Anda di halaman 1dari 9

PEMERINTAH KOTA BENGKULU

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS PERAWATAN
BERINGIN RAYA
JL. Budi Utomo No. 5 Kota Bengkulu Kode Pos xxxx
Telp. (0736) xxxxx

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS PERAWATAN BERINGIN RAYA


NOMOR : 800/ nomor /pkm xxx/bulan/2018

TENTANG
PELAYANAN FARMASI DI UPTD PUSKESMAS PERAWATAN BERINGIN RAYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

KEPALA UPTD PUSKESMAS PERAWATAN BERINGIN RAYA,

Menimbang : a. bahwa setiap instansi pelayanan kesehatan termasuk UPTD


PUSKESMAS PERAWATAN BERINGIN RAYA
bekewajiban untuk memberikan pelayanan farmasi yang
bermutu dan aman;
b. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan farmasi di
UPTD Puskesmas Perawatan Beringin raya perlu
menetapkan Surat Keputusan Puskesmas tentang
penetapan Formularium Obat di UPTD PUSKESMAS
PERAWATAN BERINGIN RAYA;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
3. Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 8737);
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat ;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46
Tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama,
Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik Mandiri
Dokter Gigi;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43
Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen Puskesmas;
MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS TENTANG PELAYANAN


FARMASI UPTD PUSKESMAS PERAWATAN BERINGIN
RAYA

KESATU : Kebijakan pelayanan farmasi di UPTD PUSKESMAS


PERAWATAN BERINGIN RAYA sebagaimana tercantum dalam
Lampiran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari surat
keputusan ini.
KEDUA : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan
diadakan perbaikan/ perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Bengkulu
Pada Tanggal :

KEPALA UPTD PUSKESMAS PERAWATAN BERINGIN RAYA


KOTA BENGKULU

Buyung Saukani
LAMPIRAN
KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS
PERAWATAN BERINGIN RAYA
NOMOR 800/nmr/namapkm/bln/2017
TENTANG PELAYANAN FARMASI
UPTD PUSKESMAS PERAWATAN
BERINGIN RAYA

PELAYANAN FARMASI UPTD PUSKESMAS PERAWATAN BERINGIN RAYA

A. PENYEDIAAN OBAT YANG MENJAMIN KETERSEDIAAN OBAT UPTD


PUSKESMAS PERAWATAN BERINGIN RAYA

Penyediaan obat yang menjamin ketersediaan obat diwujudkan dalam kegiatan


pengendalian obat. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan
obat di unit pelayan kesehatan dasar, yang terdiri dari:
1. Memperkirakan atau menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu di
Puskesmas dan seluruh unit pelayanan.
2. Menentukan:
- Stok optimum
- Stok pengaman atau penyangga (buffer stock)
- Waktu tunggu.

Pengendalian obat terdiri dari:


1. Pengendalian persediaan
2. Pengendalian penggunaan
3. Penanganan obat hilang.

1. Pengendalian Persediaan
Untuk melakukan pengendalian persediaan diperlukan pengamatan terhadap stok
kerja, stok pengaman, waktu tunggu dan sisa stok. Sedangkan untuk mencukupi
kebutuhan obat perlu diperhitungkan sisa stok yang seharusnya ada pada waktu
kedatangan obat berikutnya atau jika memungkinkan memesan, maka dapat dihitung
jumlah obat yang dipesan dengan rumus:
Q = SK +SP (WT x D) -SS

Keterangan :
Q = jumlah obat yang dipesan
SK = stok kerja
SP = stok pengaman
SS = sisa stok
D = pemakaian rata-rata per minggu atau per bulan

Untuk menghindari terjadinya kekosongan obat dalam persediaan, hal-hal yang


perlu diperhatikan sebagai berikut:
1. Mencantumkan jumlah stok optimum pada kartu stok
2. Melaporkan kepada Dinas Kesehatan Kota Bengkulu apabila terdapat pemakaian
yang melebihi rencana
3. Membuat laporan secara berkala kepada Kepala Puskesmas tentang pemakaian
obat tertentu yang banyak dan obat lainnya yang mempunyai persediaan yang
banyak.

