Penerbit
LPPM UNNES
Gedung Prof. Retno Sriningsih Satmoko
Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
i
Hak Cipta @ pada penulis dan dilindungi Undang-Undang
Penerbitan
Hak Penerbitan pada LPPM UNNES.
Gedung Prof. Retno Sriningsih Satmoko
Penyunting
Dr. Emmy Budiartati, M.Pd.
Desain Cover
Lu’lu’ Jauharatul Maknunah
Layout
Lu’lu’ Jauharatul Maknunah
PEMBUATAN PUPUK KOMPOS CAIR ANAEROB/
Angga Sofyana Widyatama;
ii
PRAKATA
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, Modul
yang berjudul “Pembuatan Pupuk Kompos Cair Anaerob” dapat
kami selesaikan. Penyusunan modul ini diharapkan dapat
memberikan informasi tentang bagaimana tips untuk membuat
pupuk kompos cair yang baik dan benar.
Dalam pembuatan modul ini, kami mengucapkan terima kasih
kepada selaku dosen pembimbing kami yang telah berkenan
mengizinkan pembuatan modul ini. Selain itu, ucapan terima kasih
juga kami tujukan kepada kedua orang tua dan teman-teman kami
yang telah memberikan doa, dorongan, serta bantuan kepada kami
sehingga modul ini dapat kami selesaikan.
Demikian, modul ini kami hadirkan dengan segala kelebihan
dan kekurangan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan modul ini, sangat kami harapkan. Semoga modul ini
dapat memberikan manfaat dan pengetahuan bagi pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................... i
HALAMAN PENERBIT .............................................................. ii
PRAKATA..................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI................................................................................ iv
PENDAHULUAN ......................................................................... 1
Pengertian Pupuk Kompos ...................................................... 2
Pengertian Organik Cair ....................................................... 11
Manfaat Kompos .................................................................. 16
Bahan Kompos beserta Fungsinya ........................................ 19
Effective Microorganisms (Em4)........................................... 23
Prinsip Pembuatan Pupuk Kompos ....................................... 26
PEMBUATAN PUPUK KOMPOS CAIR 30
Pembuatan Komposter .......................................................... 31
Pembuatan Starter Kompos .................................................. 35
Pembuatan Pupuk Kompos Cair............................................ 38
PENGAPLIKASIAN PUPUK KOMPOS CAIR ANAEROB .... 41
GLOSARIUM............................................................................. 43
INDEKS ...................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA.................................................................. 46
BIODATA PENULIS ................................................................. 49
iv
PENDAHULUAN
Pengertian Pupuk Kompos
Pengertian Pupuk Organik Cair
Manfaat Kompos
Bahan Kompos Beserta Fungsinya
Effective Microorganisms (EM4)
Prinsip Pembuatan Pupuk Kompos
1
PENGERTIAN
PUPUK
KOMPOS
2
PUPUK KOMPOS
Sampah di kota Semarang volumenya menca-pai 4.500 m3
sehari yang terdiri dari 62% sam-pah organik, dan 38% sampah non
organik. Usaha pengelolaan sampah di masyarakat ke-banyakan
diatasi dengan membakar sampah, dibuang ke sungai atau
dikumpulkan di tem-pat sampah terdekat yang kemudian diangkut
oleh petugas ke TPA Jatibarang. Praktek ini dilakukan dengan
pertimbangan nilai keprak-tisan, sampah segera hilang dari
pandangan mata. Pemikiran ini sebenarnya hanya meny-elesaikan
sementara atau satu item dari sistem pengelolaan sampah. Sampah
menggunung di TPA menyebabkan meningkatnya degradasi
kebersihan lingkungan karena mengeluarkan gas metan yang
menyebabkan global warm-ing, gas ini memiliki daya rusak 23 kali
lebih kuat dari karbon (Dias, 2009; Sony, 2010: Banowati, 2011).
