Anda di halaman 1dari 19

AIB C’MOL: PEMANFAATAN COMBINATION MOL AIR

BERAS SEBAGAI BIOAKTIVATOR PEMBUATAN PUPUK


ORGANIK CAIR LIMBAH PEPAYA (carica papaya L)
INOVASI PENGGANTI PUPUK KIMIA
Industri dan Pangan

Disusun oleh :
Miladunka Junisvi
SMA NEGERI 1 KOTA BENGKULU
MASA BAKTI 2022/2023

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
...............................................................................................i
DAFTAR ISI
..........................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...........................................................................1

1.2 RUMUSAN
MASALAH.......................................................................2
1.3 TUJUAN DAN
MANFAAT..................................................................2
1.4 RUANG
LINGKUP...............................................................................3
1.5 RUANG
TEORI.....................................................................................3
BAB II
PEMBAHASAN........................................................................................5
BAB III
PENUTUP..............................................................................................12
3.1
KESIMPULAN....................................................................................12
3.2 KRITIK DAN
SARAN........................................................................12
DAFTAR
PUSTAKA...........................................................................................13
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Indonesia merupakan kawasan yang sangat potensial untuk
bercocok tanam. Kesuburan tanahnya telah terbukti mampu
menumbuhkan aneka ragam tumbuhan dan tanaman pangan yang
berlimpah. Pupuk organik merupakan pupuk yang sebagian besar atau
seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari makhluk hidup,
seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia. Salah satu
cara yang aman untuk menanggulangi menurunya populasi
mikroorganisme dalam tanah yaitu dengan beralih menggunakan pupuk
organik. Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan
untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pada umumnya,
bahan dasar pembuatan pupuk organik adalah sumber daya yang tersedia
di sekitar lingkungan seperti limbah buah-buahan, bonggol pisang, urin
sapi, keong mas, limbah pasar, sampah sampah rumah tangga dan syuran.
Bahan- bahan tersebut merupakan tempat yang disukai oleh
mikroorganisme sebagai media untuk hidup dan berkembangnya
mikroorganisme yang berguna untuk mempercepat penghacuran bahan-
bahan organik atau sebagai nutrisi bagi tanaman (Handayani, 2015)
Alternatif pengolahan limbah organik yang efektif adalah dengan
melakukan proses fermentasi menjadi pupuk organik cair.
Mikroorganisme local(MOL) dianggap sebagai teknologi alternative
pengganti pupuk kimia yang mengandung bahan alami dan tidak merusak
lingkungan. Mikroorganisme lokal (MOL) limbah pepaya dan air cucian
beras bisa digunakan sebagai bioaktivator dalam pembuatan pupuk
organik cair menggantikan EM4. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang ‘Proses pembuatan pupuk
organik cair dengan cara fermentasi dari bahan baku limbah pepaya
(carica papaya L) dicampur Mol air cucian beras sebagai alternatif
pengganti penggunaan pupuk kimia’.

1.2Rumusan Masalah
1. Apakah kualitas pupuk organik cair dengan cara fermentasi dari
bahan baku limbah pepaya (carica papaya L) dicampur Mol air
cucian beras pada tanaman cabai mampu menjadi alternatif
pengganti pupuk kimia ?
2. Bagaimana pengaruh Pupuk Organik Cair dari bahan baku limbah
pepaya (carica papaya L) dicampur Mol air cucian beras pada
Pertumbuhan Bibit Tanaman cabai sebagai alternative pengganti
pupuk kimia?
1.3Tujuan
1. Mengetahui kualitas pupuk organik cair dengan cara fermentasi dari
bahan baku limbah pepaya (carica papaya L) dicampur Mol air
cucian beras pada tanaman cabai mampu menjadi alternatif
pengganti pupuk kimia
2. Mengetahui pengaruh Pupuk Organik Cair dari bahan baku limbah
pepaya (carica papaya L) dicampur Mol air cucian beras pada
Pertumbuhan Bibit Tanaman cabai sebagai alternatif pengganti
pupuk kimia
Manfaat
1. Bagi Peneliti
Mampu menambah keterampilan, wawasan serta pengalaman baru
dalam proses pembuatan pupuk organik cair (POC) bahan baku
limbah pepaya (carica papaya L) dicampur mol air cucian beras
sebagai alternatif pengganti penggunaan pupuk kimia.
2. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada pembaca tentang keunggulan pupuk
organik cair serta menjadi referensi baru pengolahan lanjutan
limbah pepaya (carica papaya L) sebagai alternatif pengganti
penggunaan pupuk kimia yang ekonomis dan ramah lingkungan dan
sebagai sarana acuan penelitian baru yang dapat dikembangkan
untuk meningkatkan hasil produksi pengolahan buah pepaya(carica
papaya L) busuk serta air cucian beras sebagai bioaktivator
pengganti EM4 dalam bidang industri dan pangan.

