Anda di halaman 1dari 16

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS PUNCU
Jl. Puncak No. 7 PuncuKecamatanPuncu
Telp. (0354)7415028 e-mail; puskesmaspuncu@gmail.com

KEDIRI
KodePos 64292

KEPUTUSAN
KEPALA UPTD PUSKESMAS PUNCU
NOMOR : 188/4882 /418.48.3.87/2016
TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI UPTD PUSKESMAS PUNCU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


KEPALA UPTD PUSKESMAS PUNCU,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan


kefarmasian di UPTD Puskesmas Puncu
b. bahwa sehubungan dengan butir a tersebut di atas
diperlukan penetapan Kebijakan Pelayanan Kefarmasian
Mengingat : 1. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun
2009 tentang Kesehatan
2. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2015
tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan
Pelaporan Narkotika, Psikotropika dan Prekusor Farmasi
4. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 Pekerjaan
Kefarmasian
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 tahun 2015
tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat
Praktik Mandiri Dokter dan Tempat Praktik Mandiri
Dokter Gigi
7. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2006 tentang
Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
8. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, Ditjen
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2008 tentang
Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Keselamatan Pasien

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN di UPTD


PUSKESMAS PUNCU
Kesatu : Menetapkan kebijakan pelayanan kefarmasian di UPTD
Puskesmas Puncu
Kedua : Kebijakan mengenai pelayanan kefarmasian di UPTD
Puskesmas Puncu sebagaimana yang dimaksud pada diktum
pertama dimuat dalam lampiran yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Keputusan Kepala UPTD Puskesmas
Puncu
Ketiga : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan
diadakan perbaikan atau perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Kediri,
pada tanggal 15 Agustus 2016
KEPALA UPTD PUSKESMAS PUNCU,

AHMAD KHOTIB
KEPUTUSAN KEPALA UPTD
LAMPIRAN : PUSKESMAS PUNCU NOMOR :
188/4882/418.48.3.87/2016 TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN
KEFARMASIAN DI UPTD PUSKESMAS
PUNCU

I. PENILAIAN, PENGENDALIAN PENYEDIAAN DAN


PENGGUNAAN OBAT
Pengendalian obat dan bahan medis habis pakai adalah suatu kegiatan
untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan
strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi
kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan
dasar.

Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di


unit pelayanan kesehatan dasar.
Pengendalian obat terdiri dari :
a. Pengendalian persediaan
Untuk melakukan pengendalian persediaan diperlukan pengamatan
terhadap stok kerja, stok pengaman, waktu tunggu dan sisa stok.
b. Pengendalian penggunaan
Tujuannya adalah untuk menjaga kualitas pelayanan obat dan
meningkatkan efisiensi penggunaan obat
c. Penanganan obat hilang, rusak, dan kadaluwarsa
Tujuan penanganan obat hilang adalah sebagai bukti
pertanggungjawaban Kepala Puskesmas sehingga diketahui
persediaan obat pada saat itu.
Tujuan penanganan obat rusak/kadaluwarsa adalah untuk melindungi
pasien dari efek samping penggunaan obat rusak/kadaluwarsa.

II. PENYEDIAAN OBAT YANG MENJAMIN KETERSEDIAAN OBAT

Bentuk kegiatan Penyediaan Obat yang Menjamin Ketersediaan Obat


adalah sebagai berikut :
1. Permintaan rutin yang dilakukan setiap tiga bulan sesuai jadwal
yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri.
2. Permintaan khusus (di luar jadwal dari dinas) apabila terjadi :
- Kebutuhan meningkat
- Terjadi kekosongan
- Ada KLB/Bencana
3. Puskesmas dapat melakukan pengadaan obat sendiri dengan
menggunakan dana operasional puskesmas, sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

III. JAM PELAYANAN FARMASI

Jam buka pelayanan farmasi di UPTD Puskesmas Puncu dimulai pukul


07.30 WIB – 14.15 WIB, setiap hari kerja.

IV. PETUGAS YANG BERHAK MEMBERI RESEP

Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada
apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai
peraturan perundangan yang berlaku.
Maka petugas yang berhak memberi resep di UPTD Puskesmas Puncu :
 Petugas yang berhak menulis resep di UPTD Puskesmas Puncu adalah
dokter dan dokter gigi.
1. Dr. Ahmad Khotib
2. Dr. Santi Elida Y
3. Drg. Dewi Layli F

