Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1

Dasar Teori

II.1.1 Teori Ringkas


Pada awal abad ke-19, Materia Medika terbagi menjadi
farmakologi dan farmakognosi dan merupakan masa ilmu farmakognosi
yang menggunakan bahan alam sebagai obat. Tidak hanya dalam bentuk
bahan alam, atau sediaan galenik (ekstrak, tinktura, infusa atau yang lain)
tetapi telah dilakukan isolasi dari ekstrak tanaman bahkan ada beberapa
yang telah disintesis agar dapat dipergunakan dalam pengobatan (Amin,
2010).
Farmakognosi berasal dari dua kata Yunani: yaitu pharmakon yang
berarti obat dan gnosis yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi farmakognosi
berarti pengetahuan tentang obat (Amin, 2010).
Farmakognosi adalah sebagai bagian biofarmasi, biokimia dan
kimia sintesa, sehingga ruang lingkupnya menjadi luas. Sedangkan di
Indonesia saat ini untuk praktikum Farmakognosi hanya meliputi segi
pengamatan makroskopis, nmikroskopis dan organoleptis yang seharusnya
juga mencakup identifikasi, isolasi dan pemurnian setiap zat yang
terkandung dalam simplisia dan bila perlu penyelidikan dilanjutkan ke
arah sintesa. Sebagai contoh : Chloramphenicol dapat di buat secara
sintesa total, yang sebelumnya hanya dapat diperoleh dari biakkan
cendawan Streptomyces venezuela (Widyastuti, 2003)
Budidaya tanaman obat pada hakekatnya adalah suatu cara
pengelolaan sehingga tanaman obat dapat mendatangkan hasil tinggi dan
bermutu baik. Keadaan ini bisa terjadi bila tanaman dapat tumbuh pada
lingkungan yang sesuai, antara lain pada kesuburan tanah sperti iklim yang
sesuai dengan teknologi tepat guna.
II.1.2 Simplisia

Pengertian simplisia menurut Farmakope Indonesia Edisi III,


adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapaun juga kecuali dinyataka lain berupa bahan yang telah
dikeringkan (Dirjen POM, 1979).
Simplisia terbagi 3 golongan yaitu (Amin, 2010) :
1. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian
tanaman dan eksudat tanaman. Eskudat tanaman ialah isi yang spontan
keluar dari tanaman atau isi sel yang dikeluarkan dari selnya, dengan
cara tertentu atau zat yang dipisahkan dari tanamannya dengan cara
tertentu yang masih belum berupa zat kimia murni.
2. Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh, bagian hewan
atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat
kimia murni.
3. Simplisia mineral adalah simplisia yang berupa bahan pelikan
(mineral) yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana
dan belum berupa zat kimia murni.
Selain ketiga jenis simplisia diatas juga terdapat hal lain, yaitu benda
organik asing yaitu (Amin, 2010):
1) Fragmen, merupakan bagian tanaman asal simplisia selain bagian
tanaman yang disebut dalam paparan makroskopik, atau bagian
sedemikian nilai batasnya disebut monografi.
2) Hewan hewan asing, merupakan zat yang dikeluarkan oleh hewan,
kotoran hewan, batu tanah atau pengotor lainnya.
Kecuali yang dinyatakan lain, yang dimaksudkan dengan benda asing
pada simplisia nabati adalah benda asing yang berasal dari tanaman.
Simplisia nabati harus bebas serangga, atau kotoran hewan, tidak boleh
mengandung lendir, atau cendawan, atau menunjukkan adanya zat
pengotor lainnya pada perhitungan penetapan kadar abu yang tidak larut
dalam asam, kadar abu yang larut dalam air, sari yang larut dalam air, atau
sari yang larut dalam etanol didasarkan pada simplisia yang belum
ditetapkan susut pengeringannya (Amin, 2010).

