DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS SUKAREJO
JL.LintasKa.Tungkal – Jambi Km 25 DesaMekar Jaya Kecamatan Betara KodePos 36555
SURAT KEPUTUSAN
KEPALA PUSKESMAS SUKAREJO
Nomor: /SK/PKM.SKJ/2017
TENTANG
PENANGANAN OBAT
Menimbang : a. bahwa untuk menunjang layanan klinis di Puskesmas, maka perlu didukung
oleh pelayanan obat yang baik;
b. bahwa pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi
dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien;
c. bahwa untuk memberikan perlindungan kepada pasien dari penggunaan sediaan
farmasi dan alat kesehatan yang tidak tepat serta yang tidak memenuhi
persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatannya, maka dilakukan penanganan
terhadap obat yang sudah rusak atau kadaluarsa sesuai dengan ketentuan yang
berlaku;
d. bahwa guna meningkatkan kualitas pelayanan diseluruh pelayanan public di
puskesmas Sukarejo yang transparan dan akuntabel serta efektif dan efesien
perlu penyediaan obat emergensi;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,b,c dan
d tersebut diatas perlu ditetapkan Surat Keputusan Kepala Puskesmas tentang
Penanganan Obat.
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1121 Tahun 2008
tentang Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
Untuk Pelayanan Kesehatan Dasar;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas;
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 922 Tahun 2008 tentang
Obat dan Perbekalan Kesehatan;
MEMUTUSKAN
Keempat : Surat ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila dikemudian
hari terdapat kekeliruan akan diadakan perbaikan dan perubahan sebagaimana
mestinya.
Ditetapkan di : Sukarejo
Pada tanggal :
PANGGUNG SUPARTO
Lampiran I : Keputusan KepalaPuskesmas Sukarejo
Kabupaten Tanjung Jabung Barat
Nomor : /SK /PKM-SKJ/2017
Tanggal :
Penyediaan obat yang menjamin ketersediaan obat diwujudkan dalam kegiatan pengendalian
obat. Tujuan kegiatan pengendalian obat agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit
pelayanan kesehatan dasar, yang terdiri dari :
1. Memperkirakan/menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu di Puskesmas dan
seluruh unit pelayanan
2. Menentukan:
Stok optimum
Stok pengaman/penyangga
3. Menentukan waktu tunggu
1. Pengendalian persediaan
Untuk melakukan pengendalian persediaan diperlukan pengamatan terhadap stok kerja, stok
pengaman, waktu tunggu dan sisa stok. Sedangkan untuk mencukupi kebutuhan perlu
diperhitungkan keadaan stok yang seharusnya ada pada waktu kedatangan obat atau jiak
dimungkinkan memesan. Agar tidak terjadi kekosongan obat dalam persediaan, maka hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah:
a. Mencantumkan jumlah stok optimum pada kartu stok
b. Melaporkan Kepada Dinas Kesehatan Tanjabbarat apabila terdapat pemakaian yang
melebihi rencana.
c. Membuat laporan secara sederhana dan berkala kepada Kepala Puskesmas tentang
pemakaian obat tertentu yang banyak dan obat lainnya masih mempunyai persediaan
banyak.
2. Pengendalian penggunaan
Tujuan dilaksanakannya pengendalian penggunaan adalah untuk emnjaga kualitas pelayanan
obat dan meningkatkan efisiensi pemanfaatna dana obat. Pengendalian penggunaan meliputi:
a. Presentase penggunaan antibiotic
b. Presentase penggunaan injeksi
c. Presentasi rata-rata jumlah
d. Presentasi obat penggunaan obat generic
e. Kesesuaian dengan pedoman
3. Penanganan obat hilang, obat rusak dan kadularsa
a. Penanganan obat hilang
Tujuan dilaksanakan penanganan obat hilang adalah sebagai bukti pertanggungjawaban
Kepala Puskesmas sehingga diketahui persediaan obat saat itu. Obat juga dinyatakan
hilang apabila jumlah obat dalam tempat penyimpanannya ditemukan kurang dari catatan
sisa stok pada kartu stok. Pengujian silang antara jumlah obat dalam tempat
penyimpanannya dengan catatan sisa stok dilakukan secara berkala satu tahun sekali oleh
Kepala Puskesmas. Dalam menangani obat hilang, maka langkah-lankah yang harus
dilakukan adalah:
Petugas pengelola obat menyusun daftar jenis dan jumlah obat yang hilang untuk
dilaporkan kepada Kepala Puskesmas
Kepala Puskesmas memeriksa dan memastikan kejadian tersebut kemudian
menerbitkan berita acara obat hilang
Kepala Puskesmas menyampaikan laopran kejadian tersebut kepada Kepala Dinas
Kesehatan Tanjabbarat disertai berita acara obat hilang
Petugas pengelola obat mencatat jenis dan jumlah obat yang hilang pada kartu stok
Apabila jumlah obat yang tersisa tidak mencukupi kebutuhan pelayanan, maka
petugas pengelola obat segera mengajukan permintaan obat kepada dinas
kesehatan tanjabbrat dengan menggunakan LPLPO
Apabila hilangnya obat karena pencurian, maka dilaporkan kepada kepolisian
b. Penanganan obat rusak atau kadaluarsa
Tujuan dilaksanakannya penanganan obat rusak adalah untuk melindungi pasien dari efek
samping penggunaan obat rusak atau kadaluarsa. Dalam menangani obat rusak arau
kadaluarsa, maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah:
Petugas pengelola obat mengumpulkan obat rusak atau kadaluarsa dalam gudang
obat
Obat yang rusak/kadaluarsa dikurangkan dari catatan sisa stok pada kartu stok oleh
petugas pengelola obat
Petugas pengelola obat melaporkan obat rusak/kadalursa kepada Kepala
Puskesmas
Kepala Puskesmas melaporkan dan mengirimkan kembali obat rusak/kadaluarsa
kepala Kepala Dinas Kesehatan Tanjabbarat
PANGGUNG SUPARTO
Lampiran II : Keputusan Kepala Puskesmas Sukarejo
Kabupaten Tanjung Jabung Barat
Nomor : /PKM-SKJ/SK/2017
Tanggal :
Expired date adalah waktu yang tertera pada kemasan yang menunjukkan batas
waktu diperbolehkannya obat tersebut dikonsumsi karena diharapkan masih memenuhi
spesifikasi yang ditetapkan. Umumnya masa kadaluarsa obat ditulis 2-3 tahun sejak obat
dikemas. Untuk masa kadaluarsa ini berhubungan dengan stabilitas obat dan masa simpan
obat.
Obat yang sudah melewati masa kadaluarsa dapat membahayakan karena
berkurangnya stabilitas obat tersebut dan dapat mengakibatkan efek toksin ( racun ). Hal
ini dikarenakan kerja obat sudah tidak optimal dan kecepatan reaksinya telah menurun,
sehingga obat yang masuk kedalam tubuh hanya akan mengendap dan menjadi racun.
Sebenarnya obat yangn belum kadaluarsa juga dapat menyebabkan efek buruk yang
sama, hal ini disebabkan karena penyimpanannya yang salah yang menyebabkan zat
didalam obat tersebut rusak. Tanda-tanda kerusakan zat tersebut biasanya disertai dengan
perubahan bentuk, warna, bau, rasa, atau konsistensi. Makan dari itu harus diperhatikan
juga cara penyimpanan obat yang baik.
Untuk memberikan perlindungan kepada pasien dari penggunaan sediaan farmasi dan alat
kesehatan habis pakai yang tidak tepat serta yang tidak memenuhi persyaratan mutu,
keamanan dan kemamfaatannya, maka dilakukan penanganan terhadap obat yang sudak
rusak atau kadaluarsa sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
SASARAN
1. Puskesmas
2. Polindes/poskesdes
3. Posyandu
4. Pengobatan lansia
BENTUK KEGIATAN
Penanganan obat rusak atau kadaluarsa adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi Kasus
2. Memisahkan oabt rusak atau kadaluarsa dan disimpan pada tempat terpisah dari
penyimpanan obat lainnya.
3. Membuat catatan nama, no. batch, jumlah dan tanggal kadaluarsa obat yang
rusak.
4. Melaporkan dan mengirimkan obat tersebut ke gudang obat kabupaten.
5. Mendokumentasikan pencatatan tersebut
Obat Emergensi atau obat gawat darurat adalah obat yang digunakan mengatasi situasi
gawat darurat. Penyediaan obat emergensi di tiap unit diselenggarakan oleh gudang farmasi
Puskesmas dan gudang farmasi Puskesmas mengirim laporan LPLPO ke Dinas Kesehatan
Kabupaten.
Penyediaan obat emergensi di unit kerja dilakukan oleh tenaga farmasi di gudang obat.
Petugas tiap unit kerja di Puskesmas menulis permintaan obat kepada gudang obat dan petugas
mengisi kotak emergensi diruang tindakan dan dikendalikan dengan kartu stock, jika stock obat
emergensi hamper habis maka perawat menulis permintaan obat kepada gudang obat Puskesmas.
PANGGUNG SUPARTO