Penggerek Batang Padi adalah ulat yang hidup dalam batang tanaman padi.
Hama ini akan berubah menjadi ngengat berwarna kuning atau coklat.
Membedakan ke 4 jenis penggerek batang padi dapat dilihat dari caranya
meletakkan telur, warna ulat dan warna ngengat (serangga dewasa) (Balipta, BPTP
dan IRRI, 2005).
1. Penggerek batang padi kuning Telur berwarna putih diletakkan berkelompok dan
tertutup oleh bulu berwarna kekuningan, ulat dengan kepala berwarna jingga,
tubuh kekuningan, sedangkan Serangga dewasa sayapnya berwama kuning jerami
disertai bintik hitam.
2. Penggerek batang padi putih
Telur berwarna putih diletakkan berkelompok, tertutup bulu-bulu berwama abu-
abu. Ulat bagian kepalanya berwarna jingga dengan tubuh abu-abu. Sedangkan
serangga dewasa mempunyai sayap berwarna putih berbintik hitam.
3. Penggerek batang padi bergaris
Telur berwama putih diletakkan berkelompok tersusun seperti sisik. Ulatnya
berwarna kemerah-merahan. Serangga dewasa mempunyai sayap yang berwarna
coklat hitam kotor dan berbintik-bintik hitam pada bagian ujungnya.
4. Penggerek batang padi merah jambu
Telur bemama putih diletakkan berkelompok. Ulatnya dengan bagian kepala
berwarna jingga dan tubuh merah jambu. Serangga dewasa mempunyai sayap
dengan garis putih memanjang sejajar ujung sayap.
PEMBAHASAN
REKOMENDASI
Baehaki, S.E 2009. Strategi Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Padi Dalam
Perspektif Pertanian yang baik (Good Agricultural Practices). Pengendalian
Inovasi Pertanian 2(1), 2009: 65-78
Harahap, I.S. dan Tjahyono. B. 2003. Pengendalian Hama Penyakit Padi. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Las, I., A.K. Makarin, H.M. Toha, A. Gani, H. Pane, dan S. Abdurrachman. 2003.
Panduan Teknis Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu Padi Sawah.
Departemen Pertanian, Jakarta.
Pirngadi, K., O. Syahromi, dan T.S. Kadir. 2002a. Model Pengelolaan Tanaman Padi
Sawah. J. Agrivigor 2 (2): 84-96.
FORMULIR A
LAPORAN PELAKSANAAN
KEGIATAN PEMBERIAN REKOMENDASI/PEMECAHAN MASALAH BERUPA KONSEP
KEPADA PETANI YANG BERKONSULTASI BERUPA KONSEP
Latar Belakang
Padi adalah komoditas utama yang berperan sebagai pemenuh kebutuhan
pokok karbohidrat bagi penduduk. Komoditas padi memiliki peranan pokok sebagai
pemenuhan kebutuhan pangan utama yang setiap tahunnya meningkat sebagai akibat
penambahan jumlah penduduk yang besar, serta berkembangnya industri pangan dan
pakan.
Upaya meningkatkan produksi padi berhadapan dengan berbagai masalah dan
penghambat berupa Faktor abiotis dan biotis. Faktor abiotis yang terpenting berupa
kemunduran kesuburan lahan, kekeringan dan kondisi yang kurang baik dari faktor
iklim cuaca. Faktor biotis berupa organisme pengganggu tanaman, yaitu hama,
penyakit dan gulma. Organisme pengganggu tanaman berupa insekta hama yang
berada di antara populasi tanaman padi sebenarnya merupakan bagian dari komunitas
ekosistem pertanian.
Salah satu kendala dalam upaya peningkatan produksi padi adalah gangguan
oleh OPT. OPT merupakan organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan,
atau menyebabkan kematian pada tanaman padi. Salah satunya adalah wereng
cokelat.
