Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA I

FRAKSIONASI BIOMASSA

OLEH:
KELOMPOK 3
KELAS C

Elisa pebrianti 1607122685


Fikri miftahul shiddiq 1607122012
Revan 1607123118
Robi Juandry 1607123072

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S1


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2018
ABSTRAK
Fraksionasi biomassa merupakan proses pemilahan biomassa menjadi komponen
utama penyusunnya, yaitu selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Tujuan dari
percobaan ini adalah menjelaskan pengaruh variabel terhadap produk
fraksionasi biomassa, menghitung neraca massa dan yield pada sistem
fraksionasi biomassa, dan menghitung persentase komponen-komponen utama
biomassa. Percobaan dilakukan dengan menggunakan 20 gram rumput gajah
sebagai sumber biomassa dan lauran pemasak berupa asam asetat, asam formiat,
serta katalis HCl dengan perbandingan biomassa dan larutan adalah 1:20.
Biomassa dan larutan pemasak direaksikan didalam erlenmeyer dengan waktu
reaksi 2 jam, 3 jam, dan 4 jam. Setelah waktu reaksi tercapai, padatan dan
larutan dipisahkan. Filtrat yang dihasilkan digunakan untuk percobaan recovery
lignin, sementara padatannya dikeringkan di udara terbuka untuk kemudian
dihitung perolehan pulp. Dari percobaan didapatkan kadar pulp pada waktu 2
jam adalah 49,9% pada waktu 3 jam adalah 46,3%. Dan pada waktu 4 jam
adalah 44,5%. Kadar lignin yang didapat dengan waktu pemasakan 2 jam
adalah 20,96%. Sedangkan Kadar lignin yang didapat dengan waktu pemasakan
3 jam adalah 28,11%. Dan Kadar lignin yang didapat dengan waktu pemasakan 4
jam adalah 35,24%. Dari data percobaan didapatkan bahwa semakin besar
perbandingan aquades dengan lignin semakin kecil persen berat yang didapat.

Kata Kunci: black liquor, fraksionasi, lignin, selulosa.

i
DAFTAR ISI

Abstrak ......................................................................................................................... i
Daftar isi...................................................................................................................... ii
Daftar Tabel............................................................................................................... iii
Daftar Gambar .......................................................................................................... iv
Bab I Pendahuluan ................................................................................................. 1
1.1 Pernyataan Masalah ....................................................................................... 1
1.2 Tujuan Percobaan .......................................................................................... 2
Bab II Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 3
2.1 Biomassa ....................................................................................................... 3
2.2 Komponen Kimiawi Biomassa ..................................................................... 4
2.3 Rumput Gajah ............................................................................................... 7
2.4 Fraksionasi Biomassa .................................................................................... 9
2.5 Proses Organosolv ......................................................................................... 9
2.6 Delignifikasi ................................................................................................. 10
2.7 Pulp .............................................................................................................. 10
Bab III Metodologi Percobaan................................................................................ 11
3.1 Alat .............................................................................................................. 11
3.2 Bahan ........................................................................................................... 11
3.3 Prosedur Percobaan ...................................................................................... 11
Bab IV Hasil dan Pembahasan .............................................................................. 13
4.1 Hasil ............................................................................................................ 13
4.2 Pembahasan ................................................................................................. 13
Bab V Kesimpulan dan Saran .............................................................................. 17
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 17
5.2 Saran ............................................................................................................. 17
Daftar Pustaka
Lampiran

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Rumput Gajah ......................................................................7


Tabel 2.2 Analisa Kandungan Kimia Rumput Gajah .............................................9
Tabel 4.1 Perolehan Variasi Selulosa dengan Variasi Waktu Pemasakan ............13
Tabel 4.2 Perolehan Lignin dari 1 ml black liquor dengan Variasi Waktu
Pemasakan .............................................................................................13

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Selulosa.................................................................................5


Gambar 2.2 Struktur Monomer Pembentuk Hemiselulosa.....................................6
Gambar 2.3 Struktur Lignin ..................................................................................7
Gambar 2.4 Rumput Gajah ....................................................................................8
Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Perolehan Selulosa (%) Terhadap Waktu
Pemasakan.........................................................................................15
Gambar 4.2 Grafik Perolehan Lignin dengan Perbandingan Waktu Pemasakan. 16