II.1.3 Pemeriksaan Simplisia


Tujuan pemeriksaan mutu simplisia agar diperoleh simplisia yang
memenuhi persyaratan umum yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan
RI dalam buku-buku resmi seperti Materia Medika Indonesia, Farmakope
Indonesia, dan Ekstra Farmakope Indonesia. Pemeriksaan mutu simplisia
terdiri atas pemeriksaan :
1. Identifikasi, meliputi pemeriksaan :
a. Organoleptik, yaitu pemeriksaan warna, bau dan rasa dari
bahan/simplisia. Dalam buku resmi dinyatakan pemerian yaitu
memuat paparan mengenai bentuk dan rasa yang dimaksudkan
untuk dijadikan petunjuk mengenal simplisia nabati sebagai syarat
baku.
b. Makroskopik,

yaitu

memuat

uraian

makroskopik

paparan

mengenai bentuk ukuran, warna, dan bidang patahan/irisan.


c. Mikroskopik, yaitu memuat paparan anatomis, penampang
melintang simplisia, fragmen pengenal serbuk simplisia, meliputi
uraian mengenai :
1) Jaringan pada batang, akar dan rimpang, terdiri dari :
a. Jaringan primer (epidermis, korteks, endodermis, caspari,
perisikel, silinder pusat dan empulur)
b. Jaringan sekunder (periderm, felogen, dan ritidom)
c. Perubahan susunan silinder pusat atau pertumbuhan
sekunder.
2) Jaringan Pada daun, terdiri dari :
a. Tipe stomata
b. Jenis Rambut (rambut penutup, dan rambut kelenjar)
3) Jaringan pada daun, batang, dan akar, terdiri dari :
a. Tipe sel Idioblas
b. Tipe sel Sklerenkim

d. Tetapan Fisika, meliputi pemeriksaan indeks bias, bobot jenis, titik


lebur, rotasi optik, mikrosublimasi, dan rekristalisasi.
e. Kimiawi, meliputi reaksi: warna, pengendapan, penggaraman,
logam, dan kompleks.
f. Biologi, meliputi pemeriksaan mikrobiologi seperti penetapan
angka kuman, pencemaran, dan percobaan terhadap hewan.
2. Analisis bahan, meliputi penetapan jenis konstituen (Zat kandungan),
kadar konstituen (kadar abu, kadar sari, kadar air, kadar logam), dan
standarisasi simplisia.
3. Kemurnian, meliputi kromatografi : Kinerja tinggi, Lapisan Tipis,
Kolom, Kertas, dan gas, untuk menentukan senyawa / komponen kimia
tunggal dalam simplisia hasil metabolit primer dan sekunder tanaman.
II.1.4 Identifikasi Kandungan Simplisia
Tumbuhan menghasilkan bermacam-macam golongan senyawa
organik yang melimpah yang sebagian besar dari senyawa itu tidak
nampak secara langsung dalam pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
tersebut. Zat-zat kimia ini secara sederhana dirujuk sebagai senyawa
metabolit sekunder yang keberadaannya terbatas pada spesies tertentu
dalam kingdom tumbuhan. Senyawa-senyawa yang tergolong ke dalam
kelompok metabolit sekunder ini antara lain: alkaloid, flavonoid, kuinon,
tanin dan minyak atsiri (Idrus, 2013).
1. Alkaloid
Alkaloid dari tanaman kebanyakan merupakan senyawa amina
tersier dan yang lainnya terdiri dari nitrogen primer, sekunder, dan
quartener (Poither, 2000). Semula alkaloid mengandung paling sedikit
satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan sebagian besar
atom nitrogen ini merupakan cincin aromatis (Achmad, 1986).
Berdasarkan asam amino penyusunnya, alkaloid asiklis yang berasal
dari asam amino ornitin dan lisin. Alkaloid aromatis jenis fenilanin
berasal dari fenilalanin, tirosin dan 3,4-dihidrosifenilalanin. Alkaloid
indol yang berasal dari trifon.

