Anda di halaman 1dari 19

KARAKTERISASI HIDROKARBON DARI EKSTRAK MINYAK

Botryococcus braunii PERAIRAN TENGGARONG, KUTAI


KARTANEGARA

Proposal Penelitian

OLEH :

Okta Marisa Fitriani


1607025050

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2019
KARAKTERISASI HIDROKARBON DARI EKSTRAK MINYAK
Botryococcus braunii PERAIRAN TENGGARONG, KUTAI
KARTANEGARA

Proposal Penelitian

OLEH :

Okta Marisa Fitriani


1607025050

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atau segala karuniaNya, sehingga penulisan
dapat menyatakan dan menyelesaikan skripsi ini. Salawat serta salam selalu
tercurahkan untuk baginda Nabi Muhammad SAW beserta pengikut beliau yang
selalu istikomah hingga akhir jaman.
Selama proses penyusunan laporan resmi ini penulis mendapatkan hal yang
berharga dari penyusunan Proposal Penelitianini. Atas bantuan, bimbingan dan
motivasi yang telah diberikan dalam penyelesaian laporan resmi ini, maka
perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada rekan-rekan
mahasiswa/i yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan proposal
penelitian ini
Akhirnya penulis menyadari bila masih terdapat kekurangannya, namun
penulis telah berupaya semaksimal mungkin, dan semoga laporan resmi ini
bermanfaat bagi peneliti maupun penulis yang memerlukan, Amin.

Samarinda, November 2019

Okta Marisa Fitriani

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
...................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
DAFTAR TABEL..................................................................................................vi
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................2
1.4 Mamfaat Penelitian.....................................................................................2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKAN......................................................................................3
2.1 Mikroalga....................................................................................................3
2.2 Botryococcus braunii..................................................................................3
2.3 Kandungan minyak Botryococcus braunii..................................................4
2.4 Potensi Botryococcus braunii sebagai bahan baku energi alternatif
biofeul.........................................................................................................5

BAB III
METODE PENELITIAN......................................................................................7
3.1 Waktu dan Tempat.......................................................................................7
3.2 Alat dan Bahan............................................................................................7
3.3 Prosedur kerja..............................................................................................7
3.3.1 Observasi lapangan dan pengambilan sampel...................................7
3.3.1.1 Pengambilan sampel dilapangan.............................................7
3.3.1.2 Penanganan sampel dilaboratorium........................................8
3.3.2 Persiapan dan pemeliharaan ampel di laboratorium.........................8

iii
3.3.2.1 Pembuatan media AF6............................................................8
3.3.2.2 Isolasi dan pengkulturan.........................................................8
3.3.2.3 Perbanyakan Botryococcus braunii.........................................8
3.3.2.4 Pemanenan dan Analisis biomassa..........................................9
3.3.2.5 Pengekstaksian biomassa........................................................9
3.3.2.6 Analisis hidrokarbon.............................................................10
3.3.2.7 Analisis data..........................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Botryococcus braunii ..........................................................................4

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kandungan minyak Botryococcus braunii................................................5

