Rina Dayanti
NIM. 1607025019
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2019
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................................................
i
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................
v
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................
6
1.2 Rumusan Masalah 6
1.3 Tujuan Penelitian 6
1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................................................
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7
2.1 Mikroalga 7
2.2 Botryococcus braunii.........................................................................................................
8
2.3 Kandungan Minyak dan Mutu Biodiesel...........................................................................
8
2.4 Minyak Ikan dan Minyak Alga..........................................................................................
9
2.5 Minyak Alga Untuk Kosmetik. 11
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................................
12
3.1 Waktu dan Tempat.............................................................................................................
12
3.2 Rancangan Penelitian.........................................................................................................
12
3.3 Alat dan Bahan........................................................................................................... 13
3.4 Prosedur Kerja 13
3.4.1 Pemeriksaan Uji Identifikasi Spesies Botryococcus braunii Pada Sampel
13
3.4.2 Pemeriksaan Uji Identifikasi Spesies Botryococcus braunii Pada Sampel
13
DAFTAR PUSTAKA. 14
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Botryococcus braunii..........................................................................................
6
DAFTAR TABEL
2.1 Mikroalga
Mikroalga pada umumnya merupakan tumbuhan renik berukuran mikroskopik
(diameter 3-30 μm) yang termasuk dalam kelas alga dan hidup sebagai koloni maupun sel
tunggal diseluruh perairan tawar maupun laut. Morfologi mikroalga berbentuk uniseluler
atau multiseluler tetapi belum ada pembagian fungsi organ yang jelas pada sel-sel
komponennya. Hal itulah yang membedakan mikroalga dari tumbuhan tingkat tinggi.
Mikroalga diklasifikasikan menjadi empat kelompok antara lain diatom
(Bacillariophyceae), alga hijau (Chlorophyceae), alga emas (Chrysophyceae) dan alga
(Romimohtarto, 2004). Menurut Harsanto (2009) bahwa penyebaran habitat mikroalga
biasanya di air tawar (limpoplankton) dan air laut (haloplankton). Berdasarkan distribusi
vertikal di perairan, mikroalga dikelompokkan menjadi empat yaitu hidup di zona
euphotik (ephiplankton), hidup di zona disphotik (mesoplankton), hidup di zona aphotik
(bathyplanton) dan yang hidup di dasar perairan atau bentik (hypoplankton).
Mikroalga merupakan kelompok organisme yang sangat beragam dan memiliki
berbagai potensi yang dapat dikembangkan sebagai sumber pakan, pangan dan sumber
kimia lainnya. Kandungan senyawa pada mikroalga bervariasi tergantung dari jenisnya,
faktor lingkungan dan nutrisinya. Pada Spirulina plantesis yang dikultur dengan
menggunakan media walne kandungan kadar protein, karbohidrat dan lemak berturut-
turut adalah 50,05%, 15,48% dan 0,5%, kandungan lemak rata-rata sel mikroalga
bervariasi antara 1-70% tetapi dapat mencapai 90% berat kering dalam kondisi tertentu
(Widianingsih et al., 2008).
Beberapa jaringan sel mikroalga dapat dipergunakan dalam pembedaan dan
klasifikasi sesuai divisinya. Menurut Graham (2000) ada empat karakteristik yang
dipergunakan untuk membedakan divisi mikroalga yaitu tipe jaringan sel, ada tidaknya
flagella, tipe komponen fotosintesa dan jenis pigmen sel. Selain itu, morfologi sel dan
sifat sel yang menempel baik berkoloni ataupun filamen merupakan informasi yang dapat
digunakan untuk mengklasifikasikan masing-masing kelompok mikroalga. Selain
karakteristik morfologi (morphological characteristics), komposisi biokimia dan asam
lemak pada setiap sel mikroalga dapat juga digunakan sebagai pembeda dari masing-
masing spesies, menurut Watanabe (2001) karakter-karakter taksonomi seperti wujud
filamen dan sel akinete bersifat tidak mutlak untuk identifikasi karena akinete adakalanya
tidak ada wujud filamen mungkin bisa berubah karena lingkungan pada kondisi kultur.
Salah satu spesies mikroalga yang cukup dikenal sebagai bahan dasar biodiesel
adalah Botryococcus braunii. Botryococcus braunii merupakan tanaman sel tunggal,
berwarna hijau, banyak dijumpai di perairan danau, tambak ataupun perairan payau
sampai laut. Kandungan klorofil (zat hijau daun) Botryococcus braunii mencapai ±1,5%-
2,8% terdiri dari klorofil a, b, c sehingga di permukaan perairan tampak berwarna hijau-
coklat kekuningan, memiliki inti sel dengan ukuran ±15-20 μm, berkoloni, bersifat non-
motil dan setiap pergerakannya sangat dipengaruhi oleh arus perairan (Metzger et al.,
2005).
Tetes minyak
Gambar 1. Hasil isolasi Botryococcus braunii perairan sungai mahakamdari di wilayah
Tenggarong, Kutai Kartanegara. Cairan bening di sekitar koloni mikroalga tersebut
adalah tetes-tetes minyak (Dayananda et al., 2007).
