Anda di halaman 1dari 35

Peraturan dan Perundang-

Undangan pada pelayanan


Kefarmasian
• Standar pelayanan Kefarmasian di
Apotek
• Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit
KELOMPOK 4
• DEA KOMALA RAHIM (F201901038)
• HIKMAH (F201901017)
• ROSNILA (f201901018)
• TRI AINAN (F201901006)
• RIA WAHYU NINGSIH (F2019010125)
• MUHAMMAD AFDAL NUR
(f201901013)
• ANDI SAIFUL MACHFUD AMIN
(F201901046
STANDAR PELAYANAN
KEFARMASIAN DI APOTEK
PELAYANAN
KEFARMASIAN

Pelayanan Kefarmasian adalah suatu


pelayanan langsung dan bertanggung jawab
kepada pasien yang berkaitan dengan
sediaan farmasi dengan maksud mencapai
hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien.

Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolok ukur


yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga
kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan
kefarmasian (PERMENKES RI, No. 72. 2016).
Tujuan pengaturan pekerjaan kefarmasian meliputi :

01 Memberikan perlindungan kepada


pasien dan masyarakat dalam
memperolah dan/atau menetapkan Mempertahankan dan meningkatkan mutu
sediaan farmasi dan jasa kefarmasian penyelenggaraan pekerjaan kefarmasian
02 sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta
peraturan perundang undangan

Memberikan kepastian hukum bagi


03 pasien, masyarakat dan tenaga
kefarmasian (PP RI, No 51. 2009)
Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat
dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker apoteker
adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker
dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker
Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
bertujuan untuk:

Meningkatkan mutu
Pelayanan Kefarmasian

Menjamin kepastian hukum


bagi tenaga kefarmasian

Melindungi pasien dan masyarakat dari


penggunaan Obat yang tidak rasional dalam
rangka keselamatan pasien (patient safety).
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
menyebutkan bahwa praktik kefarmasian meliputi pembuatan termasuk
pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan
dan pendistribusian Obat, pelayanan Obat atas Resep dokter, pelayanan
informasi Obat serta pengembangan Obat, bahan Obat dan Obat tradisional
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang


Pekerjaan Kefarmasian menyatakan bahwa Pekerjaan
Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian
mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran Obat,
pengelolaan Obat, pelayanan Obat atas Resep dokter,
pelayanan informasi Obat, serta pengembangan Obat, bahan
Obat dan Obat tradisional.
Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan yang
bersifat manajerial berupa pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai dan pelayanan farmasi klinik.

1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis


Habis Pakai
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai dilakukan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku meliputi perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan,
pengendalian, pencatatan dan pelaporan :
Lanjutan...
a . Perencanaan
Tujuan perencanaan sebagai berikut :
mendapatkan perkiraan jenis dan jumlah sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP
yang mendekati kebutuhan
meningkatkan penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP secara
rasional.
menjamin ketersediaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP.
menjamin stok sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP tidak berlebih.
efisiensi biaya.

memberikan dukungan data bagi estimasi pengadaan, penyimpanan dan biaya


distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP.
b . Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan
disetujui, melalui pembelian. Pengadaan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Sediaan farmasi diperoleh dari Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang memiliki izin.
Alat Kesehatan dan BMHP diperoleh dari Penyalur Alat Kesehatan (PAK) yang memiliki izin
Terjaminnya keaslian, legalitas dan kualitas setiap sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP
yang dibeli.
sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP yang dipesan datang tepat waktu.
Dokumen terkait sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP mudah ditelusuri
Sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP lengkap sesuai dengan perencanaan
C. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu

penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Penerimaan
sediaan farmasi di Apotek harus dilakukan oleh Apoteker. Bila Apoteker berhalangan hadir, penerimaan
sediaan farmasi dapat didelegasikan kepada Tenaga Kefarmasian yang ditunjuk oleh Apoteker Pemegang
SIA. Pemeriksaan sediaan farmasi yang dilakukan meliputi:
Kondisi kemasan termasuk segel, label/penandaan dalam keadaan baik.

Kesesuaian nama, bentuk, kekuatan sediaan obat, isi kemasan antara arsip surat pesanan dengan obat
yang diterima.
Kesesuaian antara fisik obat dengan Faktur pembelian dan/atau Surat Pengiriman Barang (SPB) yang
meliputi: kebenaran nama produsen, nama pemasok, nama obat, jumlah, bentuk, kekuatan sediaan
obat dan isi kemasan, nomor bets dan tanggal kadaluwarsa
d . Penyimpanan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan obat
Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik.
Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga terjamin keamanan dan
stabilitasnya.
Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang lainnya yang
menyebabkan kontaminasi
Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan kelas terapi Obat serta
disusun secara alfabetis.
Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First In First Out)
Untuk obat high alert (obat dengan kewaspadaan tinggi) berupa
Obat Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi.
Lanjutan...
e . Pemusnahan dan penarikan
Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga
kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja.
Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat dimusnahkan.
Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di
Apotek dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara
Pemusnahan Resep menggunakan Formulir 2 sebagaimana terlampir dan selanjutnya dilaporkan
kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak dapat
digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
f. Pengendalian

Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis


dan jumlah persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui
pengaturan sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan
dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari
terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan,
kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan. g. Pencatatan dan Pelaporan

Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok Pencatatan dilakukan pada setiap proses
baik dengan cara manual atau elektronik. pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan,
faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau
struk penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan
dengan kebutuhan.
Lanjutan...