V. PETUGAS YANG BERHAK MENYEDIAKAN OBAT

1. Petugas yang berhak menyediakan obat di UPTD Puskesmas Puncu


adalah apoteker yang mempunyai SIPA.
2. Petugas yang dimaksud pada butir kesatu (apoteker) belum bisa
terpenuhi, maka penyediaan obat di UPTD Puskesmas Puncu
dilaksanakan oleh Asisten Apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian
yaitu Eva Windriati, A.Md,Farm.
3. Jika petugas tidak ada atau berhalangan maka penyedia obat bisa
dilaksanakan oleh tenaga bidan atau perawat/perawat gigi.
1. Endang Ruttanti, SST
2. Triana Sihwalujaningtyas, SST
3. Ummu Kultsum, A.Md,Keb
4. Sri Sumartik, A.Md,Keb
5. Lilik Hariani, A.Md,Keb
6. Sri Utami, A.Md,Farm
7. Emy Lisdiana,A.Md,Keb
8. Tri Cahyo Andari, A.Md,Keb
9. Pukes Hanandri Haksa,A.Md,Kep
10. Wiwik Sumarlin,A.Md,kep
11. Aning Setyati,S.Kep.NERS
12. Ratna Indrayanti,A.Md,Kep

VI. PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT

A. PERESEPAN
Peresepan adalah proses pesanan atau permintaan obat tertulis dari
dokter, dokter gigi, kepada petugas farmasi.
Kriteria resep yang tepat, aman dan rasional yaitu :
1. Tepat obat sesuai dengan diagnosis penyakitnya
2. Tepat indikasi penyakitnya
3. Tepat pemilihan obatnya
4. Tepat dosis
5. Tepat cara pemberian obat
6. Tepat pasien

Penulisan resep yang baik harus lengkap dan jelas. Dalam resep harus
tercantum :
1. Tanggal penulisan resep
2. Nama pasien
3. Umur pasien
4. Alamat pasien
5. Tanda R/
6. Nama obat, jumlah dan dosis obat yang diberikan
7. Tanda tangan/paraf dan nama terang dokter penulis resep
Untuk resep yang telah disimpan tiga tahun atau lebih, maka dilakukan
pemusnahan resep sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
B. PEMESANAN OBAT
Pemenuhan kebutuhan obat di Puskesmas Puncu terutama berasal
dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri.
Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di Puskesmas
Puncu diajukan oleh Kepala UPTD Puskesmas Puncu kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri dengan menggunakan format LPLPO,
sedangkan permintaan dari sub unit ke Kepala Puskesmas dilakukan
secara periodik menggunakan LPLPO sub unit.
Tujuan dari permintaan obat adalah untuk memenuhi kebutuhan
obat di Puskesmas, sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah
dibuat.
Bentuk kegiatan yang dilaksanakan dalam pemesanan/permintaan obat
antara lain :
a. Permintaan Rutin
Dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Kediri
b. Permintaan Khusus
Dilakukan di luar jadwal distribusi rutin apabila :
- Kebutuhan meningkat
- Terjadi kekosongan
- Ada KLB/Bencana
c. Apabila kebutuhan obat tidak dapat dipenuhi dari GFK, maka
dilakukan pembelian obat sendiri dengan menggunakan dana
Operasional Puskesmas sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

