Anda di halaman 1dari 37

PKL KLINIK UTAMA

PANYINGKIRAN MEDIKA

Disusun Oleh :

1. Aditia Ramadhan (19482011002)


2. Nita Oktarina (19482011008)
3. Pilu Lubiana Zihara (19482011015)

Pembimbing I : Apt. Iin Siti Aminah, S.Si Pembimbing II : Dimas Nur Islam, S.Farm., Apt
PROFIL KLINIK UTAMA PANYINGKIRAN MEDIKA

Klinik Panyingkiran Medika merupakan Klinik utama Rawat Jalan (Non


Perawatan) yang khusus bergerak dibidang kesehatan. Klinik ini baru didirikan
pada tanggal 1 Januari 2017 dengan status bangunan milik sendiri, yang
beralamat di Blok Pengkolan Andir, Desa Kertamukti, Kecamatan
Panyingkiran, Kabupaten Majalengka ( Jl. Majalengka-Kadipaten).

Klinik Panyingkiran Medika merupakan salah satu bentuk Fasilitas Pelayanan


Kesehatan di Kabupaten Majalengka yang menyelenggarakan pelayanan
medik spesialistik atau pelayanan medik dasar, serta mudah diakses
terjangkau dan bermutu. Klinik Panyingkiran Medika bertujuan untuk
meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat menengah kebawah dan
seluruh masyarakat sekitar dan masyarakat Majalengka pada umumnya. Dan
memberikan pelayanan kepada pasien 24 jam dan 7 hari dalam seminggu.
Dengan tim dokter yang siap melayani pasien dan dibantu oleh petugas
medis dan administrasi lainnya.
VISI MISI

VISI
Memberikan pelayanan Kesehatan yang terjangkau,
berkualitas serta menyehatkan Masyarakat dan
Memasyarakatkan Kesehatan.

MISI
1. Memberikan pelayanan Kesehatan yang professional kepada seluruh lapisan
masyarakat
2. Meningkatkan derajat Kesehatan masyarakat melalui pelayanan Kesehatan yang
bermutu dengan biaya yang terjangkau
3. Menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan professional
4. Menyediakan sarana dan prasarana Kesehatan
5. Menciptakan suasana kerja yang dilandasi oleh rasa kekeluargaan
6. Meningkatkan kesejahteraan karyawan
STRUKTUR ORGANISASI KLINIK UTAMA PANYINGKIRAN MEDIKA
TUGAS POKOK TENAGA TEKNIS KEFARMASIAN

1. Melakukan telaah administratif, klinik dan resep untuk kemudian


dikoordinasikan dengan apoteker.
2. Menghitung dosis untuk resep racikan.
3. Menyiapkan obat sesuai dengan resep yang tertulis.
4. Memberi etiket lengkap untuk semua obat yang dilayani.
5. Melakukan konfirmasi ke dokter apabila ada peresepan obat
yang tidak jelas atau tidak terbaca.
6. Melakukan Stok Opname setiap bulannya.
7. Melakukan pencatatan setiap terjadi mutasi barang di kartu stok.
8. Menyiapkan formulir-formulir yang dibutuhkan untuk keperluan
administrasi pasien.
PROGRAM KERJA

1. Memberikan pelayanan kesehatan yang profesional kepada


seluruh lapisan Masyarakat
2. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pelayanan
kesehatan yang bermutu dengan biaya yang terjangkau
3. Menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan
profesional
4. Menyediakan sarana dan prasarana Kesehatan
5. Menciptakan suasana kerja yang dilandasi oleh rasa kekeluargaan
6. Meningkatkan kesejahteraan karyawan
Pengelolaan Perbekalan
Farmasi

1 2 3 4 5
PERENCANAA PENGADAA PENERIMAA PENYIMPANAN PENDISTRIBUSIAN
N N N

6 7 8 9
PENGGUNAAN PENCATATA PELAPORA PEMUSNAHA
/ N N N
PELAYANAN
1 PERENCANAAN
Metode perencanaan yang digunakan di Klinik Utama Panyingkiran Medika :
1. Metode Konsumsi
Metode Konsumsi adalah metode perencanaan yang dilakukan
berdasarkan data penggunaan obat pada periode sebelumnya.
2. Metode Epidemiologi atau Morbiditas
Metode Epidemiologi atau Metode Penyakit adalah metode
perencanaan yang dilakukan berdasarkan Pola Penyakit yang terjadi
pada periode sebelumnya.
Instalasi Farmasi Klinik Utama Panyingkiran Medika dalam melakukan kegiatan
perencanaan perbekalan farmasi menggunakan pola kombinasi, dimana
dalam kegiatan perencanaan ini dilihat berdasarkan kebutuhan perbekalan
farmasi pada periode sebelumnya.