Setiap satu bulan sekali dilakukan Pemeriksaan Besar (pencacahan) yang


bertujuan untuk mengetahui kecocokan antara kartu sok obat dengan jumlah obat
yang ada (jumlah fisik obat).
2. Pengendalian Penggunaan
Tujuan dilaksanakannya pengendalian penggunaan adalah untuk menjaga
kualitas pelayanan obat dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan dana obat.
Pengendalian penggunaan meliputi:
a. Persentase penggunaan antibiotik
b. Persentase penggunaan injeksi
c. Persentase rata jumlah R/
d. Kesesuaian dengan pedoman.

3. Penanganan Obat hilang


Tujuan dilaksanakan penanganan obat hilang adalah sebagai bukti
pertanggungjawaban Kepala Puskesmas sehingga diketahui persediaan obat saat
itu. Obat juga dinyatakan hilang apabila jumlah obat dalam tempat penyimpanan
ditemukan kurang dari catatan sisa stok pada kartu stok..
Dalam menangani obat yang hilang, langkah-langkah yang harus dilakukan
adalah sebagai berikut:
1. Petugas pengelola obat mencatat jenis dan jumlah obat yang hilang pada kartu
stok
2. Petugas pengelola obat menyusun daftar jenis dan jumlah obat yang hilang untuk
dilaporkan kepada Kepala Puskesmas
3. Kepala Puskesmas memeriksa dan memastikan kejadian tersebut kemudian
menerbitkan Berita Acara Obat Hilang
4. Kepala Puskesmas menyampaikan laporan kejadian tersebut kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kota Bengkulu disertai Berita Acara Obat Hilang
5. Apabila hilangnya obat karena pencurian, maka dilaporkan kepada Kepolisian
6. Apabila jumlah obat yang tersisa tidak mencukupo kebutuhan pelayanan, maka
petugas pengelola obat segera menagjukan permintaan obat kepada kepala
Dinas Kesehatan Kota Bengkulu dengan menggunakan LPLPO.

B. JAM BUKA PELAYANAN FARMASI

Jam buka pelayanan farmasi di UPTD Puskesmas Perawatan Beringin Raya


Senin-kamis : Pukul 08.00 WIB- 12.20 WIB
Jumat : Pukul 08.00 WIB- 11.00 WIB
Sabtu : Pukul 08.00 WIB- 12.00 WIB

C. PETUGAS YANG BERHAK MEMBERI RESEP

Petugas yang berhak memberikan resep adalah dokter, dokter gigi. Jika dokter
atau dokter gigi berhalangan hadir maka diberikan wewenang atau pelimpahan tugas
kepada perawat yang berdinas di poli tersebut.

D. PETUGAS YANG BERHAK MENYEDIAKAN OBAT

No. Nama Petugas Profesi Kompetensi


NIP (Apoteker/TTK)
1. Yarnida Kurniati, S.Farm., Apt Apoteker Apoteker
2. Dian Christiani, AMF Asisten Apoteker Tenaga Teknis
198312082009032004 Kefarmasian
3. Risma Yuliana Asisten Apoteker Tenaga Teknis
197407071994032006 Kefarmasian

Persyaratan petugas yang bertanggung jawab dalam pelayan obat:


1. Apoteker yang memiliki SIPA/STRA
2. Asisten Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian yang memiliki SIPTTK
3. Tenaga kesehatan lain yang sesuai kompetensinya memiliki pengetahuan dan
pengalaman di bidang farmasi, yaitu Perawat/Pearawat gigi/Bidan.
Apabila persyaratan petugas yang diberi kewenangan melaksanakan penyediaan
obat tidak dapat dipenuhi, maka petugas tersebut harus mengikuti pelatihan khusus
yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Kota Bengkulu untuk melaksanakan tugas
manajemen kefarmasian di UPTD Puskesmas Perawatan Beringin Raya.

E. PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT

A. Peresepan

a. Penulisan Resep
Peresepan adalah proses pesanan atau permintaan obat tertulis dari dokter,
dokter gigi, dan praktisi lainnya yang berijin kepada pengelola obat di Puskesmas
Perawatan Beringin Raya untuk menyediakan atau membuatkan dan
menyerahkannya kepada pasien. Resep merupakan sarana komunikasi
profesional antara dokter, penyedia obat dan pasien (pengguna obat). Isi resep
merupakan refleksi dari proses pengobatan. Untuk itu, agar obat berhasil, resep
harus rasional.