1.4 Ruang Lingkup


Ruang lingkup penelitian ini hanya sebatas pada objek yang saya
teliti beserta masyarakat yang telah saya jadikan sebagai sasaran dalam
penelitian ini. Penelitian ini menggunakan metode survei. Data yang
dipakai oleh penelitian ini pun adalah data primer yang diperoleh langsung
dan dikumpulkan oleh peneliti dari sumber data yang didapatkan. Objek
utama penelitian ini adalah mol air beras yang dapat menjadi sebuah
inovasi sebagai pengganti pupuk kimia.
1.5 Ruang Teori
 Pupuk organik merupakan pupuk yang sebagian besar atau
seluruhnya
terdiri atas bahan organik yang berasal dari makhluk hidup, seperti
pelapukan
sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia. Salah satu cara yang aman untuk
menanggulangi menurunya populasi mikroorganisme dalam tanah yaitu
dengan
beralih menggunakan pupuk organik. Pupuk organik dapat berbentuk
padat atau
cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Pada
umumnya, bahan dasar pembuatan pupuk organik adalah sumber daya
yang
tersedia di sekitar lingkungan seperti limbah buah-buahan, bonggol pisang,
urin
sapi, keong mas, limbah pasar, sampah sampah rumah tangga dan syuran.
Bahan-
bahan tersebut merupakan tempat yang disukai oleh mikroorganisme
sebagai
media untuk hidup dan berkembangnya mikroorganisme yang berguna
untuk
mempercepat penghacuran bahan-bahan organik atau sebagai nutrisi bagi
tanaman
(Handayani, 2015)
 Limbah secara umum dianggap sebagai bahan hasil pembuangan
suatu
proses tertentu yang sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi, sehingga
keberadaannya
menimbulkan masalah tersendiri. Secara fisik limbah dapat berupa gas,
cairan dan
padatan. Limbah sayuran dan buah-buahan yang berasal dari hasil
perkebunan dan
pertanian dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif yaitu etanol.
Sayuran
dan buah-buahan mengandung glukosa dan selulosa yang dapat
digunakan untuk
hal ini. Etanol merupakan produk fermentasi yang dapatdibuat dari
substrat yang
mengandung karbohidrat (gula, pati atau selulosa) yangdapat diproduksi
melalui
beberapa cara, yaitu secara kimiawi dengan bahan baku dari bahan bakar
fosil
atau melalui proses biologi dengan cara fermentasi salah satunya yaitu
dari limbah
buah pepaya (carica papaya L)(Ida,2009).
Buah papaya (carica papaya L) merupakan salah satu buah yang kaya
akan
vitamin dan mineral yang sangat baik untuk tubuh. Sehingga berbagai
kreativitas
kuliner dapat tercipta dengan berbahan dasar buah papaya (carica papaya
L).
 Buah papaya (carica papaya L) tentunya sangat mudah didapatkan
terutama di pasar yang berskala tradisional dan hargannya pun sangat
terjangkau. Buah yang memiliki rasa manis dengan warna orange yang
khas tentunya sangat disukai oleh berbagai kalangan baik tua maupun
muda. Belakangan ini, masyarakat tak menaruh perhatian pada buah yang
satu ini. Berbagai macam alasan yang membuat masyarakat enggan
memilih buah yang berwarna oranye kemerahan ini.Kelebihan produksi
papaya (carica papaya L) sering kali menimbulkan masalah bagi
lingkungan, karena tidak semua hasil panen habis terjual dan tidak semua
jenis buah papaya (carica papaya L) dikonsumsi masyarakat, sehingga di
lahanpertanian maupun di pasar-pasar sering kali ditemukan limbah buah
pepaya (carica papaya L). Sementara itu, limbah banyak juga yang
terdapat dalam rumah seperti air cucian beras, limbah air cucian beras
dapat menyebabkan pesatnya pertumbuhan mikroorganisme didalam air.
 Air cucian beras adalah bahan yang sangat baik untuk dipergunakan
dalam
membuat MOL atau microorganisme lokal. Air cucian beras juga dapat
secara
langsung dipakai sebagai pupuk organik cair untuk dikocorkan pada
tanaman
yang ada di kebun atau di halaman rumah. Penggunaan air beras sebagai
pupuk
organik cair dapat dilakukan karena air beras memiliki kandungan seperti
protein,
karbohidrat, lemak serta unsur-unsur hara dan zat perangsang tumbuh
yang sangat
berguna untuk tanaman Unsur-unsur hara yang cukup lengkap pada air
beras
dapat memacu pertumbuhan tanaman menjadi subur, pembungaan dan
pembuahan bisa berlangsung lancar, serta tanaman dapat berproduksi
sesuai yang
diharapkan.