C. PENGELOLAAN OBAT
Pengelolaan obat merupakan salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian.
Tujuannya adalah untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dan
keterjangkauan obat. Yang efisien, efektif dan rasional, meningkatkan
kompetensi/kemampuan tenaga kefarmasian, mewujudkan sistem
informasi manajemen, dan melaksanakan pengendalian mutu pelayanan.
Pengelolaan obat meliputi kegiatan :
1. Perencanaan Obat
Merupakan proses kegiatan seleksi obat untuk menentukan jenis dan
jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas.
Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan :
 Perkiraan jenis dan jumlah obat yang mendekati kebutuhan
 Meningkatkan penggunaan obat secara rasional
 Meningkatkan efisiensi penggunaan obat
Proses seleksi obat harus melibatkan tenaga kesehatan yang ada di
Puskesmas seperti dokter, dokter gigi, bidan, dan perawat, serta
pengelola program yang berkaitan dengan pengobatan.
Proses perencanaan kebutuhan obat pertahun dilakukan secara
berjenjang (buttom up). Puskesmas diminta menyediakan data
pemakaian obat dengan menggunakan LPLPO. Selanjutnya Instalasi
Farmasi Kabupaten akan melakukan kompilasi dan analisa terhadap
kebutuhan obat puskesmas di wilayah kerjanya, menyesuaikan pada
anggaran yang tersedia dan memperhitungkan waktu kekosongan
obat, buffer stock, serta menghindari stok berlebih.
2. Permintaan Obat
Tujuan permintaan obat adalah memenuhi kebutuhan obat di
Puskesmas, sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat.
Permintaan diajukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakn
pemerintah daerah setempat.
3. Penerimaan Obat
Penerimaan obat adalah suatu kegiatan dalam menerima obat dari
instalasi Farmasi Kabupaten sesuai permintaan yang telah diajukan.
Tujuannya adalah agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan permintaan yang diajukan oleh Puskesmas.
Petugas penerimaan wajib melakukan pengecekan terhadap obat
yang diserahkan, mencakup jumlah kemasan, jenis dan jumlah obat,
bentuk obat sesuai dengan isi dokumen (LPLPO), ditandatangani
oleh petugas penerima dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. Bila
tidak memenuhi syarat, maka petugas penerima dapat mengajukan
keberatan.
Masa kadaluwarsa minimal obat yang diterima disesuaikan dengan
periode pengelolaan di Puskesmas ditambah satu bulan.
4. Penyimpanan Obat
Penyimpanan obat merupakan suatu kegiatan pengaturan terhadap
obat yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari
kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan.
Tujuannya adalah agar mutu obat yang tersedia di Puskesmas dapat
dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Penyimpanan obat dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut :
a. Bentuk dan jenis sediaan
b. Stabilitas (suhu, cahaya, kelembaban)
Agar tetap terjaga, suhu di ruang obat harus dipantau.
c. Mudah atau tidaknya meledak/terbakar
d. Narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus
5. Pendistribusian obat
Merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat secara merata
dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit/satelit farmasi
Puskesmas dan jaringannya. Tujuannya adalah untuk memenuhi
kebutuhan obat sub unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah
kerja Puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat.
Sub-sub unit di Puskesmas dan jaringannya antara lain :
a. Sub unit pelayanan kesehatan didalam lingkungan Puskesmas
b. Puskesmas Pembantu
c. Puskesmas Keliling
d. Posyandu
e. Polindes
Pendistribusian ke sub unit ( ruang tindakan, ruang pelayanan
dan lain-lain ) dilakukan dengan cara pemberian obat sesuai
resep yang diterima ( floor stock ), pemberian obat persekali
minum ( dipensing dosis unit ) atau kombinasi, sedangkan
pendistribusian ke jaringan Puskesmas dilakukan dengan cara
penyerahan obat sesuai dengan kebituhan ( floor stock )
6. Pengendalian Obat
Pengendalian obat adalah suatu kegiatan untuk memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan
program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan
dankekurangan / kekosngan Obat di unit pelayanan kesehatan dasar.
Tujuanya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekkosongan obat
diunit pelayanan kesehatan dasar.
Pengendalian obat terdiri dari :
a. Pengendalian persediaan
b. Pengendalian pengunaan
c. Penanganan obat hilang, rusak, dan kadaluarsa
7. Pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan
Merupakn rangkaian kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat
secara tertib, baik obat yang diterima, disimpan, didistribusikan dan
digunakan di Puskesmas atau unit pelayanan lainnya. Tujuan :
 Bukti bahwa pengelolaan obat telah dilakukan
 Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian
 Sumber data untuk membuat laporan
8. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan
Dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk :
 Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam
pengelolaan obat sehingga dapat menjaga kualitas maupun pemerataan
pelayanan
 Memperbaiki secara terus menerus pengelolaan obat
 Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan

VII. MENJAGA TIDAK TERJADINYA PEMBERIAN OBAT YANG


KADALUWARSA KEPADA PASIEN

Untuk menjaga tidak terjadinya pemberian obat yang kadaluwarsa


kepada pasien dilakukan :
 Memisahkan obat yang kadaluwarsa dan menyimpan obat yang
kadaluwarsa di tempat yang aman dengan memberikan tanda
 Obat yang kadaluwarsa dimusnahkan sesuai ketentuan yang berlaku
 Melihat kembali masa kadaluwarsa obat sebelum diberikan
 Penataan obat dalam proses penyimpanan obat digunakan sistem FIFO
dan FEFO.
1. FIFO (first in first out) artinya obat yang datang pertama kali harus
dikeluarkan lebih dahulu dari obat yang datang kemudian
2. FEFO (first expired first out) artinya obat yang lebih awal
kadaluwarsa harus dikeluarkan lebih dahulu dari obat yang
kadaluwarsa kemudian.

VIII. PERESEPAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA

Narkotika adalah :
zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke
dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang
tentang Narkotika.
Psikotropika adalah :
zat/bahan baku atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku.

Jenis golongan obat narkotika dan psikotropika yang ada di Puskesmas


Puncu :

NARKOTIKA PSIKOTROPIKA KET


KODEIN 10 mg ALPRAZOLAM
DIAZEPAM INJ
DIAZEPAM TABLET 2 mg
DIAZEPAM TABLET 5 mg
DIAZEPAM SUPP
LORAZEPAM 2 mg

Peresepan adalah proses pesanan atau permintaan obat tertulis dari dokter,
dokter gigi, kepada pengelola obat di Puskesmas Puncu.

Untuk peresepan narkotika dan psikotropika di UPTD Puskesmas Puncu


yang berhak menuliskan resep adalah dokter. Jika dokter menuliskan resep
obat narkotika dan psikotropika maka harus membubuhkan tanda tangan.

IX. PENYIMPANAN OBAT

Penyimpanan obat merupakan suatu kegiatan pengaturan terhadap obat


yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik
maupun kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan.
Tujuannya adalah agar mutu obat yang tersedia di puskesmas dapat
dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

Penyimpanan obat harus mempertimbangkan hal – hal sebagai berikut :

a. Bentuk dan jenis sediaan


b. Stabilitas (suhu, cahaya, kelembaban)
c. Mudah atau tidaknya meledak/terbakar
d. Narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus, mempunyai
dua lapis pintu yang masing-masing memiliki kunci.

Penyimpanan obat dikelompokkan berdasarkan jenis sediaan, dan


disusun secara alfabetis. Dengan menerapkan sistem FIFO dan FEFO,
FIFO (first in first out) artinya obat yang datang pertama kali harus
dikeluarkan lebih dahulu dari obat yang datang kemudian. FEFO (first
expired first out) artinya obat yang lebih awal kadaluwarsa harus
dikeluarkan lebih dahulu dari obat yang kadaluwarsa kemudian. Untuk
setiap obat harus disertai dengan kartu stok/kendali.

