Anda di halaman 1dari 16

PEMERINTAH KABUPATEN FAKFAK

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS KRAMONGMONGGA
Jalan Poros Bomberay - Kramongmongga

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS KRAMONGMONGGA


NOMOR : 440/UKP/IFP/147/X/2018

TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


KEPALA PUSKESMAS KRAMONGMONGGA,

Menimbang: a. bahwa untuk menunjang layanan klinis di puskesmas, maka perlu


didukung oleh pelayanan farmasi yang baik;
b. bahwa untuk menunjang pelayanan farmasi yang baik di Puskesmas
Kramongmongga diperlukan adanya kebijakan tentang pelayanan farmasi
pada Puskesmas Kramongmongga;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a dan b, perlu menetapkan
Keputusan Kepala Puskesmas Kramongmongga tentang Pelayanan
Kefarmasian;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;


2. Peraturan Menteri Kesehatan No. 74 tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas;
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 922 tahun 2008 tentang Obat dan
Perbekalan Kesehatan.

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS KRAMONGMONGGA
TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN.
Kesatu : Kebijakan Pelayanan Kefarmasian Puskesmas Kramongmongga
sebagaimana tercantum dalam lampiran dan merupakan bagian tidak
terpisahkan dari surat keputusan ini.
Kedua : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila
dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan perbaikan/ perubahan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Kramongmongga
pada tanggal 5 Oktober 2018

Kepala Puskesmas
Kramongmongga,

EKAN KUDA
LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA
PUSKESMAS KRAMONGMONGGA
NOMOR : 440/UKP/IFP/147/X/2018
TENTANG : KEBIJAKAN
PELAYANAN KEFARMASIAN

KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN

A. PENGERTIAN
Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada
pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Obat merupakan komponen yang esensial dari suatu pelayanan kesehatan. Oleh karena itu,
diperlukan pengelolaan yang baik dan benar serta efektif dan efisien secara berkesinambungan.
Pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan meliputi kegiatan perencanaan dan permintaan,
penerimaan, penyimpanan dan distribusi, pencatatan dan pelaporan serta supervisi dan evaluasi
pengelolaan obat.

B. TUJUAN
Tujuan dilaksanakannya pelayanan farmasi di Puskesmas Kramongmongga adalah agar:
1. Kebutuhan masyarakat dalam hal ini pasien dapat terlayani secara optimal.
2. Terdapat mekanisme pelayanan yang jelas dan teratur dalam melaksanakan pelayanan
farmasi.

C. SISTEM PELAYANAN
Dalam pelaksanaannya petugas harus:
1. Menulis obat yang dikeluarkan dari apotek pada resep pasien.
2. Memberi etiket pada obat yang diresepkan.
3. Menuliskan perintah pemakaian obat pada etiket atau plastik resep.
4. Memberikan obat kepada pasien dengan disertai penjelasan cara penggunaan dan efek
samping obat.
5. Memastikan pasien mengerti penjelasan yang telah diberikan.
6. Ikut menjaga dan memastikan keamanan obat di apotek.
D. MENILAI, MENGENDALIKAN PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN OBAT YANG
MENJAMIN KETERSEDIAAN OBAT
Penyediaan obat yang menjamin ketersediaan obat diwujudkan dalam kegiatan pengendalian
obat. Tujuan kegiatan pengendalian obat agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit
pelayanan kesehatan dasar, yang terdiri dari:
1. Memperkirakan/menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu di Puskesmas dan seluruh
unit pelayanan.
2. Menentukan:
- Stok optimum
- Stok pengaman/penyangga (buffer stock)
3. Menentukan waktu tunggu.

