Anda di halaman 1dari 45

BAHAN ORGANIK DAN BIOLOGI TANAH

Edisi Pertama

Agustinus Mangunsong dan Soemarsono

EDITOR

Aflizar, SP,MP.Ph.D
Ir.Mamang Wahyudi,MP

PENATA LETAK
Soemarsono

DESAIN SAMPUL
Annita

Cetakan Pertama : Februari 2019

Penerbit
Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
Jl. Raya Negara KM 7, Tanjung Pati , Kec. Harau
Kab. Limapuluh Kota, Sumatera Barat 26271
Telp : (0752) 7754192
Fax : (0752) 7750220
Email : lembagapenelitiandanpengabdian@gmail.com

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayahnya sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan Buku Ajar Bahan

Organik dan Biologi Tanah yang diperuntukkan khususnya untuk mahasiswa Program

Studi Pengelolaan Perkebunan Semester II dan IV Jurusan Budidaya Tanaman

Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh.

Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan dan

penyempurnaan buku ajar ini, diucapkan banyak terima kasih.

Sebagai karya manusia biasa, maka buku ajar ini mungkin belum sempurna

dan akan selalu disempurnakan. Oleh Karena itu adanya saran-saran dan masukan

sangat diharapkan dari para pembaca

Penulis

Desember 2018

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ i


DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
I. PENDAHULUAN 1
1.1. Capaian Pembelajaran ............................................................ 1
1.2. Pengertian Bahan Organik....................................................... 1
1.3. Latar Belakang Pemanfaatan Bahan Organik ............................ 1
II. SUMBER DAN PELAPUKAN BAHAN ORGANIK 3
2.1. Capaian Pembelajaran ............................................................ 3
2.2. Sumber Bahan Organik ........................................................... 3
2.3. Pelapukan Bahan Organik Dan Hasilnya ................................... 4
IV. MACAM-MACAM JENIS BAHAN ORGANIK 9
4.1. Capaian Pembelajaran , .......................................................... 9
4.2. Pupuk Kandang ...................................................................... 9
4.3. Pupuk Hijau ........................................................................... 11
4.4. Mulsa..................................................................................... 12
4.5. Kompos ................................................................................. 13
V. C/N RATIO 15
5.1. Capaian Pembelajaran............................................................. 15
5.2. C/N Ratio ............................................................................... 15
VI. PERANANAN BAHAN ORGANIK TERHADAP KESUBURAN TANAH 17
6.1. Capaian Pembelajaran ............................................................ 17
6.2. Memperbaiki Sifat Fisik Tanah ................................................. 17
6.3. Memperbaiki sifat kimia tanah ................................................. 19
6.4. Memperbaiki sifat biologi tanah ............................................... 20
VII. PUPUK ORGANIK 21
7.1. Tujuan Instruksional Khusus , ................................................. 21
7.2. Pengertian Pupuk dan Pemupukan .......................................... 21
7.3. Macam/Jenis Pupuk Organik Yang Beredar Di Pasar ................. 24
VIII. BIOLOGI TANAH 29
8.1. Capaian Pembelajaran ............................................................ 29
8.2. Klasifikasi Organisme Tanah .................................................... 29
8.3. Rhizosfir dan Pengaruh Organisme Tanah Terhadap Siklus
Hara ...................................................................................... 34
SUMBER PUSTAKA 39

ii
I. PENDAHULUAN

1.1. Capaian Pembelajaran

Mahasiswa diharapkan mampu :

1. Menjelaskan pengertian bahan organik

2. Menjelaskan latar belakang pemanfaatan bahan organik

1.2. Pengertian Bahan Organik

Saifuddin Sarief (1985) menuliskan di dalam bukunya bahwa yang dimaksud

dengan bahan organik adalah sisa-sisa tanaman dan hewan, khususnya yang telah

mengalami proses dekomposisi seperti pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, dll.

Pada prinsipnya, pengertian bahan organik yang dimaksud di atas adalah

relatif sama dengan apa yang dikemukakan oleh pakar-pakar ilmu tanah lainnya.

1.3. Latar Belakang Pemanfaatan Bahan Organik

Harga pupuk anorganik pada ssat ini, seperti Urea, SP-36, KCl dan lain-lain

semakin mahal saja sehingga sulit dijangkau oleh petani. Pemakaian dalam jumlah

yang besar memerlukan biaya yang sangat tinggi. Disamping harga yang mahal,

pupuk anorganik ini terkadang sangat langka dijumpai. Demikian pula pemakaian

pupuk anorganik dalam jumlah yang besar dan waktu yang lama, seperti

penggunaan pupuk Urea dapat pula menyebabkan tanah menjadi keras sehingga

dapat menurunkan produktifitas tanah. Oleh karena itu perlu dicari alternatif untuk

memecahkan permasalahan tersebut.

Penggunaan bahan organik atau pupuk organik dalam bidang pertanian

memberikan banyak manfaat untuk mengatasi masalah yang telah diuraikan di atas.

Manfaat tersebut antara lain yaitu :

1. Memperkaya tersedianya unsur hara di dalam tanah, meningkatkan pH dan KTK

1
2. Memperbaiki sifat fisik tanah, terutama dalam hal meningkatkan daya pegang air,

3. Memperbaiki tata udara tanah dan membentuk struktur tanah yang remah.

4. Memperbaiki sifat biologi tanah, terutama dalam hal meningkatkan jumlah dan

5. Aktivitas organisme (mikro organisme dan makro organisme) dalam tanah.

6. Bersifat konservatif terhadap pengaruh erosi. Adanya bahan organik akan

memperbesar air terinfiltrasi dan memperkecil aliran permukaan (run off) serta

mengurangi pukulan air hujan secara langsung pada partikel tanah.

7. Pemanfaatan limbah dari tanaman dan hewan. Limbah pertanian bila tidak

dikelola dengan baik dapat menyebabkan banyak permasalahan, diantaranya

yaitu : pencemaran lingkungan (bau) ; mengganggu kegiatan pertanian;

mempersempit areal pertanian; menjadi sarang/inang hama penyakit.

8. Mempunyai nilai tambah sebagai hasil sampingan dari kegiatan utama produksi

usahatani. Bila limbah pertanian dikelola dengan baik maka dapat bermanfaat

untuk dijadikan pupuk organik sehingga menghemat penggunaan pupuk

anorganik; bahan bakar ; media tumbuh jamur, dan lain-lain.

9. Dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan sumber hormon tumbuh alami.

10. Dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan pestisida alami.

2
II. SUMBER DAN PELAPUKAN BAHAN ORGANIK

2.1. Capaian Pembelajaran

Mahasiswa diharapkan mampu :

1. Menjelaskan sumber-sumber bahan organik

2. Menjelaskan proses pelapukan bahan organik dan hasilnya

2.2. Sumber Bahan Organik

Asal bahan organik tanah adalah jaringan tumbuhan. Dalam keadaan alami

bagian di atas tanah, akar pohon, semak-semak, rumput dan tanaman tingkat

rendah lainnya tiap tahun menyediakan sejumlah besar sisa-sisa organik Sebagian

besar dari tumbuhan bisa diangkut sebagai hasil panen, akan tetapi beberapa bagian

di atas tanah dan semua akar ditinggalkan. Karena bahan ini akan dirombak dan

dihancurkan oleh berbagai macam organisme tanah, hasilnya akan membentuk

bagian dari horizon di bawahnya, karena adanya proses adsorpsi atau proses

pencampuran fisik secara aktif.

Hewan, biasa dianggap sebagai sumber bahan organik kedua. Kalau hewan

memakan jaringan tumbuhan akan memberikan hasil samping dan meninggalkaan

bagian tubuh mereka sebagai peredaran hidupnya. Kehidupan hewan tertentu,

khususnya sentipoda ,cacing tanah dan semut mempunyai peranan yang penting

dalam merubah sisa-sisa tumbuhan.

Adanya perbedaan sumber bahan organik tanah tersebut, maka akan

menyebabkan terjadi perbedaan juga pengaruh yang akan diberikan ke dalam tanah.

Kondisi yang demikian itu berhubungan erat dengan komposisi atau susunan dari

bahan organik tersebut.

Komposisi atau susunan jaringan tumbuhan sangat berbeda jauh dengan

jaringan hewan. Pada umumnya jaringan tumbuhan lebih lambat hancur daripada

3
jaringan hewan. Air merupakan bagian terbesar yang menyusun jaringan tumbuhan

yaitu beragam dari 60 – 90 % dan rata-rata sekitar 75 %. Bagian padatan sekitar 25

% dari hidrat arang (60 %), protein 10 %, lignin 10 – 30 % dan lemak 1 – 8 %.

Berdasarkan dari unsur-unsur yang terkandung di dalamnya, maka 44% merupakan

karbon yang merupakan bagian yang terbesar, kemudian disusul oleh oksigen

sebanyak 40 %, dan masing-masing 8% merupakan kandungan hidrogen dan abu.