BAB II PEMBAHASAN
 Pupuk Organik Cair
Pupuk organik cair atau yang sering disingkat dengan POC adalah
larutan dari hasil pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari
sisa tanaman, kotoran hewan atau manusia. POC merupakan pupuk hasil
fermentasi yang berasal dar berbagai bahan organik yang mengandung
beberapa macam asam amino, fitohormon, dan vitamin yang berperan
dalam merangsang dan meningkatkan pertumbuhan mikroba dalam
tanah (Simarmata, 2015 dalam Kurniawati, dkk, 2015).
Pupuk organik cair adalah larutan hasil dari pembusukan bahan-
bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan
manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Pada
umumnya pupuk cair organik tidak merusak tanah dan tanaman
meskipun digunakan sesering mungkin. Selain itu, pupuk cair juga dapat
dimanfaatkan sebagai aktivator untuk membuat kompos (Lingga dan
Marsono, 2018).

Pupuk organik cair dapat dibuat dari beberapa jenis sampah organik
yaitu sampah sayur baru, sisa sayuran basi, sisa nasi, sisa ikan, ayam,
kulit telur, sampah buah seperti anggur, kulit jeruk, apel dan lain-lain
(Hadisuwito, 2017). Bahan organik basah seperti sisa buah dan sayuran
merupakan bahan baku pupuk cair yang sangat bagus karena selain
mudah terdekomposisi, bahan ini juga kaya akan hara yang dibutuhkan
tanaman. Semakin tinggi kandungan selulosa dari bahan organik, maka
proses penguraian akan semakin lama (Purwendro dan Nurhidayat,
2016).
 Limbah Pasar
Limbah diartikan sebagai sisa-sisa bahan yang telah mengalami
pengolahan. Limbah merupakan material sisa dari suatu proses atau
perlakuan yang telah diambil bagian utamanya dan sudah tidak bermanfaat.
Dari segi ekonomi, limbah dipandang sebagai suatu bahan sisa yang tidak
ada harganya dan dari segi lingkungan, limbah dapat menyebabkan
pencemaran serta gangguan. Menurut Wijaya dan yohanes (2016) limbah
adalah segala sesuatu yang sudah tidak dapat dipakai lagi sebagai barang
produksi maupun konsumsi yang jika langsung dibuang ke lingkungan
tanpa diolah terlebih dahulu maka akan menjadi beban bagi lingkungan itu
sendiri.
Berdasarkan sifatnya, limbah dapat dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu limbah organik dan anorganik. Limbah organik merupakan limbah
yang dianggap sudah tidak terpakai namun masih dapat digunakan jika
diolah dengan cara yang tepat. Limbah organik merupakan limbah yang
berasal dari makhluk hidup, contohnya adalah sisa-sisa sayuran, hewan,
kertas, potongan-potongan kayu, ranting dan rumput. Limbah anorganik
adalah limbah yang dihasilkan dari bahan-bahan non hayati, baik berupa
produk sintetik maupun hasil pengolahan teknologi. Contoh limbah
anorganik adalah botol plastik, tas plastik, kaleng, plastik pembungkus
makanan atau minuman, kaca dan sebagainya (Nugroho, 2018).
 Buah Dalam Pembuatan MOL (Mikroorganisme local)
Buah-buahan merupakan bahan pangan sumber vitamin. Buah cepat
sekali rusak oleh pengaruh mekanik, kimia dan mikrobiologi sehingga
mudahmenjadi busuk (Dewi, 2014). Pada dasarnya buah-buahan memiliki
kadar air yang sangat tinggi yaitu sekitar 70-95% sehingga mudah sekali
mengalami kerusakan (perishable ) setelah dilakukannya pemanenan,
seperti mudah busuk dan mudah susut bobotnya. Kandungan air yang
tinggi pada buah dapat memacu aktivitas enzim dan mikroba yang
