Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 4 No.

1, ISSN 2338-6480
ANALISIS FENOL TOTAL DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARI
EKSTRAK BUAH SENTUL (Sandoricum koetjape Merr.)

Faizul Bayani
Dosen D3 Farmasi STIKES Qamarul Huda Bagu
E-mail: faizulbayani0@gmail.com

ABSTRAK: Sentul fruit (Sandoricum koetjape Merr.) is representing one kind of fruit that is
amount enough abundance at West Nusa Tenggara, but it hasn’t been exploited in an optimal fashion
and more castaway useless. Parts of sentul plant have been applied as traditional medicine. Sentul
fruit can be oxidated by browning reaction when it is pared or sliced, these symptoms shown the
existences of phenolic compounds so that very potential as antioxidant. To analyse total phenolic
and antioxidant activity of methanol extract of sentul fruit, the Folin-Ciocalteu and DPPH methods
have been used. Results of analysis for three treatment types of sampels ( A, B, and C) shown their
total phenolic: 6,9 %, 12,86 %, and 9,36 % respectively and also their antioxidant activity shown by
values of IC50 of eachs: 43,36 ppm (1/IC50 = 0,023 ppm-1); 40,53 ppm (1/IC50 = 0,025 ppm-1);
and 44,43 ppm (1/IC50 = 0,0225 ppm-1) respectively. These results indicated that sentul fruit is very
potensial as antioxidant.

Keywords: Sandoricum koetjape Merr., phenolic compound, Antioxidant, DPPH method, Folin-
Ciocalteu method

Abstrak: Buah sentul (Sandoricum koetjape Merr.) merupakan salah satu jenis buah yang
jumlahnya cukup melimpah di Nusa Tenggara Barat namun belum dimanfaatkan secara optimal dan
lebih banyak terbuang sia-sia. Bagian-bagian dari tumbuhan sentul telah banyak digunakan sebagai
obat tradisional. Buah sentul dapat mengalami reaksi pencokelatan bila dikupas atau diiris, gejala
ini menunjukkan adanya senyawa fenolik sehingga sangat potensial sebagai antioksidan. Untuk
menganalisis fenolik total dan aktivitas antioksidan buah sentul, dilakukan pengujian dengan metode
Folin-Ciocalteu dan metode DPPH terhadap ektrak metanolnya. Hasil pengujian terhadap tiga jenis
perlakuan sampel (A, B, dan C) menunjukkan kadar fenolik total berturut-turut 6,9 %, 12,86 %, dan
9,36 % serta aktivitas antioksidannya ditunjukkan oleh nilai IC50 masing-masing sebesar 43,36 ppm
(1/IC50 = 0,023 ppm-1); 40,53 ppm (1/IC50 = 0,025 ppm-1); dan 44,43 ppm (1/IC50 = 0,0225 ppm-1).
Hasil ini menunjukkan bahwa buah sentul berpotensi sebagai antioksidan.

Kata Kunci: Sandoricum koetjape Merr., Senyawa Fenolik, Antioksidan, Metode DPPH, Metode
Folin-Ciocalteu

PENDAHULUAN butir, besar, bulat telur agak pipih, coklat


Buah Sentul (Sandoricum koetjape kemerahan berkilat; keping biji berwarna merah
(Burm.f.) Merr.) dikenal juga dengan sebutan (Morton, 1987). Warna dari buah-buahan
buah Kecapi, buah Sentol, Wild Mangosteen maupun produk buah dapat dikaitkan dengan
(Inggris), Santor (Filifina) atau buah Ketuat kandungan senyawa fenoliknya (Mazza dan
adalah nama sejenis pohon dan buah. Buah Miniati, 1993).
Sentul diperkirakan berasal dari Indocina dan Tutupoho (1988) melaporkan bahwa
Semenanjung Malaya. Berabad-abad yang daun, batang, dan akar pohon Sentul
silam, tumbuhan ini dibawa dan dimasukkan ke mengandung saponin, flavonoida, dan polifenol.
India, Indonesia (Borneo, Maluku), Mauritius, Secara tradisional, serbuk kulit batangnya
dan Filipina, dimana tanaman buah ini berkhasiat untuk pengobatan cacing gelang.
kemudian menjadi populer, ditanam secara luas Akar dan daunnya berkhasiat sebagai obat
dan mengalami naturalisasi (Morton, 1987). keputihan, obat mulas, obat batuk, penurun
Buah Sentul bulat agak gepeng, 5-6 cm, demam, obat kembung, sakit perut, diare, dan
kuning atau kemerahan jika masak, dan berbulu untuk penguat tubuh wanita setelah melahirkan.
halus seperti beludru. Daging buah bagian luar Penelitian pendahuluan terhadap
tebal dan keras, menyatu dengan kulit, kandungan kimia kulit dan daging buah Sentul
kemerahan, agak masam; daging buah bagian muda telah berhasil diidentifikasi adanya
dalam lunak berair, melekat pada biji, putih, dan senyawa fenolik dan alkaloid dalam ketiga
berasa masam sampai manis. Jumlah biji 2-5 ekstrak: petrolium eter, kloroform, dan

55
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 4 No. 1, ISSN 2338-6480
metanolnya (Tutupoho, 1988). Senyawa fenolik METODOLOGI PENELITIAN
memiliki manfaat cukup besar, utamanya 1. Jenis Penelitian
sebagai senyawa antioksidan. Terkait dengan Penelitian ini telah dilaksanakan
aktivitas antioksidannya, senyawa fenolik dan selama kurang lebih empat bulan di
ekstrak buah-buahan telah dilaporkan memiliki Laboratorium Seksi Kimia Analitik Universitas
efek positif terhadap pencegahan kanker, Mataram. Penelitian ini bersifat deskriptif,
penyakit kardiovascular, sistem kekebalan dimana setiap pengamatan dilakukan pencatatan
tubuh, infeksi mikroba, penyakit neurogeneratif, terhadap objek yang diperlukan.
dan infeksi virus/peradangan (Macheix et al., 2. Rancangan Penelitian
1990; Duarte et al., 1993; Papas, 1999; Le- Penelitian ini telah dilaksanakan
Marchand et al., 2000; Xu et al, 2000; selama kurang lebih empat bulan di
Disilvestro, 2001). Hasil studi epidemiologi Laboratorium Seksi Kimia Analitik Universitas
juga menunjukkan bahwa konsumsi buah dan Mataram. Penelitian ini bersifat deskriptif,
sayuran dengan kandungan senyawa fenolik dimana setiap pengamatan dilakukan pencatatan
tinggi yang berfungsi sebagai antioksidan terhadap objek yang diperlukan.
seperti vitamin C, A, dan E, serta senyawa 3. Sampel Penelitian
polifenol dapat menekan terjadinya penyakit Sampel penelitian ini adalah daging
jantung koroner, diabetes, hipertensi, struk, buah Sentul yang sudah matang. Sampel diambil
kanker, dan penyakit alzheimer (Lako, 2007). secara langsung dari perkebunan rakyat di
Hal cukup menarik bahwa bila daging Dusun Bengkaung Desa Lembahsari Kabupaten
buah Sentul diiris, maka bagian tersebut Lombok Barat.
seketika menjadi berwarna cokelat. Fenomena 4. Instrumen Penelitian
ini relevan dengan pernyataan Shahidi dan Alat-alat yang digunakan dalam
Naczk (1995) bahwa reaksi pencokelatan penelitian ini adalah alat-alat gelas yang biasa
enzimatis dapat terjadi dalam masa pematangan digunakan di Laboratorium, inkubator,
atau akibat gangguan (pengirisan) terhadap evaporator, sentrifuge, blender dan seperangkat
buah-buahan dan sayur-sayuran yang spektrofotometer. Sedangkan bahan-bahan yang
mengandung senyawa fenolik. Reaksi digunakan adalah buah Sentul, metanol, larutan
pencokelatan ini terkait dengan terjadinya Na2CO3, reagen folin ciocalteu, Larutan FeCl3,
oksidasi senyawa fenolik dengan katalis enzim Reagen Milon, larutan fenol, air bebas ion,
polifenol oksidase menghasilkan senyawa aquades, asam askorbat, dan DPPH.
berwarna kecokelatan. 5. Teknik Pengumpulan Data
Akhir-akhir ini penggunaan senyawa Persiapan Sampel/Ekstrak
antioksidan berkembang dengan pesat baik Buah Sentul dipetik secara langsung
untuk makanan dan pengobatan. Penggunaan dari perkebunan di Dusun Bengkaung Tengah
sebagai obat makin berkembang seiring dengan Desa Lembahsari Kecamatan Batulayar
makin bertambahnya pengetahuan tentang Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa
aktivitas radikal bebas terhadap beberapa Tenggara Barat. Ekstrak daging buah Sentul
penyakit degeneratif seperti penyakit jantung akan disiapkan dengan tiga jenis perlakuan,
dan kanker (Boer, 2000). Sementara penelitian yaitu:
tentang buah Sentul baru hanya  Sampel A = buah sentul diiris yang terlebih
mengidentifikasi adanya senyawa fenolik dalam dahulu dikeringkan dengan pengeringan
daging buah muda dan belum sampai matahari kemudian dimaserasi dengan
menganalisis total fenolik dan aktivitas methanol 80% dan dievaporasi untuk
antioksidannya. Hal ini mendorong peneliti mendapatkan ekstrak kental lalu diangin-
untuk melakukan analisis lebih lanjut terhadap anginkan diruang ber-AC hingga kering.
total fenol dan aktivitas antioksidan buah Sentul  Sampel B = buah sentul segar diiris yang
dengan tujuan mengoptimalkan nilai langsung direndam dengan methanol 80%,
manfaatnya terutama dalam bidang kesehatan dihaluskan dengan blender, dan dimaserasi
sehingga dapat ditingkatkan penggunaannya dengan methanol 80% dan dievaporasi untuk
sebagai obat fitofarmaka. Penelitian ini mendapatkan ekstrak kental lalu diangin-
difokuskan untuk mencari jawaban atas anginkan diruang ber-AC hingga kering
beberapa pertanyaan mengenai karakteristik  Sampel C = buah sentul diiris yang terlebih
kimiawi buah Sentul serta khasiatnya sebagai dahulu dikeringkan dengan pengeringan
obat fitofarmaka yang secara tradisional telah matahari kemudian diekstrak menggunakan
banyak dimanfaatkan masyarakat luas. ekstraktor soxhlet dengan methanol 80% dan
dievaporasi untuk mendapatkan ekstrak

