Anda di halaman 1dari 24

DAFTAR ISI

Daftar Isi....................................................................................................................i

Daftar Gambar ......................................................................................................... ii

Daftar Tabel ........................................................................................................... iii

Abstrak ..................................................................................................................... 1

Pendahuluan ............................................................................................................. 2

Metode...................................................................................................................... 3

Hasil dan Pembahasan.............................................................................................. 7

Kesimpulan ............................................................................................................ 11

Ucapan Terimakasih............................................................................................... 12

Kontribusi Penulis .................................................................................................. 12

Daftar Pustaka ........................................................................................................ 13

Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota dan Dosen Pembimbing ..............................iv

Lampran 2. Keterangan Kontribusi Anggota Tim Dalam Pekerjaan

Dan Penulisan ......................................................................................ix

Lampiran 3. Surat Pernyataan Ketua Tim ................................................................ x

Lampiran 4. Surat Pernyataan Sumber Tulisan.......................................................xi

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tangki Karbonisasi (a) dan Alat Press Briket (b) .................................. 4

Gambar 2. Oven (c) dan Unit Thermo Gravity Analyzer LECO TGA-701 ........... 4

Gambar 3. Diagram Alir Penelitian ......................................................................... 7

Gambar 4. Hasil Biobriket Komposit ..................................................................... 8

Gambar 5. Hubungan Nilai Proximate terhadap Variasi Komposisi ...................... 9

Gambar 6. Hubungan Heating Value terhadap Variasi Komposisi ....................... 10

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Variabel Komposisi Bahan Baku ............................................................... 3

Tabel 2. Hasil Analisa Nilai Proximate dan Nilai Kalor serta Standar Baku ........ 10

iii
1

PEMANFAATAN AMPAS KOPI SEBAGAI CAMPURAN BIOBRIKET


BERBASIS SAMPAH ORGANIK DAN TEMPURUNG KELAPA
Angga Septian Erdiyanto1, Alfina Damayanti2, Annisa Setiawan3,
Muhammad Reza Huseini4,*
1,2,3,4
Universitas Muhammadiyah Jakarta, Indonesia

*Corresponding author: mreza.huseini@umj.ac.id

Abstrak

Dewasa ini, merebaknya coffee shop yang mengiringi gaya hype anak muda
memberi dampak pada meningkatnya limbah ampas kopi di kota-kota besar, salah
satunya di DKI Jakarta. Ampas kopi memiliki kandungan kafein, tanin, dan
polifenol yang berpotensi menjadi limbah berbahaya jika tidak diolah lebih lanjut.
Di sisi lain limbah biomassa sampah organik dan tempurung kelapa juga belum
dimanfaatkan secara optimal, padahal keduanya memiliki potensi kalor besar yang
dapat dimanfaatkan sebagai biobriket. Pada penelitian ini, ampas kopi
dimanfaatkan sebagai campuran biobriket berbasis sampah organik PT. Indonesia
Power PRO POMU dan tempurung kelapa yang ada di sekitarnya. Dengan
menggunakan metode karbonisasi, penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui
karakteristik biobriket komposit sampah organik, tempurung kelapa dan ampas
kopi berdasarkan parameter proximate dan nilai kalor. Variabel penelitian yang
digunakan berupa vairasi komposisi bahan baku antara sampah organik +
tempurung kelapa (50:50) dan ampas kopi yaitu APEK0 (0:100), APEK5 (5:95),
APEK15 (15:85), APEK25 (25:75), APEK50 (50:50), APEK65 (65:35), APEK75
(75:25) dan APEK100 (100:0). Adapun perekat berupa tapioka dengan konsentrasi
20% menjadi variable kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biobriket
terbaik diperoleh pada APEK25 dengan hasil analisa nilai kadar air 7,84%, volatile
matter 36,24%, kadar abu 9,38%, fixed carbon 46,54%, dan nilai kalor yaitu 4637
cal/gr serta telah memenuhi standar baku mutu biobriket pada PERMEN ESDM
No. 047 Tahun 2006.

