net/publication/277979245
CITATION READS
1 2,048
4 authors, including:
Andria Agusta
National Research and Innovation Agency (BRIN)
105 PUBLICATIONS 537 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Bioactivity of Antioxidant, Antibaterial assay, Acetylcoline tranferase, alfa-, and beta-glucosidase used extracts from natural products (Plants, microbes, and insects)
View project
All content following this page was uploaded by Andria Agusta on 13 March 2017.
Abstrak - Sejauh ini populasi tumbuhan kayu sina (Phyllocladus hypophyllus Hook. F.: Podocarpaceae) di Indonesia hanya ditemukan
di Sulawesi dan Papua. Secara tradisional daun kayu sina telah digunakan oleh masyarakat sebagai obat sakit perut dan obat penyakit
kulit, namun belum ada laporan senyawa kimia aktif dari daun kayu sina yang tumbuh di Indonesia. Hasil isolasi senyawa kimia pada
ekstrak etil asetat daun kayu sina mengindikasikan bahwa senyawa kimia utama termasuk dalam golongan flavonoid. Identifikasi
stuktur molekul senyawa kimia utama berdasarkan data spektroskopi (1D- dan 2D-NMR) dan membandingkan dengan data
terpublikasi memperlihatkan bahwa senyawa tersebut adalah epikatekin. Senyawa katekin telah dikenal sebagai salah satu antioksidan
alami yang potensial yang mengindikasikan bahwa daun kayu sina juga dapat digunakan sebagai antioksidan alami.
Kata kunci : Antioksidan, epikatekin, kayu sina (Phyllocladus hypophyllus), senyawa kimia utama
Isolasi dan Purifikasi menghasilkan 13 fraksi dengan fraksi utama adalah F10
Ekstrak etil asetat yang diperoleh dimurnikan dengan dan F12 (Tabel 2.).
kromatografi kolom pada fasa diam Sephadex LH-20 dan Berdasarkan hasil monitoring dengan KLT maka fraksi
fasa gerak etanol. Fraksi yang diperoleh dimonitor dengan 10 (F10) merupakan fraksi yang pola kromatogram pada
menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT). Fraksi yang KLT dapat terpisah dengan baik. Fraksi 10 dimurnikan
mempunyai pola kromatogram yang sama digabung kembali sehingga diperoleh 5 fraksi yaitu F10.1-F10-5,
menjadi satu fraksi dan dipekatkan dengan rotary dengan berat fraksi berturut-turut adalah : 1.2; 1.5; 46.8;
evaporator. 2.3 dan 15.3 mg. Fraksi 10.3 merupakan fraksi utama dan
Fraksi 10 (F10) selanjutnya dimurnikan kembali dari pola kromatogram pada KLT terlihat bahwa F10.3
dengan kromatografi kolom dengan fasa diam silika gel hanya mempunyai 1 spot sehingga dapat dikatakan bahwa
dan fasa gerak khloroform : metanol (4:1). Fraksi yang F10.3 merupakan senyawa yang relative murni.
merupakan senyawa tunggal berdasarkan pola noda yang
ada dilanjutkan ditentukan struktur kimianya. Penentuan Struktur Molekul Fraksi F10.3
Fraksi F10.3 dari ekstrak etil asetat daun kayu sina
Penentuan Struktur Molekul merupakan senyawa yang relative murni sehingga
Penentuan struktur molekul dari senyawa murni dilakukan identifikasi senyawa dengan menggunakan
13
dilakukan dengan NMR yang meliputi spectrum C-NMR, larutan penampak noda vanillin. Hasil identifikasi dengan
1 1 1
H-NMR, HC-HSQC dan H- H COSY. vanillin menunjukkan bahwa noda/spot pada F10.3
berwarna merah sehingga spot tersebut dapat
HASIL DAN PEMBAHASAN digolongkan sebagai flavonoida (Foo dkk., 1985).
Penentuan struktur molekul dari senyawa F10.3 dilakukan
13 1 13 1
Ekstraksi dengan C- NMR dan H-NMR. Data spektrum C- dan H-
Ekstraksi daun kayu sina (P.hypophyllus) dilakukan NMR dari senyawa F10.3 terdapat pada Tabel 3.