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Wilayah kalimantan timur merupakan daerah yang memiliki kekayaan alam
yang melimpah diantaranya flora dan faunanya. Kekayaann sumberdaya alam
tersebut dapat diekslporasi untuk dapat dimamfaatkan sebagai sumber energi yang
berkelanjutan. Adanya pengenbanagan sumber energi kekeyaan alam yang ada
akan memberikan dampak yang berarti dalam pemenuhan sumber energi yang
semakin meningkat saat ini.
Salah satu kekayaan alam yang dapat dimamfaat sebagai sumber energi
adalah mikroalaga yang melimpah. Mikroalga pada umunya merupakan
organisme uniseluler yang berukuran mikro yang hidup diperaira tawar ataupun
perairan laut secara soliter maupun hidup berkoloni serta tubuhnya tidak memiliki
batang, akar dan daun. Pemamfaatan mikroalga sebagai sumber energi terbaru
dapat menggaantikan pemamfaatan bahan bakar fosil yang jumlahnya makin
terbatas.
Penggunaan mikroalga sebagai sumber energi aternatif dikemukan oleh
Venma. et. al (2010) antara lain memiliki struktur penyususn sel yang sederhana
sehingga tetapa mempertahankan produktivitasnya, memiliki kemampuan
fotositesis dengan cahaya matahari yang dapat dikonverssikaan mejadi energi
yaang tinggi, mempuyai siklus hidup yang sangat pedek (1-10 hari), memiliki
kemapuan dalam mensintesis lemak yang tinggi berkisar 40-60 % dari berat
kering biomassaanya, dapat bertahan dalam perubahan kondisi lingkungan yang
ekstrim serta tidak banyak membutuhkan pemberian pupuk dalam pemeliharaan.
Salah satu jenis mikroalga yang dapat Botryococcus braunii .
Botryococcus braunii merupakan tanaman uniselluler (bersel tunggal) yang
bewarna hijau, tanaman ini banyak dijumpai pada perairan danau, tambak,
perairan payau ataupun pada perairan laut yang memiliki salinitas normal (33 -38
ppt). kandungan klorifill dari Botryococcus baunii sebanyak ±1,5 -2,8 % yang
tersusun dari klorofil aa, b dan c, sehingga tanaaman ini pada permukaan perairan
tampak bewarna hjau kekuningan. Mikroalaga ini memiliki ukuran sel berkisar
±15–20 µm dan hidup dengan membentuk koloni, bersifat non-motil dan
2

pergerakaknnhya diperairan sangat dipengaruhi oleh kauat araus yang ada


( Amini, 2010).
Selain itu Botryococcus braunii menghasilkan kandungan lipid yang lebih
banyak dari mikroalga lainnya sebanyak 75% dari kering berat biomassa. Hal
inilah yang memyebabkan mikroalga ini dapat dibuat menjadi bahan baku
pembauatan bahan bakar alternatif biodiesel (Ermavitalini, 2017). sehingga hasil
penelitian ini dapat memberikan mamfaat bagi masyarakat tenggarong untuk
pengeloaan energi alternatif.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian yang telah ditulis diatas terdapat adanya permasalahan
penggunaan bahan bakar alternatif dari mikroalga yang ramah lingkungan
sehingga dapat mengurangi jumlah emisi diudara akibat penggunaan bahan bakar
minyak yang telah ada.

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkarakterisi hidrokarbon
dalam kandungan ekstrak minyak sebagai bahan baku untuk biodiesel dari daerah
perairan didekat GOR Aji Umbut Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara,
Kalimantan Timur.

1.4 Mamfaat Penelitian


Mamfaat dari penelitian yang dilakukan adalah untuk dapat memberikan
informasi tambahan untuk pembuatan bahan bakar alternatif dari minyak
mikroalga.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKAN

2.1 Mikroalga
Mikroalga pada umumnya merupakan tumbuhan renik berukuran
mikroskopik (diameter antara 3-30 μm) yang termasuk dalam kelas alga dan hidup
sebagai koloni maupun sel tunggal di seluruh perairan tawar maupun laut.
Morfologi mikroalga berbentuk uniseluler atau multiseluler tetapi belum ada
pembagian fungsi organ yang jelas pada sel-sel komponennya. Hal itulah yang
membedakan mikroalga dari tumbuhan tingkat tinggi (Romimuhtarto, 2004 dalam
Amini, 2010).
Menurut Amini 2019 menyatakan bahwa penyebaran habitat mikroalga
biasanya di air tawar (limpoplankton) dan air laut (haloplankton). Berdasarkan
distribusi vertikal di perairan, mikroalga dikelompokkan menjadi tiga yaitu hidup
di zona euphotik (ephiplankton), hidup di zona disphotik (mesoplankton), hidup di
zona aphotik (bathyplankton) dan yang hidup di dasar perairan/ bentik
(hypoplankton) 3dalam kondisi yang optimal (Metzger, 2005 dalam Cheng, 2013).
Keragaman mikroalga di dunia diperkirakan berada dalam kisaran jutaan
species,sebagian besar belum dikenali dan belum bisa dikultivasi (dibiakkan
sendiri). Diperkirakan 200,000-800,000 spesies hidup di alam, 35,000 spesies
dapat dikenali, dan 15,000 komponen kimia penyusun biomas nya telah diketahui
(Hadiyanto, et al. 2012).
Mikroalga memiliki efisiensi pertumbuhan yang lebih tinggi dengan
intensitas penerimaan cahaya yang normal tidak lebih dari sekitar 100 μE / (m2s),
sedangkan pada daerah tropis dengan intensitas cahaya yang lebih tinggi dapat
menunjukkan nilai hingga 2000 μE / (m2s). Bila dibandingkan dengan yang lain
tanaman yang lebih tinggi, mikroalga dapat menunjukkan nilai produktivitas
yang lebih tinggi (Hadiyanto, et al. 2012).

