Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PROSES INDUSTRI KIMIA


SENYAWA FOSFOR

DOSEN PEMBIMBING:
WIVINA DIAH IVONTIANTI, S.Si, M.Eng

DISUSUN OLEH:

MIKO D1121161003
IRFAN YAHYA D1121161007
AXEL JOSHUA BAGASKARA D1121161011
SAPNA D1121161016
JESSIKA DEWI R D1121161022

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS TANJUNG PURA
2017/2018
PONTIANAK
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua limpahan rahmat
dan karunianya sehingga makalah ini sanggup tersusun hingga selesai. Tidak lupa
kami mengucapkan begitu banyak terimakasih atas bimbingan dari ibu..
Dan kita semua berharap semoga makalah ini mampu menambah
pengalaman serta ilmu bagi para pembaca. Sehingga untuk ke depannya sanggup
memperbaiki bentuk maupun tingkatkan isikan makalah sehingga menjadi makalah
yang miliki wawasan yang luas dan lebih baik lagi.
Karena keterbatasan ilmu maupun pengalaman kami, Kami percaya tetap
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat berharap saran
dan kritik yang membangun berasal dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

. Pontianak, Mei 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1

1.2 Tujuan .......................................................................................................... 1

BAB 2 PEMBAHASAN ......................................................................................... 2

2.1 Ketersediaan di Alam ................................................................................. 2

2.2 Pengambilan Bahan Baku dari Alam........................................................ 3

2.3 Benefisiasi Bahan Baku .............................................................................. 4

2.4 Proses Utama Pembuatan Elemen Fosfor................................................. 5

2.5 Penggunaan Elemen Fosfor Putih ............................................................. 7

2.6 Pengolahan Limbah Industri Fosfor ......................................................... 8

BAB 3 PENUTUUP ................................................................................................ 9

3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 9

3.3 Saran .......................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 11

LAMPIRAN .......................................................................................................... 12

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fosfor merupakan bahan makanan utama yang digunakan oleh semua
organisme untuk pertumbahan dan sumber energi. Fosfor di dalam air laut, berada
dalam bentuk organik dan anorganik. Dalam bentuk senyawa organik, fosfor dapat
berupa gula fosfat dan hasil oksidasi,nukleoprotein dan fosfor protein. Sedangkan
dalam bentuk senyawa anorganik meliputi ortofosfat dan polifosfat. Senyawa
anorganik fosfat dalam air laut pada umumnya berada dalam bentuk ion (orto) asam
fosfat (H3PO4), dimana 10% sebagai ion fosfat dan 90% dalam bentuk HPO4-2.
Karakteristik fosfor sangat berbeda dengan unsur-unsur utama lain yang merupakan
penyusun biosfer karena unsur ini tidak terdapat di atmosfer. Fosfat merupakan
unsur yang penting dalam pembentukan protein dan membantu proses metabolisme
sel suatu organisme.
Fosfor ditemukan oleh Hanning Brand pada tahun 1669 di Hamburg,
Jerman. Fosfor berasal dari bahasa Latin yaitu phosporus yang berarti pembawa
terang karena keunikannya yaitu bercahaya dalam gelap (glow-in-the dark). Ia
menemukan unsur ini dengan cara menyuling air urin melalui proses penguapan
dan setelah dia menguapkan 50 ember air urin, dia baru menemukan unsur yang dia
inginkan. Karena begitu pentingnya unsur fosfor dalam kehidupan, maka makalah
ini dibuat untuk membahas unsur fosfor secara mendetail.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui bahan baku serta pengambilan bahan baku pembuatan elemen fosfor
dari alam.
2. Mengetahui cara pengolahan bahan baku pembuatan elemen fosfor menjadi
bahan yang siap diolah menjadi elemen fosfor
3. Mengetahui process flow diagram dari produksi elemen fosfor berbasis industri
4. Mengetahui cara pengolahan limbah yang dihasilkan dari proses produksi
elemen fosfor
5. Mengetahui manfaat elemen fosfor dalam kehidupan sehari-hari maupun di
industri lainnya.

1
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Ketersediaan di Alam
Di perairan unsur fosfor tidak ditemukan dalam bentuk bebas sebagai
elemen, melainkan dalam bentuk senyawa anorganik yang terlarut (ortofosfat dan
polifosfat) dan senyawa organik yang berupa partikulat. Senyawa fosfor
membentuk kompleks ion besi dan kalsium pada kondisi aerob, bersifat tidak larut,
dan mengendap pada sedimen sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh algae
akuatik.
Fosfor merupakan bahan makanan utama yang digunakan oleh semua
organisme untuk pertumbuhan dan sumber energi. Fosfor di dalam air laut, berada
dalam bentuk senyawa organik dan anorganik. Dalam bentuk senyawa organik,
fosfor dapat berupa gula fosfat dan hasil oksidasinya, nukloeprotein dan fosfo
protein. Sedangkan dalam bentuk senyawa anorganik meliputi ortofosfat dan
polifosfat. Senyawa anorganik fosfat dalam air laut pada umumnya berada dalam
bentuk ion (orto) asam fosfat (H3PO4), dimana 10% sebagai ion fosfat dan 90%
dalam bentuk HPO42-. Fosfat merupakan unsur yang penting dalam pembentukan
protein dan membantu proses metabolisme sel suatu organisme (Hutagalung et al,
1997).5
Sumber fosfat diperairan laut pada wilayah pesisir dan paparan benua
adalah sungai. Karena sungai membawa hanyutan sampah maupun sumber fosfat
daratan lainnya, sehingga sumber fosfat dimuara sungai lebih besar dari sekitarnya.
Keberadaan fosfat di dalam air akan terurai menjadi senyawa ionisasi, antara lain
dalam bentuk ion H2PO4-, HPO42-, PO43-. Fosfat diabsorpsi oleh fitoplankton dan
seterusnya masuk kedalam rantai makanan.
Fosfat dalam air laut berbentuk ion fosfat. Ion fosfat dibutuhkan pada proses
fotosintesis dan proses lainnya dalam tumbuhan (bentuk ATP dan Nukleotid
koenzim). Penyerapan dari fosfat dapat berlangsung terus walaupun dalam keadaan
gelap. Ortofosfat (H3PO4) adalah bentuk fosfat anorganik yang paling banyak
terdapat dalam siklus fosfat. Distribusi bentuk yang beragam dari fosfat di air laut
dipengaruhi oleh proses biologi dan fisik. Dipermukaan air, fosfat di angkut oleh
fitoplankton sejak proses fotosintesis. Konsentrasi fosfat di atas 0,3 m akan

2
menyebabkan kecepatan pertumbuhan pada banyak spesies fitoplankton. Untuk
konsentrasi dibawah 0,3 m ada bagian sel yang cocok menghalangi dan sel fosfat
kurang diproduksi.
Diperairan, bentuk unsur fosfor berubah secara terus menerus akibat proses
dekomposisi dan sintesis antara bentuk organik, dan bentuk anorganik yang
dilakukan oleh mikroba. Semua polifosfat mengalami hidrolisis membentuk
ortofosfat. Perubahan ini bergantung pada suhu yang mendekati titik didih,
perubahan polifosfat menjadi ortofosfat berlangsung cepat. Kecepatan ini
meningkat dengan menurunnya nilai pH. Perubahan polifosfat menjadi ortofosfat
pada air limbah yang mengandung banyak bakteri lebih cepat dibandingkan dengan
perubahan yang terjadi pada air bersih.
2.2 Pengambilan Bahan Baku dari Alam
Deposit phosphate rock tersebar luar di daerah endapan atau daerah
sedimen. Umumnya terendapkan di laut yang sangat dangkal, dekat pantai atau
lingkungan dengan energi rendah. Phospate rock terbentuk di Lautan dangkal
terutama disebabkan oleh aktivitas bakteri, namun hanya bila beberapa kondisi
dapat terpenuhi. Maka dari itu formasi sedimen ini cukup langka. Misalnya,
phosphate rock terbentuk hanya di samudra tropis yang hangat dimana terdapat
aliran air dingin di samping pantai. (Baturin, 1981)
Sumber bahan baku paling utama adalah fluoruoapatite atau
3Ca3(PO4)2CaF2 atau sering disebut juga phosphate rock. Impuritas phosphate rock
mengandung kalsium, besi(III)oksida, aluminium oksida.

Gambar 2.2.1 Phosphate Rock


Sedimen phosphat rock cendrung ditemukan di endapan longgar. Di Florida,
ditemukan terutama didalam satu lapisan tanah liat dan pasir setebal 10-20 ft, dan

3
15-50 dibawah permukaan. Setelah alat berat menggali sedimen hingga lapisan
yang diinginkan, penambang memindahkan sedimen yang kaya akan fosfor
kedalam pit. Dalam produksi elemen fosfor (P) (fosfor putih dan fosfor merah),
phosphate rock dimasukan kedalam Submerged-arc furnace ditambah dengan
bahan coke (karbon) dan gravel (silika) (Wohler Process).
2.3 Benefisiasi Bahan Baku
Benefisiasi bahan baku dilakukan untuk mendapatkan bahan baku yang
sesuai serta membuang bahan yang tidak diperlukan dalam proses selanjutnya.
Benefisiasi bahan baku pembuatan elemen fosfor secara umum dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pengujian
Phospate rock yang sudah masuk washing plant akan menghasilkan kerikil
phospate. Kerikil ini diuji untuk mengetahui kandungan magnesium monoksida
(MgO). Jika konsentrai MgO kurang dari 1%, maka phospate rock dianggap produk
dan tidak memerlukan proses benefisiasi lebih lanjut. Jika kandungan MgO lebih
dari 1%, phosphate rock akan langsung ditransport ke heavy separation plant untuk
menghilangkan kandungan MgO.
2. Flotation
Umpan flotation dimasukan kedalam flotation plant, dimana phosphate rock masuk
melewati hydraulic sizing untuk disaring dan dipisah menjadi 3 ukuran berbeda.
3. Washing
Didalam washing plant akan dihasilkan dan puing-puing besar dan lempung yang
sangat kecil, yang mana dianggap sebagai limbah dan akan diolah lebih lanjut.

4
Gambar 2.4.1 PFD Pembuatan Elemen Fosfor Putih

2.4 Proses Utama Pembuatan Elemen Fosfor


1. Persiapan Bahan Baku
Phosphate rock yang sudah menjadi bentuk biji diproses lebih lanjut. Persiapan
bahan baku terdiri dari stockpiling, screening dan crushing, briquetting, calcining,
dan proporsi biji, coke, dan silica. Biji phospate di screening untuk membuang
material yang oversize, lalu dilakukan crushing agar ukuran biji menjadi sama dan
kemudian dikirim ke proses briquetting. Proses briqutting yaitu mempress material
tadi menjadi bentuk briket-briket. Kemudian briket ini masuk k proses kalsinasi,
dimana briket dipanaskan untuk membakar material organic, menghilangkan
kandungan air dan untuk mengeraskan struktur briket. Briket yang sudah di
kalsinasi disebut nodul. Nodul didinginkan dan disimpan untuk penggunaan dilain
waktu atau langsung di umpankan ke proses selanjutnya.
2. Proporsi Bahan Baku (Agglomaration)
Nodul yang diumpankan akan dicampur dengan coke dan silika didalam tangki
proporsi, yang akan menghasilkan campuran (burden). Burden ini kemudian akan
diumpankan ke dalam reaktor tungku elektrothermal.
3. Reaksi
Burden yang sudah terbentuk diumpankan kedalam tungku Submerged-arc furnace.
Submerged-arc furnace merupakan salah satu reaktor elektothermal. Raw material
tadi dibakar didalam reaktor pada temperatur antara 1150oC hingga 1400oC.
Didalam proses ini biji phospate tereduksi oleh kehadiran karbon(coke) dan silika.

5
Ca10(PO4)6F2 + 15C + 9SiO2 3P2(g) + 9[(CaOSiO2)] + CaF2 + 15CO(g)

Reaksi utama ini menghasilkan cairan liquid kalsium silikat slag, karbon
monoksida dan gas phosphorus. Karbon monoksida dihasilkan dari karbon dioksida
dan karbon (coke). Silika bertindak sebagai fluks, mengubah kalsium oksida
menjadi:
CaO + SiO2 CaSiO3

Dalam proses ini akan dihasilkan uap fofor dan gas monoksida. Produk samping
dari proses ini meliputi ferrophosphorus (Fe2P) , yang dihasilkan dari impuritas besi
yang terkandung didalam phospate rock serta ampas (slug).
4. Pembersihan
Karbon monoksida dan uap fosfor tadi dialirkan dari pipa keluaran gas yang di
bagian atas reaktor menuju reaktor filter elektrostatik (electrostatic precipitator)
untuk di purifikasi. Electrostatic precipitator merupakan alat penyaringan yang
menghilangkan partikel halus, seperti debu dan asap., dari gas yang mengalir
menggunakan muatan elektrostatik terinduksi minimal untuk menyaring gas.
Purifikasi gas ini bekerja pada temperatur sekitar 280oC untuk mencegah
kondensasi fosfor. Sekitar 0.04 kg debu yang terpisah per m3 gas.
5. Kondensasi
Pada pabrik modern saat ini kondensasi fosfor dilakukan dalam dua tahap :
a. Pada menara kondensasi pertama, gas fosfor dan gas CO yang diumpan pada
bawah menara disemprotkan air bersuhu 50 60oC dari atas menara sehingga
gas fosfor terkondensasi menjadi cairan fosfor.
b. Pada menara kondensasi kedua menggunakan air bersuhu 10-20oC sehingga
menjadi padatan fosfor putih.
Fosfor putih yang terbentuk kemudian dipisahkan dari air yang digunakan dalam
proses kondensasi sebelumnya. Setelah dipisahkan fosfor putih siap dipasarkan.

6
Berikut data kuantitatif neraca massa produksi fosfor putih :

1. Basis : 1 ton Phospor Kuning (93 % yield)


2. Batuan phosphate : 7.5 ton pada 32% P2O5, untuk 9,6 ton pada 25% P2O5
3. Pasir : 3.3-3.8 ton
4. Batu Bara : 1.6-1.8 ton
5. Elektroda karbon : 18-25 kg
6. Listrik : 12,000-15,000 KWH
7. Pendingin Air : 200-250 ton
8. Kapasitas Pabrik : 25 70 ton perhari
dan produksi dari produk sampingan berikut ini:

1. 7,7 t silikat silikat (90% kalsium silikat)


2. 0. 15 t dari ferrophosphorus
3. 0,1 t filter dust (20% P2O5)
4. gas buang 2500 m3 (85% karbon monoksida)

Reaktor dengan kekuatan efektif 70MW dapat menghasilkan maksimum 5,4 t fosfor
per jam.

2.5 Penggunaan Elemen Fosfor Putih


Fosfor putih dapat digunakan dalam sebagai bahan pembuatan membuat
senyawa organofosfat melalui klorida fosfor intermediate dan dua sulfida fosfor,
fosfor pentasulfida, dan fosfor sesquisulfida. Senyawa organofosfat memiliki
banyak kegunaan seperti pestisida, agen ekstraksi, agen saraf, dan pengolahan air.
Fosfor juga merupakan komponen penting dalam produksi baja, dalam
pembuatan perunggu fosfor, dan di banyak produk terkait lainnya. Fosfor
ditambahkan ke logam tembaga selama proses peleburan untuk bereaksi dengan
kehadiran oksigen sebagai pengotor dalam tembaga dan untuk menghasilkan
paduan tembaga mengandung Cu (CuOFP) dengan ketahanan embrittlement
hidrogen yang lebih tinggi daripada tembaga normal.

7
2.6 Pengolahan Limbah Industri Fosfor
Karbon monoksida, dapat diumpan kembali sebagai sumber energi yang
dapat digunakan kembali, misalnya digunakan dalam proses sintering butir apatite.
Limbah ferrosphosphorus, bahan ini tidak dianggap sebagai limbah berbahaya.
Setelah keluar dari tungku reaktor elektrothermal, bahan ini didinginkan kemudian
dihancurkan dan disaring. Ferrosphosphorus memiliki sekitar 7 14% kandungan
vanadium yang merupakan sumber vanadium terpenting kedua di USA.
Slag merupakan limbah yang mengandung kalsium silikat. Untuk setiap 1lb
fosfor putih diproduksi, akan menghasilkan 4 lb slag. Slag yang keluar dari tungku
reaktor elektrothermal akan tersalur ke dalam slag pit. Slag memiliki daya jual yang
terbatas, misalnya untuk bahan campuran pembuatan jalan. Debu yang masih
mengandung fosfor hasil penyaringan di filter elektrostatis dapat diproses dan
dijadikan umpan kembali dalam proses produksi fosfor putih. Debu fosfor di
granulasi agar partikel-partikel debu membentuk partikel yang lebih besar sehingga
dapat digunakan kembali.