dengan 3 pelarut yang berbeda kepolarannya. Hal ini
13 1
bertujuan untuk mengekstrak senyawa senyawa yang Tabel 3. Data spektrum C- dan H-NMR senyawa (-)-epikatekin,
berbeda kepolarannya. Senyawa akan terekstrak secara dan F10.3 (aseton-d6)
optimal pada pelarut dengan kepolaran yang sama. Pada A- (-)-epikatekin)* F10.3
13 1 13 1
tom C-NMR H-NMR C-NMR H-NMR
Tabel 1. Terdapat rendemen ekstrak dari masing-masing 2 79,5 4,87 (1H, s) 79,51 4,84 (1H, s)
pelarut. 3 67,0 4,02 (1H,t, 67,02 4,165
J=2,8 Hz) (1H,broad d)
Tabel 1. Rendemen ekstrak daun kayu sina 4 29,0 2,73 (1H,dd, 29,08 2,70 (1H,dd,
J=3,2;16,8 Hz) J=3,2;16,6 Hz)
No Pelarut Rendemen (%)
2,85 (1H,dd, 2,82 (1H,dd,
1 Heksana 3.7 J=4,8;16,8 Hz) J=4,7;16,7 Hz)
2 Etil asetat 10.7 5 157,6 157,65
3 Metanol 28.5 6 96,2 6,01 (1H,d, 96,26 5,985 (1H,d,
J=2,2 Hz) J=2,2 Hz)
7 157,7 157,65
Hasil pada Tabel 1. menunjukkan bahwa ekstrak 8 95,7 5,91 (1H,d, 95,78 5,88 (1H,d,
methanol mempunyai persentase rendemen yang paling J=2,2 Hz) J=2,2 Hz)
tinggi. Hal ini disebabkan methanol merupakan pelarut 9 157,2 157,23
10 99,8 99,88
yang dapat menarik hampir semua senyawa baik yang
1’ 132,3 132,35
bersifat polar maupun non-polar. 2’ 115,3 7,04 (1H,d, 115,37 7,01 (1H,d,
J=1,8 Hz) J=1,9 Hz)
Isolasi dan Purifikasi 3’ 145,4 145,37
4’ 145,5 145,48
5’ 115,5 6,78 (1H,d, 115,58 6,75 (1H,d,
Tabel 2. Berat fraksi dari ekstrak etil asetat daun kayu sina J=8,2 Hz) J=8,1 Hz)
Fraksi Berat (mg) Fraksi Berat (mg) 6’ 119,4 6,83(1H,dd, 119,44 6,80(1H,dd,
1 16.5 8 2.1 J=1,8; 8,2 Hz) J=1,9; 8,3 Hz)
2 22.6 9 4.7 *Han dkk. 2003
3 1.5 10 67.8 1
Data spektrum H-NMR pada Tabel 3. menunjukkan bahwa
4 3.1 11 4.7 1
senyawa F10.3 identik dengan spektrum H-NMR (-)-epikatekin.
5 1.1 12 76.8 Dan, berdasarkan hasil data spektrum diatas diperkirakan
6 1.6 13 7.2 struktur molekul F10.3 adalah 5,7,3’,4’-tetrahidroksiflavan-3-ol.
7 1.2 13
Selanjutnya data spektrum C-NMR F10.3 menunjukkan adanya
15 puncak karbon dimana data ini mendukung system C6-C3-C6
Ekstrak etil asetat daun kayu sina dipisahkan yang merupakan ciri khas senyawa flavonoida (Martin dkk.,
13
komponen kimianya dengan kromatografi kolom pada fasa 2000). Perbandingan data spektrum C-NMR F10.3 juga identik
diam Sephadex LH-20. Hasil pemisahan dengan dengan spektrum (-)-epikatekin, dimana hasil ini juga
kromarografi kolom ekstrak etil asetat daun kayu sina mendukung perkiraan bahwa senyawa F10.3 merupakan
senyawa dari golongan flavonoida dari golongan flavan-3-ol.
Praptiwi dkk. - BOTANI| 187
1 13 1 1
Data hasil analisis 2D NMR yaitu H- C HSQC dan H- H komponen utama daun kayu sina (P.hypophyllus) adalah
COSY, senyawa F10.3 mempunyai 15 atom karbon, dengan 4 5,7,3’,4’-tetrahidroksiflavan-3-ol atau epikatekin.
gugus OH yang terikat pada C-5, C-7, C-3’, dan C-4’. Ikatan
rangkap berupa C aromatis pada C5, C6, C7, C8, C9, C10, C1’, C2’,
DAFTAR PUSTAKA
C3’, C4’, C5’, dan C6’. Karbon alifatis terdapat pada C2, C3, dan
C4. Hal ini semakin menguatkan bahwa perkiraan struktur
Anonim. 2014. Epicatechin.
molekul F10.3 adalah 5,7,3’,4’-tetrahidroksiflavan-3-ol. Dari http://www.phytochemicals.info/phytochemicals/epicatechin.php.
