Anda di halaman 1dari 21

KEPUTUSAN DIREKTUR

RSUD NGIMBANG
NOMOR

TENTANG

KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI

DI RSUD NGIMBANG KABUPATEN LAMONGAN

DIREKTUR RSUD NGIMBANG

Menimbang :

a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RSUD


NGIMBANG maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan Farmasi yang
bermutu tinggi;

b. bahwa agar pelayanan Farmasi di RSUD NGIMBANG dapat


terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan Direktur RSUD
NGIMBANG sebagai landasan bagi penyelenggaraan pelayanan Farmasi di
RSUD NGIMBANG;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a


dan b, perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur RSUD NGIMBANG.

Mengingat :

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang


Rumah Sakit

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tentang


Pekerjaan Kefarmasian

3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun


2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit
MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

Pertama : KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD NGIMBANG TENTANG KEBIJAKAN


PELAYANAN FARMASI RSUD NGIMBANG

Kedua : Kebijakan pelayanan Farmasi RSUD NGIMBANG sebagaimana


tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.

Ketiga : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan Farmasi


RSUD NGIMBANG dilaksanakan oleh Bidang Penunjang RSUD
NGIMBANG.

Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di


kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di LAMONGAN

Pada tanggal

DIREKTUR RSUD NGIMBANG

KABUPATEN LAMONGAN

dr MOCH. CHAIDIR ANNAS, M.Mkes.


Lampiran : Surat Keputusan Direktur RSUD NGIMBANG Kab. LAMONGAN

Nomor :

Tanggal :

KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI

RSUD NGIMBANG
Kebijakan Umum:
1. Peralatan di Instalasi harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku, untuk menjamin semua sediaan
farmasi tetap dalam kondisi yang baik.
2. Pelayanan di Instalasi harus selalu berorientasi pada mutu dan
keselamatan pasien.
3. Semua petugas Instalasi wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
4. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan
dalam K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
5. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar
prosedur operasional yang berlaku, etika profesi, dan menghormati hak
pasien.
6. Pelayanan Instalasi Farmasi dilaksanakan dalam 24 jam.
7. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan.
8. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat
rutin bulanan minimal satu bulan sekali.
9. Setiap bulan wajib membuat laporan.

Kebijakan Khusus:
1. Pengaturan dan Manajemen:
a) Pelaksanaan pekerjaan kefarmasian meliputi pemilihan, pengadaan,
penyimpanan, permintaan/peresepan, penyalinan, distribusi, persiapan,
pengeluaran, pemberian, dokumentasi dan pemantauan terapi obat-obatan.
b) Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap semua sediaan
farmasi/perbekalan farmasi yang beredar di rumah sakit.
c) Sediaan farmasi/perbekalan farmasi terdiri dari obat, bahan obat,
alat kesehatan, reagensia, radiofarmasi, dan gas medis
d) Pelayanan farmasi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan
pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik
yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
e) Pelayanan farmasi dilaksanakan dengan sistem satu pintu.
f) Instalasi Farmasi dipimpin oleh Apoteker, berijazah sarjana farmasi
yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan
apoteker, yang telah memilliki Surat Tanda Registrasi Apoteker dan Surat
Izin Praktek Apoteker.
g) Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek
hukum dan peraturan farmasi baik terhadap administrasi sediaan farmasi
dan pengawasan distribusi.
h) Mengenai pelaksanaan pekerjaan kefarmasian dalam distribusi atau
penyaluran sediaan farmasi, kepala Instalasi sebagai penanggung jawab
dapat dibantu oleh apoteker pelaksana dan/atau tenaga teknis
kefarmasian.
i) Obat hanya dapat diberikan setelah mendapat pesanan dari dokter
dan apoteker menganalisa secara kefarmasian.
j) Lembaran resep dilayani apabila sudah memenuhi persyaratan
administrasi, meliputi :
 Nama, tanggal lahir, jenis kelamin, berat badan pasien
 Nama, nomor izin, dan paraf dokter
 Tanggal resep
k) Obat pasien rawat inap dikembalikan jika alergi atau pasien
meninggal dunia atau hal lain dengan persetujuan dokter.