Kata kunci: Ampas Kopi, Biobriket, Energi Alternatif

Abstract

Nowadays, the spread of coffee shops would accompany the hype beast style has an
impact on the increasing of coffee waste in big cities, include DKI Jakarta. Coffee
grounds contains caffeine, tannins and polyphenols which are potentially
hazardous waste if not processed further. On the other hand, organic waste and
coconut shell biomass waste have not been utilized optimally, even though both of
materials have a large heat potential which can be used as bio briquettes. In this
research, coffee grounds are used as a bio briquette mixture based on organic waste
from PT. Indonesia Power PRO POMU and coconut shells. By using the
carbonization method, this study was intended to determine the characteristics of
2

bio briquette composite by organic waste, coconut shell and coffee grounds based
on proximate parameters and calorific values (HHV) The variation of raw
materials between organic waste + coconut shell (50:50) and coffee grounds were
used as a variable, respectively APEK0 (0: 100), APEK5 (5:95), APEK15 (15:85),
APEK25 (25:75).), APEK50 (50:50), APEK65 (65:35), APEK75 (75:25) and
APEK100 (100: 0). Tapioca with a concentration of 20% became an adhesive of
bio briquettes. The results showed that the best bio briquette was obtained in
APEK25 with the results of water content 7.84%, volatile matter 36.24%, ash
content of 9.38%, fixed carbon 46.54%, and heating value around 4637 - 4700 cal/
gr then had a suitable biobriquettes standard quality PERMEN ESDM No. 047/
2006.

Keywords: Bio briquettes, Coffee grounds, Alternative Energy

Pendahuluan

Dunia telah berjalan menuju transisi energi. Menipisnya energi fosil di


tengah meningkatnya kebutuhan energi global mendorong peralihan penggunaan
energi fosil menuju energi baru terbarukan (EBT). Tak terkecuali Indonesia yang
telah menyiapkan berbagai strategi dalam mendorong capaian EBT yang
ditargetkan mencapai 23% dalam bauran energi nasional pada 2025. Salah satu
yang didorong yakni pemanfaatan biomassa sebagai bahan bakar berbentuk pellet
biomassa/biobriket, yang dapat dimanfaatkan untuk pencampuran (co-firing) pada
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) (KESDM, 2020).

Biobriket adalah briket atau arang yang berasal dari limbah biomassa dan
campuran lainnya melalui proses karbonasi dan ditambahkan bahan perekat.
Penggunaan bahan baku briket akan lebih baik lagi jika berasal dari sumber energi
yang dapat menimbulkan efek negatif bagi lingkungan seperti limbah rumah
tangga, pasar, perkantoran maupun tempat lainnya (Moeksin, 2017).

Industri pembangkit PT Indonesia Power PRO POMU yang berlokasi di


pantai utara Jakarta menghasilkan limbah sampah organik sebesar 101 ton pada
tahun 2019 yang baru dimanfaatkan 26% nya untuk composting. Sampah organik
tersebut berpotensi menjadi limbah berbahaya jika tidak diolah lebih lanjut.
Sementara itu, tempurung kelapa memiliki ketersediaan yang cukup melimpah dan
berpotensi menjadi beban pencemaran lingkungan. Padahal limbah biomassa ini
memilik nilai kalor cukup tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
biobriket (Budi, 2011).

Selain limbah sampah organik yang telah disebutkan, Indonesia juga


memiliki potensi pemanfaatan limbah ampas kopi yang cukup besar seiring
pesatnya pertumbuhan coffee shop di kota-kota besar, salah satunya di DKI Jakarta.
3

Dwi Husna dan Joko S (2015) mencatat, dari salah satu produsen kopi instan yang
mengolah kopi sebanyak 720 ton per bulan, menghasilkan limbah padat sebesar 324
ton (45 %). Ampas kopi memiliki kandungan kafein, tanin, dan polifenol yang
berpotensi menjadi limbah berbahaya jika tidak diolah lebih lanjut.

Penilitian yang dilakukan oleh Damanhuri (2010), menyebutkan bahwa


sampah organik memiliki potensi nilai kalor yang tinggi yaitu nilai kalor daun
sebesar 3998,02 Kcal/kg, Rumput sebesar 4153,51 Kcal/kg dan Ranting Pohon
sebesar 4715,66 Kcal/kg. Sementara itu, ampas kopi ini memiliki nilai kalor yang
cukup tinggi sebesar 4.504 cal/gr (Kusuma, 2012). Kemudian, tempurung kelapa
memiliki nilai kalor sebesar 7.380 Kcal/kg (Budi, 2011). Dengan potensi tersebut,
pemanfaatan limbah biomassa untuk biobriket diharapkan dapat menjadi alternatif
dalam pengembangan energi ke depannya.

