Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PELATIHAN TEMATIK

PEMBUATAN BIOSAKA
PENDAHULUAN
Harga pupuk anorganik yang terus meningkat memaksa para petani mencari alternatif lain
untuk menyuplai unsur hara bagi tanamannya. Biosaka sebagai salah satu inovasi untuk mendukung
pengurangan penggunaan pupuk kimia bagi tanaman. Biosaka adalah elisitor berupa bahan yang
terbuat dari larutan tanaman atau rerumputan yang dapat melindungi tanaman dari penyakit dan
hama serta mengurangi penggunaan pupuk kimia hingga 50-90 persen. Penggunaan Biosaka bagi
petani dapat mendukung pengembangan pertanian organic. Dari keadaan tersebut Penyuluh
Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Hatonduhan sangat perlu melakukan Pelatihan bagi
Kelompok Tani “Pelatihan Tematik Pembuatan Biosaka”

Biosaka diambil dari 2 suku kata yaitu Bio yang artinya Hidup dan Saka singkatan dari
Selamatkan Alam Kembali Ke Alam, sehingga secara harpiah Biosaka berarti Bahan aktif yang
berasal dari mahluk hidup dalam hal ini tanaman guna menyelamatkan alam dengan cara kembali ke
alam.

Biosaka bukanlah pupuk atau pestisida melainkan elisitor yaitu senyawa kimia yang dapat memicu
respon fisiologi, morfologi pada tanaman menjadi lebih baik, memberikan sinyal positif bagi
membran sel pada akar sehingga lebih energik dan produktif. Biosaka adalah salah satu sistem
teknologi terbarukan dalam perkembangan dunia pertanian organik modern yang terbentuk sebagai
bioteknologi
Biosaka merupakan penemuan dari seorang pemuda tani bernama Muhammad Ansar dari Blitar,
karyanya tersebut sudah tercatat di Kemenhumkam Nomor 000399067
b.Manfaat Biosaka
Ramuan Biosaka dapat memperbaiki sel-sel tanaman dan yang terpenting ramuan ini bisa dibuat
secara mandiri sehingga dapat menghemat penggunaan pupuk kimia serta meminimalisir serangan
hama dan menjadikan lahan yang subur, beberapa pengalaman menunjukkan bahwa penggunaan
Biosaka itu dapat mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida kimia 50 hingga 90% dan
meningkatkan jumlah produksi. Kelebiahan Biosaka
Setidaknya ada 13 kelebihan dari ramuan Biosaka yaitu:
1. Efektifitas kinerja yang baik. Reaksi biosaka dapat dilihat dalam waktu 24 jam setelah
aplikasi;
2. Dapat digunakan pada seluruh fase tanaman, mulai dari benih sampai panen;
3. Proses produksinya pun sangat cepat karena tidak menggunakan metode fermentasi yang
biasanya memakan waktu paling cepat 1 minggu;
4. Cara penggunaannya mudah dan penggunaan dosis yang sangat sedikit, cukup 40 ml
dicampur 15 liter air untuk satu kali penyemprotan untuk B luasan 1.000 m2, atau 400 ml
untuk 1 ha tanaman padi. “Penyemprotan dari mulai tanam sampai panen dilakukan sekitar 7
kali aplikasi;
5. Dapat diterapkan pada semua komoditas, termasuk tanaman perkebunan;
6. Dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia hingga 50-90 persen, sehingga jauh menghemat
biaya produksi;
7. Bahan baku Biosaka juga tersedia setiap saat di lingkungan petani, dimana dan kapanpun;
8. Biaya nol rupiah/gratis petani bisa membuat sendiri.
9. Tidak ada risiko kerugian bagi petani dan tanaman.
10. Tidak beracun;
11. Meminimalisir serangan hama penyakit
12. Lahan menjadi subur
13. Umur panen lebih pendek, produktivitas dan produksi lebih bagus.
Terlepas dari segala kelebihannya Biosaka pun mempunyai kekurangan yaitu tidak dapat diproduksi
dengan mesin dan bahan baku yang terus berganti pada saat pembuatan.
Biosaka adalah produk berbahan alami yang diperoleh dari tanaman sehat sekitar. Biosaka
hanya bisa dibuat sendiri, gratis, bahanya dari alam dan kita gunakan untuk alam. Jadi tidak
diperjual belikan dan tidak ada yang jual juga. Biosaka harapannya menjadi sebuah gerakan massal
para petani bagaimana kita bisa menyelamatkan alam, kembali ke alam dan memanfaatkan bahan
alami untuk kelestarian dan berkelanjutan.
B. Tujuan
Tujuan dari dilaksanakannya Pelatihan Tematik Pembuatan Biosaka ini ialah :
1. Petani Tahu,mau, mampu dan terampil cara pembuatan Biosaka
2. Petani tahu dan mampu melakukan penyemprotan biosaka
3. Petani dapat mengurangi ketergantungan kepada pupuk Kimia N,P,K.
4. Petani mau dan mampu melakukan Inovasi untuk menekan ketergantungan pada pupuk Kimia
C. Peserta
Peserta pelatihan tematik Pembuatan Biosaka di BPP Kecamatan Hatonduhan berjumlah 24 orang
yang terdiri dari Penyuluh Pertanian dan petani yang tergabung dalam kelompok tani yang berasal
dari nagori Jawa Tongah, Jawa Tongah II dan Saribu Asih merupakan petani padi dan jagung.
D. Jadwal Kegiatan
Adapun jadwal kegiatan pelatihan tematik pembuatan biosaka

No Waktu Uraian Penanggung Jawab


1 09.00 - 09.15 Wib Kata Pembukaan BPP dan Dinas Pertanian
2 09.15 - 09.30 Wib Arahan dan bimbingan BPP dan Dinas Pertanian
3 09.30 - 10.30 Wib Peserta kelapangan mencari BPP dan Dinas Pertanian
bahan praktek
4 10.30 - 11.00 Wib Materi Pembuatan Biosaka BPP dan Dinas Pertanian
5 11.00 - 11.30 Wib Praktek Pembuatan Biosaka BPP dan Dinas Pertanian
6 11.30 - 12.30 Wib Ishoma BPP dan Dinas Pertanian
7 12.30 – 13.00 Diskusi dan Penutup BPP dan Dinas Pertanian

E. Hasil Pelaksanaan Kegiatan


Hasil kegiatan pelatihan tematik pembuatan biosaka dilaksanakan di Balai Penyuluhan Pertanian
(BPP) kecamatan Hatonduhan, diharapkan kepada semua peserta yang hadir pada pelatihan ini
untuk menyebarkan informasi cara pembuatan dan dapat dilakukan secara berkelanjutan. Materi
pembuatan biosaka terlapir.

F. Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
- Kegiatan pelatihan model tematik dengan tema teknologi teknologi terbaru sangat perlu
dilaksanakan kepada petani dan kelompok tani seperti pembutan biosaka dimana dengan
penggunaan biosaka dapat mengurangi menggunaan pupuk kimia sampai 50 %.
- Pelaksanaan Pelatihan lebih banyak pelaksanaan praktek lapangan dan jam berlatih tidak
terlalu panjang, sehingga diharapkan setelah selesai pelatihan petani mau melaksanakan
dan menerapkan dilahannya masing-masing.
- Diharapkan petani mau terus mencoba dan berinovasi sehingga petani dapat melihat hasil
penggunaan biosaka dan dapat merasakan manfaatkan.
Saran

- Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan Tematik diharapkan dalam satu wilayah BPP atau
Kecamatan mau diperbanyak jumlah kegiatan, sehingga bisa menjangkau lebih banyak
petani dan menghindari kecemburuan kelompok yang tidak mendapatkan kegiatan
pelatihan.

PPL Nagori Tonduhan dan Buntu Bayu

Jennita Sianturi, AMd


NIP. 198204272017062001

PEMBUATAN BIOSAKA
DI BPP HATONDUHAN

A. Alat
1. Wadah (baskom/ember)
2. Gayung
3. Saringan
4. Corong
5. Botol

B. Bahan
Jerigen Rumput-rumputan / daun-daunan yang sehat, sempurna, ukuran daun simetris, tidak
terkena hama/penyakit, tidak bolong-bolong, tidak jamuran, ujung daun tidak kusam dan warna
daun rata. Ambil agak ke pucuk/daun masih hijau, boleh diambil 2-4 daun dengan batangnya.
Penyortiran (Pilih tanaman yang benar-benar sehat)
Pilih rumput/daun minimal 5 jenis yang berasal dari sekitar pertanaman, jenis dan warna
rumput/daun bebas, tidak harus standar/seragam karena setiap waktu dan tempat bisa berbeda-
beda. Banyaknya bahan satu genggaman tangan untuk 1 wadah dalam satu kali pembuatan , 5%
bahan dan 95% air atau sekitar 2,5 ons bahan rumput / daun dalam 5 liter air.