2. Pelayanan Farmasi Klinik


Pelayanan farmasi klinik di Apotek merupakan bagian dari
Pelayanan Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab
kepada pasien berkaitan dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.Pelayanan farmasi klinik
meliputi:
a. Pengkajian dan pelayanan Resep

Kajian administratif meliputi:

nama pasien, umur, jenis Pertimbangan klinis meliputi:


kelamin dan berat badan;
nama dokter, nomor ketepatan indikasi dan dosis Obat;
Surat Izin Praktik (SIP),
alamat, nomor telepon aturan, cara dan lama penggunaan
dan paraf; dan Obat;
Kajian kesesuaian farmasetik duplikasi dan/atau polifarmasi;
tanggal penulisan
Resep.
meliputi:
reaksi Obat yang tidak
diinginkan (alergi, efek
bentuk dan kekuatan sediaan samping Obat, manifestasi
klinis lain);
stabilitas; dan kompatibilitas
kontra indikasi; dan
(ketercampuran Obat). interaksi.
b. Dispensing
Dispensing adalah proses pemberian obat mulai dari penyiapan, hingga penyerahan
obat.Setelah melakukan pengkajian Resep dilakukan hal sebagai berikut:

Menyiapkan Obat sesuai dengan permintaan Memasukkan Obat ke dalam wadah yang tepat
Resep dan terpisah untuk Obat yang berbeda
Melakukan peracikan Obat bila diperlukan Sebelum Obat diserahkan kepada pasien harus

Memberikan etiket sekurang-kurangnya dilakukan pemeriksaan kembali mengenai

meliputi: warna putih untuk Obat dalam/oral; penulisan nama pasien pada etiket, cara

warna biru untuk Obat luar dan suntik, penggunaan serta jenis dan jumlah Obat

menempelkan label “kocok dahulu” pada (kesesuaian antara penulisan etiket dengan Resep)

sediaan bentuk suspensi atau emulsi. Menyerahkan Obat yang disertai pemberian
informasi Obat;
c. Pemberian Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker
dalam pemberian informasi mengenai Obat yang tidak memihak, dievaluasi
dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan Obat
kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat.

d. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker
dengan pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan,
pemahaman, kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi
perubahan perilaku dalam penggunaan Obat dan
menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.
Kriteria pasien/keluarga pasien yang perlu diberi konseling:

Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan/atau ginjal, ibu
hamil dan menyusui).
Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya: TB, DM, AIDS, epilepsi).

Pasien yang menggunakan Obat dengan instruksi khusus (penggunaan kortikosteroid dengan
tappering down/off).
Pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit (digoksin, fenitoin, teofilin).
Pasien dengan polifarmasi; pasien menerima beberapa Obat untuk indikasi penyakit yang
sama. Dalam kelompok ini juga termasuk pemberian lebih dari satu Obat untuk penyakit yang
diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis Obat.
Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.
e. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (home pharmacy care)
Jenis Pelayanan Kefarmasian di rumah yang dapat dilakukan oleh Apoteker, meliputi :
Penilaian/pencarian (assessment) masalah yang berhubungan dengan pengobatan

Identifikasi kepatuhan pasien

Pendampingan pengelolaan Obat dan/atau alat kesehatan di rumah, misalnya cara pemakaian Obat
asma, penyimpanan insulin
Konsultasi masalah Obat atau kesehatan secara umum

Monitoring pelaksanaan, efektifitas dan keamanan penggunaan Obat berdasarkan catatan pengobatan
pasien
Dokumentasi pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian dirumah dengan menggunakan Formulir 8
sebagaimana terlampir.
f. Pemantauan terapi obat (PTO)
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan
terapi Obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan
meminimalkan efek samping.
Kriteria pasien:

Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.

Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis.

Adanya multidiagnosis.

Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.

Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.

Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat yang


merugikan
g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Merupakan kegiatan pemantauan setiap


respon terhadap Obat yang merugikan
atau tidak diharapkan yang terjadi
Kegiatan:
pada dosis normal yang digunakan
pada manusia untuk tujuan Mengidentifikasi Obat dan pasien yang
profilaksis, diagnosis dan terapi atau
mempunyai resiko tinggi mengalami efek
memodifikasi fungsi fisiologis.
samping Obat.
Mengisi formulir Monitoring Efek Samping
Obat (MESO)
Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek
Samping Obat Nasional dengan
menggunakan Formulir 10 sebagaimana
terlampir
STANDAR PELAYANAN
KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit

Pelayanan kefarmasian di rumah sakit Adapun tujuan pelayanan farmasi di rumah sakit