Penelitian mengenai pemanfaatan limbah biomass sebagai bahan baku


briket telah banyak dilakukan sebelumnya. Namun masih ada beberapa potensi
limbah biomassa yang belum dikombinasikan sehingga perlu diteliti dan dianalisa
lebih lanjut sehingga dapat memberikan informasi atau database baru dalam
mendukung upaya pemerintah untuk meningkatkan penggunaan energi alternatif
berbasis biomassa dalam baruan energi nasional. Oleh karena itu, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi penambahan ampas kopi sebagai
campuran biobriket komposit sampah organik dan tempurung kelapa terhdap nilai
proximate dan nilai kalor serta membandingkannya dengan standar baku mutu
Peraturan Menteri (PERMEN) ESDM No. 47 Tahun 2006.

Metode
Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode eksperimen
dimana data-datanya diperoleh dengan melakukan percobaan sesuai dengan
variable yang sudah ditentukan. Pembuatan biobriket diawali dengan proses
pretreatment bahan baku dan dilanjutkan dengan proses karbonisasi untuk
meningkatkan nilai kalor dan memperbaiki kualitas proximate bahan baku. Setelah
itu, dilakukan proses pengecilan ukuran (size reduction) sampai ukuran 60 mesh
dan 20 mesh (ampas kopi). Kemudian, bahan baku dicampurkan sesuai komposisi
pada tabel 1 dan dilakukan pencetakan (pressing) serta pada akhir proses dilakukan
pengeringan (drying).

Tabel 1. Variabel Komposisi Bahan Baku

Nama Variasi Ampas Kopi Arang Tempurung Kelapa +


Komposisi (%) Sampah Organik (%)
APEK0 0 100
APEK5 5 95
APEK15 15 85
4

APEK25 25 75
APEK50 50 50
APEK65 65 35
APEK75 75 25
APEK100 100 0
Keterangan: penembahan perekat sebesar 5% dari berat total biobriket

1. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

(a) (b)

Gambar 1. Tangki Karbonisasi (a) dan Alat Press Briket (b)

(c) (d)
Gambar 2. Oven (c) dan Unit Thermo Gravity Analyzer LECO TGA-701 (d)

Sementara itu, bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :


a. Sampah Organik
Sampah organik merupakan sampah yang paling banyak ditemukan yang
dihasilkan dari aktivitas kita sehari-hari. Sampah organik yang digunakan
berasal dari industri pembangkit PT Indonesia Power PRO POMU yang
5

berlokasi di pantai utara Jakarta. Komposisi terbesar sampah organik


tersebut berupa daun, rumput dan ranting kering.
b. Tempurung Kelapa
Tempurung kelapa didapatkan dari wilayah sekitar industri pembangkit
yang berlokasi di pantai utara Jakarta. Sebelumnya, arang tempurung
kelapa digunakan oleh masyarakat untuk keperluan bahan bakar rumah
tangga, usaha maupun industri.
c. Ampas Kopi
Ampas kopi merupakan limbah yang dihasilkan dari hasil pengolahan
industri biji kopi untuk dijadikan ekstrak kopi atau minuman kemasan
kopi. Ampas kopi diperoleh dari sisa olahan Cofffe Shop di sekitar Jakarta
Utara. Limbah ampas kopi instan sebelumnya dapat dimanfaatkan sebagai
pupuk tanaman, pakan ternak dan biogas
d. Perekat Tepung Tapioka atau Kanji
Tepung tapiok atau kanji termasuk salah satu sumber karbohidrat yang
penting dengan kandungan amiloas 17% dan amilopektin 83%. Kanji
adalah perekat tapioka yang diperoleh dari campuran antar tepung tapioka
dengan air dengan perbandingan tertentu kemdian dipanaskan hingga
berbentu pasta (Lekahena, 2016).

