0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
4K tayangan28 halaman
Manajemen apotek meliputi proses pengelolaan seluruh aspek di apotek, termasuk manajemen keuangan, pembelian, penjualan, persediaan, dan pemasaran untuk menjalankan fungsi apotek secara efisien sesuai peraturan. Prosedur pendirian apotek memerlukan izin dari pemerintah setelah memenuhi persyaratan sarana, perlengkapan, dan lokasi.
Manajemen apotek meliputi proses pengelolaan seluruh aspek di apotek, termasuk manajemen keuangan, pembelian, penjualan, persediaan, dan pemasaran untuk menjalankan fungsi apotek secara efisien sesuai peraturan. Prosedur pendirian apotek memerlukan izin dari pemerintah setelah memenuhi persyaratan sarana, perlengkapan, dan lokasi.
Manajemen apotek meliputi proses pengelolaan seluruh aspek di apotek, termasuk manajemen keuangan, pembelian, penjualan, persediaan, dan pemasaran untuk menjalankan fungsi apotek secara efisien sesuai peraturan. Prosedur pendirian apotek memerlukan izin dari pemerintah setelah memenuhi persyaratan sarana, perlengkapan, dan lokasi.
Pengertian manajemen apotek adalah proses pengelolaan setiap elemen yang ada diapotek sesuai dengan keadaan dan sumber daya apotek agar mampu berjalan secara efisien Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan . Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. • Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, • apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesa sebagai Apoteker Landasan Hukum pendirian Apotek • Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. • Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. • Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. Tugas dan Fungsi apotek • Tempat pengabdian profesi apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan. • Sarana farmasi dalam melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat. • Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyalurkan obat yang diperlukan masyarakat secara luas dan merata. • Sebagai sarana pelayanan informasi obat dan perbekalan farmasi lainnya kepada masyarakat. • Manajemen apotek sendiri merupakan manajemen farmasi yang diterapkan di dalam apotek. Sistem managemen diapotik terdiri atas beberapa tipe managemen : 1. managemen keuangan 2. managemen pembelian, 3. managemen penjualan, 4. managemen persedian, 5. managemen pemasaran 6. managemen khusus. • Manajemen khusus merupakam manajemen khas yang mana diterapkan apotek sesuai dengan kekhasannya seperti. • pengelolaan apotek yang dilengkapi dengan laboratorium klinik, • apotek dengan swalayan, • apotek yang bekerja sama dengan balai pengobatan dll. Profesionalisme Pelayanan Apoteker Pelayanan Informasi Obat (PIO) • Apoteker di Apotek juga dapat melayani Obat non Resep atau pelayanan swamedikasi. • Apoteker harus memberikan edukasi kepada pasien yang memerlukan Obat non Resep untuk penyakit ringan dengan pemilihan Obat bebas atau bebas terbatas yang sesuai. • Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker dalam pemberian informasi mengenai Obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan Obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat. • Informasi mengenai Obat termasuk Obat Resep, Obat bebas dan herbal. Prosedur Manajemen Apotek • Adapun prosedur dalam pendirian apotek sesuai dengan KepMenKes RI No.1332/Menkes/SK/X/2002, persyaratannya adalah sebagai berikut: • Agar dapat mendapatkan izin apotek, apoteker ataupun apoteker yang bekerjasama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan siap dengan tempat, perlengkapan termasuk dengan persedian farmasi serta perbekalan farmasi yang lain. • Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan komoditi yang lain diluar sediaan farmasi. • Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi yang lain diluar sedian farmasi. • 1. Lokasi dan Tempat • Jarak sekarang ini bukan lagi menjadi persyaratan, tapi lebih baik mempertimbangkan segi penyebaran dan pemerataan pelayanan kesehatan, jumlah penduduk, serta kemampuan daya beli mereka, kesehatan lingkungan, keamanan serta mudah dijangkau. • 2. Bangunan serta Kelengkapan • Bangunannya harus mempunyai luas serta memenuhi persyaratan yang cukup, serta mememnuhi persyaratan teknis dengan demikaian akan terjaminnya kelancaran tugas serta fungsi dari apotek Perlengkapan Apotek • Tersedianya alat pembuangan, pengolahan serta peracikan seperti timbangan, mortir, gelas ukur dll. Juga diperlukan alat penyimpanan serta perbekalan famasi, contohnya lemari obat serta lemari pendingin. • Wadah pengemas serta pembungkus, etiket serta plastik pengemas. • . • Alat administrasi, seperti blanko pesanan obat, faktur, salinan resep dan sebagainya. • Buku standar Farmakope Indonesia, ISO, MIMS, DPHO, serta kumpulan UU tentang apotek • Tempat penyimpanan khusus narkotika, psikotropika, serta bahan beracun. Aturan Pemerintah Mengenai Izin Apotek • Untuk menjadi sebuah apotek resmi kita perlu mendapatkan izin dari pemerintah. Untuk mendapat izin apotek, APA atau apoteker telah dijelaskan diatas. Dan untuk surat izin apotek (SIA) yang mana surat yang diberikan Menteri Kesehatan RI kepada apoteker atau apoteker yang bekerjasama dengan pemilik sarana untuk membuka apotek di suatau tempat. • Nah wewenang pemberian SIA ini dilimpahkan Menteri Kesehetan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Yang mana Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib melaporkan pelaksanaan pemberian izin, pembekuan, pencairan, serta pencabutan izin apotek • Laporan tersebut diberikan setahun sekali kepada Menteri Kesehatan serta tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Sesuai dengan Keputusan MenKes RI No.1332/MenKes/SK/X/2002 Pasal 7 dan 9 • Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, sebagai berikut: • Permohanan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kepala Dinas Kabupaten/Kota paling lambat 6 hari setelah menerimana permohonan, dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk memeriksa setempat terhadap kesiapan apotek dalam melakukak aktivitas • Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ataupun Kepala Balai POM paling lambat 6 hari setelah menerima permintaan bantuan teknis akan melaporkan hasil pemeriksanaan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/kota. • Dalam pemeriksaan pada ayat (2) serta (3) tidak dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Kantor Dinas Kesehatan Setempat dengan tembusan Kepala Dinas Provinsi. • Dalam jangka 12 hari setelah diterima laporan pemeriksaan sebagaimana ayat (3) ataupun (4) persyaratan ayat (4), Kepala Dinas Kesehatan setempat mengeluarkan surat izin apotek • Bilamana hasil pemeriksanaan tim Dinas Kesehatan setempat ataupun Kepala Balai POM dimaksud (3) masih belum memenuhi syarat Kepala Dinas Kesehatan setempat dalam waktu 12 hari kerja mengeluarkan surat penundaan. • Terhadap surat penundaan sebagaimana ayat (6), apoteker dapat melengkapi persyaratan yang belum terpenuhi paling lambat satu bulan setelah beredarnya surat penundaan. • Terdapap permohonan izin apotek bila tidak sesuai memenuhi persyratan sesuia pasal (5) dan atau (6), atau lokasi apotek yang tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan setempat dalam jangka waktu paling lambat 12 hari kerja akan mengeluarkan surat penolakan beserta dangan alasannya Agar omzet bisnis apotek Anda naik, berikut tipsnya 1. Berikan Pelayanan Terbaik 2. Kontrol Siklus Penjualan Pada Bisnis Apotek Anda 3. Perhatikan Ketersediaan Obat-Obatan 4. Jalin Kerja Sama Dengan Klinik Maupun Dokter 5. Pengelolaan Laba Usaha 6. Jalin Kerja Sama Dengan Para Detailer Obat Yang Datang ke Apotek Anda 7. Jalin Kerja Sama Dengan Apotek- apotek Besar PENDIRIAN DAN MANAGEMAN APOTIK Cat: 1. Kesesuaian farmasetik: -bentuk sediaan -dosis -potensi -stabilitas - cara dan lama pemberian. 2.Pertimbangan klinis pada pelayanan R/ meliputi: - ketepatan indikasi dan dosis Obat - aturan, cara dan lama penggunaan Obat - duplikasi dan/atau polifarmasi - reaksi Obat yang tidak diinginkan seperti: - alergi, - efek samping Obat, - manifestasi klinis lain - kontra indikasi - interaksi. b. Penyiapan obat - peracikan - etiket - kemasan obat - penyerahan obat - informasi obat - konseling - monitoring penggunaan obat 2. Promosi dan Edukasi : Apoteker memberikan edukasi mis: swamedikasi; poster; lleaflet/brosur 3. Pelayanan Residensial (Home Care) 4. Administrasi • Administrasi Umum: - Pencatatan -pengarsipan - pelaporan narkotika/ psikotropika - pemusnahan - dokumentasi lain • Administrasi pelayanan:- pengarsipan R/ - catatan pengobatan pasien - monitoring penggunaan obat Pelayanan Konsultasi, Informasi dan Edukasi • Informasi meliputi: dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metoda pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari Obat dan lain-lain.
Kegiatan Pelayanan Informasi Obat di Apotek meliputi:
1. menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan 2. membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet, pemberdayaan masyarakat (penyuluhan) 3. memberikan informasi dan edukasi kepada pasien 4. memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa farmasi yang sedang praktik profesi 5. melakukan penelitian penggunaan Obat 6. menyampaikan makalah dalam forum ilmiah 7. melakukan program jaminan mutu. Pemusnahan • 1. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan. • Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. • 2. Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan. Fungsi dan Tugas Apoteker Sesuai dengan Kompetensi Apoteker di Apotek menurut WHO 1. Care giver (memberi pelayanan pada pasien) 2. Decision maker (mampu memberi keputusan) 3. Communicator (dapat berkomunikasi dgn baik) 4. Leader (dapat menjadi pemimpin di Apotik) 5.Manager (Mampu mengelola Apotik) 6. Life long learner (belajar sepanjang masa) 7. Teacher ( mampu menjadi guru) 7. Research ( berperan dlm penelitian)