Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TENTANG PENGOMPOSAN SAMPAH ORGANIK (NASI BASI) DENGAN MENGGUNAKAN

MIKROORGAISME LOKAL (MOL)

Disusun Oleh :

NAMA : Elsonpurnama Dhea Wunda

NIM : 221.01011

Program Studi S1Teknik Lingkungan

Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan (STTL)

Mataram
KATA PENGANTAR

Puji syukur keghadirat Tuhan yang maha esa,yang telah memberikan kesehatan pada kita semua,sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Pengomposan Sampah Organik Dengan Menggunakan Mikro Organisme Lokal (MOL)”

Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,kritik dan saran dari banyak pihak sangat saya harapkan
untuk menyempurnakan makalah ini. Akhirnya,ucapan terima kasih saya sampaikan pada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini,saya harapkan makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi smua orang.

Mataram,Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................

A. Latar Belakang....................................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................................
C. Tujuan .................................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................

A. Pengertian Sampah......................................................................................
B. Jenis Sampah

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Daftar Tabel.................................................................................................
B. Lampiran......................................................................................................

BAB 4 PENUTUP...................................................................................................

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akibat dari kurangnya pengolahan sampah sisa makanan restoran/rumah makan yaitu timbulnya masalah kesehatan dan ancaman baru bagi
lingkungan [. Kondisi ini menyebabkan perlu adanya pengolahan sampah makanan yang komprehensif dengan berbagai bantuan organisme.
Upaya yang dilakukan untuk pengolahan sampah sisa makanan, salah satunya, adalah proses pengomposan. Pengolahan sampah organik
biasanya dilakukan dengan pengomposan, pembuatan briket, dan biogas.

Pengolahan sampah organik yang saat ini menjadi salah satu alternatif yang efektif adalah dengan menggunakan larva Black Soldier Fly (BSF).
Larva BSF mampu mengonversi limbah organik (salah satunya sampah sisa makanan) dengan cepat hingga 56% dibandingkan dengan mikroba
dan ini menjadi kelebihan larva BSF sebagai teknologi pereduksi sampah organik. Salah satu produk dari pemberdayaan larva BSF adalah
residu sampah organik yang dapat dijadikan sebagai pupuk organik [9]–[11]. Jenis sampah sisa makanan restoran/rumah makan dapat menjadi
umpan yang baik untuk larva BSF karena memiliki komposisi sampah makanan yang beragam seperti produk hewani, nasi, dan nabati [12].
Penelitian terdahulu menyatakan bahwa proses pengomposan sampah sisa makanan oleh larva BSF membutuhkan waktu 12 hari dengan hasil
reduksi sampah sebanyak 75%.

Selain menggunakan BSF, penggunaan Mikroorganisme Lokal (MOL) juga dapat mereduksi timbulan sampah organik [14]. Mikroorganisme
lokal (MOL) dapat membantu pengomposan dan pembuatan pupuk organik cair sebagai alternatif starter, dimana pada umumnya proses
pengomposan tanpa aktivator membutuhkan waktu paling cepat 2 bulan [15], [16]. Bahan utama untuk membuat MOL terdiri dari karbohidrat
(seperti air cucian beras), glukosa (gula pasir), dan sumber mikroorganisme (salah satunya adalah nasi basi) [17]. Mikroorganisme Lokal yang
dapat dimanfaatkan menjadi MOL salah satunya adalah nasi basi, dimana MOL nasi basi membantu dekomposisi dalam prooses pengomposan
karena kandungan yang terdapat dalam MOL nasi basi berupa Saccharomyces cerevisiae dan Aspergillus sp. Jenis mikroba tersebut berperan
penting dalam pengomposan [18]. Penelitian yang dilakukan sebelumnya, MOL nasi basi dapat melakukan proses pengomposan selama 11 hari
[19]. Penelitian ini ingin mengoptimalkan proses pengolahan sampah sisa makanan sebelum dibuang ke TPA agar mengurangi penumpukan
sampah organik di TPA dan mengamati laju reduksi sampah organik menggunakan larva BSF, MOL nasi
basi, dan penggabungan keduanya. Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh dari penambahan larva BSF dan
MOL nasi basi dalam proses pengomposan untuk melihat laju dekomposisi sampah organik (sampah sisa makanan). Perlakuan untuk setiap
jenis sampah sisa makanan restoran/rumah makan yaitu penambahan Black Soldier Fly (BSF), MOL nasi basi, dan kombinasi keduanya untuk
menganalisis laju dekomposisi sampah sisa makanan restoran. Selain itu dalam penelitian ini melakukan proses pengomposan dengan
menggunakan metode keranjang Takakura yang dimodifikasi, dimana metode pengomposan ini tergolong praktis, mudah, dan tidak
menimbulkan bau dalam pelaksanaannya. Penggunaan metode keranjang Takakura yang dimodifikasi bertujuan untuk melakukan proses
pengomposan yang hasil akhir menggunakan larva BSF, MOL nasi basi, dan kombinasi keduanya akan dianalisis kualitas kompos dan
dibandingkan dengan spesifikasi kompos pada SNI 19-7030-2004

