Anda di halaman 1dari 7

KEPUTUSAN PENANGGUNGJAWAB KLINIK PRATAMA RAWAT INAP AR-ROCHMAH

NOMOR : K-AR/052/SK/IV/2023

TENTANG

KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PENANGGUNGJAWAB KLINIK PRATAMA RAWAT INAP AR-ROCHMAH,

MENIMBANG : a. bahwa klinik sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama wajib


memberikan pelayanan kefarmasian yang profesional bermutu
dan berkualitas yang disusun dan diatur dalam kebijakan
pelayanan farmasi;
b. bahwa petugas unit farmasi berkewajiban melaksanakan
kebijakan pelayanan kefarmasian yang disusun dan disepakati
bersama;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a dan b maka perlu,
Keputusan Penanggung Jawab Klinik tentang kebijakan
pelayanan kefarmasian.

MENGINGAT : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009


tentang Narkotika;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 376 Tahun 2009 tentang
Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Asisten Apoteker;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 09
Tahun 2014 Tentang Klinik;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34
Tahun 2021 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Klinik;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek;
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
830/Menkes/SK/IX/2009 tentang Pedoman Pelaksanaan
Penyediaan Obat dan Vaksin Dalam Penyelenggaraan Program
Jaminan Kesehatan Masyarakat.

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : KEPUTUSAN PENANGGUNG JAWAB KLINIK TENTANG


KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN.

Kesatu : Kebijakan pelayanan kefarmasian Klinik Pratama Rawat Inap Ar-


Rochmah yang tercantum dalam lampiran merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari keputusan ini.
Kedua : Kebijakan pelayanan kefarmasian wajib dilaksanakan oleh petugas
unit pelayanan farmasi Klinik Pratama Rawat Inap Ar-Rochmah.
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dan/atau perubahan
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Gresik
Pada tanggal : 03 April 2023
Penanggungjawab Klinik Pratama Rawat Inap
Ar-Rochmah

dr. Kharisma Rizqiah Wahyuni


NIP. 2020.001.003
Lampiran : Keputusan Penanggungjawab
Klinik Pratama Rawat Inap Ar-
Rochmah Tentang Kebijakan
Pelayanan Kefarmasian
Nomor : K-AR/052/SK/IV/2023
Tanggal : 03 April 2023

KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN


DI KLINIK PRATAMA RAWAT INAP AR-ROCHMAH

A. KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI KLINIS


1. Pelayanan farmasi klinis meliputi pengkajian dan pelayanan resep, konseling,
monitoring efek samping obat (MESO), pemantauan terapi obat, pelayanan
informasi obat, dan evaluasi penggunaan obat
2. Pelayanan resep yang tersedia di Klinik Pratama Rawat Inap Ar-Rochmah adalah
pelayanan resep racikan dan resep non racikan/obat jadi
3. Dalam melakukan penerimaan resep petugas farmasi wajib melakukan identifikasi
pasien dan skrining terhadap resep untuk menghindari kesalahan pemberian obat.
4. Skrining resep terdiri dari skrining administratif (kesesuaian identitas pasien dan
penulis resep), farmasetik (kesesuaian bentuk dan kekuatan sediaan), dan klinis
(kesesuaian dengan indikasi).
5. Hasil dari skrining resep bertujuan untuk menghindari Drug Related Problem (DRP)
yang meliputi salah pemberian obat, over dose, under dose, interaksi obat,
ketidaktepatan pemilihan obat, efek samping obat.
6. Apabila terdapat ketidaksesuaian hasil skrining, maka lakukan prosedur verifikasi
sesuai SOP yang berlaku kepada dokter penulis resep
7. Dokter penulis resep wajib melakukan peresepan sesuai dengan kaidah penulisan
resep secara universal dan tulisan resep harus mudah terbaca dan jelas
8. Dokter penulis resep harus memperhatikan kesesuaian obat yang diresepkan untuk
indikasi klinis pasien dengan formularium klinik
9. Petugas farmasi wajib memberikan KIE saat menyerahkan obat kepada pasien yang
berisi :
a. Rute pemakaian
b. Aturan/ dosis
c. Indikasi
d. Efek samping
e. Beyond Use Date
f. Cara Penyimpanan
10. Pada akhir pemberian KIE, petugas melakukan verifikasi terkait pemahaman pasien
atas hasil KIE yang diberikan, apabila pasien telah memahami maka pasien diminta
untuk melakukan paraf di kertas resep.
11. Salinan resep diberikan atas permintaan pasien dan/ atau obat yang diresepkan
tidak tersedia di Klinik Pratama Menganti.
12. Penggunaan obat-obat psikotropika atau narkotika wajib menggunakan resep
dokter, dan penggunaannya didokumentasikan dalam buku pemakaian obat
psikotropika dan obat narkotika
13. Resep diarsipkan setiap hari dan disimpan hingga 3 tahun
14. Apoteker penanggung jawab beserta petugas farmasi lainnya wajib melakukan
identifikasi dan pemantauan efek samping obat pada formulir MESO yang tersedia di
Klinik
15. Setiap adanya insiden keselamatan pasien di unit pelayanan farmasi harus segera
dilaporkan dalam kurun waktu 2x24 jam kepada Koordinator Keselamatan Pasien
dan segera dilakukan penanganan oleh Tim Keselamatan Pasien Klinik Pratama
Menganti.

