Anda di halaman 1dari 21

STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI

APOTEK MENURUT PERMENKES NO. 73


TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN
KEFARMASIAN DI APOTEK

KELOMPOK 1 :

Ade Tia Rohimah 18482201001 Nia Kurniasih 1848201030


Alita Nurfadilah 1848201005 Salma Esa Nahdyah 1848201034
Baha udin 1848201009 Susilawati 1848201038
Deskrip Syamilah dida 1848201010 Yuni Rahmawati 1848201042
Eni Sulastri 1848201015
Hilda Febriyanti 1848201019
Lusi Ambarwati 1848201024
PENGERTIAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN

• Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan


sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan
pelayanan kefarmasian. Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi 2
(dua) kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa
pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai dan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung
oleh sumber daya manusia, sarana dan prasarana
ISTILAH-ISTILAH DALAM PERMENKES NO.73 TAHUN 2016 TENTANG
PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

• Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik


kefarmasian oleh Apoteker.
• Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan
sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan
pelayanan kefarmasian.
• Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi
dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien.
 patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, Resep
adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada
apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk
menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan
yang berlaku.
 Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan
kosmetika.
 Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi
yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem
fisiologi atau keadaan penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia.
 Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan
dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada
manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
 Bahan Medis Habis Pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk penggunaan
sekali pakai (single use) yang daftar produknya diatur dalam peraturan
 Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker.
 Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani
Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, dan
Analis Farmasi.
TUJUAN DIATURNYA STANDAR PELAYANAN
KEFARMASIAN DI APOTEK

• Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek bertujuan untuk:


1. Meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian;
2. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan
3. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak
rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).
SUMBER DAYA KEFARMASIAN
DI APOTEK
• Penyelenggaraan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek harus
didukung oleh ketersediaan sumber daya kefarmasian yang berorientasi
kepada keselamatan pasien.
• Sumber daya kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
• a. sumber daya manusia
• b. sarana dan prasarana.
SUMBER DAYA MANUSIA

• Pelayanan Kefarmasian di Apotek diselenggarakan oleh Apoteker, dapat


dibantu oleh Apoteker pendamping dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian
yang memiliki Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktik.
• Dalam melakukan Pelayanan Kefarmasian seorang apoteker harus
menjalankan peran sesuai dengan 9 bintang yang diberikan oleh WHO.
SARANA DAN PRASARANA
• Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang Pelayanan
Kefarmasian di Apotek meliputi sarana:
1. Ruang penerimaan Resep
2. Ruang pelayanan Resep dan peracikan (produksi sediaan secara
terbatas)
3. Ruang penyerahan Obat
4. Ruang konseling
5. Ruang penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai
6. Ruang arsip
STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

• Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis


Pakai; dan
• Pelayanan farmasi klinik
PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI, ALAT KESEHATAN, DAN BAHAN
MEDIS HABIS PAKAI SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (1)
HURUF A
• perencanaan;
• pengadaan;
• penerimaan;
• penyimpanan;
• pemusnahan;
• pengendalian; dan
• pencatatan dan pelaporan
PENCATATAN DAN PELAPORAN
• Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat
pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk
penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.
• Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan
internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan
manajemen Apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya.
• Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan pelaporan lainnya.
PERENCANAAN, PENGADAAN DAN PENERIMAAN

• Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat


Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola
penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat.
• Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka pengadaan
Sediaan Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
• Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera
dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
PENYIMPANAN
• Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus
dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah
baru. Wadah sekurang- kurangnya memuat nama Obat, nomor batch dan tanggal
kadaluwarsa.
• Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga terjamin
keamanan dan stabilitasnya.
• Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang lainnya
yang menyebabkan kontaminasi
• Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan kelas
terapi Obat serta disusun secara alfabetis.
• Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First In First
Out)
PENARIKAN DAN PEMUSNAHAN
• Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk
sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika atau
psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh
Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik
atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan
menggunakan Formulir 1 sebagaimana terlampir.
• Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat dimusnahkan.
Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya
petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan
dengan Berita Acara Pemusnahan Resep menggunakan Formulir 2 sebagaimana
terlampir dan selanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
• Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak
dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
 Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi
standard/ketentuan peraturan perundang-undangan
dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah
penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan
inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall)
dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM.
 Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh
Menteri.
PENGENDALIAN
• Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem
pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini
bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan,
kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian
pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok
baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang-
kurangnya memuat nama Obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah pemasukan,
jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.
PELAYANAN FARMASI KLINIK SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (1)
HURUF B

• Pelayanan farmasi klinik di Apotek merupakan bagian dari Pelayanan


Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien
berkaitan dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien.
• Pelayanan farmasi klinik meliputi: pengkajian dan pelayanan Resep;
dispensing; Pelayanan Informasi Obat (PIO); konseling; Pelayanan
Kefarmasian di rumah (home pharmacy care); Pemantauan Terapi Obat
(PTO); dan Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
PELAYANAN FARMASI KLINIK

Pelayanan farmasi klinik meliputi:


 pengkajian dan pelayanan Resep, Kegiatan pengkajian Resep meliputi
administrasi, kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis.
 Dispensing, Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian
informasi Obat.
 Pelayanan Informasi Obat (PIO), Pelayanan Informasi Obat merupakan
kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker dalam pemberian informasi mengenai
Obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik
dalam segala aspek penggunaan Obat kepada profesi kesehatan lain, pasien
atau masyarakat. Informasi mengenai Obat termasuk Obat Resep, Obat bebas
dan herbal.
 Konseling, Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan
pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan
kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan Obat dan
menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Untuk mengawali konseling, Apoteker
menggunakan three prime questions. Apabila tingkat kepatuhan pasien dinilai rendah,
perlu dilanjutkan dengan metode Health Belief Model. Apoteker harus melakukan
verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah memahami Obat yang digunakan.
 Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care), sebagai pemberi layanan
diharapkan juga dapat melakukan Pelayanan Kefarmasian yang bersifat kunjungan
rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis
lainnya.
 Pemantauan Terapi Obat (PTO), Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang
pasien mendapatkan terapi Obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan
efikasi dan meminimalkan efek samping.
 Monitoring Efek Samping Obat (MESO), Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon
terhadap Obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal
yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau
memodifikasi fungsi fisiologis.

Anda mungkin juga menyukai