menyebabkan buah tersebut sangat mudah mengalami kerusakan
(hadisuito, 2019).
 Pepaya(Carica papaya L.)
Buah pepaya (Carica papaya L.) tergolong buah klimaterik berdaya
simpan singkat, sehingga dapat matang selama dalam penyimpanan dan
puncak klimaterik dicapai 6 hari setelah dipanen (Suyanti, 2011) . Buah
pepaya mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi dan termasuk dalam
lima besar jenis buah-buahan yang berpotensi di Indonesia. Buah pepaya
merupakan buah yang penting untuk pasar lokal serta sebagai lahan bisnis
yang sangat menguntungkan baik bagi petani maupun pedagang
(Sunarjono, 1998).
Menurut Kalie (2008), selain rasanya yang enak pepaya juga
digemari orang karena banyak mengandung zat gizi, di antaranya yang
paling banyak adalah vitamin dan mineral. Nilai energinya adalah 200
kj/100 gram. Kandungan gula utama pepaya yaitu 48,3% sukrosa, 29,8%
glukosa dan 21,9% fruktosa. Kandungan vitamin dalam 100 gram bagian
pepaya yang dapat dimakan adalah 365 SI vitamin A, 78 mg vitamin C,
sedangkan kandungan mineral dalam 100 gram pepaya dapat dilihat
Tabel 4.
Tabel 4. Kandungan gizi buah pepaya per 100 gram daging
buah.
Besi (Fe) 1,7 mg
Kalsium (Ca) 23 mg
Magnesium (Mg) 0,25 mg
Fosfor (P) 12 mg
Kalium 0,204 gram
Karbohidrat 12,2 gram
Protein 0,5 gram
Serat 0,7 gram
Air 86,7 gram
Sumber: Astuti, 2008.
 Limbah Air Cucian Beras
Limbah air cucian beras berasal dari hasil membersihkan beras
sebelum dimasak. Air cucian beras biasa juga disebut dengan leri. Limbah
air cucian beras sejauh ini hanya dibuang begitu saja dan tidak
dimanfaatkan. Air cucian beras banyak mengandung unsur hara yang
dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman. Salah satu kandungan unsur
hara yang terdapat pada air cucian beras adalah fosfor (Yuliarti, 2017).
Fosfor merupakan salah satu unsur hara makro yaitu unsur yang
dibutuhkan oleh tumbuhan dalam jumlah banyak.
Menurut Liferdi, dkk, 2008 fosfor berperan dalam pembentukan bunga
dan buah, bahan pembentuk inti sel dandinding sel, mendorong pemasakan
klorofil, dan berfungsi dalam pengangkutan energi hasil metabolisme
dalam tanaman. Selain itu pada limbah air cucian beras juga mengandung
senyawa organik dan mineral seperti kalium, magnesium, sulfur, besi, dan
vitamin B1. Vitamin B1 merupakan salah satu kelompok vitamin B yang
berperan dalam metabolisme tanaman yaitu mengkonversikan karbohidrat
menjadi energi bagi tumbuhan (Wulandari, dkk, 2018).
Air cucian beras mengandung vitamin dan gizi yang diperlukan dalam
metabolisme sel mikrobia (Hidayatullah, 2012). Hasil analisis unsur hara
air limbah cucian beras mengandung hara NH4 14,09 ppm, NO3 194,18
ppm, P 114,6 ppm, K 60 ppm, Ca 13,4 ppm, Mg 40,9 ppm, Fe 0,07 ppm, Al
0,27 ppm, dan Mn 0,23 ppm (Elfarisna dkk., 2014). Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa air cucian beras yang disimpan 2 minggu pada
beberapa jenis tanaman dapat menggantikan pupuk kimia/organik.
 Mikroorganisme Lokal (MOL)
Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang
dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat
maupun pupuk cair (Budiyani dkk., 2016). Pemanfaatan limbah pertanian
seperti buah-buahan tidak layak konsumsi untuk diolah menjadi MOL
dapat meningkatkan nilai tambah limbah, serta mengurangi pencemaran
lingkungan(Juanda dkk., 2011).
Larutan mikroorganisme lokal (MOL) merupakan larutan hasil
fermentasi yang berbahan dasar dari berbagai sumber daya yang tersedia
setempat. Unsur hara mikro dan makro pada larutan MOL mengandung
bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang
pertumbuhan, dan sebagai agen pengendali hama dan penyakit tanaman.
sehingga MOL dapat digunakan baik sebagai pupuk hayati, dekomposer,
dan pestisida organik terutama sebagai fungisida (Nappu dkk., 2011).
Adapun bakteri yang termasuk perombak bahan organik adalah
Trichoderma reesei, T. harzianum, T. koningii, Phanerochaeta
crysosporium, Cellulomonas, Psedumonas, dan Aspergillus niger (Nisa
dkk., 2016). Larutan MOL yang telah mengalami proses fermentasi dapat
digunakan sebagai dekomposer dan pupuk cair untuk meningkatkan
kesuburan tanah dan sumber unsur hara bagi pertumbuhan tanaman.
 Fermentasi
Menurut Nugroho (2013), Fermentasi adalah proses produksi
energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Fermentasi
merupakan proses mikrobiologi yang dikendalikan oleh manusia untuk
memperoleh produk yang berguna, dimana terjadi pemecahan
karbohidrat dan asam amino secara anarob. Peruraian dari kompleks
menjadi sederhana dengan bantuan mikroorganisme sehingga
menghasilkan energi (Amaral, 2013). Pada proses fermentasi terjadi
dekomposisi terhadap bentuk fisik padatan dan pembebasan sejumlah
unsur penting dalam bentuk senyawa-senyawa kompleks maupun
senyawa-senyawa sederhana ke dalam larutan fermentasi (Handayani
dkk., 2015).
Fermentasi terjadi karena adanya aktivitas mikroorganisme
penyebab fermentasi pada substrat organik yang sesuai, proses ini dapat
menyebabkan perubahan sifat bahan tersebut. Lama fermentasi
dipengaruhi oleh faktor- faktor yang secara langsung maupun tidak
langsung berpengaruh dalam proses fermentasi. Waktu fermentasi MOL
berbeda-beda antara satu jenis bahan MOL dengan yang lainnya dan
tergantung dari ketersediaan makanan yang digunakan sebagai sumber
energi dan metabolisme dari mikroorganisme(Saragih, 2017).
 Bioaktivator
Menurut Wahyono (2010), bioaktivator adalah bahan aktif biologi
yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting.
Bioaktivator bukanlah pupuk, melainkan bahan yang mengandung
mikroorganisme efektif yang secara aktif dapat membantu : (1)
Mendekomposisi dan memfermentasi sampah organik, limbah ternak, (2)
Menghambat pertumbuhan hama dan penyakit tanaman dalam tanah, (3)
Membantu meningkatkan kapasitas fotosintesis tanaman, (4)
Menyediakan nutrisi bagi tanaman serta membantu proses penyerapan
dan penyaluran hara dari akar kedaun, (5) Meningkatkan kualitas bahan
organik sebagai pupuk (6) Menghasilkan energi, misalnya pada proses
pembuatan biogas.
Pada proses pengomposan bahan organik ditambahkan
bioaktivator yang mengandung mikroorganisme yang dapat mereduksi
lignin, selulosa, protein, lipid, amilum dan mikroorganisme yang dapat
memfiksasi nitrogen. Mikroorganisme yang terkandung dalam
bioaktivator dapat mempercepat laju pengomposan bahan organik
sehingga kandungan fosfat dapat dimanfaatkanlangsung oleh tumbuhan.
Kelebihan penggunaaan bioaktivator yaitu bioaktivator mengandung
strain terpilih berdaya adaptasi tinggi yang dikemas dalam bahan
pembawa alami sehingga dapat mempertahankan daya hidup mikroba.