Proses Pembuatan Biosaka


Peremasan, dimulai dengan berdoa, dilakukan dengan sabar, ikhlas, sepenuh hati dan fokus.
Campurkan bahan dengan air bersih sebanyak 2-5 liter dalam wadah yang sudah disiapkan (tanpa
campuran bahan apa pun) Lakukan peremesan dengan tangan kanan, sementara tangan kiri
memegang pangkal bahan. Sekali meremas diikuti sekali memutar/mengaduk air ke kiri. Tangan
kanan bergerak memutar air ke kiri (berlawanan arah jarum jam) sambil mengumpulkan bahan
yang tercecer sambil tetap meremas
Diremas sampai selesai, tidak berhenti, tidak sampai hancur batangnya, tangan tidak boleh
diangkat, tetap tangan di dalam air dan tidak berganti orang
Ketika meremas tidak boleh pakai blender, mesin, atau ditumbuk tetapi harus menggunakan
tangan, karena ada interaksi antara tangan dengan rumput sebagai makhluk hidup. Peremasan
dilakukan sampai ramuan homogen (sebenarnya hingga koheren/harmoni), disebut homogen
karena menyatu antara air dengan saripati rumput/daun. Untuk mencapai homogen perlu waktu
kisaran10-20 menit. Ciri bahwa biosaka telah homogen yaitu tidak mengendap, tidak timbul gas,
tidak ada butiran, bibir permukaan membentuk pola cincin, ramuan biosaka terlihat pekat dan
mengkilap, bisa berwarna hijau/biru/ merah sesuai dengan warna rumput/daun yang digunakan.
Bagi biosaka homogen yang sempurna bisa disimpan hingga 5 tahun.
Kepekatan ramuan biosaka dapat diukur dengan menggunakan alat Total Disolved Solid (TDS),
harga murah dapat dibeli di toko maupun online. Mengukur dengan TDS, pada saat sebelum dan
setelah diremas, peningkatannya / deltanya minimal 200 ppm, sebaiknya diatas 300 ppm dan
untuk menjadi homogen sempurna di atas 500 ppm.

Ukuran ini bukan satu-satunya cara untuk mengukur biosaka homogen, tetapi hanya alat bantu
saja. Masih banyak alat ukur yang lain, seperti dilihat visual niteni atau metode kinesologi atau
metode lainnya Ramuan biosaka bisa langsung diaplikasikan dan sisanya dapat disimpan. Wadah
ramuan biosaka disimpan di tempat yang aman dan jauh dari jangkauan anak-anak

Aplikasi Penyemprotan
1. Dosis penyemprotan untuk padi dan jagung 40mL/tanki semprot volume 15 liter. Untuk aneka
kacang dan umbi 30mL/tanki dan hortikultura 10ml/tanki.Untuk satu ha lahan cukup 3-4 tanki
sprayer.
2. Untuk padi dan jagung, aplikasi pertama pada umur 7-10 HST dan dilanjutkan 7 kali semusim
dengan interval penyemprotan 10-14 hari dan untuk sayuran seminggu sekali.
3. Penyemprotan dilakukan dengan nozzle kabut di atas pertanaman, minimal 1 meter di atas
tanaman, letak posisi nozzle menghadap ke atas, tidak boleh diulang-ulang
4. Waktu penyemprotan bisa pagi/siang/sore dan sebaiknya pada sore hari saat ada angin
sehingga mudah menyemprot ngabut, perhatikan cuaca dan arah menyemprot mengikuti arah
angin.
5. Penyemprotan cukup dari atas galengan dengan stik diperpanjang hingga 2-3 meter
6. Aplikasi biosaka efektif bila dibuat dan diaplikasikan di lokasi hamparan insitu dari bahan
rumput/daun di sekitar. Jarak efektif aplikasi pada lahan radius maksimal 20 km dan untuk lahan yang
sudah berat/tidak sehat harus lebih dekat lagi, tidak efektif biosaka diaplikasikan/dikirim antara
wilayah karena terkait pengenalan agroekosistem

Anda mungkin juga menyukai