2. Pemilihan dan Pengadaan:


a) Pengadaan obat di rumah sakit dilaksanakan mengacu pada
Formularium rumah sakit dan Formularium Nasional untuk JKN-BPJS.
Proses pengadaan dilaksanakan sesuai undang–undang yang berlaku, yang
melibatkan jalur distribusi obat yang resmi, dengan pengelolaan yang
dikendalikan secara penuh oleh rumah sakit.
b) Pemilihan obat masuk formularium dan penghapusan obat dari
formularium harus mengikuti kriteria yang berlaku.
c) Kriteria dan prosedur untuk penambahan dan pengurangan obat dari
formularium ditetapkan oleh rumah sakit.
d) Besarnya persediaan obat/alkes di logistik farmasi ditentukan
maksimum untuk pemakaian tiga bulan, kecuali untuk obat yang
dikategorikan “fast moving” persediaan dapat ditingkatkan sampai dengan
maksimum untuk enam bulan.
e) Bila suatu obat dalam resep tidak tersedia di Instalasi Farmasi, ada
proses yang sudah ditetapkan rumah sakit untuk pemberitahuan kepada
dokter penulis resep, saran substitusi, atau pengadaannya.
f) Pengawasan penggunaan obat di rumah sakit dilaksanakan oleh
Komite Farmasi dan Terapi.
g) Anggota Komite Farmasi dan Terapi telah diputuskan sesuai SK
Direktur.
h) Komite Farmasi dan Terapi terlibat dalam proses pemesanan,
penyaluran, pemberian dan monitoring pengobatan pasien, evaluasi dan
penggunaan obat dalam formularium rumah sakit
i) Komite Farmasi dan Terapi melakukan monitoring penggunaan obat
baru serta timbulnya KTD akibat obat baru yang ditambahkan dalam
formularium
j) Formularium ditelaah minimal satu kali dalam satu tahun,
berdasarkan informasi tentang keamanan dan efektivitasnya. Proses
telaah formularium dilakukan oleh Komite Farmasi dan Terapi.
k) Prosedur persetujuan dan pengadaan obat yang diperlukan dalam
pelayanan tetapi tidak tersedia dalam stok telah ditetapkan oleh rumah
sakit.
l) Untuk menjaga kualitas, semua obat atau alkes didapat dari
pedagang besar farmasi (PBF) yang resmi.