Pengendalian obat terdiri dari:


1. Pengendalian Persediaan
Untuk melakukan pengendalian persediaan diperlukan pengamatan terhadap stok kerja, stok
pengaman, waktu tunggu dan sisa stok. Sedangkan untuk mencukupi kebutuhan perlu
diperhitungkan keadaan stok yang seharusnya ada pada waktu kedatangan obat atau jika
dimungkinkan memesan, maka dapat dihitung jumlah obat yang dapat dipesan dengan
rumus :

Q = SK + SP (WT x D) – SS

Keterangan:
Q = jumlah obat yang dipesan
SK = stok kerja
SP = stok pengaman
WT = waktu tunggu
SS = sisa stok
D = pemakaian rata – rata per minggu/ per bulan

Agar tidak terjadi kekosongan obat dalam persediaan, maka hal – hal yang perlu
diperhatikan adalah:
a Mencantumkan jumlah stok optimum pada kartu stok.
b Melaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Fakfak apabila terdapat pemakaian
yang melebihi rencana.
c Membuat laporan secara sederhana dan berkala kepada Kepala Puskesmas tentang
pemakaian obat tertentu yang banyak dan obat lainnya masih mempunyai persediaan
banyak.
Pemeriksaan Besar (pencacahan) dimaksudkan untuk mengetahui kecocokan antara kartu
stok obat dengan fisik obat, yaitu jumlah setiap jenis obat. Pemeriksaan ini dilakukan setiap
bulan.

2. Pengendalian Penggunaan
Tujuan dilaksanakannya pengendalian penggunaan adalah untuk menjaga kualitas pelayanan
obat dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan dana obat.
Pengendalian penggunaan meliputi:
a. Prosentase penggunaan antibiotik
b. Prosentase penggunaan injeksi
c. Prosentase rata – rata jumlah R/
d. Prosentase Obat penggunaan obat generik
e. Kesesuaian dengan Pedoman

E. JAM BUKA PELAYANAN FARMASI (APOTEK)


Jam buka pelayanan farmasi di Puskesmas Kramongmongga berdasarkan jenis pelayanan
sbb.
Tabel 1. Jenis Pelayanan dan Jam Buka Pelayanan Farmasi (Apotek)
JENIS PELAYANAN JAM BUKA
Senin-Kamis pukul 09.00 – 14.00 WIT
Jumat pukul 09.00 – 12.00 WIT
Rawat Jalan
Sabtu pukul 09.00 – 13.00 WIT
Rawat Inap & UGD Setiap hari selama 24 jam

F. PETUGAS YANG BERHAK MEMBERIKAN RESEP OBAT


Kegiatan pengobatan dan penulisan resep di Puskesmas Kramongmongga dilaksanakan oleh :
a. Dokter sesuai kompetensinya dengan persyaratan memiliki Surat Ijin Praktik di
Puskesmas Kramongmongga.
b. Perawat yang telah memiliki izin praktek keperawatan di Puskesmas
Kramongmongga dan diberikan kewenangan oleh dokter untuk memberkan resep.
c. Bidan yang telah memiliki izin praktek bidan di Puskesmas Kramongmongga dan
diberikan kewenangan oleh dokter untuk memberkan resep.
Dokter merupakan pemberi pengobatan utama. Apabila dokter/dokter gigi tidak dapat
menjalankan tugasnya di bidang pengobatan karena sesuatu hal (misal: menghadiri rapat dan jumlah
dokter terbatas), maka tugas pengobatan dan pemberian resep didelegasikan kepada petugas
pelayanan kesehatan yang memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang farmasi, yaitu
perawat/bidan yang bertugas pada hari itu.

G. PETUGAS YANG BERHAK MEMBERIKAN RESEP OBAT PSIKOTROPIKA DAN


NARKOTIKA
1. Dokter penulis resep adalah dokter yang telah memiliki izin praktek dokter di Puskesmas
Kramongmongga.
2. Resep ditulis dengan jelas dan dapat dibaca tanpa menimbulkan kemungkinan salah
tafsir.
3. Pada akhir setiap R/ dibubuhkan paraf/ tanda tangan dokter.
4. Setiap resep dilengkapi dengan: kekuatan takaran, jumlah yang harus diberikan, dosis
pemakaian, cara pemakaian, dan dibubuhi tanda tangan penuh oleh dokter penulis resep.