Permasalahan Petani
Pada tanggal 4 Pebruari 2016, Bapak Salman berkonsultasi terkait dengan
permasalahan dengan usaha budidaya tanaman padinya, yaitu tanaman padinya yang
memulai masuk fase vegetatif mengalami kerusakan secara spot spot. Ciri ciri tanaman
padi yang mengalami kerusakan adalah warnanya berubah majadi kekuningan,
pertumbuhan tanaman terhambat dan tanaman menjadi kerdil. Pada serangan yang
parah keseluruhan tanaman padi menjadi kering dan mati, bagian bawah tanaman
yang terserang menjadi terlapisi oleh jamur.
Menurut uraian dari Pa Salman di atas dan berdasarkan dari pengamatan kami
yang dibantu oleh PHP Kec. LAU dilapangan langsung, gejala yang diperlihatkan oleh
tampilan tanaman padi dan adanya serangga berupa wereng berwarna coklat pada
pangkal batang padi, berdasarkan keadaan tersebut maka tanaman padi tersebut
dinyatakan terserang hama wereng coklat.
Tinjauan Pustaka
Wereng Barang Coklat atau disebut juga Wereng Coklat merupakan salah satu
hama tanaman padi yang paling berbahaya dan sulit dibasmi, bersama beberapa jenis
wereng lainnya seperti wereng Hijau (Nephotettix spp.) dan Wereng Punggung Putih
(Sogatella furcifera). Wereng Batang Coklat telah banyak merugikan petani padi
bahkan mangakibatkan puso dan gagal panen (Baehaki. S.E. 2009).
Wereng menjadi hama padi yang paling berbahaya dan paling sulit
dikendahkan apalagi dibasmi. Sulitnya memberantas hama padi ini lantaran wereng
batang coklat mempunyai daya perkembangbiakan yang cepat dan cepat
menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan (Harahap, I.S. dan T jahyono. B,
2003)
PEMECAHAN
1. Salah satu kendala dalam upaya peningkatan produk padi adalah gangguan oleh
OPT. OPT merupakan organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan,
atau menyebabkan kematian pada tanaman padi. Salah satumya adalah wereng
coklat.
2. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara :
a. Mempertahankan musuh alami
b. Pengaturan Pola Tanam
c. Penanaman Varietas Unggul Tahan Wereng (VUTW)
d. Eradikasi dan Sanitasi
e. Penggumaan Insektisida
3. Insektisida tidak perlu digunakan pada varietas tahan kecuali kalau ketahanannya
patah.
4. Aplikasi insektisida harus diusahakan pada waktu, cara dan dosis yang tepat.
Waktu, ambang pengendalian dan dosis serta cara aplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Baehaki, S.E. 2009. Strategi Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Padi Dalam
Perspektif Praktek Pertanian Yang Baik (Good Agricultural Practices) Jakarta.
Harahap, I.S. dan Tjahyono, B. 2003. Pengendalian Hama Penyakit Padi. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Las, I., A.K. Makarim, H.M. Toha, A, Gani, H, Pane, dan S. Abdulrachman, 2003.
Panduan Teknis Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya terpadu Padi Sawah.
Departemen Pertanian, Jakarta.
Suharto, 2007, Pengenalan dan Pengendalian hama tanaman pangan. Andi Offset.
Yogyakarta.
Formulir A
LAPORAN PELAKSANAAN
KEGIATAN PEMBERIAN REKOMENDASI/PEMECAHAN MASALAH BERUPA KONSEP
BERUPA PETANI YANG BERKONSULTASI BERUPA KONSEP
Nama : Syahrul
Umur : 35 Tahun
Tanggal : 11 Maret 2016
Alamat : Desa Banua Kupang
Materi Konsultasi : HAMA WALANG SANGIT PADA TANAMAN PADI
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Welang sangit bertelur pada permukaan daun bagian atas padi dan
rumput”umputan lainnya secara kelompok dalam satu sampai dua baris. Telur
berwarna hitam, berbentuk segi enam dan pipih. Satu kelompok telur terdiri dari 1-21
butir, lama periode lelur rata-rata 5,2.
Nimfa berukuran lebih kecil dari dewasa dan tidak bersayap. Lama periode
nimfa rata-rata 17,1 hari. Pada umumnya nimfa berwarna hijau muda dan menjadi
coklat kekuning-kuningan pada bagian abdomen dan sayap coklat saat dewasa.