3. Peresepan
a) Penulis resep adalah dokter, dokter gigi atau penulis resep lain yang
diberi wewenang.
b) Permintaan obat dapat dilayani jika tulis pada lembar resep resmi
RSUD NGIMBANG.
c) Lembaran resep dilayani apabila sudah memenuhi persyaratan
administrasi, meliputi:
 Identitas penulis resep/nama dokter.
 Tempat dan tanggal penulisan resep
 Identitas pasien: nama pasien, nomor r e k a m m e d i k , tanggal
lahir, alamat, berat badan jika diperlukan, khususnya untuk pasien
anak-anak.
 Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan item resep atau item
obat.
 Nama obat (generik atau paten bila diperlukan), satuan
dosis/kekuatan, rute atau bentuk sediaan, jumlah obat, signa obat
dituliskan dengan jelas.
 Penulisan k/p, atau prn harus disertai dengan indikasi
penggunaan atau kapan diperlukan, misalnya: prn sakit kepala atau
prn mual.
 Bila ada permintaan obat yang tulisannya mirip dengan obat lain
(lihat daftar obat LASA), beri tanda garis bawah atau huruf kapital.
 Tanda tangan/paraf dokter penulis resep di bagian akhir penulisan
resep sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
 Tanda seru atau paraf dokter untuk resep obat yang mengandung
obat dengan jumlah dosis yang melebihi dosis maksimum.
d) Pada penulisan obat narkotika dan psikotropika/khusus agar sah
harus dibubuhi tanda tangan dokter (bukan paraf).
e) Tanda tangan dan paraf dokter dalam penulisan resep sesuai
dengan spesimen tanda tangan dan paraf.
f) Saat dokter spesialis tidak ada, dokter umum boleh menuliskan
resep terapi obat lanjutan bagi pasien, dengan jumlah obat tidak lebih
dari terapi satu minggu atau sampai dengan jadwal praktek dokter
spesialis berikutnya.
g) Ada prosedur Rekonsiliasi Obat saat pasien masuk rawat inap yang
dilaksanakan oleh dokter.
h) Komite Farmasi dan Terapi merekomendasikan agar menuliskan
nama generik pada resep. Tetapi, jika yang dibutuhkan adalah obat dalam
bentuk kombinasi dua atau tiga obat maka sebaiknya menulis resep
dengan nama paten.
i) Tulisan dalam resep harus jelas, legible dan lengkap. Hindari nama
atau singkatan yang tidak resmi. Resep yang tertulis tidak lengkap dan
tidak sah akan dikembalikan untuk diperbaiki dan tidak akan dilayani
sampai ditulis kembali atau setelah diklarifikasi.
j) Jika dokter menulis obat di luar formularium maka farmasis/TTK
akan menghubungi dokter dan menginformasikan bahwa obat tersebut di
luar formularium dan tidak tersedia di unit farmasi. Farmasis/TTK akan
menginformasikan alternatifnya. Jika obat tidak ada alternatifnya dalam
formularium, proses pengadaan obat tersebut mengikuti prosedur rumah
sakit.
k) Permintaan obat/instruksi pemberian obat secara lisan dilakukan
bila pasien dalam keadaan membahayakan, sehingga dibutuhkan obat
dalam waktu cepat. Petugas yang menerima instruksi harus mencatat
instruksi obat tersebut dalam rekam medis, meliputi nama dokter yang
memberi instruksi, jam saat instruksi disampaikan , isi instruksi,
menandatangani dan menulis nama penerima pesan. Instruksi lewat lisan
tersebut harus ditandatangani oleh dokter pemberi pesan secepatnya atau
dalam 24 jam berikutnya setelah pesan diterima.
l) Pada situasi tertentu yang tidak memungkinkan menulis resep
karena keadaan pasien yang membahayakan. Maka dokter dapat
memberikan instruksi melalui telepon dengan mekanisme sebagai berikut:
 Instruksi melalui telepon dilakukan oleh dokter yang merawat pasien
tersebut.
 Instruksi melalui telepon diterima oleh petugas yang berwenang
(seperti perawat, farmasis, fisioterapis, dsb).
 Petugas menerima instruksi lewat telepon akan menulis instruksi
secara lengkap dalam rekam medis termasuk waktu dan tanggal
permintaan diterima, nama dokter dan nama penerima telepon. Untuk
memastikan bahwa tidak terjadi kesalahan dalam komunikasi, maka
lakukan dengan cara sbb :
1) Instruksi lewat telepon harus diulang untuk meyakinkan
bahwa penerima instruksi telah mendengar dan mengerti
komunikasi. Ucapkan dengan sejelas mungkin.
2) Ejalah nama obat jika dibutuhkan klarifikasi.
3) Jika dibutuhkan resep maka resep ditulis oleh dokter jaga
dengan mengikuti pentunjuk penulisan resep secara umum.
4) Untuk angka di atas 10 ucapkanlah seperti contoh demikian
“satu-empat unit untuk menyebutkan angka 14 daripada
mengucapkan empat belas unit.
 Jika diperintahkan bahwa dokter jaga harus melihat pasien tersebut
dengan alasan yang dapat diterima, maka instruksi tersebut ditulis
pada rekam medis.
 Instruksi lewat telepon harus ditandatangani dalam 24 jam, dan
hanya dilakukan untuk kasus gawat saja.
m) Semua resep, kecuali dalam situasi yang darurat harus
ditandatangani oleh dokter sebelum dilayani.
n) Jika ditemui hal-hal yang harus ditanyakan berkaitan dengan resep,
maka farmasis/TTK bertanggung jawab untuk:
 Memberitahukan dokter dan minta ijin untuk mengganti.
 Pesanan diproses sesuai dengan hasil klarifikasi.
o) Farmasis/TTK bertanggung jawab untuk melakukan review terhadap
resep sebelum resep tersebut disiapkan dan diberikan kepada pasien.
Penyiapan obat diusahakan untuk menyiapkan dalam dosis per unit. Jika
ada obat yang digunakan dengan mengambil emergensi stok, maka
farmasi/TTK akan melakukan review dalam 2 jam, tetapi tidak lebih dari
8 jam setelah obat diberikan.
p) Obat dengan PRN (pro renata=gunakan seperlunya). Obat untuk
keperluan PRN obat diperoleh dari persediaan obat. Pemberian obat PRN
harus didokumentasikan dalam lembar pengobatan. Intruksi pemberian
obat PRN harus menjelaskan indikasi kapan obat tsb diberikan.
q) Instruksi pemberian obat dengan dosis yang bervariasi berdasarkan
respon pasien harus ditulis secara spesifik parameter pemberian obatnya.
r) Permintaan obat dengan aturan pakai yang tappering harus ditulis
juga dosisnya dan interval pemberiannya.
s) Permintaan order cairan intravena harus tertulis secara spesifik:
nama larutannya, obat tambahannya jumlah dan volume.
t) Hanya dokter yang berwenang saja yang dapat meresepkan obat
narkotika dan psikotropika untuk pasien rawat jalan. Semua peresepan
narkotika dan psikotropika harus ditulis dengan tinta. Dokter dan dokter
gigi tidak diperbolehkan meresepkan narkotika atau psikotropika untuk
diri sendiri atau keluarga mereka sendiri atau selain pasien rumah sakit.