2.2 Botryococcus braunii


Botryococcus braunii merupakan tanaman sel tunggal berwarna hijau, banyak
dijumpai di perairan danau, tambak ataupun perairan payau sampai laut.
Kandungan klorofil (zat hijau daun) B. braunii mencapai ±1,5–2,8%, terdiri dari
4

klorofil a, b, dan c, sehingga di permukaan perairan tampak berwarna hijau-coklat


kekuningan B. braunii memiliki inti sel dengan ukuran ±15–20 μm dan berkoloni,
bersifat non motil dan setiap pergerakannya sangat dipengaruhi oleh arus perairan
(Amini, 2010).
Botryococcus braunii akan memebentuk suatu kolonial yang bewarna hijau
degan kemampuan biosintesis cair-hidrokarbon yang unik. Sel-sel Botryococcus
braunii koloni disatukan selaput ekstraseluler matriks yang tersusun dari polimer-
polimer aldehida asam lemak rantai panjang. Meskipun zat hidrokarbon pada
Botryococcus braunii pada selaput intraseluler, namun sebagian besar hidrokarbon
cair disimpan di dalamnya matriks ekstraseluler (Weiss, 2010).

Gambar 1 Botryococcus braunii

Koloni Botryococcus braunii dapat menghasilkan kandungan hidrokarbon


yang sangat tinggi. Botryococcus braunii dapat tumbuh dalam berbagai media yang
mengandung cukup unsur hara makro seperti N, P, K dan unsur mikro lainnya
dalam jumlah relatif sedikit yaitu besi (Fe), tembaga (Cu), mangan (Mn), seng
(Zn), silicon (Si), boron (B), molibdenum (Mo), vanadium (V), dan kobalt
(Manahan, 1984 dalam Amini, 2010).
Menurut Susilowati (2009), B. braunii dapat tumbuh pada kisaran kadar
garam 0–25 ppt dan tumbuh subur pada 10 ppt. Dalam penelitian lebih lanjut
dikemukakan bahwa kelimpahan dan laju pertumbuhan B. braunii tertinggi terjadi
pada salinitas 5 ppt yaitu dengan kelimpahan 6,9 log sel/mL dan laju pertumbuhan
1,9/hari.

2.3
Botryococcus braunii mengandung hidrokarbon C17-C34 dalam jumlah yang
cukup dan berpotensi sebagai BBM yang terbarukan. Alga tersebut mempunyai
5

kemampuan untuk mengubah sebagian hasil fotosintesanya menjadi hidrokarbon


C34H58 yang dinamai botryococcene. Dalam kondisi pertumbuhan eksponensial,
Botryococcus menghasilkan 20% hidrokarbon C27 dan C31 Bila dibiarkan
sampai fase pertumbuhan stasioner, kandungan hidrokarbon Botryococcus
meningkat menjadi 90 % dan rantai karbon menjadi lebih panjang, yaitu C35-
(botryococcene dan cis-botryococcene) (Panngabean, 1998).
Kandungan dari lipid Botryococcus braunii selain senyawa hidrokarbon
botryococene juga megandung, senyawa alkadiene, dan alkatrien. Minyak dari
Botryococcu braunii juga mengandung trigliserida asam lemak yang bukan
termasuk kedalam minyak nabati (Sengul, 2018).
Tabel 1 Kandungan minyak Botryococcus braunii
Jenis Komponen Prresentase (%)
Isobotryococcene 4
Botryococcene 9
C34H58 11
C36H62 34
C36H62 4
C37H64 20
Other hydrocarbons 18
(Hillen, 1982)