Untuk mengetahui senyawa alkaloid, digunakan reagen wagner


ditandai dengan terbentuknya endapan. Endapan tesebut diperkirakan
adalah kalium-alkaloid. Pada pembuatan pereaksi wagner, iodium
bereaksi dengan I- dari kalium iodida menghasilkan ion I3- yang
berwarna coklat pada uji wagner, ion logam K+ akan membentuk
ikatan kovalaen koordinat dengan nitrogen pada alkaloid membentuk
kompleks kalium-alkaloid yang mengendap (Marliana, dkk., 2005).
2. Glikosida
Glikosida merupakan salah satu kandungan aktif tanaman yang
termasuk dalam kelompok metabolit sekunder. Di dalam tanaman
glikosida tidak lagi diubah menjadi senyawa lain, kecuali bila memang
mengalami peruraian akibat pengaruh lingkungan luar (misalnya
terkena panas dan teroksidasi udara).
Glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan dua bagian
senyawa, yaitu gula dan bukan gula. Keduanya dihubungkan oleh
suatu ikatan berupa jembatan oksigen (O glikosida, dioscin),
jembatan nitrogen (N-glikosida, adenosine), jembatan sulfur (Sglikosida, sinirgin), maupun jembatan karbon (C-glikosida, barbaloin).
Bagian gula biasa disebut glikon sedangkan bagian bukan gula disebut
sebagai aglikon atau genin. Apabila glikon dan aglikon saling terikat
maka senyawa ini disebut sebagai glikosida.
3. Tannin
Tannin merupakan gambaran umum senyawa golongan polimer
fenolik (Cowan, 1999). Tannin merupakan bahan yang dapat merubah
kulit mentah menjadi kulit siap pakai karena kemampuannya
menyambung silangkan protein dan mengendapkan gelatin dalam
larutan.
Untuk mengetahui senyawa

tannin, digunakan larutan gelatin dan

FeCl3. Perubahan warna yang terjadi karena penambahan FeCl3 karena


terbentuknya Fe3+- tanin dan Fe3+- polifenol. Atom oksigen pada
tannin dan polifenol mempunyai pasangan elektron yang mampu

mendonorkan elektronnya pada tannin dan polifenol mempunyai


pasangan elektronyang mampui mendonorkan elektronnya pada Fe3+
yang mempunyai orbital d kosong membentuk ikatan kovalen
koordinat sehingga menjadi suatu kompleks (Syarifuddin, 1994).
4. Flavonoid
Salah satu kelas yang banyak tersebar dari senyawa fenolat
adalah flavonoid. Golongan ini memberikan warna pada buah dan
bunga. Flavonoid telah banyak dikarakterisasi dan digolongkan
berdasarkan struktur kimianya. Flavonoid adalah senyawa fenolat yang
terhidroklisasi dan merupakan senyawa C6-C3-C6 dimana C6 diganti
dengan cincin benzena dan C3 adalah rantai alifatik yang terdiri dari
cincin piran. Ada 7 tipe flavonoid yaitu flavon, flavonol, khalkon,
xanton, isoflavon, dan biflavon.
Uji flavonoid dengan HCl untuk mendeteksi senyawa yang
mengandung inti benzopiranon. Warna merah atau warna ungu yang
terbentuk merupakan garam benzopirilium, yang disebut juga garam
flavilium (Achmad, 1986).
5. Saponin
Saponin mempunyai bagian utama berupa turunan triterpen
dengan sedikit steroid. Residu gula dihubungkan oleh gugugs OH
biasanya C3-OH dari aglikon (monodesmoside saponin) dan jarang
dengan 2 gugus OH atau satu gugus OH dan satu gugus karboksil (bisdesmiside sponin).
Saponin

dapat

diketahui

Timbulnya busa menunjukan adanya

dengan

penambahan

glikosida

air.

yang mampu

membentuk buih dalam air. Senyawa glikosida terhidrolisis menjadi


glukosa dan aglikon. Saponin adalah suatu glikosida yang mungkin
ada pada banyak macam tanaman. Saponin ada pada seluruh tanaman
dengan kosentrasi tinggi macam tanaman pada bagian-bagian tertentu,
dan dipengaruhi oleh varietas tanaman dan tahap pertumbuhan.
6. Terpenoid