56
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 4 No. 1, ISSN 2338-6480
kental lalu diangin-anginkan diruang ber- kental sampel dibiarkan selama 24 jam
AC hingga kering. dalam ruangan ber-AC hingga diperolah
Penyiapan Pelarut dan ketiga jenis ekstrak kental sebesar 11,18 gram kemudian
sampel uji dilakukan sebagai berikut: disimpan dalam lemari pendingin hingga
1. Penyiapan Pelarut waktu pengujian dilakukan.
Pelarut yang digunakan adalah larutan Analisis Kuantitatif Total Fenol
methanol 80%. Metanol murni diperoleh Untuk mengukur kadar fenol dalam
dengan cara mendestilasi ulang methanol daging buah sentul digunakan metode analisa
teknis yang ada dilaboratorium. Kemudian total fenol menurut Vermerris dan Ralph (2006:
dari methanol hasil destilasi tersebut dibuat 152) setelah dimodifikasi. Disiapkan sampel uji
larutan methanol 80% sebagai berikut:
2. Penyiapan sampel A  Sebanyak 0,5 gram sampel A dilarutkan
Sebanyak 4.500 gram daging kulit dan kulit dengan air sampai volumenya 50 mL. 50 μL
buah sentul segar yang sudah diiris larutan induk diencerkan dengan air hingga
dikeringkan di bawah sinar matahari selama volumenya 1 mL. Larutan hasil pengenceran
20 jam 16 menit selama 3 hari dengan rata- ini diuji dengan reagen folin ciocalteu.
rata penjemuran 6 jam 45 menit perhari  Sebanyak 0,1 gram sampel B dilarutkan
hingga kadar airnya berkurang 80,89%. dengan air sampai volumenya 50 mL. 250
Hasil pengeringan diblender hingga μL larutan induk diencerkan dengan air
berukuran 2 mm. sebanyak 100 gram sampel hingga volumenya 1 mL. Larutan hasil
yang sudah diblender dimaserasi dengan pengenceran diuji dengan reagen folin
1000 mL methanol 80% selama 3 x 24 jam ciocalteu.
hingga dipastikan proses ekstraksi optimal.  Sebanyak 0,1 gram sampel C dilarutkan
Larutan sampel-methanol 80% disaring dengan air sampai volumenya 50 mL. 250
dengan kertas saring wathman kemudian μL larutan induk diencerkan dengan air
pelarut diuapkan dengan evaporator pada hingga volumenya 1 mL. Larutan hasil
suhu 600C – 650C. Ekstrak kental yang pengenceran diuji dengan reagen folin
diperoleh kemudian didiamkan dalam ciocalteu.
ruangan ber-AC selama 24 jam. Ekstrak Tahapan pengujian total fenol dilakukan sebagai
kental disimpan dalam pendingin hingga berikut:
waktu pengujian dilakukan. a. Sebanyak 150 μL sampel uji A, B, dan C
3. Penyiapan sampel B diatas masing-masing dimasukkan ke dalam
Sampel B disiapkan dengan mengiris kecil- tabung reaksi
kecil buah sentul segar dan seketika b. Menambahkan 3 mL larutan Na2CO3 2% ke
dimasukkan kedalam metanol 80% untuk tabung reaksi yang telah disiapkan pada
mencegah oksidasi langsung. Sampel langkah (a) di atas dan dibiarkan selama 5
kemudian diblender dan sebanyak 75 gram menit.
sampel dimaserasi dengan 750 mL metanol c. Menambahkan 150 μL Reagen Folin
80% selama 2x 24 jam hingga ekstraksi Ciocalteu (yang dilarutkan dalam air
optimal. Ekstrak metanol-sampel disaring bebas ion dengan perbandingan 1:10 gr/mL)
dengan kertas saring wathman kemudian dan diinkubasi dalam inkubator selama 45
dievaporasi untuk mengeluarkan pelarut dari menit.
sampel. Ekstrak kental yang diperolah d. Sampel dihomogenisasi dan diukur
selanjutnya didiamkan dalam ruangan ber- absorbansinya.
AC selama 24 jam. Ekstrak kental disimpan Sedangkan pengujian total fenol untuk larutan
di lemari pendingin sampai waktu standar dilakukan dengan tahapan sebagai
pengukuran dilakukan. berikut:
4. Penyiapan sampel C a. Membuat larutan induk fenol 1678 ppm
Sebanyak 75 gram hasil blender sampel A b. Dari langkah (a) dibuat larutan dengan
yang berbentuk serbuk (butiran halus) variasi konsentrasi 20 ppm, 30 ppm, 40
dimasukkan ke dalam Soxhlet. Sebagai ppm, 50 ppm, dan 60 ppm.
pelarutnya digunakan metanol 80% c. Melanjutkan prosedur seperti perlakuan
sebanyak 250 mL. Proses ekstraksi sampel (mulai dari poin b sampai
dilakukan sebanyak 7 siklus hingga poin d).
dipastikan ekstraksi optimal. Ekstrak Kurva kalibrasi larutan standar dibuat
metanol-sampel yang diperoleh kemudian dengan mengalurkan nilai absorbansi terhadap
dievaporasi untuk menguapkan pelarut dan konsentrasi larutan standar. Dari kurva standar,
diperoleh ekstrak kental sampel. Ekstrak ditentukan persamaan regresi linier yang