5. Penyimpanan:
a) Penyimpanan obat dan perbekalan farmasi dilaksanakan dan
dipantau berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan rumah sakit.
b) Sebagai proses monitoring dan evaluasi kondisi penyimpanan obat
dan alat kesehatan, ditunjuk satu orang petugas farmasi untuk
melakukan inspeksi secara berkala setiap dua minggu sekali.
c) Rumah sakit tidak melakukan penyimpanan dan pengelolaan obat
sitostatika, Total Parenteral Nutrition (TPN) dan produksi steril karena
belum ada fasilitas BSC (Biological Safety Cabinet).
d) Perbekalan farmasi khusus meliputi obat narkotik dan psikotropik,
obat-obat High Alert, elektrolit pekat, bahan berbahaya dan beracun,
produk nutrisi, dan bahan radioaktif, dikelola dengan prosedur yang telah
ditetapkan rumah sakit
e) Obat yang dibawa pasien dari luar, setelah melalui proses
rekonsiliasi obat dan terapi boleh dilanjutkan, disimpan di Instalasi
Farmasi rumah sakit untuk dilakukan proses UDD (Unit Dose Dispensing).
f) Obat emergency tersedia di unit pelayanan pasien dan
pengelolaannya dimonitor sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan
rumah sakit
g) Rumah sakit menetapkan proses dan peralatan untuk pengamanan
obat dan perbekalan farmasi lainnya.
h) Sistem penarikan obat telah diatur sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan rumah sakit.
i) Obat yang kadaluwarsa dan ketinggalan jaman:
 Petugas farmasi secara berkala memeriksa semua persediaan obat
untuk mengetahui adanya obat yang ketinggalan jaman, obat yang
tidak dipakai lagi di rumah sakit, obat yang mendekati tanggal
kadaluwarsanya.
 Obat yang dalam jangka waktu kurang dari 3 bulan menuju tanggal
kadaluwarsa diberi tanda sebagai peringatan.
 Obat yang ketinggalan jaman, obat yang tidak dipakai dan yang
kadaluwarsa dihapus dari almari obat sebelum tanggal kadaluwarsanya
dan dilakukan proses retur atau pemusnahan.
 Obat yang ketinggalan jaman, obat yang tidak dipakai dan yang
kadaluwarsa dicatat dan dilakukan pelaporan ke bagian pengadaan.
 Petugas farmasi bertanggung jawab untuk penyimpanan dan
pemusnahan obat yang ketinggalan jaman, obat yang tidak dipakai dan
yang kadaluwarsa tersebut.
 Obat yang kadaluwarsa dan ketinggalan jaman dipisahkan, disimpan
dan dimusnahkan sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan oleh
rumah sakit.

