Anda di halaman 1dari 106

PENGELOLAAN & PENGENDALIAN

FARMASI RUMAH SAKIT


Ida Lisni
PUSTAKA

1. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009, tentang Kesehatan.


2. Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009 tentan Rumah Sakit.
3. Peraturan Pemerintah RI No.51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
4. Permenkes No. 56 thn 2014 tentang Perizinan Rumah Sakit
5. Permenkes No. 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di RS,
6. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2014, tentang Tenaga Kesehatan
7. Quick, J.D, Rankin, J.R., O’Connor, R.W., Hogerzeil, H.V., Dukes, M.N.G, and Garnett, A. (Eds),
Managing Drug Supply., Kumarin Press, Connecticut
8. Hicks, W.W., Practice Standards of ASHP 1994-1995, The American Society of Hospital
Pharmacists Inc., Bethesda.
9. World Health Organization., Guidelines Manual for Good Hospital Pharmacy Practice and
Management., World Health Organization.
10. WHO and IPF., Developing pharmacy practice A focus on patient care,2006
11. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2021 tentang PENYELENGGARAAN BIDANG
PERUMAHSAKITAN
NOMOR MATERI

1 A. Definisi rumah sakit, tugas dan fungsi rumah sakit


B. Ruang lingkup pelayanan rumah sakit
2 Klasifikasi rumah sakit
3 A. Definisi IFRS, Fungsi dan ruang lingkup IFRS.
B. Pengelelolaan perbekalan di IFRS
4 Praktek Dispensing Obat di RS
5 A. Penghantaran obat bagi pasien rawat jalan
6 B. Penghantaran obat pasien gawat darurat
C. Penghantaran obat pasien rawat inap
7 Tim Farmasi dan Terapi (TFT)
8 Formularium RS: Pedoman penulisan resep di RS
RUMAH SAKIT
UNDANG UNDANG RI No. 44 Thn 2009 Tentang RUMAH SAKIT

adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan


kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan:

Pelayanan Pelayanan Pelayanan


Rawat Rawat Gawat
Jalan Inap Darurat
TUGAS DAN FUNGSI RUMAH SAKIT

TUGAS FUNGSI
memberikan pelayanan 1. Pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
kesehatan perorangan
3. Pendidikan dan Pelatihan SDM pelayan kesehatan
secara paripurna.
4. Peneltian dan pengembangan serta penapisan
teknologi kesehatan.

UNDANG UNDANG RI No. 44 Thn 2009 Tentang RUMAH SAKIT


KLASIFIKASI RUMAH SAKIT
BERDASARKAN JUMLAH TEMPAT TIDUR

JENIS RUMAH SAKIT KELAS JUMLAH TEMPAT TIDUR MINIMAL

RUMAH SAKIT UMUM A 250


RUMAH SAKIT UMUM B 200
RUMAH SAKIT UMUM C 100
RUMAH SAKIT UMUM D 50
RUMAH SAKIT KHUSUS A 100
RUMAH SAKIT KHUSUS B 75
RUMAH SAKIT KHUSUS C 25
JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
(JKN)
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial
yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004
tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat
yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya
dibayar oleh Pemerintah.

DISELENGGARAKAN OLEH BPJS


Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah badan hukum
yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan.
FASILITAS KESEHATAN

FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA (FKTP):

1. Puskesmas beserta jejaringnya;


2. Praktik dokter dengan jejaringnya (apotek, laboratorium, bidan, perawat);
3. Praktik dokter gigi beserta jejaringnya;
4. Klinik pratama beserta jejaringnya; dan
5. Fasilitas kesehatan milik TNI/POLRI beserta jejaringnya
6. Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara

FASILITAS KESEHATAN RUJUKAN TINGKAT LANJUT (FKRTL):


1. Klinik Utama atau yang setara
2. Rumah Sakit Umum
3. Rumah Sakit Khusus
FKRTL
YANKES SEKUNDER
(spesialistik) YANKES TERSIER
(subspesialistik)
RS kls D RS kls B Pendidikan
RS kls C RS kls A
RS B non pendidikan
INA-CBGs merupakan sebuah singkatan dari Indonesia
Case Base Groups yaitu sebuah aplikasi yang digunakan
rumah sakit untuk mengajukan klaim kepada BPJS

Tarif Indonesian - Case Based Groups yang selanjutnya


disebut Tarif INA-CBG’s adalah besaran pembayaran
klaim oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan
Rujukan Tingkat Lanjutan atas paket layanan yang
didasarkan kepada pengelompokan diagnosis penyakit.
INSTALASI FARMASI
RUMAH SAKIT
DEFINISI
Instalasi Farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan seluruh
kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit.

Pelayanan adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien
Kefarmasian yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang
pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.

Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker.
Tenaga Teknis adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani Pekerjaan
Kefarmasian Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis
Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.