Kriteria resep yang tepat, aman dan rasional yaitu :


1. Tepat obat sesuai dengan diagnosis penyakitnya
2. Tepat indikasi penyakit
3. Tepat pemilihan obat
4. Tepat dosis
5. Tepat cara pemberian obat
6. Tepat pasien

Bahasa dalam penulisan resep menggunakan bahasa latin yang sudah


digunakan sebagai ilmu kesehatan karena bahasa latin tidak mengalami
perubahan (statis), sehingga resep obat yang ditulis dalam bahasa latin tidak
akan terjadi salah tafsir.
Penulisan resep yang baik harus lengkap dan jelas. Dalam resep untuk
pasien rawat jalan harus tercantum:
1. Tanggal penulisan resep
2. Nama pasien
3. Umur pasien
4. Alamat pasien
5. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan obat
6. Nama obat, jumlah dan dosis obat yang diberikan kepada oral
7. Nama obat, jumlah dan dosis obat yang diberikan parenteral pada kolom
suntikan
8. Kode pasien Umum dan BPJS

b. Penyiapan Obat
Petugas farmasi yang bertugas menyediakan obat yang diresepkan oleh
dokter atau praktisi lain yang berizin harus memahami isi resep dan
memperhatikan:
1. Nama obat
2. Jenis dan bentuk sediaan obat
3. Nama dan Umur pasien
4. Dosis
5. Cara pemakaian dan aturan pemberian
6. Menanyakan kepada penulis resep apabila tulisan tidak jelas
7. Konsultasi alternatif obat kepada penulis resep apabila obat yang dimaksud
tidak tersedia
8. Penggunaan sendok atau spatula pada saat mengambil obat dari tempatnya
9. Pemasangan etiket/ label obat pada kemasan obat
c. Penyerahan Obat
Petugas farmasi yang bertugas menyediakan obat yang diresepkan oleh
dokter atau praktisi lain harus memperhatikan:
1. Pengecekan akhir pada identitas pasien dan isi resep
2. Pemberian obat melalui loket
3. Penerima obat adalah pasien atau keluarga pasien

B. Pemesanan Obat
Sumber penyediaan obat di Puskesmas Perawatan Beringin Raya berasal dari
Dinas Kesehatan Kota Bengkulu. Obat yang diperkenankan untuk disediakan di
Puskesmas Perawatan Beringin Raya adalah obat-obat yang tercantum dalam DOEN
yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan
Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di Puskesmas Perawatan
Beringin Raya diajukan oleh Kepala Puskermas Perawatan Beringin Raya kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bengkulu dengan menggunakan format LPLPO,
sedangkan permintaan dari sub unit ke Kepala Puskesmas dilakukan secara periodik
menggunakan LPLPO sub unit.
Tujuan dari permintaan obat adalah untuk memenuhi kebutuhan obat di
Puskesmas Perawatan Beringin Raya sesuai dengan pola penyakit yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Perawatan Beringin Raya.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam permintaan obat antara lain :
1. Menentukan jenis permintaan obat
a. Permintaan Rutin
Dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh Dinas Kesehatan Kota
Bengkulu untuk Puskesmas Perawatan Beringin Raya
b. Permintaan Khusus
Dilakukan di luar jadwal distribusi rutin apabila :
 Kebutuhan meningkat
 Terjadi Kekosongan
 Ada KLB atau Bencana
2. Data yang diperlukan antara lain sebagai berikut:
a. Data pemakaian obat periode sebelumnya
b. Jumlah kunjungan resep
c. Jadwal distribusi obat dari Gudang Farmasi Kota Bengkulu
d. Sisa Stok
3. Menghitung kebutuhan obat dengan cara :
Jumlah untuk periode yang akan datang diperkirakan sama dengan pemakaian
pada periode sebleumnya.