B . Rumusan Masalah

Rumusan masalah berdasarkan latar belakang dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh penambahan larva Black Soldier Fly (BSF) terhadap laju dekomposisi sampah sisa makanan restoran/rumah makan?

2. Bagaimana pengaruh dari pemberian Mikroorganisme Lokal nasi terhadap laju dekomposisi sampah sisa makanan restoran/rumah makan?

3. Bagaimana pengaruh penambahan kombinasi antara larva Black Soldier Fly (BSF) dan Mikroorganisme Lokal (MOL) nasi basi terhadap laju
dekomposisi sampah sisa makanan restoran/rumah makan?

4. Bagaimana kualitas kompos hasil dekomposisi sampah menggunakan larva Black Soldier Fly (BSF) dan MOL nasi basi
C . Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis laju dekomposisi sampah sisa makanan restoran/rumah makan dengan penambahan larva BSF (Black Soldier Fly).

2. Menganalisis laju dekomposisi sampah sisa makanan restoran/rumah makan dengan penambahan Mikroorganisme Lokal (MOL) nasi basi.

3. Menganalisis laju dekomposisi sampah sisa makanan restoran/rumah makan dengan penambahan kombinasi BSF (Black Soldier Fly) dan
Mikroorganisme Lokal (MOL) nasi basi.

4. Menganalisis kualitas kompos hasil dekomposisi sampah menggunakan larva Black Soldier Fly (BSF) dan MOL nasi basi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Sampah

Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik domestik (rumah tangga) maupun industri. Dalam Undang-undang
No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang
berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak
berguna lagi dan dibuang ke lingkungan.

2. Jenis-jenis sampah

Berdasarkan asal atau sumbernya, sampah padat dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu sebagai berikut :

1) Sampah organik, adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati yang dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat biodegradable.
Sampah ini dengan mudah dapat diuraikan melalui proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk
sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa-sisa makanan, pembungkus (selain kertas, karet dan plastik), tepung, sayuran, kulit buah,
daun dan ranting. Selain itu, pasar tradisional juga banyak menyumbangkan sampah organik seperti sampah sayuran, buah-buahan dan lain-lain.

2) Sampah non norganik atau anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan non hayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil
proses teknologi pengolahan bahan tambang. Sampah anorganik dibedakan menjadi sampah logam dan produk-produk olahannya, sampah
plastik, sampah kertas, sampah kaca dan keramik, sampah detergen. Sebagian besar anorganik tidak dapat diurai oleh alam/ mikroorganisme
secara keseluruhan (unbiodegradable). Sementara, sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang lama.
3) Lalat tentara hitam adalah salah satu jenis lalat yang banyak ditemukan di tempat-tempat yang terdapat sampah organik. Black Soldier Fly
atau yang sering dikenal juga BSF adalah termasuk kedalam golongan ordo Diptera, family Stratiomyidae dengan genus Hermetia

MOL (Mikro Organisme Lokal) adalah sekumpulan mikroorganisme yang bermanfaat sebagai starter dalam penguraian., fermentasi bahan
organik menjadi pupuk organik padat maupun cair.

Pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang
memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos
dapat terbentuk lebih cepat.

Proses pengomposan yaitu proses biologis yang memanfaatkan mikroorganisme untuk mengubah material organik seperti kotoran ternak,
sampah, daun, sayuran menjadi kompos, selain itu pengomposan juga bisa diartikan sebagai proses penguraian senyawa yang terkandung dalam
sisa bahan organik dengan suatu perlakuan khusus.
BAB III

PEMBAHASAN

Mikroorganisme Lokal (MOL Nasi Basi) adalah kumpulan mikroorganisme yang diternakan, dimana dalam konsep zero waste mikroorganisme
ini dapat digunakan sebagai starter dalam pembuatan kompos organik. Nasi basi sering dijadikan sebagai limbah dan belum dimanfaatkan
secara optimal yang terbuang begitu saja.

Implementasi kebijakan pengelolaan sampah yang konvensional menyebabkan peningkatan jumlah sarana dan prasarana, terutama tempat
pembuangan akhir yang semakin sulit didapatkan karena keterbatasan lahan. Pengelolaan sampah dengan prinsip 3R sudah ditetapkan
menjadi Strategi Nasional dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2006. Prinsip yang pertama yaitu mengurangi
timbunan sampah di sumber (reduce), menggunakan kembali bahan/material agar tidak menjadi sampah (reuse), dan mendaur ulang bahan
yang sudah tidak berguna menjadi bahan lain yang lebih berguna (recycle).
MOL (Mikro Organisme Lokal) adalah sekumpulan mikroorganisme yang bermanfaat sebagai starter dalam penguraian, fermentasi bahan
organik menjadi pupuk organik padat maupun cair. Selain sampah organik yang berasal dari sampah dapur, terdapat pula sampah organik
yang berasal dari sisa-sisa panen maupun gulma/ bahan-bahan organik lainnya di lahan pertanian. Dalam bidang pertanian, Kementerian
Pertanian dapat berkontribusi dalam teknologi pengelolaan bahan organik terutama untuk peningkatan kesuburan tanah, salah satu
diantaranya adalah penyebaran luasan teknologi MOL yang saat ini telah berkembang dan diterapkan di lahan-lahan usaha pertanian
organik. Sampah berupa bahan organik dapat didaur ulang untuk dijadikan penyubur tanah melalui pendekatan teknologi MOL (Mikro
Organisme Lokal), yaitu Mikroorganisme yang berasal dari substrat atau bahan tertentu dan diperbanyak dengan bahan alami yang
mengandung karbohidrat (gula), protein, mineral dan vitamin

1. Membuat MOL

Pembuatan MOL dengan lama fermentasi lebih dari 3 minggu, tutup wadah fermentasi ada yang terlepas. Lepasnya tutup wadah diduga
akibat tekanan gas yang dihasilkan dari proses fermentasi. Fermentasi MOL dengan dan tanpa penggunaan selang atau saluran udara,
sehingga gas yang dihasilkan dari proses fermentasi dapat disalurkan keluar wadah fermentasi. Selain itu, wadah fermentasi akan ditutup
lebih kuat sehingga tidak mudah terlepas.
Bahan utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber mikroorganisme. Bahan dasar untuk fermentasi
larutan MOL dapat berasal dari hasil pertanian, perkebunan, maupun limbah organik rumah tangga. Karbohidrat sebagai sumber nutrisi
untuk mikroorganisme dapat diperoleh dari limbah organik seperti air cucian beras, singkong, gandum, rumput gajah, dan daun gamal.
Sumber glukosa berasal dari cairan gula merah, gula pasir, dan air kelapa, serta sumber mikroorganisme berasal dari kulit buah yang sudah
busuk, terasi, keong, nasi basi, dan urin sapi.
Proses Pembuatan MOL

1. Mempersiapkan alat yang akan digunakan

Mempersiapkan Ember plastik, pengaduk, selang, botol aqua, gelas ukur, pisau, talenan, baskom

2. Mempersiapkan bahan

Bahan-bahan organik berupa sayuran atau buah-buahan dipotong-potong dengan pisau hingga menjadi bagian yang kecil atau diremas
dengan menggunakan tangan

3. Memproses pembuatan MOL

 Bahan-bahan organik padat yang sudah dipotong-potong dimasukkan kedalam ember.


 Air, molase/gula merah, air kelapa dimasukkan ke dalam ember yang sudah terisi bahan organik untuk membuat MOL.
 Bahan-bahan di dalam ember diaduk agar homogen.
 Ember ditutup untuk mencegah kontaminasi, bisa dipasang selang untuk mengalirkan udara yang terjadi karena proses fermentasi.
Selang dicelupkan ke dalam air dalam botol aqua agar tidak terkontaminasi dengan udara luar.
 Selanjutnya diinkubasikan selama 2 minggu.
 MOL yang sudah jadi akan tercium aroma wangi.
 MOL yang sudah jadi disaring dan dimasukkan dalam wadah botol/jerigen tertutup.
 Disimpan di tempat yang sejuk dan teduh agar MOL tidak cepat rusak.

