NIM : 20621046
Telp. / HP : 0811436548
Peserta Magang
Barrie Goenawi
BAB IV
PEMBAHASAN
VISI :
Menjadi apotek keluarga patient-oriented yang memberikan pelayanan
kefarmasian terbaik dan terlengkap di kota Manado serta berperan aktif sebagai
mitra bagi pemerintah dalam meningkatkan kesehatan bersama.
MISI :
• Terus mengembangkan pelayanan kesehatan berkualitas yang terintegrasi
meliputi pelayanan kefarmasian, praktek dokter bersama dan klinik
kecantikan kulit.
• Menyediakan obat-obatan dan produk kesehatan yang lengkap dan berkualitas
tinggi untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat lokal.
• Memberikan informasi dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat untuk
meningkatkan pemahaman mengenai obat, penggunaan obat yang benar dan
pentingnya gaya hidup sehat serta mendukung pemerintah dalam kampanye
kesehatan masyarakat.
• Menyajikan pelayanan yang personal dan ramah serta menjalin hubungan
jangka panjang dengan komunitas.
• Bekerjasama dengan dokter keluarga yang menyediakan konsultasi kesehatan
secara gratis bagi semua masyarakat kota Manado.
• Mengintegrasikan inovasi teknologi kesehatan untuk mempermudah akses
pelanggan terhadap informasi obat, layanan kesehatan digital dan sistem
manajemen obat yang up to date.
• Membangun kemitraan yang kokoh dengan pihak-pihak terkait, seperti
praktisi medis lokal, organisasi kesehatan masyarakat, dan pemerintah daerah
untuk mendukung inisiatif kesehatan bersama.
Jam operasional Apotek Bhaktipharma II dimulai dari jam 08.00 – 21.00 WITA dan
memberikan pelayanan setiap hari senin hingga hari sabtu. Untuk pembagian jam kerja
karyawan dibagi menjadi dua shift yaitu :
• Perencanaan :
• Pengadaan
- Pengadaan melalui aplikasi yang dimiliki PBF, seperti EMOS Marketplace pada
Enseval Putera Megatrading dan Merapi Utama Pharma, eZRx pada Anugerah
Pharmindo Lestari, GPOS B2B pada Anugrah Argon Medica, PPGOS pada Parit
Padang Global, Medisend pada Rakyat Indo Jaya dan Mensa Bina Sukses. Untuk
surat pesanan bisa menggunakan e-SP atau SP manual.
- Pengadaan melalui sales PBF atau melalui Medical Representatives dari Pabrik
Obat bagi PBF yang tidak memiliki aplikasi.
- Pengadaan prekursor, narkotika dan psikotropika dilakukan langsung oleh
apoteker penanggungjawab apotek dengan menggunakan formulir khusus SP
prekursor, Narkotika dan Psikotropika.
• Penerimaan
• Penyimpanan
Penyimpanan obat di apotek bertujuan untuk menjamin agar mutu obat yang akan
digunakan oleh pasien tidak berubah sesuai ketika diproduksi. Mutu obat bisa dilihat
dari khasiat dan keamanannya. Penyimpanan sediaan farmasi di Apotek
Bhaktipharma II disusun berdasarkan
- Bentuk sediaan, contoh : sediaan tablet, sirup, salep, di simpan di etalase obat
terpisah, sedangkan untuk sediaan supo atau injeksi yang memerlukan
penyimpanan pada suhu di bawah suhu ruangan disimpan di lemari pendingin.
- Golongan obat, contoh : untuk obat bebas dan obat bebas terbatas di simpan
terpisah dari obat golongan psikotropika dan narkotik.
- Farmakologis, Pengelompokkan penyimpanan obat berdasarkan kelas atau
golongan terapinya.
- Menggunakan metode FIFO & FEFO yaitu bahwa barang yang pertama kali
masuk ke gudang harus dikeluarkan pertama kali dan barang yang pertama kali
keluar dari gudang adalah barang yang mendekati masa kadaluarsa.
Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk
sediaan. Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika atau
psikotropika dilakukan oleh apotekerdan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Penghapusan dan pemusnahan sediaan Farmasi harus dilaksanakan
dengan cara yang baik dan sesuai dengan ketentuan peraturan perudangan yang
berlaku.
Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan Resep apotek dilakukan dengan cara dibakar atau cara
pemusnahan lain yang disertai dengan Berita Acara Pemusnahan Resep.
Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standard/ketentuan peraturan
perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah
penarikan oleh BPOM atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar
dengan tetap memberikan laporan kepada kepala BPOM.
• Pengendalian
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan,
danbahan medis habis pakai meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur),
penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan
lainnya disesuaikan dengan kebutuhan. Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan
eksternal.
Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan
manajemen apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya. Pelaporan
eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, meliputi pelaporan narkotika,
psikotropika dan pelaporan lainnya.
Untuk obat-obatan dari golongan narkotika, dan psikotropika, dimana pelaporannya
menggunakan SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika) dan
dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. 4 PELAYANAN KEFARMASIAN APOTEK BHAKTIPHARMA II
Pelayanan resep :
Non resep merupakan pelayanan yang dilakukan tanpa resep atau pasien
datang dengan keluhan. Obat-obat yang dapat digunakan dalam swamedikasi
meliputi obat-obat yang dapat diserahkan tanpa resep, obat tersebut meliputi
obat bebas, obat bebas terbatas dan obat wajib apotek (OWA). Definisi
swamedikasi atau pengobatan sendiri berdasarkan PERMENKES
No.919/MENKES/PER/X/1993 adalah upaya seseorang dalam mengobati
gejala penyakit tanpa konsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
Penatalaksanaan swamedikasi dilakukan setelah mendapatkan informasi
melalui analisis swamedikasi yang memberikan informasi mengenai penyakit
yang diderita pasien. Apoteker dapat menyarankan obat apa yang tepat untuk
diberikan kepada pasien. Apoteker juga memberikan konseling mengenai cara
penggunaan obat yang benar, jadwal meminum obat yang benar dan
memberikan informasi selengkapnya tentang obat yang didapatkan pasien.
Swamedikasi dapat dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan yang
dapat digunakan sebagai informasi agar dapat memberikan ketepatan terapi
kepada pasien. Beberapa pertanyaan tersebut seperti :
- W : Who is the patient? (siapa yang sakit). Apoteker menyakan siapa yang
sakit atau siapa yang akan mengkonsumsi obat yang akan dibelinya tersebut.
- W : What are the symptoms? (gejala apa yang di rasakan). Informasi mengenai
gejala dapat membantu apoteker mengetahui apakah gejala memang dapat
diatasi atau harus mendapatkan penanganan lebih lanjut.
- H : How long have the symptoms been present? (sudah berapa lama gejala
tersebut berlangsung). Faktor lamanya gejala berlangsung juga menjadi
pertimbangan apakah swamedikasi dapat diberikan atau tidak. Jika memang
sudah terbilang cukup lama akan lebih baik diperiksakan ke tenaga medis yang
dapat mendiagnosa sampai mana progres penyakit yang diderita pasien.
- A : Action taken? (Tindakan apa saja yang sudah dilakukan untuk mengatasi
gejala tersebut). Jika tindakan yang dilakukan sudah benar dapat menjadi
terapi nonfarmakologi yang dapat membantu mempercepat pengobatan selain
dengan terapi farmakologi.
- M : Medication being taken? (Obat apa yang telah digunakan untuk
mengatasi gejala tersebut). Dari pertanyaan ini dapat diketahui apakah ada
efek alergi jika diberikan obat baru serta efek samping yang mungkin terjadi.
Kegiatan dispensing dimulai dari proses penerimaan resep yang menyangkut kegiatan
penyiapan, melakukan peracikkan, menuliskan etiket, memasukkan obat kedalam wadah
yang tepat lalu menyerahkan obat kepada pasien berdasarkan resep yang di tulis oleh dokter.
Kegiatan ini meliputi interpretasi yang tepat dari resep serta pemberian etiket dan label obat
sesuai dengan yang tertulis pada resep (Permenkes, 2016).
Penyiapan obat dilakukan oleh Apoteker atau TTK dengan mengambil obat sesuai
dengan resep yang ditulis oleh dokter, lalu dituliskan etiket putih untuk obat diminum atau
secara oral (Jenis obat yang menggunakan etiket putih diantaranya bentuk tablet, kapsul,
puyer, sirup, sirup tetes (drop), ataupun suspensi), sedangkan label/etiket biru untuk
penggunaan luar/tidak untuk diminum (Jenis obat yang menggunakan etiket biru diantaranya
bentuk salep, krim, gel, bedak, obat suntik, tetes mata, dan tetes telinga).
Penyerahan obat kepada pasien dilakukan oleh Apoteker atau Tenaga Teknik
Kefarmasian, sebelum diserahkan ke pasian petugas melakukan pemeriksaan terhadap
kesesuaian obat dan resep. Kemudian Apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian
memberikan tentang informasi dosis, cara pemakaian obat atau informasi lainnya yang
diperlukan.
Pada saat penyerahan obat ke pasien disertai dengan pelayanan informasi obat yang
merupakan kegiatan penyediaan dan informasi rekomendasi obat yang akurat, lengkap, dan
dijelaskan satu-satu oleh Apoteker atau TTK kepada pasien.
- Cara menggunakan :
- Cara penyimpanan obat
- Berapa lama obat harus dipergunakan
- Kemungkinan terjadi efek samping