Anda di halaman 1dari 36

PENDAHULUAN

Penyebaran hama ini menyeluruh pada berbagai wilayah penanaman padi,


Apabila serangan terjadi pada fase vegetatif maka tanaman masih dapat membentuk
anakan. Sedangkan serangan yang terjadi pada fase generatif akan menyebabkan
munculnya malai putih dan hampa (beluk).
Pada satu tanaman biasanya terdapat 1 ngengat yang aktif pada malam hari
dan tertarik pada cahaya. Penyebaran hama ini melalui larva yang terdapat pada
tabung yang terbawa air. Penggerek batang padi menyerang tanaman pada berbagal
fase. Serangan yang terjadi pada fase vegetatif disebut sundep yang ditandai rusaknya
anakan dengan warna coklat dan mati. Sedangkan serangan pada fase generatif
disebut beluk ditandai dengan malai yang berwarna putih. Serangan ini menyebabkan
anakan dan malai tidak berproduksi.
Penggerek batang merusak tanaman padi pada berbagai fase pertumbuhan.
Empat jenis penggerek batang padi yang umum ditemukan adalah; Penggerek batang
padi kuning ( Tryporyza incertulas), penggerak batang padi bergaris (Chilo
suppressalis), penggerek batang padi putih (Tryporyza innotata), dan penggerek
batang padi merah jambu (Sesamia inferens). Kerusakan tanaman yang diakibatkan
oleh semua jenis hama penggerek batang adalah sama, yaitu matinya pucuk tanaman
pada stadia vegetatif (sundep) dan malai yang keluar hampa pada stadia generatif
(beluk) (Pirngadi, K., 0. Syahromi, dan T.S Kadir. 2002a. Model pengelolaan tanaman
padi sawah).
TINJAUAN PUSTAKA

Penggerek Batang Padi adalah ulat yang hidup dalam batang tanaman padi.
Hama ini akan berubah menjadi ngengat berwarna kuning atau coklat.
Membedakan ke 4 jenis penggerek batang padi dapat dilihat dari caranya
meletakkan telur, warna ulat dan warna ngengat (serangga dewasa) (Balipta, BPTP
dan IRRI, 2005).
1. Penggerek batang padi kuning Telur berwarna putih diletakkan berkelompok dan
tertutup oleh bulu berwarna kekuningan, ulat dengan kepala berwarna jingga,
tubuh kekuningan, sedangkan Serangga dewasa sayapnya berwama kuning jerami
disertai bintik hitam.
2. Penggerek batang padi putih
Telur berwarna putih diletakkan berkelompok, tertutup bulu-bulu berwama abu-
abu. Ulat bagian kepalanya berwarna jingga dengan tubuh abu-abu. Sedangkan
serangga dewasa mempunyai sayap berwarna putih berbintik hitam.
3. Penggerek batang padi bergaris
Telur berwama putih diletakkan berkelompok tersusun seperti sisik. Ulatnya
berwarna kemerah-merahan. Serangga dewasa mempunyai sayap yang berwarna
coklat hitam kotor dan berbintik-bintik hitam pada bagian ujungnya.
4. Penggerek batang padi merah jambu
Telur bemama putih diletakkan berkelompok. Ulatnya dengan bagian kepala
berwarna jingga dan tubuh merah jambu. Serangga dewasa mempunyai sayap
dengan garis putih memanjang sejajar ujung sayap.
PEMBAHASAN

Pa M. Aini dari Kelompok Tani Tawakal Desa Banua Kupang menyampaikan


permasalahannya yang berkaitan dengan usaha budidaya tanaman padinya, yaitu
tanaman padinya baik yang pada fase vegetatif dan masuk fase primodia mengalami
kematian pada batang tanaman padinya. Ciri-ciri tanaman padi yang diserang adalah
warnanya berubah menjadi kering, pertumbuhan tanaman terhambat dan tanaman
menjadi layu kemudian mati.
Menurut uraian dari Pa M. Aini di atas dan berdasarkan dari pengamatan kami
dilapangan langsung, gejala yang diperlihatkan oleh tampilan tanaman padi dan
adanya serangga berupa hama penggerek batang pada pangkal batang padi maka
tanaman padi tersebut terserang hama penggerek batang . Tanaman padi Pa M. Aini
Seluruhnya seluas 20 borong, sedangkan tanaman yang terserang penggerek batang
adalah seluas 5 borongan.

REKOMENDASI

Menurut Baehaki, S.E. (2009), Pengendaliannya adalah:


 Pengendalian dilakukan berdasarkan daerah serangan endemik dan daerah
serangan sporadik. Pengendalian pada daerah endemik dilakukan dengan
pengaturan pola tanam, pengendalian secara fisik dan mekanik, pengendalian
hayati serta secara kimia. Pengaturan pola tanam dilakukan dengan melakukan
penanaman serempak, pergiliran tanaman dengan tanaman bukan tanaman padi,
persemaian dilakukan dengan cara berkelompok, dan pengaturan waktu tanam.
 Pengendalian secara fisik dilakukan dengan cara penyabitan batang padi serendah
mungkin pada saat panen yang diikuti penggenangan air setinggi 10 cm. Tujuannya
agar jerami dan batang padi cepat membusuk sehingga tidak menjadi inang bagi
hama penggerek batang.
 Panen padi sawah dengan cara memotong tunggul jerami rendah supaya hidup
larvanya terganggu dimana larva yang ada dibagian bawah tanaman tertinggal dan
membusuk bersama jerami.
 Pengendalian mekanis dapat dilakukan dengan mengambil kelompok telur pada
saat tanaman berumur 10-17 hari setelah semai, karena hama penggerek batang
sudah mulai meletakkan telurnya pada tanaman padi sejak di pesamaian.
 Harus diamati intensif sejak semai sampai panen. Kalau populasi tinggi dapat
dikendalikan dengan insektisida butiran (karbofuran, fipronil) dan insektisida cairan
(dimehipo, bensultap, amitraz, dan fipronil) yang diaplikasikan bila populasi
tangkapan ngengat 100 ekor/minggu pada perangkap feremon atau 300
ekor/minggu pada perangkap lampu. Insektisida butiran diaplikasikan bila
genangan air dangkal dan insektisida cair bila genangan air tinggi.
 Penangkapan massal ngengat jantan dengan memasang perangkap feromon 9-16
perangkap setiap hektar untuk mengamati spesies dominan. Pengendalian pada
daerah selangan sporadik dapat dilakukan dengan cara yang disesuaikan dengan
keadaan setempat.
 Pengendalian hayati dilakukan dengan pemanfaatan musuh alami baik yang
bersifat parasitoid, predator maupun patogen.
 Pengendalian secara kimiawi dilakukan apabila tingkat serangan pada fase awal
Vegetatif ditemukan kelompok telur rata-rata > 1 kelompok telur/3m 2 atau
Intensitas serangan rata-rata > 5% dengan menggunakan insektisida butiran
dengan dosis 5 kg/500 m2. Selain itu juga dapat dilakukan dengan menggunakan
Sex pheromon yang digunakan untuk memantau populasi dan menentukan waktu
aplikasi pestisida.
 Penggunaan pestisida dilakukan setelah dilakukan pengamatan serangan.
Pengendalian dengan menggunakan pestisida dilakukan apabila telah ditemukan
rata-rata > 1 kelompok telur/3 m 2 atau intensitas serangan penggerek batang padi
(sundep} rata-rata > 5% dan beluk rata-rata 10% selambat-lambatnya tiga minggu
sebelum panen (Harahap, I.S. dan Tjahyono, B. 2003. Pengendalian Hama Penyakit
Padi).
DAFTAR PUSTAKA

Baehaki, S.E 2009. Strategi Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Padi Dalam
Perspektif Pertanian yang baik (Good Agricultural Practices). Pengendalian
Inovasi Pertanian 2(1), 2009: 65-78

Harahap, I.S. dan Tjahyono. B. 2003. Pengendalian Hama Penyakit Padi. Penebar
Swadaya. Jakarta.