2.4
B. braunii adalah mikroalga planktonik berbentuk piriform berwarna hijau,
dengan koloni yang tumbuh membentuk suatu cluster dan dapat ditemukan di
danau dan muara sungai beriklim atau tropis serta tersebar luas di perairan tawar
dan danau payau, waduk ataupun kolam. Strain B. braunii dapat tumuh pada
semua iklim kecuali pada daerah Antartik (Tasic, 2016).
Botryococcus braunii akan membentuk koloni yang disatukan oleh lipid
dengan kandungan lipid dalam bentuk hidrokarbon yang dapat dikonversikan
sebagai bahan baku utama untuk biofuel (Berberoglu, 2009).
Di antara berbagai mikro dan spesies ganggang makro, B. braunii telah
diidentifikasi sebagai yang paling banyak menjanjikan untuk produksi biofuel,
6

karena lipidnya yang sangat baik kemampuan produksi (konten hingga 65% dari
berat kering), Meskipun B.braunii kenal dengann jumlah hidrokarbon yang tinggi
dan eter lipid, kandungan lipid jenuh dan tak jenuh tunggal yang tinggi
membuatnya cocok untuk dijadikan bahan baku untuk biodiesel (Tasic, 2016).
Sekresi lipid yang dilakukan oleh Botryococcus braunii pada membran
ekstraseluler dari membran sel dimulai pada plastid yang mulai memanjang
kedalam bagian retikulum endoplasma. Selanjutnya lipid akan ditransfer melalui
badan Golgi dan kemudian akan dikeluarkan ke permukaan sel. Lipid akan
terlihatdi bagian permukaan sel. Komposisi penyususn lipid dari Botryococcus
braunii sangat bervariasi sesuai dengan strain, kondisi pertumbuhan dan penuaan
sel yang ada (Tasic, 2016).
Selain itu Botryococcus memiliki profil asam lemak utama seperti asam oleat
(C18: 1, 54,9%), asam palmitat (C16: 0, 12.2%), asam linolenat (C18: 3, 5.5%),
asam stearat (C18: 0, 3,9%) dan asam linoleat (C18: 2, 5,5%), asam lemak ini
dapat digunakan untuk bahan baku biodiesel (Ermavitalini, 2017).
Botryococcus menghasilkan minyak yang memiliki struktur kimia yang
sangat berbeda dari minyak lainnya dan tidak memiliki atom oksigen bebas.
Miyak hasil ekstraksi dapatdigunakan sebagai bahan baku hydrocracking untuk
membuat minyak tanah, minyak biodiesel, dan oktan (bensin) (Sengul,, 2018).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember-Februari 2020 dengan
lokasi pengambilan sampel berada di perairan GOR Aji Umbut Tenggarong, Kutai
Kartanegara, Kalimantan Timur dan Laboratorium Fisiologi Perkembangan dan
Molekuler Hewan FMIPA UNMUL Jl. Barong Tongkok, Gn. Kelua, Samarinda
Ulu, Kota Samarinda, Kalimantan Timur.

3.2 Alat dan Bahan


Alat-alat ynag digunakan dalam penelitian ini antara lain pH meter, DO
meter, mikroskop, GPS (Global Potitioning System), plankton net, pipet tetes,
cover glass, objeck glass, autoclaf, neraca analitik, gelas ukur, oven, erlenmeyer
100 mL, 250 mL dan 500 mL, spatula, labu ukur 100 ml, aerator, lampu uv, kain
satin, labu soxhlet dan camera handphone
Bahan yang digunakan antara lain alumunom foil, aquadest, NaNO3,
NH4NO3, MgSO4, KH2PO4, K2HPO4, CaCl2.2H2O, CaCO3, 2 mg Fe-citrate, citric
acid, biotin, thiamine, vitamin B6 dan vitamin B12, larutan NaOH, pelarut
heksana, kertas label, larutan aseton, kromatografi kolom