Tabel 4. Komposisi kandungan minyak beberapa spesies mikroalga pada fase stationery
dan eksponensial
(Pratoomyot et al., 2005)
3.4.2.3 Pengaruh pH
Pengaruh pH terhadap pertumbuhan mikroalga dan hasil hidrokarbon dilakukan
dengan menggunakan media Chu 13 pada kisaran variasi pH 6.0, 6.5, 7.0, 7.5, 8.0 dan
8.5. Penelitian dilakukan pada Erlenmeyer flasks (150 mL) yang mengandung 40 mL
medium modifikasi Chu 13 dan pH pada medium diatur setelah proses autoklaf. Pada
semua flask diinokulasi secara merata pada 25% (v/v) inokulum Botryococcus braunii
umur kultur 2 minggu. Kultur diinkubasi selama 3 minggu pada suhu 25± 1ºC dengan
lumen 1.2 ± 0.2 klux dan pencahayaan 16:8 siklus terang gelap. Kultur dipanen dan
dianalisis biomassa dan kandungan minyak hidrokarbon.
Ariede MB, Candido TM, Jacome ALM, Velasco MVR, de Carvalho JCM, and Baby
AR. 2017. Cosmetic attributes of algae-A review. Algal Research. Vol. 25: 483 -
487.
Banerjee, A., Sharma, R., Chisty, Y., and Banerjee, U. C. 2002. Botryococcus braunii. A
renewable source of hydrocarbons and other chemicals. Critical Reviews in
Biotecnology. Vol. 22 (3): 245- 279.
Dayananda, C., Sarada, R., Komar, V., and Ravishankar, G.A. 2007. Isolation and
characterization of hydrocarbon producing green alga Botroyococcus braunii
from indian freshwater bodies. Eletronic Journal of Biotecnology. Vol. 1 (10):
80–91.
Graham, L. E. and Wilcox, L. W. 2000. Algae. Prentice - Hall, USA. Hal: 78–89.
Hambali, E., Mujdalipah, S., Tambunan, A. H., Pattiwiri, A. W., dan Hendroko, R. 2007.
Teknologi Bioenergi. AgroMedia Pustaka: Jakarta.
Harsanto, S. 2009. Analisis asam lemak mikroalga Nannocloropsis oculata. Tesis.
Program Magister Bidang Keahlian Kimia Organik Jurusan Kimia FMIPA.
Insititut Teknologi Sepuluh November. Surabaya. Vol. 72.
Hayes M, Skomedal H, Skjånes K, Mazur-Marzec H, Toruńska-Sitarz A, Catala M,
Hosoglu MI, and García-Vaquero M, Microalgal proteins for feed, food and
health, in Microalgae-Based Biofuels and Bioproducts. 2018, Elsevier. Hal: 347-
368.
Hillen, L. W., Pollard, G., Wake, L. V., and White, N. 1982. Hydrocracking of the oils of
Botryococcus braunii to transport fuel. Biotecnology and Bioengineering. Vol.
24: 193–205.
Knothe, G. 2006. Analyzing biodiesel : standards and pother methods. Journal American
Oil Chemical Society. Vol. 83 (10): 823-833.
Li, R. And Watanabe, M. M. 2001. Fatty acid profiles and their chemotaxonomy in
planktonic species of Anabaena (Cyanobacteria) with straight trichomes.
Phytochemistry. Vol. 57: 727–731.
Mata, T.M., Martins, A. A., and Caetano, N. S. 2010. Microalgae for Biodiesel
Production and Other Applications: Renewable and Sustainable Energy Reviews.
Vol.14: 217-232.
Metzger P, Largeau C, Botryococcus braunii: a rich source for hydrocarbons and related
ether lipids. Applied microbiology and biotechnology. 2005. Vol. 66 (5): 486-
496.
Rismani S, Shariati M, Changes of the Total Lipid and Omega-3 Fatty Acid Contents in
two Microalgae Dunaliella Salina and Chlorella Vulgaris Under Salt Stress.
Brazilian Archives of Biology and Technology. 2017. Vol. 60 (4).
Reksowardojo, I. K., Buddy Kusuma, R. P., Mahendra, I. M., Brodjonegor, T. P.,
Soerawidjaja, T. H., Syaharuddin, I., and Arismunandar, W. 2005. The effect of
biodiesel fuel from physic nut (Jatropha Curcas) on an direct International
Pacific Conference on Automotive Enginering. Gyeongju – Korea.
Ryckebosch E, Bruneel C, Muylaert K, Foubert I, Microalgae as an alternative source
of omega‐3 long chain polyunsaturated fatty acids. Lipid Technology. 2012. Vol.
24 (6): 128-130.
Romimohtarto, K. 2004. Meroplankton Laut : Larva Hewan Laut Yang Menjadi
Plankton. Djambatan : Jakarta. 214 pp.
Pratoomyot, J., Sivilas, P., and Noiraksar, T. 2005. Fatty acid composition of 10
microalgal species. Songklanakarin J. Sci. Technol. Vol. 26 (6): 1179 – 1187.
Widianingsih, A., Ridho, R., Hartati, dan Harmoko. 2008. Kandungan nutrisi Spirulina
plantensis yang dikultur pada media yang berbeda. Ilmu Kelautan. Vol. 13 (3):
167.
Zhang Z, Metzger P, Sachs JP, Biomarker evidence for the co-occurrence of three races
(A, B and L) of Botryococcus braunii in El Junco Lake, Galápagos. Organic
Geochemistry. 2007. Vol. 38 (9): 1459-1478.