Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN :

KEGIATAN KUNJUNGAN TATAP MUKA/ANJANGSANA PERORANGAN


a.   Tanggal Pelaksanaan         : 4 Februari 2020      
b.   Waktu                               : Pukul 09.00 WIB s.d selesai
c.   Tempat/ Lokasi                  : Rumah Irmaya Nur Fajrin

Materi Pertemuan : “Kewaspadaan OPT”


Hama dan penyakit atau sering disebut Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) pada tanaman meruBuan salah satu faktor yang
menghambat usaha peningkatan produksi tanaman. Serangan OPT tidak saja menyebabkan kehilangan kuantitas hasil dan
menurunkan kualitasnya, tapi juga dapat menghilangkan kepercayaan petani terhadap program peningkatan produksi tanaman
pangan. Kerusakan tanaman akibat OPT beraneka ragam, mulai dari intensitas serangan hingga puso. Hal ini dapat diopengaruhi
oleh ketahanan varietas tanaman terhadap OPT, keadaan lingkungan fisik dan biotik, terdapatnya sumber serangan, serta
kemampuan petani untuk mengendalikan.
Perlindungan tanaman terhadap gangguan OPT pada tanaman pangan bertujuan untuk mempertahankan produktivitas
pada taraf tinggi dengan memperhatikan kelestarian lingkungan dan keseimbangan sumber daya alam. Kegiatan ini diarahkan agar
tercipta suatu keadaan dimana faktor-faktor yang menentukan produksi dapat berfungsi secara optimal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan hama pada tanaman di antaranya adalah :

Tanaman inang
Tanaman sebagai inang atau makanan bagi serangga hama sangat dipengaruhi oleh jenis, kwantitas dan kwalitas gizi
tanaman itu sendiri. Setiap tanaman inang mempunyai pengaruhterhadap perkembangan populasi, daya tahan dan jumlah telur
yang diletakkan (Minkenberg 1990). Tanaman inang yang mempunyai kandungan unsur N tinggi dapat meningkatkan aktivitas
makan dan jumlah telur, sehingga mengakibatkan serangan menjadi berat dan berkorelasi positif dengan kelimpahan populasi hama
tanaman di lapangan (Parella 1987). Kemampuan bertelur serangga hama juga sangat tergantung pada kwalitas dan kwantitas
sumber makanan. Ketersediaan berbagai jenis tanaman inang di lapangan selain membantu pertumbuhan dan perkembangan hama,
juga mambantu pemencarannya

Musuh alami
Perkembangan populasi hama tanaman di lapangan sangat dipengaruhi oleh musuh alami seperti parasitoid dan predator.
Parasitoid adalah serangga yang hidup dengan memarasit pada / di dalam serangga lain hanya selama pra dewasa. Predator adalah
serangga yang memangsa lebih dari satu individu uantuk menyelesaikan satu siklus hidupnya (De bach 1973). Musuh alami yang
sudah tersedia di lapangan sangat mempengaruhi keberadaan hama dan dapat menghambat perkembangan serangga hama.
Pengukuran terhadap populasi musuh alami dengan tujuan untuk menaksir secara langsung mortalitas populasi inang yang
disebabkan oleh musuh alami dinamakan parasitisasi dan predasi. Tingkat parasitisasi dan predasi serta distribusi beberapa musuh
alami ini tidak merata pada berbagai tanaman inang, dan berbeda-beda menurut jenis tanaman dan lokasi ditemukan. Selain itu
parasitoid dan predator dapat dikelompokkan sesuai spesies serangga inang, tanaman inang, dan daerah geografis tempat tanaman
inang tumbuh (Susilawati et al.2001)

Faktor lingkungan
Suhu dan kelembaban juga banyak mempengaruhi perkembangan hama. Hasil penelitian membuktikan bahwa perilaku
hama, terutama perilaku makan dan peletakan telur sangat dipengaruhi suhu. Suhu udara yang sangat membantu kehidupan hama
berkisar 27-300c, dengan kelembaban udara sedang, yang sesuai dengan kondisi perkembangan tanaman sebagai inang hama.