3.3 Prosedur kerja


3.3.1 Observasi lapangan dan pengambilan sampel
3.3.1.1 Pengambilan sampel dilapangan
Sebelum pengambilan sampel dilakukan pengamatan kualitas perairan
ditempat saamping dengan mengukur kadar pH dan DO perairan pad 3 titik
pegambilan sampel yang telah ditentukan sebelumnya. Setelah dilakukan uji
kualitaas perairan selanjutnya dilakukan pengambilan sampel dilakukan dengan
melemparkan plankton net kedalam air dengan kedalam tertentu. Selanjutnya
diamkan plankton net selama beberapa menit didalam air kemudian tarik plankton
net secara vertikal. Sampel yang telah diambil dimasukkan dalam botol sampel
dan laukan ppengambilan sampel secara berulag-ulang hingga mencapai 1 liter
pada setiap titik pengambilan. Selanjutnya sampel yang telah dimasukkaan
8

kedalam botol di beri label pengambilan dengan keterangan waktu


pengambilan sampel, lokasi titik pengambilan sampel dan kode sampel.
Kemudian botol yang berisi sampel dibawa ke Laboratorium Fisiologi
Perkembangan dan Molekuler Hewan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, untuk dilakukaan tahapapan selanjutnya.
3.3.1.2 Penanganan sampel dilaboratorium
Setelah dilakukan pengambilan sampel di lapangan didiamkan sselam 24 jam
didalam ruangan laboratorium. Selanjutnya sampel yang telah diambil dilakukan
pengamayn dibawah mikroskop untuk mengecek Botryococcus barunii yang
terdapat didalam sampel dengan mengidentifikasinya menggunakan buku
identifikasi. Setelah didapatkan Botryococcus braunii kemudian diambil 30 mL
larutan sampel dan dimasukkan kedalam wadah sampel, kemudian sampel
didiamkan selam 48 jam untuk dilakukan tahapan selanjutnya.
3.3.2 Persiapan dan pemeliharaan ampel di laboratorium
3.3.2.1 Pembuatan media AF6
Pembuatan media sebayak 1 Liter dilakukan dengan menimbang 140 mg
NaNO3, 22 mg NH4NO3, MgSO4 30 MG, KH2PO4 10 mg, K2HPO4 5 mg,
CaCl2.2H2O 10 MG, 10 mg CaCO3, 2 mg Fe-citrate, 2 mg citric acid, 200 ug
biotin, 1000 ug thiamine, 100 ug vitamin B6 dan 100 ug vitamin B12 kemudian
bahan-bahan tersebut dilarutkan dalam aquadest 894 mL.
3.3.2.2 Isolasi dan pengkulturan
Sampel Botryococcus braunii yang telah didiamkan selam 48 jam, kemudian
di isolasi dengan mengambil sampel dengan pipet tetes untuk kemudian diamti
kembali koloni Botryococcus braunii dibawah mikroskop. Kemudian dilakukan
isolasi bertingkat koloni Botryococcus braunii hingga didaptkan 1 koloni.
Selanjutnya koloni tersebut diinokulasi dengan masukkan kedalam media cair
(AF6) sebanyak 600 mL dan diinkubasi pada pada suhu 25 ± 1º bawah dengan
intensitas cahaya perbandingan 16: 8 jam cahaya penyinaran.
3.3.2.3 Perbanyakan Botryococcus braunii
Setelah koloni Botryococcus braunii yang telah dikulturkan dalam media
telah tumbuh banyak, dilakukan perbanyakakn kembali koloni dengan
perbandingan 50 : 50 mengunakan labu Erlenmeyer 100 mL, 200 mL dan 500 mL
9