Terpenoid adalah senyawa yang mengandung karbon dan


hydrogen, atau karbon, hydrogen dan aksigen yang tidak

bersifat

aromatis. Terfenoid merupakan senyawa-senyawa yang mudah


menguap terdiri dari 10 atom C dan merupakan senyawa penyusun
minyak atsiri. Terpenoid dengan titik didih yang lebih tinggi disususn
oleh diterpen (C20), triterpen (C30), dan tertaterpen (C40) dengan
penambahan atom oksigen.
II.2

Uraian Tanaman

II.2.1 Salam (Syzygium polyanthum)


1. Taksonomi Salam (Syzygium polyanthum)
Kerajaan : Plantae
Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Myrtales

Famili

: Myrtaceae

Genus

: Syzygium

Spesies

: Syzygium polyanthum

(Dalimartha, 2009)
2. Morfologi Salam (Syzygium polyanthum)
Salam tumbuh liar di hutan dan pegunungan, atau ditanam di
pekarangan dan sekitar rumah. Pohon ini dapat ditemukan di daerah
dataran rendah sampai ketinggian 1400 m dpl (Dalimartha, 2009).
Pohon, tinggi mencapai 25 m, batang bulat, permukaan licin,
bertajuk rimbun, dan berakar tunggang. Daun tunggal, letak
berhadapan, panjang tangkai daun 0,5-1 cm. helaian daun berbentuk
lonjong sampai elips atau bundar telur sungsang, ujung meruncing,
pangkal runcing, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan atas licin,
berwarna hijau muda, panjang 5-15 cm, lebar 3-8 cm, jika diremas
berbau harum. Bunga majemuk tersusun dalam malai yang keluar dari
ujung ranting, berwarna putih, baunya harum. Buahnya buah buni,
bulat, diameter 8-9 mm, buah muda berwarna hijau, setelah masak

menjadi merah gelap, rasanya agak sepat. Biji bulat, diameter sekitar 1
cm, berwarna cokelat (Dalimartha, 2009).
3. Kandungan Salam (Syzygium polyanthum)
Kandungan Salam (Syzygium polyanthum) yaitu antara lain
mengandung Minyak atsiri, (Sitral, eugenol), tannin, dan favanoid
(Dalimartha, 2009).
4. Khasiat dan Manfaat Salam (Syzygium polyanthum)
Daun digunakan untuk pengobatan: Kolesterol tinggi, diare, kencing
manis (diabetes mellitus), tekanan darah tinggi (hipertensi), sakit maag
(gastritis) (Dalimartha, 2009).
II.2.2 Pepaya (Carica papaya)
1. Taksonomi Pepaya (Carica papaya)
Regnum

: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Brassicales

Familia

: Caricaceae

Genus

: Carica

Spesies

: Carica papaya

Pepaya (Carica
papaya)

(Dalimartha, 2009)
2. Morfologi Pepaya (Carica papaya)
Pepaya merupakan tanaman buah, tumbuh pada tanah lembap yang
subur dan tidak tergenang air. Tanaman yang berasal dari Amerika
Tengah ini berubah sepanjang tahun dimulai pada 6-7 bulan, mulai
berkurang setelah berumur 4 tahun. Tanaman ini tumbuh cepat dan
bisa ditemukan dari dataran rendah sampai 1.000 m dpl. Semak
berbentuk pohon, tumbuh tegak, tinggi 2,5-8 m, batang bulat berongga.
Daun berkumpul di ujung batang dan ujung percabangan, tangkai bulat
silindris, beronnga dan panjang 25-100 cm. Bunga jantan berkumpul
dalam

tandan,

mahkota

berbentuk

terompet,

berwarna

putih

kekuningan, Buah bentuk buni yang bentuk, ukuran, warna maupun

rasa daging buah bisa bermacam-macam. Biji banayak, bentuk bulat,


permukaaan berkerut, berwarna hitam. Buah, bunga, daun muda, dan
batang muda dapat dimakan. Buah muda di sayur, yang mengkal
dirujak atau dimanisan, yang masak dimakan sebagai buah potong
(Dalimartha, 2009).
3. Kandungan Pepaya (Carica papaya)
Daun mengandung enzim papain, buah mengandung enzim
proteoliyik yang menyerupai enzim pepsin, biji mengandung
glukosida, getah mengandung papain (Dalimartha, 2009).
4. Khasiat dan Manfaat Pepaya (Carica papaya)
Berkhasiat

memacu

enzim

pencernaan,

peluru

empedu,

menguatkan lambung dan antiscorbut (Dalimartha, 2009).