B. KEBIJAKAN PENGELOLAAN PERBEKALAN FARMASI


1. Perbekalan farmasi di Klinik Pratama Rawat Inap Ar-Rochmah meliputi obat, alat
kesehatan (Alkes) dan bahan medis habis pakai (BMHP).
2. Pengelolaan perbekalan farmasi terdiri dari :
a. Pemilihan
b. Perencanaan
c. Pengadaan
d. Penerimaan
e. Penyimpanan
f. Pemusnahan dan penarikan
g. Pengendalian
h. Administrasi
3. Pemilihan perbekalan farmasi harus mempertimbangkan quality, safety, eficacy, cost
effective.
4. Pemilihan perbekalan farmasi harus sesuai dengan formularium klinik.
5. Perencanaan perbekalan farmasi mempertimbangkan pemakaian rata-rata per
bulan, buffer stock, lead time, dan sisa stok.
6. Metode perencanaan perbekalan farmasi menggunakan metode konsumsi sesuai
SOP Perencanaan.
7. Proses pengadaan perbekalan farmasi harus melewati persetujuan Penanggung
Jawab Klinik melalui Formulir Permintaan yang diajukan oleh Apoteker Penanggung
Jawab.
8. Mekanisme pengadaan perbekalan farmasi sebagai berikut:
a. Pengadaan obat di PBF melalui surat pesanan
b. Pengadaan obat di apotek, klinik, puskesmas, dan rumah sakit melalui surat
pesanan atau resep usus proprius dokter
c. Pengadaan alkes dan BMHP di PBF melalui surat pesanan
d. Pengadaan alkes dan BMHP di distributor resmi dapat dilakukan secara
langsung
9. Surat pesanan obat terdiri dari surat pesanan obat reguler, surat pesanan obat-obat
tertentu, surat pesanan obat prekursor, surat pesanan obat psikotropika, surat
pesanan Alkes dan BMHP.
10. Surat pesanan obat harus diarsipkan bersama dengan faktur penjualan dan faktur
pajak.
11. Surat pesanan disimpan hingga 5 tahun.
12. Pada saat penerimaan obat petugas farmasi harus memeriksa kesesuaian identitas
obat yang diterima (nama, no. batch, exp. date, jumlah) dengan kesesuaian pada
faktur pembelian.
13. Penyimpanan obat dilakukan di lemari obat induk dan lemari stok kerja
14. Penyimpanan obat mengikuti kaidah berikut:
a. Sediaan Farmasi disimpan dalam kondisi yang sesuai
b. Tersedia rak/lemari dalam jumlah cukup untuk memuat Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan BMHP.
c. Jarak antara barang yang diletakkan di posisi tertinggi dengan langit-langit
minimal 50 cm.
d. Langit-langit tidak berpori dan tidak bocor.
e. Ruangan harus bebas dari serangga dan binatang pengganggu.
f. Tersedia sistem pendingin yang dapat menjaga suhu ruangan di bawah 25ºC.
g. Lokasi bebas banjir.
h. Tersedia lemari pendingin untuk penyimpanan Obat tertentu.
i. Tempat penyimpanan Obat (ruangan dan lemari pendingin) harus selalu
dipantau suhunya menggunakan termometer yang terkalibrasi yang disertai
dengan kartu pencatatan suhu.
j. Kerapian dan kebersihan ruang penyimpanan.
k. Sediaan Farmasi harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus
dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada
wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama Sediaan Farmasi,
nomor batch, dan tanggal kedaluwarsa. Sediaan Farmasi yang mendekati