Las, I., A.K. Makarin, H.M. Toha, A. Gani, H. Pane, dan S. Abdurrachman. 2003.
Panduan Teknis Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu Padi Sawah.
Departemen Pertanian, Jakarta.

Pirngadi, K., O. Syahromi, dan T.S. Kadir. 2002a. Model Pengelolaan Tanaman Padi
Sawah. J. Agrivigor 2 (2): 84-96.
FORMULIR A

LAPORAN PELAKSANAAN
KEGIATAN PEMBERIAN REKOMENDASI/PEMECAHAN MASALAH BERUPA KONSEP
KEPADA PETANI YANG BERKONSULTASI BERUPA KONSEP

1. Penyuluh Pertanian : WKP Banua Kupang


a. Nama/NIP : HURIANSYAH, A. MD/ 197551222 201001 1 009
b. Pangkat/Golongan : PENGATURAN TK. I/IId
c. Jabatan : PENYULUH PERTANIAN PELAKSANA
d. Unit Kerja : BPK Kasarangan
2. Dasar Pelaksanaan : RKP Tahun 2016 & Tupoksi Penyuluh Pertanian
3. Nama Kegiatan : Pemberian rekomendasi/pemecahan masalah berupa
konsep
4. Pelaksana Kegiatan :
a. Waku Pelaksanaan : Pukul 10.00 s.d 12.00 Wita
b. Tempat/Lokasi : Desa Banua Kupang
5. Hasil Pekerjaan : Konsep rekomendasi yang diberikan terlampir

Mengetahui Banua Kupang, 7 Januari 2016


Pimpinan Unit Kerja Penyuluh Pertanian
Pejabat yang ditunjuk

SYAHMINAH, S.Pt HURIANSYAH, A. Md


NIP. 19680722 199303 1 012 NIP. 197512222010011009

DATA IDENTITAS PETANI YANG DIKUNJUNGI

Nama Petani : Salman


Umur : 47 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Desa Banua Kupang
Komoditas Yg diusahakan : Padi
Topik yg dibicarakan : Cara pengendalian hama wereng cokelat

Banua Kupang, 4 Pebruari 2016


Petani yang dikunjungi
Salman
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Padi adalah komoditas utama yang berperan sebagai pemenuh kebutuhan
pokok karbohidrat bagi penduduk. Komoditas padi memiliki peranan pokok sebagai
pemenuhan kebutuhan pangan utama yang setiap tahunnya meningkat sebagai akibat
penambahan jumlah penduduk yang besar, serta berkembangnya industri pangan dan
pakan.
Upaya meningkatkan produksi padi berhadapan dengan berbagai masalah dan
penghambat berupa Faktor abiotis dan biotis. Faktor abiotis yang terpenting berupa
kemunduran kesuburan lahan, kekeringan dan kondisi yang kurang baik dari faktor
iklim cuaca. Faktor biotis berupa organisme pengganggu tanaman, yaitu hama,
penyakit dan gulma. Organisme pengganggu tanaman berupa insekta hama yang
berada di antara populasi tanaman padi sebenarnya merupakan bagian dari komunitas
ekosistem pertanian.
Salah satu kendala dalam upaya peningkatan produksi padi adalah gangguan
oleh OPT. OPT merupakan organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan,
atau menyebabkan kematian pada tanaman padi. Salah satunya adalah wereng
cokelat.

Permasalahan Petani
Pada tanggal 4 Pebruari 2016, Bapak Salman berkonsultasi terkait dengan
permasalahan dengan usaha budidaya tanaman padinya, yaitu tanaman padinya yang
memulai masuk fase vegetatif mengalami kerusakan secara spot spot. Ciri ciri tanaman
padi yang mengalami kerusakan adalah warnanya berubah majadi kekuningan,
pertumbuhan tanaman terhambat dan tanaman menjadi kerdil. Pada serangan yang
parah keseluruhan tanaman padi menjadi kering dan mati, bagian bawah tanaman
yang terserang menjadi terlapisi oleh jamur.
Menurut uraian dari Pa Salman di atas dan berdasarkan dari pengamatan kami
yang dibantu oleh PHP Kec. LAU dilapangan langsung, gejala yang diperlihatkan oleh
tampilan tanaman padi dan adanya serangga berupa wereng berwarna coklat pada
pangkal batang padi, berdasarkan keadaan tersebut maka tanaman padi tersebut
dinyatakan terserang hama wereng coklat.
Tinjauan Pustaka
Wereng Barang Coklat atau disebut juga Wereng Coklat merupakan salah satu
hama tanaman padi yang paling berbahaya dan sulit dibasmi, bersama beberapa jenis
wereng lainnya seperti wereng Hijau (Nephotettix spp.) dan Wereng Punggung Putih
(Sogatella furcifera). Wereng Batang Coklat telah banyak merugikan petani padi
bahkan mangakibatkan puso dan gagal panen (Baehaki. S.E. 2009).
Wereng menjadi hama padi yang paling berbahaya dan paling sulit
dikendahkan apalagi dibasmi. Sulitnya memberantas hama padi ini lantaran wereng
batang coklat mempunyai daya perkembangbiakan yang cepat dan cepat
menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan (Harahap, I.S. dan T jahyono. B,
2003)
PEMECAHAN

Wereng coklat berdasarkan Klasifikasi ilmiah. Kerajaan : Animalia; Filum :