II.2.3 Jambu Biji (Psidium guajava L)
1. Taksonomi Jambu Biji (Psidium guajava L)
Divisio

: Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae
Class

: Dicotyledoneae

Ordo

: Myrtales

Famili

: Myrtaceae

Genus

: Psidium

Species

: Psidium guajava L

Jambu Biji

(Psidium guajava L)

(Dalimartha, 2008)
2. Morfologi Jambu Biji (Psidium guajava L)
Tanaman jambu biji bentuk batangnya berkayu, keras, kulit batang
licin mengelupas, berwarna coklat kehijauan. Daun tunggal, bertangkai
pendek, letak berhadapan, daun muda berambut halus, permukaan
danu atas tua daun muda berambut licin. Helaian daun berbentuk bulat
telur agak jorong, ujung tumpul, pangkal membulat, tepi rata agak
melekuk keatas, pertulangan menyirip, panjang 6-14 cm, lebar 3-6 cm,
berwarna hijau. Bunga tunggal, bertangkai, keluar dari ketiak daun,
berkumpul 1-3 bunga, berwarna putih. Buahnya buni, berbentuk bulat

sampai bulat telur, berwarna hijau sampai hijau kekuningan. Daging


buah tebal, buah yang agak masak bertekstur lunak, berwarna putih
kekuningan atau merah jambu. Biji buah mengumpul ditengah, kecilkecil dan keras, berwarna kuning kecoklatan. Pohon jambu biji dapat
menjulang tinggi sekitar 15 meter keatas dan dapat diperbanyak
dengan biji, okulasi, atau tunas yang berakar (Dalimartha, 2008).
3. Kandungan Jambu Biji (Psidium guajava L)
Daun-daun jambu biji mengandung zat samak sekitar 9%, minyak
asiri berwarna kehijauan yang mengandung eugeno sekitar 0,45,
minyak lemak 65, dammar 3%, triterpenoid asam laktat, asam apfel
dan garam-garam mineral. Buah mengadung asam amino (tritofan,
lisin), pectin, kalsium, fosfor, besi, mangan, magnesium, belerang, dan
vitamin (A, B1 dan C). Saat menjelang matang, kandungan vitamin C
dapat mencapai 3-6 skali lipat lebih tinggi dari jeruk (Dalimartha,
2008).
Jambu biji kaya dengan serat yang larut dalam air, terutama
dibagian kulitnya sehingga dapat mengganggu penyerapan gukosa dan
lemak yang berasal dari makanan dan membuangnya keseluruh tubuh
(Dalimartha, 2008).
4. Khasiat dan Manfaat Jambu Biji (Psidium guajava L)
Daun jambu biji ternyata memiliki khasiat tersendiri bagi tubuh
kita, baik untuk kesehatan ataupun untuk obat penyakit tertentu. Dalam
penelitian yang telah dilakukan ternyata daun jambu biji memiliki
kandungan yang banyak bermanfaat bagi tubuh kita. Diantaranya, anti
inflamasi, anti mutagenik, anti mikroba dan analgesik. Beberapa
senyawa kimia yang terkandung dalam daun jambu biji seperti,
polifenol, karoten, flavonoid dan tannin. Dengan begitu banyaknya
kandungan yang terdapat dalam daun jambu biji tersebut, diperkirakan
memiliki anti oksidan yang erat khasiatnya dalam mengobati berbagai
penyakit. Daun jambu biji itu dapat bermanfaat ( berkhasiat ) antara
lain yaitu : untuk pengobatan Diare, Sariawan, Kencing manis,

Ambeien, Kembung pada anak dan masih banyak khasiat yang lainnya.
Jadi kita gunakan terlebih dahulu pengobatan herbal karena
pengobatan herbal itu tidak begitu beresiko bagi kesehatan manusia
dan sebenarnya paling baik itu adalah pengobatan yang alami, yang
tidak ada unsur zat-zat kimia (Rismunandar, 1989).
II.2.4 Kunyit (Curcuma domestica)
1. Taksonomi Kunyit (Curcuma
domestica)
Kingdom

: plantae

Divisio

: Spermatophyta

Sub-divisi

: Angiospermae

Kelas

: Monocotyledoneae

Ordo

: Zingiberales

Famili

: Zungiberaceae

Genus

: Curcuma

Species

: Curcuma domestica Val.