2. Metode Penelitian
a. Variabel Bebas
Variasi komposisi bahan baku berupa ampas kopi, sampah organik dan
tempurung kelapa seperti pada Tabel 1.
b. Variabel Tetap (Control)
 Setelah analisa derajat esterifikasi, pektin kemudian di de- esterifikasi
dengan variasi waktu 1 hari, 2 hari, dan 5 hari dengan sampel masing
masing dibuat duploProses karbonisasi dilakukan secara konvensional
pada suhu 300 - 400oC
 Ukuran serbuk arang sampah organik dan tempurung kelapa 60 mesh
dan ampas kopi 20 mesh
 Konsentrasi perekat 20% dari total massa biobriket
 Massa biobriket sebesar 5 gram per sampel “APEK”
 Peroses pengeringan biobriket setelah percetakan dilakukan pada oven
pada suhu 60 oC selama 20 jam
c. Variabel Terikat
 Pengaruh komposisi bahan baku terhadap nilai proksimat biobriket
 Pengaruh komposisi bahan baku terhadap nilai kalor biobriket

Sementara itu, pada umumnya pembuatan biobriket yang digunakan terdiri


dari beberapa proses yang meliputi persiapan bahan baku, karbonisasi, pembuatan
perekat, pencetakan biobriket dan pengujian/ analisa biobriket.
6
7

Gambar 3. Diagram Alir Penelitian

Hasil dan Pembahasan

Biobriket pada penelitian ini dihasilkan dari bahan baku sampah organik, tempurung
kelapa dan campuran ampas kopi dengan variable komposisi bahan baku sebanyak 8
sampel. Selanjutnya dilakukan proses pengujian untuk megetahui pengaruh variable
8

komposisi bahan baku terhadap kualitas biobriket yaitu nilai proximate dan nilai kalor.
Visualisasi biobriket yang dihasilkan dari penelitian dapat terlihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Hasil Biobriket Komposit

Proses pengujian nilai proximate dan nilai kalor dilakukan dengan metode standar
ASTM D-7582-15. Sedangkan fixed carbon sesuai metode standar ASTM D-31722-13
dan pengujian nilai kalor menggunakan bomb calorimeter dengan metode ASTM D-
5865-13. Setelah dilakukan pengujian, maka dilakukan perbandingan dengan standar
baku mutu dalam Permen ESDM NO.047 Tahun 2006. Berikut hasil pengujian
biobriket terhadap nilai proximate dan nilai kalor yang tersaji pada Tabel 2 di bawah
ini.

Tabel 2. Hasil Analisa Nilai Proximate dan Nilai Kalor serta Standar Baku Mutu
Proximate Parameter
Nilai
Moisture Volatile Ash Fixed
Deskripsi Kalor
Content Matter Content Carbon
(Cal/gr)
(%) (%) (%) (%)
Variasi Komposisi
APEK0 7,14 25,76 13,52 53,58 3889
APEK5 7,38 29,87 10,88 51,87 3896
APEK15 7,59 32,55 10,41 49,45 4023
APEK25 7,84 36,24 9,38 46,54 4637
APEK50 8,48 45,25 7,56 38,71 3704
APEK65 8,70 54,21 1,10 35,99 3781
APEK75 8,83 55,12 5,62 30,43 3570
APEK100 9,31 68,24 2,42 20,03 3105
Standar Mutu
PERMEN
≤ 15 SBK ≤ 10 SBK 4400
ESDM1)
Keterangan:
9

1) Permen ESDM No. 047 Tahun 2006 tentang Tentang Pedoman Pembuatan dan Pemanfaatan Briket
Batubara dan Bahan Bakar Padat Berbasis Batubara
SBK = Sesuai dengan Bahan Baku
Dari hasil pengujian biobriket juga didapatkan nilai moisture content, ash
content, volatile matter dan fixed carbon yang akan berpengaruh kepada nilai kalor dan
penyalaan awal bahan bakar padat (biobriket) yang dihasilkan.