yang tealh dimasukkan media sebanyak 50 ml, 100 mL dan 250 mL.
Kemudian erlenmeyer yang telah diisi media di sterilkan kedalam autoclaf selam
30 menit (suhu 1210 C, tekanan 1 atm) kemudiam didinginkan, setelah media
dingin lau tambakan biakan koloni sebanyak 50 mL (erlenmeyr 100 mL), 100 mL
(erlenmeyer 200 mL) dan 250 mL biakan (untuk erlenmeyer 500 mL). selanjutnya
erlenmeyer ditutup dengan kain kasa lalu diinkubasi pada 25 ± 1º dengan
intensitas cahayadengan perbandingan 16: 8 jam cahaya dan siklus gelap.
3.3.2.4 Pemanenan dan Analisis biomassa
Menurut Amini (2010) Pemanenan biomassa dapat dilakukan dengan metode
flokulan yaitu metode suatu pengendapan dengan menggunakan bbahan kimia
NaOH dengan perbandigan 1:1 (1 liter mikroalga : 1 gram NaOH). poses
pengendapam mikroalga dilakukan selama 24 jam. Selanjutnya dilakukan
pemisahan mikroalga dengan medianya, kemudian biomassa yang telah
dipisahkan dicuci dengan menggunakan air suling (aquadest). Kemudian
biomassa dikerinngkan dalam oven selama 24 jam dengan suhu 600 C.
Selanjutkan dilakukann analisa bimassa kering secara gravimetrik dengan
persaman

Biomassa =

(Sari.et.Al, 2013)
Kemudian pertumbuhan mikroalga dinyatakan dalam berat kering yang
didapatkan.
3.3.2.5 Pengekstaksian biomassa
Proses ekstraksi minyak Botryococcus braunii dapat dilakukan metode
maserasi menggunakan pelarut n-Heksana. dalam (Widyastuti, 2015)
menjelaaskan bahwa pada tahapan proses maserasi mikroalga kering sebanyak 40
gram ditempatkan pada erlenmeyer, kemudian ditambahkan pelarut n-Heksane
sebanyak 150 mL. Proses pengadukan dilakukan dengan orbital shaker selama
450 menit. Kemudian campuran disaring untuk memisahkan filtrat dan residu.
Untuk mengambil komponen minyak dari filtrat dilakukan dengan distilasi.
10

3.3.2.6 Analisis hidrokarbon


Analisis hidrokarbon pada minyak Botryococcus braunii yang telah diekstrak
dapat dilakukan dengan metode kromatografi kolom. Dalam Hirose (2013)
menjelaskan bahwa biomassa yang telah kering disentrifugasi dengan
mencampurkan larutan aseton sebagai supernatan kemudian disentrifugasi dengan
kecepatan 5000 rpm selama 10 menit dengan suhhu ruangan. Selanjutnya tahapan
ini diulang sampai supernatan menjadi tidak berwarna. Didapatkan hasil ekstraksi
yang masih bercampur dengan supernatan, larutan tersebut dilarutkan dalam
pelarut n-heksana. Selanjutkan hasil ekstraksi tersebut di masukkan dalam
kromatografi kolom silika gel menggunakan Wako gel C-300 sebagai fase diam.
Fraksi hidrokarbon dapat diperoleh melaui elusi dengan n-heksana. Komposisi
dari hidrokarbon ditentukan oleh kromatografi gas-spektrometri massa (GC-MS)
dengan Shimadzu GCMS-QP2010 Ultra dilengkapi dengan kolom kapiler
(InertCap 1MS, Ilmu GL; 60 m kali 0,25 m, ketebalan film, 0,25 m). Kolom suhu
diprogram sebagai berikut: 50 ° C selama 1 menit, meningkat pada 10 ° C / menit
hingga 220 ° C dan pada 2 ° C / menit hingga 260 ° C, dan tahan selama 50 menit.
Ion sumber dan port injeksi masing-masing diadakan pada suhu 200 dan 260 ° C.
Relatif kelimpahan komponen utama dihitung dari puncaknya area dalam
kromatogram ion total.
3.3.2.7 Analisis data
Penelitian ini data akan dianalisis dengan metode sidik ragam dengan
menggunakan analisis rancangan acak lengkap (RAL) dengan taraf (satanar error)
5% (α = 0,5) dan data diolah dengan menggunakan software IBM SPSS Statistic
21.
DAFTAR PUSTAKA