Arthropoda; Upalium : Hexapoda; Kelas : Insecta; Ordo : Hemiptera; Famili :
Delphacidae; Genus : Nilaparvata; Spesies : Nalaparvata lugens (Tillman et al, 1998).
Hama wereng coklat hidup pada pangkal batang padi. Hama ini mempunyai
siklus hidup antara 3 – 4 minggu yang dimulai dari telur (selama 7 – 10 hari), Nimfa (8
– 17 hari) dan imago (18 - 28 hari). Saat menjadi nimfa dan imago inilah hama wereng
coklat menghisap cairan dari batang padi yang mengakibarkan tanaman padi
menguning dan mati.
Berikut ini beberapa langkah untuk menanggulangi serangan hama wereng
coklat yaitu:
Mempertahankan musuh alami
a. predator Lycosa sp yang setiap hari mampu memangsa 10-20 ekor wereng coklat
dewasa atau 15 - 20 nimfa. Mikrovelia dauglasi yang banyak terdapat pada
permukaan air sawah, memangsa nimfa yang jatuh dan tanaman. Kepik
Cyrtorhinus lividipennis merupakan predator utama yang memangsa telur dan
nimfa.
b. Parasit yaitu antara lain kelompok Mymaridae, Trichogrammatidae, Dryinidae, dan
Elenchidae.
Pengaturan Pola Tanam
1. Tanam serentak
2. Pergiliran tanaman, dan
3. Pergiliran varietas tahan
Penanaman Varietas Unggul Tahan Wereng (VUTW)
Beberapa pendekatan praktis dilapangan yang disarankan agar penggunaan
varietas tahan dipertahankan selama mungkin adalah mencegah penanaman varietas
tahan monogenik secara monokultur terus menerus, menganjurkan pergiliran varietas
tahan, dan menanam varietas-varietas yang telah menunjukkan ketahanan cukup lama
di lapang. Pemilihan suatu varietas tahan yang dianjurkan tergantung terutama pada
biotipe wereng coklat yang menyerang, potensi produksi. mutu dan selera setempat
terhadap varietas yang dipilih.
Eradikasi dan sanitasi
Eradikasi dan sanitasi dilakukan dengan tujuan menghilangkan sumber
serangan. Pada daerah serangan wereng cokelat yang bukan merupakan daerah
serangan virus kerdil rumput dan kerdil hampa, eradikasi dan atau sanitasi dilakukan
pada tanaman padi yang puso (intensitas serangan > = 85 %). Pada daerah serangan
berat, eradikasi hendaknya diikuti dengan pemberaan lahan selama satu sampai dua
bulan atau penanaman tanaman non padi.
Pengendalian dengan insektisida dilakukan apabila cara pengendalian lain
kurang efektif sehingga populasi hama berada di atas ambang ekonomi. Pemilihan
jenis dan cara aplikasi insektisida hendaknya diusahakan sedemikian rupa sehingga
usaha pengendalian menjadi efektif; efisien dan aman bagi lingkungan. khususnya
terhadap predator hama wereng coklar. Hendaknya dihindarkan penulihan insektisida
yang menimbulkan resurgensi.
Karena wereng coklat tinggal pada bagian pangkal tanaman padi maka aplikasi
insektisida dengan Penyemprotan harus diarahkan pada bagian pangkal tanaman padi.
Jenis insektisida yang dianjurkan dalam pengendalian wereng coklat adalah Applaud I0
WP serta insektisida yang berbahan aktif MlPC (seperti Mipcin 50 WP) dan BPMC
(Hopcin 50 EC, Bassa 50 EC, Baycarb 500 EC. Dharmabas 50 EC dan Kiltop 50 EC).
KESIMPULAN

1. Salah satu kendala dalam upaya peningkatan produk padi adalah gangguan oleh
OPT. OPT merupakan organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan,
atau menyebabkan kematian pada tanaman padi. Salah satumya adalah wereng
coklat.
2. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara :
a. Mempertahankan musuh alami
b. Pengaturan Pola Tanam
c. Penanaman Varietas Unggul Tahan Wereng (VUTW)
d. Eradikasi dan Sanitasi
e. Penggumaan Insektisida
3. Insektisida tidak perlu digunakan pada varietas tahan kecuali kalau ketahanannya
patah.
4. Aplikasi insektisida harus diusahakan pada waktu, cara dan dosis yang tepat.
Waktu, ambang pengendalian dan dosis serta cara aplikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Baehaki, S.E. 2009. Strategi Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Padi Dalam
Perspektif Praktek Pertanian Yang Baik (Good Agricultural Practices) Jakarta.

Harahap, I.S. dan Tjahyono, B. 2003. Pengendalian Hama Penyakit Padi. Penebar
Swadaya. Jakarta.

Las, I., A.K. Makarim, H.M. Toha, A, Gani, H, Pane, dan S. Abdulrachman, 2003.
Panduan Teknis Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya terpadu Padi Sawah.
Departemen Pertanian, Jakarta.

Suharto, 2007, Pengenalan dan Pengendalian hama tanaman pangan. Andi Offset.
Yogyakarta.
Formulir A

LAPORAN PELAKSANAAN
KEGIATAN PEMBERIAN REKOMENDASI/PEMECAHAN MASALAH BERUPA KONSEP
BERUPA PETANI YANG BERKONSULTASI BERUPA KONSEP

1. Penyuluh Pertanian : WKP Banua Kupang


a. Nama / NIP : HURIANSYAH, A. Md / 197512222010011009
b. Pangkat / Golongan : Pengatur Tk. I/ IId
c. Jabatan : PP Pelaksana
d. Unit Kerja : BPK KASARANGAN
2. Dasar Pelaksanaan : RKP DAN TUPOKSI PENYULUHAN PERTANIAN
3. Tema Kegiatan : Pemberian Rekomendasi/Pemecahan masalah berupa
Konsep
4. Pelaksanaan Kegiatan :
a. Waktu Pelaksanaan : 13.30 - 15.00 Wita
b. Tempat / Lokasi : Desa Banua Kupang
5. Hasil Pekerjaan : Materi Konsultasi yang diberikan dapat dilihat pada
lembar berikut (laporan materi konsultasi)

Mengetahui Banua Kupang, 11 Maret 2016


Pimpinan Unit Kerja Penyuluh Pertanian
Pejabat yang ditunjuk

SYAHMINAN, S.Pt HURIANSYAH, A. Md


NIP. 19680722 199303 1 012 NIP. 197512222010011009

DATA IDENTITAS PETANI YANG DIKUNJUNGI

Nama Petani : Syahrul


Umur : 56 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jumlah agt. Keluarga : 4 Orang
Alamat : Desa Banua Kupang
Luas Garapan : 30 Borong
Komoditas yg diusahakan : Padi, Sayuran dan Palawija
Topik yg dibicarakan : Mengatasi serangan hama walang sangit

Banua Kupang, 11 Maret 2016


Petani yang dikunjungi
( Syahrul )

MEMBERIKAN KONSULTASI BERUPA KONSEP

Nama : Syahrul
Umur : 35 Tahun
Tanggal : 11 Maret 2016
Alamat : Desa Banua Kupang
Materi Konsultasi : HAMA WALANG SANGIT PADA TANAMAN PADI
PENDAHULUAN

Walang sangit (Leptocorisa oratorius F,Coreidae, Hemiptera) merupakan salah


satu nama serangga penting padi di lahan rawa lebak. Hama ini bukan saja dapat
menurunkan hasil tetapi juga menurunkan kualitas gabah seperti bintik-bintik coklat
pada gabah akibat isapan cairan dari hama tersebut pada saat padi matang susu.
Dari hasil observasi, diketahui ada beberapa cara pengendali hama walang
sangit yang telah lama dilaksanakan oleh petani. Cara-cara tersebut berpotensi untuk
dikembangkan seperti penggunaan keong yang dibusukkan sebagai perangkap,
pengasapan dari bahan batu bara, tumbuhan mercon, kapur barus, penggunaan dan
cambai. Walang sangit lebih tertarik untuk datang pada keong-keong yang telah
dibusukkan sehingga pengendalian mudah dilaksanakan karena terkonsentrasi pada
areal yang sempit.
Selain itu pengasapan dengan menggunakan daun tumbuhan mercon ataupun
batubara ternyata dapat mengurangi populasi walang sangit. Sedangkan kapur barus.
tumbuhan ribu-ribu dan cambai dapat menolak kedatangan walang sangit karena bau
yang dipancarkan oleh bahan tersebut sehingga kerusakan padi yang disebabkan
walang sangit dapat dihindari. Cara-cara pengendalian tersebut dapat mengurangi
kerusakan gabah padi yang disebabkan walang sangit berkisar 15-20% (Willis, M. 2001.
Hama dan Penyakit Utama Padi di Lahan Pasang Surut).

TINJAUAN PUSTAKA

Welang sangit bertelur pada permukaan daun bagian atas padi dan
rumput”umputan lainnya secara kelompok dalam satu sampai dua baris. Telur
berwarna hitam, berbentuk segi enam dan pipih. Satu kelompok telur terdiri dari 1-21
butir, lama periode lelur rata-rata 5,2.
Nimfa berukuran lebih kecil dari dewasa dan tidak bersayap. Lama periode
nimfa rata-rata 17,1 hari. Pada umumnya nimfa berwarna hijau muda dan menjadi
coklat kekuning-kuningan pada bagian abdomen dan sayap coklat saat dewasa.
Walaupun demikian warna walang sangit ini lebih ditentukan oleh makanan
pada periode nimfa. Bagian ventral abdomen walang sangit berwarna coklat kekuning-
kuningan lika dipelihara pada padi, tetapi hijau keputihan bila dipelihara pada rumput-
rumputan.
Serangga dewasa berbentuk ramping dan berwarna coklat, berukuran panjang
sekitar 14-17 mm dan lebar 3-4 mm dengan tangkai dan antenna yang panjang.
Perbandingan antara jantan dan betina adalah 1:1. Setelah menjadi imago serangga ini
baru dapat kawin setelah 4-6 hari, dengan masa pra peneluran 8,1 dan daur hidup
walang sengit antara 32-43 nari. Lama periode bertelur rata-rata 57 hari (berkisan
antara 6-108 hari), sedangkan gerangga dapat hidup selama rata-rata 80 hari (antara
16-134 hari) (Sunjaya P.I 1970 Dasar-Dasar Serangga. Bagian Ilmu Hama Tanaman
Pertanian).

Gejala serangan dan Kerusakan


Kerusakan yang hebat disebabkan oleh imago yang menyerang tepat pada
masa berbunga, sedangkan nimpa terlihat merusak secara nyata setelah pada instar
ketiga dan seterusnya.
Tingkat serangan dan menurunnya hasil akibat serangga dewasa lebih besar
dibandingkan nimfa, 5 ekor walang sangit pada tiap 9 rumpun tanaman akan
merugikan hasil sebesar 15%, sedangkan 10 ekor pada 9 rumpun tanaman akan
mengurangi hasil sampai 25%.
Kerusakan yang tinggi biasanya terjadi pada tanaman di lahan yang
sebelumnya
banyak ditumbuhi rumput-rumputan serta pada tanaman yang berbunga paling akhir.

PEMBAHASAN

Pa Syahrul dari Kelompok Tani Jaya Mandiri Desa Banua Kupang


menyampaikan permasalahannya yang berkaitan dengan usaha budidaya tanaman
padinya, yaitu tanaman padinya baik yang pada fase primodia / generatif mengalami
kehampaan pada bulir padinya. Ciri-ciri tanaman padi yang diserang adalah tanaman
padinya menjadi hampa akibat dihisap hama walang sangit.
Menurut uraian dari Pa Syahrul di atas dan berdasarkan dari pengamatan kami
dilapangan langsung, gejala yang diperlihatkan oleh tampilan tanaman padi dan
adanya serangga berupa hama walang sangit pada bulir padinya dihisap sehingga
menjadi hampa akibat diserang hama walang sangit. Tanaman padi Pa Syahrul seluas
30 barang, sedangkan tanaman yang terserang hama walang sengit adalah seluas 8
borongan.

REKOMENDASI

a. Penggunaan Perangkap
Menurut Suharto, H dan D.S.Damardjati, (1988) petani dalam mengendalikan
hama khususnya walang sengit mengguman perangkap yaitu dari bahan keong yang
dibusukkan. Dengan cara pengendalian tersebut intensitas kerusakan walang sengit
dapat ditekan. Hasil Pengamatan dilapangan menunjukkan bahwa pengendalian
dengan menggunakan perangkap bau busuk (keong) tersebut cukup efektif
dibandingkan pengendalian lainnya dalam mengendalikan hama walang sengit.
Adapun fungsi dari penggunakan perangkap dari bahan keong yang dibusukkan
tersebut adalah untuk mengalihkan perhatian dari walang sangit tersebut karena
dengan perangkap tersebut walang sengit lebih tertarik berkunjung ketempat
perangkap tersebut dibandingkan pada bulir padi.
Jumlah populasi yang didapatkan pada perangkap tersebut 5-10
ekor/perangkap. Kadang-kadang petani juga menaruh bahan racun dari karbofuran 5-
10 butir/tempat, sehingga walang sengit yang datang berkunjung dan mengisap bahan
tersebut dan mati.
Pengendalian hama walang sangit dengan cara perangkap busuk tersebut yang
dipasang ditepi-tepi sawah dengan jarak antar perangkap 10-15 m tersebut cukup
efektif memerangkap walang sengit. Walang sangit bergerombol datang pada
perangkap bau busuk tersebut untuk makan dan mengisap cairannya.
Walang sangit lebih tertarik kepada bau-bauan tersebut dibendingkm makan
pada padi yang sedang berbunga sampai matang susu. Banyak diantara jenis-jenis
serangga tertarik oleh bau-bauan dipancarkan oleh bagian tanaman yaitu bunga, buah
atau benda lainnya. Zat yang berbau tersebut pada hakekatnya adalah senyawa kimia
yang mudah menguap seperti pada perangkan bau busuk tersebut.
Dengan demikian intensitas kerusakan bulir/biji padi dapat dihindari dengan
cara perangkap bau tersebut. Dilihat dari lingkungan tidak mempengaruhi terutama
keberadaan musuh alami (predator dan parasitoid) di lahan lebak tersebut. Dari hasil
pengamatan terhadap musuh alami populasi predator jenis laba-laba, kumbang
karabit dan belalang minyak dan jenis parasitoid lainnya populasi cukup tinggi.
Dan ada pula cara lain yaitu dengan menggunakan obor dan asap tetapi
hasilnya kurang memuaskan, karena cara tersebut selain dapat menarik walang sangit
tetapi juga dapat menarik serangga-serangga lain terutama jenis musuh alaminya ikut
terbunuh. Adapun cara perangkap bau busuk tersebut bukan mematikan hama walang
sangit tetapi hanya mengalihkan perhatian sehingga dapat menghindari serangan
hama tersebut pada padi.

b. Pemanfaatan Asap
Taktik pengandalian dengan menggunaan asap sudah seringkali dilakukan oleh
petani rawa lebak maupun tadah hujan, tetapi hasilnya kurang memuaskan. Tetapi
dengan mengganti bahan pengasapan tersebut dengan menggunaan bahan galian
batubara menunjukkan hasil yang cukup memuaskan, karena bahan galian batubara
tersebut kalau dibakar dapat bertahan lama dan menimbulkan bau yang menusuk
sehingga dapat mempengaruhi aktivitas dari hama walang sangit.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa penggunaan asap dari bahan galian
batubara intensitas kerusakan oleh walang sangit dapat ditekan. Hal ini diduga bahwa
bau asap dari bahan galian batu baru tersebut dapat mengusir hama walang sangit,
karena pada lokasi pertanaman padi yang tidak melakukan pengendalian dengan cara
pengasapan (bahan batubara) intensitas kerusakan cukup tinggi.
Selain pengasapan dengan menggunakan bahan batu bara juga petani
menggunakan bahan tanaman dari tumbuhan cambai dan tumbuhan mercon dalam
mengendalikan hama walang sangit. Dengan menggunakan bahan tumbuhan tersebut
intensitan kerusakan oleh walang sangit dapat ditekan.
Tumbuhan cambai dan mercon tersebut berpotensi sebagai insektisida nabati
bahan persentase tingkat kematian larva ulat jengkal melebihi dari kontrol insektisida
nabati dari tumbuhan Mimba yaitu tumbuhan galam, mercon, sungkai, kedondong,
kumandrah dan cabai yaitu berkisar antara 70 - 80 %.

c. Penggunaan kapur Barus


Adapun taktik lain yang sering digunakan petani dalam mengendalikan walang
sangit adalah dengan menggunakan kapur barus. Cara ini juga cukup efektif dalam
mengendalikan hama walang sangit.
Aplikasi taktik pengendalian ini dilakukan pada saat fase vegetatif atau saat
padi bunting sampai bulir-bulir padi mulai mengeras yaitu dengan cara
menggantungkan kapur barus tersebut yang sudah dimasukkan kedalam pembungkus
dari kain bekas.
Taktik pengendalian dengan menggunakan kapur barus ini bersifat menolak
atau mengusir datangnya hama walang sangit karena bau yang dipancarkan oleh zat
yang terkandung dalam kapur tersebut.

Jarak antar kantong tersebut berkisar antara 4-5 meter pada bagian pinggir
tanaman padi. Dengan cara ini intensitas kerusakan oleh walang sangit dapat ditekan
yaitu berkisar antara 5-10%.

d. Penggunaan tumbuhan ribu-ribu


Pengendalian hama pada fase generatif yaitu serangan hama penggerek batang
(beluk), walang sangit dan hama lainnya, yaitu menggunakan tumbuhan liar ribu-ribu
yang aplikasinya dengan cara menaburkan daun ribu-ribu tersebut pada lahan
pertanaman padi pada saat fase bunting.
Melalui cara tersebut hama penggerek batang dan khususnya walang sangit
dapat dihindari, karena pengaruh bau yang ditimbulkan dari daun gulma ribu-ribu yang
terendam air tersebut mengeluarkan bau yang dapat mempengaruhi dari kunjungan
hama-hama tersebut. Dengan demikian gulma atau tumbuhan liar tersebut
mempunyai daya penolak terhadap hama pengrerek dan walang sangit (Willis, M.
2001 Hama dan Penyakit Utama Padi di Lahan Pasang Surut).
DAFTAR PUSTAKA

Sunjaya, P.I. 1970. Dasar-Dasar Serangga Bagian Ilmu Hama Tanaman Pertanian. IPB.
Bogor.

Suharto, H. dan D.S.Damardjati. 1988. Pengaruh waktu serangan walang sangit


terhadap hasil dan mutu hasil padi. Reflektor 1(2) : p 25-28.

Willis, M. 2001. Hama dan Penyakit Utama Padi di Lahan Pasang Surut. Monograf.
Badan Litbang Pertanian. Balittra. Banjarbaru.
FORMULIR A

LAPORAN PELAKSANAAN
KEGIATAN PEMBERIAN REKOMENDASI / PEMECAHAN MASALAH
KEPADA PETANI YANG BERKONSULTASI BERUPA KONSEP

1. Penyuluh Pertanian : WKP Banua Kupang


a. Nama/NIP : HURIANSYAH, A. Md / 19751222 201001 1 009
b. Pangkat/Golongan : PENGATUR TK. I / lI d
c. Jabatan : PENYULUH PERTANIAN PELAKSANA
d. Unit Kerja : BPK KASARANGAN
2. Dasar Pelaksanaan : RKP & Tupoksi Penyuluh Pertanian
3. Nama Kegiatan : PEMBERIAN REKOMENDASI/PEMEGAHAN
MASALAH
4. Pelaksanaan Kegiatan :
a. Waktu Pelaksanaan : Pukul 09.00 s.d 1.00 Wita
b. Tempat/Lokasi : Desa Banua Kupang
5. Hasil Pekerjaan : Materi konsultasi yang diberikan dapat dilihat
pada lembar berikut (laporan materi konsultasi)

Mengetahui Banua Kupang, 20 April 2016


Pimpinan Unit Kerja atau Penyuluh Pertanian
Pejabat yang ditunjuk

SYAHMINAN, S. Pt HURIANSYAH, A.Md


NIP. 19680722199303 1 012 NIP. 19781222 201001 1 009

DATA IDENTITAS PETANI YANG BERKONSULTASI

1. Nama petani : Noripamdi


2. Umur : 35 tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Alamat : Desa Banua Kupang
5. Komoditas yang diusahakan : Padi
6. Topik yang dibicarakan : Peningkatan pendapatan melalui kegiatan
penangkaran benih padi

Banua Kupang, 20 April 2016


Petani yang berkonsultasi,
Noripandi

LAPORAN HASIL
KONSEP MATERI ARAHAN/BIMBINGAN YANG DIBERIKAN
KEPADA PETANI YANG BERKONSULTASI

Namu petani yang berkonsultasi : Noripandi


Umur : 35 Tahun
Tanggal : 20 April 2016
Alamat : Desa Banua Kupang
Materi Konsultasi ` : PENINGKATAN PENDAPATAN MELALUI
PENANGKARAN BENIH PADI.
PENDAHULUAN

Tanaman pangan merupakan salah satu subsektor strategis dari sektor


pertanian maupun sector perekonomian, karena tanaman pangan merupakan salah
satu sumber kebutuhan pangan bagi rakyat, baik untuk kebutuhan pangan, pakan,
energi, maupun bahan baku industri lainnya.
Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan
untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan memiliki 8 (delapan)
kegiatan, yaitu :
a. Pengelolaan produksi tanaman serealia;
b. Pengelolaan produksi tanaman aneka kacang dan umbi;
c. Pengelolaan system penyediaan benih tanaman pangan;
d. Penanganan pasca panen tanaman pangan:
e. Penguatan perlindungan tanaman pangan dari gangguan OPT dan DPI;
f. Pengembangan metode pengujian mutu benih dan penerapan system mutu
laboratorium penguiian benih;
g. Pengembangan peramalan serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT); dan
h. Dukungan manajemen dan teknis lainnya pada Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan. Program tersebut merupakan bagian dari pembangunan tanaman pangan
nasional.
Program ini difokuskan kepada aspek ketersediaan pangan yaitu produksi
dalam negeri. Pembangunan tanaman pangan pada dasarnya merupakan rangkaian
upaya untuk memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya usaha-usaha tanaman pangan
yang mampu menghasilkan produk mulai dari hulu sampai hilir. Pembangunan
tanaman pangan memiliki orientasi untuk meningkatkan produktivitas dan produksi,
efisiensi, nilai tambah dan daya saing sehingga mampu meningkatkan pendapatan dan
keseiahteraan petani maupun masyarakat sekitarnya.