57
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 4 No. 1, ISSN 2338-6480
mempunyai bentuk umum Y = aX (Sembiring, disiapkan pada pengujian total fenol di atas,
1995). masing-masing diencerkan kembali dengan
Analisis Kualitatif Fenol variasi pengenceran masing-masing 20 ppm,
Analisis kualitatif ini bertujuan untuk 30 ppm, 40 ppm, 50 ppm, 60 ppm, 70 ppm,
mengetahui apakah di dalam ekstrak buah 80 ppm dan 90 ppm.
Sentul terdapat senyawa fenol dengan indikator d. \Sebanyak 3 mL larutan-larutan di atas (poin
perubahan warna secara spesifik. Analisis c) diambil dan masing-masing ditambahkan
kualitatif ini dapat dilakukan menggunakan dengan 75 μL larutan stock DPPH. Setelah
beberapa uji, antara lain: 30 menit Absorbansi larutan diukur pada
 Uji Millon panjang gelombang maksimum 515 nm.
Sebanyak 5 mL larutan sampel ditambahkan e. Asam askorbat (vitamin C) digunakan
1 mL pereaksi Millon, diamati perubahan sebagai kontrol positif dibuat dengan variasi
warna yang terjadi. Pembentukan endapan konsentrasi 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm, 5 ppm, 6
putih yang jika dipanaskan berwarna merah ppm, 7 ppm, 8 ppm dan 9 ppm. Masing-
berarti reaksi positif yang menunjukkan masing diperlakukan seperti perlakuan
adanya senyawa fenolik (Poedjiadi, 1994 sampel.
dan Kurnia, 1981). Kemampuan radikal bebas DPPH dihitung
 Uji Kualitatif Fenol dengan FeCl3 dengan persamaan: (Elmastas et al., 2006):
Cara klasik untuk mendeteksi senyawa fenol % DPPH = [(A0 – A1/A0) x 100]
sederhana ialah dengan menambahkan 1 mL Di mana A0 adalah absorbansi blanko dan A1
larutan FeCl3 (Besi(III)klorida) 1% dalam adalah absorbansi sampel ekstrak daging buah
air atau etanol dengan 5 mL larutan ekstrak, Sentul.
yang menimbulkan warna hijau, merah, Kurva dari persen DPPH yang
ungu, biru, atau hitam yang kuat (Harbone, dialurkan terhadap konsentrasi untuk masing-
2006 dan Vermerris dan Ralph, 2006), hijau masing sampel dibuat dan konsentrasi inhibisi
kehitaman, dan biru kehitaman (Andayani, radikal 50% (IC50) ditentukan dari persamaan
Djekti, dan Hakim, 2009). regresi linier dengan koefisien korelasi ≥ 0,91.
Penentuan Aktivitas Antioksidan Nilai 1/IC50 menunjukkan aktivitas antioksidan
Penentuan Aktivitas antioksidan ekstrak dari sampel. Nilai 1/IC50 yang lebih besar akan
buah Sentul menggunakan metode DPPH memiliki aktivitas anti radikal yang lebih tinggi
mengacu pada metode Ebrahimzadeh et al. (Green, 2007 dan Molyneux, 2004).
(2008), Green (2007), Elmastas et al. (2006),
dan Molyneux (2004) yang telah dimodifikasi. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tahapan uji aktivitas antioksidan adalah: Deskripsi Data
a. Sebanyak 13 mg DPPH dilarutkan dalam 10 Berdasarkan pada keseluruhan proses
mL larutan metanol 80% kemudian yang telah dilakukan dalam penelitian, mulai
disimpan sebagai larutan stock. dari penyiapan ekstrak sampel hingga ke tahap
b. Sebanyak 75 μL larutan stock dimasukkan analisis, maka dalam bagian ini peneliti akan
dalam 3 mL larutan metanol 80% (metanol menyuguhkan segala informasi dan data yang
sebagai blanko) kemudian absorbansinya didapat sebagai berikut:
diukur pada berbagai panjang gelombang Data Hasil Ekstraksi Sampel
dengan spektrofotometer UV-Vis untuk Hasil ekstrak sampel untuk ketiga jenis
mengetahui λmaksimum larutan tersebut. perlakuan (A, B, dan C) proses ekstraksi adalah
λmaksimum yang diperoleh sebesar 515 nm. sebagai berikut:
c. Sampel uji dengan pengenceran hingga 500
ppm (larutan sampel A, B, dan C) yang
Tabel 1. Ringkasan data hasil penyiapan ekstrak sampel dengan Metanol 80% dengan
perbandingan pelarut 1:10 gram/mL
JENIS IDENTIFIKASI JENIS SAMPEL TOTAL PERSEN
Sampel A dan C 4.500 gram -
Berat Segar
Sampel B 75 gram -
Sampel A dan C 860 gram 19,11%
Berat Kering
Sampel B - -
100 gram sampel A 19,97 gram 19,97%
Ekstrak Kental 75 gram sampel B 16,37 gram 21,83%
75 gram sampel C 11,18 gram 14,91%

58
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 4 No. 1, ISSN 2338-6480
Tabel di atas menunjukkan bahwa Berdasarkan hasil pengujian tersebut,
pengeringan sampel A dan C dilakukan sampai maka dapat disimpulkan bahwa larutan ekstrak
dengan pengurangan kadar air sebesar 80,89%. sampel memiliki kandungan senyawa fenolik.
Hasil ekstrak terbesar dimiliki oleh sampel B Oleh sebab itu lebih lanjut dilakukan pengujian
diikuti sampel A dan terendah sampel C. kadar total fenolik secara kuantitatif dan
pengujian aktivitas antioksidannya.
Hasil Uji Kualitatif Fenolik Hasil Uji Kuantitatif Fenolik
Untuk mendeteksi kandungan senyawa Penentuan Kurva Kalibrasi Larutan Standar
fenolik dalam ekstrak sampel secara kualitatif Berdasarkan hasil pengukuran
digunakan 2 (dua) jenis reaksi kimia sederhana, absorbansi larutan standar fenol dengan variasi
yaitu: konsentrasi 0 ppm sampai 60 ppm
 Reagen Milon menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada
Hasil uji reagen Milon diberikan dalam Tabel panjang gelombang 720 nm dibuat kurva
berikut: kalibrasi standar sebagai berikut:
Tabel 2. Perubahan warna larutan setelah
sampel direaksikan dengan reagen Milon 0.8

Absorban larutan
y = 0,010x
No. Jenis sampel Perubahan warna 0.6

standar (A)
R² = 0,984
setelah reaksi 0.4
1. Sampel dengan Cokelat kekuningan
0.2
pengenceran dan Endapan saat
1000 ppm dipanaskan 0
menjadi merah 0 50 100
2. Sampel dengan Cokelat muda dan Konsentrasi larutan standar fenol (ppm)
pengenceran endapan saat
20.000 ppm dipanaskan menjadi Gambar 1. Kurva kalibrasi standar larutan fenol
merah dalam reagen Folin-Ciocalteu pada panjang
Berdasarkan analisa terhadap gelombang 720 nm
perubahan warna larutan yang terjadi saat dan Berdasarkan kurva kalibrasi larutan
setelah reaksi dilakukan dengan reagen Milon, standar di atas diperoleh persamaan regresi
maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak sampel linier, yaitu:
memiliki kandungan senyawa fenolik. Y = 0,010 x
 Reagen FeCl3 Dengan demikian didapat hubungan antara
Hasil uji sampel dengan reagen FeCl3 dapat konsentrasi dan absorban larutan standar fenol,
dilihat pada Tabel 3 berikut: yaitu:
Tabel 3. Perubahan warna larutan setelah
A = 0,010 c
sampel direaksikan dengan reagen FeCl3
Penentuan Kadar Total Fenolik Ekstrak
No. Jenis sampel Perubahan Sampel
warna setelah Metode yang digunakan pada
reaksi penentuan kadar total senyawa fenolik dalam
1. Sampel dengan Hijau muda ekstrak sampel adalah metode Folin-Ciocalteu.
pengenceran 1000 Penentuan kadar total feolik pada ekstrak
ppm sampel dilakukan dengan mengukur absorbansi
2. Sampel dengan Hijau ketiga jenis ekstrak sampel (A, B, dan C) yang
pengenceran kehitaman diencerkan hingga 500 ppm pada panjang
20.000 ppm dan endapan gelombang maksimum 720 nm dengan
hitam spektrofotometer UV-Vis. Data yang diperoleh
dari pengukuran tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Hasil pengukuran absorban larutan ekstrak sampel dengan pengenceran hingga 500 ppm
pada panjang gelombang 720 nm dengan Spektroskofi UV-Vis
Larutan Absorban Absorban Absorban Rata-
No
Sampel I Ulang II Ulang III Rata
1 A 0,344 0, 345 0,347 0,345

2 B 0,641 0,643 0,645 0,643

3 C 0,468 0,468 0,469 0,468

59
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 4 No. 1, ISSN 2338-6480
Kadar total senyawa fenolik dalam larutan ekstrak sampel A, B, dan C. Dengan
larutan ekstrak sampel didapat dengan demikian diperoleh data konsentrasi masing-
mensubstitusikan nilai rata-rata absorban masing dalam Tabel berikut:

Tabel 4.5 Kadar total senyawa fenolik dalam sampel pada panjang gelombang 720 nm dengan
Spektroskofi UV-Vis
Larutan Absorban Konsentrasi Kadar fenolik
No
sampel (a) (ppm) (mg/kg) sampel
1 A 0,345 34,5 69.000
2 B 0,643 64,3 128.600
3 C 0,468 46,8 93.600