SO = SK + SWK + SWT + SP

Sedangkan untuk menghitung permintaan obat dapat dilakukan dengan


menggunakan rumus :

Permintaan = SO – SS

Keterangan :
SO = Stok Minimum
SK = Stok Kerja (Stok pada periode berjalan)
SWK = Jumlah yang dibutuhkan pada waktu kekosongan obat
SWT = Jumlah yang dibutuhkan pada waktu tunggu (Lead Time)
SP = Stok Penyanggah
SS = Sisa Stok
Stok Kerja Pemakaian rata-rata periode distribusi
Waktu Kekosongan Lamanya kekosongan obat yang dihitung dalam
hari
Waktu Tunggu Dihitung mulai dari permintaan obat oleh
Puskesmas Perawatan Beringin Raya sampai
dengan penerimaan obat di Puskesmas
Perawatan Beringin Raya
Stok Penyanggah Persediaan obat untuk mengantisipasi terjadinya
peningkatan kunjungan, keterlambatan
kedatangan obat. Besarnya ditentukan
berdasarkan kesepakatan antara Puskesmas dan
Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kota
Bengkulu.
Sisa Stok Sisa obat yang masih tersedia di Puskesmas
Perawatan Beringin Raya pada akhir periode
distribusi
Stok Optimum Stok ideal yang haruis tersedia dalam eaktu
periode tertentu agar tidak terjadi kekosongan

C. Pengelolaan Obat
Obat dan perbekalan kesehatan hendaknya dikelola secara optimal untuk
menjamin tercapainya tepat jumlah, tepat jenis, tepat penyimpanan,tepat waktu
pendistribusian, tepat penggunaan dan tepat mutunyadi tiap unit pelayanan
kesehatan.
Pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan meliputi kegiatan :
1. Perencanaan dan permintaan
2. Penerimaan
3. Penyimpanan dan distribusi
4. Pencatatan dan Pelaporan
5. Supervisi dan evaluasi pengelolaan obat

F. PERSAYARATAN PENYIMPANAN OBAT

Petugas memastikan tempat penyimpanan obat kering, tidak lembab dan


terhindar dari cahaya matahari langsung. Petugas juga memastikan ruagan yang
diginakan untuk penyimapanan obat mempunyai pintu yang dilengakapi kunci. Dalam
penyimpanan, obat disusun secara alfabetis dengan sIstem pegeluaran obat first in
first out (FIFO) dan first expired first out (FEFO). Setiap penerimaan dan pengeluaran
obat dalam gudang farmasi, ditulis secara rinci pada kartu stok. Selanjutnya kartu
stok diletakkan di samping masing-masing obat.

G. PENANGANAN OBAT RUSAK ATAU KADALUARSA

Expire date obat adalah waktu yang tertera pada kemasan obat yang
menunjukkan batas waktu yang diperbolehkan untuk mengkonsumsi obat tersebut
karena diharapkan masih memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Untuk masa
kadaluarsa, berhubungan dengan stabilitas obat dan masa simpan obat.
Obat yang sudah melewati masa kadaluarsa dapat membahayakan karena
berkurangnya stabilitas obat tersebut sehingga dapat menyebabkan efek toksik
(racun). Hal ini dikarenakan kerja obat sudah optimal dan kecepatan reaksinya telah
menurun, sehingga obat yang masuk ke dalam tubuh hanya akan mengendap dan
dapat menjadi racun. Obat yang belum kadaluarsa, tetapi ditemukan telah rusak
terjadi dikarenakan penyimpanan yang salah, sehingga dapat menyebabkan zat di
dalam obat tersebut rusak. Tanda kerusakan obat disertai dengan perubahan bentuk,
warna, bau, rasa atau konsistensi. Oleh karena itu harus diperhatikan cara
penyimpanan obat yang baik.
Untuk memberikan perlindungan pasien dari penggunaan obat dari segi
persyaratan mutu, keamanan, maka dilakukan penanganan terhadap obat rusak atau
kadaluarsa sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Penanganan obat rusak atau kadaluarsa adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi obat yang rusak atau kadaluarsa
2. Obat yang rusak atau kadaluarsa dikurangkan dari catatan sisa stok pada kartu
stok oleh petugas pengelola obat
3. Mengumpulkan obat rusak atau kadaluarsa dan disimpan dari tempat yang
terpisah dari penyimpanan obat lainnya
4. Membuat catatan nama, no. batch, jumlah dan tanggal kadaluarsa obat yang
rusak, kemudian dilaporkan kepada Kepala Puskesmas dan dan ditandatangani
oleh Kepala Puskesmas.
5. Melaporkan dan mengirim obat tersebut ke UPTD farmasi kota Bengkulu

H. PERESEPAN OBAT PSIKOTROPIKA DAN NARKOTIKA

Peresepan adalah proses pesanan atau permintaan obat tertulis dari dokter,
kepada unit penunjang obat yang ada. Dalam pemberian obat psikotropika dan
narkotika hanya dapat dilakukan apabila:
1. Peresepan obat psikotropika dan narkotika hanya boleh ditulis oleh dokter
2. Resep merupakan resep asli dan ditangani langsung oleh dokter pemerik sa atau
pemberi resep
3. Jika tidak ditandatangani resep bisa ditolak atau dapat dilakukan konfirmasi ke
dokter yang menulis resep
4. Resep yang ditulis harus jelas dari jenisnya, jumlah dan cara penggunaan
5. Resep psikotropika diberi garis merah dibawah nama obat dan obat narkotika
diberi garis biru di bawah nama resep obat dan ditandatanganisejajar garis merah
atau biru
6. Dibelakang resep ditulis nama dan alamat pasien yang lengkap
7. Resep yang berisi obat psikotopika dan narkotika disimpan dalam lemari obat
dalam keadaan terkunci, menjadi satu dengan obat psikotropika.

Obat narkotika menurut Undang-undang RI nomor 35 tahun 2009 terbagi dalam 3


golongan, yaitu:
1. Golongan I : hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan
Contoh : Opium, Heroin, Kokain, dll yang tercantum dalam daftar narkotika
golongan I

2. Golongan II : Digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan


berkhasiat untuk pengobatan pilihan terakhir
Contoh : Metadone, Morfin, Petidin, Fentanil, dll yang tercantum dalam daftar
narkotika golongan II

3. Golongan III : Berkhasiat untuk pengobatan, mempunyai potensi


ketergantungan yang ringan serta digunakan untuk pengembangan ilmu
pengetahuan
Contoh : Kodein, Buprenorfin, Etilmorfin.

Obat psikotropika menurut undang-undang RI nomor 5 tahun 1997 terbagi dalam


4 golongan, yaitu:
1. Golongan I : Hanya untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
Contoh : LSD, MDMA atau Ekstasi
2. Golongan II : Berkhasiat untuk pengobatan, mempunyai potensi ketergantungan
yang kuat serta digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan
Contoh : Metamfetamin (Shabu), Sekobarbital
3. Golongan III : Berkhasiat untuk pengobatan, mempunyai potensi ketergantungan
yang sedang serta digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan
Contoh : Amobarbital, Pentobarbital
4. Golongan IV : Berkhasiat untuk pengobatan, mempunyai potensi ketergantungan
yang ringan serta digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan
Contoh : Diazepam, Alprazolam, Diazepam, Clobazam, Klordiazepoksid.

Obat Prekursor menurut peraturan pemerintah RI nomor 44 tahun 2010:


Tabel I : Efedrin, Ergometrin, Ergotamine, Potassium permanganat, Pseudofedrin, dll
yang ada di tabel I
Tabel II : Aseton, Ethil eter , Sulfuric acid, dll yang ada di tabel II.

I. PENGGUNAAN OBAT YANG DIBAWA SENDIRI OLEH PASIEN/KELUARGA

Pasien datang ke Puskesmas dengan membawa obat kemudian dokter


menetapkan terapi atas diagnosis pasien. Dokter mengetahui obat yang dibawa
sendiri oleh pasien/keluarga. Petugas farmasi melayani obat sesuai resep, dalam
rsep dapat diberi keterangan obat lain yang perlu dilanjutkan atau sedang digunakan
oleh pasien.

J. PENCATATAN, PEMANTAUAN PELAPORAN EFEK SAMPING OBAT DAN KTD

Jika terjadi KTD pada saat pelayanan farmasi di Puskesmas Perawatan Beringin
Raya harus dicatat di dalam buku pencatatan KTD, selanjutnya di laporkan kepada
Kepala Puskesmas untuk ditindaklanjuti.

K. PENYEDIAAN OBAT EMERGENSI


Obat-obatan harus tersedia di Puskesmas Perawatan Beringin Raya, sesuai
dengan ketetapan dan lampiran daftar obat-obat emergensi.

KEPALA UPTD PUSKESMAS PERAWATAN BERINGIN RAYA


KOTA BENGKULU

Buyung Saukani

Anda mungkin juga menyukai