DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS KRAMONGMONGGA
Jalan Poros Bomberay - Kramongmongga
TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS KRAMONGMONGGA
TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN.
Kesatu : Kebijakan Pelayanan Kefarmasian Puskesmas Kramongmongga
sebagaimana tercantum dalam lampiran dan merupakan bagian tidak
terpisahkan dari surat keputusan ini.
Kedua : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila
dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan perbaikan/ perubahan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Kramongmongga
pada tanggal 5 Oktober 2018
Kepala Puskesmas
Kramongmongga,
EKAN KUDA
LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA
PUSKESMAS KRAMONGMONGGA
NOMOR : 440/UKP/IFP/147/X/2018
TENTANG : KEBIJAKAN
PELAYANAN KEFARMASIAN
A. PENGERTIAN
Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada
pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Obat merupakan komponen yang esensial dari suatu pelayanan kesehatan. Oleh karena itu,
diperlukan pengelolaan yang baik dan benar serta efektif dan efisien secara berkesinambungan.
Pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan meliputi kegiatan perencanaan dan permintaan,
penerimaan, penyimpanan dan distribusi, pencatatan dan pelaporan serta supervisi dan evaluasi
pengelolaan obat.
B. TUJUAN
Tujuan dilaksanakannya pelayanan farmasi di Puskesmas Kramongmongga adalah agar:
1. Kebutuhan masyarakat dalam hal ini pasien dapat terlayani secara optimal.
2. Terdapat mekanisme pelayanan yang jelas dan teratur dalam melaksanakan pelayanan
farmasi.
C. SISTEM PELAYANAN
Dalam pelaksanaannya petugas harus:
1. Menulis obat yang dikeluarkan dari apotek pada resep pasien.
2. Memberi etiket pada obat yang diresepkan.
3. Menuliskan perintah pemakaian obat pada etiket atau plastik resep.
4. Memberikan obat kepada pasien dengan disertai penjelasan cara penggunaan dan efek
samping obat.
5. Memastikan pasien mengerti penjelasan yang telah diberikan.
6. Ikut menjaga dan memastikan keamanan obat di apotek.
D. MENILAI, MENGENDALIKAN PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN OBAT YANG
MENJAMIN KETERSEDIAAN OBAT
Penyediaan obat yang menjamin ketersediaan obat diwujudkan dalam kegiatan pengendalian
obat. Tujuan kegiatan pengendalian obat agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit
pelayanan kesehatan dasar, yang terdiri dari:
1. Memperkirakan/menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu di Puskesmas dan seluruh
unit pelayanan.
2. Menentukan:
- Stok optimum
- Stok pengaman/penyangga (buffer stock)
3. Menentukan waktu tunggu.
Q = SK + SP (WT x D) – SS
Keterangan:
Q = jumlah obat yang dipesan
SK = stok kerja
SP = stok pengaman
WT = waktu tunggu
SS = sisa stok
D = pemakaian rata – rata per minggu/ per bulan
Agar tidak terjadi kekosongan obat dalam persediaan, maka hal – hal yang perlu
diperhatikan adalah:
a Mencantumkan jumlah stok optimum pada kartu stok.
b Melaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Fakfak apabila terdapat pemakaian
yang melebihi rencana.
c Membuat laporan secara sederhana dan berkala kepada Kepala Puskesmas tentang
pemakaian obat tertentu yang banyak dan obat lainnya masih mempunyai persediaan
banyak.
Pemeriksaan Besar (pencacahan) dimaksudkan untuk mengetahui kecocokan antara kartu
stok obat dengan fisik obat, yaitu jumlah setiap jenis obat. Pemeriksaan ini dilakukan setiap
bulan.
2. Pengendalian Penggunaan
Tujuan dilaksanakannya pengendalian penggunaan adalah untuk menjaga kualitas pelayanan
obat dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan dana obat.
Pengendalian penggunaan meliputi:
a. Prosentase penggunaan antibiotik
b. Prosentase penggunaan injeksi
c. Prosentase rata – rata jumlah R/
d. Prosentase Obat penggunaan obat generik
e. Kesesuaian dengan Pedoman
Penyerahan obat-obtaan psikotropika dan narkotika hanya dapat dilakukan oleh dokter, dan
dilaksanakan dalam hal :
1. Menjalankan praktik terapi dan diberikan melalui suntikan.
2. Menolong orang sakit dalam keadaan darurat.
3. Menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada apotek.
J. REKONSILIASI OBAT
Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan dengan obat yang
telah didapat oleh pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan obat
(medication error) seperti obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi obat.
Kesalahan obat (medication error) rentan terjadi misalnya pasien riwayat berobat dari fasilitas
pelayan kesehatan lain/ dokter lain sebelumnya.
Tujuan dilakukan rekonsiliasi obat adalah:
1. Memastikan informasi yang akurat mengenai obat yang digunakan pasien.
2. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya instruksi dokter.
3. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi dokter.
L. PENYIMPANAN OBAT
Penyimpanan Obat merupakan suatu kegiatan pengaturan terhadap Obat yang diterima agar
aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin,
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Tujuannya adalah agar mutu obat yang tersedia di puskesmas dapat dipertahankan sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan, menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
(pencurian maupun penyalahgunaan), menjaga ketersediaan stok obat serta memudahkan untuk
pencarian dan pengawasan.