Berdasarkan persamaan (5.2) diperoleh Kurva di atas menunjukkan bahwa


konsentrasi senyawa fenolik ekstrak sampel B pada saat konsentrasi larutan vitamin C 0 ppm,
(128.600 mg/kg sampel) paling tinggi, diikuti absorban maksimum yang berarti tidak terjadi
ekstrak sampel C (93.600 mg/kg sampel), dan reaksi pada DPPH. Pada saat konsentrasi
ekstrak sampel A (69.000 mg/kg sampel) vitamin C bertambah terlihat bahwa absorban
terendah. DPPH semakin rendah yang berarti semakin
Uji Aktivitas Antioksidan banyak DPPH yang habis bereaksi dengan
Pengujian aktivitas antioksidan vitamin C hingga semua molekul DPPH habis
dilakukan menggunakan metode DPPH untuk bereaksi (absorban yang terukur nol),
ketiga jenis perlakuan ekstrak sampel dengan selanjutnya peningkatan konsentrasi vitamin C
pembanding/kontrol positif larutan vitamin C tidak memberikan pengaruh yang berarti
(asam askorbat). Pengujian dilakukan pada terhadap besarnya absorban yang terukur.
panjang gelombang 515 nm yang merupakan Kekuatan aktivitas antioksidan larutan
panjang gelombang maksimum DPPH dengan vitamin C ditunjukkan oleh nilai IC50. Nilai ini
serapan (A) = 0,405. Larutan DPPH berwarna diperoleh dengan memplotkan kurva hubungan
Violet pekat, namun setelah direaksikan dengan antara % Inhibisi DPPH terhadap konsentrasi
sampel dan kontrol selama 30 menit warna larutan vitamin C. Hasil perhitungan tersebut
larutan berubah menjadi kuning muda. Data dibuat kurva sebagai berikut:
hasil pengukuran absorban larutan kontrol dan
ketiga jenis ekstrak sampel secara spektroskofis 0.6 y = -0.0517x + 0.405
Absorban (A)

sebagai berikut: 0.4 R² = 0.9601


Aktivitas Antioksidan Vitamin C
0.2 IC50 = 3,92
Besarnya aktivitas antioksidan vitamin
C dinyatakan dalam persentase inhibisi DPPH 0
dengan variasi konsentrasi larutan vitamin C 0
-0.2 0 5 10
ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm, 5 ppm, 6 ppm, 7
ppm, 8 ppm, dan 9 ppm terhadap radikal DPPH.
Berdasarkan data hasil pengukuran absorban Konsentrasi Vitamin C (ppm)
larutan vitamin C dengan metode DPPH pada
panjang gelombang 515 nm (Lampiran 6) dibuat Gambar 3. Kurva aktivitas antioksidan larutan
kurva sebagai berikut: vitamin C
Dari persamaan regresi linier kurva di
150
atas (Y = 12,76x) didapat nilai IC50 larutan
% Inhibisi DPPH

y = 12.767x
100 vitamin C sebesar 3,92.
R² = 0.9601
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Sampel A
50 Besarnya aktivitas antioksidan sampel
A dinyatakan dalam persentase inhibisi DPPH
0 dengan variasi konsentrasi larutan sampel A 0
0 5 10 ppm, 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm, 50 ppm, 60 ppm,
Konsentrasi vitamin C (A) 70 ppm, 80 ppm, dan 90 ppm terhadap radikal
DPPH. Berdasarkan data hasil pengukuran
absorban larutan ekstrak sampel A dengan
Gambar 2. Kurva hubungan absorban vs metode DPPH pada panjang gelombang 515 nm
konsentrasi larutan vitamin C dibuat kurva sebagai berikut:

60
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 4 No. 1, ISSN 2338-6480
metode DPPH pada panjang gelombang 515 nm
dibuat kurva sebagai berikut:
0.5
0.4 y = -0.0047x + 0.405 0.50
Absorban (A) R² = 0.9884
0.40
y = -0.005x + 0.405
0.3
R² = 0.9683

Absorban (A)
0.2 0.30
0.1 0.20
0 0.10
-0.1 0 50 100
0.00
Konsentrasi sampel A (ppm)
-0.10 0 50 100
Konsentrasi sampel B
Gambar 4. Kurva hubungan absorban vs
konsentrasi ekstrak sampel A
Kurva di atas menunjukkan bahwa Gambar 6. Kurva hubungan absorban vs
pada saat konsentrasi larutan ekstrak sampel 0 konsentrasi ekstrak sampel B
ppm, absorban maksimum yang berarti tidak Kurva di atas menunjukkan bahwa
terjadi reaksi pada DPPH. Pada saat konsentrasi pada saat konsentrasi larutan sampel 0 ppm,
ekstrak sampel A bertambah terlihat bahwa absorban maksimum yang berarti tidak terjadi
absorban DPPH semakin rendah yang berarti reaksi pada DPPH. Pada saat konsentrasi
semakin banyak DPPH yang habis bereaksi ekstrak sampel B bertambah terlihat bahwa
dengan ekstrak sampel A hingga semua molekul absorban DPPH semakin rendah yang berarti
DPPH habis bereaksi (absorban yang terukur semakin banyak DPPH yang habis bereaksi
nol), selanjutnya peningkatan konsentrasi dengan ekstrak sampel B hingga semua molekul
sampel A tidak memberikan pengaruh yang DPPH habis bereaksi (absorban yang terukur
berarti terhadap besarnya absorban yang nol), selanjutnya peningkatan konsentrasi
terukur. sampel B tidak memberikan pengaruh yang
Kekuatan aktivitas antioksidan larutan berarti terhadap besarnya absorban yang
ekstrak sampel A ditunjukkan oleh nilai IC50. terukur.
Nilai ini diperoleh dengan memplotkan kurva Kekuatan aktivitas antioksidan larutan
hubungan antara % Inhibisi DPPH terhadap ekstrak sampel B ditunjukkan oleh nilai IC50.
konsentrasi larutan ekstrak sampel A. Hasil Nilai ini diperoleh dengan memplotkan kurva
perhitungan tersebut dibuat kurva sebagai hubungan antara % Inhibisi DPPH terhadap
berikut: konsentrasi larutan ekstrak sampel B. Persen
inhibisi DPPH dapat dihitung menggunakan
150 persamaan (3.1) (Lampiran 7) dan dari hasil
% Inhibisi DPPH

y = 1.1529x perhitungan tersebut dibuat kurva sebagai


100
R² = 0.9884 berikut:
50
IC50 = 43,40 150
% Inhibisi DPPH

0
0 50 100 100 y = 1.2336x
R² = 0.9683
Konsentrasi sampel A (ppm)
50 IC50 =
Gambar 5. Kurva aktivitas antioksidan larutan 40,55
0
ekstrak sampel A
0 50 100
Dari persamaan regresi linier kurva di
atas (Y = 1,152x) didapat nilai IC50 larutan Konsentrasi sampel C (ppm)
sampel A sebesar 43,40.
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Sampel B Gambar 7. Kurva aktivitas antioksidan larutan
Besarnya aktivitas antioksidan sampel ekstrak sampel B
B dinyatakan dalam persentase inhibisi DPPH Dari persamaan regresi linier kurva di
dengan variasi konsentrasi larutan sampel B 0 atas (Y = 1,233x) didapat nilai IC50 larutan
ppm, 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm, 50 ppm, 60 ppm, ekstrak sampel B sebesar 40,55.
70 ppm, 80 ppm, dan 90 ppm terhadap radikal Aktivitas Antioksidan Ekstrak Sampel C
DPPH. Berdasarkan data hasil pengukuran Besarnya aktivitas antioksidan
absorban larutan ekstrak sampel B dengan sampel C dinyatakan dalam persentase inhibisi

61
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 4 No. 1, ISSN 2338-6480
DPPH dengan variasi konsentrasi larutan PEMBAHASAN
sampel C 0 ppm, 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm, 50 Estraksi Sampel
ppm, 60 ppm, 70 ppm, 80 ppm, dan 90 ppm Pemilihan metode ekstraksi yang tepat
terhadap radikal DPPH. Berdasarkan data hasil sangat penting dalam mengekstrak senyawa
pengukuran absorban larutan sampel C dengan fitokimia dari sumbernya. Sifat zat yang akan
metode DPPH pada panjang gelombang 515 nm diambil dan sifat pelarut yang digunakan harus
dibuat kuva sebagai berikut: dipertimbangkan. Lipofilitas atau hidrofilitas
mempengaruhi solubilitas suatu senyawa
0.6 y = -0.0046x + 0.405 fitokimia dalam ekstraksi pelarut, secara khusus
R² = 0.9821 polaritas pelarut yang digunakan sangat
Absorban (A)

0.4 mempengaruhi efisiensi proses ekstraksi.