Penyerahan obat-obtaan psikotropika dan narkotika hanya dapat dilakukan oleh dokter, dan
dilaksanakan dalam hal :
1. Menjalankan praktik terapi dan diberikan melalui suntikan.
2. Menolong orang sakit dalam keadaan darurat.
3. Menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada apotek.

Tabel 2. Jenis Obat Psikotropika dan Narkotika yang Tersedia


pada Puskesmas Kramongmongga
NO. NAMA OBAT SEDIAAN
PSIKOTROPIKA
1 Diazepam 2mg Tablet
2 Diazepam 5mg/ml (2ml) Ampul
3 Phenobarbital 30mg Tablet
4 Stesolid 5mg/ml (2,5ml) enema Tube
5 Stesolid 10mg/ml (2,5ml) enema Tube
NARKOTIKA
1 Codeine 10mg Tablet

H. PETUGAS YANG BERHAK MENYEDIAKAN OBAT


Penyediaan obat dan Pengelolaan Obat di Puskesmas Kramongmongga dilaksanakan oleh:
1. Apoteker sesuai kompetensinya.
2. Asisten Apoteker sesuai kompetensinya, apabila tenaga Apoteker tidak ada.
3. Petugas kesehatan lain yang sesuai kompetensinya memiliki pengetahuan dan pengalaman
di bidang farmasi dan telah mendapatkan pelatihan, yaitu: Perawat atau Bidan.
4. Apabila persyaratan petugas yang diberi kewenangan melaksanakan penyedian obat tidak
dapat dipenuhi, maka petugas tersebut harus mengikuti pelatihan khusus yang diberikan
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Fakfak untuk melaksanakan tugas manajemen
kefarmasian.

I. PELATIHAN PETUGAS PENYEDIA OBAT YANG TIDAK SESUAI SYARAT


Apabila persyaratan petugas yang diberi kewenangan melaksanakan penyedian obat tidak
dapat dipenuhi, maka petugas tersebut harus mengikuti pelatihan khusus yang diberikan oleh
penanggung jawab farmasi Puskesmas untuk melaksanakan tugas penyediaan obat.
Pelatihan yang diberikan meliputi:
1. Jenis obat dan penggolongannya
2. Cara membaca resep
3. Cara pemakaian dan aturan pakai obat
4. Efek samping obat
5. Penyampaian informasi cara pemakaian dan aturan pakai obat kepada pasien
6. Cara merekap resep harian

J. REKONSILIASI OBAT
Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan dengan obat yang
telah didapat oleh pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan obat
(medication error) seperti obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi obat.
Kesalahan obat (medication error) rentan terjadi misalnya pasien riwayat berobat dari fasilitas
pelayan kesehatan lain/ dokter lain sebelumnya.
Tujuan dilakukan rekonsiliasi obat adalah:
1. Memastikan informasi yang akurat mengenai obat yang digunakan pasien.
2. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya instruksi dokter.
3. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi dokter.

Tahap proses rekonsiliasi obat yaitu :


1. Pengumpulan data
Mencatat data dan memverifikasi obat yang sedang dan akan digunakan pasien, meliputi
nama obat, dosis, frekuensi, rute, obat mulai diberikan, diganti, dilanjutkan, dihentikan,
riwayat alergi pasien, serta efek samping obat yang pernah terjadi. Data obat yang dapat
digunakan tidak lebih dari 3 bulan sebelumnya. Semua obat yang digunakan oleh pasien
baik resep maupun obat bebas termasuk herbal harus dilakukan proses rekonsiliasi.
2. Komparasi
Membandingkan data obat yang pernah, sedang, dan akan digunakan. Discrepancy atau
ketidakcocokan adalah bilamana ditemukan ketidakcocokan/ perbedaan di antara data-
data tersebut. Ketidakcocokan dapat pula terjadi apabila ada obat hilang, berbeda,
ditambahkan atau diganti tanpa ada penjelasan yang didokumentasikan pada rekam
medic.
3. Melakukan konfirmasi kepada dokter jika menemukan ketidaksesuaian dokumentasi.
Bila ada ketidaksesuaian dokter harus dihubungi kurang dari 24 jam.