Bahan medis habis adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk penggunaan sekali pakai (single
pakai use) yang daftar produknya diatur dalam peraturan perundang-undangan.
(BMHP)
CONTOH BMHP
Pelayanan Kefarmasian harus dilakukan oleh Apoteker dan Tenaga
Teknis Kefarmasian. Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan
Pelayanan Kefarmasian harus di bawah supervisi Apoteker.
Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian harus memenuhi persyaratan
administrasi seperti yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku
RUANG LINGKUP
PELAYANAN KEFARMASIAN DI RS
Pengelolaan Pelayanan
Sediaan Farmasi, Farmasi Klinik
Alat Kesehatan, dan • Pengkajian dan pelayanan Resep
Bahan Medis Habis Pakai • Penelusuran riwayat penggunaan obat
pasien
▪ Pemilihan • Rekonsiliasi Obat;
▪ Perencanaan kebutuhan • Pelayanan Informasi Obat (PIO);
▪ Pengadaan • Konseling;
▪ Penerimaan • Visite
▪ Penyimpanan • Pemantauan Terapi Obat (PTO);
▪ Pendistribusian • Monitoring Efek Samping Obat (MESO);
▪ Pemusnahan dan • Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);
penarikan • Dispensing sediaan steril
▪ Pengendalian • Pemantauan Kadar Obat dalam Darah
▪ Administrasi (PKOD);
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai

NO KEGIATAN URAIAN
1 Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan
kebutuhan.
Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan BMHP ini
berdasarkan kriteria atau standar.
2 Perencanaan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode
Kebutuhan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan BMHP sesuai
dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya
kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien
3 Pengadaan adalah kegiatan untuk merealisasikan perencanaan kebutuhan.
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
Lanjutan...

NO KEGIATAN URAIAN
3 Pengadaan dapat dilakukan melalui
a. Pembelian
b. Produksi sediaan farmasi
c. Sumbangan/Dropping/Hibah
Hal yang harus diperhatikan:
a. bahan baku Obat harus disertai Sertifikat Analisa;
b. bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS);
c. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan BMHP harus mempunyai Nomor Izin Edar
d. expired date minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan BMHP tertentu (vaksin, reagensia, dan lain-lain.
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
Lanjutan...

NO KEGIATAN URAIAN
4 Penerimaan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah,
mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam
kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
Semua dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan
dengan baik
5 Penyimpanan Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan
sesuai dengan persyaratan kefarmasian, meliputi:
stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban,
ventilasi, dan penggolongan
Penyimpanan berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan, jenis sediaan,
disusun secara alfabetis, menerapkan prinsip
First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai
sistem informasi manajemen.
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan BMHP

5. Penyimpanan
Obat High Alert
adalah Obat yang harus diwaspadai karena sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius
(sentinel event) dan Obat yang berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD)

Meliputi:
• LASA/NORUM
• Elektrolit konsentrasi tinggi
• Sitostatika

Pengelolaan : beri label HIGH ALERT / LASA/NORUM

Penyimpanan
• LASA : beri selang minimal satu obat antara obat LASA
• HIGH ALERT : pisahkan dengan obat lain
LOOK ALIKE/RUPA MIRIP
Drug with similar name
Loxonin (loxoprofen/AINS) Lanoxin (digoxin)
Ottopan drop Otopain drop (tetes
(paracetamol) telinga)
Mefinter (as mefenamat) Metifer (mecpbalamin)
Levothyroxin Levofloxacin
Losec (omeprazol) Lasix (furosemid)
Leschol (fluvastatin) Lesichol (lechitin, vitamin)
Bupropion Buspiron
Celebrex (celecoxib) Celexa (citalopram)
Ephedrine Epinephrine
Vinblastine Vincristine
Cardura (doxazosin) Cordaron (amiodaron)
Cytotec (misoprostol) Sotatic (metochlopramide)
Penyiapan dan Penyimpanan
a. High alert medications yang disimpan di instalasi farmasi,
ditempatkan secara terpisah dari obat lainnya dan diberikan
label/peringatan di setiap kotak penyimpanan obat.

b. High alert medications yang di ada di ruang perawatan


disimpan dalam kotak emergensi kit
yang memiliki kunci dispossible bernomor dan
diberi label/peringatan “high alert medications” pada setiap obat.
c. Setiap high alert medications diberikan label “high alert”
pada setiap kemasan terkecil (untuk obat injeksi) dan
pada plastik etiket obat(untuk obat tablet).

d. Penyimpanan elektrolit konsentrat


• Elektrolit konsentrat hanya disimpan di farmasi.
• Disimpan terpisah dari obat yang lain
• Diberi wadah tambahan pada setiap satu botol
elektrolit konsentrat dan diberi label
“High Alert- Elektrolit konsentrat-harus
diencerkan”

e. Infus intravena yang mengandung high alert


medications harus diberikan label high alert
medication
Obat LASA disimpan sesuai dengan sistem penyimpanan yang
berlaku dengan kekhususan sebagai berikut:
1. Obat LASA tidak disimpan bersisian/bersebelahan, harus ada
satu atau lebih jenis obat yang lain diantara keduanya.
2. Obat LASA diberikan penandaan khusus.
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
Lanjutan...

NO KEGIATAN URAIAN
6 Distribusi suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
BMHP dari tempat penyimpanan sampai kepada unit
pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis,
jumlah, dan ketepatan waktu.
7 Pemusnahan Pemusnahan dan penarikan bila:
dan Penarikan a. produk tidak memenuhi persyaratan mutu;
b. telah kadaluwarsa;
c. tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan
kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan.
d. dicabut izin edarnya.
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
Lanjutan...

NO KEGIATAN URAIAN
8 Pengendalian Tujuan pengendalian:
a. penggunaan Obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit;
b. penggunaan Obat sesuai dengan diagnosis dan terapi
c. memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi
kelebihan dan kekurangan/kekosongan, kerusakan,
kadaluwarsa, dan kehilangan
Cara untuk pengendalian:
a. melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving);
b. melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga bulan
berturut-turut (death stock);
c. Stok opname yang dilakukan secara periodik dan berkala
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
Lanjutan...

