Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH KOMUNIKASI MASSA

ANALIS TEKS BERITA


( ANALISIS ISI, ANALISIS WACANA DAN ANALISIS SEMIOTIK)

DISUSUN OLEH :
1. RATRI KUSUMASTUTI

(11356)

2. LESTARI KHOIRUNNISA

(11430)

3. ARSYADANI SABILLA HAQ (11456)

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2010

BAB I
PENDAHULUAN

Awal munculnya analisis berita diawali dengan pandangan bahwa informasi atau berita
dianggap suci sehingga tidak dapat diinterferensi. Gagasan interpretative reporting di dunia
jurnalistik dipelopori oleh Curtis D. Mac Dougall pada tahun 1938. Intinya adalah bagaimana
menyampaikan berita dalam konteks.
Kewajiban media adalah memberikan penuturan yang benar, komprehensif, dan cerdas
tentang peristiwa sehari - hari dalam konteks yang memberikan makna. Media adalah voicing
the voiceless, menyuarakan yang tidak bersuara dan powering the powerless, menguatkan
yang tidak berkekuatan.
Teknik-teknik analisis yang diterapkan, secara garis besar terdiri atas teknik-teknik
kuantitatif dan kualitatif. Teknik analisis kuantitatif adalah yang paling dapat mengatasi
kekurangan dalam objektivitas, namun hasilnya sering kurang mantap. Titik tolaknya ialah
bahwa ciri-ciri yang diukur dinyatakan sebagai tanda. Dalam surat kabar, perhatian terhadap
masalah dinyatakan dalam jumlah kolom, besarnya judul, jumlah ilustrasi dan letak (halaman
depan atau lain). Pada analisis kualitatif, tanda-tanda yang diteliti tidak, atau hampir tidak, dapat
diukur secara matematis. Analisis semacam ini sering menyerang masalah yang berkaitan dengan
arti tambahan dari istilah yang digunakan.
Dalam makalah kali ini, kelompok kami akan sedikit menjelaskan tentang analisis isi
(content analysis), analisis wacana, dan analisis semiotik.

BAB II
ISI
ANALISIS ISI (CONTENT ANALYSIS)
Analisis isi (Content Analysis) adalah teknik penelitian untuk membuat inferensi
inferensi yang dapat ditiru (replicable), dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya.
Analisis isi berhubungan dengan komunikasi atau isi komunikasi. Pelopor analisis adalah Harold
D. Laswell, yang memelopori teknik simbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara
sistematis.
Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi. Baik surat
kabar, berita radio, iklan televisi maupun semua bahan-bahan dokumentasi yang lain. Hampir
semua disiplin ilmu sosial dapat menggunakan analisis isi sebagai teknik/metode penelitian.
Holsti menunjukkan tiga bidang yang banyak mempergunakan analisis isi, yang besarnya hampir
75% dari keseluruhan studi empirik, yaitu penelitian sosioantropologis (27,7 persen), komunikasi
umum (25,9%), dan ilmu politik (21,5%).
Analisis isi tidak dapat diberlakukan pada semua penelitian sosial. Analisis isi dapat
dipergunakan jika memiliki syarat berikut.
1. Data yang tersedia sebagian besar terdiri dari bahan-bahan yang terdokumentasi (buku, surat
kabar, pita rekaman, naskah/manuscript).
2. Ada keterangan pelengkap atau kerangka teori tertentu yang menerangkan tentang dan sebagai
metode pendekatan terhadap data tersebut.
3. Peneliti memiliki kemampuan teknis untuk mengolah bahan-bahan/data-data yang
dikumpulkannya karena sebagian dokumentasi tersebut bersifat sangat khas/spesifik.
Altheide (1996:2) mengatakan bahwa analisis isi kualitatif disebut pula sebagai
Ethnographic Content Analysis (ECA), yaitu perpaduan analisis isi objektif dengan observasi
partisipan. Artinya, istilah ECA adalah periset berinteraksi dengan material-material dokumentasi
atau bahkan melakukan wawancara mendalam sehingga pertanyaan-pertanyaan yang spesifik
dapat diletakkan pada konteks yang tepat untuk di analisis.
Karena itu beberapa yang harus diperhatikan oleh periset:

Isi (content) atau situasi sosial seputar dokumen (pesan/teks) yang diriset. Misalnya, periset
harus mempertimbangkan faktor ideologi institusi media, latar belakang wartawan & bisnis,
karena faktor-faktor ini menentukan isi berita dari media tersebut.
Proses atau bagaimana suatu produk media/isi pesannya dikreasi secara aktual dan
diorganisasikan secara bersama. Misalnya bagaimana berita diproses, bagaimana format
pemberitaan TV yang dianalisis tadi disesuaikan dengan keberadaan dari tim pemberitaan,
bagaimana realitas objektif diedit ke dalam realitas media massa, dan lainnya.
Emergence, yakni pembentukan secara gradual/bertahap dari makna sebuah pesan melalui
pemahaman dan interprestasi. Di sini periset menggunakan dokumen atau teks untuk
membantu memahami proses dan makna dari aktivitas-aktivitas sosial. Dalam proses ini
periset akan mengetahui apa dan bagaimana si pembuat pesan di pengaruhi oleh lingkungan
sosialnya atau bagaimana si pembuat pesan mendefinisikan sebuah situasi (Ida, 2001:148).
ANALISIS WACANA
Analisis wacana merupakan studi tentang struktur pesan dalam komunikasi atau telaah
melalui aneka fungsi bahasa (Sobur, 2001:48). Analisis wacana lahir dari kesadaran bahwa
persoalan yang terdapat dalam komunikasi bukan terbatas pada penggunaan kalimat atau bagian
kalimat, fungsi ucapan, tetapi juga mencakup struktur pesan yang lebih kompleks dan inheren
yang disebut wacana (Littlejohn, 1996:84). Dalam Analisis Wacana Kritis (Critical Dicourse
Analysis / CDA), wacana tidak hanya dipahami sebagai studi bahasa. Bahasa dianalisis tidak
hanya dari aspek kebahasaan saja, tetapi juga menghubungkannya dengan konteks. Konteks
disini berarti bahasa dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu, termasuk didalamnya praktik
kekuasaan.
Analisis wacana adalah analisis isi yang lebih bersifat kualitatif dan dapat menjadi salah
satu alternatif untuk melengkapi dan menutupi kelemahan dari analisis isi kuantitatif yang
selama ini banyak digunakan oleh para peneliti. Jika pada analisis kuantitatif, pertanyaan lebih
ditekankan untuk menjawab apa (what) dari pesan atau teks komunikasi, pada analisis wacana
lebih difokuskan untuk melihat pada bagaimana (how), yaitu bagaimana isi teks berita dan
juga bagaimana pesan itu disampaikan.
Beberapa perbedaan mendasar antara analisis wacana dengan analisis isi yang bersifat
kuantitatif adalah sebagai berikut.

Analisis wacana lebih bersifat kualitatif daripada yang umum dilakukan dalam analisis isi
kuantitatif karena analisis wacana lebih menekankan pada pemaknaan teks daripada
penjumlahan unit kategori, seperti dalam analisis isi.
Analisis isi kuantitatif digunakan untuk membedah muatan teks komunikasi yang bersifat
manifest (nyata), sedangkan analisis wacana justru memfokuskan pada pesan yang bersifat
latent (tersembunyi).
Analisis isi kuantitatif hanya dapat mempertimbangkan apa yang dikatakan (what), tetapi
tidak dapat menyelidiki bagaimana ia dikatakan (how).
Analisis wacana tidak berpretensi melakukan generalisasi, sedangkan analisis isi kuantitatif
memang diarahkan untuk membuat generalisasi.
Model analisis wacana yang diperkenalkan oleh van Dijk sering kali disebut sebagai
kognisi sosial, yaitu suatu pendekatan yang diadopsi dari bidang psikologi sosial. Menurut van
Dijk, ada 3 dimensi yang membentuk suatu wacana sehingga analisis yang dilakukan terhadap
suatu wacana harus meliputi ketiga dimensi tersebut, yaitu teks, kognisi sosial, dan konteks
sosial.
ANALISIS SEMIOTIK (SEMIOTIC ANALYSIS)
Pengertian semiotika secara terminologis adalah ilmu yang mempelejari sederetan luas
objek-objek peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Menurut Eco, semiotik sebagai ilmu
tanda (sign) dan segala yang berhubungan dengan cara berfungsinya, hubungannya dengan
yang lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya. Selain itu,
semiotika memiliki arti bidang studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja (dikatakan
juga semiologi). Dalam memahami studi tentang makna setidaknya terdapat tiga unsur utama
yakni; (1) tanda, (2) acuan tanda, dan (3) pengguna tanda. Tanda merupakan sesuatu yang
bersifat fisik, bisa dipersepsi indra kita, tanda mengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri, dan
bergantung

pada

pengenalan

oleh

penggunanya

sehingga

disebut

tanda.

Misalnya;

mangacungkan jempol kepada kawan kita yang berprestasi. Dalam hal ini, tanda mengacu
sebagai pujian dari saya dan ini diakui seperti itu baik oleh saya maupun teman saya yang
berprestasi. Makna disampaikan dari saya kepada teman yang berprestasi maka komunikasi pun
berlangsung.

Menurut Eco, ada sembilan belas bidang yang bisa dipertimbangkan sebagai bahan
kajian untuk semiotik, yaitu semiotik binatang, semiotik tanda-tanda bauan, komunikasi rabaan,
kode-kode cecapan, paralinguistik, semiotik medis, kinesik dan proksemik, kode-kode musik,
bahasa yang diformalkan, bahasa tertulis, alfabet tak dikenal, kode rahasia, bahasa alam,
komunikasi visual, sistem objek, dan sebagainya Semiotika di bidang komunikasi pun juga tidak
terbatas, misalnya saja bisa mengambil objek penelitian, seperti pemberitaan di media massa,
komunikasi periklanan, tanda-tanda nonverbal, film, komik kartun, dan sastra sampai kepada
musik.

KESIMPULAN
1. Analisis teks dapat dibedakan menjadi analisis isi,analisis wacana, dan analisis
semiotik
2. Pada analisis kuantitatif, pertanyaan lebih ditekankan untuk menjawab apa (what)
dari pesan atau teks komunikasi, pada analisis wacana lebih difokuskan untuk melihat
pada bagaimana (how), yaitu bagaimana isi teks berita dan juga bagaimana pesan
itu disampaikan.
3. Analisis semiotik didasarkan pada tanda verbal dan tanda visual.

DAFTAR PUSTAKA
http://cahpct.prigadshop.com/?p=1150
http://bagusboedhi.blogspot.com/2008/12/judul-analisis-wacana-kritis-tentang.html
http://andreyuris.wordpress.com/2009/09/02/analisis-isi-contentanalysis/http://masyopicenter.blogspot.com/2009/12/analisa-teks-berita-tentangtragedi-wtc.html

Anda mungkin juga menyukai