K. PENGGUNAAN OBAT YANG DIBAWA SENDIRI OLEH PASIEN/ KELUARGANYA


Penggunaan obat yang dibawa sendiri oleh pasien adalah pengelolaan/ pemakaian obat-obat
yang dibawa pasien atau keluarganya yang pengadaannya tidak melalui Apotek Puskesmas.
Tata cara penggunaan obat sebagaimana dimaksud sebagai berikut.
1. Dokter menetapkan terapi atas diagnosis pasien.
2. Dokter melakukan rekonsiliasi obat sehingga mengetahui apakah obat yang dibawa
sendiri oleh pasien dapat dikonsumsi bersamaan dengan obat dari puskesmas atau tidak.
Syarat obat yang dapat dikonsumsi bersama obat Puskesmas diantaranya :
a. Tidak mempunyai kontra indikasi dengan kondisi fisik pasien.
b. Tindak mempunyai efek bertentangan dengan obat yang dipergunakan dalam proses
pengobatan oleh dokter.
c. Tidak menimbulkan efek ganda dengan obat yang dipergunakan dalam pengobatan
pasien.
d. Tidak menimbulkan interaksi obat dan berdampak negatif terhadap pengobatan
pasien.
3. Obat yang dibawa sendiri oleh pasien dan diijinkan untuk dikonsumsi bersama dengan
obat puskesmas harus dicatat di rekam medis.
4. Obat yang dibawa sendiri oleh pasien yang tidak jelas identitasnya ditarik/ diminta oleh
petugas puskesmas.

L. PENYIMPANAN OBAT
Penyimpanan Obat merupakan suatu kegiatan pengaturan terhadap Obat yang diterima agar
aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin,
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Tujuannya adalah agar mutu obat yang tersedia di puskesmas dapat dipertahankan sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan, menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
(pencurian maupun penyalahgunaan), menjaga ketersediaan stok obat serta memudahkan untuk
pencarian dan pengawasan.
Penyimpanan Obat dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. bentuk dan jenis sediaan;
2. stabilitas (suhu, cahaya, kelembaban);
3. sifat bahan (mudah atau tidaknya meledak/terbakar);
4. susunan alfabetis dengan menerapkan prinsip FEFO dan FIFO untuk mencegah
tersimpannya obat yang sudah kadaluarsa;
5. narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus.
6. Obat LASA “Look Alike Sound Alike” atau NORUM (Nama Obat Rupa Ucapan Mirip)

Prosedur penyimpanan obat sbb.