j) Beyond use date adalah tanggal yang menunjuk bahwa obat tidak
bisa dipakai setelah tanggal tertera jika obat telah dipakai oleh pasien. Hal
ini dicantumkan agar pasien tidak menggunakan obat tersebut setelah
waktu yang ditetapkan. Untuk obat padat atau cair yang nonsteril dalam
kemasan single atau unit dose seharusnya 1 tahun atau kurang. Kecuali
stabilitas bisa terjaga. Jika harus direkonstitusi , waktu kadaluwarsanya
mengikuti informasi pabrik pada suhu kulkas.
 Sediaan padat oral: 12 bulan (kecuali produk kadaluwarsa sebelum
12 bulan)
 Sediaan cairan oral: 12 bulan (kecuali produk kadaluwarsa sebelum
12 bulan)
 Cairan rekonstitusi: lihat informasi pabrik

6. Penyiapan dan Pengeluaran :


a) Rumah sakit menyediakan fasilitas bangunan, ruangan dan
peralatan yang memenuhi ketentuan dan perundang-undangan
kefarmasian yang berlaku.
b) Pelayanan obat dilaksanakan dalam area yang bersih dan aman,
sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan rumah sakit.
c) Petugas farmasi yang kompeten melaksanakan proses skrining resep
sebelum melayani resep.
d) Ada prosedur yang ditetapkan rumah sakit bila resep dokter tidak
terbaca.
e) Pelayanan resep di rawat jalan dilaksanakan dengan sistem
pelayanan resep individual.
f) Pelayanan resep di rawat inap dilaksanakan dengan sistem Unit Dose
Dispensing (UDD)
g) Rumah sakit menyediakan sistem komputerisasi untuk proses
pengelolaan mutasi stok dan pencatatan pelayanan obat yang terintegrasi.

7. Pemberian:
a) Petugas farmasi yang berwenang memberikan obat adalah Apoteker
yang telah memiliki STRA (Surat Tanda Registrasi Apoteker) dan Tenaga
Teknis Kefarmasian yang telah memiliki STRTTK (Surat Tanda Registrasi
Tenaga Teknis Kefarmasian).
b) Dalam proses serah terima obat di rawat inap dari Apoteker atau TTK
(Tenaga Teknis Kefarmasian) dengan perawat, hanya perawat medior dan
senior yang berwenang melakukan proses serah terima obat dari farmasi.
c) Dalam pemberian obat pada pasien rawat inap, wewenang pemberian
obat didelegasikan kepada perawat. Perawat medior dan senior berwenang
memberikan semua golongan obat, termasuk obat yang harus diwaspadai
(High Alert dan LASA). Sedangkan perawat junior, tidak berwenang
memberikan obat yang harus diwaspadai (High Alert dan LASA), tetapi
boleh memberikan obat di luar golongan obat tersebut.
d) Dokter yang berwenang menulis resep adalah semua dokter yang
telah mendapatkan Surat Penugasan (Clinical Appointment) dari Direktur
Rumah Sakit yang memuat kewenangan klinis (Clinical Privileges) yang
boleh dilakukan di rumah sakit.
e) Petugas farmasi melakukan proses telaah obat sebelum memberikan
obat pada pasien.
f) Rumah sakit menyediakan sarana edukasi dan konseling bagi pasien
yang menggunakan obat sendiri.
g) Proses dokumentasi dan pengelolaan obat yang dibawa pasien saat
masuk ke rumah sakit, dilakukan dalam proses Rekonsiliasi Obat oleh
dokter, dan pengelolaan obat berikutnya dilakukan oleh Instalasi Farmasi.
h) Rumah sakit tidak melakukan penerimaan, penyimpanan dan
pendistribusian obat sampel yang ditujukan untuk uji klinis kepada
pasien.
i) Waktu tunggu pelayanan resep rawat jalan adalah waktu yang
dihitung mulai dari pasien menyerahkan resep sampai pasien
mendapatkan obatnya. Waktu pelayanan resep rawat jalan sebagai berikut
:
 Resep racikan 60 menit
 Resep obat jadi 30 menit
j) Waktu tunggu pelayanan resep rawat inap adalah waktu yang
dihitung mulai dari perawat menyerahkan resep sampai perawat
mendapatkan obatnya. Waktu pelayanan resep rawat inap: 2 jam.
k) Evaluasi waktu tunggu dilakukan untuk mengetahui kualitas
pelayanan resep.

8. Pemantauan:
a) Ada proses Monitoring Efek Samping Obat (MESO) dan pemantauan
Reaksi Obat Tidak Dikehendaki (ROTD) yang dilaksanakan secara
kolaboratif, dengan prosedur yang sudah ditetapkan rumah sakit.
b) Monitoring Efek Samping Obat (MESO) dan pemantauan Reaksi Obat
Tidak Dikehendaki (ROTD) yang terpantau, ditulis di dalam dokumen
rekam medik pasien dan dilaporkan selambat–lambatnya 2x24 jam dalam
bentuk laporan MESO.
c) Pelaporan ROTD perlu dilakukan karena bertujuan :
 Menginformasikan terjadinya ROTD kepada petugas kesehatan
sehingga dapat meningkatkan penanganan kepada pasien.
 Mengidentifikasi kecenderungan terjadinya ROTD di masa yang akan
datang.

 Mendefinisikan peranan dari tiap profesi sehingga dapat


meningkatkan kerjasama antar multidisiplin.
 Melaporkan dan mengevaluasi terjadinya efek obat yang tidak
diharapkan di rumah sakit.
d) Efek obat yang tidak diharapkan dilaporkan jika :
 Terjadi pada pasien rumah sakit
 Efek obat yang tidak diharapkan terjadi karena penyesuaian dan
penghentian terapi
 Membutuhkan penanganan yang sistemik
 Membuat perawatan menjadi lebih lama.
 Disebabkan karena komplikasi dari status penyakitnya.
 Menyebabkan pasien meninggal.
e) Instalasi Farmasi ikut serta dalam proses peningkatan mutu dan
keselamatan pasien bersama Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit
dengan memberikan suatu rekomendasi program perbaikan dalam
mencegah atau menyelesaikan terjadinya efek obat yang tidak diharapkan,
kemudian melaporkan rekomendasi tersebut kepada PFT untuk dibuat
suatu persetujuan.
f) Obat emergensi
 Obat emergensi atau gawat darurat adalah obat-obat yang digunakan
untuk mengatasi situasi gawat darurat atau untuk resusitasi
 Obat-obat emergensi disimpan dalam suatu wadah yang dapat
dibawa (portable) dan disegel. Segel akan rusak jika ada obat yang
terpakai.
 Petugas unit farmasi berwenang dalam melakukan penyegelan wadah
emergensi dengan menggunakan kunci plastik dan nomer segel, setelah
memastikan isi almari emergensi telah lengkap.
 Obat yang tersimpan dalam almari emergensi tercantum dalam
daftar termasuk tanggal kadaluwarda yang ditempel di bagian luar
wadah emergensi.
 Petugas ruangan (perawat) akan memeriksa keutuhan dari segel
pada setiap shift.
 Ketersediaan obat emergensi akan menjadi prioritas utama bagi unit
farmasi dalam melakukan restocking, penyegelan kembali, dan
menempatkan kembali.
 Jika ada staf yang menjumpai adanya segel yang rusak, maka segera
melakukan pemeriksaan obat apa yang berkurang dan melaporkan
kepada perawat yang bertugas agar melakukan penggantian kembali.
 Petugas yang menggunakan obat yang tersedia dalam wadah
emergensi bertanggung jawab dalam penggantian obat yang telah
terpakai melalui penulisan resep oleh dokter.

 Unit farmasi akan memeriksa kondisi penyimpanan obat emergency


secara berkala.
 Unit Farmasi akan mengganti obat emergensi yang kadaluwarsa atau
rusak.
 Daftar obat emergency:
JENIS OBAT KATEGORI MERK PATEN
OBAT
Adrenaline Agonis Ephinephrine Inj
adrenergik iv
Atropin sulfat Anticholinergic Atropin sulfat Inj
agents
Dextrose 40% Dekstrosa Otsu D40% 25 ml
hipertonik
Dexamethasone Kortikosteroid Dexamethasone Inj
Diphenhidramine Antihistamine Diphenhidramine Inj
Dopamin Inotropic agents Cetadop Inj
Lidocain 2% Anti aritmia Lidocain 2% Inj
Magnesium sulfat Antidysrhytmic MgSO4 20% 25 ml
s MgSO4 40% 25 ml
Diazepam antikonvulsan Valisanbe Inj
Stesolid supp 5 mg
Anti Tetanus Serum Immune Tetagam
globuline
Albuterol Beta2 agonis Ventolin nebule
Meperidine Opioid Pethidine Inj
analgesik
Aminophylline Xanthine Aminophylline Inj
derivatives
Diltiazem Antidysrhytmic Farmabes Inj
s
Norephinephrine Agonis N-Epi Inj
adrenergik iv
9. Pemusnahan:
a) Pemusnahan Perbekalan Kefarmasian adalah suatu cara untuk
menghancurkan Perbekalan Kefarmasian yang sudah tidak dapat
digunakan lagi karena kadaluwarsa atau rusak.
b) Pemusnahan harus dilakukan dengan cara yang tepat dengan
mempertimbangan keselamatan pasien dan petugas.
c) Hasil sisa pemusnahan harus ditangani dengan benar sehingga tidak
membahayakan pihak lain.
d) Pemusnahan bertujuan agar Perbekalan Kefarmasian yang sudah ED
atau rusak tidak digunakan/diberikan kepada pasien.
e) Pemusnahan Perbekalan Kefarmasian dilakukan setiap setahun
sekali setelah stock opname akhir tahun.
f) Pemusnahan Perbekalan Kefarmasian melalui pihak ketiga dengan
bekerjasama dengan bagian IPRS.
g) Petugas Gudang Farmasi menyerahkan Perbekalan Kefarmasian dan
daftar Perbekalan Kefarmasian yang akan dimusnahkan ke Petugas IPRS.
h) Pemusnahan disaksikan oleh Petugas Gudang Farmasi dan Petugas
bagian IPRS, pemusnahan dilaporkan kepada bagian keuangan untuk
dibukukan.

Ditetapkan di LAMONGAN

Pada tanggal

DIREKTUR RSUD NGIMBANG

KABUPATEN LAMONGAN

dr MOCH. CHAIDIR ANNAS, M.Mkes.