Gambar 5. Hubungan Nilai Proximate terhadap Variasi Komposisi

Gambar 5. menunjukkan bahwa nilai moisture content terendah ditunjukkan


oleh biobriket APEK0 dengan kandungan sebesar 7,14% dan tertinggi pada biobriket
APEK100 sebesar 9,31%. Dari penelitian ini diperoleh bahwa semakin tinggi
penambahan komposisi ampas kopi maka akan terjadi kenaikan pada kadar airnya
dengan nilai rata-rata kenaikan sebesar 3,88%. Fenomena ini sesuai dengan penelitian
sebelumnya dimana Kusuma (2012) menemukan bahwa ampas kopi memiliki
kandungan air cukup tinggi disebabkan sifatnya yang higroskopis sehingga
mengkibatkan kadar air pada biobriket semakin besar.
Pada parameter ash content, didapatkan nilai terendah pada biobriket APEK65
dengan ash content sebesar 1,10% dan tertinggi pada biobriket APEK0 dengan ash
content sebesar 13,52%. Hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi penambahan
komposisi ampas kopi akan cenderung menurunkan nilai kadar abunya (ash content)
dengan nilai rata-rata penurunan sebesar 27,93%. Hal ini bisa dijelaskan bahwa
semakin besar komposisi sampah organik + tempurung kelapa, maka kadar abu
semakin meningkat akibat adanya pengaruh karbonisasi pada sampah organik dan
tempurung kelapa (Iriany, 2016).
Pada parameter volatile matter, nilai volatile matter terendah ditunjukkan
biobriket APEK0 sebesar 25,76% dan tertinggi pada biobriket APEK100 sebesar
10

68,24%. Penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar ampas kopi maka kadar
volatile matter juga semakin tinggi dengan nilai rata-rata kenaikan sebesar 15,20%.
Hal ini dapat dipahami dengan semakin tingginya komposisi sampah organik +
tempurung kelapa, kadar volatile matter semakin menurun akibat adanya pengaruh
karbonisasi sampah organik + tempurung kelapa yang dapat melepaskan senyawa
volatile dalam bentuk gas atau asap sehingga meninggalkan residu gas karbon atau
arang (Iriany, 2016).
Sementara itu, pada parameter fixed carbon, menunjukkan bahwa nilai fixed
carbon terendah pada biobriket APEK100 sebesar 20,03% dan tertinggi pada biobriket
APEK0 sebesar 53,58%. Semakin tinggi penambahan komposisi ampas kopi, kadar
fixed carbon akan semakin turun dengan nilai rata-rata penurunan sebesar 12,46%.
Fenomena ini disebabkan pengeringan pada ampas kopi tidak bisa dilakukan secara
konvensional dan memerlukan pemanasan pada suhu tinggi atau lebih dari 300oC
(Vibianti, 2020).
Pada penelitian ini juga dilakukan pengujian nilai kalor menggunakan metode
ASTM D-5865-13 dimana nilai kalor dari biobriket mempengaruhi panas yang
dihasilkan pada saat dibakar. Berdasarkan hasil pengujian, dapat dilihat pada Gambar
5 pengaruh komposisi bahan baku terhadap nilai kalor (heating value).

Gambar 6. Hubungan Heating Value terhadap Variasi Komposisi

Nilai kalor terendah dalam penelitian ditunjukkan oleh biobriket APEK100


sebesar 3105 cal/gr dan tertinggi pada biobriket APEK25 sebesar 4637 cal/gr.
Penelitian mencatat bahwa semakin tinggi penambahan komposisi ampas kopi maka
akan cenderung mengalami penurunan pada nilai kalor (heating value) dengan nilai
rata-rata penurunan sebesar 2,56%. Penambahan 25 persen ampas kopi yang
11

mencatatkan nilai kalor tertinggi, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Tomasz C., et.all., (2015) yang menyatakan bahwa pada penambahan 10 - 25% “Spent
Coffee Ground” (ampas kopi) pada pembuatan biobriket serpihan kayu meningkatkan
nilai kalor 1,86% - 8,26%. Namun, penambahan ampas kopi melebihi 30% pada
pembuatan biobriket dari biomass (baggase dan kayu) mendapatkan hasil nilai kalor
yang menurun (Nurshalina,2014).
Berdasarkan data pada Tabel 2, Gambar 4, dan Gambar 5, dapat diketahui
bahwa seluruh variasi komposisi biobriket memiliki karakteristik masing-masing
dalam segi nilai proksimat dan nilai kalornya. Hasil biobriket pada penelitian ini jika
dibandingkan dengan Permen ESDM No. 047 Tahun 2006, biobriket hampir
memenuhi semua parameter proksimat, namun pada parameter nilai kalor biobriket
hanya APEK25 yang memenuhi standar yang ada pada Permen ESDM.
Dari hasil analisa proksimat yang dilakukan pada penelitian ini, memang
dengan dilakukannya penambahan ampas kopi akan menaikkan kadar air hal ini
dikarenakan sifat dari biji kopi adalah higroskopis. Hal ini yang menjadikan
penambahan ampas kopi akan menyulitkan proses pembentukan atau pengepressan
briket dan juga proses penyimpanan biobriket itu sendiri (Tomasz, et.all.,2015).
Namun, pada pengujian nilai kalor, APEK25 mencatatkan nilai kalor tertinggi
dibandingkan dengan variasi komposisi yang lainnya.
Berdasarkan analisis yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sementara
bahwa adanya komposisi maksimal dalam proses penambahan ampas kopi pada
pembuatan biobriket serta proses pengeringan berkelanjutan diperlukan untuk
mendekomposisi sifat fisik dari ampas kopi tersebut. Hidrotermal merupakan salah satu
teknologi yang dapat mengeringkan dan mendekomposisi limbah biomassa menjadi
biochar (biofuel, biobriket, bioadsorben dan lainnya) dikarenakan dapat meningkatkan
produk menjadi homogen dan kaya akan nutrien salah satunya karbon serta dapat
meningkatkan nilai kalor dan brittel (Huseini, dkk., 2018)

Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Limbah ampas kopi dapat dimanfaatkan sebagai campuran biobriket berbasis
sampah organik dan tempurung kelapa.
2. Semakin besar penambahan ampas kopi pada campuran biobriket, akan
menyebabkan kenaikan pada kadar air sebesar 3,88% dan volatile matter sebesar
15,20%. Sementara pada parameter kadar abu mempengaruhi penurunan sebesar
27,93%, fixed carbon sebesar 12,46%.
3. Rasio campuran ampas kopi dengan sampah organik + tempurung kelapa yang
mempunyai nilai kalor pembakaran paling optimal dan memenuhi baku mutu
12

Permen ESDM No. 047 Tahun 2006 yaitu biobriket APEK25 dengan komposisi
25% ampas kopi : 75% tempurung kelapa + sampah organik dengan hasil moisture
content 7,84% , ash content 9,38% , volatile matter 36,24% , fixed carbon 46,54%
dan nilai kalor sebesar 4637 cal/gr.

Ucapan Terimakasih
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Muhammad Reza
Huseini, S.T., M.Esc selaku dosen pembimbing PKM yang selalu memberikan
bimbingan serta dukungan bagi penulis kegiatan PKM ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada Laboratorium PT Indonesia Power Banten 3 Lontar OMU yang
telah membantu proses analisa proximate dan nilai kalor briket. Selain itu, terimkasih
juga kepada PT Indonesia Power PRO POMU yang telah mengizinkan untuk mengolah
limbah biomass nya sebagai bahan penelitian ini. Dan juga kepada seluruh teman-
teman yang senantiasa memberi dukungan dan motivasi kepada penulis hingga dapat
melaksanakan kegiatan PKM ini.

Kontribusi Penulis
Dalam proses pelaksanaannya, penulis satu melakukan pembuatan biobrket
sesuai variable dan analisis data yang telah dihasilkan. Penulis dua membantu dalam
proses pembuatan biobriket dan menyusun manuskrip bagian awal. Penulis tiga
menyelesaikan penyusunan manuskrip dan data-data yang diperlukan.
13