Kombinasi perencanaan ini dilakukan untuk menutupi kekurangan dari salah


satu metode tersebut, apabila hanya menerapkan salah satu metode saja
maka ada saat kejadian penyakit musiman Instalasi Farmasi klinik tidak
menyediakan obat tersebut dalam jumlah yang banyak.
2 PENGADAAN
Pengadaan dilakukan secara manual atau mandiri dengan memeriksa buku
defecta yaitu buku khusus yang digunakan untuk mencatat barang atau obat
yang stoknya kosong dan barang atau obat yang sering diresepkan oleh dokter,
selanjutnya dibuat SP yang berisikan barang yang dibutuhkan kemudian
dipesan ke PBF.

Pengadaan perbekalan Farmasi di Klinik Utama Panyingkiran Medika juga


dilakukan ketika barang kosong atau menjelang stok akan habis, bisa di
lihat dari kartu stok dan melihat stock barang secara langsung. Ketika
barang sudah habis akan di lakukan pemesanan ke PBF melalui surat
pesanan.
SURAT PESANAN

SP OBAT BEBAS, SURAT


SURAT PESANAN SURAT PESANAN SURAT PESANAN
OBAT BEBAS PESANAN
OBAT OBAT OBAT
TERBATAS DAN OBAT OBAT-OBAT
PREKURSOR PSIKOTROPIKA NARKOTIKA
KERAS TERTENTU
Perusahaan Besar Farmasi

PT. KALISTA PT.


PRIMA ENSEPAL

PT. MERAPI PT. BINA SAN


UTAMA PT. SAPTA SARI
PRIMA
PHARMA
3 PENERIMAAN
PROSEDUR PENERIMAAN OBAT DI KLINIK
UTAMA PANYINGKIRAN MEDIKA

Memeriksa Kesesuaian Faktur Dengan Surat Pesanan, Memeriksa kesesuaian jumlah


obat,nama obat, memeriksa No Batch, dan Tanggal Kadaluwarsa obat dll.

Faktur di tanda tangani oleh Petugas Farmasi jika faktur sudah sesuai dengan barang
yang di pesan, kecuali untuk Pesanan Obat Narkotika harus di tanda tangani oleh
Apoteker.

Kemudian barang tersebut ditulis kedalam buku penerimaan barang.

Lalu barang disimpan ditempat penyimpanan yang sudah disediakan, apabila jumlah
obat yang ada di rak tersisa sedikit atau sudah habis, maka obat yang baru datang
langsung dimasukan kedalam lemari obat tersebut.
4 PENYIMPANAN
Metode Penyimpanan yang dilakukan di Klinik Utama Panyingkiran
Medika :
1. Berdasarkan Bentuk Sediaan Obat
Penyimpanan berdasarkan bentuk sediaan obat yang dimaksud adalah
Obat oral dibagi menjadi 2 tempat penyimpanan, dimana sediaan solid
disimpan berbeda dengan sediaan cair. Dan untuk obat Topikal
disimpan khusus dalam 1 tempat.

2. Berdasarkan Khasiat
Penyimpanan berdasarkan khasiat yaitu penyimpanan yang disimpan
khusus berdasarkan Khasiat, Penyimpanan di Klinik Utama Panyingkiran
Medika berdasarkan khasiat yaitu khusus untuk obat Antibiotik,
Vitamin dan obat-obatan spesialis saraf.
3. Berdasarkan Alfabetis
Penyimpanan berdasarkan Alfabetis yaitu penyimpanan yang
berdasarkan nama awalan obat yang berurutan dari (A-Z),
Penyimpanan di Klinik Utama Panyingkiran Medika berdasarkan
Alfabetis dibagi menjadi 3 bagian tempat yaitu untuk Penyimpanan
sediaan solid, semi solid dan sediaan cair.

4. Berdasarkan Metode FIFO (First In First Out)


Penyimpanan berdasarkan Metode FIFO yaitu Obat yang pertama
masuk atau datang dari PBF dan obat tersebut juga yang pertama
keluar atau pertama dijual, di Klinik Utama Panyingkiran Medika
penyimpanan berdasarkan FIFO dilakukan pada sediaan Solid, Semi
Solid dan Cair.
5 PENDISTRIBUSIAN
Pendistribusian di Klinik Utama Panyingkiran Medika hanya melayani
Pasien Rawat Jalan dengan sistem Resep perorangan yaitu dengan cara
distribusi obat pada pasien secara individual berdasarkan resep dokter
kemudian pasien diberi informasi mengenai pemakaian obat.
Pendistribusian BMHP dan Alat Kesehatan dilakukan dengan sistem
persediaan lengkap di ruangan (Floor stock).
6 PENGGUNAAN/
PELAYANAN
Pelayanan obat adalah penyerahan obat yang benar kepada pasien
dalam jumlah dosis yang diresepkan secara rasional, dengan
petunjuk yang jelas dan dalam wadah yang dapat memelihara khasiat
obat dengan disertai informasi yang diperlukan. Pelayanan Obat yang
digunakan di Klinik Utama Panyingkiran Medika hanya meliputi
Pelayanan Umum.
ALUR PELAYANAN UMUM DI KLINIK
UTAMA PANYINGKIRAN MEDIKA
7 PENCATATAN
Pencatatan yang dilakukan di Klinik Utama Panyingkiran
Medika yaitu :

Pencatatan Kartu Stok


01

Pencatatan Rekam Medis


02

Buku Penerimaan Barang


03

Buku Pemakaian Obat perhari atau pengeluaran


04

obat
8 PELAPORAN
Pelaporan yang dilakukan oleh Klinik Panyingkiran Medika yaitu :
1. Laporan Narkotika dan Psikotropika yang dilaporkan setiap bulan
secara online pada Situs www.sipnap.kemkes.go.id
2. Laporan Pemusnahan Resep ke Dinas Kesehatan, Departemen
Kesehatan dan Balai POM.
9 PEMUSNAHAN
Instalasi Farmasi Klinik Utama Panyingkiran Medika hanya pernah
melakukan pemusnahan Resep saja. Untuk pemusnahan obat tidak
pernah dilakukan karena obat selalu habis terjual.
Klinik Panyingkiran Medika melakukan pemusnahan resep setiap 5 tahun
sekali, dilakukan oleh Apoteker dan Asisten Apoteker dengan cara dibakar,
kemudian dibuat berita acara sebanyak 4 rangkap dan dikirim kepada
Kepala Dinkes Kabupaten/Kota, Kepala Balai Pengawasan Obat dan
Makanan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, dan sebagai Arsip di Klinik
Utama Panyingkiran Medika.
Contoh Berita Acara
STUDI
KASUS
Pada tanggal 3 agustus 2022 seorang pasien datang
dengan keluhan pusing lalu pasien diperiksa
kedokter umum. Menurut hasil pemeriksaan
Tekanan Darah pasien yaitu 160/80 mmHg, pasien
juga melakukan check kolesterol yaitu 261 mg.
Kemudian Pasien diresepkan beberapa obat
diantaranya amlodipin dengan pemakaian tiap 24
jam, Antacid tiap 12 jam dan simvastatin tiap 12
jam. Dari ketiga obat tersebut ada 2 obat yang jika
digunakan bersama akan mengalami interaksi obat
yaitu amlodipin dan simvastatin.
Teori Interaksi Amlodipine - Simvastatin

• Simvastatin merupakan obat yang berkhasiat


menurunkan kadar kolesterol
• golongan Statin

• Amlodipin adalah obat yang memberikan efek


farmakologis sebagai agen antihipertensi
• golongan Calcium Channel Blocker (CCB).

Interaksi yang terjadi antara amlodipin dan simvastatin yaitu interaksi farmakokinetik. Amlodipin
secara signifikan meningkatkan AUC HMG-CoA reductase inhibitors setelah pemberian simvastatin
sehingga meningkatkan risiko timbulnya efek samping simvastatin. Mekanisme yang diusulkan
adalah penghambatan amlodipine terhadap metabolisme simvastatin melalui usus dan hati
CYP450 3A4.
Penggunaan secara bersama antara Amlodipin dan simvastatin sebenarnya tidak perlu dihindari
hanya saja perlu diperhatikan dosis dari simvastatin agar tidak lebih dari dosis simvastatin yang
direkomendasikan yaitu 20 mg perhari.
Sumber :
(Food and Drug
Administration)
Penyelesaian

Kasus Interaksi ini dapat dicegah sebelum obat sampai ke pasien, karena setelah pasien
memberikan resep ke instalasi Farmasi diklinik, apoteker atau TTK terlebih dahulu melakukan
pengkajian resep atau telaah resep. Saat apoteker atau TTK menemukan ketidaksesuaian dari hasil
pengkajian resep, maka apoteker mengkomunikasikan hal tersebut dengan dokter yang menulis
resep.
Hasil dari konsultasi dengan dokter maka pemakaian obat simvastatin dan amlodipin dipisah atau
diberi jarak. Simvastatin digunakan malam hari setiap 24 jam dan amlodipin digunakan pagi hari
setiap 24 jam.

Saran

Untuk menghindari kasus kejadian interaksi atau kasus lanjutan akibat prescribing error, sebaiknya
apoteker atau TTK selalu melakukan pengkajian resep sebelum penyiapan obat dilakukan, agar
kesalahan dapat dihindari atau diatasi.
Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa Kasus tersebut merupakan kasus Medication Error pada Fase
Peresepan atau disebut juga Prescribing Error, karena :
1. Pada resep terdapat 2 obat yang akan berinteraksi jika digunakan bersama yaitu
simvastatin dan amlodipin .
2. Dosis simvastatin terlalu tinggi jika akan digunakan dengan amlodipin.

Namun kesalahan pada fase peresepan yang berisiko menimbulkan efek dari interaksi obat
diatas, dapat dicegah sebelum obat sampai ke pasien, yaitu jika apoteker atau TTK yang
bertugas melakukan skrining resep terlebih dahulu.
Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka Apoteker harus
mengkomunikasikannya kepada dokter penulis Resep dan tidak boleh merubah tanpa izin
dokter. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Apotek
Nomor 9 Tahun 2017 Pasal 21 ayat 4 “Apabila Apoteker menganggap penulisan Resep
terdapat kekeliruan atau tidak tepat, Apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis
Resep”.
THANK YOU
Pilu Lubiana Zihara

Anda mungkin juga menyukai