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari menurut keputusan menteri


kesehatan adalah sebagai berikut:
sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang
 Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal
berorientasi kepada pelayanan pasien, baik dalam keadaan biasa maupun dalam
penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan
pasien maupun fasilitas yang tersedia;
dan bahan medis habis pakai yang bermutu
 Menyelenggarakan kegiatan pelayanan
dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat
profesional berdasarkan prosedur
termasuk pelayanan farmasi klinik. Pelayanan kefarmasian dan etik profesi

kefarmasian merupakan kegiatan yang  Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan


Edukasi) mengenai obat;
bertujuan untuk mengidentifikasi, mencegah,
Menjalankan pengawasan obat berdasarkan
dan menyelesaikan masalah terkait obat. aturan-aturan yang berlaku.
Tujuan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit

Adapun tujuan pelayanan farmasi di rumah sakit menurut keputusan menteri


kesehatan adalah sebagai berikut:
 Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa maupun
dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun fasilitas yang
tersedia;
 Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur
kefarmasian dan etik profesi
 Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat;
Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.
Fungsi Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit

1. Pengelolaan perbekalan farmasi, meliputi:

a) Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit.


b) Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.
c) Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai
Ketentuan yang berlaku.

2. Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan, meliputi:


a) Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien.
b) Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat kesehatan.
c) Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat kesehatan.
d) Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan.
e) Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga.
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai
a) Pemilihan b) Perencanaan Kebutuhan
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan
Pemilihan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
bahan medis habis pakai ini berdasarkan: pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk
menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat
a. Formularium dan standar jumlah, tepat waktu dan efisien.
pengobatan/pedoman diagnosa
dan terapi;
b. Standar sediaan farmasi, alat Pedoman perencanaan harus
kesehatan, dan bahan medis habis mempertimbangkan:
pakai yang telah ditetapkan; a. Anggaran yang tersedia;
c. Pola penyakit; b. Penetapan prioritas;
d. Efektifitas dan keamanan; c. Sisa persediaan;
e. Pengobatan berbasis bukti; d. Data pemakaian periode yang lalu;
f. Mutu; e. Waktu tunggu pemesanan; dan
g. Harga; dan f. Rencana pengembangan.
h. Ketersediaan di pasaran 3. Pengadaan
C). Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk
menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah,
mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera
dalam kontrak atau surat pesanan dengan kondisi
fisik yang diterima. Semua dokumen terkait
penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.

D). Penyimpanan
Setelah barang diterima di instalasi farmasi perlu dilakukan
penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan
harus dapat menjamin kualitas dan keamanan sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan
persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud
meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya,
kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.
e) Pengendalian
Tujuan pengendalian persediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai adalah untuk:
a. Penggunaan obat sesuai dengan formularium rumah sakit;
b. Penggunaan Obat sesuai dengan diagnosis dan terapi; dan
c. Memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, dan kehilangan serta
pengembalian pesanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai.

Cara untuk mengendalikan persediaan sediaan farmasi, alat kesehatan,


dan bahan medis habis pakai adalah:
a. Melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving);
b. Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu
tiga bulan berturut-turut (death stock);
c. Stok opname yang dilakukan secara periodik dan berkala.
Pelayanan Farmasi Klinik
Pelayanan farmasi klinik, meliputi:
a) Pengkajian dan pelayanan resep

Pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan,


pengkajian resep, penyiapan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai termasuk peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian
informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan resep dilakukan upaya pencegahan
terjadinya kesalahan pemberian obat (medication error).
b) Penelusuran riwayat penggunaan oba

Penelusuran riwayat penggunaan obat merupakan proses untuk


mendapatkan informasi mengenai seluruh obat/sediaan farmasi lain yang pernah
dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau
data rekam medik/pencatatan penggunaan obat pasien. Kegiatan yang dilakukan
meliputi penelusuran riwayat penggunaan obat kepada pasien/keluarganya, dan
melakukan penilaian terhadap pengaturan penggunaan obat pasien.
c) Rekonsiliasi obat

Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan dengan


obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah terjadinya
kesalahan obat (medication error) seperti obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan
dosis atau interaksi obat.
d) Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian


informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif
yang dilakukan oleh apoteker kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya
serta pasien dan pihak lain di luar rumah sakit.
e) Konseling f) Visite
Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang
Konseling obat adalah suatu aktivitas
dilakukan apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan
pemberian nasihat atau saran terkait untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung, dan
terapi obat dari apoteker (konselor) mengkaji masalah terkait obat, memantau terapi obat dan reaksi
kepada pasien dan/atau obat yang tidak dikehendaki, meningkatkan terapi obat yang rasional,

keluarganya. dan menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien serta profesional
kesehatan lainnya.

g) Pemantauan Terapi Obat (PTO) h) Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan


Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan
kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang
suatu proses yang mencakup kegiatan untuk
tidak dikehendaki, yang terjadi pada dosis lazim yang
memastikan terapi obat yang aman, efektif digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis,
dan rasional bagi pasien. diagnosa dan terapi.
DAFTAR PUSTAKA
MENKES RI. 2016. PERMENKES RI No. 72. Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
MENKES RI. 2019. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek: Jakarta
MENKES RI. 2019. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit: Jakarta
Presiden RI. 2009. Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No. 51 Tentang Pekerjaan Kefarmasian
Thanks!
CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, including icons by Flaticon,
infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai