Anda di halaman 1dari 55

PEMBUATAN

PUPUK KOMPOS CAIR ANAEROB


Angga Sofyana Widyatama

Penerbit

LPPM UNNES
Gedung Prof. Retno Sriningsih Satmoko
Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229

i
Hak Cipta @ pada penulis dan dilindungi Undang-Undang
Penerbitan
Hak Penerbitan pada LPPM UNNES.
Gedung Prof. Retno Sriningsih Satmoko

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk


apapun tanpa izin dari penerbit.
PEMBUATAN PUPUK KOMPOS CAIR ANAEROB
Angga Sofyana Widyatama

Penyunting
Dr. Emmy Budiartati, M.Pd.
Desain Cover
Lu’lu’ Jauharatul Maknunah
Layout
Lu’lu’ Jauharatul Maknunah
PEMBUATAN PUPUK KOMPOS CAIR ANAEROB/
Angga Sofyana Widyatama;

ii
PRAKATA
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, Modul
yang berjudul “Pembuatan Pupuk Kompos Cair Anaerob” dapat
kami selesaikan. Penyusunan modul ini diharapkan dapat
memberikan informasi tentang bagaimana tips untuk membuat
pupuk kompos cair yang baik dan benar.
Dalam pembuatan modul ini, kami mengucapkan terima kasih
kepada selaku dosen pembimbing kami yang telah berkenan
mengizinkan pembuatan modul ini. Selain itu, ucapan terima kasih
juga kami tujukan kepada kedua orang tua dan teman-teman kami
yang telah memberikan doa, dorongan, serta bantuan kepada kami
sehingga modul ini dapat kami selesaikan.
Demikian, modul ini kami hadirkan dengan segala kelebihan
dan kekurangan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan modul ini, sangat kami harapkan. Semoga modul ini
dapat memberikan manfaat dan pengetahuan bagi pembaca.

Semarang, 23 November 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................... i
HALAMAN PENERBIT .............................................................. ii
PRAKATA..................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI................................................................................ iv
PENDAHULUAN ......................................................................... 1
Pengertian Pupuk Kompos ...................................................... 2
Pengertian Organik Cair ....................................................... 11
Manfaat Kompos .................................................................. 16
Bahan Kompos beserta Fungsinya ........................................ 19
Effective Microorganisms (Em4)........................................... 23
Prinsip Pembuatan Pupuk Kompos ....................................... 26
PEMBUATAN PUPUK KOMPOS CAIR 30
Pembuatan Komposter .......................................................... 31
Pembuatan Starter Kompos .................................................. 35
Pembuatan Pupuk Kompos Cair............................................ 38
PENGAPLIKASIAN PUPUK KOMPOS CAIR ANAEROB .... 41
GLOSARIUM............................................................................. 43
INDEKS ...................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA.................................................................. 46
BIODATA PENULIS ................................................................. 49

iv
PENDAHULUAN
Pengertian Pupuk Kompos
Pengertian Pupuk Organik Cair
Manfaat Kompos
Bahan Kompos Beserta Fungsinya
Effective Microorganisms (EM4)
Prinsip Pembuatan Pupuk Kompos

1
PENGERTIAN
PUPUK
KOMPOS

2
PUPUK KOMPOS
Sampah di kota Semarang volumenya menca-pai 4.500 m3
sehari yang terdiri dari 62% sam-pah organik, dan 38% sampah non
organik. Usaha pengelolaan sampah di masyarakat ke-banyakan
diatasi dengan membakar sampah, dibuang ke sungai atau
dikumpulkan di tem-pat sampah terdekat yang kemudian diangkut
oleh petugas ke TPA Jatibarang. Praktek ini dilakukan dengan
pertimbangan nilai keprak-tisan, sampah segera hilang dari
pandangan mata. Pemikiran ini sebenarnya hanya meny-elesaikan
sementara atau satu item dari sistem pengelolaan sampah. Sampah
menggunung di TPA menyebabkan meningkatnya degradasi
kebersihan lingkungan karena mengeluarkan gas metan yang
menyebabkan global warm-ing, gas ini memiliki daya rusak 23 kali
lebih kuat dari karbon (Dias, 2009; Sony, 2010: Banowati, 2011).
Hal ini juga terjadi di daerah Jimbaran, Bandungan yang
banyak dan menumpuk setiap harinya berupa sayur dan buah.
Penumpukan sayur dan buah tersebut dikarenakan banyaknya
penghasilan sayur dari masyarakat yang tidak seluruhnya terpakai.
Melihat adanya fenomena tersebut tercetuslah sebuah ide yaitu
menggunakan limbah sayur dan buah menjadi pupuk
kompos.Kompos adalah hasil dekomposisi secara parsial/tidak
lengkap dari campuran bahan-bahan organik berbagai macam
mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembap, dan aerobik
. Sebagai salah satu metode pengolahan sampah, pembuatan kompos
(composting) memberikan potensi yang besar dan bermanfaat bagi
petani khususnya dalam meningkatkan produksi tanaman,
menyuburkan tanah tanpa merusak unsur hara yang ada dalam tanah.
Penggunaan pupuk organik berupa kompos telah terbukti
3
memberikan manfaat yang besar bagi kondisi alami tanah jika
dibandingkan dengan pupuk kimia buatan (Murni, 2010). Proses
pembuatan kompos dilakukan dengan cara mengontrol proses
penguraian alami komponen organik di dalam tanah agar kompos
dapat terbentuk lebih cepat.
Penggunaan mikroorganisme lokal (MOL) dapat dilakukan
untuk mempercepat proses penguraian komponen organik menjadi
kompos. Kompos merupakan hasil penguraian dari campuran bahan-
bahan organik yang dapat dipercepat oleh populasi berbagai macam
mikroorganisme dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan
aerobik atau anaerobik (Wikipedia.org).

Kompos atau humus adalah sisa – sisa makhluk hidup yang


telah mengalami pelapukan, bentuknya sudah berubah seperti tanah
dan tidak berbau. Kompok memiliki kandungan hara NPK yang
lengkap meskipun persentasenya kecil. Kompos juga mengandung
senyawa – senyawa lain yang sangat bermanfaat bagi tanaman.
4
Kompos ibarat multivitamin bagi tanah dan tanaman. Kompos
memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Kompos akan
mengembalikan kesuburan tanah. Tanah keras akan menjadi lebih
gembur. Tanah miskin aakan menjadi subur. Tanah masam akan
menjadi lebih netral. Tanaman yang diberi kompos tumbuh lebih
subur dan kualitas panennya lebih baik dari pada tanaman tanpa
kompos.
Pada prinsipnya semua bahan yang berasal dari makhluk
hidup atau bahan organik dapat dikomposkan.Seresah, daun-daunan,
pangkasan rumput, ranting, dan sisa kayu dapat
dikomposkan.Kotoran ternak, binatang, bahkan kotoran manusia bisa
dikomposkan.Kompos dari kotoran ternak lebih dikenal dengan
istilah pupuk kandang.Sisa makanan dan bangkai binatang bisa juga
menjadi kompos.Ada bahan yang mudah dikomposkan, ada bahan
yang agak mudah, dan ada yang sulit dikomposkan.Sebagian besar
bahan organik mudah dikomposkan. Bahan yang agak mudah
dikomposkan antara lain: kayu keras, batang, dan bambu. Bahan
yang sulit dikomposkan antara lain adalah kayu-kayu yang sangat
keras, tulang, rambut, tanduk, dan bulu binatang (Yusuf et al., 2004).
Berbeda dengan proses pengolahan sampah yang lainnya,
maka pada proses pembuatan kompos baik bahan baku, tempat
pembuatan maupun cara pembuatan dapat dilakukan oleh siapapun
dan dimanapun. Kompos dapat digunakan untuk tanaman hias,
tanaman sayuran, tanaman buah-buahan maupun tanaman padi
disawah.Bahkan hanya dengan ditaburkan diatas permukaan tanah,
maka sifat-sifat tanah tersebut dapat dipertahankan atau dapat
ditingkatkan. Apalagi untuk kondisi tanah yang baru dibuka,
biasanyatanah yang baru dibuka maka kesuburan tanah akan
5
menurun. Oleh karena itu, untuk mengembalikan atau mempercepat
kesuburannya, maka tanah tersebut harus ditambahkan kompos
(Prasetyo dan Suriadikarta, 2006).
Pada dasarnya pupuk ini berasal dari limbah atau sampah.
Sampah adalah sisa-sisa bahan yang telah mengalami perlakuan,
telah diambil bagian utamanya, telah mengalami pengolahan, dan
sudah tidak bermanfaat, dari segi ekonomi sudah tidak ada harganya
lagi dan dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau
gangguan kelestarian alam Sampah dapat membawa dampak buruk
pada kondisi kesehatan manusia. Bila sampah dibuang secara
sembarangan atau ditumpuk tanpa ada pengelolaan yang baik, maka
akan menimbulkan berbagai dampak kesehatan yang serius.
Tumpukan sampah rumah tangga yang dibiarkan begitu saja akan
mendatangkan tikus got, lalat, kecoa, kutu dan lainnya yang
membawa kuman penyakit (Mandasari, 2010).
1. Sumber sampah yang terbanyak berasal dari pemukiman dan
pasar tradisional. Sampah pasar khususnya, seperti pasar sayur
mayur, pasar buah atau pasar ikan, jenisnya relatif seragam
sebagian besar (95%) berupa sampah organic, sehingga lebih
mudah ditangani. Sampah yang berasal dari pemukiman
umumnya sangat beragam, tetapi secara umum minimal 75 %
terdiri dari sampah organic dan sisanya anorganik
(Wawan, 2002).
2. Sebenarnya permasalahan sampah bisa dikurangi jika
penanganannya dimulai dari rumah ke rumah dengan cara
mengolahnya menjadi kompos. Selama ini pupuk kompos yang
dihasilkan dari sampah organic dalam bentuk padat memang
banyak. Namun, jarang yang berbentuk cair padahal kompos
6
cair ini lebih praktis digunakan, proses pembuatannya relative
mudah dan biaya pembuatan yang dikeluarkan juga tidak terlalu
besar (Hasanudin, 2003).
3. Bahan baku pupuk cair yang sangat bagus dari sampah organic
yaitu bahan organic basah atau bahan organic yang mempunyai
kandungan air tinggi seperti sisa buah – buahan atau sayur –
sayuran. Selain mudah terkomposisi, bahan ini juga kaya akan
nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Semakin besar kandungan
selulosa dari bahan organic (C/N rasio) maka proses
penguraianoleh bakteri akan semakin lama (Rupani et al. 2010).

Penggunaan bahan organik dan pupuk hayati(inokulan


mikroba) banyak diterapkan dalam prosespenyuburan lahan sebagai
tindak pertanian ramahlingkungan. Metode ini tepat diterapkan di
wilayahpertanian dataran tinggi. Sifat fisik dan kimia materiorganik
yang melekat pada tanah dan berinteraksidengan mikroorganisme
dapat membangunlingkungan yang menyuburkan. Terkondisikannya
lingkungan tanah karena asupan bahan organik akanmendukung
ketersediaan dan kemudahantransportasi hara dari tanah ke tanaman.
Hara hasilmineralisasi dapat terikat oleh tanah yangmengandung
bahan organik (berhumus) danmenyebabkan hara tidak mudah
terbawa aliran air.Mikroba berperan dalam perombakan bahan
organik. Kompos limbah tanaman jagung dapatterdekomposisi
dengan baik akibat pemberianinokulan fungi Trichoderma
harzianum. Prosesdegradasi limbah jagung terjadi lebih cepat
apabiladibandingkan dengan proses pengomposan padabahan alang-
alang dan limbah sagu (Cardai, 1997).

7
Serat alang-alang banyak mengandung kristal kalsium dan
sulit didegradasi fungi, sedangkan limbah hasil pengolahan sagu
banyak mengandung lignoselulosa. Oleh karena itu pemilihan jenis
mikroba sangat penting dalam upaya mendegradasi bahan organik
dalam keperluan pemrosesankompos. Fungsi dasar dan peran
mikroorganisme selaku pengurai bahan organik penting untuk
dipahami. Proses dekomposisi dapat bermanfaat kepada
mikroorganisme lainnya, dan juga terhadap tumbuhan sebagai
sumber hara. Kesesuaian komposisi bahan organik dan jenis mikroba
yang menyertai proses dekomposisi memiliki keterkaitandengan
produksi hara yang dapat dimanfaatkan tanaman.
Kualitas dan kuantitas produk umbi, rimpang, daun, bunga,
buah atau komponen lainnya seperti bahan ekstrak dan fitofarmaka
yang dihasilkan setiap tanaman memerlukan komposisi bahan
organik yang tepat berkenaan dengan unduhan panen yang
diinginkan. Penggunaan pupuk organik mampu menaikkan minyak
nabati kacang tanah, namun pada jagung menurunkan kandungan
protein biji (Utami, 2008). Serapan hara nitrogen (N) dan fosfor (P)
oleh tanaman brokoli dan petsai yang diberi pupuk kandang ayam
lebih baik dariasal kandang kambing.
Penambahan hijauan Tithonia diversifolia pada pupuk
kandang dapat memperbaiki peningkatan percepatan tumbuh brokoli
dan petsai (Sari, 2008). Hasil pengamatan Rizaldy (2009) pada
komoditas yang sama menyatakan bahwa penggunaan pupuk organik
menghasilkan serapan unsur mikro besi (Fe) dan mangan (Mn),
selain berefek baik terhadap pertumbuhan tanaman.

8
Penggunaan pupuk organik dan pemanfaatanmikroba masih
memberi peluang untuk terusdikembangkan melalui pemilihan bahan
organikmaupun keterlibatan mikroba fungsional yang
terkait dengan dekomposisi bahan organik, sertafungsi ekologisnya
di wilayah perakaran sebagaimikroba yang menguntungkan
tanaman.Sehubungan dengan asumsi tadi maka melaluipengamatan
ini dilakukan upaya formulasi pupukyang terdiri dari campuran
bahan organik daninokulan mikroba. Tanaman sayuran
yangdigunakan dalam merespon formula pupukorganik hayati adalah
wortel, brokoli, dan jagung.Keberhasilan perlakuan diukur melalui
kecepatantumbuh, produk biomassa, dan hasil panen.
Selain hal diatas pengertian kompos adalah pupuk yang
dibuat dari sisa-sisa mahluk hidup baik hewan ataupun tumbuhan
yang dibusukkan oleh yaitu organisme pengurai. Organisme
pengurai atau dekomposer dapat berupa mikroorganisme ataupun
makroorganisme.
Kompos juga berfungsi sebagai sumber hara dan media
tumbuh bagi tanaman. Pupuk Kompos ialah salah satu pupuk organik
buatan manusia yang dibuat dari proses pembusukan sisa-sisa bahan
organik (tanaman maupun hewan).
Proses pengomposan bisa berlangsung secara aerobik dan
anaerobik yang saling menunjang pada kondisi lingkungan tertentu.
Proses ini biasa disebut juga dekomposisi atau penguraian. Proses
pembuatan kompos sebenarnya dapat meniru proses terbentuknya
humus di alam.
Namun dengan cara merekayasa kondisi lingkungan, Kompos
bisa dipercepat proses pembuatannya, ialah hanya dalam jangka
waktu 30 hingga 90 hari. Waktu ini dapat melebihi kecepatan
9
terbentuknya humus secara alami. Dilihat dari proses pembuatannya
terdapat dua macam cara membuat kompos, ialah melalui proses
aerob (dengan udara) serta anaerob (tanpa udara). Kedua metode ini
bisa menghasilkan kompos yang sama baiknya hanya saja bentuk
fisiknya seperti sedikit berbeda.

Kandungan Pupuk Kompos


Kompos memiliki kandungan yang sudah lengkap baik unsur
hara MAKRO ( N, P, k, Ca, Mg, S ) serta hara MIKRO ( Fe, Cu, Mn,
Mo, Zn, Cl, B ). Akan tetapi apabila di bandingkan dengan pupuk
kimia buatan, kandungan haranya lebih rendah, sehingga dalam
pengaplikasiannya dapat dibutuhkan pupuk kompos dalam jumlah
yang banyak. Disisi lain kompos bisa menjadikan tanah semakin
ramah lingkungan serta subur juga terdapat adanya kandungan
senyawa organiknya ialah asam humat dan asam fulfat yang
berfungsi sebagai pemacu pertumbuhan.

10
PENGERTIAN
ORGANIK
CAIR

11
PUPUK ORGANIK CAIR

Pupuk organik cair adalah pupuk yang berfase cair yang


dibuat dari bahan-bahan organik melalui proses pengomposan. Dari
proses pengomposan ini didapatkan 2 macam pupuk organik cair
sebagai berikut :
1. Pupuk organik cair yang terbuat dari bahan-bahan organik
yang difermentasikan, dan dengan kondisi anaerob dengan
bantuan organisme hidup. Bahan utamanya metrial organik
yang belummenjadi kompos. Kandungan hara yang ada di
dalam larutan pupuk cair ini murni berwujud cair.
Keuntungannya : bila dibiarkan tidak mengendap dan
larutan unsur haranya lebih stabil.
2. Pupuk organik cair yang dibuat dengan cara melarutkan
pupuk organik yang telah jadi atau setengah jadi kedalam
air. Pupuk yang dilarutkan berupa pupuk hijau, pupuk
kompos, pupuk kandang, dan campuran semuanya.
Sebenarnya pupuk semacam ini tidak jauh beda dengan
pupuk organik padat, yang membedakan bentuknya cair.

Yang akan kami praktekkan adalah yang pertama, pupuk


organik cair dari bahan-bahan organik yang difermentasikan. Untuk
penggunaan pupuk organik cair jenis ini langsung disiramkan pada
tanah disekitar tanaman dan jangan disemprotkan pada daunnya.
Karakteristik pupuk organik cair adalah mudah dicerna oleh
tanaman, tetapi nutrisi yang ada pada pupuk cair lebih rentan
terbawa erosi. Pupuk organik cair ini lebih cocok digunakan untuk
perangsang tumbuh tanaman. Terutama pada saat tumbuhan mulai

12
bertunas atau saat fase perubahan dari vegetatif ke generatif yang
bisa merangsang pertumbuhan biji dan buah. Untuk mendapatkan
hasil yang maksimal, pemberian pupuk organik cair ini harus
diperhatikan baik takarannya, jangan terlalu berlebih karena dapat
mengundang hama dan penyakit yang bisa mematikan tanaman itu
sendiri.

Pupuk organik cair tersebut dapat dibuat dari limbah (sisa)


buah-buahan atau sayuran, dan bisa juga campuran kedua limbah
tersebut. Pupuk organik cair adalah pupuk organik yang kebanyakan
diaplikasikan melalui daun atau disebut sebagai pupuk cair foliar.
Pupuk ini mengandung hara makro dan mikro esensial (N, P, K, S,
Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik). Pupuk organik cair
lebih mudah terserap oleh tanaman karena unsur-unsur di dalamnya
sudah terurai.

Inokulan bakteri dan fungi dicampurkan pada kompos.


Penyiapan biakan cair dilakukan dengan menumbuhkan isolat
mikroba masing-masing pada media Pikovskaya’s Broth, YEM
(Yeast Extract-Manitol), dan PDB (Potato Dextrose Broth).Sebanyak
1 liter biakan cair (kepadatan ³ 109 per mL) dicampurkan untuk
memperkaya 10 kg kompos. Bahan kompos terdiri dari limbah
rumput kebun yang dicampur dengan daun kaliandra. Kompos
matang adalah materi organik yang telah terdegradasi sempurna,
sedangkan kompos separuh matang adalah bahan kompos yang
belum terdegradasi penuh, atau dalam tempo proses pengomposan
separuh waktu dari masa inkubasi kompos matang.

13
Pupuk organik cair lebih mudah terserap oleh tanaman karena
unsur-unsur di dalamnya sudah terurai. Manfaat dari pemberian
pupuk cair organik adalah:

1. Merangsang pertumbuhan tunas baru.


2. Memperbaiki sistem jaringan sel dan memperbaiki sel-sel
rusak.
3. Merangsang pertumbuhan sel-sel baru pada tumbuhan.
4. Memperbaiki klorofil pada daun.
5. Merangsang pertumbuhan kuncup bunga.
6. Memperkuat tangkai serbuk sari pada bunga.
7. Memperkuat daya tahan pada tanaman
Penggunaan pupuk cair memiliki beberapa keuntungan sebagai
berikut :
1. Pengaplikasiannya lebih mudah jika dibandingkan dengan
pengaplikasian pupuk organic padat.
2. Unsur hara yang terdapat di dalam pupuk cair mudah diserap
tanaman.

14
3. Mengandung mikroorganisme yang jarang terdapat dalam
pupuk organic padat.
4. Pencampuran pupuk cair organic dengan pupuk organik dengan
pupuk organik padat mengaktifkan unsur hara yang ada dalam
pupuk organik padat tersebut(Murni, 2010).

Ciri-ciri dari pembuatan pupuk cair yang tidak jadi adalah dari
bau yang dihasilkan, apabila berbau busuk dan menyengat pupuk itu
dinyatakan gagal, hal ini mungkin disebabkan juga karena bahan
yang digunakan sudah mengalami pembusukan, sehingga pada saat
proses fermentasi berlangsung mikroba di dalamnya mengalami
kompetisi dan pada akhirnya sama-sama mengalami kematian.
Adapun faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegagalan dalam
pembuatan pupuk organik cair yaitu kurang tertutupnya tempat
pengomposan sehingga air dan udara masih dapat masuk, tempat
pengomposan terkena sinar matahari langsung sehingga proses
fermentasi menjadi terganggu, dll (Ahmad et al, 2011).

15
MANFAAT
KOMPOS

16
MANFAAT KOMPOS

Kompos ibarat multivitamin bagi tanah dan tanaman. Bernal et


al. (2009),mengemukakan bahwa dengan pupuk organik sifat fisik,
kimia dan biologi tanah menjadi lebih baik. Selain itu Kompos
memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:

Aspek Ekonomi:
- Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah.
- Mengurangi volume/ukuran limbah
- Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya

Aspek Lingkungan:
- Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan
pelepasan gas metana dari sampah organik yang membusuk
akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah
- Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan

Aspek bagi tanah/tanaman:


- Meningkatkan kesuburan tanah
- Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
- Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah
- Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
- Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan
jumlah panen).
- Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
- Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
- Meningkatkan retensi/ketersediaan hara.

17
Kelebihan dari pupuk cair organik adalah dapat secara cepat
mengatasi defesiensi hara, tidak bermasalah dalam pencucian hara
dan mampu menyediakan hara secara cepat. Dibandingkan dengan
pupuk cair anorganik, pupuk organik cair umumnya tidak merusak
tanah dan tanaman walaupun sesering mungkin digunakan. Selain
itu, pupuk ini juga memiliki bahan pengikat, sehingga larutan pupuk
yang diberikan ke permukaan tanah bisa langsung digunakan oleh
tanaman. Pupuk cair dikatakan bagus dan siap diaplikasikan jika
tingkat kematangannya sempurna. Pengomposan yang matang bisa
diketahui dengan memperhatikan keadaan bentuk fisiknya, dimana
fermentasi yang berhasil ditandai dengan adanya bercak – bercak
putih pada permukaan cairan. Cairan yang dihasilkan dari proses ini
akan berwarna kuning kecoklatan dengan bau yang menyengat
(Rupani et al. 2010).

18
BAHAN KOMPOS
BESERTA
FUNGSINYA

19
BAHAN KOMPOS BESERTA FUNGSINYA

Pada prinsipnya semua bahan yang berasal dari mahluk hidup atau
bahan organik dapat dikomposkan, diantaranya:
1. Gula, terasi, air kelapa, dan air cucian beras sebagai nutrisi
bakteri untuk hidup dan mempercepat penguraian bahan berupa
sayur dan buah.

20
2. EM4(Effective Microorganisms) merupakan bakteri yang akan
digunakan untuk menguraikan sampah organik berupa sayur dan
buah.

3. Starter ini didiamkan selama 1 hari 1 malam karena untuk


perkembangbiakan bakteri sebelum mengurai sampah organik.

4. Penutupan ini karena untuk menghindari adanya udara luar yang


akan membawa material lain dan mengganggu atau
memperlambar mengomposan.

21
5. Bahan berupa sayur dan buah harus di cuci karena untuk
mengurangi adanya bakteri atau organisme lain yang tidak
dbutuhkan saat pengomposan.

Mengapa harus dikomposkan terlebih dahulu? Dikarenakan


tanaman tidak dapat menyerap hara dari bahan organik yang masih
mentah, apapun bentuk dan asalnya. Kotoran ternak yang masih
segar tidak bisa diserap haranya oleh tanaman. Apalagi sisa tanaman
yang masih segar bugar juga tidak dapat diserap haranya oleh
tanaman. Melihat besarnya sampah organik yang dihasilkan oleh
masyarakat, terlihat potensi untuk mengolah sampah organik
menjadi pupuk organik demi kelestarian lingkungan dan
kesejahteraan masyarakat (Boateng, 2014).Prinsip Pembuatan
kompos - Menjaga kelembaban (50 – 60 %.) - Pembalikan
diperlukan agar kompos tidak kekurangan udara - Peneduhan Agar
terlindung dari hujan dan sinar matahari secara langsung.

22
EFFECTIVE
MICROORGANISMS
(EM4)

23
Effective Microorganisms (EM4)

Banyak ahli yang berpendapat bahwa effective microorganisms


bukan digolongkan dalam pupuk. EM4merupakan bahan yang
membantu mempercepat proses pembuatan pupuk organik dan
meningkatkan kualitasnya. Selain itu, EM4 juga bermanfaat
memperbaiki struktur dan tekstur tanah menjadi lebih baik serta
menyuplai unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Dengan demikian
penggunaan EM4 akan membuat tanaman menjadi lebih subur, sehat
dan relatif tahan terhadap serangan hama dan penyakit.

Berikut ini beberapa manfaat EM4bagi tanaman dan tanah:

1. Menghambat pertumbuhan hama dan penyakit tanaman dalam


tanah
2. Membantu meningkatkan kapasitas fotosintesis tanaman
3. Meningkatkan kualitas bahan organik sebagai pupuk
4. Meningkatkan kualitas pertumbuhan vegetatif dan generatif
tanaman.
24
Pengolahan sampah organik dilakukan dengan cara mencacah
sampah dengan alat pencacah, lalu diberi cairan yang mengandung
mikroba (EM-4) (Simanungkalit et al 2009), ditunggu selama dua
minggu sambil setiap hari sampah diaduk-aduk hingga
rata.Mikroorganisme yang terdapat di dalamnyasecara genetika
bersifat asli bukan rekayasa.Umumnya EM4 dapat dibuat sendiri
denganmenggunakan bahan-bahan yang mudah didapat(Bulan,
2016). Untuk mempercepat prosespengomposan umumnya diakukan
dalam kondisiaerob karena tidak menimbulkan bau. Namun,proses
mempercepat proses pengomposan denganbantuan effective
microorganisms (EM4)berlangsung secara anaerob (sebenarnya
semianaerob karena masih ada sedikit udara dancahaya). Dengan
metode ini, bau yang dihasilkanternyata dapat hilang bila proses
berlangsungdengan baik. Jumlah mikroorganisme fermentasidi
dalam EM4 sangat banyak sekitar 80 genus.

Mikroorganisme yang berperan ada 5 golonganyang pokok,


yaitu Bakteri fotosentetik,Lactobacillus sp., Streptomyces sp., ragi
(yeast),dan Actinomycetes. Dalam proses fermentasi bahanorganik,
mikroorganisme akan bekerja dengan baikbila kondisinya sesuai.
Proses fermentasi akan berlangsung dalam kondisi semi anaerob,
pHrendah (3-4), kadar garam dan kadar gula tinggi,kandungan air
sedang 30-40%, adanyamikroorganisme fermentasi, dan suhu
sekitar40-50oC (Toharisman, 1991). Mikroorganisme yangterdapat
dalam EM4 memberikan pengaruh yangbaik terhadap kualitas pupuk
organik, sedangkanketersediaan unsur hara dalam pupuk
organiksangat dipengaruhi oleh lamanya waktu yangdiperlukan
bakteri untuk mendegradasi sampah(Bulan, 2016).

25
PRINSIP
PEMBUATAN
PUPUK KOMPOS

26
PRINSIP PEMBUATAN PUPUK KOMPOS
Prinsip pengomposan adalah menurunkan C/N rasio bahan
organik sehingga sama dengan tanah (<20). Dengan semakin
tingginya C/N bahan maka proses pengomposan akan semakin lama
karena C/N harus diturunkan. Didalam perendaman bahan – bahan
organik pada pembuatan kompos cair terjadi aneka perubahan hayati
yang dilakukan oleh jasad renik. Perubahan hayati yang penting
yaitu sebagai berikut:
1. Penguraian hidrat arang, selulosa, dan hemiselulosa.
2. Penguraian zat lemak dan lilin menjadi CO2 dan air.
3. Terjadi peningkatan beberapa jenis unsur di dalam tubuh
jasad renik terutama nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium
(K). Unsur-unsur tersebut akan terlepas kembali bila jasad-
jasad renik tersebut mati.
4. Pembebasan unsur hara dari senyawa-senyawa organik
menjadi senyawa anorganik yang berguna bagi tanaman.
Akibat perubahan tersebut, berat, isi bahan kompos tersebut
menjadi sangat berkurang.Sebagian senyawa arang hilang, menguap
ke udara. Kadar senyawa N yang larut (amoniak) akan meningkat.
Peningkatan ini tergantung pada perbandingan C/N bahan asal.
Perbandingan C/N akan semakin kecil berarti bahan tersebut
mendekati C/N tanah. Idealnya C/N bahan sedikit lebih rendah
dibanding C/N tanah (Djuarnani, 2005).
Dalam proses pengomposan, 2/3 dari karbon digunakan sebagai
sumber energi bagi pertumbuhan mikroorganisme dan 1/3 lainnya
untuk membentuk sel bakteri. Perbandingan C dan N awal yang baik
dalam bahan yang dikomposkan adalah 25 – 30 (satuan berat n
kering), sedangkan C/N diakhir proses adalah 12-20. Pada rasio
27
yang lebih rendah, amonia akan dihasilkan dan aktivitas biologi akan
terhambat. Harga C/N tanah adalah 10-20, sehingga bahan – bahan
yang mempunyai nilai C/N mendekati C/N tanah dapat langsung
digunakan (Wijayanti, 2018).

Tabel 2.1. Kandungan C/N dari berbagai sumber bahan organik


No Jenis Bahan Organik Kandungan C/N
1. Urine Ternak 0,8
2. Kotoran Ayam 5,6
3. Kotoran Sapi 15,8
4. Kotoran Babi 11,4
5. Kotoran Manusia 6 – 10
6. Darah 3
7. Tepung Tulang 8
8. Urine Manusia 0,8
9. Eceng Gondok 17,6
10. Jerami Gandum 80 – 130
11. Jerami Padi 80 – 130
12. Ampas Tebu 110 – 120
13. Jerami Jagung 50 – 60
14. Sesbania sp. 17,9
15. Serbuk Gergaji 500
16. Sisa Sayuran 11 – 27
Sumber : (Boateng, 2014).

28
Kecepatan suatu bahan menjadi kompos dipengaruhi oleh
kandungan C/N semakin mendekati C/N tanah maka bahan tersebut
akan semakin lebih cepat menjadi kompos. Tanah pertanian yang
baik mengandung unsur C dan N yang seimbang.Setiap bahan
organik mempunyai kandungan C/N yang berbeda. Dalam proses
pengomposan terjadi perubahan yaitu :
1. Karbohidrat, selulosa, hemiselulosa, lemak, dan lilin, menjadi
CO2 dan air.
2. Zat putih telur menjadi amonia, CO2 dan air.
3. Penguraian senyawa organik menjadi senyawa yang dapat
diserap tanaman. Dengan perubahan tersebut, kadar karbohidrat
akan hilang atau turun. Dan senyawa N yang larut (amonia)
meningkat.Dengan demikian, C/N semakin rendah dan relatif
stabil mendekati C/N tanah (Ermadani, 2011).

29
PEMBUATAN PUPUK
KOMPOS CAIR
Pembuatan Komposter
Pembuatan Starter Kompos
Pembuatan Pupuk Kompos Cair

30
PEMBUATAN
KOMPOSTER

31
Pembuatan Komposter

32
Alat:
1. Solder
2. Pisau atau Cutter
3. Palu
4. Gergaji
5. Obeng
Bahan:
1. Tong Sampah Berbentuk Tabung
2. Lem Paralon
3. Kran
4. Kayu
5. Paku
6. Fiber
7. Skrup
Cara Pembuatan
Dalam pembuatan komposter, ada beberapa langkah yang dapat
dilakukan, yaitu:
1. Siapkan alat dan bahan untuk membuat komposter
2. Lubangi bagian bawah tong seukuran kran dengan
menggunakan solder
3. Pasang kran pada lubang yang telah dibuat pada bagian
bawah tong
4. Rekatkan kran dan tong menggunakan lem
5. Tunggu hingga lem kering
6. Ukurlah diameter dari tong sampah
7. Buatlah penyangga dari kayu yang sesuai dengan ukuran
diameter tong sampah dengan tinggi 30 cm
8. Masukkan penyangga kedalam tong sampah
33
9. Siapkan fiber dan lubangi menggunakan solder seperlunya
10. Pasang fiber di atas kayu penyangga dan rekatkan dengan
menggunakan skrup
11. Masukkan air ke dalam komposter sebagai uji coba
kebocoran. Jika tidak terjadi kebocoran,
12. Komposter siap digunakan

34
PEMBUATAN
STARTER
KOMPOS

35
Pembuatan Starter Kompos

Alat:
1. Ember
2. Alat Penghalus
Bahan:
1. Air
2. 2 s/d 3 tutup botol EM4 (Effective Microorganisms 4)
3. Gula Merah
4. Air Kelapa
5. Air Cucian Beras
6. Terasi
Cara Pembuatan
Dalam pembuatan starter kompos, ada beberapa langkah yang dapat
dilakukan, yaitu:
1. Siapkan alat dan bahan untuk membuat stater
2. Haluskan gula merah dan terasi
36
3. Tuang 2 s/d 3 tutup botol EM4 ke dalam ember
4. Masukkan gula merah dan terasi ke dalam ember
5. Tambahkan air kelapa dan air cucian beras ke dalam ember
6. Aduk semua bahan yang telah dicampurkan
7. Tutup starterkompos yang telah dibuat secara rapat dengan
menggunakan plastik atau sesuatu yang dapat menutupi
dengan rapat.
8. Diamkan starter komposselama satu hari satu malam
Catatan:
Starter dapat dikatakan berhasil apabila warna dari stater berwarna
kecoklatan.

37
PEMBUATAN
PUPUK KOMPOS
CAIR

38
Pembuatan Pupuk Kompos Cair

Alat:
1. Komposter
Bahan:
1. Stater
2. Sisa buah-buahan yang sudah dipotong dan dibersihkan
hingga bersih
3. Sisa sayuran yang sudah dipotong dan dibersihkan hingga
bersih
4. Sisa nasi
Cara Pembuatan
1. Siapkan alat dan bahan untuk membuat pupuk kompos cair
2. Masukkan bahan untuk membuat pupuk kompos cair ke
dalam tong sampah dengan ketentuan urutan sebagai
berikut:
- Stater

39
- Sisa buah atau sayuran yang sudah dibersihkan
- Sisa nasi
3. Tambahkan air hingga sisa buah-buahan dan sayuran
terendam sebagian
4. Aduk sisa buah-buahan dan sayuran dengan perlahan
5. Tutup tong dengan rapat dan usahakan tidak ada yang
masuk ke dalam tong
6. Buka tutup tong dalam rentang waktu 2 hari sekali dan
tambahkan buah ataupun sayur yang sudah dipotong-potong
dan dibersihkan, serta tambahkan air secukupnya
- Air ditambahkan dengan cara bertahap dan melingkari
semua bahan
7. Apabila ketika selang 2 hari tutup dibuka dan tidak berbau
asam, tambahkan stater secukupnya
8. Pupuk kompos cair dapat dipanen dalam waktu H+21
pembuatan
Catatan:
Indikasi keberhasilan dari pupuk yang telah dibuat adalah
warna pupuk akan bewarna coklat kehitaman
9. Lakukan proses secara berulang hingga bau dalam tong
tidak asam lagi, Hal tersebut menunjukkan sampah buah
atau sayur harus diganti dan memulai proses pembuatan
dari awal
Catatan:
Sampah buah yang sudah tidak asam, dapat dijadikan
sebagai bahan pupuk padat.

40
PENGAPLIKASIAN
PUPUKKOMPOS
CAIR

41
PENGAPLIKASIAN PUPUK KOMPOS CAIR
Jenis pupuk cair lebih efektif dan efesien jika diaplikasikan
pada batang dan media tanam (kecuali pada metode hidroponik).
Pupuk organik cair bisa berfungsi sebagai perangsang tumbuh.
Terutama saat tanaman mulai bertunas atau saat perubahan dari fase
vegetatif ke generatif untuk merangsang pertumbuhan buah dan biji.
Daun dan bunga tidak disarankan disiram langsung dengan pupuk
cair karena dapat menimbulkan kematian pada tanaman.

Pengaplikasian pada tunas

42
GLOSARIUM

Kompos : Pupuk campuran yang terdiri atas bahan


organik (seperti daun dan jerami yang
membusuk) dan kotoran hewan).
Starter : Perkembangbiakan bakteri awal sebelum
digunakan mengomposkan limbah organik.
Komposter : Alat yang digunakan untuk melakukan proses
pengomposan
EM4 : Bakteri atau mikroorganisme yang digunakan
mengurai manfaat dari sampah organik
Sampah Organik : Sisa bahan yang dapat atau mudah diurai oleh
mikrooganisme atau bakteri.
Bakteri : Makhluk hidup terkecil bersel tunggal, terdapat
di mana-mana, dapat berkembang biak dengan
kecepatan luar biasa dengan jalan membelah
diri, ada yang berbahaya dan ada yang tidak,
dapat menyebabkan peragian, pembusukan, dan
penyakit.
Tunas : Tumbuhan muda yang baru timbul (dari
tunggul, ketiak daun, buku batang induk,
batang kayu yang ditebang, dan sebagainya).
Pengomposan : Proses pembusukan dari limbah organik oleh
bakteri
Media Tanam : Sebuah dasar yang digunakan tanaman untuk
melekat, tumbuh, dan berkembang.

43
INDEKS
A
L
aerob, 10, 25
anaerob, 10, 12, 25 larutan, 12, 18
limbah, 3, 6, 7, 13, 17, 43, 47
lingkungan, 3, 4, 6, 7, 9, 10, 22
B
buah, 3, 5, 6, 7, 8, 13, 20, 21, 22, M
39, 40, 42
makro, 13
MAKRO, 10
C mikro, 8, 13
C/N, 7, 27, 28, 29 mikroba, 3, 7, 8, 9, 13, 15, 17, 25
cair, 6, 7, 12, 13, 14, 15, 18, 42, mikroorganisme, 4, 7, 8, 9, 14,
47 25, 27, 43

D O
dekomposer, 9 organik, 3
dekomposisi, 3, 8, 9
P
E Pengomposan, 18, 43
EM4, iv, 1, 21, 23, 24, 25, 36, 37, penguraian, 4, 7, 9, 20
43 Penguraian, 27, 29
pupuk, iii, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12,
13, 14, 15, 17, 18, 22, 24, 25,
G 39, 40, 42, 47, 48
gula merah, 36, 37
S
K Sampah, 3, 6, 33, 40, 43, 46
karbon, 3 sayuran, 5, 7, 9, 13, 39, 40
kesuburan, 5, 17 senyawa, 4, 10, 27, 29
kompos, iii, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, starter, 36, 37
12, 13, 22, 27, 29, 36, 37, 39,
40, 46, 47
kompos cair, iii, 6, 27, 39, 40
Komposter, iv, 30, 32, 34, 39, 43
44
T terasi, 20, 36, 37
tunas, 14, 42
tanaman, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 12, 13,
14, 17, 18, 22, 24, 27, 29, 42,
43, 47, 48

45
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, M.N., M.N. Mokhtar, A.S. Baharuddin, L.S. Hock, S.R.A.


Ali, S.A. Aziz, N.A. A. Rahman, M.A. Hassan. 2011.
Changes in physicochemical and microbial communityduring
co-composting of oil palm frond with palm oil mill effluent
anaerobic sludge. J. BioResources. 6(4).
Banowati, Eva, 2011. Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas
Untuk Konser-vasi Lingkungan, Laporan Penelitian,
Semarang: LP2M Unnes.
Bernal, M.P., J.A. Alburquerque, R. Moral. 2009. Composting a
animal manures andchemical criteria for compost maturity
assessment. A review. J. Bioresource Tech.100: 5444-5453.
Boateng, C.O., K.T. Lee. 2014. Ultrasonic-assisted simultaneous
saccharification and fermentation of pretreated oil palm
fronds for sustainable bioethanol production. J. Fuel. 119:
285-291.
Bulan, R. 2016. Pengembangan sistem mekanisasi pemanfaatan
pelepah kelapa sawit untuk mulsa dan kompos [Disertasi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Cardai. 1997. Sifat kompos yang berasal dari berbagai bahanyang
diinokulasi Trichoderma harzianum Rifai Aggr.dan
pengaruhnya terhadap pertumbuhan jagung padaLatosol
Darmaga (oxic Distropepst). Institut PertanianBogor.
Dias. Pingkan, L,.2009. Fasilitas Pengolahan Sampah di TPA
Jatibarang. Tugas Akh-ir, Semarang: Fakutas Teknik Jurusan
Arsitektur Undip.

46
Djuarnani, N. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. PT. Agromedia
Pustaka: Jakarta.
Ermadani, A. Muzar. 2011. Pengaruh aplikasi limbah cair pabrik
kelapa sawit terhadap hasil kedelai dan perubahan sifat kimia
tanah ultisol. Jurnal Agronomi Indonesia 39(3): 160-167.
Hasanudin. 2003. Peningkatan dan Ketersediaan Serapan N dan P
serta Hail Tanaman Jagung Melalui Inokulasi, Mikoriza, dan
Azotobakter dan Bahan Organik pada Ultisol. J. Ilmu-Ilmu
Pertanian Indonesia 5(2):83-89.
Khalid, I., O. Sulaiman, R. Hashim, W. Razak. N. Jumhuri, M.S.M.
Rasat. 2015. Evaluationon layering effects and adhesive rates
of laminated compressed composite panelsmade from oil
palm (Elaeis guineensis) fronds. J. Materials and Design. 68:
24-28.
Mandasari M. 2010.Pemanfaatan kompos Titonia
(Tithoniadiversifolia) dan jerami jagung yang diberi Stradec
dan pupuk buatan untuk tanaman jagung (Zea mays
L.)musim tanam ketiga pada Ultisol. Fakultas Pertanian
Universitas Andalas Padang.
Murni, M.C. 2010. Pembuatan Kompos . PT Balai Pustaka ( Persero)
Rizaldy. 2009. Ketersediaan besi (Fe) dan mangan (Mn) dalamhumic
distrudepth dan serapannya akibat pemberianbeberapa bahan
organik pada budidaya tanamantumpangsari tanaman brokoli
(Brassica oleracea) danpetsai (Brassica pekinensis). Institut
Pertanian Bogor.
Rupani, P.F., R.T. Singh, M.H. Ibrahim, N. Esa. 2010. Review of
current palm oil mil effluent (POME) treatment methods:

47
Vermicomposting as a sustainable practice.World Applied
Science Journal. 10(10): 1190-1201.
Simanungkalit RDM, Suriadikarta DA, Saraswati R, Setyorini D dan
Hartatik W. 2009. Teknik Pembuatan Kompos. Balai Besar
Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian.
Sony, 2008.Workshop on Community Based Solid Waste
Management in Indonesia, Makalah, tanggal 16-17Januari
2008, Jakarta: Balai Kartini.
Toharisman, A. 1991. Potensi Dan Pemanfaatan Limbah Industri
Gula Sebagai Sumber Bahan Organik Tanah.
Utami DN. 2008. Respons tanaman kacang tanah dan
jagungterhadap pemberian pupuk organik dari brangkasan
kacang tanah. Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Wawan. 2002. Pengelolaan Subsoil Masam untuk Peningkatan
Produksi Tanaman Pangan. Makalah Falsafah Sains. PPS-
IPB, Bogor.
Wijayanti, S. D, 2018. Pemurnian parsial dan karakterisasi enzim
selulase dari isolate bakteri selulolitik asal mata air gunung
merapi. Universitas Brawijaya. Malang.

48
BIODATA PENULIS

Angga Sofyana Widyatama, merupakan seorang lelaki


kelahiran Blora, 9 Juni 1998. Anak pertamadari Bapak Taman,
S.Pd. dan Ibu Yayuk Widyastuti. Memiliki satu saudara laki-
laki bernama Ramadhan Diasluwita. Memiliki hobi jalan-
jalan, futsal, dan bermain volley. Pernah menempuh
pendidikan di SD Negeri 1 Jiken, SMP Negeri 1 Blora, SMA
Negeri 1 Tunjungan Blora, dan saat ini sedang menyelesaikan
S1 Pendidikan IPA di Universitas Negeri Semarang.
Impiannya adalah menjadi seorang Dosen, Pengusaha, dan
bermanfaat bagi sekitar.

Moto hidup yang selalu diandalkan adalah “Tersenyumlah,


karena setiap senyumanmu akan menghapus setiap
masalahmu.”

49
50

Anda mungkin juga menyukai