X. PENANGANAN OBAT KADALUWARSA

Expired date adalah waktu yang tertera pada kemasan yang menunjukkan
batas waktu diperbolehkannya obat tersebut dikonsumsi karena diharapkan
masih memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.
Obat yang sudah melewati masa kadaluwarsa dapat membahayakan
karena berkurangnya stabilitas obat tersebut dan dapat mengakibatkan efek
toksik (racun). Tujuan dilaksanakannya penanganan obat rusak adalah untuk
melindungi pasien dari efek samping penggunaan obat rusak/kadaluwarsa.
Dalam menangani obat rusak/kadaluwarsa, maka langkah – langkah yang
harus dilakukan adalah:
1. Petugas pengelola obat mengumpulkan dan mencatat obat kadaluwarsa yang
akan dimusnahkan
2. Petugas menyimpan obat yang kadaluwarsa secara terpisah di tempat yang
aman dan diberi tanda
3. Petugas pengelola obat melaporkan obat kadaluwarsa kepada Kepala
Puskesmas
4. Kepala Puskesmas mengirim surat ke Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri
tentang rencana pelaksanaan pemusnahan sekaligus permintaan untuk
memvalidasi obat apa saja yang akan dilakukan pemusnahan oleh pihak ke
III. Disertai data rincian nama obat, bentuk sediaan, jumlah, tanggal
kadaluwarsa
5. Kepala Puskesmas mengirimkan surat ke pihak ke III yaitu PT. PRIA untuk
meminta dilaksanakan pemusnahan obat kadaluwarsa oleh pihak ke III yaitu
PT. PRIA (Putra Restu Ibu Abadi)
6. Petugas pengelola obat menerima sertifikat pemusnahan Obat Kadaluwarsa
dari pihak ke III
7. Petugas mengirim salinan sertifikat pemusnahan Obat Kadaluwarsa ke
Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri

XI. PEMBERIAN OBAT PADA PASIEN

Kegiatan penyerahan (dispensing) dan pemberian informasi obat


merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap
menyiapkan/meracik obat, memberikan label/etiket, menyerahkan
sediaan farmasi dengan informasi yang memadai disertai
pendokumentasian.
Pemberian obat kepada pasien disertai dengan label obat yang jelas
(mencakup nama, tanggal, dosis, cara pemakaian obat dan frekuensi
penggunaannya)

XII. KETENTUAN TENTANG PENCATATAN, PEMANTAUAN,


PELAPORAN EFEK SAMPING OBAT DAN KTD

Pencatatan, pemantauan dan pelaporan efek samping obat merupakan


kegiatan pencatatan dan pemantauan setiap respon terhadap obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau
memodifikasi fungsi fisiologis.

Efek samping obat harus dilaporkan dan ditindak lanjuti, dan dicatat dalam
rekam medis.

Kegiatan yang harus dilaksanakan meliputi :


1. Menganalisis laporan efek samping obat
2. Mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengalami efek samping obat
3. Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
4. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional

XIII. PELAPORAN KESALAHAN PEMBERIAN OBAT DAN KNC

Apabila terjadi suatu insiden (KNC/KTD) terkait dengan pelayanan


kefarmasian, wajib segera ditindak lanjuti (dicegah/ditangani) untuk
mengurangi dampak/akibat yang tidak diharapkan. Setelah ditindak
lanjuti, segera dibuat laporan insidennya dengan mengisi Formulir
Laporan Insiden. Setiap kesalahan pemberian obat wajib dilaporkan oleh
petugas yang menemukan atau terlibat langsung dengan kejadian tersebut
kepada Penaggung Jawab UKP . Kesalahan pemberian obat yang
termasuk KNC atau KTD dilaporkan tepat waktu, paling lama 2x24 jam.

XIV. PENYEDIAAN OBAT EMERGENSI DI UNIT PELAYANAN

Penyediaan obat – obat emergensi di unit pelayanan merupakan suatu


kegiatan pemenuhan kebutuhan obat – obat kegawat daruratan sesuai
kebutuhan pada unit pelayanan. Maka perlu ditentukan daftar obat-obat
emergensi yang harus tersedia dalam jumlah cukup pada ruang tindakan,
ruang pelayanan gigi dan mulut, ruang pelayanan kesehatan ibu dan anak dan
ruang pelayanan umum .