 Ketua Perorangan Pamanukan, 4 Februari 2020


Penyuluh Pertanian

Irmaya Nur Fajrin


Muhamad Aditya Nugraha
NIP. 19860315 201101 1 006

Mengetahui,
Koordinator Penyuluh Pertanian
Kecamatan Pamanukan

Tuti Mulyana, SP
NIP. 19650525 198903 2 014
LAPORAN :
KEGIATAN KUNJUNGAN TATAP MUKA/ANJANGSANA PERORANGAN
a.   Tanggal Pelaksanaan         : 17 Maret 2020      
b.   Waktu                               : Pukul 09.00 WIB s.d selesai
c.   Tempat/ Lokasi                  : Rumah Irmaya Nur Fajrin

Materi Pertemuan : “Pupuk Organik”

Pupuk organik meruBuan pupuk yang tersusun dari materi-materi makhluk hidup, seperti pelapukan
sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia. Jadi, pupuk organik mengandung banyak bahan organik dibanding
kadar haranya.

Pupuk organik bisa dibuat dari berbagai macam jenis bahan, contohnya: sisa tanaman (tongkol
jagung, sabut kelapa, dan jerami), serbuk kayu, kotoran hewan, limbah pasar, limbah pabrik, dan pupuk
hijau. Karena banyaknya bahan dasar yang bisa digunakan sebagai bahan pembuat pupuk organik, maka
kualitas pupuk yang dihasilkan bisa beragam, sesuai dengan kualitas bahan dasar pembuatannya.

Beberapa jenis pupuk organik yang biasa diBuai antara lain:

1. Pupuk Hijau
Pupuk ini berasal dari proses pelapukan tanaman, biasanya berupa sisa tanaman panen atau tanaman
yang memang sengaja ditanam untuk nanti diambil bagian hijaunya. Jenis tanaman yang bisa digunakan
untuk membuat pupuk hijau sangat banyak (apa saja), tetapi jenis kacang- kacangan sangat dianjurkan karena
memiliki kandungan nitrogen yang cenderung lebih tinggi dibanding jenis tanaman lainnya.

2. Pupuk Kandang
Pupuk ini sepertinya sudah biasa digunakan banyak petani. Pupuk yang proses pembuatannya sangat
sederhana dan biasa digunakan untuk dasar tanaman. Pupuk kandang sangatlah efektif untuk menyuburkan
tanah dan tumbuhan. Keunggulan pupuk ini antara lain: memperbaiki struktur fisik tanah, memacu aktivitas
biologi tanah, dan membantu perkembangan kehidupan mikroorganisme tanah.

3. Pupuk Kompos
Pupuk ini biasa digunakan pada budidaya atau perawatan tanaman rumahan. Pupuk yang umumnya
terbentuk dari sisa bahan organik seperti tumbuhan, hewan, dan limbah organik lalu secara alami
terdekomposisi atau terurai. Pupuk kompos memiliki keunggulan yaitu membuat tanah menjadi gembur serta
menguatkan unsur hara pada tanah berpasir.

Pamanukan, 17 Maret 2020


 Ketua Perorangan Penyuluh Pertanian

Irmaya Nur Fajrin Muhamad Aditya Nugraha


NIP. 19860315 201101 1 006

Mengetahui,
Koordinator Penyuluh Pertanian
Kecamatan Pamanukan

Tuti Mulyana, SP
NIP. 19650525 198903 2 014
LAPORAN :
KEGIATAN KUNJUNGAN TATAP MUKA/ANJANGSANA PERORANGAN
a.   Tanggal Pelaksanaan         : 28 April 2020      
b.   Waktu                               : Pukul 09.00 WIB s.d selesai
c.   Tempat/ Lokasi                  : Rumah Irmaya Nur Fajrin

Materi Pertemuan : “pH Tanah”

Kondisi tanah sangat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Struktur hara tanah yang ideal
memungkinkan tanaman tumbuh subur, sehingga akan menghasilkan panen yang optimal. Supaya tanaman
tumbuh ideal dibutuhkan keasaman tanah dengan pH antara 5,5 6,5. Lahan sawah yang mempunyai
keasaman tinggi hanya menghasilkan panen 2.5-3 ton/Ha. Kondisi ini tanah masam ini masih ditambah
kondisi curah hujan yang tidak menentu akibat perubahan iklim. Tentunya ini sangat merugikan petani
karena pendapatan yang turun.