 Pembuatan Bioaktivator dari limbah Pepaya(Carica Papaya L)


1. Haluskan bahan – bahan yang tersedia, yaitu limbah papaya dan
kulitnya dengan menggunakan blender.
2. Bahan – bahan yang telah dihaluskan kemudian masukkan ke
dalam ember atau drum.
3. Tambahkan gula pasir, air kelapa dan atau air nira yang telah encer
dengan air sumur.
4. Biarkan ember atau drum dalam keadaan tertutup sehingga terjadi
pembiakan bakteri baik. Proses fermentasi biasanya berlangsung
cepat sekitar 7 hari paling cepat 4 hari dan paling lama 2 minggu.
5. Kemudian saring air hasil fermentasi dengan saringan lalu
masukkan ke dalam jerigen.
6. Tutup rapat jerigen, EM4 dari limbah pepaya siap digunakan.
7. Pada keadaan kedap udara EM4 dari limbah pepaya yang telah
mampu bertahan selama 6 bulan penyimpanan.

 Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC)

Pembuatan pupuk organik cair limbah buah pepaya (Carica papaya


L) dan air cucian beras dilakukan dengan menggunakan metode menurut
Rambitan dan Sari (2013), yaitu sebagai berikut :
a. Limbah pepaya (Carica papaya L) yang digunakan adalah kulit
limbah dari pepaya 10 kg. Pangkal dan ujung pepaya (Carica
papaya L) dipotong sehingga hanya tersisa kulit pepayaa saja,
kemudian dipotong kecil – kecil menggunakan pisau. Limbah
pepaya (Carica papaya L) yang sudah dipotong kemudian
dihaluskan dengan menggunakan mesin APO guna
melumatkan bahan organik agar lebih mudah diolah oleh
aktivitas mikroorganisme perombak pada pembuatan pupuk.
b. Limbah pepaya (Carica papaya L) yang sudah halus
dimasukkan ke dalam drum plastik, kemudian ditambahkan
250 ml bioaktivator pengganti EM4 yaitu pepaya dan air cucian
beras, 10 L air, dan 250 ml larutan gula pasir dengan air cucian
beras.

c. Setelah semua bahan dimasukkan, kemudian diaduk sampai


tercampur dengan rata. Drum plastik ditutup dan didiamkan
sampai 2 minggu agar semua bahan terfermentasi dengan
baik.
d. Akhir proses fermentasi ditandai dengan timbulnya gas,
terdapat tetes – tetes air ditutup drum, bau keasaman, warna
larutan coklat keruh, tampak gelembung gas kecil – kecil di
dalam larutan maupun pada dinding drum.
e. Hasil fermentasi disaring sehingga ampas pepaya dan air
cucian beras cairan terpisah.
f. Lakukan pengecekan pada hari ke-7, jika sudah mengeluarkan
aroma tape maka MOL sudah dapat digunakan.