NO KEGIATAN URAIAN
9 Administrasi
Kegiatan administrasi terdiri dari:
a. Pencatatan dan Pelaporan
b. Administrasi Keuangan
Dilakukan jika IFRS mengelola keuangan
c. Administrasi Penghapusan
merupakan kegiatan penyelesaian terhadap Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
BMHP yang tidak terpakai karena kadaluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi
standar dengan cara membuat usulan penghapusan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai kepada pihak terkait sesuai dengan
prosedur yang berlaku.
PRAKTIK DISPENSING YANG BAIK
DI RUMAH SAKIT
DISPENSING
DEFINISI
• Adalah proses yang mencakup berbagai kegiatan yang dilakukan
apoteker mulai dari penerimaan resep dokter atau permintaan obat
bebas bagi PRT dan PRJ dengan memastikan penyerahan obat yang
tepat pada pasien serta kemampuannya mengkonsumsi sendiri
dengan baik.
• Unsur vital dari penggunaan obat yang rasional
PRAKTIK DISPENSING YANG BAIK adalah
suatu proses yang memastikan bahwa suatu
bentuk yang efektif yaitu dari :
• obat yang benar
• dihantarkan pada pasien yang benar
• dalam dosis dan kuantitas yang tertulis
• instruksi yang jelas
• dalam kemasan yang memelihara potensi
obat.
LINGKUNGAN DISPENSING

STAF
harus memelihara kebersihan pribadi dan kebersihan lingkungan

Alat dispensing
Harus bersih dan kering
Timbangan harus ditera/dikalibrasi

Penyimpanan obat terorganisasi dengan baik


Berdasarkan alfabetis, bentuk sediaan, obat luar-obat dalam.
Meminimalkan resiko kesalahan.

Sistem perputaran persediaan FIFO, FEFO

Persediaan “fast movers”


ditempatkan dalam daerah yang mudah dicapai oleh personel
PERSONEL DISPENSING
• APOTEKER PENGAWAS
• APOTEKER
• ASISTEN APOTEKER

Pengetahuan, ketrampilan dan sikap:


1.Pengetahuan tentang obat yang didispensing:
penggunaan umum, dosis, peringatan, ES
yang umum,interaksi, mekanisme kerja obat
dan persyaratan penyimpanan.
2.Ketrampilan dalam menghitung
3.Ketrampilan dalam mengases mutu sediaan
4.Ketrampilan komunikasi yang efektif
5.Bersifat bersih, teliti dan jujur.
PROSES DISPENSING
TAHAP I
MENERIMA DAN MEMVALIDASI RESEP DOKTER

TAHAP II
MENGKAJI RESEP UNTUK KELENGKAPAN

TAHAP III
MENGERTI dan MENGINTERPRETASI RESEP

TAHAP IV
MENAPIS PROFIL PENGOBATAN PASIEN

TAHAP V
MENYIAPKAN, MEMBUAT/ MERACIK SEDIAAN OBAT

TAHAP VI
MENYAMPAIKAN ATAU MENDISTRIBUSIKAN OBAT KPD PASIEN
PROSES DISPENSING

TAHAP I : MENERIMA DAN MEMVALIDASI RESEP DOKTER

Periksa identitas pasien:


• menegaskan nama pasien
• konfirmasi dengan perawat
PROSES DISPENSING

TAHAP II : MENGKAJI RESEP UNTUK KELENGKAPAN

Mengkaji kelengkapan unsur resep


• Nama pasien
• Ruangan/kamar
• No RM
• Nama obat, kekuatan, bentuk sediaan,
kuantitas, aturan pakai.
• Tanggal dan jam penulisan resep
• Tanda tangan dr penulis resep
• Instruksi lain dari dokter.
PROSES DISPENSING

TAHAP III : MENGERTI dan MENGINTERPRETASI RESEP


DILAKUKAN OLEH APOTEKER ATAU ASISTEN APOTEKER YANG TERLATIH
1. MEMBACA ORDER/RESEP
2. MENGINTERPRETASI SETIAP SINGKATAN YG TERTULIS DI RESEP
3. MENEGGASKAN BHW DOSIS YG TERTULIS DALAM RESEP DALAM RENTANG YANG NORMAL.
4. MELAKUKAN PERHITUGAN DOSIS DAN KUANTITAS SECARA BENAR
5. MENGKAJI KETIDAKTEPATAN YANG TERTERA DALAM RESEP seperti: duplikasi, KI,
interaksi,inkompatibilitas.
6. ORDER LISAN HANYA DILAYANI DALAM SITUASI LUAR BIASA.
7. JIKA ADA KERAGUAN DALAM PENULISAN RESEP HUBUNGI DOKTER YBS
8. SETIAP PERHITUNGAN/ PENILAIAN/PENILAIAN KETEPATAN HARUS DIPERIKSA GANDA OLEH
ANGGOTA STAF YANG LAIN
TAHAP IV : MENAPIS PROFIL PENGOBATAN PASIEN

P3 ADALAH REKAMAN DATA PRIBADI DAN SEMUA OBAT YANG DIGUNAKAN OLEH
PENDERITA SELAMA DIRAWAT DAN MENJALANI TERAPI DI RUMAH SAKIT, BAIK PRT
MAUPUN PRJ

TUJUAN PENGADAAN P3:


1. Sebagai dokumentasi sejarah pengobatan dan penggunaan obat penderita
2. Menyediakan sumber data yg dpt menjadi jembatan komunikasi, konsultasi antara
apoteker dan tenaga profesional kesehatan lainnya.
3. Sebagai sumber data EPO
TAHAP V : MENYIAPKAN, MEMBUAT/ MERACIK SEDIAAN OBAT

LANGKAH-LANGKAH:
1. Menemukan/Memilih wadah obat persediaan
Hati-hati: membaca wadah pada etiket, bentuk sediaan, nama
zat aktif, ED
2. Formulasi ( menghitung, mengukur, menuang,
membuat)
Harus akurat
2. Pengemasan/Pemberian etiket
Harus dikemas dalam wadah yang sesuai, bersih dan kering.
Informasi pada etiket adalah: nama pasien, nama obat,
kekuatan, aturan penggunaan yang lengkap dan jelas,
kuantitas.
TAHAP VI : MENYAMPAIKAN ATAU MENDISTRIBUSIKAN
OBAT KEPADA PASIEN

PASIEN RAWAT JALAN


• Obat dberikan kepada pasien yang
namanya tertera pada resep atau
kepada keluarga pasien.
• Instruksi harus jelas dan informasi
obat yang cukup
SDO

ADALAH PROSES PENYAMPAIAN SEDIAAN OBAT DARI IFRS


SAMPAI KEPADA PASIEN UNTUK DIGUNAKAN

Pasien Rawat Jalan Pasien Rawat Inap


TUJUAN DARI PENGENDALIAN DAN DESAIN SDO YANG BAIK ADALAH:
1. Ketersediaan obat yang tetap terpelihara
2. Mutu dan kondisi obat/sediaan obat tetap stabil dalam seluruh proses distribusi.
3. Kesalahan obat minimal dan memberi keamanan maksimum pada peasien.
4. Obat rusak dan kadaluwarsa sangat minimal.
5. Efisiensi dalam penggunaan sumber terutama personel.
6. Pencurian dan/atau hilang dapat minimal.
7. IFRS mempunyai akses dlm semua tahap proses distribusi untuk pengendalian,
pemantauan, dan penerapan pelayanan farmasi klinik.
8. Terjadinya interaksi profesional dokter – apoteker – pasien – perawat.
9. Pemborosan dan penyalahgunaan obat minimal.
10.Harga terkendali.
11.Peningkatan penggunaan obat rasional.
KLASIFIKASI SDO DI RS
SIFAT/METODE JENIS
PENGHANTARAN

SENTRALISASI RESEP INDIVIDUAL

PERSEDIAAN
DESENTRALISASI LENGKAP DI RUANG

DOSIS UNIT

KOMBINASI
DESENTRALISASI
SENTRALISASI

IFRS
(Pusat)

Depo
Farmasi
Depo
Farmasi
Depo Depo
Farmasi
IFRS Farmasi
DISTRIBUSI OBAT
PASIEN RAWAT JALAN
DOKTER

RESEP

Interpretasi dan
dikendalikan oleh ARS
IFRS
Dikaji, disiapkan/diracik

PASIEN
PENGKAJIAN RESEP DOKTER

1. Aspek administratif
2. Aspek farmasetik
3. Aspek klinik
PENYIAPAN OBAT
PENYERAHAN OBAT KEPADA PASIEN RAWAT JALAN
SISTEM DISTRIBUSI OBAT PASIEN RAWAT INAP

SENTRALISASI/DESENTRALISASI

RESEP PERSEDIAAN DOSIS UNIT KOMBINASI


INDIVIDUAL DI RUANG
Individual Floor Stock
prescription
JENIS SDO KETERANGAN PENYIAPAN

RESEP INDIVIDUAL JUMLAH DAN SIGNA OBAT YANG DISIAPKAN Ranitidin 10 tablet dimasukkan
SESUAI DENGAN YANG TERTULIS DI RESEP dlm kemasan obat dengan signa
DOKTER sehari 2x 1
FLOOR STOCK RESEP DIKAJI PERAWAT. PERAWAT Perawat mengambil obat dari
MENYIAPKAN OBAT DGN MENGGUNAKAN lemari obat di ruang perawat.
SEDIAAN OBAT YANG TERSEDIA PADA
LEMARI OBAT DI RUANG PERAWAT
UNIT DOSIS OBAT DISEDIAKAN HANYA UNTUK SATU KALI Ranitidin disiapkan 1 tablet dlm
PEMBERIAN ATAU MAKSIMAL UNTUK 24 JAM kemasan dan diberi signa di
minum jam 07 ac (misal)
KOMBINASI

Misal: R/ Ranitidin No. X


S 2 dd1
SDO PERSEDIAAN LENGKAP DI RUANG
(TOTAL FLOOR STOCK)

DOKTER PASIEN

Interpretasi oleh
Konsumsi obat
perawat RESEP
oleh perawat

Pengendalian Persediaan
oleh perawat PERSEDIAAN DI RUANG
IFRS

Penyiapan Penyiapan konsumsi


oleh perawat kereta obat
SDO PERSEDIAAN LENGKAP DI RUANG
(TOTAL FLOOR STOCK)
SDO DOSIS UNIT
o Dalam kemasan unit tunggal
o Didispensing dalam bentuk siap konsumsi
o Untuk tidak lebih dari 24 jam persediaan dosis
o Dihantarkan ke atau tersedia pada ruang pasien pada setiap waktu,
SDO Dosis Unit Sentralisasi

DOKTER PASIEN

RESEP
IFRS Konsumsi
Perawat
• Interpretasi resep obat
• P3
IFRS
• Dosis Unit siap konsumsi
• P3

Apoteker + Perawat
cek
KERETA OBAT
DOKTER PASIEN

RESEP Perawat
Konsumsi dan
obat apoteker
IFRS Cabang/satelit
IFRS SENTRAL • Dosis Unit siap konsumsi
• P3