Lampiran 2

DAFTAR NAMA DOKTER YANG BERHAK MENULIS RESEP

1. Afvan Tri Kurniawan, dr., Sp.B.

2. Ahmad Sahal, dr.

3. Andik Juliardi, dr.

4. Andika Yuda Kristanto, dr., Sp.A.

5. Budi Samsul Fuad, dr., Sp.M.

6. Chunda Rezty Tri Serama, dr.

7. Diana, dr., Sp.An.

8. Djoko Soelistijono, dr., Sp.B (K) Onk.

9. Eko Yunita, dr.

10. Evy Maretnawati, dr.

11. Heru Setyadi, dr., Sp.OG.

12. Jelita Mercyana Nugraha, drg.

13. Johan Mahdy Muchammad, dr. Sp.BO.


14. Medy Prijambodo, dr., Sp.A.M.Si.Med.

15. Nasrudin, dr.

16. Nurul Hidayah, dr., Sp.KK.

17. Purnawirawanto, dr., Sp.B., Sp.BA.

18. Rasyid Salim, dr., Sp.KJ.

19. Rizka Lina Manfaati, dr.

20. Sakri Agung, dr.

21. Sri Harnowo, dr., Sp.KFR.

22. Sri Kustina, dr., Sp.THT.

23. Sulfakar, dr., Sp.OG.

24. Suwito, dr., Sp.S.

25. Thiwut Budianto, dr., Sp.PD.

26. Tri Yudianto, dr., Sp.Rad.

27. Wisnu Triharso, drg.

28. Zulkarnaen, dr., Sp.PK.

Lampiran 3

DAFTAR NAMA STAF FARMASI YANG BERHAK MENELAAH RESEP


1. Agung Wijaya, S.Si., M.MKes., Apt.

2. Ertha Kusuma Dewi, S.Farm., Apt.

3. Dayanara Juwita, S.Farm., Apt.

4. Ida Ratna Wijanti

5. Armin Muflikhah

6. Chaterina Indah Meilina, A.Md.

7. Ida Marlina, A.Md.


Lampiran 4

DAFTAR NAMA STAF FARMASI YANG BERHAK MENYERAHKAN OBAT

1. Agung Wijaya, S.Si., M.MKes., Apt.

2. Ertha Kusuma Dewi, S.Farm., Apt.

3. Dayanara Juwita, S.Farm., Apt.

4. Ida Ratna Wijanti

5. Armin Muflikhah

6. Chaterina Indah Meilina, A.Md.

7. Ida Marlina, A.Md.

8. Thoyibatul Karomah

9. Siti Nur Afifah

10. Maria Ulfa

11. Sunanik, A.Md.

12. Nur Aisiyah Lailia, A.Md.

13. Widya Firza Purnomo


Lampiran 5

DAFTAR NAMA PERAWAT YANG DIBERIKAN KEWENANGAN MEMBERIKAN


OBAT RAWAT INAP

1. Keperawatan 1
a. Dwiana Inda Winarsih, Amd.Kep.

b. Edi Widodo, Amd.Kep.

c. Fatma Ekawati, Amd.Kep.

d. Nur Latifah, Amd.Kep.

e. Erika Fitri Rahayu, Amd.Kep.

f. Fauziyah, Amd.Kep.

g. Wiwin Nurhayati, Amd.Kep.

h. Wahyu Hidayat, Amd.Kep.

i. Rudi Agus Hariyadi, Amd.Kep.

j. Rumiyati, Amd.Kep.

2. Keperawatan 2

a. Yunita Rachmawati, S.Kep., Ns.

b. Wahyuni Ningtias, Amd.Kep.

c. Cicik Eka Triwidiarti, Amd.Kep.

d. Sofia Hapsari, Amd.Kep.

e. Dyan Karunia Hadi Puspita, Amd.Kep.

f. Endang Wirayanti, Amd.Kep.

g. Henita Binawati, Amd.Kep.

h. Evi Winata, Amd.Kep.

i. Rosmita Purba, Amd.Kep.

j. Nunuk Tri Wahyuni, Amd.Kep.

k. Rini Mulyati, Amd.Kep.

l. Rini Sulis, Amd.Kep.

m. Martian Wirawan, Amd.Kep.

n. Tri wahyudi, Amd.Kep.

o. Isnaningrum, Amd.Kep.

p. Toni Kuswoyo, Amd.Kep.

q. Mokhamad Madenur, Amd.Kep.

r. Etna Aliyaningsih, Amd.Kep.


s. Nur Cahyani, Amd.Kep.

t. Heni Krismayanti, Amd.Kep.

u. Feri Indrawati

v. Silvyana Dewi Mayangsari, Amd.Kep.

w. Risa Octavia, Amd.Kep.

3. Keperawatan 3

a. Kasiyani, S.ST., M.Kes.

b. Tasmini, Amd.Keb.

c. Emy Budiarti, STr.Keb.

d. Nurna Dwi Rahayu, Amd.Keb.

e. Titis Kurnia Sari, Amd.Keb.

f. Atik Zuroida, Amd.Keb.

g. Puput Widi, Amd.Keb.

h. Eko Setyowati, Amd.Keb.

i. Susi Yuni Kartiningsih, Amd.Keb.

j. Ari Prasetyowati, Amd.Keb.

k. Nurul Wahyuni, Amd.Keb.

4. Keperawatan 4

a. Maria Ratna Indrawati, S.ST.

b. Dwiana Sto Rahayu, Amd.Keb.

c. Endar Retnaningsih, Amd.Keb.

d. Ikhtriasih, Amd.Keb.

e. Deni Mulyosari, Amd.Keb.

f. Lailatun Alfiah, Amd.Keb.

g. Nurul Hayati, Amd.Keb.

h. Lidia Kurniawati, Amd.Keb.

i. Arum Dyan Masikha, Amd.Keb.


Lampiran 6

DAFTAR NAMA SUMBER INFORMASI OBAT

1. MIMS 2015

2. ISO 2015

3. MEDSCAPE 2015 VER. 3.2

4. DRUGS.COM

Anda mungkin juga menyukai