8
BAB 3
PENUTUUP
3.1 Kesimpulan
Bahan baku yang diperlukan untuk memproduksi fosfor putih merupakan
phospate rock. Phospate rock didapat dari batuan sedimentasi yang berada pada tepi
atau garis pantai yang terdapak aktifitas biologi berupa fitoplankton dan mikroba.
Pengambilan phospate rock dapat dibantu dengan alat berat yang berada dilokasi
pertambangan dengan mengeruk tanah yang terdapat sedimen phospate rock.
Sebelum masuk proses produksi fosfor, phospate rock di benefisiasi terlebih
dahulu agar bahan baku dapat digunakan dalam proses selanjutnya serta
menghilangkan bahan-bahan lain yang tidak digunakan dalam proses produksi
fosfor putih. Proses benefisiasi meliputi pengujian pada kandungan phospate rock,
flotation untuk menyaring dan memisahkan bahan menjadi 3 ukuran berbeda, dan
washing untuk membersihkan bahan baku dari bahan yang berukuran terlalu besar
dan terlalu kecil.
Proses produksi fosfor dilakukan dengan menggunakan prinsip proses
wohler, yaitu proses sintesis bahan organik dari bahan-bahan anorganik. Phospate
rock yang sudah di benefisiasi kemudian di proses hingga menjadi briket-briket
phospate. Kemudian briket ini dicampur dengan coke dan silika didalam tangki
proporsi menghasilkan burden. Burden ini kemudian diumpankan ke tungku
elektromal agar terjadi reaksi reduksi. Dari proses ini akan dihasilkan uap fosfor,
gas monoksida, serta produk samping berupa ferrophorus dan slag yang dapat di
olah lebih lanjut. Kemudian uap fosfor dan gas monoksida difilter didalam reaktor
filter elektrostatik persipator. Setelah di bahan bebas dari debu dan kotoran, gas
fosfor di kondensasi. Kondensasi dilakukan dua tahap, kondensasi pertama akan
meghasilkan cairan fosfor dan kondensasi yang kedua akan menghasilkan padatan
fosfor putih.
Limbah atau produksi samping yang dihasilkan dari produksi fosfor putih
berupa slag, debu, gas monoksida, dan ferrophospate. Debu dan gas monoksida
dapat diumpankan lagi kedalam proses produksi fosfor putih. Debu dapat
digunakan sebagai bahan baku ulang karena debu ini masih memiliki kandungan
fosfor. Gas monoksida dapat diumpankan kembali menjadi sumber pembangkit

9
energi didalam proses produksi fosfor. Limbah ferrophosporus memiliki
kandungan vanadium yang menjadi sumber vanadium terpenting kedua di USA.
Slag dapat digunakan sebagai bahan campuran pembuatan jalan.
3.3 Saran
Penulisan makalah ini perlu diperbaiki lagi agar menjadi makalah yang
layak untuk dibaca serta dapat digunakan sebagai literatur. Penambahan kaijian
literatur dan pustaka perlu dilakukan lebih dalam agar makalah ini memiliki
informasi yang aktual dan akurat.

10
DAFTAR PUSTAKA
Baturin, G.N, Phosphorites on the Sea Floor: Origin, Composition and Distribution.
Elsevier. 1981, New York, pp. 2450 ISBN 044441990X. Dari halaman
https://en.wikipedia.org/wiki/Phosphorite#cite_note-fao-1
https://en.wikipedia.org/wiki/Phosphate_mining_in_the_United_States#Industry_
structure
https://en.wikipedia.org/wiki/Submerged-arc_furnace_for_phosphorus_production
https://energy.gov/sites/prod/files/2013/11/f4/phosphate.pdf
https://mineralseducationcoalition.org/minerals-database/phosphate-rock

11
LAMPIRAN
1. Fosfor padat dan fosfor cair sama atau tidak?
2. Kesimpulan membuat fosfor merah?
3. (slide 1.C Benefisiasi Bahan Baku) Arti dari benefisiasi?
4. Bagaimana pemanfaatan fosfor (fosfor putih) dalam kehidupan sehari-hari?
5. Bagaimana kondisi phospate rock yang terbentuk dilautan dangkal?
6. Apa aktivitas bakteri dari phospate rock?
7. Jelaskan proses kalsinasi?
8. Adakah faktor penghambat eksternal maupun internal dalam pembuatan fosfor?
9. Prinsip kerja dari benefisiasi?

ANSWER
4. Fosfor putih dapat digunakan dalam sebagai bahan pembuatan membuat senyawa
organofosfat melalui klorida fosfor intermediate dan dua sulfida fosfor, fosfor
pentasulfida, dan fosfor sesquisulfida. Senyawa organofosfat memiliki banyak
kegunaan seperti pestisida, agen ekstraksi, agen saraf, dan pengolahan air

9. prinsip kerja benefisiasi bahan baku pembuatan elemen fosfor secara umum
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Pengujian

Phospate rock yang sudah masuk washing plant akan menghasilkan kerikil
phospate. Kerikil ini diuji untuk mengetahui kandungan magnesium monoksida
(MgO). Jika konsentrai MgO kurang dari 1%, maka phospate rock dianggap produk
dan tidak memerlukan proses benefisiasi lebih lanjut. Jika kandungan MgO lebih
dari 1%, phosphate rock akan langsung ditransport ke heavy separation plant untuk
menghilangkan kandungan MgO.

Flotation

Umpan flotation dimasukan kedalam flotation plant, dimana phosphate rock masuk
melewati hydraulic sizing untuk disaring dan dipisah menjadi 3 ukuran berbeda.

Washing

12
Didalam washing plant akan dihasilkan dan puing-puing besar dan lempung yang
sangat kecil, yang mana dianggap sebagai limbah dan akan diolah lebih lanjut.

3. Benefisiasi adalah proses yang dilakukan untuk mendapatkan bahan baku yang
sesuai serta membuang bahan yang tidak diperlukan.
2. proses pembuatan fosfor merah tidak sama seperti pembuatan fosfor putih.
Fosfor merah tidak mudah terbakar meski mudah di nyalakan. Pada proses
proses produksi nya dimulai dari menjalankan fosfor putih dari tangki
penyimpanan ke dalam panci baja, dimana ia disimpan dibawah lapisan air.
Setelah itu tutup tanki baja dengan penutup yang telah di lengkapi dengan piai
pengaman dan diikat dengan kencang. Panas kan panci selama 3 4 hari pada
temperatur 550K. Pada proses pemanasan akan terbentuk uap air, uap air tersebut
akan lolos melalui pipa pengaman dan akan kehilangan uap fosfor. Kehilangan
uap fosfor ini akan dicegah dengan sistem pengental refluks. Setelah 48 jam
pemanasan suhu di naikan menjadi 673K saat sebagian besar fosfor putuih tidak
berubah saat penyulingan. Setelah itu akan terdapat isis pot pada proses tersebut.
Isi nya disimpan pada keadaan basah dan di lakukan poengilingan untuk
menghasilkan bubur fosfor merah, dan tambahkan natrium karbonat. Bubur
fosfor merah yang terbentuk dikeluarkan dan dikeringkan pada vakum.

7.Kalsinasi merupakan proses dekomposisi dari senyawa dengan menggunakan


temperatur tinggi. Temperatur yang digunakan tersebut tergantung dengan
senyawa yang ingin dikalsinasi. Produk kalsinasi kemudian disebut dengan
kalsin. Proses kalsinasi dapat dilakukan pada shaft furnace, rotary kiln, atau
fluidized bed. Pada shaft furnace proses kalsinasi terbagi dalam 3 zona. Zona
preheating adalah zona tempat material dipanaskan pada temperatur tinggi.
Dilanjutkan zona reaksi yaitu tempat terjadinya reaksi dekomposisi. Zona
terakhir adalah zona pendinginan yaitu tempat pendinginan produk kalsin.
Proses kalsinasi pada rotary kiln contohnya adalah untuk mendekomposisi
senyawa hidrate dari bijih dan untuk menghilangkan senyawa LOI (Loss on
ignition) yang dilakukan di PT ANTAM. Pada proses ini juga terjadi proses

reduksi sebagian dari NiO dan Fe2O3 menjadi Ni dan FeO. Proses kalsinasi ini

membutuhkan temperatur sekitar 1240oC. Produk kalsin kemudian akan


menuju proses pemurnian pada tanur.

13
14

Anda mungkin juga menyukai