Walaupun demikian warna walang sangit ini lebih ditentukan oleh makanan
pada periode nimfa. Bagian ventral abdomen walang sangit berwarna coklat kekuning-
kuningan lika dipelihara pada padi, tetapi hijau keputihan bila dipelihara pada rumput-
rumputan.
Serangga dewasa berbentuk ramping dan berwarna coklat, berukuran panjang
sekitar 14-17 mm dan lebar 3-4 mm dengan tangkai dan antenna yang panjang.
Perbandingan antara jantan dan betina adalah 1:1. Setelah menjadi imago serangga ini
baru dapat kawin setelah 4-6 hari, dengan masa pra peneluran 8,1 dan daur hidup
walang sengit antara 32-43 nari. Lama periode bertelur rata-rata 57 hari (berkisan
antara 6-108 hari), sedangkan gerangga dapat hidup selama rata-rata 80 hari (antara
16-134 hari) (Sunjaya P.I 1970 Dasar-Dasar Serangga. Bagian Ilmu Hama Tanaman
Pertanian).
PEMBAHASAN
REKOMENDASI
a. Penggunaan Perangkap
Menurut Suharto, H dan D.S.Damardjati, (1988) petani dalam mengendalikan
hama khususnya walang sengit mengguman perangkap yaitu dari bahan keong yang
dibusukkan. Dengan cara pengendalian tersebut intensitas kerusakan walang sengit
dapat ditekan. Hasil Pengamatan dilapangan menunjukkan bahwa pengendalian
dengan menggunakan perangkap bau busuk (keong) tersebut cukup efektif
dibandingkan pengendalian lainnya dalam mengendalikan hama walang sengit.
Adapun fungsi dari penggunakan perangkap dari bahan keong yang dibusukkan
tersebut adalah untuk mengalihkan perhatian dari walang sangit tersebut karena
dengan perangkap tersebut walang sengit lebih tertarik berkunjung ketempat
perangkap tersebut dibandingkan pada bulir padi.
Jumlah populasi yang didapatkan pada perangkap tersebut 5-10
ekor/perangkap. Kadang-kadang petani juga menaruh bahan racun dari karbofuran 5-
10 butir/tempat, sehingga walang sengit yang datang berkunjung dan mengisap bahan
tersebut dan mati.
Pengendalian hama walang sangit dengan cara perangkap busuk tersebut yang
dipasang ditepi-tepi sawah dengan jarak antar perangkap 10-15 m tersebut cukup
efektif memerangkap walang sengit. Walang sangit bergerombol datang pada
perangkap bau busuk tersebut untuk makan dan mengisap cairannya.
Walang sangit lebih tertarik kepada bau-bauan tersebut dibendingkm makan
pada padi yang sedang berbunga sampai matang susu. Banyak diantara jenis-jenis
serangga tertarik oleh bau-bauan dipancarkan oleh bagian tanaman yaitu bunga, buah
atau benda lainnya. Zat yang berbau tersebut pada hakekatnya adalah senyawa kimia
yang mudah menguap seperti pada perangkan bau busuk tersebut.
Dengan demikian intensitas kerusakan bulir/biji padi dapat dihindari dengan
cara perangkap bau tersebut. Dilihat dari lingkungan tidak mempengaruhi terutama
keberadaan musuh alami (predator dan parasitoid) di lahan lebak tersebut. Dari hasil
pengamatan terhadap musuh alami populasi predator jenis laba-laba, kumbang
karabit dan belalang minyak dan jenis parasitoid lainnya populasi cukup tinggi.
Dan ada pula cara lain yaitu dengan menggunakan obor dan asap tetapi
hasilnya kurang memuaskan, karena cara tersebut selain dapat menarik walang sangit
tetapi juga dapat menarik serangga-serangga lain terutama jenis musuh alaminya ikut
terbunuh. Adapun cara perangkap bau busuk tersebut bukan mematikan hama walang
sangit tetapi hanya mengalihkan perhatian sehingga dapat menghindari serangan
hama tersebut pada padi.
b. Pemanfaatan Asap
Taktik pengandalian dengan menggunaan asap sudah seringkali dilakukan oleh
petani rawa lebak maupun tadah hujan, tetapi hasilnya kurang memuaskan. Tetapi
dengan mengganti bahan pengasapan tersebut dengan menggunaan bahan galian
batubara menunjukkan hasil yang cukup memuaskan, karena bahan galian batubara
tersebut kalau dibakar dapat bertahan lama dan menimbulkan bau yang menusuk
sehingga dapat mempengaruhi aktivitas dari hama walang sangit.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa penggunaan asap dari bahan galian
batubara intensitas kerusakan oleh walang sangit dapat ditekan. Hal ini diduga bahwa
bau asap dari bahan galian batu baru tersebut dapat mengusir hama walang sangit,
karena pada lokasi pertanaman padi yang tidak melakukan pengendalian dengan cara
pengasapan (bahan batubara) intensitas kerusakan cukup tinggi.
Selain pengasapan dengan menggunakan bahan batu bara juga petani
menggunakan bahan tanaman dari tumbuhan cambai dan tumbuhan mercon dalam
mengendalikan hama walang sangit. Dengan menggunakan bahan tumbuhan tersebut
intensitan kerusakan oleh walang sangit dapat ditekan.
Tumbuhan cambai dan mercon tersebut berpotensi sebagai insektisida nabati
bahan persentase tingkat kematian larva ulat jengkal melebihi dari kontrol insektisida
nabati dari tumbuhan Mimba yaitu tumbuhan galam, mercon, sungkai, kedondong,
kumandrah dan cabai yaitu berkisar antara 70 - 80 %.
Jarak antar kantong tersebut berkisar antara 4-5 meter pada bagian pinggir
tanaman padi. Dengan cara ini intensitas kerusakan oleh walang sangit dapat ditekan
yaitu berkisar antara 5-10%.
Sunjaya, P.I. 1970. Dasar-Dasar Serangga Bagian Ilmu Hama Tanaman Pertanian. IPB.
Bogor.
Willis, M. 2001. Hama dan Penyakit Utama Padi di Lahan Pasang Surut. Monograf.
Badan Litbang Pertanian. Balittra. Banjarbaru.
FORMULIR A
LAPORAN PELAKSANAAN
KEGIATAN PEMBERIAN REKOMENDASI / PEMECAHAN MASALAH
KEPADA PETANI YANG BERKONSULTASI BERUPA KONSEP
LAPORAN HASIL
KONSEP MATERI ARAHAN/BIMBINGAN YANG DIBERIKAN
KEPADA PETANI YANG BERKONSULTASI
1.2 Tujuan
Tujuan utama pembangunan tanaman Pangan tahun 2010-2014 merupakan
turunan dari sasaran utama pembangunan pertanian yaitu :
a. Mewujudkan pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan.
b. Mewujudkan peningkatan diversifikasi pangan,
c. Mewujudkan peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor, serta
d. Mewujudkan peningkatan kesejahteraan petani.
Keempat sasaran ini disebut dengan Empat Sukses Pertanian.
Dalam hal ini, pencapaian tujuan (target) utama diharapkan dapat memberikan
dampak yang sangat signifikan bagi pemenuhan kebutuhan nasional, baik kebutuhan
pangan, kebutuhan pakan, kebutuhan energi maupun kebutuhan bahan baku untuk
industri lainnya. Beberapa kinerja dampak dari pembangunan tanaman pangan adalah:
a. Meningkatnya ketahanan pangan nasional,
b. Meningkatnya nilai tambah dan daya saing, serta
c. Meningkatnya kesejahteraan petani (pendapatan).
Kegiatan pemberdayaan penangkar benih tanaman pangan bertujuan
meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk (benih padi) yang dihasilkan oleh
Kelompok Tani Membangun Desa Banua Kupang Kecamatan Labuan Amas Utara
Kabupaten Hulu Sungai Tengah, dan juga merupakan kawasan sentra penangkar benih
dimasa yang akan datang yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan
petani itu sendiri beserta keluarganya.
TINJAUAN PUSTAKA
Petani di Desa Banua Kupang Noripandi dari Kelompok Tani Bumi Ayu
menyampaikan permasalahannya yang berkaitan dengan usaha budidaya tanaman
padinya yang selama ini terasa masih kurang menguntungkan akibat posisi tawar yang
kurang mengutungkan dan sering kali merugikan petani. Apalagi iika saat panen raya
terjadi, otomatis harga akan anjlok yang pada akhirnya hanya mampu menutupi biaya
produksi yang mereka keluarkan.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, kesulitan petani semakin komplek dengan
makin meningkatnya biaya produksi tanpa dibarengi dengan posisi tawar yang
menguntungkan ( upah tenaga kerja yang terus naik, serangan hama penyakit yang
semakin tinggi dll ), selain dari itu yang menjadi kesulitan petani adalah kemampuan
pembelian gabah yang sangat terbatas oleh pengepul. Selama ini hanya terdapat 1-2
orang pengepul yang dapat membeli gabah dengan harga kontan, sehingga petani
mendapat pilihan yang sangat sulit yakni meniual dengan tunai namun dengan harga
lebih murah, atau menjual dengan harga lebih baik namun dengan system
kredit/dibayar sebagian dengan resiko yang lebih besar.
Melihat kondisi yang seperti ini dan peluang pasar yang masih terbuka luas
untuk mengembangkan usaha penangkaran benih padi ini di dukung dengan kondisi
areal yang cukup luas dan pelaksanaan kegiatan dapat dilaksanakan secara kelompok.
Di desa Banua Kupang khususnya di Kelompok Tani membangun terdapat
beberapa orang petani yang sudah memiliki pengalaman sebagai penangkar benih
padi, sehingga secara teknis dapat berbagi ilmu untuk mengembangkan kegiatan
usaha ini. Pak Noripamdi sendiri telah beberapa tahun melaksanakannya meskipun
dalam luasan yang masih kecil.
Adanya tawaran secara khusus dari fihak PT. Sang HYang Sri untuk bekerjasama
dalam teknis budidaya, penyerapan hasil produksi, prosesing sampai pada pemasaran.
Dalam bentuk bakal calon benih maupun benih kemasan yang siap pasar. Dengan
harga pembelian sesuai ketentuan dan tentunya tanpa fluktuasi.
REKOMENDASI
Siti Nurjannah, 2011. Teknologi produksi benih padi unggul. Sinartani mimbar
penyuluhan edisi 13 – 19 april 2011 no. 3401 tahun XLl.
Anonim, 2009. Penangkar Benih Padi Bermutu infomasi ringkas Bank pengetahuan
Padi Indonesia 2009.
Iskandar ishak. 2002. Petunjuk Teknis Penangkaran Benih Padi. BPTP Jawa Barat,
Litbang Deptan 2009.
FORMULIR A
LAPORAN PELAKSANAAN
KEGIATAN PEMBERIAN REKOMENDASI/PEMECAHAN MASALAH BERUPA KONSEP
KEPADA PETANI YANG BERKONSULTASI BERUPA KONSEP
Umur : 49 tahun
Hal ini sudah dibuktikan dengan pelaksanaan demonstrasi skala luas PIT yang
dikawal oleh para penyuluh. Kegiatan tersebut telah mampu meningkatkan produksi
padi 37% lebih tinggi dari rata-rata hasil di lahan penabuh. dan sekitar 16-27% lebih
tinggi dari rata-rata hasil yang diperoleh petani.
Banyak varietas unggul yang sudah dilepas lembaga penelitian. tetapi yang
digunakan petani masih sangat terbatas sehingga perlu upaya sosialisasi. Sejak tahun
1940 sampai saat ini. ada sekitar 190 varietas yang sudah dilepas, dan sekitar 171
varietas diantaranya ditanam petani, sekitar 10-20 varietas diantaranya merupakan
varietas favorit yang dominan ditanam petani.