1. Petugas farmasi puskesmas menerima obat dari Gudang Farmasi Kabupaten (GFK)
dengan memeriksa keadaan obat yang diterima antara lain : kesesuaian jenis, jumlah,
tanggal kadaluarsa serta kondisi fisik obat.
2. Petugas menyusun obat kedalam rak obat secara alfabetis untuk setiap bentuk sediaan.
3. Petugas mengendalikan sirkulasi obat mengikuti sistem FIFO dan FEFO.
4. Petugas menyimpan obat Narkotika dan Psikotropika dalam lemari khusus.
5. Petugas menyimpan sediaan cair dipisahkan dari sedian padat.
6. Petugas menyimpan vaksin, dan suppositoria dalam lemari pendingin dan melakukan
control suhu setiap hari.
7. Obat LASA disimpan dalam rak tersendiri dan diberi label. Dua obat yang berdampingan
secara alfabetis harus diberi pemisah satu jenis obat.
8. Petugas mencatat semua obat ke dalam Buku Penerimaan Puskesmas dan Buku
Pengeluaran obat.
9. Petugas mencatat semua obat yang diterima dan dikeluarkan kedalam kartu stok obat
sebagai kartu kendali persediaan.
10. Petugas membuat laporan persediaan obat melalui LPLPO setiap bulannya.
11. Petugas melaporkan LPLPO kepada Kepala puskesmas dan GFK.
M. PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT
1. PERESEPAN
a. Penulisan Resep
Peresepan adalah proses pesanan atau permintaan obat tertulis dari dokter dan tenaga
kesehatan lainnya yang berijin kepada pengelola obat di Puskesmas Kramongmongga
untuk menyediakan atau membuatkan obat dan menyerahkannya kepada pasien. Resep
merupakan sarana komunikasi profesional antara dokter, penyedia obat dan pasien
(pengguna obat). Isi resep merupakan refleksi dari proses pengobatan. Untuk itu, agar obat
berhasil, resep harus rasional.

Kriteria resep yang tepat, aman dan rasional yaitu:


1) Tepat obat sesuai dengan diagnosis penyakitnya.
2) Tepat indikasi penyakit.
3) Tepat pemilihan obat.
4) Tepat dosis.
5) Tepat cara pemberian obat.
6) Tepat pasien.

Bahasa dalam penulisan resep menggunakan bahasa latin yang sudah digunakan
sebagai bahasa ilmu kesehatan karena bahasa latin tidak mengalami perubahan (statis),
sehingga resep obat yang ditulis dalam bahasa latin tidak akan terjadi salah tafsir.
Penulisan resep yang baik harus lengkap dan jelas. Dalam resep untuk pasien rawat
jalan dan rawat inap di Puskesmas Kramongmongga harus tercantum:
1) Tanggal penulisan resep.
2) Nama pasien.
3) Tanggal Lahir/ Umur pasien.
4) Alamat pasien..
5) Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan obat.
6) Nama obat, jumlah dan dosis obat yang diberikan per oral.
7) Nama obat, jumlah dan dosis obat yang diberikan parenteral pada kolom suntikan.
8) Tanda tangan dan nama terang petugas penulis resep.
9) Tanda seru dan paraf penulis resep untuk resep yang mengandung obat yang
jumlahnya melebihi dosis maksimum.

b. Penyiapan Obat
Petugas farmasi yang bertugas menyediakan obat yang diresepkan oleh dokter atau
tenaga kesehatan lain yang berizin/ diberi wewenang harus memahami isi resep dan
memperhatikan:
1) Nama obat
2) Jenis dan bentuk sediaan obat
3) Nama dan umur pasien
4) Dosis
5) Cara pemakaian dan aturan pemberian
6) Menanyakan kepada penulis resep apabila tulisan tidak jelas
7) Konsultasi alternatif obat kepada penulis resep apabila obat yang dimaksud tidak
tersedia
8) Penggunaan sendok atau spatula pada saat mengambil obat dari tempatnya
9) Pemasangan etiket / label obat pada kemasan obat

c. Penyerahan Obat
Petugas farmasi yang bertugas menyediakan obat yang diresepkan oleh dokter atau
praktisi lain yang berizin harus memperhatikan:
1) Pengecekan akhir pada identitas pasien dan isi resep
2) Pemberian obat melalui loket
3) Penerima obat adalah pasien atau keluarga pasien
4) Pemberian informasi tentang cara pemakaian, aturan pakai dan efek samping obat
kepada pasien atau keluarga pasien.