Perlu diketahui bahwa pada tanaman padi seringkali muncul gejala serupa yang disebut dengan asem-
aseman padi yang dimana gejalanya nyaris sama dengan penyakit blas yang disebabkan oleh jamur dan juga
penyakit kresek yang disebabkan oleh bakteri. Lebih jelasnya, asem-aseman adalah suatu gejala dimana daun
padi yang tadinya hijau menjadi kuning kemerahan diawali dari ujung dan menjalar ke pangkal daun. Tak
lama kemudian, daun akan mengering dan pertumbuhannya menjadi kerdil. Ketika tanaman dicabut akarnya
tamBu berwarna coklat seperti warna besi berkarat, mudah mengelupas dan sebagian membusuk.

Penyakit asem-asemen pada padi sawah disebabkan oleh adanya proses perombakan sisa-sisa
tanaman padi oleh mikro organisme yang belum selesai pada tanah tersebut. Pada proses tersebut akan
menghasilkan panas pada tanah sawah. Selain itu pada proses perombakan tersebut akan menyebabkan
menurunnya pH tanah sehingga tanah akan cenderung asam. Kejadian seperti ini banyak dijumpai pada lahan
sawah yang kandungan c-organiknya rendah, ditambah dengan kebiasaan petani yang sering menggenangi
sawahnya dengan tujuan untuk menekan pertumbuhan gulma terutaman saat tanaman masih di usia muda.

Pada lahan dengan drainase yang buruk (tidak mendapat masukkan dan air sulit dibuang dari petakan), juga
dipastikan sangat mudah terserang asem-aseman. Kondisi seperti ini jelas akan mengurangi suplai dan proses
pertukaran oksigen di dalam tanah, yang mana fungsinya yang sangat penting bagi perkembangan akar.

Pamanukan, 28 April 2020


 Ketua Perorangan Penyuluh Pertanian

Irmaya Nur Fajrin Muhamad Aditya Nugraha


NIP. 19860315 201101 1 006

Mengetahui,
Koordinator Penyuluh Pertanian
Kecamatan Pamanukan

Tuti Mulyana, SP
NIP. 19650525 198903 2 014
LAPORAN :
KEGIATAN KUNJUNGAN TATAP MUKA/ANJANGSANA PERORANGAN
a.   Tanggal Pelaksanaan         : 26 Juni 2020      
b.   Waktu                               : Pukul 09.00 WIB s.d selesai
c.   Tempat/ Lokasi                  : Rumah Irmaya Nur Fajrin

Materi Pertemuan : “Mikro Organisme Lokal”

MOL (Mikro Organisme Lokal) adalah sekumpulan mikroorganisme yang bermanfaat sebagai starter dalam
penguraian, fermentasi bahan organik menjadi pupuk organik padat maupun cair.
Secara umum, mikroba yang terkandung dalam MOL adalah sebagai berikut :
- Bakteri fotosintetik : bakteri bebas yang mensintesis senyawa nitrogen, gula dan substansi bioaktif lainnya.
Hasil metabolit yang diproduksi dapat diserap langsung oleh tanaman dan tersedia sebagai substrat untuk
perkembangan mikroorganisme yang menguntungkan
- Lactobacillus sp
Berfungsi untuk mengurai bahan organik dengan cepat
- Streptomycetes sp
Berfungsi dalam menghasilkan streptomisin yang bersifat racun terhadap hama penyakit yang merugikan
- Ragi (yeast)
Berfungsi dalam pembelahan sel mikroorganisme yang menguntungkan seperti actinomycetes dan bakteri
asam laktat
- Actinomycetes
Berfungsi untuk menekan jamur dan bakteri berbahaya dengan cara menghancurkan khitin