1 13
semua hasil analisa spectrum H-NMR, C-NMR, HC-HSQC dan H- Briggs LH. 1937. A review of the diterpenes. Report of the Australian and
H COSY maka senyawa F10.3 hasil isolasi dari ekstrak etil asetat New Zealand association for the Advancement of Science 23 : 45.
mempunyai strultur molekul sebagai 5,7,3’,4’- Bobrov, AVFC., Melikian AP., Yembaturova EY. 1999. Seed morphology,
tetrahidroksiflavan-3-ol atau yang lebih dikenal dengan anatomy and Ultrastructure of Phyllocladus L.C. & A.Rich. Ex. Mirb
epikatekin. (Phyllocladaceae (Pilg.) Bessey) in connection with the generic
system and phylogeny. Annals of Botany. 83 : 601-618.
Brooker, SG., Cambie, RC, Cooper RC. 1981. New Zealand Medicinal
Plants. Heinemann, Auckland
Cambie RC., and James MA. 1976. The Taxonomic Distribution of Some
Diflavonoids. New Zealand Journal of Science. 10:918-926.
Crowden RK., Grubb MJ., 1971. Anthocyanins from Five Species of the
Podocarpaceae.Phytochemistry. 10 : 2821-2822.
de Paula vasconcelos PC., Seito LN., Di Stasi LC., Hiruma-Lima CA., and
Pellizon CH. 2012. Epicatechin Used in the Treatment of Intestinal
Inflammatory Disease : An Analysis by Experimental Models.
Evidence based Complementary and Alternative Medicine vol.2012.
http://dx.doi.org/10.1155/2012/508902.
Farjon, A. 1998. World Checklist and Bibliography of Conifers. The Royal
Botanic Garden, Knew. Belgium.
Foo LY., Hrstich L., Villain C. 1985. Phylloflavan, A Chracteristic
Gambar 1. Struktur molekul 5,7,3’,4’-tetrahidroksiflavan-3α-ol
Constituent of Phyllocladus Species. Phytochemistry. 24 :1495-
(epikatekin) 1498.
Han AR, Mar W., Seo EK., Strand-Nicking D. 2003. Principles of Mucuna
Epikatekin telah diketahui sebagai antioksidan kuat, birdwoodiana. Natural Product Science. 9(2) : 105-108.
yang dapat menurunkan peroksidasi lipida dan juga Lemmens, RHMJ. Soerianegara I. and Wong WC. 1995. Plant Resources of
South-East Asia No 5(2) Timber Trees : Minor Commercial Timbers.
menghambat agregasi trombosit (Anonim, 2014). Hasil
Bogor, Indonesia.
penelitian de Paula Vasconcelos dkk. (2012) Martin, TS., Kikuzaki H, Hisamoto M., Nakatani N. 2000. Constituent of
menyimpulkan bahwa pemberian epikatekin dapat Amomum and Their Radical Antioxidant Activities. Journal of
menurunkan lesi dan menstimulasi penyembuhan jaringan American Oil Chemist’Society. 77 : 667-673.
Molloy BPJ., Markham Kr. 1999. A Contribution to the Taxonomy of
yang sakit, yang mengindikasikan bahwa epikatekin dapat
Phyllocladus (Phyllocladaceae) from the Distribution of Key
dimanfaatkan untuk mencegah dan mengobati inflamasi Flavonoids. New Zealand Journal of Botany. 37: 375-382.
pada intestine. Pada penelitian Sanchez-Tena dkk. (2013) Sanchez-Tena S., Alcarraz-Vizan G., Marain S., Torres JL., and Cascante
dengan sel lestari kanker HT29 menunjukkan bahwa M.2013. Epicatechin Gallate Impairs Colon Cancer Cell Metabolic
Productivity. J. Agric. Food Chem. 61(18): 4310-
epikatekin dapat menginduksi apoptosis dan nekrosis
4317.http://pubs.acs.org/doi/abs/10.1021/jf3052785
pada sel lestari HT29. Sing P., Fenemore PG., Dugdale JS., and Russel GB. 1978. The Insecticidal
of Foliage from New Zealand Conifer. Biochemical Systematics and
KESIMPULAN Ecology. 6:103-106.
Turner, BL and Cernusak, LA. 2011. Ecology of The Podocarpaceae In
1 Tropical Forest. Smithsonian Institution Scholarly Press,
Hasil isolasi dan purifikasi serta data spektrum H- Washington D.C.
13
NMR, C-NMR, HC-HSQC dan H-H COSY F10.3 sebagai Villain C, Damas J, lecomte J., Foo LY. 1986. Flavonoids and Bioflavonoids.
Eds. : Farkas L., jabor M., and Kallay F. Elsevier, Amsterdam, pp.
287.