan nilai kalor tertinggi
dibandingkan dengan variasi komposisi yang lainnya.
Berdasarkan analisis yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sementara
bahwa adanya komposisi maksimal dalam proses penambahan ampas kopi pada
pembuatan biobriket serta proses pengeringan berkelanjutan diperlukan untuk
mendekomposisi sifat fisik dari ampas kopi tersebut. Hidrotermal merupakan salah satu
teknologi yang dapat mengeringkan dan mendekomposisi limbah biomassa menjadi
biochar (biofuel, biobriket, bioadsorben dan lainnya) dikarenakan dapat meningkatkan
produk menjadi homogen dan kaya akan nutrien salah satunya karbon serta dapat
meningkatkan nilai kalor dan brittel (Huseini, dkk., 2018)
Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Limbah ampas kopi dapat dimanfaatkan sebagai campuran biobriket berbasis
sampah organik dan tempurung kelapa.
2. Semakin besar penambahan ampas kopi pada campuran biobriket, akan
menyebabkan kenaikan pada kadar air sebesar 3,88% dan volatile matter sebesar
15,20%. Sementara pada parameter kadar abu mempengaruhi penurunan sebesar
27,93%, fixed carbon sebesar 12,46%.
3. Rasio campuran ampas kopi dengan sampah organik + tempurung kelapa yang
mempunyai nilai kalor pembakaran paling optimal dan memenuhi baku mutu
12
Permen ESDM No. 047 Tahun 2006 yaitu biobriket APEK25 dengan komposisi
25% ampas kopi : 75% tempurung kelapa + sampah organik dengan hasil moisture
content 7,84% , ash content 9,38% , volatile matter 36,24% , fixed carbon 46,54%
dan nilai kalor sebesar 4637 cal/gr.
Ucapan Terimakasih
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Muhammad Reza
Huseini, S.T., M.Esc selaku dosen pembimbing PKM yang selalu memberikan
bimbingan serta dukungan bagi penulis kegiatan PKM ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada Laboratorium PT Indonesia Power Banten 3 Lontar OMU yang
telah membantu proses analisa proximate dan nilai kalor briket. Selain itu, terimkasih
juga kepada PT Indonesia Power PRO POMU yang telah mengizinkan untuk mengolah
limbah biomass nya sebagai bahan penelitian ini. Dan juga kepada seluruh teman-
teman yang senantiasa memberi dukungan dan motivasi kepada penulis hingga dapat
melaksanakan kegiatan PKM ini.
Kontribusi Penulis
Dalam proses pelaksanaannya, penulis satu melakukan pembuatan biobrket
sesuai variable dan analisis data yang telah dihasilkan. Penulis dua membantu dalam
proses pembuatan biobriket dan menyusun manuskrip bagian awal. Penulis tiga
menyelesaikan penyusunan manuskrip dan data-data yang diperlukan.
13
Daftar Pustaka
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup
menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan PKM-AI.
iv
v
vi
Biodata Dosen Pendamping
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap Muhammad Reza Huseini ST., MESc.
2. Jenis Kelamin Laki-Laki
3. Program Studi Teknik Kimia
4. NIP/NIDN 0315118903
5. Tempat dan Tanggal Jakarta, 15 November 1989
Lahir
6. Alamat E-Mail mreza.huseini@umj.ac.id
7. Nomor Telepon/HP 082136104507
B. Riwayat Pendidikan
S1 S2
Universitas
Nama Institusi University of Tsukuba
Diponegoro
Environmental Science
Jurusan Teknik Kimia
Engineering
Tahun Masuk –
2007 – 2011 2014 - 2016
Lulus
Penelitian
Penyandang
No. Judul Penelitian Tahun
Dana
Tsukuba
Adsorbent Development from Primary University
Sludge Treated by Hydrothermal (Bioresource 2014 -
1.
Technology for Ammonia Recovery Process 2015
from Wastewater Engineering
Laboratory)
Tsukuba
Studi Isoterm Terhadap Pengembangan University
Adsorben Dari Hidrotermalisasi Limbah (Bioresource 2017 -
2.
Lumpur Pulogadung dengan Sistem Process 2018
Batch Engineering
Laboratory)
vii
Pengaruh Waktu Cetak Terhadap
2017 -
3. Karakteristik Panel Back Splash dari UMJ
2018
Pemanfaatan Botol PET Bekas
The Isotherm Studies Of Adsorbent
Tsukuba
Development From Pulogadung 2018 -
4. University dan
Primary Sewage Sludge (PS) With Rice 2019
IBM
Straw Addition By Hydrothermal
viii
Lampiran 2. Keterangan Kontribusi Anggota Penulis Termasuk Dosen
Pendamping
ix
Lampiran 3. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana
Dengan ini menyatakan bahwa artikel PKM-AI saya dengan judul “Pemanfaatan
Ampas Kopi Sebagai Campuran Biobriket Berbasis Sampah Organik Dan
Tempurung Kelapa” yang diusulkan untuk tahun anggaran 2021 adalah asli karya
kami dan belum pernah dipublikasikan dan diikutkan dalam kompetisi (termasuk
PIMNAS).
x
Lampiran 4. Pernyataan Sumber Tulisan
NIM : 2019437002
1. Menyatakan bahwa PKM-AI yang saya tuliskan bersama anggota tim lainnya
benar bersumber dari kegiatan yang telah dilakukan:
a) Merupakan hasil dari Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) yang telah
dilakukan sendiri oleh tim penulis
b) Topik Kegiatan adalah Pemanfaatan Ampas Kopi Sebagai Campuran
Biobriket Berbasis Sampah Organik Dan Tempurung Kelapa dimana bahan
bakunya memanfaatkan limbah biomass yang ada di lingkungan perusahaan.
c) Tahun 2020 di PT Indonesia Power PRO POMU dan PT Indonesia Power
Banten 3 Lontar OMU
2. Naskah ini belum pernah diterbitkan/dipublikasikan dalam bentuk prosiding
maupun jurnal sebelumnya.
Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran tanpa paksaan pihak
manapun juga untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.
xi