Kunyit (Curcuma
domestica)

(Sumiati, 2004)
2. Morfologi Kunyit (Curcuma domestica)
Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 cm.
Batang merupakan batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang
dengan warna hijau kekuningan dan tersusun dari pelepah daun (agak
lunak). Daun tunggal, bentuk bulat telur (lanset) memanjang hingga
10-40 cm, lebar 8-12,5 cm dan pertulangan menyirip dengan warna
hijau pucat. Berbunga majemuk yang berambut dan bersisik dari pucuk
batang semu, panjang 10-15 cm dengan mahkota sekitar 3 cm dan
lebar 1,5 cm, berwarna putih/kekuningan. Ujung dan pangkal daun
runcing, tepi daun yang rata. Kulit luar rimpang berwarna jingga
kecoklatan, daging buah merah jingga kekuning-kuningan (Sumiati,
2006).
3. Kandungan Kunyit (Curcuma domestica)

Beberapa kandungan kimia dari rimpang kunyit yang telah


diketahui yaitu minyak atsiri atsiri sebanyak 6% yang terdiri dari
golongan

senyawa

zingiberan,alfa

dan

monoterpedan
betaturmerone).

sesquiterpen
Zat

warna

(meliputi

kuning

yang

disebut kurkuminoid sebanyak 5 % (meliputi kurkumin 50-60%,


monodesmetoksikurkumin

dan

bidesmetoksikurkumin).

Protein,

fosfor, kalium, besi dan vitamin c. dari ketiga seyawa kurkumin


merupakan komponen terbesar. Sering kadar total kurkuminoid
dihitung sebagai % kurkumin, karena kandungan kurkumin paling
besar dibanding komponen kurkuminoid lainnya.

Karena alasan

tersebut beberapa penelitian baik fitokimia maupun farmakologi lebih


ditekankan pada kukurmin (Sumiati, 2004).
4. Khasiat dan Manfaat Kunyit (Curcuma domestica)
Kunyit (Curcuma domestica) berkhasiat sebagai Antioksidan dan
anti flamasi dan bermanfaat untuk mengobati Diabetes melitus, Tifus,
Usus buntu, Disentri, Sakit keputihan; Haid tidak lancar, Perut mulas
saat haid, Memperlancar ASI; Amandel, Berak lendir, Morbili,
Cangkrang (Waterproken) (Sumiati, 2004).
II.3

Uraian Bahan

II.3.1 Air Suling (Dirjen POM, 1979; Dirjen POM, 1995)


Nama Resmi

Aqua destilata

Nama Lain

Air Suling / aquadest

RM/BM

H2O / 18,02

Rumus strukur

Pemerian

: Cairan jernih, tidak berwarna, dan tidak berbau

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan

: Sebagai pelarut

II.3.2 Alkohol (Dirjen POM, 1979; Dirjen POM, 1995)


Nama resmi

: Aethanolum

Nama lain

: Etanol

RM/BM

: C2H5OH /46,07

Rumus struktur

H H
H

Pemerian

C C O H
H H

: Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna,


baunya khas dan menyebabkan rasa terbakar pada
lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu rendah
dan mendidih pada suhu 78 C. Mudah terbakar

Kelarutan

: Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan


semua pelarut organik

Khasiat

: Zat tambahan, desinfektan

Kegunaan

: Membersihkan alat yang akan digunakan dari jamur,


bakteri, air maupun minyak yang menempel, untuk
penyari atau sebagai cairan penyari

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api

II.3.3 Asam asetat (Dirjen POM, 1979; Dirjen POM, 1995).