Menentukan obat – obat emergensi yang tersedia di Ruang Pelayanan sebagai


berikut :

NO NAMA OBAT JUMLAH


1 AMINOPHILLIN INJEKSI 2 AMPUL
2 EPINEFRINE INJEKSI 2 AMPUL
3 DEXAMETHASONE INJEKSI 2 AMPUL
4 CAIRAN INFUS RL 1 FLASH
5 CAIRAN INFUS D5 1 FLASH
Menentukan obat – obat yang tersedia di Ruang Tindakan sebagai berikut :
NO NAMA OBAT JUMLAH
1 Aminofilin inj 5 AMPUL
2 Asam traneksamat inj 5 AMPUL
3 Atropin sulfas inj 5 AMPUL
4 Deksamethasone inj 5 AMPUL
5 Dhipenhidramin inj 5 AMPUL
6 Epinefrine inj 5 AMPUL
7 Lidocain inj 5 AMPUL
8 Lidocain comp inj 5 AMPUL
9 Methergin inj 5 AMPUL
10 Oxytocin inj 5 AMPUL
11 Ranitidin inj 5 AMPUL
12 MgSo4 20 % 1 AMPUL
13 MgSo4 40 % 1 AMPUL
14 Deksamethasone tablet 5 mg 10 TABLET
15 Furosemid 40 mg tablet 10 TABLET
16 Cairan infus NaCl 0,9 % 2 FLASH
17 Cairan infus Ringer Lactat 2 FLASH
18 Cairan infus D5 2 FLASH
19 Ventolin nebules 4 AMPUL

XV. PENYIMPANAN OBAT EMERGENSI DI UNIT PELAYANAN

Penyimpanan obat emergensi merupakan kegiatan untuk menyimpan obat-


obat emergensi secara aman dan mudah untuk digunakan. Agar penyimpanan
obat pelayanan kegawat daruratan aman dan mudah untuk digunakan
Keseimbangan antara akses, kesiapan, dan keamanan dari tempat
penyimpanan obat emergensi perlu dipenuhi. Penyimpanan obat emergensi di
unit pelayanan dan ruang tindakan dilakukan sebagai berikut :

1. Obat-obat emergensi disimpan di dalam lemari obat


2. Kunci di pegang oleh penanggung jawab unit pelayanan dan ruang
tindakan
3. Obat disusun secara alfabetis
4. Ada label nama obat dan segel pada wadah penyimpanan obat
5. Dijaga ketersediaan, jenis dan jumlah obat dengan cara dilakukannya
monitoring obat emergensi tiap satu bulan sekali

XVI. PELAYANAN RESEP

Pelayanan resep adalah proses kegiatan yang meliputi aspek teknis dan non
teknis yang harus dikerjakan mulai dari penerimaan resep, peracikan obat
sampai dengan penyerahan obat kepada pasien. Pelayanan resep dilakukan
sebagai berikut :
1. Penerimaan resep
Setelah menerima resep dari pasien, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Pemeriksaan kelengkapan administratif resep, yaitu : nama dokter,
SIP, paraf dokter, tanggal penulisan resep, nama obat, jumlah obat,
cara penggunaan, nama pasien, umur pasien dan alamat pasien
b. Pemeriksaan kesesuaian farmasetika, yaitu bentuk sediaan, dosis,
cara dan lama penggunaan obat
c. Pertimbangan klinik seperti alergi, efek samping, interaksi dan
kesesuain dosis
d. Konsultasikan dokter apabila ditemukan keraguan pada resep atau
obatnya tidak tersedia
2. Peracikan obat
Setelah memeriksa resep, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Pengambilan obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan
menggunakan alat, dengan memperhatikan nama obat, tanggal
kadaluwarsa dan keadaan fisik obat
b. Peracikan obat
1. Peracikan obat non racikan (obat jadi)
2. Percikan obat racikan puyer
c. Pemberian etiket warna putih untuk obat dalam/oral dan etiketwarna
biru untuk obat luar, serta menempelkan label “KOCOK DAHULU”
pada sediaan obat dalam bentuk larutan
d. Memasukkan obat kedalam wadah yang sesuai dan terpisah untuk
obat yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan penggunaan yang
salah
3. Penyerahan obat
Setelah peracikan obat, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan
pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket,
cara penggunaan serta jenis dan jumlah obat
b. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara
yang baik dan sopan, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat
mungkin emosinya tidak stabil
c. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau
keluarganya
d. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal lain yang
terkait dengan obat tersebut, antara lain manfaat obat, kemungkinan
efek samping dan cara penyimpanan.

KEPALA UPTD PUSKESMAS PUNCU,

AHMAD KHOTIB

Anda mungkin juga menyukai