2. PEMESANAN OBAT
Sumber penyediaan obat di Puskesmas Kramongmongga berasal dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Fakfak. Obat yang diperkenankan untuk disediakan di Puskesmas
Kramongmongga adalah obat – obat yang tercantum dalam Formularium Nasional yang
telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di Puskesmas Kramongmongga
diajukan oleh Penanggung Jawab Farmasi Puskesmas mengetahui Kepala Puskesmas
Kramongmongga kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Fakfak dengan menggunakan
format LPLPO, sedangkan permintaan dari sub unit ke Gudang Puskesmas dilakukan secara
periodik tiap 1 bulan 1kali pada tanggal 25 bulan berjalan, menggunakan LPLPO sub unit.
Tujuan dari permintaan obat adalah untuk memenuhi kebutuhan obat di Puskesmas
Kramongmongga sesuai dengan pola penyakit yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Kramongmongga.

Kegiatan – kegiatan yang dilaksanakan dalam permintaan obat antara lain:


a. Menentukan jenis permintaan obat
1) Permintaan Rutin
Dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Fakfak untuk Puskesmas Kramongmongga.
2) Permintaan Khusus
Dilakukan di luar jadwal distribusi rutin apabila:
 kebutuhan meningkat
 terjadi kekosongan
 ada KLB atau Bencana

b. Menentukan jumlah permintaan obat


Data yang diperlukan antara lain:
1) Data pemakaian obat periode sebelumnya.
2) Jumlah kunjungan resep.
3) Jadwal distribusi obat dari Gudang Farmasi Kabupaten Fakfak.
4) Sisa Stok.

c. Menghitung kebutuhan obat dengan cara:


Jumlah untuk periode yang akan datang diperkirakan sama dengan pemakaian pada
periode sebelumnya.
SO = SK + SWK + SWT + SP

Sedangkan untuk menghitung permintaan obat dapat dilakukan dengan menggunakan


rumus:

Permintaan = SO – SS

Keterangan:
SO= Stok Optimum
SK= Stok Kerja (stok pada periode berjalan)
SWK = Jumlah yang dibutuhkan pada waktu kekosongan obat
SWT = Jumlah yang dibutuhkan pada waktu tunggu (Lead Time)
SP = Stok Penyangga
SS = Sisa Stok

Stok Kerja Pemakaian rata – rata periode distribusi.


Waktu Lamanya kekosongan obat dihitung dalam hari.
Kekosongan
Waktu Tunggu Dihitung mulai dari permintaan obat oleh Puskesmas Tigaraksa
sampai dengan penerimaan obat di Puskesmas Tigaraksa.
Stok Penyangga Persediaan obat untuk mengantisipasi terjadinya peningkatan
kunjungan, keterlambatan kedatangan obat. Besarnya
ditentukan berdasarkan kesepakatan antara Puskesmas dan
Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang.
Sisa Stok Sisa obat yang masih tersedia di Puskesmas Tigaraksa pada
akhir periode distribusi.
Stok Optimum Stok ideal yang harus tersedia dalam waktu periode tertentu
agar tidak terjadi kekosongan.

3. PENGELOLAAN OBAT
Obat dan perbekalan kesehatan hendaknya dikelola secara optimal untuk menjamin
tercapainya tepat jumlah, tepat jenis, tepat penyimpanan, tepat waktu pendistribusian, tepat
penggunaan dan tepat mutunya di tiap unit pelayanan kesehatan.
Pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan meliputi kegiatan:
a. perencanaan dan permintaan,
b. penerimaan,
c. penyimpanan dan distribusi,
d. pencatatan dan pelaporan serta
e. supervisi dan evaluasi pengelolaan obat.