Nama resmi

: Acidum aceticum

Nama lain

: Cuka

RM/BM

: C2H4O2 / 60,05 g/mol

Rumus struktur

Pemerian

: Cairan jernih; tidak berwarna, bau menusuk, rasa


asam, tajam

Kelarutan

: Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%), dan


dengan gliserol.

Kegunaan

: Sebagai pelarut

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat

II.3.4 Asam sulfat (Dirjen POM, 1979; Dirjen POM, 1995).


Nama resmi

: Acidum sulfuricum

Nama lain

: Asam sulfat

BM/ RM

: 98,07 g/mol/ H2SO4

Rumus sturktur

Pemerian

: Cairan

kental

berwarna;

jika

seperti

minyak,

ditambahkan

korosif,
ke

dalam

tidak
air

menimbulkan panas.
Kelarutan

: Larut dalam air

Kegunaan

: Sebagai pelarut

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat

II.3.5 Etanol (Dirjen POM, 1979; Dirjen POM, 1995).


Nama Resmi

: Etil Alkohol / etanol

Nama Lain

: Etil alkohol; hidroksietana; alkohol; etil hidrat;


alkohol absolut

BM/ RM

: 46,07 g/mol/ C2H5OH

Pemerian

: Cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak


berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering
digunakan dalam kehidupan sehari-hari

Kelarutan

: Bercampur dengan air dan pelarut organik

Kegunaan

: Sebagai pelarut

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat

II.3.6 HCL (Dirjen POM, 1979; Dirjen POM, 1995).


Nama resmi

: Acidum Hydrochloridum

Nama lain

: Asam klorida

BM / RM

: 36,46 g/mol/ HCl

Pemerian

: Cairan tidak berwarna; berasap; bau merangsang.


Jika diencerkan dengan 2 bagian air, asao dan bau
hilang.

Kegunaan

: Sebagai pelarut

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat

II.3.7 NaOH (Dirjen POM, 1979; Dirjen POM, 1995).


Nama resmi

: Natrii hydroxydum

Nama lain

: Natrium hidroksida

RM/BM

: NaOH /40,00 g/mol

Rumus struktur

H H
H

Pemerian

C C O H
H H

: Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping,


kering, rapuh dan mudah meleleh basah. Sangat
alkalis dan korosif. Segera menyerap CO2

Kelarutan

: Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%) .

Khasiat

Kegunaan

: Sebagai zat tambahan

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api

II.3.8 N-Heksan (Dirjen POM, 1979; Dirjen POM, 1995).


Nama resmi

: n-heksana

RM/BM

: C6H14/ 86.18 g/mol

Pemerian

: Cairan tak berwarna, dapat dibakar

Kelarutan

: Dalam keadaan standar senyawa ini merupakan


cairan tak berwarna yang tidak larut dalam air.

II.4

Kegunaan

: Pelarut organik

Penyimpanan

: Dalam wadah yang tertutup rapat

Prosedur Kerja
a) Identifikasi Alkaloid
1. Timbang 250 ml serbuk simplisia
2. Tambahkan 0,5 ml HCL 2 N dan 9 ml Aquades, panaskan diatas
penangas air selama 2 menit, saring.
3. Pindahkan masing-masing 3 tetes pada gelas arloji yang berbeda
4. Tambahkan 2 tetes Bauchardat LP pada larutan I dan Mayer LP
pada larutan II

5. Amati perubahan warna yang terjadi


b) Identifikasi Saponin
1. Masukkan 0,5 g serbuk yang diperiksa ke dalam tabung reaksi,
tambahkan 10 ml air panas
2. Didinginkan dan kocok kuat-kuat selama 10 menit
3. Amati perubahan yang terjadi

c) Pengamatan suberin, kutin, minyak lemak, dan minyak atsiri


1. Tambahkan III LP pada bahan (berupa serbuk simplisia) yang
diperiksa diatas kaca objk
2. Biarkan selama 30 menit dalam bejana tertutup yang berisi etano
90%
3. Amati preperat tersebut dengan mikroskop

Anda mungkin juga menyukai