Susunan abu itu sendiri terdiri dari seluruh unsur hara yang diserap dan diperlukan

tanaman, kecuali C, H, dan O.

Walaupun kadar abu yang terdiri dari berbagai unsur itu hanya 8 %, tetapi

mereka memainkan peranan yang amat penting. Unsur-unsur C, H, dan O yang

mendominasi bahan kering tanaman tidak dapat bereaksi tanpa adanya unsur N, P,

K, Ca, Mg dan unsur-unsur mikro lainnya, karena itu pengaruh mereka harus

mendapat perhatian.

Karbohidrat tersusun dari C, H, dan O mulai dari bentuk gula sederhana

sampai selulosa. Lemak merupakan gliserida dan asam lemak seperti butirat, stearat,

oleat dan lain-lain. Lignin yang ditemukan dalam jaringan tua juga tersusun dari C,

H, dan O dalam bentuk struktur lingkaran. Protein merupakan senyawa paling

kompleks yang tersusun dari C, H, O, N, O, P, S, Fe dan beberapa unsur lainnya.

2.3. Pelapukan Bahan Organik Dan Hasilnya

Sumber dan komposisi bahan organik yang telah dikemukakan sangat

menentukan kecepatan dekomposisi dan senyawa yang dihasilkan.

1. Perubahan yang terjadi pada bahan organik segar yang diberikan

dalam tanah

4
Perubahan yang terjadi pada bahan organik segar yang diberikan dalam tanah

adalah sebagai berikut :

a. Senyawa yang terdapat dalam jaringan tumbuhan segar.

Senyawa yang terdapat dalam jaringan tumbuhan segar adalah

1) Sukar didekomposikan :

- Lignin

- Minyak

- Lemak

- Resin, dll

2) Mudah didekomposisikan :

- Selulosa

- Zat Pati

- Gula

- Protein, dll

b. Hasil intermedier :

1) Senyawa resisten :

- Resin

- Waks

- Minyak dan lemak

- Lignin, dll

2) Senyawa tidak resisten :

- Asam amino

- Amida

- Alkohol

- Aldehida, dll

5
c. Hasil dekomposisi

a. Hasil yang resisten : yaitu Humus (kompleks koloidal lignoprotein)

b. Hasil akhir yang sederhana :

- CO2 dan air

- Nitrat

- Sulfat

- Fosfat

- Senyawa Ca, dll

2. Kecepatan Dekomposisi Bahan Organik

Bahan organik dapat dikelompokkan berdasarkan kecepatan reaksi

dekomposisi, yaitu menjadi senyawa yang cepat didekomposisi dan senyawa yang

lambat sekali didekomposisikan. Hemiselulosa merupakan senyawa yang berada

diantara cepat dan lambat didekomposisikan.

Bahan organik yang cepat didekomposisikan adalah :

a. Gula, zat pati, dan protein sederhana

b. Protein kasar

Bahan organik yang lambat sekali didekomposisikan adalah :

a. Hemiselulosa

b. Selulosa

c. Lignin, lemak, waks, dll.

Kelompok pertama merupakan sumber energi yang mudah diperoleh,

sedangkan lignin merupakan senyawa yang paling resisten terhadap haancuran,

meskipun akhirnya juga merupakan sumber energi.

Reaksi umum bahan organik dalam tanah adalah :

a. Oksidasi enzimatik : CO2 , H2O, dan panas (energi) sebagai hasil utama

6
b. Reaksi spesifik : pembebasan dan atau inmobilisasi unsur esensial, seperti :

N, P, S, dll.

c. Sintesa : dari bahan resisten hancuran menjadi bentuk senyawa baru

(humus)

3. Proses Pembakaran

Proses ini dikenal sebagai proses oksidasi. Seluruh bahan organic yang

dirombak mengalami proses pembakaran dan melibatkan kerjasama jasad mikro.

Reaksi sederhananya adalah sebagai berikut :

( C, H, O ) + O2 Oksidasi Enzimatik CO2 + 2 H2O + Energi

(Bahan Organik)

Reaksi intermedier selalu menyertai reaksi tersebut, demikian pula reaksi-

reaksi sampingan akan terjadi simultan.

Dekomposisi protein selain menghasilkan CO2 dan air juga menghasilkan

amida, asam amino, amonium daan nitrat. Sebagian N ini digunakan sebagai

pembentuk tubuh jasad mikro, dalam hal ini bakteri, fungi (jamur) dan

aktinomycetes. Sebagian lagi dari N bereaksi dengan lignin dan senyawa resisten

lainnya membentuk humus tanah. Penambahan bahan organik ke dalam tanah akan

meningkatkan jumlah dan aktivitas jasad mikro tanah dan kembali seperti semula

sejalan dengan berkurangnya bahan organik tersebut.

Hasil akhir dari reaksi enzimatik adalah :

a. Energi yang dibebaskan oleh mikroba

b. Hasil akhir sederhana

c. Humus

4. Humus

7
Humus adalah senyawa kompleks yang tidak dapat terdekomposisi lagi

membentuk senyawa lain. Komposisi humus terdiri dari : a. Lignin; b. Minyak; c.

Polisakharida; d. Protein; dan e. Liat. Oleh karena itu nama lain dari humus adalah

Kompleks koloid ligno protein.

Sifat dan ciri humus adalah sebagai berikut :

1. Koloidal (bermuatan negatif) : muatan negatif berasal dari gugus karboksilat dan

hidroksil (COOH- dan OH- ).

2. Amorfus (tidak berbentuk)

3. Luas permukaan dan daya jerap lebih besar daripada liat

4. KTK = 150 – 300 me/100 gr , sedangkan KTK liat = 8 – 100 me/100 gr

5. Daya pegang air = 80 – 90 %, sedangkan liat : 15 – 20 %

6. Daya kohesi dan plastisitas rendah

7. Sumber energi bagi mikroba

8. Berwarna gelap

9. Kandungan N = 3 – 6 % ; C = ± 58 %

10. C/N ratio = 10 – 12

11. Kurang stabil karena merupakan subyek perombakan mikroba.

8
IV. MACAM-MACAM JENIS BAHAN ORGANIK

4.1. Capaian Pembelajaran ,

Mahasiswa diharapkan mampu :

1. Menjelaskan macam-macam bahan organik

2. Menjelaskan sifat dan ciri macam-macam bahan organik

4.2. Pupuk Kandang

Pupuk kandang merupakan pupuk yang berasal dari campuran kotoran dan

urine ternak atau hewan, serta sisa-sisa makanan. Kebanyakan berasal dari kuda,

sapi, kerbau, babi, kambing atau domba yang pada umumnya telah bercampur

dengan bahan-bahan yang telah dipergunakan sebagai alas tidur, serta dengan sisa

makanan dan air kencingnya. Pupuk kandang ini dapat dibagi kedalam dua bentuk.

Bentuk yang pertama ialah sebagai bahan padat (faeces) dan bentuk kedua adalah

bahan cair (urine).

Pupuk kandang mempunyai beberapa sifat yang lebih baik dari pupuk alam

lainnya, maupun dari pupuk buatan. Sifat-sifat baik ini antara lain adalah :

a. Merupakan humus (bunga tanah), yaitu merupakan zat-zat organis yang terdapat

di dalam tanah yang terjadi karena proses pemecahan sisa-sisa tanaman dan

hewan, terdiri dari zat organis yang sedang mengalami pelapukan, zat organis

peralihan yang masih dan sedang pemecahan yang tidak dapat pecah lagi

9
menjadi susunan yang lebih sederhana. Keseluruhannya berangsur-angsur

berubah menjadi hitam, seragam dan membentuk amorf.

b. Sebagai sumber hara nitrogen, fosfor, kalium yang amat penting bagi

pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Unsur-unsur tersebut berada dalam

keadaan yang seimbang. Selain mengandung unsur makro, pupuk kandang juga

mengandung unsur hara mikro seperti : Ca, Mg, Cu, Mn, Co dan Bo.

c. Menaikkan daya menahan air (daya pegang air). Akibat dari (a) di atas tanah

akan lebih mampu menahan banyak air sehingga air hujan tidak langsung

mengalir ke tempat yang lebih rendah atau meresap kedalam tanah. Adanya air

tanah memudahkan diserapnya bahan-bahan yang larut (unsur hara) oleh bulu

akar.

d. Banyak mengandung mikroorganisme. Mikroorganisme ini dapat menghancurkan

sampah-sampah yang ada dalam tanah hingga berubah menjadi humus. Selain

itu, mikroorganisme mensintesa senyawa-senyawa tertentu hingga berguna bagi

tanaman. Oleh karena hal-hal di atas, pupuk kandang dianggap sebagai pupuk

lengkap.

Nilai dan susunan pupuk kandang banyak dipengaruhi oleh berbagai factor,

antara lain adalah :

a. Makanan hewan yang bersangkutan

b. Fungsi hewan tersebut, apakah sebagai pekerja, pedaging atau petelur

c. Jenis atau macam hewan

d. Banyak dan jenisnya bahan yang dipergunakan sebagai alas kandang yang

tercampur dengan pupuk itu.

Untuk lebih jelasnya dilihat susunan kimia dari jenis ternak seperti yang

tercantum dalam Tabel 2.

10
Tabel 2. Susunan kimia dari Jenis Ternak

Ternak Excrement (%) H2O (%) N (%) P2O5 (%) K2O (%)
Kuda Padat 80 75 0,55 0,30 0,40
Cair 20 90 1,35 - 1,25
Total - 78 0,70 0,25 0,40
Sapi Padat 70 85 0,40 0,20 0,10
Cair 30 92 1,00 0,20 1,35
Total - 86 0,60 0,15 0,45
Kambing Padat 67 60 0,75 0,50 0,45
Cait 33 85 1,35 0,05 2,10
Total - 69 0,95 0,35 1,00
Babi Padat 60 80 0,55 0,50 0,45
Cair 40 97 0,40 0,10 0,45
Total - 87 0,50 0,35 0,40
Ayam Total - 55 1,00 0,80 0,40
Sumber : Nurhayati Hakim (1986)

Pupuk kandang yang baru diangkat dari kandang biasanya temperaturnya

tinggi (panas), oleh sebab itu tidak boleh langsung dibenamkan ke dalam tanaah

dekat perakaran (digunakan). Biasanya sebelum dipakai terlebih dahulu disimpan

(didinginkan) sekitar 1 – 2 minggu. Lebih baik bila dikeringkan lebih dahulu sebelum

digunakan.

4.3. Pupuk Hijau

Pupuk hijau adalah tanamaan/tumbuhan yang mampu menyumbangkan

unsure hara ke dalam tanah semasa hidupnya, umumnya dari famili Leguminosa.

Contoh-contoh tanaman leguminosa antara lain : 1) Crotalaria juncea ; 2) Crotalaria

anagyroides; 3) Glycine max; 4) Vigna sinensis; 5) Calopogonium mucunoides; 6)

Centrosoma pubescen; 7) Mimosa invisa.

Salah satu keistimewaan famili leguminosa adalah kemampuan tanaman

tersebut dengan bantuan bakteri yang terdapat pada bintil akar tanaman mampu

memfiksasi (mengikat) Nitrogen bebas dari udara. Pada tanaman legume ada dua

kelompok nodula yang terdapat pada akar tanaman, yang pertaama adalah nodula

efektif yang berwarna jingga (kemerahan). Nodula ini berukuran besar dan terdapat

11
pada akar primer dan akar sekunder. Pada nodula efektif inilah terdapat bakteri yang

mampu membantu tanaman mengikat N dari udara. Nodula (bintil akar) yang lain

adalah yang berukuran lebih kecil dan biasanya terdapat pada akar tertier dan

kuarter, berwarna hijau pucat. Pada bintil akar ini tidak terdapat bakteri sehingga

disebut nodula tidak efektif.

Tanaman legume menyerap nitrogen bebas dengan bantuan fiksasi nitrogen

oleh bakteri rhizobium, sedangkan nitrogen yang difiksasi oleh tanaman legume

mempunyai 3 kemungkinan, yaitu :

1. Nitrogen tersebut digunakan oleh tanaman inangnya sendiri

2. Nitrogen diekskresikan dari nodula (bintil akar) ke dalam tanah dan digunakan

oleh tanaman lain yang tumbuh di sekitarnya.

3. Apabila tanaman legume dibenamkan atau telah mati, maka nitrogen dapat

dibebaskan. Hal ini terjadi setelah melalui proses dekomposisi nodula dan jugaa

dari bagian lain tanaman.

4.4. Mulsa

Mulsa adalah bahan organk yang berasal dari sisa-sisa tanaman yang relatif

baru terdekomposisi sehingga seratnya masih utuh dan bahan asal masih mudaah

dikenali. Mulsa sering digunakaan sebagai penutup tanah yang bermanfaat untuk :

- Mempertahankan/melindungi struktur tanah dari pukulan air hujan sehingga

mencegah terjadinya erosi.

- Mengatur kelembaban tanah, sehingga kebutuhan air untuk tanaman relatif

terpenuhi.

- Memperkecil penguapan, sehingga kehilangaan air melalui tanah dapat dikurangi.

- Mempertahankan suhu tanah, sehingga tanah temperatur tanah tidak terlalu

panas.

12
- Memperbesar daya ikat air oleh tanaman.

Selain itu fungsi lain daripada mulsa adalah mencegah atau mengurangi

pertumbuhan gulma di areal tanaman serta menambah ketersediaan mikroorganisme

tanah. Mulsa yang telah terdekomposisi akan menambah ketersediaan unsure hara

di dalam tanah.

4.5. Kompos

Kompos adalah jenis pupuk alam yang dibuat dengan cara membusukkan

atau melapukkan bahan-bahan organik sisa panen dan juga sampah dengan

dicampur pupuk kandang, pupuk fosfat, dan sebagainya sesuai kebutuhan sehingga

mengalami pematangan dan menjadi bahan yang mempunyai perbandingan C/N

ratio yang rendah.

Di lingkungan alam terbuka, kompos bisa terjadi dengan sendirinya. Lewat

proses alami, rumput, daun-daunan dan kotoran hewan serta sampah lainnya lama

kelamaan membusuk karena kerjasama antara mikroorganisme tanah dengan cuaca.

Bahan organik yang dapat dibuat menjadi kompos ada bermacam-macam dengan

C/N ratio yang berbeda-beda. Bahan organik dengan C/N tinggi dengan proses

pengomposan akan berubah menjadi C/N ratio rendah mendekati C/N tanah

(Murbandono, 1982). Bahan-bahan organik yang dapat dijadikan kompos

diantaranya jerami (C/N ratio : 50-70), batang jagung (C/N ratio : 100), kulit buah

kakao (C/N ratio : 15-20) dan daun-daunan segar (C/N ratio : 10-20) serta sampah-

sampah pasar/kota setelah dilakukan pemisahan dari bahan-bahan tidak lapuk

(plastik, kaca, dan lain-lain).

Perubahan-perubahan pada pembuatan kompos :

- Senyawa hidrat arang (karbohidrat) seperti selulosa, hemiselulosa, dan

sebagainya

13
- diuraikan menjadi senyawa-senyawa CO2 dan H2O atau CH4 dan H2.

- Zat putih telur diuraikan melalui bentuk-bentuk amida dan asam amino menjadi

NH3,

- CO2 dan H2O.

- Penguraian lemak dan lilin menjadi CO2 dan air.

- Pelepasan kembali unsur-unsur hara yang menyusun tubuh mikroorganisme

(N,P,K,dll)

- setelah jasad-jasad mikro tersebut mati.

- Pembebasan unsur-unsur hara dari senyawa-senyawa organic (humus) menjadi

- senyawa-senyawa anorganik (mineral) melalui proses mineralisasi.

Pada tabel 3 berikut dapat dilihat komposisi kimia kompos yang berasal dari tandan

kosong kelapa sawit (TKKS), teh, dan kulit buah kakao

Sifat kimia TTKS Teh Kakao


pH 8 4,24 5,4
N total (%) 1,5 2,12 1,3
C-org (%) 35,1 34,60 33,71
C/N 23 16 26
P2O5 (%) 0,8 0,38 0,19
K2O (%) 2,5 0,73 5,5
CaO (%) 1,0 1,49 0,23
MgO (%) 0,9 0,38 0,59
Cu (ppm) - 89 -
Zn (ppm) - 102 -
Sumber : Yovita Hety Indriani (2011)

14
V. C/N RATIO

5.1. Capaian Pembelajaran

Mahasiswa diharapkan mampu :

1. Memahami pengertian C/N ratio

2. Memahami peranan C/N ratio dalam proses dekomposisi bahan organik

3. Memahami hubungan C/N ratio terhadap ketersediaan unsur hara

4. Memahami peranan bahan organik terhadap kesuburan tanah

5.2. C/N Ratio

Mikroba tanah merupakan agen pertama penghancur bahan organik dan

memerlukan makanan tertentu. Pada prakteknya C/N ratio adalah jumlah relatif

karbon terhadap nitrogen pada bahan organik yang dirombak. Satu masalah timbul

apabila kandungan nitrogen dari bahan organik yang dirombak kecil, maka terjadi

persaingan antara tanaman tingkat tinggi dan mikroba dalam memanfaatkan

nitrogen yang tersedia di dalam tanah. Karena kandungan karbon dalam bahan

organik relatif konstan yaitu berkisar 40 – 50 %, sementara kandungan nitogen

relatif bervariasi, sehingga C/N ratio juga menggambarkan kandungaan nitrogen

relatif di dalam bahan organik. Jadi C/N ratio merupakan petunjuk kemungkinan

kekurangan nitrogen dan persaingan diantara mikroba dan tanaman tingkat tinggi

dalam penggunaan nitrogen tersedia di dalam tanah.

Sisa-sisa tanaman memberikan bahan mentah untuk perombakan mikrobia

yang mengandung 50 persen karbon dan 1 persen nitogen (C/N = 50). Karbohidrat

dengan cepat dirombak dan menaikkan aktivitas mikroba. Selama proses

dekomposisi/perombakan bahan organik tersebut proses mineralisasi dan

immobilisasi unsur-unsur hara terjadi secara serentak. Proses mineralisasi adalah

peroses penguraian senyawa organik yang berasal dari bahan organik oleh

15
mikroorganisme menjadi senyawa anorganik sehingga menghasilkan unsur hara

yang dibutuhkan tanaman seperti N, P, K dan lain-lain. Sedangkan proses

immobilisasi adalah proses penghabisan unsur hara tersebut karena terpakai atau

dimanfaatkan oleh mikroba maupun tanaman. Hal-hal yang luar biasa adalah bila

immobilisasi nitrogen melebihi mineralisasi maka akan terjadi persaingan antara

mikroba dan tanaman yang berakibat nitrogen kurang tersedia bagi tanaman. Proses

di atas dapat terjadi bila C/N rati lebih dari 30. Pada kisaran C/N ratio 15 – 30 proses

immobilisasi sama dengan mineralisasi, sehingga nitrogen cukup tersedia bagi

tanman. Sedangkan bila C/N ratio lebih kecil dari 15 maka mineralisaasi melebihi

immobilisasi sehingga nitrogen sangat tersedia bagi tanaman, hal ini terjadi pada

humus. Nilai C/N ratio juga menggambarkan tingkat dekomposisi bahan organik.

Semakin lanjut atau telah lama berlangsung dekomposisi bahan organik maka nilai

C/N ratio semakin kecil dalam arti telah semakin meningkat nitrogen yang dihasilkan

dari proses dekomposisi, sebaliknya bila dekomposisi bahan organik masih baru atau

awal maka nilai C/N ratio semakin besar, artinya nitogen belum atau belum banyak

dihasilkan dari proses dekomposisi bahan organik. Di bawah ini dapat dilihat nilai C/N

ratio dari berbagai jenis bahaan organik :

- Tumbuhan segar : C/N ratio = 20 – 50

- Pupuk kandang : C/N ratio = 40 - 90

- Tanah : C/N ratio = 8 – 15

- Humus : C/N ratio = 10 – 12

- Organisme tanah : C/N ratio = 4 – 9

Untuk mengatasi C/N ratio bahan organik yang tinggi maka dapat ditambahkan

pupuk nitrogen (N), sedangkan untuk menurunkan C/N ratio yang tinggi perlu

dilakukan proses pengomposan.

16
VI. PERANANAN BAHAN ORGANIK TERHADAP KESUBURAN
TANAH

6.1. Capaian Pembelajaran

Mahasiswa diharapkan mampu :

1. Memahami peranan bahan organik terhadap sifat fisik tanah

2. Memahami peranan bahan organik terhadap sifat kimia tanah

3. Memahami peranan bahan organik terhadap sifat biologi tanah

6.2. Memperbaiki Sifat Fisik Tanah

Peranan bahan organik terhadap kesuburan tanah yang utama adalah

memperbaiki sifat fisik tanah. Peranan bahan organik ini sangat penting, karena

memperbaiki sifat fisik tanah jauh lebih sulit dibandingkan dengan memperbaiki sifat

kimia maupun biologi tanah. Sifat kimia tanah yang jelek relatif lebih cepat dan

mudah diperbaiki dengan cara pemupukan ataupun pengapuran, demikian pula

dengan sifat biologi tanah yang jelek dapat dengan mudah dan cepat diperbaiki

dengan memberikan mikroba atau makro organisme ke dalam tanah. Sebaliknya sifat

fisik tanah yang jelek dapat diperbaiki dengan cara yang relatif lebih lama atau lebih

sulit karena memerlukan proses yang lebih lama untuk merubah sifat fisik tanah.

Keberhasilan pemupukan, pengapuran maupun aktivitas organisme tanah untuk

tumbuh dan berkembang sangat dipengaruhi oleh sifat fisik tanah, artinya dengan

sifat fisik tanah yang baik maka proses penyerapan unsur hara oleh tanaman,

penguraian kapur, aktivitas organisme tanah akan lebih efektif, sebaliknya bila sifat

fisik tanahnya jelek maka upaya pemupukan, pengapuran maupun aktifitas

organisme tanah akan berjalan tidak efektif.

Sifat fisik tanah yang terpenting untuk dapat diperbaiki atau dirubah oleh

bahan organik antara lain yaitu :

17
1. Meningkatkan kemantapan agregat tanah dan pembentukan struktur tanah

2. Ikatan partikel tanah lebih kompak dengan ruang pori yang lebih banyak.

Ikatan antara partikel tanah yang lebih kompak tersebut disebabkan oleh :

a. Ikatan fisik melalui miselia jamur dan actinomycetes

b. Ikatan kimia antara muatan positif pada butir liat dengan muatan negatif

(gugus carboxyl/ COOH - ) pada bahan organik

c. Ikatan kimia antara muatan negatif pada butir liat dengan muatan positif
+
pada bahan organik (gugus amino/ NH4 )

d. Ikatan kimia antara muatan negatif pada butir liat dengan muatan negtaatif
+2 +2 +3
pada bahan organik dengan perantara pertautan basa (Ca ,Mg , Fe )

dan ikatan hidrogen ( H + ).

Ruang pori yang lebih banyak tersebut, disebabkan oleh bobot isi yang lebih

rendah pada bahan organik dengan luas permukaan jenis yang lebih besar (ukuran

partikel bahan organik yang lebih kecil) akan menempati/mengisi celah-celah pada

agregat tanah.

Partikel tanah yang lebih kompak dengan ruang pori yang lebih banyak akan

berakibat pada :

a. Meningkatkan ketahanan tanah terhadap erosi (agregat tanah meningkat)

sehingga mencegah pengikisan tanah dan unsur hara

b. Meningkatkan kemampuan tanah untuk menahan/menyimpan air ( daya pegang

air tinggi) sehingga mempermudah penyerapan unsur hara dan proses

fotosintesis/kebutuhan tanaman. Sebab penyerapan unsur hara terjadi bila tanah

dalam keadaan lembab/kapasitas lapang. Demikian pula proses fotosisntesis

terjadi karena adanya air yang dibutuhkan.

c. Meningkatkan infiltrasi. Infiltrasi adalah proses mengalirnya air secara vertikal

dari permukaan tanah ke bawah/ke daerah perakaran. Dengan adanya rongga-

18
rongga tanah maka air akan mengisi celah-celah agregat dan mengalir dengan

lancar.

d. Memperbaiki drainase tanah. Drainase tanah adalah kemampuan tanah untuk

mengalirkan air baik secara horizontal maupun vertikal di atas maupun di bawah

permukaan tanah.

e. Meningkatkan aerasi (tata air dan udara tanah). Pembentukan struktur tanah

oleh bahan organik yang memiliki bidang-bidang alami akan membentuk

rongga-rongga yang banyaka dimana rongga tersebut akan diisi oleh udara dan

air sehingga tata air dan udara menjadi lebih seimbang/baik. Tata air dan udara

tanah yang baik menyebabkan ketersediaan oksigen lebih banyak sehingga

aktivitas biologi tanah akan berjalan lebih baik pula.

6.3. Memperbaiki sifat kimia tanah

Bahan organik dapat memperbaiki sifat kimia tanah. Sifat kimia tanah yang

paling penting yang dapat dirubah/diperbaiki oleh bahan organik yaitu :

a. Meningkatkan ketersediaan unsur hara dalam tanah. Melalui proses

dekomposisi/penguraian/pelapukan bahan organik yang dilakukan organisme

tanah (makro organisme merombak material bahan organik berukuran besar

menjadi ukuran lebih kecil dan mikroorganisme melalui proses mineralisasi

menguraikan material bahan organik berukuran halus dan merubah senyawa

organik menjadi senyawa anorganik berupa unsur hara).

b. Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah mineral akan meningkat. Bahan organik yang

telah melapuk/terdekomposisi pada tingkat akhir seperti humus memiliki KTK

yang tinggi (150 – 300 me/100 gr). Melalui penambahan humus ke dalam tanah

menyebabkan tanah mineral/liat yang memiliki KTK yang lebih rendah (8 – 100

me/100 gr) menjadi meningkat.

19
c. Meningkatkan pH tanah. Muatan negatif (gugus karboxyl) pada bahan organik
+3 +
(humus) akan mengikat ion Al dan H pada misel tanah sehingga ion-ion

tersebut tidak lagi menjadi sumber kemasaman tanah, yang pada akhirnya pH

tanah akan meningkat.

6.4. Memperbaiki sifat biologi tanah

Penambahan bahan organik ke dalam tanah dapat memperbaiki sifat biologi

tanah, terutama untuk menambah jumlah, jenis, dan aktivitas organisme tanah dan

perakaran tanaman. Penambahan jenis dan jumlah mikro organisme dalam tanah

dapat melalui mikro organisme yang ada pada bahan organik maupun yang ada

pada tanah itu sendiri. Dengan penambahan bahan organik ke dalam tanaah dapat

memperbaiki aerasi tanah sehingga membantu proses dekomposisi bahan orgtanik

yang akhirnya meningkatkan proses mineralisasi atau menambah unsur hara tanah.

20
VII . PUPUK ORGANIK

7.1. Tujuan Instruksional Khusus ,

Mahasiswa diharapkan mampu :

1. Memahami pengertian pupuk

2. Memahami macam/jenis pupuk organik

7.2. Pengertian Pupuk dan Pemupukan

1. Pengertian Pupuk

Pengertian pupuk dalam bidang pertanian adalah sumber unsur hara atau zat

makanan yang diperlukan tanaman untuk tumbuh dan berkembang baik yang

bersumber dari kimia atau buatan/pabrik (pupuk anorganik) maupun yang

bersumber dari tanaman atau hewan (pupuk organik/pupuk alam). Di bawah ini akan

diuraikan pula pengertian dari jenis pupuk sebagi berikut.

a. Pupuk Organik :

Adalah pupuk yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan maupun manusia

terutama yang telah mengakami proses pelapukan/dekomposisi. Contohnya yaitu :

Kompos, Pupuk Kandang, Pupuk Tinja, dan lain-lain.

b. Pupuk anorganik :

Adalah pupuk yang dibuat di pabrik yang bersumber dari bahan-bahan kimia,

sehingga disebut juga dengan istilah pupuk pabrik atau pupuk kimia atau pupuk

buatan. Contohnya yaitu : Urea, TSP/SP-36, KCl, dan lain-lain.

21
c. Pupuk Tunggal :

Adalah pupuk yang hanya mengandung satu unsur hara utama di dalam

pupuk yang dibutuhkan tanaman. Contohnya, yaitu : Urea (mengandung unsur N),

SP-36 (mengandung unsur P), KCl (mengandung unsur K).

d. Pupuk Majemuk :

Adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara yang

dikombinasikan dalam satu formulasi baik unsur makro maupun unsur mikro yang

dibutuhkan tanaman. Contohnya yaitu : pupuk NPK (mengandung unsur N, P, dan

K), Bayfolan (mengandung unsur Fe,Mg,B,Cu,Zn, dan Mo), dan lain-lain.

e. Pupuk Campuran :

Adalah beberapa pupuk tunggal yang digabungkan secara bersama-sama

(dicampur merata), dibuat untuk memenuhi kebutuhan hara secara khusus dan

mengurangi biaya aplikasi.

f. Pupuk Lambat Tersedia :

Pada dasarnya tergolong pada pupuk majemuk. Berbentuk tablet,

mempunyai sifat lambat larut sehingga diharapkan dapat mengurangi kehilangan

hara karena pencucian, penguapan, dan pengikatan menjadi senyawa yang tidak

tersedia bagi tanaman. Contohnya,yaitu : Suburin, Gramalet, Subur Fajar, dan lain-

lain.

g. Pupuk Akar :

Adalah pupuk yang diberikan melalui tanah, sehingga unsur hara yang masuk

ke dalam tanaman diserap melaui bulu-bulu akar tanaman.

22
h. Pupuk Daun :

Adalah pupuk yang diberikan dengan cara menyemprotkan larutan pupuk ke

daun sehingga unsur hara diserap tanamanmelalui daun. Contohnya, yaitu :

Bayfolan, Gandasil D, Gandasil B, Complesal, Hyponex, dan lain-lain.

i. Pupuk Cair :

Adalah pupuk yang berbentuk cair, baik murni maupun larutan. Contohnya,

yaitu : Urine Sapi, Pupuk Daun, dan lain-lain.

j. Pupuk Padat :

Adalah pupuk yang berbentuk padat, baik bentuk tepung/powder (halus),

butiran (granular), tablet, dan lain-lain.Contohnya, yaitu : hampir semua pupuk

tunggal, sebagian pupuk majemuk (NPK), dan lain-lain.

k. Pupuk Kandang :

Adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan baik padat maupun cair yang

tgelah mengalami proses penguraian atau dekomposisi. Contohnya, yaitu : Pupuk

kandang Sapi, Kuda, Kambing, Ayam, dan lain-lain.

l. Pupuk Hijau

Adalah pupuk yang berasal dari tanaman yang mampu menyumbangkan

unsur hara ke dalam tanah semasa hidupnya. Contohnya, yaitu : dari famili tanaman

Leguminosa (kacang-kacangan) atau yang dikenal dengan istilah tanaman penutup

tanah (Legume Cover Crop = LCC).

m. Pupuk Kompos :

Adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa tanaman yang dilapukkan oleh

mikroorganisme tanah sehingga nilai C/N ratio rendah.

23
n. Pupuk Hayati :

Adalah pupuk yang berasal dari organisme tanah sehingga disebut juga

pupuk biologis. Contohnya, yaitu Orgadek, Super Bionik, Enzim NT 45, EM-4, dan

lain-lain.

o. Humus

Adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa tanaman yang telah melapuk

sempurna dan bercampur dengan tanah mineral (liat), sehingga ukurannya sangat

halus dan bermuatan serta kaya akan unsur hara. Humus dikenal juga dengan istilah

bunga tanah.

7.3. Macam/Jenis Pupuk Organik Yang Beredar Di Pasar

Kandungan bahan organik di dalam tanah perlu dipertahankan agar jumlahnya

tidak sampai di bawah 2 %. Selain penambahan pupuk organik, bahan organik di

dalam tanah dapat dipertahankan melalui cara-cara sebagai berikut :

- Terapkan rotasi tanaman dengan menyertakan jenis kacang-kacaangan dalam

pergiliran tanaman.

- Sedapat mungkin mengembalikan sisa tanaman ke dalam tanah

- Atasi erosi yang dapat menghanyutkan bahan organik tanah

- Tanaman penutup tanah (cover crop) . Cara ini lazim dilakukan di perkebunaan

kelapa sawit dan karet.

- Minimalisasi pengolahan tanah, yakni mengolah tanaah seperlunya saja.

Kandungan unsur hara yang terdapat di dalaam pupuk organik jauh lebih

kecil daripada yang terdapat di dalam pupuk buatan. Cara aplikasinya juga lebih sulit

karena pupuk orgaanik dibutuhkan dalam jumlah yang lebih besar daripada pupuk

kimia (anorganik) dan tenaga kerja yang digunakan juga lebih banyak. Namun,

hingga sekarang pupuk organik tetap digunakan karena fungsinya belum

24
tergantikan oleh pupuk buatan (pupuk anorganik/kimia). Berikut ini beberapa

manfaat dari pupuk organik :

- Meskipun dalam jumlah yang lebih kecil, pupuk organik mampu menyediakan

unsur hara makro dan mikro.

- Memperbaaiki granulasi tanah berpasir dan tanah padat sehingga dapat

meningkatkan kualitas aerasi, memperbaiki drainase tanah, dan meningkatkan

kemampuan tanah dalam menyimpan air.

- Mengandung asam humat (humus) yang mampu meningkatkan kapasitas tukar

kation tanaah.

- Penambahaan pupuk organik dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme

tanah

- Pada tanah asam, penambahan pupuk organik dapat membaantu meningkatkan

pH tanah.

- Penggunaan pupuk organik tidak menyebabkan polusi tanah dan air

Jenis-jenis pupuk organik yang banyak dikenal di pasaran/petani

adalah sebagai berikut :

1). Kompos

Kompos adalah hasil pembusukan sisa-sisa tanaman yang disebabkan oleh

aktivitas mikroorganisme pengurai. Kualitaas kompos sangat ditentukan oleh

besarnya perbandingan antara jumlah karbon dan nitrogen (C/N ratio). Jika C/N ratio

tinggi, berarti bahan penyusun kompos belum terurai secara sempurna. Bahkan

kompos dengan C/N ratio tinggi akan terurai ataau membusuk lebih lama

dibandingkan dengan bahaan ber- C/N ratio rendah. Kualitas kompos dianggap baik

jika memiliki C/N ratio 12 – 15.

25
Kandungaan unsur hara di dalaam kompos sangat bervariasi. Tergantung dari jenis

bahan asal yang digunakan dan cara pembuatannya. Salah satu contoh kandungan

unsur hara kompos adalah sebagai berikut :

- Nitrogen : 0,1 – 0,6 % N

- Phosphor : 0,1 – 0,4 % P2O5

- Kalium : 0,8 – 1,5 % K2O

- Kalsium : 0,8 – 1,5 % CaO

Ciri fisik kompos yang baik adalaah berwarna cokelat kehitaman, agak

lembab, gembur, dan bahan pembentuknya sudah tidak tampak lagi. Produsen

kompos yang baik akan mencantumkan besarnya kandungan unsur hara pada

kemasan. Meskipun demikiaan, dosis pemaakaian pupuk organik tidaak seketat pada

pupuk buatan karena kelebihan dosis pupuk organik tidak akan merusak tanaman.

Penggunaan dosis tertentu pada pupuk kompos lebih berorientasi untuk

memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah daripada untuk menyediakan unsur hara.

2). Pupuk Kandang

Pupuk kandang adalah pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak.

Kualitas pupuk kandang sangat tergantung pada jenis ternak, kualitas pakan ternak,

dan cara penampungan pupuk kandang. Tabel 3 berikut menunjukkan pupuk

kandang dari aayam atau unggas memiliki kandungan unsur hara yang lebih besar

daripada jenis ternak lain.Penyebabnya adalah kotoran padat pada unggas

tercampur dengan kotoran cairnya. Umumnya kandungan unsur hara pada urine

(cairan) selalu lebih tinggi daripada kotoran padat.

26
Jenis Ternak N(%) P2O5 ( % ) K2O ( % )
Ayam 1,7 1,9 1,5
Sapi 0,3 0,2 0,3
Kuda 0,4 0,2 0,3
Domba 0,6 0,3 0,2
Sumber : Hardjowigeno, (1995)

Seperti kompos, sebelum digunakan pupuk kandang perlu mengalami proses

penguraian. Dengan demikian kualitas pupuk kandang juga turut ditentukan oleh

nilai C/N ratio. Pupuk kandang yang banyak mengandung jerami memiliki C/N ratio

yang tinggi sehingga mikroorganisme memerlukan waktu yang lebih lama untuk

menyelesaikan proses penguraiannya. Contoh pupuk kandang yang banyak

mengandung jerami antara lain pupuk kandang dari sapi, kerbau, atau babi.

Dalam dunia pupuk kandang, dikenal istilah pupuk panas dan pupuk dingin.

Pupuk panas adalah pupuk kandang yang proses penguraiannya berlaangsung cepat

sehingga terbentuk panas, misalnya pupuk kandang dari kuda, kambing, domba, dan

ayam. Pada pupuk dingin terjadi sebaliknya, C/N ratio yang tinggi menyebabkan

pupuk kandang terurai lebih lama dan tidak menimbulkan panas, misalnya pada sapi,

kerbau, dan babi. Pupuk kandang yang berasal dari sapi dan babi banyak

mengandung mikroorganisme pengurai yang bermanfaat untuk meningkatkan jenis

dan populasi mikroorganisme tanah.

Ciri-ciri pupuk kandang yang baik dapat dilihat secara fisik atau kimiawi. Ciri

fisiknya yakni berwarna cokelat kehitaman, cukup kering, tidak menggumpal, dan

tidak berbau menyengat, bahan pembentuknya sudah tidak terlihat, dan

temperaturnya relatif stabil. Ciri kimiawinya adalah nilai C/N ratio kecil.

27
3). Pupuk Hayati :

Adalah pupuk yang berasal dari organisme tanah sehingga disebut juga

pupuk biologis. Contohnya, yaitu Orgadek, Super Bionik, Enzim NT 45, EM-4, dan

lain-lain.

28
VIII. BIOLOGI TANAH

8.1. Capaian Pembelajaran

Mahasiswa diharapkan mampu

1. Menjelaskan klasifikasi organisme tanah

2. Menjelaskan penyebaran mikroorganisme tanah

3. Menjelaskan tentang Rizosfer tanah

4. Menjelaskan Pengaruh Organisme Tanah Terhadap Siklus Hara

8.2. Klasifikasi Organisme Tanah

Secara umum rganism tanah dibagi 2 kelompok,yaitu :

1. Fauna/Hewan,meliputi :

a. Fauna makro,terdiri dari : 1) Herbivora (pemakan tanaman), dan 2)

Karnivora

(pemangsa hewan-hewan kecil). Herbivora meliputi : cacing (Annelida), bekicot

(Mollusca), Arthropoda,yaitu Crustacea seperti kepiting, Chilopoda seperti

kelabang,

Diplopoda seperti kaki seribu, Arachnida seperti laba-laba,kutu dan kalajengking,

dan serangga (Insecta) seperti : belalang,kumbang,rayap,lalat,jangkrik,lebah,dan

semut, serta hewan-hewan kecil yang lain yang bersarang di tanah seperti :

ular,tikus,kadal,dan lain-lain. Karnivora meliputi : serangga,rayap, dan laba-laba.

Cacing tanah, merupakan hewan makro yang paling besar perananannya dalam

meningkatkan kesuburan tanah dibandingkan dengan hewan tanah yang lain.

Cacing tanah banyak terdapat pada tanah yang lembab, bahan organic tinggi,

kandungan Ca yang tinggi, tekstur tanah halus, memakan ilalang dan daun-daun

rontok, membuat alur dan membentuk rongga-rongga sehingga tanah lebih

29
gembur.Memindahkan tanah dari hasil ekskresinya. Hasil ekskresi berupa tanah

yang banyak mengandung hara. Hermaprodit (dalam satu tubuh berklamin

jantan dan betina) sehingga dapat kawin silang.

A. Fauna mikro, meliputi rganism,protozoa, dan rganis.

Nematoda merupakan cacing halus berukuran mikroskopis, berkulit tranparan.

Hidup dalam lapisan air yang mengelilingi tanah atau dalam akar tanaman. Bila

kurang berair kurang aktif melakukan aktivitas. Nematoda melakukakan aktivitas

berupa : memakan sisa-sisa bahan rganis,memakan cacing tanah dan nematode

lainnya, bakteri, dan protozoa serta sebagai parasit tanaman tingkat tinggi sehingga

dapat merugikan, seperti : pada tomat,kacang karpri,wortel, tanaman hias, dan

buah-buahan.

Protozoa merupakan hewan mikro bersel satu dan membelah diri, banyak

terdapat pada tanah di horizon O sampai A karena membutuhkan udara, cahaya, dan

akar tanaman.Walaupun banyak terdapat di tanah,ternyata hanya sedikit

berpengaruh terhadap perombakan bahan rganis. Dalam satu gram tanah

jumlahnya berkisar 500.000 – 1.000.000. Protozoa merupakan predator yang

memakan bakteri, dan kadang-kadang memakan jamur, algae, dan bahan rganis

yang mati.

Rotifera : Ditemukan pada tanah rawa yang mengalami pelapukan tingkat akhir.

Berperan dalam peredaran bahan rganis terutama di daerah rawa.

2. Mikroflora/Tumbuhan mikro,meliputi :

a. Ganggang/Algae ,terdiri dari ganggang hijau, ganggang hijau-biru, dan

diatome.

Mempunyai khlorofil sehingga memperoleh rgani dari matahari. Tumbuh dengan

subur dimana cahaya dan kelembaban memungkinkan ( rganis foto autotroph).

30
Algae memperoleh nitrogen dan mineral dari dalam tanah, carbon dari CO2 dari

udara dan memperoleh rgani dari sinar matahari. Selain sebagai makanan hewan

yang hidup di perairan, juga merupakan bahan makanan bagi tumbuh-tumbuhan

dan manusia. Berperan penting pada sawah yang tergenang, mengikat N dari

udara dan melepas O2 dari fotosintesis (N dimanfaatkan oleh padi sawah dan O2

digunakan kembali oleh akar padi).

b. Cendawan/Fungi, meliputi jamur (bersel banyak), ragi /yeast (bersel satu), dan

kapang/mold (bersel banyak). Berkembang biak dengan cara : pembelahan sel

atau bertunas atau dengan kombinasi keduanya. Dengan pembentukan spora

aseksual maupun seksual yaitu adanya pembentukan nuclei dari dua buah sel.

Tidak berkhlorofil, karena itu sumber energinya dari bahan rganis. Jumlah

cendawan dalam setiap 1 gram tanah umumnya berkisar aantara 7500 –

1.000.000. Kelompok yang terpenting adalah kapang (mis : Penicilium,

Mucor,Trichoderma, dan Aspergillus ). Dalam suasana asam mampu

mendekomposisi bahan rganis (lebih toleran terhadap suasana asam). Kelompok

jamur (mis : Michorriza) menyelimuti permukaan tanaman inang dan berperan

dalam membantu penyerapan unsure P bagi tanaman inang. Berkembang biak

dengan spora. Mempunyai hypa (benang-benang penyerap makanan) dan

mycelium (kumpulan hypa). Beperan dalam mineralisasi (N,P,S,selulosa,hemi

selulosa,lignin,polysacharida,dll.).

c. Actinomycetes : Organisme tanah kedua terbanyak setelah bakteri. Jumlahnya

berkisar 10.000.000 – 90.000.000 per gram tanah. Secara morfologi berada

antara fungi/cendawan dan bakteri. Struktur selnya menyerupai bakteri (bersel

satu) dan berserabut menyerupai fungi. Berkembang biak dengan spora, dan

sporanya menyerupai bakteri. Peka terhadap suasana masam dan akan lebih baik

pada Ph 6 – 7,5. Hidup dalam suasana lembab. Berperan dalam perombakan

31
bahan organic (mineralisasi N,P,S, selulosa,hemiselulosa,lignin, dan

polysacharida) atau pembebasaan rgani hara.

d. Bakteri : Organisme yang paling banyak ditemukan di dalam tanah.

Memperbanyak diri dengan membelah sel menjadi dua bagian setiap 20 menit.

Dalam satu hari akan dihasilkan sekitar 17 juta sel. Pada umumnya dalam satu

gram tanah terdapat bakteri sebanyak antara 0,3 juta – 95 juta sel. Tingkat

pertumbuhan yang cepat tidak rga dipertahankan selamanya, tergantung pada

zat makanan dan lingkungannya. Sebagian besar bakteri tanah bersifat khemo

rganism hy dan rganis. Berperan besar dalam siklus rgani dan rgani hara.

Berbentuk : bulat/oval, batang, dan spiral.

Mikro fauna + mikro flora disebut juga Mikrobia tanah = Mikroorganisme tanah =

Jasad renik tanah = Mikroba tanah

Klasifikasi Mikroba tanah adalah sebagai berikut :

A. Berdasarkan sumber makanan :

1. Autotroph : jasad hidup yang memenuhi kebutuhan makanannya sendiri (

bahasa Yunani : auto = sendiri ; troph = makanan). Membentuk/mensintesa

senyawa anorganik sederhana sebagai zat makanannya yang berasal dari

senyawa organik seperti pro rganismak,karbohidrat,

vitamin,enzim,selulosa,hemiselulosa,lignin, dan lain-lain. Memmperoleh energy

dari karbon anorganik (CO2 dari udara).

2. Heterotroph : jasad hidup yang memenuhi kebutuhan makanan dari yang lain.

(Hetero = dari yang lain; troph = makanan). Memperoleh makanan dari zat

organic seperti : glukosa, aldehid, asam amino, dll. Jasad hidup autotroph

disebut juga sebagai produsen, sedangkan jasad hidup heterotroph

merupak rganism hy dan perombak.

32
B. Berdasarkan suhu optimum :

1. Thermophiles : ≥ 45 0C

2. Mesophiles : 15 – 45 0C

3. Psychrophiles : < 15 0C

C. Berdasarkan kebutuhan oksigen :

1. Mikroba aerob : membutuhkan oksigen untuk hidupnya. Misal

sebagian

besar bakteri

2. Mikroba aerob fakultatif : mikroba aerob yang dapat beradaptasi dengan

lingkungannya yang ada atau tidak ada oksigen. Misal :

Cendawan/fungi; Actinomycetes.

3. Mikroba anaerob : tidak dapat hidup bila ada oksigen. Misal : bakteri

Clostridium.

B. Penyebaran Organisme Tanah

Jumlah dan jenis populasi serta aktivitas organisma tanah

sec rganismdipengaruhi oleh faktor :

1. Iklim ( rganihujan,suhu, dan lain-lain)

2. Tanah (pH,kelembaban,suhu,HAra dan lain lain)

3. Vegetasi (hutan,padang rumput, belukar, dan lain-lain)

Akibat berbagai factor di atas, amatlah sukar untuk menduga jumlah,macam dan

aktivitasnya di dalam tanah. Namun beberapa ketentuan umum dapat digunakan,

misalnya :

- Di bawah vegetasi hutan, terdapat fauna tanah yang lebih beragam daripada di

bawah padang rumput, tetapi di bawah padang rumput, fauna tanah lebih aktif

dan

33
bobot tiap hektarnya lebih berat.

- Tanah yang dikapur dan dipupuk akan mengandung mikroflora yang lebih banyak

Aktivitas organism tanah dicirikan oleh parameter berikut :

1. Jumlahnya dalam tanah

2. Bobot tiap unit isi atau luas tanah (biomassa)

3. Aktivitas metabolik

Aktivita rganism ik biasanya rganism erat dengan biomassa organisma

tersebut. rganismkro (mikro flora dan mikro fauna) walaupun ukurannya lebih kecil,

tetapi karena jumlahnya yang demikian banyak, maka aktivitas metaboliknya lebih

besar bila dibandingkan dengan makro fauna.

8.3. Rhizosfir dan Pengaruh Organisme Tanah Terhadap Siklus Hara

8.3.1. Rizosfer
Menurut Hiltner (1904), rizosfir adalah bagian tanah yang dipengaruhi oleh

perakaran tanaman. Rizosfer dicirikan oleh lebih banyaknya kegiatan mikrobiologis

dibandingkan kegiatan di dalam tanah yang jauh dari perakaran tanaman (non

rizosfir). Intensitas kegiatan semacam ini tergantung dari panjangnya jarak tempuh

yang dicapai oleh eksudasi (cairan) yang keluar dari sistem perakaran. Jelas dapat

disimpulkan bahwa perakaran tanaman dapat mempengaruhi jumlah,jenis dan

aktivitas mikroorganisme tanah (bakteri, jamur,dan actinomycetes).

Beberapa faktor seperti tipe tanah,kelembaban ,pH,temperatur tanah, umur,

jenis , dan kondisi tanaman mempengaruhi efek rizosfer terhadap mikroorganisme

tanah. Senyawa-senyawa organik yang dikeluarkan tanaman melalui eksudasi

(cairan) yang dikeluarkan akar ke dalam tanah seperti asam amino,gula,asam

organik,vitamin, nukletoid,dan lain-lain adalah merupakan sumber energy dan

makanan bagi mikroorganisme. Ciri dan jumlah senyawa yang dikeluarkan oleh akar,

tergantung kepada spesies tanaman,umur, dan kondisi lingkungan tempat tumbuh

34
tanaman. Dengan menggunakan CO2 dari udara, melalui proses fotosintesis

ditranslokasikan ke sistem perakaran dan akan masuk ke daerah rizosfer dalam

waktu kurang dari 12 jam, sehingga dapat disimpulkan pula bahwa metabolism

tanaman lewat proses fotosintesis akan mempengaruhi terhadap daerah rizosfer

yang berakibat pula mempengaruhi mikroorganisme tanah.

Jenis, jumlah, dan aktivitas mikroorganisme di dalam tanah yang lebih tinggi

di daerah rizosfir akan menyebabkan proses dekomposisi bahan organik menjadi

lebih tinggi. Ditambah dengan adanya kegiatan perakaran yang melakukan

penetrasi di dalam tanah yang mempengaruhi ruang pori tanah, sehingga akan

menciptakan keadaan sifat fisik tanah yang baik (tanah menjadi gembur) bagi

pertumbuhan dan perkembangan hewan-hewan tanah (makroorganisme tanah).

Sebaliknya hewan-hewan tanah tersebut,melalui aktivitasnya yang menghancurkan

material bahan organik yang berukuran besar menjadi lebih kecil, akan membantu

menyediakan zat makanan pula bagi mikroorganisme dalam melakukan proses

dekomposisi bahan organik.

8.3.2. Pengaruh Organisme Tanah Terhadap Siklus Hara


Pengaruh organisme tanah terhadap siklus unsur hara dimulai dari peran

makrofauna melalui aktivitasnya ,seperti :

1. Menghancurkan bahan-bahan organik menjadi bagian-bagian yang lebih kecil

(fragmentasi), yang dipergunakan baik untuk makanan maupun tempat

membuat sarang ( cacing, jangkrik,lipan,kumbang, semut,rayap, dan lain-lain).

2. Menggali lubang untuk mencari makan, atau tempat hidupnya (cacing,

lundi,jangkrik, lipan,dan lain-lain).

3. Menghasilkan ekskresi (kotoran) ataupun jasad yang telah mati yang banyak

mengandung unsur hara (cacing, lundi,dan lain-lain).

35
Selanjutnya bahan organik yang berukuran kecil dari hasil penghancuran

makrofauna dimanfaatkan oleh mikroorganisme sebagai zat makanan. Semakin halus

ukuran bahan organik yang dihancurkan oleh makrofauna maka semakin luas bidang

permukaannya. Kondisi tersebut sangat membantu mikroorganisme untuk

menguraikan/mendekomposisi/melapukkan bahan organik tersebut. Melalui proses

mineralisasi yang dilakukan oleh mikroorganisme, bahan-bahan organik diuraikan

menjadi unsur atau senyawa anorganik yang akhirnya akan menambah/memperkaya

ketersediaan unsur hara di dalam tanah.

Demikian pula lubang-lubang di dalam tanah dari hasil aktivitas makrofauna akan

menciptakan suasana yang baik (suasana aerobik) bagi kehidupan makrofauna yang

lain maupun mikroorganisme. Sebagian besar mikroorganisme di dalam tanah adalah

dari golongan bakteri, dan bakteri sebagian besar hidupnya membutuhkan oksigen

(aerobic). Melalui aktivitasnya bakteri melakukan proses dekomposisi (melapukkan)

bahan organik dan menguraikan bahan organik menjadi unsur hara melalui proses

mineralisasi. Demikian pula mikroorganisme dari golongan jamur/fungi dan

actinomycetes juga merupakan mikroorganisme yang banyak berperan dalam

proses mineralisasi bahan organik sehingga memperkaya ketersediaan unsur hara di

dalam tanah.

Di bawah ini, disajikan beberapa contoh mikroorganisme tanah yang

berperan dalam siklus unsur hara :

1. Siklus Karbon (C)


a. Dekomposisi Selulosa
Fungi/Jamu Bakteri Actinomycetes
- Aspergillus - Bacillus - Micromonospora

- Fusarium - Clostridium - Streptomyces

- Penicilium - Pseudomonas - Dll.

- Rhizopus - Dll.

36
b. Dekomposisi Hemi Selulosa
Fungi/Jamu Bakteri Actinomycetes
- Alternarium - Bacillus - Streptomyces

- Aspergillus - Pseudomonas - Dll.

- Fusarium - Cytophaga

- Penicillium - Dll.

- Trichoderma

- Dll.

c. Dekomposisi Lignin
Fungi/Jamu Bakteri Actinomycetes
- Agaricus - Pseudomonas - Streptomyces

- Aspergillus - Xantomonas - Dll.

- Fusarium - Micropcoccus

- Penicillium - Arthrobacter

- Schizophillum - Dll.

- Ganoderma

- Dll.

d. Dekomposisi Polysacharida
Fungi/Jamu Bakteri Actinomycetes
- Rhizopus - Pseudomonas - Streptomyces

- Aspergillus - Clostridium - Micromonospora

- Fusarium - Cytophaga - Nocardia

- Dll. - Micrococcus

- Bacillus
- Dll.

2. Siklus Nitrogen ( N )

a. Mineralisasi N (As.amino/gula amino …..Glucosamine dan Galactosamine)

menjadi ion ammonium dan nitrat. ) oleh : jamur Aspergillus, dan bakteri Bacillus

dan Arthrobacter. Contoh proses Amonifikasi (pembentukan amoniak dari asam

amino) oleh : jamur,bakteri,dan actinomycetes.

37
b. Nitrifikasi (perubahan amoniak menjadi nitrat), melalui 2 tahap :

- Nitritasi (perubahan amoniak menjadi nitrit) oleh : bakteri Nitrosomonas

dan Nitrosococcus.

- Nitratasi (perubahan nitrit menjadi nitrat) oleh : bakteri Nitrobakter.

c. Fiksasi N (Pengikatan N dari udara oleh bakteri yang ada dalam tanah)

a. Non simbiotik oleh : bakteri Azotobakter (aerob) dan Clostridium (anaerob)

b. Simbiotik (dengan tanaman) oleh : bakteri Rhizobium

3. Siklus Phosfor ( P )

Fungi/Jamu Bakteri Actinomycetes


- Penicillium - Pseudomonas - Streptomyces

- Aspergillus - Mycobacterium

- Fusarium - Bacillus

- Sclerotium - Micrococcus

- Flavo bacterium

4. Siklus Sulfur ( S )
a. Mineralisasi S organik , oleh : bakteri Clostridium; jamur Aspergillus dan
Microsporum; dan actinomycetes dari Streptomyces.
b. Oksidasi S an organik , oleh : bakteri Thiobacillus.

38
SUMBER PUSTAKA

Agustinus Mangunsong, 1990. Diktat Bahan Organik. Politeknik Pertanian Universitas


Andalas. Padang.1990.
Alexander,M.1977. Introduction to Soil Microbiology.Willey Eastern Limited. New
Delhi.467 p.
Amin. M, S. D. Hasan, O. Yanuarianto, M. Iqbal. 2015. Pengaruh Lama Fermentasi
Terhadap Kualitas Jerami Padi Amoniasi yang DitambahProbiotik Bacillus Sp.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia Volume 1 (1) :8-13
Barua, S., A. H. Molla, Md. M. Haque, dan M. S. Alam.2018. Performance of
Trichoderma-enriched Bio-Organic Fertilizer in N Supplementation and Bottle
Gourd Production in Field Condition. Horticulture International Journal Volume
2 (3): 106‒114.
Changcheng Liua, Yuguo Liu, Ke Guoa, X. Qiaoa, H. Zhaoa, S. Wange, L. Zhange, X.
Caie. 2018. Effects of nitrogen, phosphorus and potassium addition on the
productivityof a karst grassland: Ecological Engineering 117:84–95
Dayana Amira R., A.R. Roshanida, M.I. Rosli, M.F. Siti Fatimah Zahrah, J. Mohd
Anuar, C.M. Nazrul Adha. 2012. Bioconversion of Empty Fruit Bunch (EFB) and
Palm Oil Mill Effluent (POME) into compost using Trichoderma virens, Afr. J.
Biotechnol. 10 (81):18775–18780.
Goyal. S, D.K. Dhull, K.K. Kapoor, Chemical and biological changes during
composting of different organic wastes and assessment of compost maturity.
2005. Bioresour Technol. 96:1584–1591.
Hajoeningtijas, O. W. 2012. Mikrobiologi Pertanian. Graha IlmuYogyakarta.
Yogyakarta.
Hanum.C. 2013. Pertumbuhan, Hasil, dan Mutu Biji Kedelai dengan Pemberian Pupuk
Organik dan Fosfor. J. Agron. Indonesia 41 (3) :209 – 214.
Jama, B., Palm, C. A., Buresh, R. J., Niang, A., Gachengo, C., Nziguheba, G., dan
Amadalo, B.2000. Agroforestry Systems, Volume 49 (2): 201–221.
Margenot, A. J., B. R. Singh, I. M. Rao, and R. Sommer. 2017. Phosphorus
Fertilization and Management in Soils of Sub-Saharan Africa. Soil phosphorus. P
151-208 in: Rattan Lal and B.A. Stewart (Eds) . Soil Phosporous. CRC Press.
Boca Raton, FL
Meryandini.A., W. Widosari, B. Maranatha, T. C. Sunarti, N. Rachmania, dan H.
Satria. 2009. Isolasi Bakteri Selulolitik Dan Karakterisasi Enzimnya. Makara,
Sains, Vol. 13(1):33-38
Murbandono L.HS.,1982. Membuat Kompos. Penerbit PT. Penebar Swadaya. Anggota
IKAPI. Jakarta.1982
Mursyida. 2015. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Pelarut Fosfat dan Kalium Dari
Kawasan Sekitar Tambang Batu Kapur Cirebon. Tesis. Sekolah Pascasarjana.
Institut Pertanian Bogor.
Muryanto, Y. Sudiyani dan H. Abimanyu. 2016. Optimasi Proses Perlakuan Awal
NaOH Tandan Kosong Kelapa Sawituntuk menjadi Bioetanol Jurnal Kimia
Terapan Indonesia. Vol. 18 (1):27-35

39
Muyassir, Sufardi, dan Saputra, I. 2012. Perubahan sifat fisika Inceptisol akibat
perbedaan jenis dan dosis pupuk organik. Lentera 12 (1): 1-8.
Nur Ain Izzati M.Z., dan Abdullah F. 2008. Disease suppression in Ganoderma treated
with Trichoderma harzianum, Plant Protect. Sci. 44:101–107.
Nurhayati Hakim dkk.,1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit UNILA Lampung.
1986.
Rao., S. 2010. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Penerbit
Universitas Indonesia.
Saili, N.S. S. Siddiquee, C. M. W. V. Ling, M. González, and S V. Kumar. 2014.
Lignocellulolytic activities among Trichoderma isolates from lahad datu, sabah
and deception island, antarctic, J. Microb. Biochem. Technol. 6 (5):295–302.
Subba Rao,2010. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Edisi Kedua.
Penerbit Universitas Indonesia,2010,Hal.1-352.
Sumarni, N, Rosliani, R, Basuki, RS, dan Hilman, Y. 2012. Respons Tanaman Bawang
Merah terhadap Pemupukan Fosfat pada Beberapa Tingkat Kesuburan Lahan
(Status P-Tanah). J. Hort. Vol. 22 (2) :129-137
Sutanto, A. A. E. Prasetyo, Fahroldayaanti, A. F. Lubis, dan A. P. Dongoran. 2005.
Viabilitas Bioaktivator Jamur Trichoderma koningii Pada Media Tandan Kosong
Kelapa sawit.Jurnal Penelitian Tandan Kelapa Sawit 13 (1):25-33.
Suwarniati, 2014. Pengaruh FMA dan Pupuk Organik Terhadap Sifat Kimia Tanah dan
Pertumbuhan Bunga Matahari (Helianthus annuus l.)Pada Lahan Kritis.Jurnal
Biotik. Volume 2 (1):58-69.
Waksman,A.S. 1972. Soil Microbiology. John Wiley & Sons Inc.New York.
Werner D.1992.Symbiosis of Plants and Microbes. CHAPMAN & HALL, 2-6 Boundary
Row,London SEI 8 HN. First Edition, 1992.

40

Anda mungkin juga menyukai