1.2 Tujuan
Tujuan utama pembangunan tanaman Pangan tahun 2010-2014 merupakan
turunan dari sasaran utama pembangunan pertanian yaitu :
a. Mewujudkan pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan.
b. Mewujudkan peningkatan diversifikasi pangan,
c. Mewujudkan peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor, serta
d. Mewujudkan peningkatan kesejahteraan petani.
Keempat sasaran ini disebut dengan Empat Sukses Pertanian.
Dalam hal ini, pencapaian tujuan (target) utama diharapkan dapat memberikan
dampak yang sangat signifikan bagi pemenuhan kebutuhan nasional, baik kebutuhan
pangan, kebutuhan pakan, kebutuhan energi maupun kebutuhan bahan baku untuk
industri lainnya. Beberapa kinerja dampak dari pembangunan tanaman pangan adalah:
a. Meningkatnya ketahanan pangan nasional,
b. Meningkatnya nilai tambah dan daya saing, serta
c. Meningkatnya kesejahteraan petani (pendapatan).
Kegiatan pemberdayaan penangkar benih tanaman pangan bertujuan
meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk (benih padi) yang dihasilkan oleh
Kelompok Tani Membangun Desa Banua Kupang Kecamatan Labuan Amas Utara
Kabupaten Hulu Sungai Tengah, dan juga merupakan kawasan sentra penangkar benih
dimasa yang akan datang yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan
petani itu sendiri beserta keluarganya.
TINJAUAN PUSTAKA

Penguasaan teknologi penangkaran benih padi sangat mutlak dimiliki oleh


petani calon Pemangkar agar mencapai keberhasilan dalam pelaksanaan usahanya.
Dalam sus system pra Produksi ketersediaan benih merupakan prioritas yang perlu
diperhatikan. Penyedian benih bermutu tinggi akan menjamin pertanaman bagus dan
hasil yang tinggi. Teknologi yang saat ini dikembangkan untuk menghasilkan benih
yang benar-benar berkualitas, sangat ditentukan oleh ;
1. Pemilihan lokasi yang dapat menjaga kemurnian benih yang ditangkarkan
2. Pemilihan varietas disesuaikan dengan kebutuhan konsumen penyerap, kesesuaian
lahan, umur tanaman dan ketahanan terhadap serangn OPT.
3. Persemaian yang baik dan tentunya sehat.
4. Penyiapan lahan yang sesuai dengan keinginan varietas padi itu sendiri.
5. Pengaturan jarak tanam yang sesuai dengan tingkat kesuburan tanah yang
dikandung tanah tersebut ( spesifik lokalita )
6. Pemeliharaan yang intensif dalam hal ini meliputi pemupukan, pengendalian
gulma, OPT, pengairan dan pemakaian pestisida yang sesuai konsep PHT.
7. Rouging ( seleksi benih )
8. Penanganan panen dan pasca panen secara khusus dan lebih cermat.
PEMBAHASAN

Petani di Desa Banua Kupang Noripandi dari Kelompok Tani Bumi Ayu
menyampaikan permasalahannya yang berkaitan dengan usaha budidaya tanaman
padinya yang selama ini terasa masih kurang menguntungkan akibat posisi tawar yang
kurang mengutungkan dan sering kali merugikan petani. Apalagi iika saat panen raya
terjadi, otomatis harga akan anjlok yang pada akhirnya hanya mampu menutupi biaya
produksi yang mereka keluarkan.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, kesulitan petani semakin komplek dengan
makin meningkatnya biaya produksi tanpa dibarengi dengan posisi tawar yang
menguntungkan ( upah tenaga kerja yang terus naik, serangan hama penyakit yang
semakin tinggi dll ), selain dari itu yang menjadi kesulitan petani adalah kemampuan
pembelian gabah yang sangat terbatas oleh pengepul. Selama ini hanya terdapat 1-2
orang pengepul yang dapat membeli gabah dengan harga kontan, sehingga petani
mendapat pilihan yang sangat sulit yakni meniual dengan tunai namun dengan harga
lebih murah, atau menjual dengan harga lebih baik namun dengan system
kredit/dibayar sebagian dengan resiko yang lebih besar.
Melihat kondisi yang seperti ini dan peluang pasar yang masih terbuka luas
untuk mengembangkan usaha penangkaran benih padi ini di dukung dengan kondisi
areal yang cukup luas dan pelaksanaan kegiatan dapat dilaksanakan secara kelompok.
Di desa Banua Kupang khususnya di Kelompok Tani membangun terdapat
beberapa orang petani yang sudah memiliki pengalaman sebagai penangkar benih
padi, sehingga secara teknis dapat berbagi ilmu untuk mengembangkan kegiatan
usaha ini. Pak Noripamdi sendiri telah beberapa tahun melaksanakannya meskipun
dalam luasan yang masih kecil.
Adanya tawaran secara khusus dari fihak PT. Sang HYang Sri untuk bekerjasama
dalam teknis budidaya, penyerapan hasil produksi, prosesing sampai pada pemasaran.
Dalam bentuk bakal calon benih maupun benih kemasan yang siap pasar. Dengan
harga pembelian sesuai ketentuan dan tentunya tanpa fluktuasi.
REKOMENDASI

1. Penguasaan secara teknis tentang budidaya padi unuk penangkaran oleh


petani-petani calon pelaksana. Melalui pelatihan ataupun kursus penangkaran
benih padi oleh petani mahir, petugas Balai Benih Padi.
2. Tersedianya lahan yang cukup luas dan memungkinkan secara teknis untuk
mengembangkan kegiatan penangkaran. Pemilihan varietas tepat yang akan
dikembangkan Yang perlu diperhatikan adalah :
- Varietas yang akan dikembangkan perlu berorientasi pasar( minat
konsumen)
- Perlunya memperhatikan tingkat produksi
- Ketahanan terhadap serangan HPT
- Sedapat mungkin varietas yang dikembangkan dengan biaya produksi yang
rendah
3. Adanya kepastian pasar terhadap hasil produksi yang dihasilkan ( varietas yang
diinginkan pasar, jumlah keperluan pasar, kwalitas, waktu keperluan, dan
kepastian harga).
4. Penguasaan kegiatan panen dan pasca panen yang sesuai dengan teknis
pelaksanaan pelaksanaan penangkaran.
DAFTAR PUSTAKA

Siti Nurjannah, 2011. Teknologi produksi benih padi unggul. Sinartani mimbar
penyuluhan edisi 13 – 19 april 2011 no. 3401 tahun XLl.

Anonim, 2009. Penangkar Benih Padi Bermutu infomasi ringkas Bank pengetahuan
Padi Indonesia 2009.