kedaluwarsa (3-6 bulan sebelum tanggal kedaluwarsa) diberikan penandaan
khusus dan sebaiknya disimpan terpisah.
l. Sediaan Farmasi harus disimpan dalam kondisi yang menjaga stabilitas bahan
aktif hingga digunakan oleh pasien. Informasi terkait dengan suhu penyimpanan
Obat dapat dilihat pada kemasan Sediaan Farmasi.
m. Penanganan jika listrik padam. Jika terjadi pemadaman listrik, dilakukan
tindakan pengamanan terhadap Sediaan Farmasi dengan memindahkan
Sediaan Farmasi tersebut ke tempat yang memenuhi persyaratan. Sedapat
mungkin, tempat penyimpanan Sediaan Farmasi termasuk dalam prioritas yang
mendapatkan listrik cadangan.
n. Inspeksi/pemantauan secara berkala terhadap tempat penyimpanan Sediaan
Farmasi.
o. Termometer yang digunakan untuk mengukur suhu lemari penyimpanan dapat
berupa termometer eksternal dan internal.
15. Pemusnahan mengikuti kebijakan berikut:
a. Petugas farmasi melakukan pemeriksaan tanggal kadaluwarsa sediaan farmasi,
Alkes, dan BMHP setiap bulannya;
b. Petugas mengumpulkan dan memisahkan sediaan farmasi, Alkes, dan BMHP
yang telah lewat masa kadaluwarsanya ke dalam area dan wadah khusus yang
terpisah dari sediaan lain sesuai prosedur agar tidak digunakan Kembali;
c. Petugas mengidentifikasi nama, nomor batch, dan tanggal kadaluwarsa ke
dalam laporan produk kadaluwarsa;
d. Petugas melakukan pemusnahan sesuai dengan SOP yang berlaku dan
diklasifikasikan berdasarkan bentuk sediaan;
e. Kegiatan pemusnahan dilakukan oleh petugas farmasi dan disaksikan oleh
sekurang-kurangnya 1 (satu) tenaga medis lain;
f. Apoteker Penanggung Jawab melakukan dokumentasi kegiatan pemusnahan
dan menyusun laporan berita acara pemusnahan yang diketahui oleh
Penanggung Jawab Klinik Pratama Menganti.
16. Pengendalian obat mengikuti kebijakan berikut:
a. Stok sediaan farmasi, Alkes, dan BMHP induk di lemari penyimpanan harus
diperbarui tiap terjadi mutasi/pengambilan obat ke stok kerja;
b. Apabila terjadi pemisahan sediaan farmasi, Alkes, dan BMHP kadaluarsa maka
lakukan pencatatan di kartu stok obat bahwa terdapat pengurangan stok karena
sediaan farmasi, Alkes, dan BMHP kadaluwarsa, serta catat dalam laporan
pemusnahan obat;
c. Stock opname dilakukan secara manual pada tiap akhir bulan dengan mencatat
semua stok sediaan farmasi, Alkes, dan BMHP terakhir yang ada pada tanggal
tersebut;
d. Pengeluaran sediaan farmasi, Alkes, dan BMHP tiap bulan dapat dihitung
berdasarkan selisih stok akhir sediaan farmasi, Alkes, dan BMHP antar bulan;
e. Apabila terdapatkan selisih bermakna, lakukan penelusuran dan prosedur
rekonsiliasi sesuai dengan SOP yang berlaku;
f. Lakukan penelusuran dengan hati-hati terhadap kehilangan stok obat-obat
tertentu, prekursor dan laporkan apabila terdapat kehilangan yang signifikan
jumlahnya (>1 box).

Penanggungjawab Klinik Pratama Rawat Inap


Ar-Rochmah

dr. Kharisma Rizqiah Wahyuni


NIP. 2020.001.003

Anda mungkin juga menyukai