DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS PUNCU
Jl. Puncak No. 7 PuncuKecamatanPuncu
Telp. (0354)7415028 e-mail; puskesmaspuncu@gmail.com
KEDIRI
KodePos 64292
KEPUTUSAN
KEPALA UPTD PUSKESMAS PUNCU
NOMOR : 188/4882 /418.48.3.87/2016
TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI UPTD PUSKESMAS PUNCU
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Kediri,
pada tanggal 15 Agustus 2016
KEPALA UPTD PUSKESMAS PUNCU,
AHMAD KHOTIB
KEPUTUSAN KEPALA UPTD
LAMPIRAN : PUSKESMAS PUNCU NOMOR :
188/4882/418.48.3.87/2016 TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN
KEFARMASIAN DI UPTD PUSKESMAS
PUNCU
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada
apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai
peraturan perundangan yang berlaku.
Maka petugas yang berhak memberi resep di UPTD Puskesmas Puncu :
Petugas yang berhak menulis resep di UPTD Puskesmas Puncu adalah
dokter dan dokter gigi.
1. Dr. Ahmad Khotib
2. Dr. Santi Elida Y
3. Drg. Dewi Layli F
A. PERESEPAN
Peresepan adalah proses pesanan atau permintaan obat tertulis dari
dokter, dokter gigi, kepada petugas farmasi.
Kriteria resep yang tepat, aman dan rasional yaitu :
1. Tepat obat sesuai dengan diagnosis penyakitnya
2. Tepat indikasi penyakitnya
3. Tepat pemilihan obatnya
4. Tepat dosis
5. Tepat cara pemberian obat
6. Tepat pasien
Penulisan resep yang baik harus lengkap dan jelas. Dalam resep harus
tercantum :
1. Tanggal penulisan resep
2. Nama pasien
3. Umur pasien
4. Alamat pasien
5. Tanda R/
6. Nama obat, jumlah dan dosis obat yang diberikan
7. Tanda tangan/paraf dan nama terang dokter penulis resep
Untuk resep yang telah disimpan tiga tahun atau lebih, maka dilakukan
pemusnahan resep sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
B. PEMESANAN OBAT
Pemenuhan kebutuhan obat di Puskesmas Puncu terutama berasal
dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri.
Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di Puskesmas
Puncu diajukan oleh Kepala UPTD Puskesmas Puncu kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri dengan menggunakan format LPLPO,
sedangkan permintaan dari sub unit ke Kepala Puskesmas dilakukan
secara periodik menggunakan LPLPO sub unit.
Tujuan dari permintaan obat adalah untuk memenuhi kebutuhan
obat di Puskesmas, sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah
dibuat.
Bentuk kegiatan yang dilaksanakan dalam pemesanan/permintaan obat
antara lain :
a. Permintaan Rutin
Dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Kediri
b. Permintaan Khusus
Dilakukan di luar jadwal distribusi rutin apabila :
- Kebutuhan meningkat
- Terjadi kekosongan
- Ada KLB/Bencana
c. Apabila kebutuhan obat tidak dapat dipenuhi dari GFK, maka
dilakukan pembelian obat sendiri dengan menggunakan dana
Operasional Puskesmas sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
C. PENGELOLAAN OBAT
Pengelolaan obat merupakan salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian.
Tujuannya adalah untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dan
keterjangkauan obat. Yang efisien, efektif dan rasional, meningkatkan
kompetensi/kemampuan tenaga kefarmasian, mewujudkan sistem
informasi manajemen, dan melaksanakan pengendalian mutu pelayanan.
Pengelolaan obat meliputi kegiatan :
1. Perencanaan Obat
Merupakan proses kegiatan seleksi obat untuk menentukan jenis dan
jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas.
Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan :
Perkiraan jenis dan jumlah obat yang mendekati kebutuhan
Meningkatkan penggunaan obat secara rasional
Meningkatkan efisiensi penggunaan obat
Proses seleksi obat harus melibatkan tenaga kesehatan yang ada di
Puskesmas seperti dokter, dokter gigi, bidan, dan perawat, serta
pengelola program yang berkaitan dengan pengobatan.
Proses perencanaan kebutuhan obat pertahun dilakukan secara
berjenjang (buttom up). Puskesmas diminta menyediakan data
pemakaian obat dengan menggunakan LPLPO. Selanjutnya Instalasi
Farmasi Kabupaten akan melakukan kompilasi dan analisa terhadap
kebutuhan obat puskesmas di wilayah kerjanya, menyesuaikan pada
anggaran yang tersedia dan memperhitungkan waktu kekosongan
obat, buffer stock, serta menghindari stok berlebih.
2. Permintaan Obat
Tujuan permintaan obat adalah memenuhi kebutuhan obat di
Puskesmas, sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat.
Permintaan diajukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakn
pemerintah daerah setempat.
3. Penerimaan Obat
Penerimaan obat adalah suatu kegiatan dalam menerima obat dari
instalasi Farmasi Kabupaten sesuai permintaan yang telah diajukan.
Tujuannya adalah agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan permintaan yang diajukan oleh Puskesmas.
Petugas penerimaan wajib melakukan pengecekan terhadap obat
yang diserahkan, mencakup jumlah kemasan, jenis dan jumlah obat,
bentuk obat sesuai dengan isi dokumen (LPLPO), ditandatangani
oleh petugas penerima dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. Bila
tidak memenuhi syarat, maka petugas penerima dapat mengajukan
keberatan.
Masa kadaluwarsa minimal obat yang diterima disesuaikan dengan
periode pengelolaan di Puskesmas ditambah satu bulan.
4. Penyimpanan Obat
Penyimpanan obat merupakan suatu kegiatan pengaturan terhadap
obat yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari
kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan.
Tujuannya adalah agar mutu obat yang tersedia di Puskesmas dapat
dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Penyimpanan obat dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut :
a. Bentuk dan jenis sediaan
b. Stabilitas (suhu, cahaya, kelembaban)
Agar tetap terjaga, suhu di ruang obat harus dipantau.
c. Mudah atau tidaknya meledak/terbakar
d. Narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus
5. Pendistribusian obat
Merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat secara merata
dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit/satelit farmasi
Puskesmas dan jaringannya. Tujuannya adalah untuk memenuhi
kebutuhan obat sub unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah
kerja Puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat.
Sub-sub unit di Puskesmas dan jaringannya antara lain :
a. Sub unit pelayanan kesehatan didalam lingkungan Puskesmas
b. Puskesmas Pembantu
c. Puskesmas Keliling
d. Posyandu
e. Polindes
Pendistribusian ke sub unit ( ruang tindakan, ruang pelayanan
dan lain-lain ) dilakukan dengan cara pemberian obat sesuai
resep yang diterima ( floor stock ), pemberian obat persekali
minum ( dipensing dosis unit ) atau kombinasi, sedangkan
pendistribusian ke jaringan Puskesmas dilakukan dengan cara
penyerahan obat sesuai dengan kebituhan ( floor stock )
6. Pengendalian Obat
Pengendalian obat adalah suatu kegiatan untuk memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan
program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan
dankekurangan / kekosngan Obat di unit pelayanan kesehatan dasar.
Tujuanya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekkosongan obat
diunit pelayanan kesehatan dasar.
Pengendalian obat terdiri dari :
a. Pengendalian persediaan
b. Pengendalian pengunaan
c. Penanganan obat hilang, rusak, dan kadaluarsa
7. Pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan
Merupakn rangkaian kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat
secara tertib, baik obat yang diterima, disimpan, didistribusikan dan
digunakan di Puskesmas atau unit pelayanan lainnya. Tujuan :
Bukti bahwa pengelolaan obat telah dilakukan
Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian
Sumber data untuk membuat laporan
8. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan
Dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk :
Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam
pengelolaan obat sehingga dapat menjaga kualitas maupun pemerataan
pelayanan
Memperbaiki secara terus menerus pengelolaan obat
Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan
Narkotika adalah :
zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke
dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang
tentang Narkotika.
Psikotropika adalah :
zat/bahan baku atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku.