N. MENJAGA TIDAK TERJADINYA PEMBERIAN OBAT YANG KADALUARSA


Obat yang sudah kadaluarsa tidak dapat lagi digunakan karena efektifitas obat telah jauh
berkurang dan dapat berubah menjadi toksik. Oleh karena itu, obat yang telah kadaluarsa tidak
boleh diberikan kepada pasien.
Pelaksanaan penanganan penyimpanan dan penggunaan obat diatur menurut system FIFO dan
FEFO. Pelaksanaan FEFO adalah obat dengan waktu kadaluarsa yang lebih pendek digunakan lebih
dahulu (First Expired-date First Out). Pelaksanaan FIFO adalah obat yang diterima terlebih dahulu
digunakan dahulu (First In First Out). Untuk menjaga tidak terjadi pemberian obat yang kadaluarsa
dapat dilakukan melalui mekanisme sbb.
1. Petugas gudang memeriksa semua obat yang diterima termasuk tanggal kadaluarsa dan
keadaan fisik barang.
2. Petugas gudang memasukkan obat ke dalam gudang penyimpanan obat Puskesmas
Kramongmongga.
3. Petugas gudang menyimpan obat dalam rak dan menyusun sesuai jenis obat dengan
mengikuti system FIFO dan FEFO.
4. Petugas gudang melakukan pencatatan obat yang disimpan ke dalam Kartu Stock Obat
sebagai kartu kendali.
5. Petugas gudang mendistribusikan obat dari dalam gudang mengikuti system FIFO dan
memperhatikan FEFO nya.
6. Petugas gudang melakukan kontrol rutin terhadap kualitas obat termasuk tanggal kadaluarsa.

O. PENANGANAN OBAT KEDALUWARSA / RUSAK


Tujuan dilaksanakannya penanganan obat rusak adalah untuk melindungi pasien dari efek
samping penggunaan obat rusak/kadaluarsa.
Dalam menangani obat rusak/kadaluarsa, maka langkah – langkah yang harus dilakukan
adalah:
1. Petugas gudang memilah obat yang telah kadaluarsa dan menyimpan di tempat terpisah dari
obat lain.
2. Petugas gudang membuat daftar obat yang telah kadaluarsa.
3. Petugas gudang mengurangkan obat yang kadaluarsa/rusak dari catatan sisa stok pada Kartu
Stok.
4. Petugas gudang melaporkan obat kadaluarsa kepada Kepala Puskesmas.
5. Petugas gudang melakukan pemusnahan obat yang disaksikan oleh 2 orang saksi yang
kemudian dibuat berita acara dan diketahui oleh Kepala Puskesmas.
6. Berita acara pemusnahan dikirim ke Dinas Kesehatan Kabupaten serta Instalasi Farmasi
Kabupaten.

P. PENCATATAN, PEMANTAUAN DAN PELAPORAN EFEK SAMPING OBAT (ESO)


DAN KEJADIAN TIDAK DIINGINGKAN (KTD)
Efek samping adalah suatu reaksi obat yang tidak diharapkan dan berbahaya yang diakibatkan
oleh suatu pengobatan. Efek samping obat seperti halnya efek obat yang dharapkan, merupakan
suatu kinerja dari dosis atau kadar obat pada organ sasaran. Kejadian Tidak diinginkan (KTD)
adalah insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien akibat melakukan tindakan atau tidak
melakukan suatu tindakan yang seharusnya diambil dan bukan karena penyakit dasar atau kondisi
pasien.
Pengelolaan efek samping obat merupakan kegiatan pencatatan, pemantauan dan pelaporan
setiap respon terhadap Obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal
yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi
fungsi fisiologis.
Tujuan:
1. Menemukan efek samping Obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal dan
frekuensinya jarang.
2. Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping Obat yang sudah sangat dikenal atau
yang baru saja ditemukan.
Untuk melaksanakan pencatatan, pemantauan dan pelaporan efek samping obat maka
diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Petugas menerima keluhan Efek Samping Obat (ESO) dari pasien dan melaporkan
kepada Penanggung Jawab Farmasi Puskesmas
2. Petugas Farmasi Mencatat kejadian ke dalan Buku register KTD
3. Petugas Farmasi menyampaikan hal tersebut kepada dokter penulis resep.
5. Petugas Medis menuliskan nama obat yang menimbulkan efek samping dan KTD ke
dalam Rekam medis.
6. Petugas Farmasi menyiapkan obat pengganti dan menjelaskan dengan kata kepada
pasien/keluarganya.
7. Petugas Farmasi memberikan penjelasan dan memantau tentang obat pengganti apabila
terjadi efek samping dan KTD kembali.
9. Petugas Farmasi menyampaikan hasil laporan Efek samping dan KTD ke Tim
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien Puskesmas Kramongmongga.
10. Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien melakukan investigasi dan melaporkan
hasil kepada Kepala Puskesmas .
11. Petugas farmasi membuat laporan MESO dan mengirim laporan tersebut ke Dinas
Kesehatan Kabupaten.
Q. PENYEDIAAN, PENYIMPANAN, MONITORING DAN PENGGANTIAN OBAT
EMERGENSI
a. Penyediaan Obat Emergensi
Puskesmas wajib menjamin ketersediaan obat-obat emergensi di tiap unit pelayanan terait
agar dapat memberikan penanganan gawat darurat secara cepat, tepat, terarah, dan berkualitas.

Tabel 3. Daftar Obat-Obat Emergensi Di Unit-Unit Pelayanan


Puskesmas Kramongmongga
NO
. NAMA OBAT LOKASI/RUANGAN
1 Epinefrin (Adrenalin) inj 0,1 % UGD/Rawat Inap, KIA/Imunisasi
2 Dexamethason inj 5mg/ml (1ml) UGD/Rawat Inap, KIA/Imunisasi
3 Diphenhydramin HCL inj 10mg/ml (1ml) UGD/Rawat Inap, KIA/Imunisasi
4 Natrium Klorida (NaCL) infus 0,9% UGD/Rawat Inap, KIA/Imunisasi
5 Abbocath no. 20 UGD/Rawat Inap, KIA/Imunisasi
6 Abbocath no. 24 UGD/Rawat Inap, KIA/Imunisasi
7 Infus Set Dewasa UGD/Rawat Inap, KIA/Imunisasi
8 Infus Set Anak UGD/Rawat Inap, KIA/Imunisasi

b. Penyimpanan
Penyimpanan obat emergensi adalah prosedur penyimpanan obat yang digunakan pada
kondisi gawat darurat yang harus tersedia di tiap unit pelayanan terkait (Ruang Pengobatan Umum,
Ruang KIA/KB/Imunisasi, UGD, Rawat Inap, dan Ruang Bersalin).
Penyimpanan obat emergensi dengan memperhatikan hal-hal berikut :
1. Obat emergensi tersedia di setiap unit pelayanan terkait.
2. Menempatkan obat emergensi di tempat tersendiri (kotak emergensi ).
3. Mengisi jenis obat sesuai daftar jenis obat yang telah ditetapkan.
4. Mengisi checklist obat emergensi, kolom jumlah obat, dan tanggal kadaluarsa.
5. Kotak emergensi tertutup dan label mudah dibaca.
6. Kotak emergensi disimpan di tempat yang strategis, mudah dijangkau, dan aman.
7. Mengecek obat emergensi tiap 2 (dua) minggu dan mengganti obat yang sudah terpakai
sesuai stok awal.

c. Monitoring dan Penggantian Obat Emergensi


Dibutuhkan monitoring terhadap ketersediaan obat emergensi di tiap unit layanan. Jika obat-
obatan telah terpakai atau telah mencapai masa kadaluarsa/ rusak, maka petugas di unit terkait harus
melakukan permintaan obat emergensi ke gudang obat. Monitoring dilakukan satu kali tiap 2 (dua)
Ditetapkan di Kramongmongga
minggu oleh petugas gudang obat sebagai penanggung jawab obat emergensi.
pada tanggal 5 Oktober 2018

Kepala Puskesmas
Kramongmongga,

EKAN KUDA

Anda mungkin juga menyukai