Hal ini juga terjadi di daerah Jimbaran, Bandungan yang
banyak dan menumpuk setiap harinya berupa sayur dan buah.
Penumpukan sayur dan buah tersebut dikarenakan banyaknya
penghasilan sayur dari masyarakat yang tidak seluruhnya terpakai.
Melihat adanya fenomena tersebut tercetuslah sebuah ide yaitu
menggunakan limbah sayur dan buah menjadi pupuk
kompos.Kompos adalah hasil dekomposisi secara parsial/tidak
lengkap dari campuran bahan-bahan organik berbagai macam
mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembap, dan aerobik
. Sebagai salah satu metode pengolahan sampah, pembuatan kompos
(composting) memberikan potensi yang besar dan bermanfaat bagi
petani khususnya dalam meningkatkan produksi tanaman,
menyuburkan tanah tanpa merusak unsur hara yang ada dalam tanah.
Penggunaan pupuk organik berupa kompos telah terbukti
3
memberikan manfaat yang besar bagi kondisi alami tanah jika
dibandingkan dengan pupuk kimia buatan (Murni, 2010). Proses
pembuatan kompos dilakukan dengan cara mengontrol proses
penguraian alami komponen organik di dalam tanah agar kompos
dapat terbentuk lebih cepat.
Penggunaan mikroorganisme lokal (MOL) dapat dilakukan
untuk mempercepat proses penguraian komponen organik menjadi
kompos. Kompos merupakan hasil penguraian dari campuran bahan-
bahan organik yang dapat dipercepat oleh populasi berbagai macam
mikroorganisme dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan
aerobik atau anaerobik (Wikipedia.org).
7
Serat alang-alang banyak mengandung kristal kalsium dan
sulit didegradasi fungi, sedangkan limbah hasil pengolahan sagu
banyak mengandung lignoselulosa. Oleh karena itu pemilihan jenis
mikroba sangat penting dalam upaya mendegradasi bahan organik
dalam keperluan pemrosesankompos. Fungsi dasar dan peran
mikroorganisme selaku pengurai bahan organik penting untuk
dipahami. Proses dekomposisi dapat bermanfaat kepada
mikroorganisme lainnya, dan juga terhadap tumbuhan sebagai
sumber hara. Kesesuaian komposisi bahan organik dan jenis mikroba
yang menyertai proses dekomposisi memiliki keterkaitandengan
produksi hara yang dapat dimanfaatkan tanaman.
Kualitas dan kuantitas produk umbi, rimpang, daun, bunga,
buah atau komponen lainnya seperti bahan ekstrak dan fitofarmaka
yang dihasilkan setiap tanaman memerlukan komposisi bahan
organik yang tepat berkenaan dengan unduhan panen yang
diinginkan. Penggunaan pupuk organik mampu menaikkan minyak
nabati kacang tanah, namun pada jagung menurunkan kandungan
protein biji (Utami, 2008). Serapan hara nitrogen (N) dan fosfor (P)
oleh tanaman brokoli dan petsai yang diberi pupuk kandang ayam
lebih baik dariasal kandang kambing.
Penambahan hijauan Tithonia diversifolia pada pupuk
kandang dapat memperbaiki peningkatan percepatan tumbuh brokoli
dan petsai (Sari, 2008). Hasil pengamatan Rizaldy (2009) pada
komoditas yang sama menyatakan bahwa penggunaan pupuk organik
menghasilkan serapan unsur mikro besi (Fe) dan mangan (Mn),
selain berefek baik terhadap pertumbuhan tanaman.
8
Penggunaan pupuk organik dan pemanfaatanmikroba masih
memberi peluang untuk terusdikembangkan melalui pemilihan bahan
organikmaupun keterlibatan mikroba fungsional yang
terkait dengan dekomposisi bahan organik, sertafungsi ekologisnya
di wilayah perakaran sebagaimikroba yang menguntungkan
tanaman.Sehubungan dengan asumsi tadi maka melaluipengamatan
ini dilakukan upaya formulasi pupukyang terdiri dari campuran
bahan organik daninokulan mikroba. Tanaman sayuran
yangdigunakan dalam merespon formula pupukorganik hayati adalah
wortel, brokoli, dan jagung.Keberhasilan perlakuan diukur melalui
kecepatantumbuh, produk biomassa, dan hasil panen.
Selain hal diatas pengertian kompos adalah pupuk yang
dibuat dari sisa-sisa mahluk hidup baik hewan ataupun tumbuhan
yang dibusukkan oleh yaitu organisme pengurai. Organisme
pengurai atau dekomposer dapat berupa mikroorganisme ataupun
makroorganisme.
Kompos juga berfungsi sebagai sumber hara dan media
tumbuh bagi tanaman. Pupuk Kompos ialah salah satu pupuk organik
buatan manusia yang dibuat dari proses pembusukan sisa-sisa bahan
organik (tanaman maupun hewan).
Proses pengomposan bisa berlangsung secara aerobik dan
anaerobik yang saling menunjang pada kondisi lingkungan tertentu.
Proses ini biasa disebut juga dekomposisi atau penguraian. Proses
pembuatan kompos sebenarnya dapat meniru proses terbentuknya
humus di alam.
Namun dengan cara merekayasa kondisi lingkungan, Kompos
bisa dipercepat proses pembuatannya, ialah hanya dalam jangka
waktu 30 hingga 90 hari. Waktu ini dapat melebihi kecepatan
9
terbentuknya humus secara alami. Dilihat dari proses pembuatannya
terdapat dua macam cara membuat kompos, ialah melalui proses
aerob (dengan udara) serta anaerob (tanpa udara). Kedua metode ini
bisa menghasilkan kompos yang sama baiknya hanya saja bentuk
fisiknya seperti sedikit berbeda.
10
PENGERTIAN
ORGANIK
CAIR
11
PUPUK ORGANIK CAIR
12
bertunas atau saat fase perubahan dari vegetatif ke generatif yang
bisa merangsang pertumbuhan biji dan buah. Untuk mendapatkan
hasil yang maksimal, pemberian pupuk organik cair ini harus
diperhatikan baik takarannya, jangan terlalu berlebih karena dapat
mengundang hama dan penyakit yang bisa mematikan tanaman itu
sendiri.
13
Pupuk organik cair lebih mudah terserap oleh tanaman karena
unsur-unsur di dalamnya sudah terurai. Manfaat dari pemberian
pupuk cair organik adalah:
14
3. Mengandung mikroorganisme yang jarang terdapat dalam
pupuk organic padat.
4. Pencampuran pupuk cair organic dengan pupuk organik dengan
pupuk organik padat mengaktifkan unsur hara yang ada dalam
pupuk organik padat tersebut(Murni, 2010).
Ciri-ciri dari pembuatan pupuk cair yang tidak jadi adalah dari
bau yang dihasilkan, apabila berbau busuk dan menyengat pupuk itu
dinyatakan gagal, hal ini mungkin disebabkan juga karena bahan
yang digunakan sudah mengalami pembusukan, sehingga pada saat
proses fermentasi berlangsung mikroba di dalamnya mengalami
kompetisi dan pada akhirnya sama-sama mengalami kematian.
Adapun faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegagalan dalam
pembuatan pupuk organik cair yaitu kurang tertutupnya tempat
pengomposan sehingga air dan udara masih dapat masuk, tempat
pengomposan terkena sinar matahari langsung sehingga proses
fermentasi menjadi terganggu, dll (Ahmad et al, 2011).
15
MANFAAT
KOMPOS
16
MANFAAT KOMPOS
Aspek Ekonomi:
- Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah.
- Mengurangi volume/ukuran limbah
- Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek Lingkungan:
- Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan
pelepasan gas metana dari sampah organik yang membusuk
akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah
- Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
17
Kelebihan dari pupuk cair organik adalah dapat secara cepat
mengatasi defesiensi hara, tidak bermasalah dalam pencucian hara
dan mampu menyediakan hara secara cepat. Dibandingkan dengan
pupuk cair anorganik, pupuk organik cair umumnya tidak merusak
tanah dan tanaman walaupun sesering mungkin digunakan. Selain
itu, pupuk ini juga memiliki bahan pengikat, sehingga larutan pupuk
yang diberikan ke permukaan tanah bisa langsung digunakan oleh
tanaman. Pupuk cair dikatakan bagus dan siap diaplikasikan jika
tingkat kematangannya sempurna. Pengomposan yang matang bisa
diketahui dengan memperhatikan keadaan bentuk fisiknya, dimana
fermentasi yang berhasil ditandai dengan adanya bercak – bercak
putih pada permukaan cairan. Cairan yang dihasilkan dari proses ini
akan berwarna kuning kecoklatan dengan bau yang menyengat
(Rupani et al. 2010).
18
BAHAN KOMPOS
BESERTA
FUNGSINYA
19
BAHAN KOMPOS BESERTA FUNGSINYA
Pada prinsipnya semua bahan yang berasal dari mahluk hidup atau
bahan organik dapat dikomposkan, diantaranya:
1. Gula, terasi, air kelapa, dan air cucian beras sebagai nutrisi
bakteri untuk hidup dan mempercepat penguraian bahan berupa
sayur dan buah.
20
2. EM4(Effective Microorganisms) merupakan bakteri yang akan
digunakan untuk menguraikan sampah organik berupa sayur dan
buah.
21
5. Bahan berupa sayur dan buah harus di cuci karena untuk
mengurangi adanya bakteri atau organisme lain yang tidak
dbutuhkan saat pengomposan.
22
EFFECTIVE
MICROORGANISMS
(EM4)
23
Effective Microorganisms (EM4)
25
PRINSIP
PEMBUATAN
PUPUK KOMPOS
26
PRINSIP PEMBUATAN PUPUK KOMPOS
Prinsip pengomposan adalah menurunkan C/N rasio bahan
organik sehingga sama dengan tanah (<20). Dengan semakin
tingginya C/N bahan maka proses pengomposan akan semakin lama
karena C/N harus diturunkan. Didalam perendaman bahan – bahan
organik pada pembuatan kompos cair terjadi aneka perubahan hayati
yang dilakukan oleh jasad renik. Perubahan hayati yang penting
yaitu sebagai berikut:
1. Penguraian hidrat arang, selulosa, dan hemiselulosa.
2. Penguraian zat lemak dan lilin menjadi CO2 dan air.
3. Terjadi peningkatan beberapa jenis unsur di dalam tubuh
jasad renik terutama nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium
(K). Unsur-unsur tersebut akan terlepas kembali bila jasad-
jasad renik tersebut mati.
4. Pembebasan unsur hara dari senyawa-senyawa organik
menjadi senyawa anorganik yang berguna bagi tanaman.
Akibat perubahan tersebut, berat, isi bahan kompos tersebut
menjadi sangat berkurang.Sebagian senyawa arang hilang, menguap
ke udara. Kadar senyawa N yang larut (amoniak) akan meningkat.
Peningkatan ini tergantung pada perbandingan C/N bahan asal.
Perbandingan C/N akan semakin kecil berarti bahan tersebut
mendekati C/N tanah. Idealnya C/N bahan sedikit lebih rendah
dibanding C/N tanah (Djuarnani, 2005).
Dalam proses pengomposan, 2/3 dari karbon digunakan sebagai
sumber energi bagi pertumbuhan mikroorganisme dan 1/3 lainnya
untuk membentuk sel bakteri. Perbandingan C dan N awal yang baik
dalam bahan yang dikomposkan adalah 25 – 30 (satuan berat n
kering), sedangkan C/N diakhir proses adalah 12-20. Pada rasio
27
yang lebih rendah, amonia akan dihasilkan dan aktivitas biologi akan
terhambat. Harga C/N tanah adalah 10-20, sehingga bahan – bahan
yang mempunyai nilai C/N mendekati C/N tanah dapat langsung
digunakan (Wijayanti, 2018).
28
Kecepatan suatu bahan menjadi kompos dipengaruhi oleh
kandungan C/N semakin mendekati C/N tanah maka bahan tersebut
akan semakin lebih cepat menjadi kompos. Tanah pertanian yang
baik mengandung unsur C dan N yang seimbang.Setiap bahan
organik mempunyai kandungan C/N yang berbeda. Dalam proses
pengomposan terjadi perubahan yaitu :
1. Karbohidrat, selulosa, hemiselulosa, lemak, dan lilin, menjadi
CO2 dan air.
2. Zat putih telur menjadi amonia, CO2 dan air.
3. Penguraian senyawa organik menjadi senyawa yang dapat
diserap tanaman. Dengan perubahan tersebut, kadar karbohidrat
akan hilang atau turun. Dan senyawa N yang larut (amonia)
meningkat.Dengan demikian, C/N semakin rendah dan relatif
stabil mendekati C/N tanah (Ermadani, 2011).
29
PEMBUATAN PUPUK
KOMPOS CAIR
Pembuatan Komposter
Pembuatan Starter Kompos
Pembuatan Pupuk Kompos Cair
30
PEMBUATAN
KOMPOSTER
31
Pembuatan Komposter
32
Alat:
1. Solder
2. Pisau atau Cutter
3. Palu
4. Gergaji
5. Obeng
Bahan:
1. Tong Sampah Berbentuk Tabung
2. Lem Paralon
3. Kran
4. Kayu
5. Paku
6. Fiber
7. Skrup
Cara Pembuatan
Dalam pembuatan komposter, ada beberapa langkah yang dapat
dilakukan, yaitu:
1. Siapkan alat dan bahan untuk membuat komposter
2. Lubangi bagian bawah tong seukuran kran dengan
menggunakan solder
3. Pasang kran pada lubang yang telah dibuat pada bagian
bawah tong
4. Rekatkan kran dan tong menggunakan lem
5. Tunggu hingga lem kering
6. Ukurlah diameter dari tong sampah
7. Buatlah penyangga dari kayu yang sesuai dengan ukuran
diameter tong sampah dengan tinggi 30 cm
8. Masukkan penyangga kedalam tong sampah
33
9. Siapkan fiber dan lubangi menggunakan solder seperlunya
10. Pasang fiber di atas kayu penyangga dan rekatkan dengan
menggunakan skrup
11. Masukkan air ke dalam komposter sebagai uji coba
kebocoran. Jika tidak terjadi kebocoran,
12. Komposter siap digunakan
34
PEMBUATAN
STARTER
KOMPOS
35
Pembuatan Starter Kompos
Alat:
1. Ember
2. Alat Penghalus
Bahan:
1. Air
2. 2 s/d 3 tutup botol EM4 (Effective Microorganisms 4)
3. Gula Merah
4. Air Kelapa
5. Air Cucian Beras
6. Terasi
Cara Pembuatan
Dalam pembuatan starter kompos, ada beberapa langkah yang dapat
dilakukan, yaitu:
1. Siapkan alat dan bahan untuk membuat stater
2. Haluskan gula merah dan terasi
36
3. Tuang 2 s/d 3 tutup botol EM4 ke dalam ember
4. Masukkan gula merah dan terasi ke dalam ember
5. Tambahkan air kelapa dan air cucian beras ke dalam ember
6. Aduk semua bahan yang telah dicampurkan
7. Tutup starterkompos yang telah dibuat secara rapat dengan
menggunakan plastik atau sesuatu yang dapat menutupi
dengan rapat.
8. Diamkan starter komposselama satu hari satu malam
Catatan:
Starter dapat dikatakan berhasil apabila warna dari stater berwarna
kecoklatan.
37
PEMBUATAN
PUPUK KOMPOS
CAIR
38
Pembuatan Pupuk Kompos Cair
Alat:
1. Komposter
Bahan:
1. Stater
2. Sisa buah-buahan yang sudah dipotong dan dibersihkan
hingga bersih
3. Sisa sayuran yang sudah dipotong dan dibersihkan hingga
bersih
4. Sisa nasi
Cara Pembuatan
1. Siapkan alat dan bahan untuk membuat pupuk kompos cair
2. Masukkan bahan untuk membuat pupuk kompos cair ke
dalam tong sampah dengan ketentuan urutan sebagai
berikut:
- Stater
39
- Sisa buah atau sayuran yang sudah dibersihkan
- Sisa nasi
3. Tambahkan air hingga sisa buah-buahan dan sayuran
terendam sebagian
4. Aduk sisa buah-buahan dan sayuran dengan perlahan
5. Tutup tong dengan rapat dan usahakan tidak ada yang
masuk ke dalam tong
6. Buka tutup tong dalam rentang waktu 2 hari sekali dan
tambahkan buah ataupun sayur yang sudah dipotong-potong
dan dibersihkan, serta tambahkan air secukupnya
- Air ditambahkan dengan cara bertahap dan melingkari
semua bahan
7. Apabila ketika selang 2 hari tutup dibuka dan tidak berbau
asam, tambahkan stater secukupnya
8. Pupuk kompos cair dapat dipanen dalam waktu H+21
pembuatan
Catatan:
Indikasi keberhasilan dari pupuk yang telah dibuat adalah
warna pupuk akan bewarna coklat kehitaman
9. Lakukan proses secara berulang hingga bau dalam tong
tidak asam lagi, Hal tersebut menunjukkan sampah buah
atau sayur harus diganti dan memulai proses pembuatan
dari awal
Catatan:
Sampah buah yang sudah tidak asam, dapat dijadikan
sebagai bahan pupuk padat.
40
PENGAPLIKASIAN
PUPUKKOMPOS
CAIR
41
PENGAPLIKASIAN PUPUK KOMPOS CAIR
Jenis pupuk cair lebih efektif dan efesien jika diaplikasikan
pada batang dan media tanam (kecuali pada metode hidroponik).
Pupuk organik cair bisa berfungsi sebagai perangsang tumbuh.
Terutama saat tanaman mulai bertunas atau saat perubahan dari fase
vegetatif ke generatif untuk merangsang pertumbuhan buah dan biji.
Daun dan bunga tidak disarankan disiram langsung dengan pupuk
cair karena dapat menimbulkan kematian pada tanaman.
42
GLOSARIUM
43
INDEKS
A
L
aerob, 10, 25
anaerob, 10, 12, 25 larutan, 12, 18
limbah, 3, 6, 7, 13, 17, 43, 47
lingkungan, 3, 4, 6, 7, 9, 10, 22
B
buah, 3, 5, 6, 7, 8, 13, 20, 21, 22, M
39, 40, 42
makro, 13
MAKRO, 10
C mikro, 8, 13
C/N, 7, 27, 28, 29 mikroba, 3, 7, 8, 9, 13, 15, 17, 25
cair, 6, 7, 12, 13, 14, 15, 18, 42, mikroorganisme, 4, 7, 8, 9, 14,
47 25, 27, 43
D O
dekomposer, 9 organik, 3
dekomposisi, 3, 8, 9
P
E Pengomposan, 18, 43
EM4, iv, 1, 21, 23, 24, 25, 36, 37, penguraian, 4, 7, 9, 20
43 Penguraian, 27, 29
pupuk, iii, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12,
13, 14, 15, 17, 18, 22, 24, 25,
G 39, 40, 42, 47, 48
gula merah, 36, 37
S
K Sampah, 3, 6, 33, 40, 43, 46
karbon, 3 sayuran, 5, 7, 9, 13, 39, 40
kesuburan, 5, 17 senyawa, 4, 10, 27, 29
kompos, iii, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, starter, 36, 37
12, 13, 22, 27, 29, 36, 37, 39,
40, 46, 47
kompos cair, iii, 6, 27, 39, 40
Komposter, iv, 30, 32, 34, 39, 43
44
T terasi, 20, 36, 37
tunas, 14, 42
tanaman, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 12, 13,
14, 17, 18, 22, 24, 27, 29, 42,
43, 47, 48
45
DAFTAR PUSTAKA
46
Djuarnani, N. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. PT. Agromedia
Pustaka: Jakarta.
Ermadani, A. Muzar. 2011. Pengaruh aplikasi limbah cair pabrik
kelapa sawit terhadap hasil kedelai dan perubahan sifat kimia
tanah ultisol. Jurnal Agronomi Indonesia 39(3): 160-167.
Hasanudin. 2003. Peningkatan dan Ketersediaan Serapan N dan P
serta Hail Tanaman Jagung Melalui Inokulasi, Mikoriza, dan
Azotobakter dan Bahan Organik pada Ultisol. J. Ilmu-Ilmu
Pertanian Indonesia 5(2):83-89.
Khalid, I., O. Sulaiman, R. Hashim, W. Razak. N. Jumhuri, M.S.M.
Rasat. 2015. Evaluationon layering effects and adhesive rates
of laminated compressed composite panelsmade from oil
palm (Elaeis guineensis) fronds. J. Materials and Design. 68:
24-28.
Mandasari M. 2010.Pemanfaatan kompos Titonia
(Tithoniadiversifolia) dan jerami jagung yang diberi Stradec
dan pupuk buatan untuk tanaman jagung (Zea mays
L.)musim tanam ketiga pada Ultisol. Fakultas Pertanian
Universitas Andalas Padang.
Murni, M.C. 2010. Pembuatan Kompos . PT Balai Pustaka ( Persero)
Rizaldy. 2009. Ketersediaan besi (Fe) dan mangan (Mn) dalamhumic
distrudepth dan serapannya akibat pemberianbeberapa bahan
organik pada budidaya tanamantumpangsari tanaman brokoli
(Brassica oleracea) danpetsai (Brassica pekinensis). Institut
Pertanian Bogor.
Rupani, P.F., R.T. Singh, M.H. Ibrahim, N. Esa. 2010. Review of
current palm oil mil effluent (POME) treatment methods:
47
Vermicomposting as a sustainable practice.World Applied
Science Journal. 10(10): 1190-1201.
Simanungkalit RDM, Suriadikarta DA, Saraswati R, Setyorini D dan
Hartatik W. 2009. Teknik Pembuatan Kompos. Balai Besar
Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian.
Sony, 2008.Workshop on Community Based Solid Waste
Management in Indonesia, Makalah, tanggal 16-17Januari
2008, Jakarta: Balai Kartini.
Toharisman, A. 1991. Potensi Dan Pemanfaatan Limbah Industri
Gula Sebagai Sumber Bahan Organik Tanah.
Utami DN. 2008. Respons tanaman kacang tanah dan
jagungterhadap pemberian pupuk organik dari brangkasan
kacang tanah. Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Wawan. 2002. Pengelolaan Subsoil Masam untuk Peningkatan
Produksi Tanaman Pangan. Makalah Falsafah Sains. PPS-
IPB, Bogor.
Wijayanti, S. D, 2018. Pemurnian parsial dan karakterisasi enzim
selulase dari isolate bakteri selulolitik asal mata air gunung
merapi. Universitas Brawijaya. Malang.
48
BIODATA PENULIS
49
50