Varietas unggul merupakan salah satu teknologi yang berperan penting dalam
peningkatan kuantitas dan kualitas produk pertanian. Kontribusi nyata varietas unggul
terhadap peningkatan produksi padi nasional antara lain tercermin dari pencapaian
swasembada beras pada tahun 1984. Hal ini terkait dengan sifat-sifat yang dimiliki
oleh varietas unggul padi, antara lain berdaya hasil tinggi, tahan terhadap hama dan
penyakit utama, umur genjah sehingga sesuai dikembangkan dalam pola tanam
tertentu, dan rasa nasi enak dengan kadar protein relatif tingggi.
Varietas unggul memberikan manfaat teknis dan ekonomis yang banyak bagi
perkembangan suatu usaha pertanian, diantaranya: pertumbuhan tanaman menjadi
seragam sehingga panen menjadi serempak, rendemen lebih tinggi mutu hasil lebih
tinggi dan sesuai dengan selera konsumen, dan tanaman akan mempunyai ketahanan
yang tinggi terhadap gangguan hama dan penyakit serta mempunyai daya adaptasi
yang tinggi terhadap lingkungan sehingga dapat memperkecil biaya penggunaan input
seperti pupuk dan obat-obatan.
TINJAUAN PUSTAKA
Budidaya padi dilahan lebak dimulai pada bulan April bersamaan dengan
terjadinya surut air. Oleh karena itu, pola tanam petani menyesuaikan diri dengan
surutnya air. Pada umumnya waktu tanam pada lebak dangkal adalah bulan Mei-Juni,
lebak tengahan Juni-Juli. Petani hanya dapat menanam padi sekali setahun dengan
pola tanam umumnya Padi-Bera.
Pada umumnya lahan sawah rawa lebak di Desa Mantaas belum mempunyai
pematang atau galangan. Jadi antara satu hamparan dengan hamparan lainnya masih
lepas, sehingga apabila mendapatkan air sedalam 15-20 cm di sawah, maka air
tersebut akan hilang kering dalam waktu satu hari satu malam.
Surutnya air pada lebak dangkal biasanya lebih cepat, sehingga memungkinkan
dapat ditanam lebih awal, disusul menyurutnya air di lebak tengahan.
Berdasarkan lama dan ketinggian genangan air, lahan lebak dibagi menjadi tiga
katagore, yaitu lebak dangkal, lebak tengahan, dan lebak dalam. Pertanaman padi
pada lahan rawa lebak dangkal untuk musim kemarau di badapkan pada masalah
kekeringan. Hal ini disebabkan karena pengairan dilahan rawa lebak tergantung pada
curah hujan.
Pada musim kemarau kondisi lahan rawa lebak umumnya menunjukkan kadar
air yang sangat rendah, dimana kondisi tanah dalam keadaaan keras dan retak-retak.
Dalam kondisi demikian sangat dibutuhkan varietas padi yang bisa beradaptasi
terhadap kekeringan.
Varietas unggul yang diharapkan petani adalah varietas yang sesuai dengan
selera setempat, antara lain memiliki rasa nasi pera. Petani bukan tidak ingin
memakan nasi pulen, tetapi dengan memakan nasi pera petani memperoleh beberapa
keuntungan, antara lain beras menjadi awet karena dikonsumsi relatif sedikit dan
petani merasa lebih tahan lapar.
Alihamsyah, T., Bambang Prayudi, Suhaimi Sulaiman, Istijanto Ar-Riza, Izuddin Noor dan
Muhrizal Sarwani. 2014. 40 Tahun Balittra. Perkembangan dan Program penelitian
ke depan. Balittra. Badan Litbang. Departemen Pertanian.
Balitpa. 2003. Penelitian padi menuju revolusi hijau lestari. Balitpa. Puslitbangtan. Badan
Litbang. Jakarta.
BPTP Kalsel. 2011. Deskripsi Sederhana Varietas Padi tahun 1978 – 2010. Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Litbangtan.
Kementerian Pertanian.
BPTP Kalsel. 2007. Deskripsi Varietas Unggul Padi. Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Litbangtan. Departemen Pertanian.