Amini, Sri dan R. Susilowati. 2010. Produksi Biodiesel Dari Mikroalga


Botryococcus braunii. Jurnal Squalen. Vol. 5 (1): 23-32.
Amini dan R. Susilowati. 2009. Optimalisasi Media Kultivasi Botryococcus
braunii Mikroalga Dalam Salinitas Yang Berbeda. Prosiding Seminar
Perikanan Indonesia. Jogyakarta.
Berberoglu, H., P. Gomez dan L. Pilon. 2009. Radiation characteristicsof
Botryococcus braunii, Chlorococcum littorale, and Chlorellasp.
usedforCO2 fixation and biofuel production. Journal of Quantitative
Spectroscopy & Radiative Transfer. Vol. 110: 1879-1893.
Cheng, Pengfei., B. Ji., L. Gao., W. Zhang., J. Wang dan T. Liu. 2013. The
Growth, Lipid And Hydrocarbon Production Of Botryococcus braunii
With Attached Cultivation. Bioresource Technology. Vol. 138: 95-100.
Ermavitalini, D. N. Yuliansari, E. N. Prasetyo dan T. B. Saputro. 2017. Efect of

Gamma60Co Irradiation on The Growth, Lipid Content and Fatty Acid


Composition of Botryococcus sp. Microalgae. Biosaintifika. Vol. 9 (1):
58-65.
Hadiyanto dan M. Azim. 2012. Mikroalga Sumber Pangan Dan Energi Masa
Depan. Semarang: UPT UNDIP Press.
Hillen, L. W., G. Pollard., L. V. Wake dan N. White. 1982. Hydrocracking of the
Oils of Botryococcus braunii to Transport Fuels. Biotechnology and
Bioengineering. Vol. 24: 193-205.
Hirose, M., F. Mukaida., S. Okada dan T. Noguchi. 2013. Active Hydrocarbon
Biosynthesis and Accumulation in a Green Alga, Botryococcus braunii
(Race A). Eukaryotic Cell. Vol. 12 (8): 1132-1141.
Pangabean, Lily M. G. 1998. Mikroalga Alternatif Pangan Dan Bahan Industri
Dimasa Mendatang. Oseana. Vol. 23 (1): 19026.
Sari, A. M., H. E. Mayasari., Rachimoellah dan S. Zullaikah. 2013. Pertumbuhan
Dan Kandungan Lipida Dari Botryococcus braunii Dalam Media Air
Laut. Jurnal Teknik Pomits. Vol. 2 (1): 1-6.
12

Sengul, A.B., M. M. Rahman dan E. Asmatulu. 2018. Evaluation Of Media And


Light Source Effects On The Growth Of Botryococcus braunii For
Biofuel Production. International Journal of Environmental Science
and Technology : 1-10.
Tasic, M. B., L. F. RiosPinto., B. K. V. B.Veljkovic dan R. M. Filho. 2016.
Botryococcus braunii For Biodiesel Production. Renewable and
Sustainable Energy Reviews. Vol. 64: 260-270.
Weiss, Taylor. L., J. S. Johnston., J. Chappell dan T. P. Devarenne. 2010.
Phylogenetic Placement, Genome Size, And GC Content Of The
Liquid-Hydrocarbon Producing Green Microalga Botryococcus braunii
Strain Berkeley (Showa) (Chlorophyta). J. Phycol.. Vol. 46: 534-540.
Widyastuti, C. T dan A. C. Dewis. 2015. Sintesis Biodiesel Dari Minyak
Mikroalga Chlorella Vulgaris Dengan Reaksi Transesterifikasi
Menggunakan Katalis Koh. Jurnal Bahan Alam Terbarukan. Vol. 4(1):
29-33.
Verma, Narendra. M., S. Mehrotra., A. Shukla dan B. N. Mishra. 2010.
Prospective Of Biodiesel Production Utilizing Microalgae As The Cell
Factories: A Comprehensive Discussion. African Journal of
Biotechnology. Vol. 9 (10): 1402-1411.

Anda mungkin juga menyukai