Daftar Pustaka

Budi, E. 2011. Tinjauan Proses Pembentukan dan Penggunaan Arang Tempurung


Kelapa Sebagai Bahan Bakar. Jurnal Penelitian Sains, 25-29.
Damanhuri, D. M. 2010. Perhitungan Nilai Kalor Berdasarkan Komposisi dan
Karakteristik Sampah Perkotaan di Indonesia dalam Konsep Waste To Energy.
Jurnal Teknik Lingkungan, 103-114.
Dwi, K., Joko Susanto. 2015. Pemanfaatan Limbah Padat Kopi Sebagai Bahan Bakar
Alternatif Dalam Bentuk Bricket Berbasis Biomass (Studi Kasus di PT. Santos
Jaya Abadi Instan Coffee. Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan III,
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya.
Huseini, dkk. 2018. Pengaruh Variasi Temperatur Pengolahan Hidrothermal Ampas
Kopi Terhadap Yield Energi Untuk Bahan Baku pembuatan Biobriket. Jurnal
UMJ, 1-4.
Iriany. 2016. Pembuatan Biobriket dari Pelepah dan Cangkang Kelapa Sawit: Pengaruh
Variasi Komposisi Bahan Baku dan Waktu Karbonisasi Terhadap Kualitas
Briket. Jurnal Teknik Kimia USU, 31-37.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2020. Terapkan Metode Co-Firing di
PLTU, Ini Potensi Biomassa untuk Subtitusi Batubara,
Website, https://ebtke.esdm.go.id/post/2020/02/28/2490/terapkan.metode.co-
firing.di.pltu.ini.potensi.biomassa.untuk.subtitusi.batubara, Diakses pada
tanggal 20 Februari 2021.
Kusuma, A. W. 2012. Kajian Eksperimental Terhadap Karakteristik Pembakaran
Briket Limbah Ampas Kopi Instan dan Kulit Kopi (Studi Kasus di Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia). Jurnal Teknik POMITS, 1-6.
Lakahena, V.N.J. 2016. Pengaruh Penambahan Konsentrasi Tepung Tapioka Terhadap
Komposisi Gizi dan Evaluasi Sensori Nugget Daging Merah Ikan Madidihang.
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan, 1-8.
Moeksin, R. 2017. Pengaruh Temperatur dan Komposisi Pembuatan Biobriket dari
Campuran Kulit Kakao dan Daun Jati dengan Plastik Polietilen. Jurnal Teknik
Kimia, 173-182.
Nurshalina, B.M.R. 2014. The Production of Biobriquette From Coffee Waste. Project
Disertation, 1-52.
Tomasz, et all. 2015. The Possibility of Disposing of Spent Coffee Ground With
Energy Recycling. Journal of Ecological Engineering, 1-7.
Vibianti D. P. 2020. Effect of Burning Temperature on The Quality of Alternatife Bio-
energy from Coffee Waste. E-Jurnal ITENAS, 1-6.
ampiran 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pendamping

Biodata Anggota Pelaksana


A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Angga Septian Erdiyanto
2 Jenis Kelamin Laki-laki
3 Program Studi TEKNIK KIMIA
4 NIM 2019437002
5 Tempat dan Tanggal Lahir Pamekasan, 5 September 1994
6 Alamat E-mail anggaseptiane@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP 087811174433

B. Kegiatan Kemahasiswaan yang Sedang/Pernah Diikuti


No. Jenis Kegiatan Status dalam Kegiatan Waktu dan
Tempat
1 - - -
2 - - -

C. Penghargaan yang Pernah Diterima


No. Jenis Penghargaan Pihak Pemberi Tahun
Penghargaan
1 - - -
2 - - -

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup
menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan PKM-AI.

Jakarta, 19 Februari 2021


Ketua Tim,

iv
v
vi
Biodata Dosen Pendamping
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap Muhammad Reza Huseini ST., MESc.
2. Jenis Kelamin Laki-Laki
3. Program Studi Teknik Kimia
4. NIP/NIDN 0315118903
5. Tempat dan Tanggal Jakarta, 15 November 1989
Lahir
6. Alamat E-Mail mreza.huseini@umj.ac.id
7. Nomor Telepon/HP 082136104507

B. Riwayat Pendidikan
S1 S2
Universitas
Nama Institusi University of Tsukuba
Diponegoro
Environmental Science
Jurusan Teknik Kimia
Engineering
Tahun Masuk –
2007 – 2011 2014 - 2016
Lulus

C. Rekam Jejak Tri Dharma Perguruan Tinggi


Pendidikan/Pengajaran
No. Nama Mata Kuliah Wajib/Pilihan SKS
1. Menggambar Teknik Wajib 2
2. Teknik Pengolahan Limbah Wajib 2
3. Komputasi & Simulasi Proses Wajib 2
4. Manajemen Pengolahan Sampah Pilihan 2
5. Energi Baru Terbarukan Pilihan 2

Penelitian
Penyandang
No. Judul Penelitian Tahun
Dana
Tsukuba
Adsorbent Development from Primary University
Sludge Treated by Hydrothermal (Bioresource 2014 -
1.
Technology for Ammonia Recovery Process 2015
from Wastewater Engineering
Laboratory)
Tsukuba
Studi Isoterm Terhadap Pengembangan University
Adsorben Dari Hidrotermalisasi Limbah (Bioresource 2017 -
2.
Lumpur Pulogadung dengan Sistem Process 2018
Batch Engineering
Laboratory)

vii
Pengaruh Waktu Cetak Terhadap
2017 -
3. Karakteristik Panel Back Splash dari UMJ
2018
Pemanfaatan Botol PET Bekas
The Isotherm Studies Of Adsorbent
Tsukuba
Development From Pulogadung 2018 -
4. University dan
Primary Sewage Sludge (PS) With Rice 2019
IBM
Straw Addition By Hydrothermal

viii
Lampiran 2. Keterangan Kontribusi Anggota Penulis Termasuk Dosen
Pendamping

No Nama Posisi Bidang Kontribusi


Penulis Ilmu
1. Angga Septian Penulis pertama Teknik Melakukan
Kimia pembuatan biobrket
sesuai variable dan
analisis data yang
telah dihasilkan.
2. Annisa Setiawan Penulis kedua Teknik Membantu dalam
Kimia proses pembuatan
biobriket dan
menyusun
manuskrip bagian
awal.
3. Alfina Damayanti Penulis ketiga Teknik Menyelesaikan
Kimia manuskrip bagian
akhir dan data-data
yang diperlukan.

4. Muhammad Reza Penulis Teknik Pengarah dan desain


Huseini, S.T., korespondensi Kimia kegiatan serta
M.Esc. penyelaras akhir
manuskrip.

ix
Lampiran 3. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana

SURAT PERNYATAAN KETUA TIM PELAKSANA

Yang bertandatangan di bawah ini:


Nama : Angga Septian Erdiyanto
NIM : 2019437002
Program Studi : Teknik Kimia
Fakultas : Teknik

Dengan ini menyatakan bahwa artikel PKM-AI saya dengan judul “Pemanfaatan
Ampas Kopi Sebagai Campuran Biobriket Berbasis Sampah Organik Dan
Tempurung Kelapa” yang diusulkan untuk tahun anggaran 2021 adalah asli karya
kami dan belum pernah dipublikasikan dan diikutkan dalam kompetisi (termasuk
PIMNAS).

Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka


saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan
mengembalikan seluruh biaya yang sudah diterima ke kas negara.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-
benarnya.

Jakarta, 19 Februari 2021


Yang menyatakan,

(Angga Septian Erdiyanto)


NIM. 2019437002

x
Lampiran 4. Pernyataan Sumber Tulisan

SURAT PERNYATAAN SUMBER TULISAN PKM-AI

Saya yang menandatangani Surat Pernyataan ini:

Nama : Angga Septian Erdiyanto

NIM : 2019437002

1. Menyatakan bahwa PKM-AI yang saya tuliskan bersama anggota tim lainnya
benar bersumber dari kegiatan yang telah dilakukan:
a) Merupakan hasil dari Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) yang telah
dilakukan sendiri oleh tim penulis
b) Topik Kegiatan adalah Pemanfaatan Ampas Kopi Sebagai Campuran
Biobriket Berbasis Sampah Organik Dan Tempurung Kelapa dimana bahan
bakunya memanfaatkan limbah biomass yang ada di lingkungan perusahaan.
c) Tahun 2020 di PT Indonesia Power PRO POMU dan PT Indonesia Power
Banten 3 Lontar OMU
2. Naskah ini belum pernah diterbitkan/dipublikasikan dalam bentuk prosiding
maupun jurnal sebelumnya.

Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran tanpa paksaan pihak
manapun juga untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, 19 Februari 2021


Yang Membuat Pernyataan,

xi

Anda mungkin juga menyukai