Disusun oleh :
Miladunka Junisvi
SMA NEGERI 1 KOTA BENGKULU
MASA BAKTI 2022/2023
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
...............................................................................................i
DAFTAR ISI
..........................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...........................................................................1
1.2 RUMUSAN
MASALAH.......................................................................2
1.3 TUJUAN DAN
MANFAAT..................................................................2
1.4 RUANG
LINGKUP...............................................................................3
1.5 RUANG
TEORI.....................................................................................3
BAB II
PEMBAHASAN........................................................................................5
BAB III
PENUTUP..............................................................................................12
3.1
KESIMPULAN....................................................................................12
3.2 KRITIK DAN
SARAN........................................................................12
DAFTAR
PUSTAKA...........................................................................................13
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Indonesia merupakan kawasan yang sangat potensial untuk
bercocok tanam. Kesuburan tanahnya telah terbukti mampu
menumbuhkan aneka ragam tumbuhan dan tanaman pangan yang
berlimpah. Pupuk organik merupakan pupuk yang sebagian besar atau
seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari makhluk hidup,
seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia. Salah satu
cara yang aman untuk menanggulangi menurunya populasi
mikroorganisme dalam tanah yaitu dengan beralih menggunakan pupuk
organik. Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan
untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pada umumnya,
bahan dasar pembuatan pupuk organik adalah sumber daya yang tersedia
di sekitar lingkungan seperti limbah buah-buahan, bonggol pisang, urin
sapi, keong mas, limbah pasar, sampah sampah rumah tangga dan syuran.
Bahan- bahan tersebut merupakan tempat yang disukai oleh
mikroorganisme sebagai media untuk hidup dan berkembangnya
mikroorganisme yang berguna untuk mempercepat penghacuran bahan-
bahan organik atau sebagai nutrisi bagi tanaman (Handayani, 2015)
Alternatif pengolahan limbah organik yang efektif adalah dengan
melakukan proses fermentasi menjadi pupuk organik cair.
Mikroorganisme local(MOL) dianggap sebagai teknologi alternative
pengganti pupuk kimia yang mengandung bahan alami dan tidak merusak
lingkungan. Mikroorganisme lokal (MOL) limbah pepaya dan air cucian
beras bisa digunakan sebagai bioaktivator dalam pembuatan pupuk
organik cair menggantikan EM4. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang ‘Proses pembuatan pupuk
organik cair dengan cara fermentasi dari bahan baku limbah pepaya
(carica papaya L) dicampur Mol air cucian beras sebagai alternatif
pengganti penggunaan pupuk kimia’.
1.2Rumusan Masalah
1. Apakah kualitas pupuk organik cair dengan cara fermentasi dari
bahan baku limbah pepaya (carica papaya L) dicampur Mol air
cucian beras pada tanaman cabai mampu menjadi alternatif
pengganti pupuk kimia ?
2. Bagaimana pengaruh Pupuk Organik Cair dari bahan baku limbah
pepaya (carica papaya L) dicampur Mol air cucian beras pada
Pertumbuhan Bibit Tanaman cabai sebagai alternative pengganti
pupuk kimia?
1.3Tujuan
1. Mengetahui kualitas pupuk organik cair dengan cara fermentasi dari
bahan baku limbah pepaya (carica papaya L) dicampur Mol air
cucian beras pada tanaman cabai mampu menjadi alternatif
pengganti pupuk kimia
2. Mengetahui pengaruh Pupuk Organik Cair dari bahan baku limbah
pepaya (carica papaya L) dicampur Mol air cucian beras pada
Pertumbuhan Bibit Tanaman cabai sebagai alternatif pengganti
pupuk kimia
Manfaat
1. Bagi Peneliti
Mampu menambah keterampilan, wawasan serta pengalaman baru
dalam proses pembuatan pupuk organik cair (POC) bahan baku
limbah pepaya (carica papaya L) dicampur mol air cucian beras
sebagai alternatif pengganti penggunaan pupuk kimia.
2. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada pembaca tentang keunggulan pupuk
organik cair serta menjadi referensi baru pengolahan lanjutan
limbah pepaya (carica papaya L) sebagai alternatif pengganti
penggunaan pupuk kimia yang ekonomis dan ramah lingkungan dan
sebagai sarana acuan penelitian baru yang dapat dikembangkan
untuk meningkatkan hasil produksi pengolahan buah pepaya(carica
papaya L) busuk serta air cucian beras sebagai bioaktivator
pengganti EM4 dalam bidang industri dan pangan.
BAB II PEMBAHASAN
Pupuk Organik Cair
Pupuk organik cair atau yang sering disingkat dengan POC adalah
larutan dari hasil pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari
sisa tanaman, kotoran hewan atau manusia. POC merupakan pupuk hasil
fermentasi yang berasal dar berbagai bahan organik yang mengandung
beberapa macam asam amino, fitohormon, dan vitamin yang berperan
dalam merangsang dan meningkatkan pertumbuhan mikroba dalam
tanah (Simarmata, 2015 dalam Kurniawati, dkk, 2015).
Pupuk organik cair adalah larutan hasil dari pembusukan bahan-
bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan
manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Pada
umumnya pupuk cair organik tidak merusak tanah dan tanaman
meskipun digunakan sesering mungkin. Selain itu, pupuk cair juga dapat
dimanfaatkan sebagai aktivator untuk membuat kompos (Lingga dan
Marsono, 2018).
Pupuk organik cair dapat dibuat dari beberapa jenis sampah organik
yaitu sampah sayur baru, sisa sayuran basi, sisa nasi, sisa ikan, ayam,
kulit telur, sampah buah seperti anggur, kulit jeruk, apel dan lain-lain
(Hadisuwito, 2017). Bahan organik basah seperti sisa buah dan sayuran
merupakan bahan baku pupuk cair yang sangat bagus karena selain
mudah terdekomposisi, bahan ini juga kaya akan hara yang dibutuhkan
tanaman. Semakin tinggi kandungan selulosa dari bahan organik, maka
proses penguraian akan semakin lama (Purwendro dan Nurhidayat,
2016).
Limbah Pasar
Limbah diartikan sebagai sisa-sisa bahan yang telah mengalami
pengolahan. Limbah merupakan material sisa dari suatu proses atau
perlakuan yang telah diambil bagian utamanya dan sudah tidak bermanfaat.
Dari segi ekonomi, limbah dipandang sebagai suatu bahan sisa yang tidak
ada harganya dan dari segi lingkungan, limbah dapat menyebabkan
pencemaran serta gangguan. Menurut Wijaya dan yohanes (2016) limbah
adalah segala sesuatu yang sudah tidak dapat dipakai lagi sebagai barang
produksi maupun konsumsi yang jika langsung dibuang ke lingkungan
tanpa diolah terlebih dahulu maka akan menjadi beban bagi lingkungan itu
sendiri.
Berdasarkan sifatnya, limbah dapat dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu limbah organik dan anorganik. Limbah organik merupakan limbah
yang dianggap sudah tidak terpakai namun masih dapat digunakan jika
diolah dengan cara yang tepat. Limbah organik merupakan limbah yang
berasal dari makhluk hidup, contohnya adalah sisa-sisa sayuran, hewan,
kertas, potongan-potongan kayu, ranting dan rumput. Limbah anorganik
adalah limbah yang dihasilkan dari bahan-bahan non hayati, baik berupa
produk sintetik maupun hasil pengolahan teknologi. Contoh limbah
anorganik adalah botol plastik, tas plastik, kaleng, plastik pembungkus
makanan atau minuman, kaca dan sebagainya (Nugroho, 2018).
Buah Dalam Pembuatan MOL (Mikroorganisme local)
Buah-buahan merupakan bahan pangan sumber vitamin. Buah cepat
sekali rusak oleh pengaruh mekanik, kimia dan mikrobiologi sehingga
mudahmenjadi busuk (Dewi, 2014). Pada dasarnya buah-buahan memiliki
kadar air yang sangat tinggi yaitu sekitar 70-95% sehingga mudah sekali
mengalami kerusakan (perishable ) setelah dilakukannya pemanenan,
seperti mudah busuk dan mudah susut bobotnya. Kandungan air yang
tinggi pada buah dapat memacu aktivitas enzim dan mikroba yang
menyebabkan buah tersebut sangat mudah mengalami kerusakan
(hadisuito, 2019).
Pepaya(Carica papaya L.)
Buah pepaya (Carica papaya L.) tergolong buah klimaterik berdaya
simpan singkat, sehingga dapat matang selama dalam penyimpanan dan
puncak klimaterik dicapai 6 hari setelah dipanen (Suyanti, 2011) . Buah
pepaya mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi dan termasuk dalam
lima besar jenis buah-buahan yang berpotensi di Indonesia. Buah pepaya
merupakan buah yang penting untuk pasar lokal serta sebagai lahan bisnis
yang sangat menguntungkan baik bagi petani maupun pedagang
(Sunarjono, 1998).
Menurut Kalie (2008), selain rasanya yang enak pepaya juga
digemari orang karena banyak mengandung zat gizi, di antaranya yang
paling banyak adalah vitamin dan mineral. Nilai energinya adalah 200
kj/100 gram. Kandungan gula utama pepaya yaitu 48,3% sukrosa, 29,8%
glukosa dan 21,9% fruktosa. Kandungan vitamin dalam 100 gram bagian
pepaya yang dapat dimakan adalah 365 SI vitamin A, 78 mg vitamin C,
sedangkan kandungan mineral dalam 100 gram pepaya dapat dilihat
Tabel 4.
Tabel 4. Kandungan gizi buah pepaya per 100 gram daging
buah.
Besi (Fe) 1,7 mg
Kalsium (Ca) 23 mg
Magnesium (Mg) 0,25 mg
Fosfor (P) 12 mg
Kalium 0,204 gram
Karbohidrat 12,2 gram
Protein 0,5 gram
Serat 0,7 gram
Air 86,7 gram
Sumber: Astuti, 2008.
Limbah Air Cucian Beras
Limbah air cucian beras berasal dari hasil membersihkan beras
sebelum dimasak. Air cucian beras biasa juga disebut dengan leri. Limbah
air cucian beras sejauh ini hanya dibuang begitu saja dan tidak
dimanfaatkan. Air cucian beras banyak mengandung unsur hara yang
dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman. Salah satu kandungan unsur
hara yang terdapat pada air cucian beras adalah fosfor (Yuliarti, 2017).
Fosfor merupakan salah satu unsur hara makro yaitu unsur yang
dibutuhkan oleh tumbuhan dalam jumlah banyak.
Menurut Liferdi, dkk, 2008 fosfor berperan dalam pembentukan bunga
dan buah, bahan pembentuk inti sel dandinding sel, mendorong pemasakan
klorofil, dan berfungsi dalam pengangkutan energi hasil metabolisme
dalam tanaman. Selain itu pada limbah air cucian beras juga mengandung
senyawa organik dan mineral seperti kalium, magnesium, sulfur, besi, dan
vitamin B1. Vitamin B1 merupakan salah satu kelompok vitamin B yang
berperan dalam metabolisme tanaman yaitu mengkonversikan karbohidrat
menjadi energi bagi tumbuhan (Wulandari, dkk, 2018).
Air cucian beras mengandung vitamin dan gizi yang diperlukan dalam
metabolisme sel mikrobia (Hidayatullah, 2012). Hasil analisis unsur hara
air limbah cucian beras mengandung hara NH4 14,09 ppm, NO3 194,18
ppm, P 114,6 ppm, K 60 ppm, Ca 13,4 ppm, Mg 40,9 ppm, Fe 0,07 ppm, Al
0,27 ppm, dan Mn 0,23 ppm (Elfarisna dkk., 2014). Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa air cucian beras yang disimpan 2 minggu pada
beberapa jenis tanaman dapat menggantikan pupuk kimia/organik.
Mikroorganisme Lokal (MOL)
Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang
dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat
maupun pupuk cair (Budiyani dkk., 2016). Pemanfaatan limbah pertanian
seperti buah-buahan tidak layak konsumsi untuk diolah menjadi MOL
dapat meningkatkan nilai tambah limbah, serta mengurangi pencemaran
lingkungan(Juanda dkk., 2011).
Larutan mikroorganisme lokal (MOL) merupakan larutan hasil
fermentasi yang berbahan dasar dari berbagai sumber daya yang tersedia
setempat. Unsur hara mikro dan makro pada larutan MOL mengandung
bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang
pertumbuhan, dan sebagai agen pengendali hama dan penyakit tanaman.
sehingga MOL dapat digunakan baik sebagai pupuk hayati, dekomposer,
dan pestisida organik terutama sebagai fungisida (Nappu dkk., 2011).
Adapun bakteri yang termasuk perombak bahan organik adalah
Trichoderma reesei, T. harzianum, T. koningii, Phanerochaeta
crysosporium, Cellulomonas, Psedumonas, dan Aspergillus niger (Nisa
dkk., 2016). Larutan MOL yang telah mengalami proses fermentasi dapat
digunakan sebagai dekomposer dan pupuk cair untuk meningkatkan
kesuburan tanah dan sumber unsur hara bagi pertumbuhan tanaman.
Fermentasi
Menurut Nugroho (2013), Fermentasi adalah proses produksi
energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Fermentasi
merupakan proses mikrobiologi yang dikendalikan oleh manusia untuk
memperoleh produk yang berguna, dimana terjadi pemecahan
karbohidrat dan asam amino secara anarob. Peruraian dari kompleks
menjadi sederhana dengan bantuan mikroorganisme sehingga
menghasilkan energi (Amaral, 2013). Pada proses fermentasi terjadi
dekomposisi terhadap bentuk fisik padatan dan pembebasan sejumlah
unsur penting dalam bentuk senyawa-senyawa kompleks maupun
senyawa-senyawa sederhana ke dalam larutan fermentasi (Handayani
dkk., 2015).
Fermentasi terjadi karena adanya aktivitas mikroorganisme
penyebab fermentasi pada substrat organik yang sesuai, proses ini dapat
menyebabkan perubahan sifat bahan tersebut. Lama fermentasi
dipengaruhi oleh faktor- faktor yang secara langsung maupun tidak
langsung berpengaruh dalam proses fermentasi. Waktu fermentasi MOL
berbeda-beda antara satu jenis bahan MOL dengan yang lainnya dan
tergantung dari ketersediaan makanan yang digunakan sebagai sumber
energi dan metabolisme dari mikroorganisme(Saragih, 2017).
Bioaktivator
Menurut Wahyono (2010), bioaktivator adalah bahan aktif biologi
yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting.
Bioaktivator bukanlah pupuk, melainkan bahan yang mengandung
mikroorganisme efektif yang secara aktif dapat membantu : (1)
Mendekomposisi dan memfermentasi sampah organik, limbah ternak, (2)
Menghambat pertumbuhan hama dan penyakit tanaman dalam tanah, (3)
Membantu meningkatkan kapasitas fotosintesis tanaman, (4)
Menyediakan nutrisi bagi tanaman serta membantu proses penyerapan
dan penyaluran hara dari akar kedaun, (5) Meningkatkan kualitas bahan
organik sebagai pupuk (6) Menghasilkan energi, misalnya pada proses
pembuatan biogas.
Pada proses pengomposan bahan organik ditambahkan
bioaktivator yang mengandung mikroorganisme yang dapat mereduksi
lignin, selulosa, protein, lipid, amilum dan mikroorganisme yang dapat
memfiksasi nitrogen. Mikroorganisme yang terkandung dalam
bioaktivator dapat mempercepat laju pengomposan bahan organik
sehingga kandungan fosfat dapat dimanfaatkanlangsung oleh tumbuhan.
Kelebihan penggunaaan bioaktivator yaitu bioaktivator mengandung
strain terpilih berdaya adaptasi tinggi yang dikemas dalam bahan
pembawa alami sehingga dapat mempertahankan daya hidup mikroba.
3.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. kualitas pupuk organik cair dengan cara fermentasi dari bahan
baku limbah pepaya (carica papaya L) dicampur Mol air cucian
beras pada tanaman cabai mampu menjadi alternatif pengganti
pupuk kimia hal tersebut dibuktikan dengan selisih yang tidak
jauh pada tinggi batang dan jumlah daun antara perlakuan yang
menggunakan MOL limbah pepaya (carica papaya L) dan air
cucian beras dengan pupuk kimia.
2. Pupuk organik cair limbah pepaya (carica papaya L) dan limbah
air cucian beras berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan
tanaman cabai, yaitu terhadap tinggi batang dan jumlah daun.
DAFTAR PUSTAKA
DOKUMENTASI