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pernyataan Masalah


Perkembangan industri menghadapi tantangan yang cukup berat sejak
memasuki abad milenium karena menipisnya sumber daya alam, baik sebagai
bahan bakumaupun sebagai sumber energi pada industri. Selain itu, perhatian
terhadap kelestarian lingkungan mendorong upaya penanggulangan limbah
ataupun buangan industri yang menyebabkan pencemaran. Upaya pemanfaatan
sumber daya terbarukan seperti biomassa lignoselulosasebagai sumber bahan baku
kimia ataupun energi menjadiharapan untuk terus berkembangnyaindustri,
khususnya industri kimia. Biomassa lignoselulosa merupakan biomassa yang
berasal dari tanaman dengan komponen utama, yaitu selulosa, hemiselulosa, dan
lignin.
Pemanfaatan biomassa ini merupakan solusi yang tepat terhadap sumber
daya yang terus berkurang dan sangat menarik untuk dikembangkan dalam sistem
industri. Sumber biomassa banyak tersedia sebagai limbah atau bahan yang tidak
termanfaatkan, baik dari kegiatan pertanian, kehutanan maupun perkebunan,
sehingga saat ini harga biomassa relatif murah.Pemanfaatan biomassa akan
menjadi lebih berdaya guna jika dalam metode pengolahannyadapat
meminimalkan dampak negatifterhadap lingkungan.
Salah satu biomassa lignoselulosa adalah rumput gajah.Selama inidalam
pemanfaatan rumput gajah hanya daunnya saja yang di manfaatkansebagai
makanan ternak sedangkan batangnya dibuang. Rumput gajah belumdimanfaatkan
secaramaksimal, padahal pada batang rumput gajah terdapat tiga komponen dasar
yaitu, selulosa,hemiselulosa danlignin yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku
kimia ataupun energi untuk industri melalui proses fraksionasi
biomassa.Fraksionasi biomassa merupakan salah satu konsep pengolahan
biomassa yang dianggap mampu memberikan hasil/produk maksimal serta
mampu meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan. Penggunaan bahan
baku terbarukan yang berharga murah dan pemakaian proses ramah lingkungan
tentu akan mendorong terbentuknya suatu sistem industri yang lebih baik.

1
1.2 Tujuan Percobaan
Adapun hal yang menjadi tujuan dalam percobaan praktikum yang
dilakukan ialah sebagai berikut :

1. Menjelaskan pengaruh variabel terhadap produk fraksionasi biomassa


2. Menghitung neraca massa pada sistem fraksionasi biomassa
3. Menghitung yield sistem fraksionasi biomassa
4. Menghitung presentase recovery komponen-komponen utama biomassa

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biomassa
Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses
fotosintesis, baik berupa produk maupun buangan. Diantara sumber-sumber
biomassa terbarukan seperti kayu, non-kayu, rumput, pelepah sawit, pepohonan,
umbi-umbian, limbah pertanian, jerami gandum, ampas tebu, batang dan tongkol
jagung adalah contoh biomassa yang dapat diolah menjadi energi dan dapat
menjadi objek dari penelitian yang penting agar dapat memenuhi kebutuhan
manusia. Energi tersebut tergolong energi ramah lingkungan yang bahan dasarnya
disediakan alam. Dalam sektor energi, biomassa merujuk pada bahan biologis
yang dapat digunakan sebagai sumber bahan bakar. Biomassa tersusun secara unik
yang membedakan antara satu spesies dengan spesies yang lain. Secara umum ada
tiga kelompok besar penyusun biomassa pada tanaman yaitu selulosa,
hemiselulosa dan lignin. Ketiga kelompok senyawa ini biasanya ditemukan secara
bersama-sama dengan perbandingan tertentu yang unik yang didasarkan atas
spesies, umur tanaman atau bagian tanaman dan keadaan lingkungan tempat
tanaman itu hidup (Villaverde et al.,2009).
Selulosa tidak ditemukan dalam keadaan murni maka komplek antara
selulosa dengan hemiselulosa dan lignin disebut dengan cellulosan. Cellulosan
relatif lebih larut dibandingkan dengan selulosa karena dalam keadaan alami tidak
ada dari tiga senyawa itu yang berada dalam keaadan murni, hal ini yang
menyebabkan proses degradasi biomassa menjadi lambat. Selulosa, hemiselulosa
dan lignin disebut juga dengan lignoselulosa. Berat keringnya mencapai 90% dari
sel tanaman. Hemiselulosa dan lignin saling terikat melalui ikatan ester pada
residu arabinosa dari hemiselulosa dengan p-coumaric acid atau ferulic acid pada
lignin (Varnaite et al., 2008).

3
2.2 Komponen Kimiawi Biomassa
Biomassa terdiri dari beberapa komponen penyusun, yaitu selulosa,
hemiselulosa dan lignin. Oleh karena itu biomassa sering disebut sebagai bahan
berlignoselulosa.
2.2.1 Selulosa
Selulosa merupakan komponen kimia biomassa yang paling banyak,
jumlahnya mencapai hampir setengah bagian biomassa dan sebagai struktur dasar
pada dinding sel tanaman. Selulosa terdapat pada semua tanaman, organisme
tumbuhan yang primitif dan pada binatang jenis tunicin. Selulosa (C6H10O5)n
adalah polimer berantai panjang polisakarida karbohidrat, dari beta-glukosa.
Selulosa merupakan komponen utama dalam pembuatan kertas (Fengel dan
Wegener, 1985).
Selulosa adalah senyawa organik penyusun utama dinding sel dari
tumbuhan. Adapun sifat dari selulosa adalah berbentuk senyawa berserat,
mempunyai tegangan tarik yang tinggi, tidak larut dalam air dan pelarut
organik.Selulosa merupakan unsur yang penting dalam proses pembuatan pulp.
Semakin banyak selulosa yang terkandung dalam pulp, maka semakin baik
kualitas pulp tersebut. Berdasarkan derajat polimerisasi (DP), maka selulosa dapat
dibedakan atas tiga jenis sebagai berikut (Paskawati dan Susyana, 2010).
1. Selulosa α (Alpha Cellulose) adalah selulosa berantai panjang, tidak larut
dalam larutan NaOH 17,5% atau larutan basa kuat dengan DP (derajat
polimerisasi) berkisar 600-1500. Selulosa α dipakai sebagai penduga dan
atau penentu tingkat kemurnian selulosa.
2. Selulosa β (Betha Cellulose) adalah selulosa berantai pendek, larut dalam
larutan NaOH 17,5% atau basa kuat dengan DP berkisar 15-90, dapat
mengendap bila dinetralkan.
3. Selulosa  (Gamma cellulose) adalah selulosa berantai pendek, larut dalam
larutan NaOH 17,5% atau basa kuat dengan DP kurang daripada 15.

4
Gambar 2.1 Struktur Selulosa (Ibrahim, 1998)

Selulosa dapat larut dalam asam pekat (seperti asam sulfat 72%) yang
mengakibatkan terjadinya pemecahan rantai selulosa secara hidrolisis. Hidrolisis
selulosa dapat terhalang oleh lignin dan hemiselulosa yang ada di sekitarnya,
namun laju hidrolisis selulosa akan meningkat seiring kenaikan temperatur dan
tekanan (Fengel dan Wegener, 1985).

2.2.2 Hemiselulosa
Hemiselulosa adalah bagian dari kelompok polisakarida yang memiliki
rantai pendek dan bercabang. Pada tumbuhan, hemiselulosa berfungsi sebagai
bahan pendukung dinding sel. Hemiselulosa juga merupakan senyawa polimer
yang terdapat pada biomassa. Pada berbagai jenis tanaman, jumlah dan jenis
monomer penyusun hemiselulosa berbeda-beda. Hemiselulosa mirip dengan
selulosa yang merupakan polimer gula. Namun, perbedaannyayaitu selulosa hanya
tersusun dari glukosa, sedangkan hemiselulosa tersusun dari bermacam-macam
jenis gula. Monomer gula penyusun hemiselulosa terdiri dari monomer gula yang
memiliki 5-6 atom karbon(C-5 sampai C-6), misalnya: xilosa, mannosa, glukosa,
galaktosa, arabinosa, dan sejumlah kecil rhamnosa, asam glukoroat, asam metal
glukoronat, dan asam galaturonat (Muzzie, 2006).

5
Gambar 2.2 Struktur Monemer Pembentuk Hemiselulosa (Ibrahim, 1998)

2.2.3 Lignin
Lignin adalah zat yang bersama-sama dengan selulosa yang adalah salah
satu sel yang terdapat dalam kayu. Lignin berguna dalam kayu seperti lem atau
semen yang mengikat selsel lain dalam satu kesatuan, sehingga bisa menambah
support dan kekuatan kayu (mechanical strength) agar kokoh dan berdiri tegak.
Lignin memiliki struktur kimiawi yang bercabang-cabang dan berbentuk polimer
tiga dimensi. Molekul dasar lignin adalah fenil propan. Molekul lignin memiliki
derajat polimerisasi tinggi. Oleh karena ukuran dan strukturnya yang tiga dimensi
bisa memungkinkan lignin berfungsi sebagai semen atau lem bagi kayu yang
dapat mengikat serat dan memberikan kekerasan struktur serat. Bagian tengah
lamela pada sel kayu, sebagian besar terdiri dari lignin, berikatan dengan selsel
lain dan menambah kekuatan struktur kayu. Dinding sel juga mengandung lignin.
Pada dinding sel, lignin bersama-sama dengan hemiselulosa membentuk matriks
(semen) yang mengikat serat-serat halus selulosa. Lignin di dalam kayu memiliki
persentase yang berbeda tergantung dari jenis kayu (Muzzie, 2006).

6
Gambar 2.3 Struktur Lignin (Ibrahim, 1998)

2.3 Rumput Gajah


Rumput gajah adalah tanaman yang termasuk ke dalam kelompok tanaman
rumput rumputan. Rumput gajah banyak dimanfaatkan pada bidang peternakan
yaitu sebagai makanan hewan ternak seperti sapi, kambing dan kuda. Umumnya
rumput gajah yang digunakan di Indonesia adalah rumput yang tumbuh secara
liar. Namun untuk peternakan yang relatif besar maka rumput yang digunakan
adalah rumput yang sengaja ditanaman atau dipelihara secara khusus. Hal ini
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak. Rumput-rumputan dipilih
karena merupakan tanaman yang produktifitasnya tinggi dan memiliki sifat yang
dapat memperbaiki kondisi tanah (Gonggo et al.,2005).
Tabel 2.1 Klasifikasi Rumput Gajah
Kingdom Plantae
Phylum Spermatophyta
Class Monokotil
Ordo Poales
Family Poaceae
Genus Pennisetum
Spesies Pennisetum purpureum Schum
(Sumber: Tjitrosoepomoe, 2004)

Rumput gajah (Pennisetum purpureum Shaum) berasal dari afrika tropik,


tumbuh berumpun dan tingginya dapat mencapai 3 mlebih. Permukaan buluhnya
licin dan pada buluhyang masih muda bisanya ditutupi oleh sejenis zat lilin tipis.
Pelepahnya licin atau berbulu padawaktu muda dan kemudian berbulu-bulu

7
tersebut gugur. Daunnya berbentuk garis, pangkalnya lebar dan ujungnya lancip
sekali dan tepi daunnya kasar. Perbungaan berupa tandan tegak yang panjangnya
sampai 25 cm. gagang-gagangnya berbulu. Bulir-bulirnya berkelompok, terdiri
dari 3-4 buliran tiap kelompoknya dan bergagang pendek sekali. Pangkal bulirnya
bulirannya berbulu panjang dan halus. Perbanyakan dapatdilakukan dengan
pemecahan rumpun dan potongan-potongan buluhnya. Dapat tumbuh hingga pada
ketinggian 1500 m dpl (Ambriyanto, 2010).

Gambar 2.4 Rumput Gajah (Ambriyanto, 2010)

Salah satu tanaman yang mempunyai potensi dijadikan sumber biomassa


pada energy terbarukan adalah rumput gajah (Pennisetum Purpureum Schum).
Menurut (Okaraonye dan Ikewuchi 2009) analisis kandungan kimia dari rumput
Gajah ada pada Tabel 2.1.

8
Tabel 2.2 Analisa Kandungan Kimia Rumput Gajah
Parameter Berat Basah Berat Kering
Kandungan air 89,0 -
Jumlah abu 2,00 18,18
Protein Kasar 2,97 27,00
Lemak kasar 1,63 14,82
Jumlah Total
3,40 30,91
Karbohidrat
Serat Kasar 1,00 9,09
(Sumber:Okaraonye dan Ikewuchi, 2009)

2.4 Fraksionasi Biomassa


Fraksionasi biomassa merupakan proses pemilahan biomassa menjadi
komponen utama penyusunnya, yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin.
Komponen tersebut dapat dikonversi menjadi berbagai produk seperti pulp,
perekat, bahan kimia dan bahan peledak (Dapia et al., 2002; Zhang et al., 2010).
Metode fraksionasi biomassa lebih efektif dan ekonomis dibandingkan konversi
termal dan biologi. Konversi termal membutuhkan energi yang lebih besar untuk
mengkonversi biomassa menjadi produk yang bernilai ekonomis, sedangkan
konversi biologi membutuhkan waktu yang lebih lama (Lee et al., 2014).

2.5 Proses Organosolv


Proses organosolv merupakan salah satu metode fraksionasi biomassa
yang menggunakan pelarut organik sebagai media pemrosesan. Pelarut organik
yang bisa digunakan adalah fenol, glikol, ester, asam organik, aseton, amonia dan
amina. Asam organik yang banyak dikembangkan dalam proses organosolv
adalah asam formiat. Keunggulan asam formiat sebagai media pemroresan adalah
memiliki selektifitas yang tinggi terhadap proses delignifikasi, harga relatif
murah, dapat dilakukan pada suhu rendah dan tekanan atmosfir. Asam formiat
juga dapat digunakan untuk berbagai jenis biomassa seperti limbah pertanian,
limbah perkebunan dan rumput-rumputan (Li et al., 2012)

9
2.6 Delignifikasi
Delignifikasi adalah proses penyisihan lignin dari biomassa. Proses
delignifikasi terjadi karena putusnya ikatan α-aril eter dalam makromolekul lignin.
Ikatan α-aril eter merupakan pengikat rantai-rantai polimer lignin pada
makromolekul lignoselulosa padatannya. Pemutusan ikatan lignin tersebut
disebabkan oleh adanya ion hidrogen (H+) yang berasal dari cairan pemasak,
sehingga lignin yang lepas dari makromolekul lignoselulosa dapat larut dalam
larutan pemasak. Keberhasilan proses delignifikasi ditunjukkan oleh derajat
delignifikasi dan selektivitas fraksionasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi
proses delignifikasi antara lain konsentrasi asam organik, nisbah cairan-padatan
dan waktu reaksi (Paskawati dan Susyana, 2010).

2.7 Pulp
Pulp adalah hasil pemisahan serat dari bahan baku berserat. Pulp dapat
dibuat dari bahan kayu, non kayu, dan kertas bekas (waste paper). Pulp
merupakan bubur kayu sebagai bahan dasar dalam pembuatan kertas. Bahan baku
pulp biasanya mengandung tiga komponen utama, yaitu: selulosa, hemiselulosa,
dan lignin. Secara umum prinsip pembuatan pulp merupakan proses pemisahan
selulosa terhadap impurities bahan-bahan dari senyawa yang dikandung oleh kayu
di antaranya lignin. Proses pembuatan pulp di antaranya dilakukan dengan proses:
mekanis, kimia, dan semikimia. Proses pembuatan pulp dengan proses kimia ini
akan menghasilkan pulp dengan kekuatan tarik lebih tinggi daripada proses
mekanis dan semikimia (Paskawati dan Susyana, 2010).

10
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat
 Percobaan I : Pemrosesan Bahan Baku
1. Labu reaksi (erlenmeyer)
2. Gelas ukur
3. Pemanas
4. Alat penyaring black liquor
5. Corong
 Percobaan II : Recovery Lignin
1. Tabung reaksi atau kuvet
2. Sentrifugasi
3.2 Bahan
 Percobaan I : Pemrosesan Bahan Baku
1. Biomassa kering : rumput gajah
2. Asam asetat glasial
3. Asam formiat
4. Katalis HCl
5. Aquadest
 Percobaan II : Recovery Lignin
1. Filtrat (black liquor) hasil penyaringan padatan pada pemrosesan biomassa
2. Aquadest
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Pemrosesan Bahan Baku
1. Bahan baku dan cairan pemasak yang telah ditentukan jumlah dan
perbandingannya, dimasukkan ke dalam reaktor (erlenmeyer).
2. Pemanas dioperasikan dengan reaktor dalam kondisi tertutup. Pada saat
cairan mulai mendidih, sejumlah katalis HCl ditambahkan dan waktu
dicatat sebagai waktu awal proses fraksionasi terjadi.
3. Setelah waktu proses yang ditentukan tercapai, pemanas dimatikan.

11
4. Setelah reaktor dingin, padatan dan cairan pemasak bekas dalam reaktor
dipisahkan dengan peralatan yang telah disediakan. Catat volume filtrat
yang dihasilkan.
5. Padatan yang diperoleh pada tahap 4 dicuci dengan asam asetat dan
filtratnya ditampung.
6. Filtrat yang diperoleh pada tahap 4 digunakan untuk percobaan recovery
lignin.
7. Padatan yang telah dicuci pada tahap 5 dibilas kembali dengan aquadest
sampai filtrat terlihat jernih. Air bekas cucian dapat dibuang.
8. Padatan yang telah dicuci bersih dikeringkan di udara terbuka selama
kira-kira 24 jam. Padatan yang telah kering ditimbang sebagai berat pulp.
9. Lakukan prosedur yang sama untuk setiap variasi waktu yang telah
ditentukan.
3.3.2 Recovery Lignin
1. Sejumlah black liquor dimasukkan kedalam kuvet sentrifugal dan
ditambahkan air dengan perbandingan yang telah ditentukan.
2. Campuran cairan dalam kuvet disentrifugasi.
3. Padatan yang terbentuk dipisahkan dan padatan yang terbentuk
dikeluarkan dari kuvet dengan kertas saring.
4. Padatan yang diperoleh dikeringkan dalam oven sampai berat konstan,
dan diperoleh berat lignin yang direcovery dari sampel black liquor.

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Biomassa yang digunakan pada percobaan fraksionasi biomassa adalah
rumput gajah (purpureumpennisetum). Menurut teori, selulosa pada rumput gajah
adalah 25 – 40 %, hemiselulosa 25 – 50 % dan lignin 10 – 30 %. Kadar air batang
rumput gajah pada percobaan ini adalah 6,5 %. Pada percobaan ini variabel yang
dilihat pengaruhnya adalah lama waktu pemasakan terhadap proses fraksionasi
biomassa yaitu 2 jam, 3 jam dan 4 jam dimana variabel tetapnya adalah volume
air, pelarut asam asetat, pelarut asam formiat, dan katalis HCl yang digunakan
sama. Pada percobaan pertama, 20 gr batang rumput gajah dimasak dengan
154,90 ml asam asetat 96% dan 185,14 ml asam formiat 90% dan air sebanyak29
ml lalu di panaskan.

Tabel 4.1 Perolehan Selulosa dengan Variasi Waktu Pemasakan


Waktu Pemasakan Berat Selulosa Kering (gram) Perolehan Selulosa (%)
2 jam 9,34 49,9
3 jam 8,67 46,3
4 jam 8,34 44,5

Tabel 4.2 Perolehan Lignin dari 1 ml black liquor dengan Variasi Waktu
Pemasakan
Waktu Pemasakan Berat lignin Kering (gram) Perolehan lignin (%)
2 jam 0,03 12,9
3 jam 0,04 17,3
4 jam 0,05 21,7

4.2 Pembahasan
Biomassa yang digunakan pada percobaan fraksionasi biomassa adalah
rumput gajah (purpureumpennisetum). Menurut teori, selulosa pada rumput gajah
adalah 25 – 40 %, hemiselulosa 25 – 50 %dan lignin10 – 30 %. Kadar air batang

13
rumput gajah pada percobaan ini adalah 6,5 %. Pada percobaan ini variabel yang
dilihat pengaruhnya adalah lama waktu pemasakan terhadap proses fraksionasi
biomassa yaitu 2 jam, 3 jam dan 4 jam dimana variabel tetapnya adalah volume
air, pelarut asam asetat, pelarut asam formiat, dan katalis HCl yang digunakan
sama. Pada percobaan pertama, 20 gr batang rumput gajah dimasak dengan
154,90 ml asam asetat 96% dan 185,14 ml asam formiat 90% dan air sebanyak 29
ml lalu di panaskan.
Tujuan pemasakan dengan asam asetat dan asam formiat adalah untuk
mendegradasi lignin pada sabut kelapa sehingga dihasilkan selulosa atau pulp.
Setelah larutan mendidih ditambahkan 0,735 ml katalis berupa HCl 32%.Larutan
pemasak berubah warna menjadi hitam kecokelatan setelah ditambahkan larutan
HCl. Perubahan warna pelarut ini menandakan lignin telah keluar dari biomassa
sehingga berubah warna menjadi hitam kecokelatan.
Setelah waktu pemasakan selesai, proses pemasakan dihentikan. Padatan
yang diperoleh dipisahkan dari cairannya (black liquor) dengan pemerasan
menggunakan kain. Padatan yang diperoleh dicuci dengan air untuk
menghilangkan sisa-sisa larutan pemasak atau sisa-sisa asam dari padatan. Setelah
dicuci bersih, padatan dikeringkan di udara terbuka. Padatan yang kering tersebut
ditimbang sebagai berat selulosa. Berat selulosa yang diperoleh adalah 9,34 gram
atau 49,9 % untuk waktu pemasakan selama 2 jam, 8,67 gram atau 46,3 % untuk
waktu pemasakan selama 3 jam dan 8,34 gram atau 44,5 % untuk waktu
pemasakan selama 4 jam.
Black liquor yang dihasilkan digunakan untuk recovery lignin. Black
liquor dimasukkan ke dalam kuvet sentrifugal dan ditambahkan air dengan
perbandingan 1:10. Campuran cairan disentrifus selama 20 menit yang bertujuan
untuk memisahkan lignin dengan cara mengendapkannya. Kemudian lignin
dipisahkan dari cairan dengan kertas saring. Lignin yang diperoleh dioven sampai
beratnya konstan. Untuk black liquor yang dihasilkan pada pemasakan selama 2
jam, berat lignin yang diperolehadalah 0,03 gram atau 12,9 %. Untuk black liquor
yang dihasilkan pada pemasakan selama 3 jam, berat lignin yang diperoleh
pertama adalah 0,04 gram atau 17,3 %. Sedangkan untuk black liquor yang

14
dihasilkan pada pemasakan selama 4 jam, berat lignin yang diperoleh pertama
adalah 0,05 gram atau 21,7 %.
51

50

49
Selulosa (%)

48

47

46

45

44
0 1 2 3 4 5
waktu (jam)

Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Perolehan Selulosa (%) Terhadap Waktu


Pemasakan

Dari grafik diatas terlihat bahwa perolehan selulosa semakin kecil seiring
dengan pertambahan waktu pemasakan. Hal ini menunjukkan bahwa lama waktu
pemasakan berpengaruh dalam proses fraksionasi. Namun waktu pamasakan yang
terlalu lama dapat menghambat reaksi delignifikasi.Waktu pemasakan yang lebih
lama akan menyebabkan terjadinya kembali proses polimerisasi lignin. Kadar
selulosa yang diperoleh dari ketiga waktu pemasakan berada diluar rentang kadar
selulosa referensi yakni 25 - 40%. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya waktu
pemasakan, dimana semakin lama waktu pemasakan maka semakin kecil kadar
selulosa yang didapat.

15
25

20

llignin (%)
15

10

0
0 1 2 3 4 5
waktu (jam)

Gambar 4.2 Grafik Perolehan Lignin dengan Perbandingan Waktu Pemasakan

Dari grafik diatas terlihat bahwa perolehan lignin semakin besar seiring
dengan pertambahan waktu pemasakan. semakin lama waktu pemasakan semakin
optimum pemisahan lignin dari biomassa. Hal ini disebabkan semakin lama waktu
pemasakan maka semakin lama waktu kontak antara pelarut dengan biomassa
sehingga lignin yang terpisah dari biomassa semakin banyak. Perbandingan black
liquor dengan aquadest juga mempengaruhi hasil lignin yang didapat. Black
liquor mengandung hemiselulosa dan lignin sehingga penambahan aquadest pada
black liquor akan melarutkan hemiselulosa sehingga kadar lignin yang didapat
akan semakin optimum. Kadar lignin yang diperoleh dari ketiga waktu pemasakan
berada dalam rentang kadar lignin referensi yakni 10-30 %.

16
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Waktu pemasakan mempengaruhi kadar selulosa yang didapatkan,
semakin lama waktu pemasakan perolehan selulosa yang didapatkan
semakin sedikit.
2. Waktu pemasakan mempengaruhi kadar lignin yang didapatkan, semakin
lama waktu pemasakan perolehan lignin yang didapatkan semakin banyak.

5.2 Saran
1. Sebelum melaksanakan praktikum sebaiknya praktikan menyediakan
segala perlengkapan praktikum, diantaranya masker dan sarung tangan
tebal. Karena pada saat pemerasan biomassa yang sudah melalui proses
fraksionasi akan menghasilkan bau yang tidak enak dan berbahaya jika
diperas langsung dengan tangan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ambriyanto, S. K. 2010. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Aerob Pendegradasi


Selulosa dari Serasah Daun Rumput Gajah (Pennisetum Purpureum
Schaum). Jurnal AgriSains 5(1): 16-17.
Dapia, S., Santos, V dan Parajo, J.C. 2002. Study of Formic Acid as an Agent for
Biomass Fractionation. Jurnal Biomass and Energy 22(1): 213-221.
Fengel, D dan Wegener. 1985. Kayu: Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-Reaksi,
Translated from the English by H. Sastrohamidjojo. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta
Gonggo, B. M., Hermawan, B., dan Anggraeni, D. 2005. Pengaruh Jenis Tanaman
Penutup dan Pengolakan Tanah terhadap Sifat Fisika Tanah pada Lahan
Alangalang. Jurnal Ilmu-IlmuPertanian Indonesia 7(1): 44-45.
Jahan, M.S., Lee, Z.Z dan Jin, Y. 2005. Organic Acid Pulping of Rice Straw. I:
Cooking, Pulp and Paper Research Division. BCSIR Laboratories.
DhakaBangladesh.
Jalaluddin dan Rizal, S. 2005. Pembuatan Pulp dari Jerami Padi Menggunakan
Natrium Hidroksida. Jurnal Sistem Teknik Industri 6(5): 53-56.
Ibrahim, A dan M. Dahlan. 1998. Thermoplastic karet alam blends. Prog Polym
Sci 23.
Lee, V.H., Hamid, S.B.A dan Zain, S.K. 2014. Conversion of Lignocellulosic
Biomass to Nanocellulose : Structure and Chemical Process.Hindawi
Publishing Corporation : The Scientific World.
Li, F.M., Ni Sun, S., Xu, F dan Cang Sun, R. 2012. Formic Acid Based
Organosolv Pulping of Bamboo. Jurnal Teknik Kimia3(1): 80-89.
Muzzie, M. D. 2006.Hemiselulosa and Lignin. New Jersey.
Okaraonye, C. C., dan Ikewuchi, J. C. 2009. Nutritional and antinutritional
components of Pennisetum purpureum Schumach. Jurnal Pakistan
Ofnutritional8(1): 32-34.
Parajo, J.C, J.L Alonso, D. Vaquez.1993. On the Behaviour of Lignin and Hemi-
Cellulose During Acetosov Processing.Bioresource Technology Journal
46(1): 233-240.

18
Paskawati, Y. A., dan Susyana.2010. Skripsi: Pembuatan Pulp dari Sabut Kelapa
sebagai Bahan Baku Kertas Komposit, Hlm. 1-30, Jurusan Teknik Kimia,
Fakultas Teknik, Universitas Katolik Widya Mandala. Surabaya.
Tjitrosoepomo, G. 2004. Taksonomi tumbuhan (spermatophyta).Gajah
MadaUniversity Press. Yogyakarta.
Varnaite, R., Paskevicius, A., and Raudoniene, V. 2008. Cellulose degradation in
rye straw by micromycetes and their complexes. Ekologija 54 (1): 29-31.
Villaverde, J.J., Ligero, P dan Vega, A. 2009. Miscanthus x Giganteus as a Source
of Biobased Product Through Organosolv Fractionation: A Mini Review.
The Open Agriculture Journal. 4 (1): 102-110.
Welasih, T. 2012. Pengambilan Lignin Dari Batang Rumput Gajah dengan
Proses Ekstraksi. Surabaya: UPN Veteran
Zhang, M., Qi, W., Liu, R., Wu, S dan He, Z. 2010. Fractionating Lignocellulose
by Formic Acid: Characterization of Major Components. Biomass and
Bioenergy34 (1): 525-532.

19
LAMPIRAN

PERHITUNGAN
1. Persiapan Bahan Baku
Berat rumput gajah = 20 gr
Kadar air bahan baku = 6,5%
Asam asetat = 96%
Asam formiat = 90%
HCl = 32%
Berat biomassa / Larutan pemasak = 1 : 20
HCl 1,5% berat biomassa
Asam asetat / Asam formiat = 40% / 45%

2. Densitas Bahan
Asam asetat 96% = 1,006 gr/ml
Asam formiat 90% = 1,01 gr/ml
HCl 32% = 1,19 gr/ml

3. Penentuan Berat
Massa biomassa (rumput gajah) = 20 gr
6,5
Berat air dalam rumput gajah = x 20 gr
100
= 1,3 gr
Berat kering biomassa = 20 gr – 1,3 gr
= 18,7 gr
Berat biomassa : Larutan pemasak = 1 :20
Berat larutan = 20 gr x 18,7gr
= 374 gr
4. Asam asetat / Asam formiat = 40 : 45
 Asam Asetat 96%
0,4
Berat asam asetat yang dibutuhkan (40%) = x 374gr
0,96

= 155,835 gr

20
155,835 gr
Volume asam asetat =
1,006 gr/ml

= 154,90 ml
4
Berat air = 100 x 155,835 gr

= 6,23332 gr
 Asam Formiat 90%
0,45
Berat asam formiat yang dibutuhkan (45%) = 374 gr
0,9

= 187 gr
187 gr
Volume asam formiat =
1,01 gr/ml

= 185,14 ml
10
Berat air = x 187gr
100
= 18,7 gr
 HCl 32%
1,5
HCl pada bahan = 100 x 18,7gr

= 0,2805 gr
0,2805 gr
% HCl dalam larutan pemasak = x 100%
374 gr

= 0,075%
0,015
Berat HCl yang dibutuhkan = x 18,7 gr
0,32

= 0,8765 gr
0,8765 gr
Volume HCl =
1,19 gr/ml

= 0,735 ml
 Penambahan Air
Komposisi air = 100 – ( 40 + 45 + 0,075 )
= 14,925%
14,925
Berat air yang dibutuhkan = x 374 gr
100

= 55,8195 gr

21
Berat penambahan air = 55,8195 – (6,23332+18,7 +
0,735 + 1,3 )
= 28,8515 gr
= 28,8515 ml
5. Perolehan Pulp
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑢𝑙𝑝 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡𝑝𝑢𝑙𝑝 = × 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
 Run I (4 jam)
Berat pulp kering (gram) = 8,34 gram
Berat biomassa = 18,7 gram
8,34
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡𝑝𝑢𝑙𝑝 = × 100% = 44,5%
18,7

 Run II (3 jam)
Berat pulp kering (gram) =8,67 gram
Berat biomassa = 18,7 gram
8 ,67
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡𝑝𝑢𝑙𝑝 = × 100% = 46,3%
18,7

 Run III ( 2 jam )


Berat pulp kering (gram) = 9,74 gram
Berat biomassa = 18,7 gram
9,74
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡𝑝𝑢𝑙𝑝 = × 100% = 49,9%
18,7

6. Perolehan Lignin
 Run I ( 4 jam )
Berat lignin bahan baku = 24% ×18,7 gram = 4,488 gram
Berat kertas saring = 1,00 gram
Berat lignin dalam sampel =1,05-1,00 = 0,05 gram
volume black liqour
berat lignin sampel x volume sampel
Perolehan Lignin = x 100%
berat lignin dalam bahan baku
348 ml
0,05 gr x 11 ml
Perolehan Lignin = x 100%
4,488 gr
= 35,24%

22
 Run II ( 3 jam )
Berat lignin bahan baku = 24% ×18,7 gram = 4,488 gram
Berat kertas saring = 1,03 gram
Berat lignin dalam sampel =1,07-1,03= 0,04 gram
volume black liqour
berat lignin sampel x volume sampel
Perolehan Lignin = x 100%
berat lignin dalam bahan baku
347 ml
0,04 gr x 11 ml
Perolehan Lignin = x 100%
4,488gr
= 28,11%
 Run III ( 2 jam )
Berat lignin bahan baku = 24% ×18,7 gram = 4,488 gram
Berat kertas saring = 0,64 gram
Berat lignin dalam sampel = 0,67-0,64 = 0,03 gram
volume black liqour
berat lignin sampel x volume sampel
Perolehan Lignin = x 100%
berat lignin dalam bahan baku
345ml
0,03 gr x 11 ml
Perolehan Lignin = x 100%
4,488 gr
= 20,96%

23

Anda mungkin juga menyukai