Pamanukan, 26 Juni 2020


 Ketua Perorangan Penyuluh Pertanian

Irmaya Nur Fajrin Muhamad Aditya Nugraha


NIP. 19860315 201101 1 006

Mengetahui,
Koordinator Penyuluh Pertanian
Kecamatan Pamanukan

Tuti Mulyana, SP
NIP. 19650525 198903 2 014
LAPORAN :
KEGIATAN KUNJUNGAN TATAP MUKA/ANJANGSANA PERORANGAN
a.   Tanggal Pelaksanaan         : 7 Agustus 2020      
b.   Waktu                               : Pukul 09.00 WIB s.d selesai
c.   Tempat/ Lokasi                  : Rumah Irmaya Nur Fajrin

Materi Pertemuan : “Perbanyakan Agensi Hayati Paenibaccilus polymyxa”

Perbanyakan bakteri dengan menggunakan media EKG ( Ekstrak Kentang dan Gula) meruBuan perbanyakan yangb dapat
di lakukan oleh petani sendiri untuk memenuhi kebutuhan agen pengendali hayati khususnya Bakteri. bakteri yang akan di
perbanyak disini salah satunya adalah bakteri Paenibacillus polymyxa sebagai pengendali HDB (Hawar DAun Bakteri). alat
dan bahan yang di butuhkan juga sagat mudah di dapatkan oleh petani. berikut ini adalah langkah-langkah perbanyakan bakteri
dengan menggunakan EKG :
Bahan : Alat
1. Air 5 liter 1. Aerator
2. Kentang 1,5kg 2. Botol aqua bekas 3 buah
3. Gula 75gr 3. Selang
4. Minyak goreng 1 sendok 4. Glasswol
5. Isolat bakteri 1 tube 5. Jerigen
6. Selang L
7. Serbuk PK (Permanganas Kalicus)
Cara Pembuatan : Membuat sirkulasi udara steril
Membuat media cair EKG (Ekstrak Kentang + Gula) 1. Memastikan aerator memiliki tekan udara yang baik.
1. Mengupas kentang hingga bersih dari kulitnya. 2. Sambungkan selang pada aerator.
2. Mencuci kentang yang telah dikupas dengan air hingga 3. Melubangi tutup botol aqua dan tutup jerigen sebesar
bersih. lubang selang L sebanyak 2 lubang, lalu masukkan selang
3. Memotong kentang berbentuk dadu. L kedalamnya.
4. Merebus kentang dengan air sebanyak 5 liter ditambah 4. Memberikan selang pada masing-masing mulut selang
10% volume air dari 5 liter (penambahan berfungsi untuk L, lalu menyambungkan satu sama lainnya. Mulai dari
menjaga air tetap berjumlah 5 liter sebab ada proses aerator, botol aqua pertama, kedua, jerigen dan botol
penguapan pada saat merebus air), sampai kentang aqua ketiga
empuk (tidak hancur). 5. Mengisi botol aqua pertama dengan larutan serbuk PK
5. Memisahkan kentang yang telah direbus dengan airnya sampai leher botol.
(ekstrak kentang) 6. Mengisi botol aqua kedua dengan glasswol setinggi
6. Masukkan gula pada air rebusan kentang lalu aduk leher botol.
sampai larut. 7. Mengisi botol aqua ketiga dengan air aquades.
7. Mendinginkan air rebusan kentang setelah itu 8. Memastikan sirkukasi udara sampai ke botol aqua
masukkan kedalam jerigen ketiga dan tidak ada bocor.

Perbanyakan bakteri media cair EKG


1. Melarutkan bakteri pada tabung kulture dengan air steril.
2. Memasukkan bakteri yang telah dilarutkan pada media cair EKG.
3. Memasukkan minyak goreng sebanyak 1 sendok.
4. Menutup jerigen dengan rapat dan menghidupkan aerator yang telah di modifikasi mengeluarkan sirkulasi udara steril.
5. Menginkubasikan selama 14 hari dengan sirkulasi udara steril 24 jam
Pamanukan, 7 Agustus 2020
 Ketua Perorangan Penyuluh Pertanian

Irmaya Nur Fajrin Muhamad Aditya Nugraha


NIP. 19860315 201101 1 006

Mengetahui,
Koordinator Penyuluh Pertanian
Kecamatan Pamanukan

Tuti Mulyana, SP
NIP. 19650525 198903 2 014
LAPORAN :
KEGIATAN KUNJUNGAN TATAP MUKA/ANJANGSANA PERORANGAN
a.   Tanggal Pelaksanaan         : 18 September 2020      
b.   Waktu                               : Pukul 09.00 WIB s.d selesai
c.   Tempat/ Lokasi                  : Rumah Irmaya Nur Fajrin
Materi Pertemuan : “Pemupukan Berimbang dengan alat Bantu BWD”
Bagan Warna Daun (BWD) berguna untuk mengetahui kecukupan N pada tanaman padi, bentuknya empat persegi
panjang dengan 4 kotak skala warna, mulai dari hijau muda sampai hijau tua.
Dengan bantuan BWD dapat diketahui aBuah tanaman perlu segera di beri pupuk N atau tidak, dan berapa takaran N yang
perlu diberikan. Pemberian pupuk N berdasarkan pengukuran warna daun dengan BWD dapat menekan biaya pemakaian
pupuk sebanyak 15 %-20% dari takatran umum yang digunakan petani tanpa mengurangi hasil. Penggunaan BWD untuk
menentukan waktu aplikasi pupuk N dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu:

Cara atau opsi pertama


yaitu waktu pemupukan ditetapkan lebih dahulu berdasarkan tahap pertumbuhan tanaman ( fixed time), yaitu pada tahap
anakan aktif dan tahap pembentukan malai atau primordia. Nilai baca BWD digunakan untuk mengoreksi takaran pupuk
N yang telah ditetapkan sehingga menjadi lebih tepat sesuai dengan kondisi tanaman.

Cara atau opsi kedua


Yaitu mulai ketika tanaman 14 HST, secara periodik 7-10 hari sekali dilakukan pembacaan daun tanaman padi
menggunakan BWD sampai diketahui nilai kritis saat pupuk N harus diaplikasikan ( real time). Untuk kondisi Indonesia
disarankan menggunakan fixed time.

Cara Penggunaan BWD ( real time)


- Sebelum berumur 14 hari setelah tanam pindah (HST), tanaman padi diberi pupuk dasar N dengan takaran 50-75 kg urea
per hektar. Pada saat itu BWD belum diperlukan.
- Pengukuran tingkat kehijauan daun padi dengan BWD dimulai pada saat tanaman berumur 25-28 HST. Pengukuran
dilanjutkan setiap 7-10 hari sekali, sampai tanaman dalam kondisi bunting atau fase primordia. Cara ini berlaku bagi
varietas unggul biasa. Khusus untuk padi hibrida dan padi tipe baru, pengukuran tingkat kehijauan daun tanaman
dilakukan sampai tanaman sudah berbunga 10%.
- Pilih secara acak 10 rumpun tanaman sehat pada hamparan yang seragam, lalu pilih daun teratas yang telah membuka
penuh pada satu rumpun.
- Taruh bagian tengah daun di atas BWD, lalu bandingkan warna daun tersebut dengan skala warna pada BWD. Jika warna
daun berada di antara dua skala warna di BWD, maka gunakan nilai rata-rata dari kedua skala tersebut, misalnya 3,5 untuk
nilai warna daun yang terletak di antara skala 3 dengan skala 4 BWD.
- Pada saat mengukur daun tanaman dengan BWD, petugas tidak boleh menghadap sinar matahari, karena dapat
mempengaruhi nilai pengukuran.
- Bila memungkinkan, setiap pengukuran dilakukan pada waktu dan oleh orang yang sama, supaya nilai pengukuran lebih
akurat.
- Jika lebih 5 dari 10 daun yang diamati warnanya dalam batas kritis atau dengan nilai rata-rata kurang dari 4,0 maka
tanaman perlu segera diberi pupuk N dengan takaran :
50-75 kg urea per hektar pada musim hasil rendah (di tempat-tempat tertentu seperti Subang Jawa Barat, musim hasil
rendah adalah musim kemarau).
- Apabila nilai warna daun padi hibrida dan padi tipe baru pada saat tanaman dalam kondisi keluar malai dan 10% berbunga
berada pada skala 4 atau kurang, maka tanaman perlu diberi tambahan pupuk N (bonus) dengan takaran 50 kg urea per
hektar.
Pamanukan, 18 September 2020
 Ketua Perorangan Penyuluh Pertanian

Irmaya Nur Fajrin Muhamad Aditya Nugraha


NIP. 19860315 201101 1 006

Mengetahui,
Koordinator Penyuluh Pertanian
Kecamatan Pamanukan

Tuti Mulyana, SP
NIP. 19650525 198903 2 014
LAPORAN :
KEGIATAN KUNJUNGAN TATAP MUKA/ANJANGSANA PERORANGAN
a.   Tanggal Pelaksanaan         : 30 Oktober 2020      
b.   Waktu                               : Pukul 09.00 WIB s.d selesai
c.   Tempat/ Lokasi                  : Rumah Irmaya Nur Fajrin

Materi Pertemuan : “Panen dan Pasca Panen”

Panen dan pascapanen perlu ditangani secara tepat karena:

 Kehilangan hasil dan penurunan mutu selama proses panen dan pascapanen masih tinggi (sekitar 20%).
 Penanganan panen dan pascapanen yang kurang baik menyebabkan kualitas benih rendah.
 Perhatikan umur tanaman; antara varietas yang satu dengan lainnya kemungkinan berbeda.
 Hitung sejak padi mulai berbunga, biasanya panen jatuh pada 30 – 35 hari setelah padi berbunga.
 Jika 95 % malai menguning, segera panen

Panen beregu dan perontokan

 Gunakan alat sabit bergerigi atau mesin pemanen.


 Potong pada bagian tengah atau atas rumpun bila dirontok dengan power thresher.
 Potong bagian bawah rumpun, jika perontokan dilakukan dengan pedal thresher.
 Gunakan tirai penutup dan alas agar gabah tidak hilang atau berserakan.

Namun seiiring dengan Perkembangan waktu, di desa rancasari 80% sudah menggunakan Combine Harvester
sehingga lebih hemat biaya SDM dan Menekan Kehilangan Hasil

Pengeringan

 Jemur gabah di atas lantai jemur.


 Ketebalan gabah 5 – 7 cm.
 Lakukan pembalikan setiap 2 jam sekali.
 Pada musim hujan, gunakan pengering buatan.
 Pertahankan suhu pengering 42oC untuk mengeringkan benih.
Pertahankan suhu pengering 50oC untuk gabah konsumsi.
Pamanukan, 30 Oktober 2020
 Ketua Perorangan Penyuluh Pertanian

Irmaya Nur Fajrin Muhamad Aditya Nugraha


NIP. 19860315 201101 1 006

Mengetahui,
Koordinator Penyuluh Pertanian
Kecamatan Pamanukan

Tuti Mulyana, SP
NIP. 19650525 198903 2 014
LAPORAN :
KEGIATAN KUNJUNGAN TATAP MUKA/ANJANGSANA PERORANGAN
a.   Tanggal Pelaksanaan         : 11 Desember 2020      
b.   Waktu                               : Pukul 09.00 WIB s.d selesai
c.   Tempat/ Lokasi                  : Rumah Irmaya Nur Fajrin

Materi Pertemuan : “Pembuatan Kompos”

Alat Bahan

- Wadah berukuran besar dengan penutup - Sampah rumah tangga (bisa sisa makanan
(tong atau ember) atau bekas sayuran)
- Sarung tangan - Tanah
- Air secukupnya
- Arang sekam
- Kapur
- Cairan pupuk EM4 sebagai tambahan

Pembuatan
Siapkan sampah rumah tangga yang akan diolah menjadi pupuk kompos.
Pisahkan sampah organik (sisa makanan/dedaunan) dengan sampah plastik. Sampah organiklah yang nantinya akan digunakan
sebagai pupuk kompos.
Siapkan wadah berukuran besar untuk membuat pupuk kompos. Jangan lupa bahwa wadah harus dilengkapi dengan penutup agar
pupuk yang dibuat tidak akan terkontaminasi.
Masukkan tanah secukupnya ke dalam wadah yang telah diisi dengan sampah organik. Ketebalannya bisa kamu sesuaikan dengan
wadah dan banyaknya sampah organik.
Siram permukaan tanah tersebut menggunakan air secukupnya.
Masukkan sampah organik yang telah dicampur arang sekam(optional) dan kapur pertanian ke dalam wadah.
Pastikan sampah disimpan secara merata. Sebisa mungkin ketebalan sampah setara dengan ketebalan tanah
siram dengan air yang telah bercampur EM4
Masukkan lagi tanah ke dalam wadah. Kali ini tanah berperan sebagai penutup sampah.
Tutup wadah dengan rapat dan biarkan sekitar tiga minggu.
 .

Pamanukan, 11 Desember 2020


 Ketua Perorangan Penyuluh Pertanian

Irmaya Nur Fajrin Muhamad Aditya Nugraha


NIP. 19860315 201101 1 006

Mengetahui,
Koordinator Penyuluh Pertanian
Kecamatan Pamanukan

Tuti Mulyana, SP
NIP. 19650525 198903 2 014
LAPORAN :
KEGIATAN KUNJUNGAN TATAP MUKA/ANJANGSANA PERORANGAN
a.   Tanggal Pelaksanaan         : 23 Desember 2020      
b.   Waktu                               : Pukul 09.00 WIB s.d selesai
c.   Tempat/ Lokasi                  : Rumah Irmaya Nur Fajrin

Materi Pertemuan : “Pembuatan Kompos”

Alat Bahan

- Wadah berukuran besar dengan penutup - Sampah rumah tangga (bisa sisa makanan
(tong atau ember) atau bekas sayuran)
- Sarung tangan - Tanah
- Air secukupnya
- Arang sekam
- Kapur
- Cairan pupuk EM4 sebagai tambahan

Pembuatan
Siapkan sampah rumah tangga yang akan diolah menjadi pupuk kompos.
Pisahkan sampah organik (sisa makanan/dedaunan) dengan sampah plastik. Sampah organiklah yang nantinya akan digunakan
sebagai pupuk kompos.
Siapkan wadah berukuran besar untuk membuat pupuk kompos. Jangan lupa bahwa wadah harus dilengkapi dengan penutup agar
pupuk yang dibuat tidak akan terkontaminasi.
Masukkan tanah secukupnya ke dalam wadah yang telah diisi dengan sampah organik. Ketebalannya bisa kamu sesuaikan dengan
wadah dan banyaknya sampah organik.
Siram permukaan tanah tersebut menggunakan air secukupnya.
Masukkan sampah organik yang telah dicampur arang sekam(optional) dan kapur pertanian ke dalam wadah.
Pastikan sampah disimpan secara merata. Sebisa mungkin ketebalan sampah setara dengan ketebalan tanah
siram dengan air yang telah bercampur EM4
Masukkan lagi tanah ke dalam wadah. Kali ini tanah berperan sebagai penutup sampah.
Tutup wadah dengan rapat dan biarkan sekitar tiga minggu.

Pamanukan, 28 Desember 2020


 Ketua Perorangan Penyuluh Pertanian

Irmaya Nur Fajrin Muhamad Aditya Nugraha


NIP. 19860315 201101 1 006

Mengetahui,
Koordinator Penyuluh Pertanian
Kecamatan Pamanukan

Tuti Mulyana, SP
NIP. 19650525 198903 2 014

Anda mungkin juga menyukai