Iskandar ishak. 2002. Petunjuk Teknis Penangkaran Benih Padi. BPTP Jawa Barat,
Litbang Deptan 2009.
FORMULIR A

LAPORAN PELAKSANAAN
KEGIATAN PEMBERIAN REKOMENDASI/PEMECAHAN MASALAH BERUPA KONSEP
KEPADA PETANI YANG BERKONSULTASI BERUPA KONSEP

1. Penyuluh Pertanian : WKP BANUA KUPANG


a. Nama/NIP : HURIANSYAH, A. MD/ 197551222 201001 1 009
b. Pangkat/Golongan : PENGATURAN TK. I/IId
c. Jabatan : PENYULUH PERTANIAN PELAKSANA
d. Unit Kerja : BPK KASARANGAN
2. Dasar Pelaksanaan : RKP & Tupoksi Penyuluh Pertanian
3. Nama Kegiatan : PEMBERIAN REKOMENDASI / PEMECAHAN MASALAH
4. Pelaksana Kegiatan :
a. Waku Pelaksanaan : Pukul 14.00 s.d 16.00 Wita
b. Tempat/Lokasi : Desa Banua Kupang
5. Hasil Pekerjaan : Materi Konsultasi yang diberikan dapat dilihat pada
lembar berikutnya (laporan materi konsultasi)

Mengetahui Banua Kupang, 7 Januari 2016


Pimpinan Unit Kerja Penyuluh Pertanian
Pejabat yang ditunjuk

SYAHMINAH, S.Pt HURIANSYAH, A. Md


NIP. 19680722 199303 1 012 NIP. 197512222010011009

DATA IDENTITAS PETANI YANG DIKUNJUNGI

Nama Petani : Abdussani


Umur : 49 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Desa Banua Kupang
Komoditas Yg diusahakan : Padi
Topik yg dibicarakan : Varietas padi yang dapat dibudidayakan pada lahan
lebak

Mantaas, 9 Mei 2016


Petani yang berkonsultasi
Salman
LAPORAN HASIL
KONSEP MATERI ARAHAN / BIMBINGAN YANG DIBERIKAN
KEPADA PETANI YANG BERKONSULTASI

Nama petani yang berkonsultasi : Abdussani

Umur : 49 tahun

Tanggal : 9 Mei 2016

Alamat : Desa Banua Kupang

Materi Konsultasi : VARIETAS PADI YANG DAPAT DIBUDIDAYAKAN


PADA LAHAN LEBAK
PENDAHULUAN

Revitalisasi pertanian yang dicanangkan bertekad untuk mencapai swasembada


beras dalam upaya mendukung ketahunan pangan nasiomal. Menyikapi hal itu,
penggunaan varietas unggul baru (VUB) bersama inovasi lainnya seperti Pengelolaan
Tanaman Terpadu (PTT) dapat berperan dalam mewujudkan tekad tersebut.

Hal ini sudah dibuktikan dengan pelaksanaan demonstrasi skala luas PIT yang
dikawal oleh para penyuluh. Kegiatan tersebut telah mampu meningkatkan produksi
padi 37% lebih tinggi dari rata-rata hasil di lahan penabuh. dan sekitar 16-27% lebih
tinggi dari rata-rata hasil yang diperoleh petani.

Banyak varietas unggul yang sudah dilepas lembaga penelitian. tetapi yang
digunakan petani masih sangat terbatas sehingga perlu upaya sosialisasi. Sejak tahun
1940 sampai saat ini. ada sekitar 190 varietas yang sudah dilepas, dan sekitar 171
varietas diantaranya ditanam petani, sekitar 10-20 varietas diantaranya merupakan
varietas favorit yang dominan ditanam petani.

Varietas unggul merupakan salah satu teknologi yang berperan penting dalam
peningkatan kuantitas dan kualitas produk pertanian. Kontribusi nyata varietas unggul
terhadap peningkatan produksi padi nasional antara lain tercermin dari pencapaian
swasembada beras pada tahun 1984. Hal ini terkait dengan sifat-sifat yang dimiliki
oleh varietas unggul padi, antara lain berdaya hasil tinggi, tahan terhadap hama dan
penyakit utama, umur genjah sehingga sesuai dikembangkan dalam pola tanam
tertentu, dan rasa nasi enak dengan kadar protein relatif tingggi.

Varietas unggul memberikan manfaat teknis dan ekonomis yang banyak bagi
perkembangan suatu usaha pertanian, diantaranya: pertumbuhan tanaman menjadi
seragam sehingga panen menjadi serempak, rendemen lebih tinggi mutu hasil lebih
tinggi dan sesuai dengan selera konsumen, dan tanaman akan mempunyai ketahanan
yang tinggi terhadap gangguan hama dan penyakit serta mempunyai daya adaptasi
yang tinggi terhadap lingkungan sehingga dapat memperkecil biaya penggunaan input
seperti pupuk dan obat-obatan.
TINJAUAN PUSTAKA

Budidaya padi dilahan lebak dimulai pada bulan April bersamaan dengan
terjadinya surut air. Oleh karena itu, pola tanam petani menyesuaikan diri dengan
surutnya air. Pada umumnya waktu tanam pada lebak dangkal adalah bulan Mei-Juni,
lebak tengahan Juni-Juli. Petani hanya dapat menanam padi sekali setahun dengan
pola tanam umumnya Padi-Bera.

Hal tersebut antara lain disebabkan oleh:

1. Varietas unggul yang diintroduksikan belum sepenuhnya sesuai dengan tipologi


lahan terutama lebak tengahan. Dan
2. Upaya pemanfaatan tipologi lebak dangkal dihadapkan pada kendala kekeringan
dan serangan tikus.

Namun demikian, peluang penerapan pola tanam padi-padi, pada tipologi


lebak dangkal cukup besar asalkan kekeringan pada musim kemarau dapat diatasi.
Alternatif pemecahannya antara lain dengan menggunakan pompa disertai
penggunaan varietas padi berumur pendek dan/atau relatif tahan terhadap
kekeringan.

Pada umumnya lahan sawah rawa lebak di Desa Mantaas belum mempunyai
pematang atau galangan. Jadi antara satu hamparan dengan hamparan lainnya masih
lepas, sehingga apabila mendapatkan air sedalam 15-20 cm di sawah, maka air
tersebut akan hilang kering dalam waktu satu hari satu malam.

Surutnya air pada lebak dangkal biasanya lebih cepat, sehingga memungkinkan
dapat ditanam lebih awal, disusul menyurutnya air di lebak tengahan.

Persiapan benih disesuaikan dengan perkiraan musim tanam. Apabila kondisi


air di lahan belum surut dan penanaman belum bisa dilakukan, bibit perlu dipindahkan
ke tempat pembibitan kedua supaya anakan padi dapat tumbuh dengan baik setelah
2-4 minggu di Persemaian kedua. bibit dapat ditanam di sawah.

Namum apabila keadaan genangan air masih belum memungkinkan untuk


penanaman, sedangkan bibit sudah terlalu tua, maka tak jarang petani harus
mengulangi pembuatan persemaian.
PEMBAHASAN

Petani di Desa Banua Kupang Pa Abdussani dari Kelompok Awang Taras


menyampaikan permasalahannya yang berkaitan dengan usaha budidaya tanaman
padinya, yaitu beliau mengalami kesulitan dalam pemilihan Varietas Unggul yang
cocok untuk dibudidayakan di lahan lebak.

Menurut uraian dari Pa Abdussani di atas maka kami memberikan arahan/


bimbingan tentang varietas padi yang cocok untuk dibudidayakan di lahan lebak
berdasarkan deskripsi varietas padi tersebut.

Berdasarkan lama dan ketinggian genangan air, lahan lebak dibagi menjadi tiga
katagore, yaitu lebak dangkal, lebak tengahan, dan lebak dalam. Pertanaman padi
pada lahan rawa lebak dangkal untuk musim kemarau di badapkan pada masalah
kekeringan. Hal ini disebabkan karena pengairan dilahan rawa lebak tergantung pada
curah hujan.

Pada musim kemarau kondisi lahan rawa lebak umumnya menunjukkan kadar
air yang sangat rendah, dimana kondisi tanah dalam keadaaan keras dan retak-retak.
Dalam kondisi demikian sangat dibutuhkan varietas padi yang bisa beradaptasi
terhadap kekeringan.

Varietas unggul yang diharapkan petani adalah varietas yang sesuai dengan
selera setempat, antara lain memiliki rasa nasi pera. Petani bukan tidak ingin
memakan nasi pulen, tetapi dengan memakan nasi pera petani memperoleh beberapa
keuntungan, antara lain beras menjadi awet karena dikonsumsi relatif sedikit dan
petani merasa lebih tahan lapar.

Petani sangat menginginkan varietas-varietas unggul dengan rasa nasinya enak,


memiliki batang kuat, tidak mudah rebah, memiliki tinggi tanaman sedang (± 100 cm),
memiliki banyak anakan, tanaman masih mampu beranak meskipun umur bibit sudah
tua, memiliki potensi hasil tinggi, tahan hama penyakit, umur genjah, disukai oleh
pedagang harganya stabil dan tinggi, dan mutu gabahnya baik.
DESKRIPSI VARIETAS PADI YANG SERING DIBUDIDAYAKAN DI LAHAN LEBAK

Ciherang Mekongga Inpari 9 Inpari 13 Inpari I


Umur Tanaman 116-125 hari 116-125 hari 108 hari 115 hari 131 hari
Bentuk Tanaman Tegak Tegak Tegak Tegak Tegak
Tinggi Tanaman 107-115 cm 91-106 cm 93 cm 85-95 cm 111 cm
Anakan produktif 14-17 batang 13-16 batang 16 batang 15 batang 18 batang
Posisi daun bendera Tegak Tegak Tegak Tegak Tegak
Bentuk gabah Panjang ramping Panjang ramping Ramping Panjang dan gemuk Sedang
Kuning jerami dengan garis-garis
Warna gabah Kuning bersih Kuning bersih Kuning bersih Kuning
coklat
Kerontokan Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
Kerebahan Sedang - Tahan rebah Sedang Sedang
Tekstur nasi Pulen Pulen Pulen Pulen Pera
Bobot 1.000 butir 28 gr 28 gr 27 gr 27-28 gr 9,25 gr
Rata-rata hasil 6 ton/ha 6 ton/ha 7,32 ton/ha 5,83 ton/ha 5,65 ton/ha
Potensi hasil 8,5 ton/ha 8,4 ton/ha 10 ton/ha GKG 7,3 ton/ha GKG 6,47 ton/ha
Ketahanan terhadap Tahan terhadap wereng Agak tahan terhadap Tahan WBC biotipe Agak tahan WBC biotipe 1, 2 Agak tahan WBC
hama dan penyakit coklat biotipe 2 dan agak wereng coklat biotipe 2 2, agak tahan dan 3, agak tahan HDB strain III, biotipe 1 dan 2, tahan
tahan biotipe 3, tahan dan 3, agak tahan biotipe 3, tahan agak rentan strain IV dan VIII, HDB dan blas,
terhadap HDB strain III terhadap HDB strain IV terhadap HDB agak tahan virus tungro toleransi keracunan Fe
dan IV strain III, IV dan VIII inokulum varian 013 dan 031, dan Al
dan rentan inokulum varian 073
Anjuran tanam Sawah irigasi dataran Sawah dataran rendah Sawah dataran Sawah dataran rendah sampai Rawa lebak dan
rendah sampai 500 m sampai 500 m dpl rendah sampai 500 600 m dpl pasang surut
dpl m dpl
Tahun dilepas 2000 2004 2008 2008 2009
Inpara 2 Inpara 3 Inpara 4 Inpara 5 Inpara 6
Umur Tanaman 128 hari 127 hari 135 hari 115 hari 117 hari
Bentuk Tanaman Tegak Tegak Tegak Tegak Tegak
Tinggi Tanaman 103 hari 108 hari 94 hari 92 hari 99 hari
Anakan produktif 16 batang 17 batang 18 batang 18 batang 13 batang
Posisi daun bendera Tegak Tegak Tegak Tegak Tegak
Bentuk gabah Sedang Sedang Sedang Ramping Ramping
Warna gabah Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning bersih
Kerontokan Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
Kerebahan Sedang Sedang Tahan Sedang Tahan
Tekstur nasi Pulen Pera Pera Sedang Sedang
Bobot 1.000 butir 25,66 gr 25,7 gr 19 gr 25 gr 26 gr
Rata-rata hasil 5,49 ton/ha 4,6 ton/ha 4,69 ton/ha 7,2 ton/ha 4,68 ton/ha
Potensi hasil 6,08 ton/ha 5,6 ton/ha 7,63 ton/ha 7,2 ton/ha 5,98 ton/ha
Agak tahan WBC biotipe Agak tahan WBC biotipe Agak tahan WBC Agak tahan WBC biotipe 3, Tahan blas, agak tahan
Ketahanan terhadap 2, tahan HDB, toleransi 3, tahan blas ras 101, 19, biotipe 3, tahan tahan HDB strain IV dan VIII HDB strain IV
hama dan penyakit keracunan Fe dan Al 141, 373, peka HDB HDB strain IV dan
VIII
Rawa lebak dan pasang Rawa lebak dan pasang Rawa lebak dangkal Rawa lebak dangkal dan sawah Rawa lebak dan
Anjuran tanam surut surut dan sawah rawan rawan banjir pasang surut sulfat
banjir masam potensial
Tahun dilepas 2009 2009 2009 2009 2009
DAFTAR PUSTAKA

Alihamsyah, T., Bambang Prayudi, Suhaimi Sulaiman, Istijanto Ar-Riza, Izuddin Noor dan
Muhrizal Sarwani. 2014. 40 Tahun Balittra. Perkembangan dan Program penelitian
ke depan. Balittra. Badan Litbang. Departemen Pertanian.

Balitpa. 2003. Penelitian padi menuju revolusi hijau lestari. Balitpa. Puslitbangtan. Badan
Litbang. Jakarta.

BPTP Kalsel. 2011. Deskripsi Sederhana Varietas Padi tahun 1978 – 2010. Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Litbangtan.
Kementerian Pertanian.

BPTP Kalsel. 2007. Deskripsi Varietas Unggul Padi. Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Litbangtan. Departemen Pertanian.

Anda mungkin juga menyukai