Peresepan adalah proses pesanan atau permintaan obat tertulis dari dokter,
dokter gigi, kepada pengelola obat di Puskesmas Puncu.
Expired date adalah waktu yang tertera pada kemasan yang menunjukkan
batas waktu diperbolehkannya obat tersebut dikonsumsi karena diharapkan
masih memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.
Obat yang sudah melewati masa kadaluwarsa dapat membahayakan
karena berkurangnya stabilitas obat tersebut dan dapat mengakibatkan efek
toksik (racun). Tujuan dilaksanakannya penanganan obat rusak adalah untuk
melindungi pasien dari efek samping penggunaan obat rusak/kadaluwarsa.
Dalam menangani obat rusak/kadaluwarsa, maka langkah – langkah yang
harus dilakukan adalah:
1. Petugas pengelola obat mengumpulkan dan mencatat obat kadaluwarsa yang
akan dimusnahkan
2. Petugas menyimpan obat yang kadaluwarsa secara terpisah di tempat yang
aman dan diberi tanda
3. Petugas pengelola obat melaporkan obat kadaluwarsa kepada Kepala
Puskesmas
4. Kepala Puskesmas mengirim surat ke Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri
tentang rencana pelaksanaan pemusnahan sekaligus permintaan untuk
memvalidasi obat apa saja yang akan dilakukan pemusnahan oleh pihak ke
III. Disertai data rincian nama obat, bentuk sediaan, jumlah, tanggal
kadaluwarsa
5. Kepala Puskesmas mengirimkan surat ke pihak ke III yaitu PT. PRIA untuk
meminta dilaksanakan pemusnahan obat kadaluwarsa oleh pihak ke III yaitu
PT. PRIA (Putra Restu Ibu Abadi)
6. Petugas pengelola obat menerima sertifikat pemusnahan Obat Kadaluwarsa
dari pihak ke III
7. Petugas mengirim salinan sertifikat pemusnahan Obat Kadaluwarsa ke
Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri
Efek samping obat harus dilaporkan dan ditindak lanjuti, dan dicatat dalam
rekam medis.
Pelayanan resep adalah proses kegiatan yang meliputi aspek teknis dan non
teknis yang harus dikerjakan mulai dari penerimaan resep, peracikan obat
sampai dengan penyerahan obat kepada pasien. Pelayanan resep dilakukan
sebagai berikut :
1. Penerimaan resep
Setelah menerima resep dari pasien, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Pemeriksaan kelengkapan administratif resep, yaitu : nama dokter,
SIP, paraf dokter, tanggal penulisan resep, nama obat, jumlah obat,
cara penggunaan, nama pasien, umur pasien dan alamat pasien
b. Pemeriksaan kesesuaian farmasetika, yaitu bentuk sediaan, dosis,
cara dan lama penggunaan obat
c. Pertimbangan klinik seperti alergi, efek samping, interaksi dan
kesesuain dosis
d. Konsultasikan dokter apabila ditemukan keraguan pada resep atau
obatnya tidak tersedia
2. Peracikan obat
Setelah memeriksa resep, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Pengambilan obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan
menggunakan alat, dengan memperhatikan nama obat, tanggal
kadaluwarsa dan keadaan fisik obat
b. Peracikan obat
1. Peracikan obat non racikan (obat jadi)
2. Percikan obat racikan puyer
c. Pemberian etiket warna putih untuk obat dalam/oral dan etiketwarna
biru untuk obat luar, serta menempelkan label “KOCOK DAHULU”
pada sediaan obat dalam bentuk larutan
d. Memasukkan obat kedalam wadah yang sesuai dan terpisah untuk
obat yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan penggunaan yang
salah
3. Penyerahan obat
Setelah peracikan obat, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan
pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket,
cara penggunaan serta jenis dan jumlah obat
b. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara
yang baik dan sopan, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat
mungkin emosinya tidak stabil
c. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau
keluarganya
d. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal lain yang
terkait dengan obat tersebut, antara lain manfaat obat, kemungkinan
efek samping dan cara penyimpanan.
AHMAD KHOTIB