Pembuatan MOL dekomposer


1. Menyiapkan bahan untuk membuat MOL dekomposer

Bahan : Bekicot, cacing tanah, rayap, akar bamboo, kompos ma tang (15 kg);
Molase 500 mL; Air kelapa tua 2 L; Air bersih 20 L

2. Membuat MOL dekomposer

Bekicot, rayap, cacing tanah digerus sampai halus, selanjutnya dicampur dengan kompos matang dan bamboo di dalam ember yang
berukuran 25-30 L; Kemudian molase, air kelapa dan air bersih dimasukkan ke dalam ember yang telah terisi bekicot, rayap, cacing tanah,
akar bamboo dan kompos matang; Ember ditutup, diletakkan di tempat yang teduh selama 21 hari sampai cairan berwarna lebih pekat.

3. Cara penggunaan

Dua Liter MOL yang telah jadi dicampur dengan air hingga 20 L, disiram lapis demi lapis pada 1 ton bahan kompos (jerami/kotoran
ternak).
Pengguaan MOL
Mikro organisme lokal (MOL) merupakan salah satu aktifvator yang dapat membantu mempercepat proses pengkomposan dan bermanfaat
meningkatkan unsur hara kompos.
Bertambahnya jumlah mikroorganisme dalam MOL yang akan digunakan untuk pengomposan, diharapkan proses pengomposan akan lebih
cepat. Pada proses pengomposan terjadi penguraian (perubahan) yang menyebabkan kadar karbohidrat akan hilang atau turun dan senyawa
N yang larut (amonia) meningkat.
Tanaman yang dipupuk dengan kompos cenderung mempunyai kualitas yang lebih baik daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk
kimia, misalnya: hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak. Kompos mengandung hormon dan vitamin bagi
tanaman, sehingga tanaman lebih tahan dari serangan hama penyakit
Bahan utama MOL terdiri dari komponen karbohidrat, glukosa, dan sumber mikroorganisme. Karbohidrat bermanfaat sebagai sumber nutrisi
bagi mikroorganisme dapat diperoleh dari limbah organik, seperti air cucian beras, singkong, gandum, rumput gajah, ekstrak daun gamal.
Glukosa digunakan sebagai sumber energi bagi mikroorganisme yang dapat berasal dari air kelapa yang ditambahkan gula merah atau gula
pasir (umumnya menggunakan gula merah). Sumber mikroorganisme dapat berasal dari rebung, limbah organik, batang/bonggol pisang dan
kotoran ternak (Ditjenbun, 2018)..
Bahan mikroorganisme lainnya yang mudah didapat berasal dari limbah rumah tangga yang hampir setiap hari diproduksi yaitu nasi basi. Nasi
basi dapat dimanfaatkan untuk menyuburkan tanaman karena memiliki kandungan unsur hara N 0,7 %, P2O5 0,4%, K2O 0,25%, kadar air 62%,
bahan organik 21%, CaO 0,4% dan nisbah C/N 20-25 (Lingga, 1991).

Nasi basi digunakan sebagai media tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme. Penggunaan MOL nasi pada tanaman tidak merusak
lingkungan dan juga tidak berbahaya bagi manusia dan hewan. MOL nasi basi dengan konsentrasi 300 gram nasi basi baik digunakan sebagai
aktivator pembuatan kompos dengan perlakuan dosis 200 ml MOL nasi basi (Harizena, 2012). Jamur pada nasi basi merupakan flora termofilik
yang dapat muncul pada waktu 5 sampai 10 hari berperan sebagai pengurai bahan organik menjadi cairan koloid dengan kandungan besi,
kalsium dan nitrogen yang akhirnya menjadi pupuk. Saraswati & Sumarno (2008) Mikroba berguna (effective microorganism) merupakan
komponen habitat alam yang berfungsi penting dalam mendukung pertanian ramah lingkungan melalui proses dekomposisi bahan organik,
mineralisasi senyawa organik, fiksasi hara, pelarut hara, nitrifikasi dan denitrifikasi.

Beberapa alat yang diperlukan dalam pembuatan MOL seperti jerigen bertutup dengan kapasitas 10 Liter, selang plastik diameter 0,5 cm
dengan panjang 2 meter (sebagai penghubung jerigen dengan botol air mineral bekas), botol air mineral kapasitas 1,5 Liter, saringan, ember,
alat penghalus (blender/alat penumbuk). Bahan utama yang digunakan yaitu menggunakan nasi sisa atau nasi basi yang telah ditumbuhi jamur
berwarna jingga (oranye) sebanyak 1 kg, gula pasir 5 sendok makan, air kelapa 1 Liter dan air 4 Liter. Adapun cara pembuatannya yaitu sebagai
berikut (Anonim, 2019) :

1. Siapkan nasi sisa/basi yang telah berjamur ditandai dengan adanya jamur berwarna jingga (oranye).
2. Lubangi tutup jerigen dengan diameter 0,5 cm, kemudian masukkan selang melalui lubang tersebut. Bagian tepi selang pada tutup botol
ditutupi melingkar dengan menggunakan plastisin untuk menjamin tidak ada celah udara.
3. Lubangi tutup botol air mineral bekas dengan diameter 0,5 cm, kemudian masukkan selang melalui lubang tersebut. Bagian tepi selang pada
tutup botol ditutupi melingkar dengan menggunakan plastisin untuk menjamin tidak ada celah udara. Isilah botol air mineral bekas dengan
air sebanyak setengah bagian. Pastikan ujung selang terendam pada air. Botol inilah yang kemudian disebut sebagai botol indikator. Botol
indikator dibuat untuk mengalirkan gelembung udara hasil proses fermentasi.
4. Siapkan ember lalu masukkan air sebanyak 4 Liter, kemudian tambahkan gula merah/gula pasir dan aduk hingga larut.
5. Masukkan air kelapa. Menurut Budiyanto, (2002) air kelapa merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme selama proses
fermentasi karena air kelapa mengandung 7,27% karbohidrat; 0,29% protein; beberapa mineral antara lain 312 mg L-1 kalium; 30 mg L-
1
magnesium; 0,1 mg L-1 besi; 37 mg L-1 fosfor; 24 mg L-1 belerang; dan 183 mg L-1 klor.
6. Masukkan nasi basi ke dalam larutan tersebut kemudian aduk campuran hingga rata, kemudian disaring.
7. Cairan yang telah disaring tersebut dimasukkan ke dalam jerigen, kemudian tutup rapat dengan penutup yang telah disambungkan
dengan selang plastik ke ke botol indikator.
8. Diamkan selama 7-10 hari dan hindarkan dari sinar matahari langsung. Indikator keberhasilan pembuatan MOL yaitu cairan berbau seperti
tape, tidak berbau busuk, ada gelembung udara pada botol indikator sebagai tanda adanya aktifitas mikrobia pada proses fermentasi.
9. MOL siap digunakan sebagai starter, dekomposer maupun sebagai pupuk cair.
BAB IV

PENUTUP

A . KESIMPULAN

1. Proses pembuatan MOL nasi basi menggunakan nasi sebagai susbstrat utama dan gula pasir sebagai makanan untuk perkembangan
mikroorganisme
2. MOL mempunyai manfaat sebagai starter utama dalam pembuatan pupuk cair,selain itu MOL berpotensi sebagai pendekomposer,pupuk
hayati dan sebagai pestisida organik terutama sebagai fungisida.

B. SARAN

Saran Saran dari hasil penelitian ini ialah lama fermentasi empat minggu dengan bahan asal nasi basi dan ampas tahu dapat digunakan sebagai
pupuk cair mikroorganisme lokal, akan tetapi perlu dilakukan analisis awal pada bahan asal sebelum melakukan fermentasi,
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jendral Perkebunan. 2018. Pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL) dan Matabolit Sekunder Agen Pengendali Hayati (MS-APH).
Kementerian Pertanian. Jakarta.

Harizena, I. N. D. 2012. Pengaruh Jenis dan Dosis MOL terhadap Kualitas Kompos Sampah Rumah Tangga.Skripsi. Konsentrasi Ilmu Tanah
dan Lingkungan Jurusan Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana.Denpasar dalam Analisis Kualitas Kompos Limbah
Persawahan dengan MOL sebagai dekomposer. E-Journal Agroteknologi Tropika ISSN : 2301-6515 Vol 2 No.4 Oktober 2013.

Rao, Subba. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Edisi Kedua. Jakarta: Universitas Indonesia dalam Prosiding Seiminar
Nasional ISSN 2443-1109 Volume 04 Nomor 1.

Saraswati, R dan Sumarno. 2008. Pemanfaatan Mikroba Penyubur Tanah Sebagai Komponen Teknologi Pertanian. Jurnal Iptek Tanaman
Pangan, 3(1) :41- 58.

Anda mungkin juga menyukai