0.2 Banyak sekali metode ekstraksi yang dapat
digunakan untuk mengekstrak senyawa fenolik,
0 tetapi kesemuanya didasarkan pada penggunaan
0 50 100 pelarut air, pelarut organik atau gas cair, atau
-0.2 kombinasinya (Oonsivilai, 2006).
Konsentrasi sampel C (ppm)
Pelarut yang digunakan untuk
mengekstrak sampel adalah larutan metanol
Gambar 8. Kurva hubungan absorban vs 80%. Pemilihan larutan metanol 80% sebagai
konsentrasi ekstrak sampel C pelarut dalam hal ini didasarkan pada sifat dan
Kurva di atas menunjukkan bahwa karakteristik senyawa yang akan diekstrak yakni
pada saat konsentrasi larutan sampel 0 ppm, senyawa fenolik. Menurut Harborne dan
absorban maksimum yang berarti tidak terjadi William (2000) solubilitas senyawa fenolik
reaksi pada DPPH. Pada saat konsentrasi sangat bergantung pada polaritas pelarut yang
ekstrak sampel C bertambah terlihat bahwa digunakan. Pelarut yang sering digunakan
absorban DPPH semakin rendah yang berarti dalam ekstraksi senyawa fenolik adalah larutan
semakin banyak DPPH yang habis bereaksi metanol berair dengan kadar 60% sampai 80%
dengan ekstrak sampel C hingga semua molekul (v/v). Sistem pelarut ini akan merusak membran
DPPH habis bereaksi (absorban yang terukur sel dan secara serempak melarutkan senyawa
nol), selanjutnya peningkatan konsentrasi fenolik ketika dilakukan dengan kondisi
ekstrak sampel C tidak memberikan pengaruh ekstraksi yang sesuai (Naczk dan Shahidi,
yang berarti terhadap besarnya absorban yang 2004). Secara khusus, larutan metanol berair
terukur. merupakan pelarut yang terbanyak digunakan
Kekuatan aktivitas antioksidan larutan untuk ekstraksi senyawa fenol. Terutama sekali
ekstrak sampel C ditunjukkan oleh nilai IC50. asam fenolik dan flavonoid dari buah dan
Nilai ini diperoleh dengan memplotkan kurva sayuran. Hal ini disebabkan karena senyawa
hubungan antara % Inhibisi DPPH terhadap fenolik lebih stabil dalam metanol. Misalnya,
konsentrasi larutan ekstrak sampel C. Hasil flavon dan flavonol telah dilaporkan dapat stabil
perhitungan tersebut dibuat kurva sebagai dalam larutan metanol lebih dari tiga bulan pada
berikut: suhu 4oC. Larutan metanol juga menghasilkan
persen yields ekstraksi senyawa asam fenolik
120 dan flavonoid yang lebih tinggi. Metivier et al.
% Inhibisi DPPH

100 (1980) melaporkan bahwa metanol berair 20%


y = 1.1254x lebih efektif daripada larutan etanol berair
80
R² = 0.9821 dengan konsentrasi yang sama dan 70% lebih
60
efektif dibanding air dalam ekstraksi senyawa
40 IC50 = antosianin dari anggur. Julkunen-Tito (1985)
20 44,44 menemukan bahwa kandungan total senyawa
0 fenolik lebih tinggi telah berhasil diekstrak dari
0 50 100 daun dari Northern Willows dengan
menggunakan larutan metanol berair jika
Konsentrasi sampel C (ppm)
dibandingkan terhadap larutan aseton 50% v/v.
Proses pembuatan ekstrak yang
Gambar 9. Kurva aktivitas antioksidan larutan dilakukan pada dasarnya terdiri dari 5 (lima)
ekstrak sampel C tahap, yaitu tahap pengeringan, pembuatan
Dari persamaan regresi linier kurva di serbuk, proses ekstraksi, proses pemisahan
atas (Y = 1,125x) didapat nilai IC50 larutan pelarut, dan tahap pemekatan ekstrak
sampel C sebesar 44,44. (Andayani, 2005). Proses ekstraksi sampel

62
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 4 No. 1, ISSN 2338-6480
dengan maserasi dilakukan dengan senyawa fenolik akan memberikan perubahan
perbandingan 1 gram sampel berbanding 10 mL warna larutan menjadi hijau, merah, ungu, biru,
pelarut sehingga proses ekstraksi optimal. Hasil atau hitam yang kuat (Harborne, 2006) yang
ekstrak kental sampel yang diperoleh pada berarti dalam sampel yang diuji mengandung
Tabel 1 menunjukkan bahwa proses ekstraksi fenol. Pereaksian sampel dengan reagen ini
cukup optimal dimana hasil ekstrak tertinggi menunjukkan hasil positif, dimana sampel
didapat dari sampel B sebesar 16,37 gram atau dengan pengenceran hingga 1.000 ppm setelah
sekitar 21,83% dari total sampel yang bereaksi memberikan perubahan warna larutan
dimaserasi, kemudian sampel A sebesar 19,97 menjadi hijau muda dan dengan sampel yang
gram atau sekitar 19,97% dari total sampel yang diencerkan hingga 20.000 ppm terjadi
dimaserasi dan terakhir sampel C yang diekstrak perubahan warna larutan menjadi hijau
dengan ekstraktor Soxhlet dengan pelarut kehitaman dengan ditambah endapan hitam
Metanol 80% dihasilkan ekstrak kental sebesar (Lampiran 2) . Hal ini menunjukkan bahwa
11,18 gram atau sekitar 14,91% dari total sampel memiliki kandungan senyawa fenolik.
sampel yang diekstrak. Lebih spesifik lagi bahwa gejala perubahan
Uji Kualitatif Senyawa Fenolik warna menjadi hijau kehitaman tersebut
Uji kualitatif senyawa fenolik menunjukkan bahwa sampel mengandung
dilakukan dengan 2 (dua) jenis reaksi, yaitu tannin katekol (senyawa derivat fenol)
menggunakan reagen Milon dan reagen FeCl3 sebagaimana dilaporkan oleh Andayani, Djekti,
sebagai berikut: dan Hakim (2009) serta Vermerris dan Ralph
Reagen Milon (2006). Reaksi umum yang terjadi antara fenol
Uji kualitatif senyawa fenolik terhadap dan reagen FeCl3 diGambarkan oleh Gibbs
ekstrak sampel menggunakan reagen Millon (1926 ) sebagai berikut:
menunjukkan reaksi positif. Hal ini ditunjukkan
oleh perubahan warna larutan yaitu
terbentuknya endapan putih yang setelah Sehingga dapat diperkirakan bahwa
dipanaskan menjadi merah. Reaksi dilakukan endapan hitam yang terbentuk dalam reaksi
sebanyak 2 kali: sampel dengan pengenceran adalah senyawa Fe(O-Ph)3 seperti ditunjukkan
hingga 1.000 ppm dan 20.000 ppm, keduanya persamaan reaksi di atas.
menunjukkan hasil yang sama akan tetapi lebih Uji Kuantitatif Total Fenolik
jelas ditunjukkan oleh ekstrak sampel dengan Penentuan kadar total fenol yang
pengenceran hingga 20.000 ppm. Hasil terdapat dalam ekstrak sampel dilakukan
pengujian yang relevan terhadap identifikasi berdasarkan metode Folin ciocalteu oleh
kualitatif senyawa fenolik dengan reagen Milon Vermerris dan Ralp (2006:152) dengan sedikit
telah dilaporkan oleh Kurnia (1981) dan modifikasi. Metode Folin ciocalteu adalah
Mujaddid (2008). Reagen Milon adalah larutan metode populer yang paling banyak digunakan
merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. oleh peneliti untuk menentukan kandungan total
Pada dasarnya reaksi Milon positif untuk fenol dari suatu makanan atau buah. Metode ini
mendeteksi keberadaan senyawa fenolik, karena tidak dapat digunakan untuk menentukan
terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus senyawa fenol jenis tertentu secara spesifik,
hidroksifenil yang berwarna (Poedjiadi, 1994). tetapi hanya akan mendeteksi semua jenis
Reaksi umum yang terjadi antara fenol dengan senyawa fenol yang terdapat dalam ekstrak
reagen Milon telah diGambarkan oleh Gibbs tanaman (Waterhouse, 2005). Langkah pertama
(1926) sebagai berikut: kali yang harus dilakukan untuk menentukan
kadar total fenolik suatu sampel adalah
membuat kurva kalibrasi standar untuk
mendapatkan persamaan regresi linier hubungan
antara konsentrasi dan absorban melalui
pengukuran spektroskopis.
Penentuan Kurva Kalibrasi Larutan Standar
Metode yang digunakan pada
penentuan kadar total fenolik adalah metode
Gambar 10 Tahapan reaksi umum reagen Milon Folin-Ciocalteu dengan larutan fenol sebagai
dengan fenol standar. Reagen Folin-Ciocalteu telah tersedia
Reagen FeCl3 di Laboratorium, reagen ini pertama kali dibuat
Uji kualitatif senyawa fenolik oleh Folin dan Ciocalteu pada tahun 1927
berikutnya menggunakan larutan dengan cara memanaskan reagen
Besi(III)klorida 1%. Reaksi antara FeCl3 dan Phosphotungstic(WO42-)-

63
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 4 No. 1, ISSN 2338-6480
phosphpmolybdic(MoO42-) selama 2 jam diikuti berubah menjadi ungu (Lampiran 12). Warna
dengan penambahan Litium Sulfat (Li2SO4) dan ungu yang terjadi semakin lama semakin pekat.
Bromin (Br2) diakhir pemanasan, kemudian Fenomena perubahan warna serupa pada
didinginkan dan dilarutkan. Reagen yang pereaksian sampel dengan reagen Folin
dihasilkan digunakan untuk menentukan kadar Ciocalteu dilaporkan oleh Andayani et.al
tirosin dan triptofan dalam protein namun dapat (2008), Ebrahimzadeh et.al (2008), Green
juga digunakan untuk menentukan kadar total (2007), Soebagio et al (2007), Vermerris dan
fenolik secara luas. Blanko yang digunakan Ralph (2006), dan Oonsivilai (2006). Waktu
biasanya adalah etanol, air, atau metanol reaksi antara sampel dan reagen Folin Ciocalteu
tergantung pada jenis pelarut yang digunakan minimal 30 menit, tetapi tidak boleh lebih dari 1
untuk mengekstraksi sampel. Standar yang jam (Vermerris dan Ralph, 2006). Pengukuran
digunakan biasanya adalah asam klorogenat Absorbansi menggunakan spektrofotometer
(Gambar 5.2) atau asam gallat (Gambar 12) UV-Vis pada panjang gelombang maksimum
(Vermerris dan Ralph, 2006). 720 nm diperoleh data hasil pengukuran dan
O dibuat kurva sebagai berikut:

OH
O 0.8

Absorban larutan
y0.6
= 0.0102x

standar (A)
R² = 0.9848
HO 0.4
OH OH
0.2
O
0
OH OH 0 50 100
Gambar 11. Struktur molekul asam klorogenat Konsentrasi larutan standar fenol (ppm)
OH
O

Gambar 13. Kurva kalibrasi standar larutan


fenol dalam reagen Folin-Ciocalteu pada
panjang gelombang 720 nm
Berdasarkan kurva kalibrasi larutan
HO OH standar di atas diperoleh persamaan regresi
linier kurva melalui titik (0,0) dan nilai koefisien
OH
korelasi R = 0,984, sehingga hubungan antara
Gambar 12. Struktur molekul asam gallat konsentrasi dan absorban larutan standar fenol
Oleh karena kedua jenis standar dapat ditentukan dengan persamaan berikut:
tersebut sulit didapatkan, maka standar yang A = 0,010 c
digunakan dalam penelitian ini adalah fenol Persamaan di atas digunakan untuk menentukan
murni (Gambar 1) yang tersedia di konsentrasi ekstrak sampel uji A, B, dan C
Laboratorium dengan pertimbangan bahwa dimana A adalah Absorbansi ekstrak sampel
kedua standar tesebut merupakan derivat dari yang terukur dan c adalah konsentrasi ekstrak
fenol murni (Vermerris dan Ralph, 2006). sampel yang terukur.
Penggunaan standar fenol murni ini juga pernah Penentuan Kadar Total Fenolik Ekstrak
diterapkan oleh Mujaddid (2008) untuk Sampel
menentukan kadar total fenol pada teh hijau. Penentuan kadar total fenolik pada
Larutan fenol induk dibuat dengan cara ekstrak sampel dilakukan dengan mengukur
sebuah kristal fenol murni dimasukkan ke dalam absorbansi ketiga jenis ekstrak sampel (A, B,
labu ukur 100 mL yang sudah terisi pelarut dan C) yang diencerkan hingga 500 ppm pada
setengahnya dan sudah ditimbang, lalu labu dan panjang gelombang maksimum 720 nm dengan
larutan fenol ditimbang sehingga berat kristal spektrofotometer UV-Vis. Data yang diperoleh
fenol diketahui dan diperoleh larutan induk dari pengukuran tersebut dapat dilihat pada
fenol 1.678 ppm. Kemudian larutan induk Tabel 4.4 dan 4.5. Berdasarkan data pada Tabel
diencerkan dengan variasi konsentrasi larutan tersebut terlihat bahwa ekstrak sampel B
fenol 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm, 50 pmm, dan 60 (128.000 mg/kg ekstrak sampel) memiliki kadar
ppm. Larutan fenol tidak berwarna (bening) total fenol paling tinggi, kemudian disusul
sedangkan reagen Folin-Ciocalteu berwarna sampel C (93.600 mg/kg ekstrak sampel) dan
hijau muda (agak kuning). Setelah reaksi sampel A (69.000 mg/kg ekstrak sampel).
berlangsung selama 45 menit, warna larutan Perbedaan hasil ini tentunya sangat dipengaruhi

64
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 4 No. 1, ISSN 2338-6480
oleh perbedaan perlakuan pada sampel, mulai fenol yang terukur sangat dipengaruhi oleh
dari proses ekstraksi sampai saat pengujian perlakuan pada sampel mulai dari proses
dilakukan. Waktu dan lamanya proses ekstraksi penyiapan hingga tahap pengujian dilakukan.
berpengaruh terhadap pengambilan senyawa Uji Aktivitas Antioksidan
fenolik dari bagian tanaman, dilaporkan bahwa Pengujian aktivitas antioksidan
waktu ekstraksi berkisar antara 1 menit sampai dilakukan mengacu pada metode DPPH yang
24 jam (Harborne, 2006). Disamping itu proses yang dilakukan oleh Ebrahimzadeh (2008),
pemanasan pada saat pengeringan sampel, Green (2007), Elmastas et al. (2006), dan
pemanasan pada proses ekstraksi dengan Molyneux (2004). DPPH (2,2-diphnyl-1-
ekstraktor soxhlet, dan pemanasan pada saat picrylhydrazil) merupakan radikal bebas stabil
penguapan pelarut dengan evaporator dapat dengan rumus molekul C18H12N5O6 (Mr =
mempengaruhi kadar total fenol yang terukur 394,33) dan memiliki struktur sebagai berikut:
dimana senyawa fenolik dapat dengan mudah
mengalami reaksi oksidasi baik secara langsung NO2
akibat pemanasan dan kontak oksigen (Auto-
oxidation) maupun dengan bantuan enzim
(Enzymatic oxidation). Salah satu contohnya O2N N N
adalah auto-oksidasi katekol sebagai berikut
(Vermerris dan Ralph, 2006):
NO2
OH O O

OH OH
OH
Gamber 15. Diphenylpicrylhydrazyl (radikal
(a)
bebas)
O OH HO OH

NO2
OH OH HO OH

(b)
HO O OH H
O2N N N

HO O OH
(c)
NO2
Gambar 14. Auto-oksidasi katekol dapat
membentuk dimer berbeda
Oleh karena cincin aromatiknya, maka Gambar 16 Diphenylpicrylhydrazine (non
senyawa fenolik dapat dengan mudah radikal bebas)
mengalami reaksi auto-oksidasi. Radikal yang Molekul radikal DPPH ini berwarna
dihasilkan dari reaksi ini dapat bereaksi dengan violet dan cukup stabil dalam larutan metanol.
radikal lainnya membentuk sebuah dimer dan Ketika molekul DPPH ini direaksikan dengan
karena kemampuan delokalisasi elektronnya, zat yang bisa mendonasikan sebuah atom
beberapa struktur derivat fenolik dapat hidrogen atau sebuah elektronnya, maka
terbentuk tergantung pada lokasi elektron strukturnya berubah menjadi bentuk
radikal saat reaksi berlangsung. Gambar 14 tereduksinya (Gambar 16) dan warna violet tadi
menunjukkan bahwa radikal katekol (a) berubah menjadi kuning (Molyneux, 2004).
bereaksi lebih lanjut membentuk tetrahidroksil- Perubahan warna serupa juga terjadi saat reaksi
bifenil (b) dan kuinin (c). Contoh lain juga antara ekstrak sampel A, B, C, dan larutan
ditunjukkan pada reaksi auto-oksidasi p-kresol vitamin C dengan radikal DPPH dilakukan pada
(Vermerris dan Ralph, 2006). penelitian ini. Hal ini mengindikasikan bahwa
Gambaran singkat ini menunjukkan dalam ekstrak sampel A, B, C, dan vitamin C
bahwa meskipun senyawa fenolik sampel terdapat senyawa fenolik sebagai antioksidan
mengalami reaksi auto-oksidasi, tidak dapat yang mampu mereduksi radikal DPPH. Reaksi
disimpulkan serta merta bahwa sampel akan radikal DPPH serupa juga ditunjukkan oleh
mengalami kerusakan total sehingga Andayani et.al (2008), Ebrahimzadeh et.al
mempengaruhi hasil ukur kadar total fenolik (2008), Green (2007), Soebagio et al (2007),
tetapi tergantung pada hasil akhir senyawa yang Elmastas et. al (2006), Oonsivilai (2006), dan
dihasilkan, apakah masih bisa dioksidasi oleh Hanani et.al (2005).
reagen Folin Ciocalteu/DPPH atau tidak. Panjang gelombang maksimum DPPH
Sehingga jelaslah bahwa perbedaan kadar total yang digunakan dalam pengukuran absorbansi