Penyimpanan Obat dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. bentuk dan jenis sediaan;
2. stabilitas (suhu, cahaya, kelembaban);
3. sifat bahan (mudah atau tidaknya meledak/terbakar);
4. susunan alfabetis dengan menerapkan prinsip FEFO dan FIFO untuk mencegah
tersimpannya obat yang sudah kadaluarsa;
5. narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus.
6. Obat LASA “Look Alike Sound Alike” atau NORUM (Nama Obat Rupa Ucapan Mirip)
Bahasa dalam penulisan resep menggunakan bahasa latin yang sudah digunakan
sebagai bahasa ilmu kesehatan karena bahasa latin tidak mengalami perubahan (statis),
sehingga resep obat yang ditulis dalam bahasa latin tidak akan terjadi salah tafsir.
Penulisan resep yang baik harus lengkap dan jelas. Dalam resep untuk pasien rawat
jalan dan rawat inap di Puskesmas Kramongmongga harus tercantum:
1) Tanggal penulisan resep.
2) Nama pasien.
3) Tanggal Lahir/ Umur pasien.
4) Alamat pasien..
5) Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan obat.
6) Nama obat, jumlah dan dosis obat yang diberikan per oral.
7) Nama obat, jumlah dan dosis obat yang diberikan parenteral pada kolom suntikan.
8) Tanda tangan dan nama terang petugas penulis resep.
9) Tanda seru dan paraf penulis resep untuk resep yang mengandung obat yang
jumlahnya melebihi dosis maksimum.
b. Penyiapan Obat
Petugas farmasi yang bertugas menyediakan obat yang diresepkan oleh dokter atau
tenaga kesehatan lain yang berizin/ diberi wewenang harus memahami isi resep dan
memperhatikan:
1) Nama obat
2) Jenis dan bentuk sediaan obat
3) Nama dan umur pasien
4) Dosis
5) Cara pemakaian dan aturan pemberian
6) Menanyakan kepada penulis resep apabila tulisan tidak jelas
7) Konsultasi alternatif obat kepada penulis resep apabila obat yang dimaksud tidak
tersedia
8) Penggunaan sendok atau spatula pada saat mengambil obat dari tempatnya
9) Pemasangan etiket / label obat pada kemasan obat
c. Penyerahan Obat
Petugas farmasi yang bertugas menyediakan obat yang diresepkan oleh dokter atau
praktisi lain yang berizin harus memperhatikan:
1) Pengecekan akhir pada identitas pasien dan isi resep
2) Pemberian obat melalui loket
3) Penerima obat adalah pasien atau keluarga pasien
4) Pemberian informasi tentang cara pemakaian, aturan pakai dan efek samping obat
kepada pasien atau keluarga pasien.
2. PEMESANAN OBAT
Sumber penyediaan obat di Puskesmas Kramongmongga berasal dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Fakfak. Obat yang diperkenankan untuk disediakan di Puskesmas
Kramongmongga adalah obat – obat yang tercantum dalam Formularium Nasional yang
telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di Puskesmas Kramongmongga
diajukan oleh Penanggung Jawab Farmasi Puskesmas mengetahui Kepala Puskesmas
Kramongmongga kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Fakfak dengan menggunakan
format LPLPO, sedangkan permintaan dari sub unit ke Gudang Puskesmas dilakukan secara
periodik tiap 1 bulan 1kali pada tanggal 25 bulan berjalan, menggunakan LPLPO sub unit.
Tujuan dari permintaan obat adalah untuk memenuhi kebutuhan obat di Puskesmas
Kramongmongga sesuai dengan pola penyakit yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Kramongmongga.
Permintaan = SO – SS
Keterangan:
SO= Stok Optimum
SK= Stok Kerja (stok pada periode berjalan)
SWK = Jumlah yang dibutuhkan pada waktu kekosongan obat
SWT = Jumlah yang dibutuhkan pada waktu tunggu (Lead Time)
SP = Stok Penyangga
SS = Sisa Stok
3. PENGELOLAAN OBAT
Obat dan perbekalan kesehatan hendaknya dikelola secara optimal untuk menjamin
tercapainya tepat jumlah, tepat jenis, tepat penyimpanan, tepat waktu pendistribusian, tepat
penggunaan dan tepat mutunya di tiap unit pelayanan kesehatan.
Pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan meliputi kegiatan:
a. perencanaan dan permintaan,
b. penerimaan,
c. penyimpanan dan distribusi,
d. pencatatan dan pelaporan serta
e. supervisi dan evaluasi pengelolaan obat.
b. Penyimpanan
Penyimpanan obat emergensi adalah prosedur penyimpanan obat yang digunakan pada
kondisi gawat darurat yang harus tersedia di tiap unit pelayanan terkait (Ruang Pengobatan Umum,
Ruang KIA/KB/Imunisasi, UGD, Rawat Inap, dan Ruang Bersalin).
Penyimpanan obat emergensi dengan memperhatikan hal-hal berikut :
1. Obat emergensi tersedia di setiap unit pelayanan terkait.
2. Menempatkan obat emergensi di tempat tersendiri (kotak emergensi ).
3. Mengisi jenis obat sesuai daftar jenis obat yang telah ditetapkan.
4. Mengisi checklist obat emergensi, kolom jumlah obat, dan tanggal kadaluarsa.
5. Kotak emergensi tertutup dan label mudah dibaca.
6. Kotak emergensi disimpan di tempat yang strategis, mudah dijangkau, dan aman.
7. Mengecek obat emergensi tiap 2 (dua) minggu dan mengganti obat yang sudah terpakai
sesuai stok awal.
Kepala Puskesmas
Kramongmongga,
EKAN KUDA