Apoteker + Perawat
cek
KERETA OBAT

SDO Dosis Unit Desentralisasi


SDO DOSIS UNIT

NO KEUNTUNGAN KETERBATASAN
1 Mengurangi KO Tanggungjawab IFRS meningkat.
2 Mengurangi Persediaan Obat di ruang. Penambahan jam kerja IFRS.
3 Mengurangi waktu perawat untuk menyiapkan Tambah ruang penyimpanan di IFRS.
obat.
4 Ketepatan penghitungan biaya obat bagi pasien. Peningkatan biaya kemasan untuk unit
tunggal.
5 Keterlibatan apoteker dalam terapi obat lebih Perawat kurang teliti krn tidak
besar. melakukan pemeriksaan akhir
6 Meningkatkan pengendalian atas penggunaan Sulit diterapkan di RS daerah
obat.
SDO Kombinasi Resep Individual dan Persediaan di Ruang
DOKTER

Dikendalik
an IFRS Dikendalikan Dikendalikan
RESEP Perawat IFRS

Dispensing IFRS
Persediaan Persediaan
di Ruang IFRS
Dikendalik Lemari
an perawat di ruang perawat

Kereta Obat Perawat menyiapakan obat

PASIEN
KARTU OBAT PASIEN
RAWAT INAP
PENYIAPAN OBAT DI KAMAR OPERASI
TIM FARMASI dan TERAPI
(TFT)
TIM FARMASI dan TERAPI RUMAH SAKIT
Pengertian merupakan unit kerja dalam memberikan rekomendasi kepada pimpinan
Rumah Sakit mengenai kebijakan penggunaan Obat di Rumah Sakit
Ketua Dokter/apoteker
Sekretaris Jika ketua dokter, sekeretaris adalah apoteker
Jika ketua apoteker, maka sekretaris dokter
Anggota • dokter yang mewakili semua spesialisasi yang ada di RS
• apoteker IFRS
• Tenaga kesehatan lain apabila diperlukan
Pelaksanaan • Rapat teratur minimal 2 bulan sekali
• RS besar rapat dilakukan sebulan sekali
• Rapat TFT dapat mengundang pakar dari dalam maupun dari luar RS
yang dapat memberikan masukan bagi pengelolaan TFT, memiliki
pengetahuan khusus, keahlian-keahlian atau pendapat tertentu yang
bermanfaat bagi TFT
TUGAS TFT

1. mengembangkan kebijakan tentang penggunaan Obat di RS


2. melakukan seleksi dan evaluasi Obat yang akan masuk dalam formularium RS
3. mengembangkan standar terapi;
4. mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan Obat;
5. melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunaan Obat yang rasional;
6. mengkoordinir penatalaksanaan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD)
7. mengkoordinir penatalaksanaan medication error;
8. menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan Obat di RS
TIM FARMASI DAN TERAPI
PELAKSANAAN
1. Pertemuan/rapat dengan jadwal teratur
2. Sekretaris menyiapkan agenda rapat, bahan
rapat, notulen rapat sebelumnya serta bahan/data
diskusi disampaikan kepada seluruh anggota
sebelum rapat.
3. Sekretaris meminimalkan agenda rapat yang
bersifar administratif, mengutamakan agenda
rapat yang memerlukan diskusi antardisplin.
4. Sekretaris hrs memelihara notulen rapat sebagai
dokumentasi permanen di RS.
5. Rekomendasi panitia disajikan kepada seluruh staf
medik atau panitia lain.
6. Memelihara hubungan dengan panitia lain di RS.
AGENDA UMUM
1. Notulen pertemuan terakhir
2. Kajian bagian tertentu dari formularium untuk pemutakhiran
dan penghapusan produk
3. Obat baru yang diusulkan masuk formularium
4. Pengkajian protokol obat investigasi
5. Pengkajian ROM yang dilaporkan di RS
6. Pengkajian temuan EPO dan tindaklanjut perbaikan
7. Keamanan obat di RS
8. Kebijakan baru yang perlu disediakan
9. Agenda lain yang berkaitan dengan penggunaan obat di RS
KEBIJAKAN YANG DIKEMBANGKAN
DAN DITETAPKAN OLEH TFT

1. Kerjasama TFT dgn IFRS dan panitia lain di RS


2. Prosedur pelaksanaan dan revisi formularium
3. Kriteria obat yang masuk dan keluar dari formularium
4. Ketetapan dan prosedur penggunaan obat nonformularium
5. Ketetapan dan prosedur EPO
6. Program edukasi tentang obat bagi dr, perawat dan
profesional kesehatan lain.
7. Prosedur penelitian obat secara klinik
8. Prosedur pelayanan obat dalam keadaan bencana
9. Ketetapan dan prosedur keikutsertaan apoteker dalam visite
tim medik ke ruang perawatan pasien.
10.Prosedur pengambilan sejarah pengobatan pasien
11.Prosedur dan ketetapan lain yang berkaitan dengan
penggunaan obat dan kemanan obat di RS.
12.Prosedur lain yang berkaitan dengan penggunaan ovat.
Tim lain yang terkait penggunaan Obat di RS antara lain:
1. Tim Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
2. Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit
3. Tim Mutu Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit
4. Tim perawatan paliatif dan bebas nyeri
5. Tim penanggulangan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndromes)
6. Tim Direct Observed Treatment Shortcourse (DOTS)
7. Tim Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA)
8. Tim Transplantasi;
9. Tim PKMRS
10. Tim Rumatan Metadon
FORMULARIUM RUMAH SAKIT

Formularium Rumah Sakit


merupakan daftar Obat yang disepakati staf medis, disusun oleh
Tim Farmasi dan Terapi (TFT) yang ditetapkan
oleh Pimpinan Rumah Sakit
Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk semua penulis Resep, pemberi
Obat, dan penyedia Obat di RS
Evaluasi terhadap Formularium Rumah Sakit harus secara rutin dan dilakukan
revisi sesuai kebijakan dan kebutuhan RS
Formularium Rumah Sakit yang selalu mutakhir dan dapat memenuhi
kebutuhan pengobatan yang rasional
SISTEM FORMULARIUM
DEFINISI
Suatu metode dari staf medik di RS yang bekerja
melalui TFT dalam mengevaluasi, menilai dan
memilih dari berbagai zat aktif dan sediaan obat
yang dianggap paling berguna dalam penggunaan
obat pasien.

FORMULARIUM RUMAH SAKIT


KEUNTUNGAN SISTEM FORMULARIUM

ASPEK ASPEK ASPEK


TERAPETIK PENDIDIKAN EKONOMI
Dokter dan staf Memberi nilai RS tidak perlu
profesional pendidikan bagi menyediakan
kesehatan lain dr, apt dan obat dengan
dapat perawat banyak jenis
mengetahui obat berkaitan →efisiensi/
yang tersedia dengan pengendalian
untuk perawatan penggunaan biaya
pasien terapi obat.
PENETAPAN OBAT FORMULARIUM

1. DATA MORBIDITAS DI RS BEBERAPA TAHUN


SEBELUMNYA
2. DATA KONSUMSI OBAT
3. PERTIMBANGAN KLINIK STAF MEDIK
Tahapan proses penyusunan Formularium Rumah Sakit:
Formularium RS disusun mengacu kepada Formularium Nasional
1. membuat rekapitulasi usulan Obat dari masing-masing Staf Medik Fungsional
(SMF) berdasarkan standar terapi atau standar pelayanan medik;
2. mengelompokkan usulan Obat berdasarkan kelas terapi;
3. membahas usulan tersebut dalam rapat Tim Farmasi dan Terapi (TFT), jika
diperlukan dapat meminta masukan dari pakar;
4. mengembalikan rancangan hasil pembahasan Tim Farmasi dan Terapi (TFT),
dikembalikan ke masing-masing SMF untuk mendapatkan umpan balik
5. membahas hasil umpan balik dari masing-masing SMF;
6. menetapkan daftar Obat yang masuk ke dalam Formularium RS
7. menyusun kebijakan dan pedoman untuk implementasi
8. melakukan edukasi mengenai Formularium Rumah Sakit kepada staf dan
melakukan monitoring.
Kriteria pemilihan Obat untuk masuk Formularium RS
a. mengutamakan penggunaan Obat generik;
b. memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling
menguntungkan penderita;
c. mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas;
d. praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan;
e. praktis dalam penggunaan dan penyerahan;
f. menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh
pasien.
g. memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi
berdasarkan biaya langsung dan tidak lansung; dan
h. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman
(evidence based medicines) yang paling dibutuhkan untuk
pelayanan dengan harga yang terjangkau.
FORMULARIUM

1. BAGIAN I : INFORMASI TENTANG KEBIJAKAN DAN


PROSEDUR RS TENTANG OBAT
2. BAGIAN II : MONOGRAFI OBAT YANG DITERIMA
MASUK FORMULARIUM
3. BAGIAN III : INFORMASI KHUSUS

ACUAN BAGI STAF MEDIK DALAM PEMBERIAN TERAPI


KEPADA PASIEN DI RS
BAG I : INFORMASI TENTANG KEBIJAKAN DAN
PROSEDUR RUMAH SAKIT TTG OBAT

1. Kebijakan tentang Formularium dan cara


penggunaan Formularium
2. Kategori Obat: Obat F, Obat NF, Obat dalam
percobaan dan obat investigasi.
3. Uraian Singkat tentang PFT
4. Peraturan RS berkaitan dengan obat dan penulisan
resep obat
5. Operasional IFRS.
6. Penjelasan tentang monografi obat F
7. Pedoman pelayanan PRT dan PRJ
BAG II: MONOGRAFI OBAT FORMULARIUM

PENYUSUNAN MONGRAFI
• Golongan farmakologi terapi
. Abjad, nama generik, sinonim, dan nama dagang
• Informasi: bentuk sediaan, rentang dosis,
perhatian khusus, harga.
BAG III: INFORMASI KHUSUS
• Daftar singkatan yang disetujui di RS
• Aturan untuk menghitung dosis anak/pediatrik
• Tabel kandungan natrium dalam antasida
• Daftar produk bebas gula
• Daftar isi kotak obat keadaan darurat
• Tabel interaksi obat
• Antidotum keracunan
• Daftar produk nutrisi
• Tabel dosis setara dari obat yang mirip
• Nilai laboratorium normal
• Daftar sediaan insulin
• Informasi lain yang diperlukan
Halaman

KATA PENGANTAR …………… v


INFORMASI UMUM
Panitia Farmasi dan Terapi Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung………………………………………… vii
Susunan Personalia Panitia Farmasi dan Terapi Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung ……………….. xi
Sistem Formularium dan Formularium …………………………………………………………………………. xii
Petunjuk Penggunaan Formularium …………………………………………………………………………….. xiv
Prosedur Kunjungan Perwakilan Industri Farmasi di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung …..... xvii
MONOGRAFI SINGKAT OBAT …………………………………………………………………………………. 1 – 116
INFORMASI KHUSUS
Obat yang Mempengaruhi Warna Urin dan Feses……………………………………………………………... 118
Penggunaan Obat pada Masa Kehamilan ………..................................................................................... 122
LAMPIRAN
Formulir Permohonan Perubahan Formularium........................................................................................ 129
Formularium Permohonan Obat Non Formularium................................................................................... 130
Indeks Nama Zat Aktif /Generik ………………………………………………………………………………… 131
Indeks Nama Dagang ……………………………………………………………………………………………. 136
Indeks Kelas Farmakologi ……………………………………………………………………………………….. 146
PENAMPILAN FORMULARIUM RS
• Menggunakan warna berbeda untuk tiap bagian
• Menggunakan jilid yang bisa dibuka
• Ukuran saku
• Mencetak nama tebal untuk nama generik

DISTRIBUSI FORMULARIUM
Perawatan PRT Anggota Staf medik
Klinik/RJ Setiap anggota TFT IGD
Ketua Komite medik
ICU Pimpinan RS
IFRS Kepala bagian administarsi
Perusahan asuransi RS
FORMULARIUM NASIONAL (FORNAS)
dalah daftar obat yang disusun berdasarkan bukti ilmiah
mutakhir oleh Komite Nasional Penyusunan Fornas
Tujuan secara umum Formularium Nasional adalah sebagai acuan
bagi fasilitas kesehatan dalam menjamin ketersediaan obat yang
berkhasiat, bermutu, aman, dan terjangkau dalam sistem JKN
Kriteria pemilihan obat, yaitu :
1. obat harus memiliki khasiat keamanan terbaik berdasarkan
bukti ilmiah mutakhir dan valid
2. memiliki rasio manfaat-risiko (benfit-risk ratio) yang paling
menguntungkan pasien, memiliki izin edar dan indikasi yang
disetujui oleh Badan POM
3. memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi
4. tidak termasuk obat tradisional dan suplemen makanan,
FORNAS KEPMENKES RI NOMOR 159/MENKES/SK/V/2014
Halaman

KATA PENGANTAR …………… v


INFORMASI UMUM
Panitia Farmasi dan Terapi Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung………………………………………… vii
Susunan Personalia Panitia Farmasi dan Terapi Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung ……………….. xi
Sistem Formularium dan Formularium …………………………………………………………………………. xii
Petunjuk Penggunaan Formularium …………………………………………………………………………….. xiv
Prosedur Kunjungan Perwakilan Industri Farmasi di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung …..... xvii
MONOGRAFI SINGKAT OBAT …………………………………………………………………………………. 1 – 116
INFORMASI KHUSUS
Obat yang Mempengaruhi Warna Urin dan Feses……………………………………………………………... 118
Penggunaan Obat pada Masa Kehamilan ………..................................................................................... 122
LAMPIRAN
Formulir Permohonan Perubahan Formularium........................................................................................ 129
Formularium Permohonan Obat Non Formularium................................................................................... 130
Indeks Nama Zat Aktif /Generik ………………………………………………………………………………… 131
Indeks Nama Dagang ……………………………………………………………………………………………. 136
Indeks Kelas Farmakologi ……………………………………………………………………………………….. 146
PENAMPILAN FORMULARIUM RS
• Menggunakan warna berbeda untuk tiap bagian
• Menggunakan jilid yang bisa dibuka
• Ukuran saku
• Mencetak nama tebal untuk nama generik

DISTRIBUSI FORMULARIUM
Perawatan PRT Anggota Staf medik
Klinik/RJ Setiap anggota TFT IGD
Ketua Komite medik
ICU Pimpinan RS
IFRS Kepala bagian administarsi
Perusahan asuransi RS
FORMULARIUM NASIONAL (FORNAS)
dalah daftar obat yang disusun berdasarkan bukti ilmiah
mutakhir oleh Komite Nasional Penyusunan Fornas
Tujuan secara umum Formularium Nasional adalah sebagai acuan
bagi fasilitas kesehatan dalam menjamin ketersediaan obat yang
berkhasiat, bermutu, aman, dan terjangkau dalam sistem JKN
Kriteria pemilihan obat, yaitu :
1. obat harus memiliki khasiat keamanan terbaik berdasarkan
bukti ilmiah mutakhir dan valid
2. memiliki rasio manfaat-risiko (benfit-risk ratio) yang paling
menguntungkan pasien, memiliki izin edar dan indikasi yang
disetujui oleh Badan POM
3. memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi
4. tidak termasuk obat tradisional dan suplemen makanan,
FORNAS KEPMENKES RI NOMOR 159/MENKES/SK/V/2014
KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan Pasien adalah suatu sistem yang membuat
asuhan pasien lebih aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil
SASARAN KESELAMATAN PASIEN NASIONAL
1. Mengidentifikasi Pasien Dengan Benar
2. Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif
3. Meningkatkan Keamanan Obat-obatan Yang Harus
Diwaspadai (Obat High Alert)
4. Memastikan Lokasi Pembedahan Yang Benar, Prosedur
Yang Benar, Pembedahan Pada PasienYang Benar
5. Mengurangi Risiko Infeksi Akibat Perawatan Kesehatan
6. Mengurangi Risiko Cedera Pasien Akibat Terjatuh
WARNA FUNGSI
Biru Muda identifikasi untuk pasien-pasien
berjenis kelamin laki-laki WARNA GELANG
Merah Muda/ identifikasi untuk pasien-pasien PASIEN
Pink berjenis kelamin perempuan
Kuning identifikasi untuk pasien-pasien
yang berisiko jatuh
Merah identifikasi untuk pasien-pasien
yang memiliki riwayat alergi
terhadap suatu jenis obat
Putih identifikasi untuk pasien-pasien
(biasanya bayi yang baru
lahir) yang tidak/ belum jelas
jenis kelaminnya
Ungu identifikasi untuk pasien-pasien
dengan kategori ‘do
not resuscitate’ (DNR)
Keselamatan Pasien Dalam Pelayanan Kefarmasian
NO PELAYANAN ket
KEFARMASIAN
1 Pemilihan Sesuai formularium
2 Pengadaan Legalitas
3 Penyimpanan • look-alike, sound-alike medication names
• high alert drugs (cairan elektrolit pekat, heparin, trombolitik dll)
• kelompok obat anti DM jangan disimpan tercampur dengan obat
lain secara alfabetis, tetapi tempatkan secara terpisah
• Simpan obat sesuai dengan persyaratan penyimpanan.
4 Skrining Resep Apoteker dapat berperan nyata dalam pencegahan terjadinya
medication error melalui kolaborasi dengan dokter dan pasien.
5 Dispensing Obat yang Baik
6 KIE Berpartisipasi dalam panitia di RS
Medication Error tidak saja
menyangkut kesalahan peresepan, tetapi
juga termasuk prosedur pemberian obat
yang tidak jelas yang mengakibatkan
kesalahan penggunaan obat oleh pasien.
PENYEBAB KESALAHAN OBAT

lack communication

lack knowledge less skill and experience

Tulisan tidak terbaca Faktor pendukung


PENYEBAB KESALAHAN OBAT
Look-Alike, Sound-Alike Drug Names (LASA)
Nama Obat Rupa dan Ucap Mirip (NORUM)
Drug with similar name
Loxonin (loxoprofen/AINS) Lanoxin (digoxin)
Ottopan drop (paracetamol) Otopain drop (tetes telinga)
Mefinter (as mefenamat) Metifer (mecpbalamin)
Levothyroxin Levofloxacin
Losec (omeprazol) Lasix (furosemid)
Leschol (fluvastatin) Lesichol (lechitin, vitamin)
Bupropion Buspiron
Celebrex (celecoxib) Celexa (citalopram)
Ephedrine Epinephrine
Vinblastine Vincristine
Cardura (doxazosin) Cordaron (amiodaron)
Cytotec (misoprostol) Sotatic (metochlopramide)
Obat High Alert
adalah Obat yang harus diwaspadai karena sering menyebabkan terjadi
kesalahan/kesalahan serius (sentinel event) dan Obat yang berisiko tinggi
menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD)

Meliputi:
• LASA/NORUM
• Elektrolit konsentrasi tinggi
• Sitostatika

Pengelolaan : beri label HIGH ALERT / LASA/NORUM

Penyimpanan
• LASA : beri selang minimal satu obat antara obat LASA
• HIGH ALERT : pisahkan dengan obat lain
Penyiapan dan Penyimpanan
a. High alert medications yang disimpan di instalasi farmasi,
ditempatkan secara terpisah dari obat lainnya dan diberikan
label/peringatan di setiap kotak penyimpanan obat.

b. High alert medications yang di ada di ruang perawatan


disimpan dalam kotak emergensi kit
yang memiliki kunci dispossible bernomor dan
diberi label/peringatan “high alert medications”
pada setiap obat.
Medication error terjadi sebagai akibat dari kesalahan
manusia atau lemahnya sistem yang ada, bisa terjadi dlm setiap
langkah penyiapan obat mulai dari:

PRESCRIBING DISPENSING ADMINISTRATION

• Proses • Pembacaan • Penyerahan obat


pemilihan resep kepada pasien
obat • Formulasi/ • Penggunaan obat
oleh pasien atau
• Permintaan penyiapan oleh petugas
melalui resep obat kesehatan
(perawat)
UPAYA IFRS/ APOTEKER DALAM MENCEGAH KO

1. Berpartisipasi dalam pemantauan obat


2. Mengikuti perkembangan pengetahuan mutakhir .
3. Menyediakan waktu bagi dokter dan perawat untuk memberi informasi
dan nasehat tentang regimen obat dan penggunaan obat yang tepat.
4. Harus mengetahui sistem penulisan resep, kebijakan distribusi obat dan
prosedur yang ditetapkan rumah sakit untuk keamanan distribusi obat
dan alat kesehatan bagi pasien rawat jalan dan pasien rawat tinggal.
5. Jangan mengira-ngira maksud dari resep yeng ditulis oleh dokter, jika
tidak jelas agar menghubungi penulis resep sebelum dispensing.
6. Dalam penyiapan obat harus memelihara kerapihan dan kebersihan
ruang kerja dan dibuat suatu prosedur
UPAYA IFRS/ APOTEKER DALAM MENCEGAH KO

7. Sebelum mendispensing resep asli harus dikaji, apoteker pengawas


harus memeriksa semua pekerjaan yang dikerjakan oleh asisten
apoteker.
8. Sebaiknya mendispensing obat yang siap konsumsi (unit dosis) jika
memungkinkan.
9. Mengkaji etiket tambahan untuk mencegah kesalahan.
10 Obat yang diserahkan ke ruang pasien harus tepat waktu.
11. Harus mengerti bagaimana obat digunakan di ruang pasien
12. Mengkaji obat yang dikembalikan dari ruang.
13. Memberikan konseling kepada pasien rawat jalan dan pasien rawat
tinggal yang akan pulang.

Anda mungkin juga menyukai