65
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 4 No. 1, ISSN 2338-6480
oleh beberapa peneliti bervariasi dari 515 nm persamaan regresi linier yang diperoleh dari
sampai dengan 520 nm, tergantung pada kondisi kurva hubungan antara % DPPH dan
saat pengukuran dilakukan (Molyneux, 2004). konsentrasi. Nilai IC50 atau kadang disebut EC50
Pengujian dilakukan pada panjang gelombang (efficient concentration) didifinisikan sebagai
515 nm yang merupakan panjang gelombang konsentrasi substrat yang dapat menyebabkan
maksimum DPPH dengan serapan (A) = 0,405 hilangnya 50% aktivitas/warna DPPH
(Lampiran 13). Sebagai kontrol positif peneliti (Molyneux, 2004), lebih jelasnya adalah
menggunakan asam askorbat (vitamin C) karena konsentrasi ekstrak sampel yang dapat bereaksi
telah banyak digunakan secara luas oleh peneliti dengan 50% dari jumlah molekul DPPH yang
lain. Reaksi antara vitamin C dengan radikal ada dalam sistem reaksi. Nilai IC50 larutan
DPPH telah diGambarkan oleh Molyneux vitamin C yang diperoleh dalam penelitian ini
(2004) dan berlangsung 2 (dua) tahap karena sebesar 3,92, relevan dengan nilai IC50 yang
vitamin C memiliki dua atom hidrogen yang diperoleh oleh Hanani (2005) sebesar 3,81; Kim
dapat didonorkan ke radikal DPPH pada et al. (2002) sebesar 3,64 dan Andayani et
persamaan reaksi berikut: al.(2009) sebesar 3,63. Sedangkan nilai IC50
untuk ekstrak sampel A sebesar 43,40; ekstrak
sampel B sebesar 40,55 dan ekstrak sampel C
sebesar 44,44. Terlihat bahwa ekstrak sampel
memiliki aktivitas antioksidan lebih rendah
dibanding vitamin C namun aktivitas
antioksidan ekstrak maupun vitamin C masih
dalam kategori kuat karena memilki nilai IC50 di
Dimana Z adalah radikal DPPH, ZH adalah non bawah 200 mg/mL (Blouis, 1958). Disamping
radikal DPPH. Reaksi ini memperlihatkan itu, ekstrak sampel yang diuji masih berupa
bahwa satu molekul asam askorbat dapat ekstrak kasar (crude extract) sehingga nilai IC50
mereduksi dua molekul DPPH sekaligus. Reaksi untuk isolat spesifik senyawa fenoliknya
serupa juga terjadi antara DPPH dan diharapkan akan bernilai lebih tinggi.
hidrokuinon (1,4-dihidroksi-benzena).
Aktivitas anti radikal DPPH SIMPULAN
(antioksidan) vitamin C termasuk sampel A, B, Berdasarkan hasil penelitian dapat
dan C. Kurva-kurva hubungan absorban dengan ditarik beberapa kesimpulan , yaitu:
konsentrasi vitamin C dan ekstrak sampel 1. Ekstrak kental sampel A diperoleh sebesar
tersebut memperlihatkan bahwa semakin besar 19,97 gram/100 gram sampel (19,97%),
konsentrasi vitamin C dan ekstrak sampel yang sampel B sebesar 16,37 gram/75 gram
direaksikan dengan molekul DPPH, Absorban sampel (21,83%), dan sampel C sebesar
yang terukur semakin rendah sampai mencapai 11,18 gram/75 gram sampel (14,91%).
angka nol yang berarti bahwa tidak ada lagi 2. Berdasarkan hasil uji kualitatif
residu berwarna kuning dari radikal DPPH yang menggunakan reagen Millon dan reagen
tereduksi (Gambar 16) dihasilkan atau dengan FeCl3 1% dapat disimpulkan bahwa dalam
kata lain penambahan atau kelebihan ekstrak ekstrak sentul A, B, dan C terdapat senyawa
sampel dalam sistem reaksi tidak memberikan fenolik.
kontribusi lagi terhadap nilai absorban yang 3. Kadar total senyawa fenolik dalam ekstrak
terukur. Begitu juga halnya dengan kurva-kurva sentul A, B, dan C berturut-turut adalah
hubungan antara persen inhibisi DPPH (% 69.000 mg/kg, 128.600 mg/kg, dan 93.600
DPPH) dengan konsentrasi vitamin C dan mg/kg.
ekstrak sampel memperlihatkan bahwa 4. Kekuatan antioksidan vitamin C serta
konsentrasi vitamin C dan ekstrak sampel yang ekstrak sentul A, B, dan C terhadap radikal
lebih tinggi akan memberikan persen inhibisi DPPH ditunjukkan oleh harga IC50 berturut-
terhadap DPPH lebih tinggi. Hasil ini sangat turut adalah 3,92; 43,40; 40,55; dan 44,44.
relevan dengan kurva kalibrasi (typical
calibration curve) yang ditunjukkan oleh SARAN
Molyneux (2004: 213-214) yang selalu Hasil analisis terhadap kadar total
dijadikan rujukan untuk tiap penelitian yang fenolik dan aktivitas antioksidan dari ekstrak
bertujuan untuk mengukur aktivitas anti radikal kasar (crude extract) daging buah sentul matang
DPPH suatu sampel. pada penelitian ini menunjukkan hasil positif
Kekuatan aktivitas antioksidan vitamin dan cukup tinggi sehingga perlu dilakukan
C dan ekstrak sampel terhadap radikal DPPH penelitian lebih lanjut terhadap kadar total
ditunjukkan oleh nilai 1/IC50, IC50 dihitung dari fenolik dari isolat murni senyawa fenolik

66
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 4 No. 1, ISSN 2338-6480
spesifik yang terdapat dalam ekstrak daging Wildman, R.E.C. (ed). CRC Press, New
buah sentul serta dari bagian-bagian lain seperti York, NY. pp 127 – 142.
daun, kulit batang, batang, akar, dan bijinya. Duarte, J., Perez-Vixcainom, F., Utrilla, P.,
Jimenez, J., Tanargo, J., and Zarzuelo, A.
DAFTAR RUJUKAN 1993. Vasodilatory effects of Flavonoids
Amirullah, Andihijeriati. 1987. Pemeriksaan in Rat Aortic Smooth Muscle. Structure-
Farmakognostik Tumbuhan Kecapi activity Relationships. General
(Sandoricum koetjape Merr.). Penelitian Pharmacology. 24: 857 – 862
Tanaman Obat di Beberapa Perguruan Ebrahimzadeh, Mohammad Ali, Pourmorad, F.,
Tinggi di Indonesia Vol. IV (1994) No. Hafezi, Samira. 2008. Antioxidant
335. Jakarta: Puslitbang Farmasi. activities of Iranian Corn Silk.Turk J.
Andarwulan., Shetty. 1999. Analisa Total Biol. 32: 43 – 49.
Fenol. Bandung: Jurnal Teknologi dan Elmastas, M., Gulcin, I., Isildak, Kufrevioglu,
Industri Pangan, Vol.XIII, No. 2. O.I., Ibaoglu, K., and Aboul-Enein, H.Y.
Andayani, Regina., Lovita Lisawati dan 2006. Radical Scavengeng Activity and
Maimunah. 2008. Penentuan Aktivitas Antioxidant Capacity of Bay Leaf
Antioksidan, Kadar Fenolat Total dan Extracts. Journal of The Iranian
Likopen pada Buah Tomat Chemical Society, vol.3, no. 3, pp. 258 –
(SolanumLycopersicum).Padang: 266.
Jurnal Sains dan Teknologi, Vol. 12, No. Gibbs, H.D. 1926. Phenol Tests. Washington:
1. Devisions of Chemistry, Higienic
Andayani, Yayuk. 2005. Fraksinasi dan Laboratory, United States Public Health
Identifikasi Senyawa Fitosterol dalam Service. Download from
Ekstrak Buncis (Phaseolus vulgaris L). www.jbc.org.,23 Januari 2008.
Makalah. Disampaikan pada Green, Richard C. 2007. Phisicochemical
Seminar Nasional dan Pameran Obat Properties and Phenolics Composition
Tradisional. Mataram, 29 September of Selected Saskachewan Fruits:
2005. Buffalaloberry, Chokecherry and Sea
Andayani, Yayuk., Dwi Soelistya Diah Djekti Buckthorn. A Thesis of University of
dan Alifman Hakim. 2009. Aktivitas Saskatchewan Saskatoon Canada, S7N
Anti Malaria dan Analisis Senyawa 5A8.
Metabolit Sekunder Dari Ekstrak Hanani, Endang, Abdul mun’im dan Ryany
Buah, Daun dan Kulit Batang Sekarini. 2005. Identifikasi Senyawa
Artocarpus camansi. Mataram: Antioksidan dalam Spons Callyspongia
Laporan Penelitian 2009. sp dari Kepulauan Seribu. Depok:
Aruoma, O. I. 2002. Methodological Majalah Ilmu Keparmasian, Vol.2, No.
considerations for characterizing 3, Desember 2005: 127-133.
potential antioxidant actions of Harborne, J.B. 2006. Metode Fitokimia
bioactive components in plant foods. Penuntun Cara Modern Menganalisis
Mutation Research. 523 - 524: 9 - 20. Tumbuhan. Bandung: ITB.
Boer. 2000. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Harborne, J. B. and Williams, C. A. 2000.
kulit Buah Kandis (Garcinia parfifolia Advances in flavonoid research since
Miq). Journal Matematika dan IPA 1. 1: 1992. Phytochemistry. 55: 481 - 504.
26 – 33. Hendayana, 1994. Kimia Analisis Instrumen.
Brand-Williams, W., Cuvelier, M.-E. and Semarang: IKIP Semarang.
Berset, C. 1995. Use of a free radical Hernani., Raharjo, M, 2005. Tanaman
method to evaluate antioxidant Berkhasiat Antioksidan. Jakarta: Penebar
activity. Lebensmittel-Wissenschraft und Swadaya.
Technologie. 28: 25 - 30. Huang, D., Ou, D. & Prior, D. 2005. The
Cimpan, G. and Gocan, S. 2002. Analysis of Chemistry Behind Antioxidant Assays. J
medicinal plants by HPLC: recent gric Food Chem 53:1841-1856.
approaches. Journal of Liquid Julkunen-Titto, R. (1985). Phenolic Constituent
Chromatography and Related in The Leaves of Northern willows:
Technologies. 25: 2225 - 2292. Method for The Analysis of certain
Disilvetro, R.A. 2001. Flavonoids as Phenolics. Journal of Agricultural and
Antioxidants. In: Handbook of Food Chemistry. 33: 213-217.
Nutraceutical and Functional Foods. Kumalaningsih, Sri. 2007. Antioksidan, Sumber
dan Manfaatnya. Anti oxidant centre.