Dari hasil pengamatan proses pembuatan pupuk organik cair


(POC) dari limbah pepaya dan air cucian beras dimana limbah pepaya
sebagai bioaktivator pengganti EM4 terjadi perubahan yang signifikan
yaitu ditandai dengan terjadinya proses perubahan bau, dari yang mulanya
berbau busuk berubah menjadi berbau tape/alkohol. Hal ini menandakan
bahwa telah terjadi proses fermentasi secara sempurna,karena adanya
aktivitas mikroorganisme yang ada pada sumber bakteri tersebut seperti
pada gambar
BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. kualitas pupuk organik cair dengan cara fermentasi dari bahan
baku limbah pepaya (carica papaya L) dicampur Mol air cucian
beras pada tanaman cabai mampu menjadi alternatif pengganti
pupuk kimia hal tersebut dibuktikan dengan selisih yang tidak
jauh pada tinggi batang dan jumlah daun antara perlakuan yang
menggunakan MOL limbah pepaya (carica papaya L) dan air
cucian beras dengan pupuk kimia.
2. Pupuk organik cair limbah pepaya (carica papaya L) dan limbah
air cucian beras berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan
tanaman cabai, yaitu terhadap tinggi batang dan jumlah daun.

3.2 Kritik Dan Saran


1. Perlu dilakukan uji kandungan terhadap pupuk organik cair
limbah pepaya (Carica Papaya L.) lebih lanjut lagi agar dapat
diketahui kandungan unsur hara yang terkandung pada pupuk
organik cair limbah pepaya dan air cucian beras.
2. Perlu dilakukan pengukuran intensitas cahaya agar diketahui
lahan tepat atau tidak untuk dilakukan penanaman tanaman
cabai.

DAFTAR PUSTAKA

Ansorudin, Batubara, L. R., & Permadi, A. I. (2017). Respon pertumbuhan


dan produksi tanaman selada merah (Red lettuce) terhadap
pemberian bokashi enceng gondok dan bokashi ampas tebu. Jurnal
Penelitian Pertanian BERNAS ,13(1), 66-71.
Arinong, A. R., Vandalisna., Dan Asni. 2014. Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) dengan Pemberian
Mikroorganisme lokal (MOL) dan Pupuk Kandang Ayam. Jurnal
Agrisistem . 10(1): 40-46.
Hadisuwito, S. (2019). Membuat Pupuk Kompos Cair. AgroMedia: Jakarta.
Handayani, S.H., A. Yunus dan A. Susilowati. 2014. Uji Kualitas Pupuk
Organik Cair Dari Berbagai Macam Mikroorganisme Lokal (MOL).
Jurnal El-Vivo Vol. 3. No.1. Hal. 54 – 60, April 2015.
Haryadi, D., Husna., dan Sri. 2015.Pengaruh Pemberian Beberapa Jenis
Pupuk terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kailan (Brassica
alboglabra L.).Jom Faperta Vol. 2 No. 2: 4 – 7
Herniwati dan Salamba, H.N. 2012. Efektivitas Beberapa Mikro Organisme
Lokal (Mol) Sebagai Biodekomposer Dalam Pengolahan Bahan
Organik Yang Diperkaya Zeolit. Prosiding BPTP Sulawesi Utara-Badan
Litbang Kementerian Pertanian.
Ida, R.E. 2009. Biomassa sebagai Bahan Baku Bioetanol. Jurnal Litbang
Pertanian, No. 3 Vol. 28.
Juanda, Irfan, dan Nurdiana. 2017. Pengaruh metode dan lama fermentasi
terhadap mutu MOL (mikroorganisme lokal). Jurnal Floratek 6:140-143.
Kesumadewi, A.A.I. 2015. Panduan Praktikum Biologi Tanah . Denpasar:
Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana.

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai