Anda di halaman 1dari 14

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Limbah menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 adalah sisa suatu

usaha dan/atau kegiatan. Limbah erat kaitannya dengan pencemaran, karena

limbah inilah yang menjadi substansi pencemaran lingkungan, karena itu,

pengolahan limbah sangat dibutuhkan agar tidak mencemari lingkungan.

Berdasarkan karakteristiknya, limbah dapat digolongkan menjadi empat bagian,

yaitu: limbah cair, limbah padat, limbah gas/partikel, dan limbah B3 (Bahan

Berbahaya dan Beracun). Air limbah secara umum terdiri dari 99,9% komponen

air dan 0,1% bahan padatan. Bahan padatan itu sendiri 70% berupa bahan organik

dan 30% berupa bahan anorganik (Pitoyo dkk., 2016).

Dekomposer adalah organisme yang mengurai atau memecah organisme

yang sudah mati, prosespenguraian yang dilakukannya disebut dekomposisi.

Dekomposer dapat memecah sel-sel dari organime lain menggunakan reaksi

biokimia yang mengkonversi jaringan organisme mati menjadi senyawa kimia

metabolik, tanpa menggunakan pencernaan internal. Dekomposer menggunakan

organisme yang sudah mati sebagai sumber nutrisi mereka (Palupi, 2015).

MOL adalah mikroorganisme lokal, yaitu sekumpulan mikroorganisme

yang berfungsi sebagai pupuk organik cair, starter dalam pembuatan kompos

organik dengan kata lain MOL akan mempercepat proses pengomposan dan

sebagai dekomposer yang akan mempercepat penguraian senyawa-senyawa

organik. MOL dapat dibuat dengan sangat sederhana yakni dapat memanfaatkan

limbah dari rumah tangga atau memanfaatkan sisa dari tanaman, buah-buahan,
kotoran hewan, nasi basi, bonggol pisang dan lain sebagainya (Arifan, dkk.,

2020). Hal inilah yang melatar belakangi dilakukannya Praktikum Teknologi

Pengolahan Limbah dan Sisa Hasil Ternak mengenai Pembuatan Dekomposer.

Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dilakukan Praktikum Teknologi Pengolahan Limbah dan Sisa Hasil

Ternak mengenai Pembuatan Dekomposer adalah untuk memanfaatkan limbah

padat (nasi basi, limbah sayur, rebung dan rumen sapi) sebagai sumber daya alam

yang dapat dijadikan sebagai decomposer alami dalam pembuatan kompos.

Kegunaan dilakukan Praktikum Teknologi Pengolahan Limbah dan Sisa

Hasil Ternak mengenai Pembuatan Dekomposer adalah agar mahasiswa dapat

memanfaatkan limbah padat (nasi basi, limbah sayur, rebung dan rumen sapi)

sebagai sumber daya alam yang dapat dijadikan sebagai decomposer alami dalam

pembuatan kompos.
TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Limbah

Limbah adalah bahan buangan atau bahan sisa yang tidak digunakan lagi

dari hasil kegiatan manusia baik pada skala rumah tangga, industri, maupun

pertambangan. Pada konsentrasi tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak

negatif terhadap lingkungan dan terhadap kesehatan manusia, sehingga perlu

dilakukan penanganan yang tepat terhadap limbah. Manusia sebagai pelaku

konsumsi akan menghasilkan limbah sebagai hasil dari kegiatan kehidupan sehari-

harinya. Dengan semakin bertambah dan meningkatnya jumlah penduduk dengan

segala kegiatannya, maka jumlah limbah yang dihasilkan juga akan mengalami

peningkatan. Limbah yang dihasilkan dapat berupa limbah padat, limbah cair, atau

dapat juga berupa limbah gas (Sunarsih, 2014).

Sampah/limbah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang dari

suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak

mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai yang negatif karena

penanganannya, baik untuk membuang atau membersihkannya memerlukan biaya

yang cukup besar. Sampah dan pengelolaannya kini menjadi hal yang mendesak

sebab apabila tidak dilakukan penanganan yang baik akan menyebabkan hal yang

tidak diharapkan sehingga dapat mencemari lingkungan (Lestari dkk., 2021).

Pengelolaan limbah dilakukan agar dampak negatifnya dapat di

minimalisir dan dampak yang menguntungkan dapat dimaksimalkan dengan tetap

memperhatikan keseimbangan antara system produksi dengan lingkungan hidup.

Manajemen penanganan limbah adalah sangat penting, antara lain karena


mencegah pencemaran di udara, tanah dan air, serta mengekploitasi limbah

sebagai bahan baku yang dapat mendatangkan keuntungan (Mustikawati, 2019).

Limbah Nasi Basi

Nasi basi adalah nasi yang sudah tidak layak untuk dikonsumsi karena

memiliki bau dan rasa yang tidak sedap, berlendir, dan ditumbuhi jamur berwarna

kuning atau orange di atasnya. Limbah berbahan dasar karbohidrat ini biasanya

hanya dibuang begitu saja ke tempat sampah atau diberikan kepada unggas

sebagai pakan. Oleh karena itu, limbah ini membutuhkan pengolahan agar lebih

berguna dan menjadi produk yang berkualitas (Selviana, 2019).

Nasi basi merupakan salah satu limbah rumah tangga yang hampir setiap

hari diproduksi, nasi basi biasanya digunakan sebagai pakan ternak. Nasi basi

dapat dimanfaatkan untuk menyuburkan tanaman karena nasi basi memiliki

kandungan unsur hara N 0,7 %, P2O5 0,4%, K2O 0,25%, kadar air 62%, bahan

organik 21%, CaO 0,4% dan nisbah C/N 20-25 (Arifan dkk., 2020).

Limbah nasi basi akan memberikan efek buruk terhadap lingkungan

diantaranya menimbulkan bau serta memberikan pemandangan yang tidak indah

di lingkungan sekitar. Biasanya nasi basi hanya dibuang begitu saja, kalaupun ada

yang memanfaatkan hanya dimanfaatkan menjadi pakan ternak saja. Padahal

limbah nasi dapat diolah menjadi stater atau Mikroorganisme Lokal (MOL) dalam

pembuatan pupuk (Ekawandani dan Halimah, 2021).

Tinjauan Umum MOL

Mikroorganisme Lokal adalah mikroorganisme hasil fermentasi yang

berbahan dasar dari berbagai sumber daya yang tersedia setempat.

Mikroorganisme lokal mengandung unsur hara mikro dan makro serta


mengandung bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan organik,

perangsang pertumbuhan dan sebagai agen pengendali hama dan penyakit

tanaman. Mikroorganisme lokal dapat digunakan baik sebagai dekomposer, pupuk

hayati dan sebagai pestisida organik terutama sebagai fungisida. Larutan dibuat

sangat sederhana yaitu dengan memanfaatkan limbah dari rumah tangga atau

tanaman di sekitar lingkungan misalnya sisa-sisa tanaman seperti bonggol pisang,

buah nanas, jerami padi, sisa sayuran, nasi basi dan lain-lain (Lubis, 2020).

Mikroorganisme Lokal terbuat dari bahan-bahan alami, sebagai media

hidup dan berkembangnya mikroorganisme yang berguna untuk mempercepat

penghancur bahan organik. Mikroorganisme lokal dapat juga disebut sebagai

bioaktivator yang terdiri dari kumpulan mikroorganisme lokal dengan

memanfaatka potensi sumber daya alam setempat. Mikroorganisme lokal dapat

berfungsi sebagai perombak bahan organik dan sebagai pupuk cair melalui

fermentasi. Mikroorganisme lokal dapat bersumber dari bermacam-macam bahan

lokal, antara lan urin sapi, batang pisag, daun gamal, buah-buahan, nasi basi,

sampah rumah tangga, rebung bambu, serta rumput gajah dan dapat berperan

dalam proses pengolahan limbah ternak, baik limbah padat untuk dijadikan

kompos, serta limbah cair ternak untuk dijadikan bio-urine (Budiyani dkk., 2016).

Pembuatan Mikroorganisme lokal dibutuhkan tiga bahan utama yaitu

sumber karbohidrat yang berfungsi sebagai sumber energi bagi mikroorganisme,

biasanya diperoleh dari air cucian beras, singkong, gandum, nasi basi. Sumber

glukosa yang berfungsi sebagai sumber energi dan mudah dimakan oleh

mikroorganisme, diantaranya dari gula pasir, molase, gula merah, air kelapa, air

nira. Bahan yang terakhir, sumber mikroorganisme dimana tempat berasalnya


mikrooganisme yang akan digunakan, sayur dan buahan busuk, urine sapi, isi

rumen sapi, bonggol pisang memiliki mikroorganisme yang bermanfaat bagi

tanaman (Hudha dkk., 2020).


METODOLOGI PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat

Praktikum Teknologi Pengolahan Limbah dan Hasil Ternak mengenai

Pembuatan Dekomposer dilaksanakan pada hari Kamis, 29 Maret 2023 pukul

16.00 WITA sampai selesai, bertempat di Laboratorium Teknologi Pengolahan

Limbah dan Sisa Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin,

Makassar.

Materi Praktikum

Alat yang digunakan pada Praktikum Teknologi Pengolahan Limbah dan

Hasil Ternak mengenai Pembuatan Dekomposer yaitu ember, botol plastik,

kantong plastik, selang aquarium dan pisau atau gunting.

Bahan yang digunakan pada Praktikum Teknologi Pengolahan Limbah dan

Hasil Ternak mengenai Pembuatan Dekomposer yaitu nasi basi, molasses, air

cucian beras, air kelapa dan air.


Prosedur Kerja

Diagram Alir

Diagram alir pada Pembuatan Dekomposer dapat dilihat pada Gambar 1.

Memasukkan nasi basi ke dalam wadah

Mencampurkan nasi basi dengan air cucian beras dan air kelapa

Menambahkan molases dan melakukan pengadukan kembali

Menutup Larutan selama 7 hari

Menyaring larutan MOL dan menyimpannya

Gambar. 1 Diagram Alir Pembuatan Dekomposer

Pertama-tama menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan, kemudian

memasukkan nasi basi kedalam wadah, setelah itu mencampurkan nasi basi

dengan air cucian beras dan air kelapa dengan mengaduk hingga merata,

kemudian menambahkan molasses ke dalam wadah tersebut kemudian mengaduk

kembali hingga merata, setelah itu menutup larutan yang telah dibuat dengan

penutup wadah yang telah diberi selang kemudian didiamkan selama 7 hari,

kemudian menyaring larutan MOL dari ampasnya kemudian menyimpan ke

dalam wadah yang lebih bagus untuk pemakaian selanjutnya.


Parameter yang Diamati

Warna

Berikut parameter warna yang dilihat pada saat praktikum:

Coklat Muda Coklat

1 2 3 4 5 6

Keterangan:
1: Coklat Muda 4: Sedikit Coklat
2: Sedikit Coklat Muda 5: Agak Coklat
3: Agak Coklat Muda 6: Coklat

Bau

Berikut parameter bau yang dilihat pada saat praktikum:

Tidak Berbau Fermentasi Sangat Berbau Busuk

1 2 3 4 5 6

Keterangan:
1: Tidak Berbau Fermentasi 4: Sedikit Berbau Busuk
2: Sedikit Berbau Fermentasi 5: Berbau Busuk
3: Berbau Fermentasi 6: Sangat Berbau Busuk
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Praktikum Teknologi Pengolahan Limbah dan Sisa Hasil Ternak

mengenai Pembuatan Dekomposer dapat dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Hasil Uji Organoleptik Pembuatan Kompos


Parameter Dekomposer Mol
Pengamatan Awal Akhir
Warna Coklat Muda Coklat
Bau Tidak Berbau Fermentasi Berbau Fermentasi
Sumber: Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah Sisa Hasil Ternak, 2022.

Berdasarkan Tabel 1 mengenai Uji Organoleptik menggunakan parameter

warna didapatkan hasil bahwa warna sebelum penyimpanan yaitu coklat muda

dan warna setelah penyimpanan yaitu coklat. Hal ini disebabkan karena mol nasi

lebih cepat mengalami perubahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Ramon dkk.,

(2019) yang menyatakan bahwa mol nasi lebih cepat mengalami perubahan warna

dikarenakan kandungan yang terdapat pada masing-masing mol berbeda dan mol

nasi memiliki kandungan yang lebih mempercepat terjadinya perubahan warna.

Berdasarkan Tabel 1 menganai Uji Organoleptik menggunakan parameter

bau didapatkan hasil bahwa bau sebelum penyimpanan yaitu tidak berbau

fermentasi dan bau setelah penyimpanan yaitu berbau fermentasi, yang dimana

bau fermentasi menyerupai bau tapai. Bau yang menyerupai bau tapai

menandakan bahwa pembuatan dekomposer MOL yang dilakukan berhasil. Hal

ini sesuai dengan Arifan dkk., (2020) yang menyatakan bahwa pembuatan

mikroorganisme lokal berhasil, ditandai dengan aroma yang dihasilkan yang

menyerupai aroma tapai. Bau asam yang ditimbulkan pada MOL merupakan hasil

fermentasi yang menghasilkan asam organik.


PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum Teknologi Pengolahan Limbah dan Sisa

Hasil Ternak mengenai Pembuatan Dekomposer, dapat ditarik kesimpulan bahwa

limbah nasi basi yang dibuat menjadi dekomposer secara uji organoleptik

berwarna coklat dan berbau fermentasi akibat adanya aktivitas mikroorganisme

starter selama penyimpanan yang menunjukkan proses dekomposer berhasil.

Saran

Sebaiknya setelah pembuatan dekomposer ini, mahasiswa dapat

memahami dan dapat menerapkan ilmu yang telah didapat sehingga mahasiswa

menjadi terampil. Selain itu, selama melakukan pembuatan dekomposer, perlu

memperhatikan takaran bahan yang digunakan agar tidak terjadi kegagalan

pembuatan dekomposer.
DAFTAR PUSTAKA

Arifan, F., Setyati, W. A., Broto, R. T. D. W. dan Dewi, A. L. 2020. Pemanfaatan


nasi basi sebagai mikroorganisme lokal (MOL) untuk pembuatan pupuk
cair organik di Desa Mendongan Kecamatan Sumowono Kabupaten
Serang. Jurnal Pengabdian Vokasi. 1(4): 252-255.
Budiyani, N. K., Soniari, N. N., dan Sutari, N. W. S. 2016. Analisis kualitas
larutan mikroorganisme lokal (MOL) bonggol pisang. Jurnal
Agroekoteknologi Tropika (Journal Of Tropical Agroecotechnology). 7 (1)
: 33-40.
Ekawandani, N. dan Halimah, N. 2021. Pengaruh penambahan mikroorganisme
lokal (mol) dari nasi basi terhadap pupuk organik cair cangkang telur.
Biosfer: Jurnal Biologi dan Pendidikan Biologi. 6(2): 79-86.
Hudha, M. I. 2020. Pemanfaatan limbah isi rumen sapi sebagai mikroorganisme
lokal (MOL). Jurnal Atmosphere. 1 (1), 30-36.
Lestari, A., Robbia, A. Z., Patech, L. R. dan Syukur, A. 2021. Optimalisasi
pemanfaatan limbah rumah tangga sebagai bahan pupuk organik cair untuk
menumbuhkan sikap dan perilaku peduli lingkungan pada siswa MTs.
Haudhul Ulum Gegutu Telaga. Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan
IPA. 4(1): 36-41.
Lubis, Z. 2020. Pemanfaatan mikroorganisme lokal (mol) dalam pembuatan
kompos. Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian. 3 (1). 361-374.
Mustikawati, I. 2019. Manfaat Biogas Sebagai Bahan Bakar Alternatif Bagi
Rumah Tangga. Majalah Ilmiah Pelita Ilmu. 2(2): 27-34.
Palupi, N. P. 2015. Karakter kimia kompos dengan dekomposer mikroorganisme
lokal asal limbah sayuran. Ziraa'ah Majalah Ilmiah Pertanian. 40 (1) : 54 -
60.
Pitoyo, P. N. P., Arthana, I. W., & Sudarma, I. M. 2016. Kinerja pengelolaan
limbah hotel peserta proper dan non proper di Kabupaten Badung, Provinsi
Bali. Jurnal Ilmu Lingkungan (Journal Of Environmental Science). 10 (1) :
33-40.
Ramon, A., Wati, N., Husin, H. dan Wulandari, W. 2019. Perbandingan
dekomposer nasi dan dekomposer bonggol terhadap lama pembusukan
sampah organic. Jurnal Ilmiah AVICENNA. 14(1): 1-59.
Selviana, T. E. 2019. Pengolahan limbah nasi basi menjadi pupuk organik cair
mikroorganisme lokakl MOL bagi tanaman. Jurnal UNS.
Sunarsih, E. 2014. Konsep pengolahan limbah rumah tangga dalam upaya
pencegahan pencemaran lingkungan. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 5
(3).
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH DAN SISA HASIL
TERNAK

PRAKTIKUM I
PEMBUATAN DEKOMPOSER

OLEH:

NAMA : MUTHIA MAHANI


NIM : I011 20 1156
KELOMPOK : V (LIMA)
GELOMBANG : I (SATU)
ASISTEN : WAHYU

FAKULTAS PETERNAKAN
UNNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023

Anda mungkin juga menyukai