67
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 4 No. 1, ISSN 2338-6480
http://antioxidantcentre.com. Download: Nichenametla, S. N., Taruscio, T. G., Barney, D.
16 Desember 2007. L. and Exon, J. H. 2006. A review of
Kurnia, K. 1981. Petunjuk Praktikum Biokimia. the effects and mechanisms of
Bandung: Alumni. polyphenolics in cancer. Critical
Lako, J., Trenerry, V.C., Wahlqvist, M., Reviews in Food Science and
Wattanapenpaiboon, N., and Nutrition. 46: 161 - 183.
Sotheeswaran, S. 2007. Phytochemical Oonsivilai, Ratchadaporn. 2006. Functional and
Flavonol, carotenoids and Antioxidant Nutraceutical Properties of rang Chuet
Properties of Wide Selection of Fijian (Thunbergia laurifolia Lindl.) Extract. A
Fruits, Vegetables and other readily Thesis of Suranare University of
available Foods. Food Chem. 101: 1727 Technology, Academic year 2006.
– 1741. Papas, A.M. 1999. Diet and Antioxidant Status.
Lamien-Meida, Aline, Lamien, C.G., In: Antioxidant Status, Diet, Nutrition,
Compaore, M.M.Y., Meda, Roland N.T., and Health. Papas, A.M. (ed). CRC
Kiendrebeogo, M., Zeba, B., Millogo, J., Press, Boca Raton, FL. Pp 89 – 106.
and Nacoulma, Odile G. 2008. Poedjiadi, Ana. 1994. Dasar-Dasar Biokimia.
Polyphenol Content and Antioxidant Jakarta: UI-Press.
Activity of Fourteen Wild Edible Fruits Rasadah, M.A., et al. 2004. Anti-inflammatory
from Burkina Faso. Molecules. 13: 581 – Agents from Saandoricum koetjape
594. Merr. Phytomedicine. 11:2 261-3.
Le-Marchand, L., Murphy, S.P., Hankin, J.H., Robbins, R. J. 2003. Phenolic acids in foods: An
Wilkens, L.R., and Kolonel, L.N. overiew of analytical
2000.Intake of Flavonoids and Lung methodology. Journal of Agricultural
Cancer. Journal of National Cancer and Food Chemistry. 51: 2866 -2887.
institute. 92: 154 – 160. Santos-Buelga, C. and Scalbert, A. 2000.
Lin, J.-H., Chiou, Y.-N. and Lin, Y.-L. 2002. Proanthocyanidins and tannin-like
Phenolic glycosides from Viscum compounds - nature, occurrence,
angulatum. Journal of Natural dietary intake and effects on nutrition
Products. 65: 638 - 640. and health. Journal of the Science of
Manach, C., Scalbert, A., Morand, C., Remesy, Food and Agriculture. 80: 1094 - 1117.
C. and Jime' nez, L. 2004. Sembiring, R.K. 1995. Analisis Regresi.
Polyphenols: Food sources and Bandung: ITB Press
Bioavailability. American Journal of Shahidi, F. and Naczk, M. 1995.Food
Clinical Nutrition. 79: 727 - 747. Phenolics: Sources, Chemistry, Effect,
Mann, J. 1987. Secondary Metabolism. Toronto: applications. Lancaster: Technomic
Oxford University Press. Publishing Company.
Macheix, J.J., Fleuriet, A. and Billot, J. 1990. Shahidi, F. and Naczk, M. 2004. Phenolics in
Fruits Phenolics. Boca Raton: CRC Food and Nutraceuticals. CRC
Press. Press, Boca Raton, FL.
Mazza, G. and Miniati, E. 1993. Anthocyanins Sugiyono. 2006. Statistik Untuk Penelitian.
in Fruits, Vegetables and Grains. Bandung: CV Alfabeta.
London: CRC Press. Sun, J., Chu, Y.-F., Wu, X. and Liu, R. H. 2002.
Metivier, R.P., Francis, F.J. and Claydesdale, Antioxidant and Antiproliferative
F.M. 1980. Solvent Extraction of Activities of Common Fruits. Journal of
Antocyanins from Wine Pomace. Journal Agricultural and Food Chemistry. 50:
of Food Science. 45: 1099-1100. 7449 - 7454.
Molyneux, Philif. 2004. The Use of The Stable Soebagio, Boesro., Taufik Rusdiana, dan Ade
Free Radical Diphenylpicrylhydrazyl Kurniawati. 2007. Formulasi Gel
(DPPH) for Estimating Antioxidant Antioksidan dari Ekstrak Daun Jambu
Activity. Original Article of Biji (Psidium guajava L) Dengan
Songklanakarin J. Sci. Technol., 2004, Menggunakan Aquapec HV-505.
26(2):211-219. Jakarta: Makalah Kongres ilmiah Ke XV
Morton, J. 1987. Santol. In: Fruits of warm ISFI, 17-19 Juni 2009.
climates. Miami, FL. p. 199–201. Tutupoho, Atty. 1988. Analisis Pendahuluan
Mujaddid, Jamilul. 2008. Analisis Kadar Fenol Kandungan Kimia Kulit dan daging
dari Produk Komersil Teh Hijau ( Buah Muda Tumbuhan Kecapi
Camellia sinensis L. Mataram: Skripsi (Sandoricum koetjape Merr.), Penelitian
Universitas Mataram. Tanaman Obat di Beberapa Perguruan

68
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 4 No. 1, ISSN 2338-6480
Tinggi di Indonesia Vol. IV (1994) No.
336. Jakarta: Puslitbang Farmasi.
Underwod, A.L., Day, R.A. 1999. Analisis
Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Waterhouse, A. L. 2005. Determination of Total
Phenolics. In: Handbook of Food
Analytical Chemistry: Pigments,
Colorants, Flavors, Texture, and
bioactive Food Components. Wrolstad,
R. E., Acree, T. E., Decker, E. A.,
Penner, M. H., Reid, D. S., Schwartz, S.
J., Shoemaker, C. F., Smith, D. and
Sporns, P. (eds). John Wiley & Sons,
Incorporated. Hoboken, NJ. pp 463 -
470.
Williams, C. A. and Grayer, R. J. 2004.
Anthocyanins and other flavonoids.
Natural Products Reports. 21: 539 -
573.
Wrolstad, R. E. 2005. Bioactive Food
Components. In: Handbook of Food
Analytical Chemistry: Pigments,
Colorants, Flavors, Texture, and
Bioactive Food Components. Wrolstad,
R. E., Acree, T. E., Decker, E. A.,
Penner, M. H., Reid, D. S., Schwartz, S.
J., Shoemaker, C. F., Smith, D. and
Sporns, P. (eds). John Wiley & Sons,
Incorporated. Hoboken, NJ. p 459.
Vermerris, Wilfred and Ralph Nicholson. 2006.
Phenolic Compound Biochemistry.
Netherlands: Springer.
Xu, H.X., Wan, M., Dong, H., But, P.P.H., and
Foo, L.Y. 2000. Inhibitory Activity of
Flavonoids and Tannins Against HIV-
1Protease. Biological Pharmacological
Bulletin. 23: 1072 – 1076.
Yulizar, Yoki. 1993. Studi Isolasi dan
Penentuan Struktur Molekul Senyawa
Kimia dalam Fraksi n-heksana Kulit
Batang Tanaman Kecapi (Sandoricum
koetjape (Burm.f.) Merr.). Penelitian
Tanaman Obat di Beberapa Perguruan
Tinggi di Indonesia Vol. IV (1994) No.
227. Jakarta: Puslitbang Farmasi.

69

Anda mungkin juga menyukai