Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

EKOLOGI TANAMAN

STRATEGI PENERAPAN SUSTAINABLE AGRICULTURE

DI INDONESIA

DISUSUN OLEH :

NAMA : ALVAREZA AZZURRI


NPM : 214110297
KELAS : 5 AGROTEKNOLOGI D

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

PEKAN BARU

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur tak henti – hentinya penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan

Yang Maha Esa atas berkat rahmatnya penulis dapat menyelesaikan pembuatan

makalah ini. Melalui makalah ini penulis dapat memperluas pengetahuan

mengenai nutrisi dan kultivasi mikroorganisme.

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan makalah ini tidaklah terlepas

dari peran serta pihak – pihak terkait. Atas segala bantuan dan yang diberikan

penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya. Dan penulis ingin

mengucapkan ucapan terimakasih kepada ibuk Dr. Prima Wahyu Titisari,

S.Si.,M.Si Selaku dosen pengampu mata kuliah ekologi pertanian yang telah

mmpercayai saya atas tugas yang di berikan, semoga tugas ini dapat membantu

memberikan nilai tambahan yang bagus nantinya, Aamiin.

Saya penulis menyadari bahwa ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu penulis mengharapkan masukan dan kritik yang membangun dari

dosen yang membaca makalah ini. Penulis berharap hasil dari makalah ini dapat

bermanfaat bagi siapa pun yang membutuhkanya. Semoga makalah ini dapat

meningkatkan pemahaman kita di masa yang akan datang Amin.

Pekanbaru, November 2023

i
Alvareza azzurri

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1

A. Rumusan Masalah..................................................................................................2

B. Tujuan....................................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................4

BAB III PEMBAHASAN..................................................................................................7

A. Pertanian Berkelanjutan.........................................................................................7

B. Perbedaan Pertanian Konvensional dan pertanian berkelanjutan..........................10

C. Kegiatan Yang Menunjang Pertanian Berkelanjutan............................................11

BAB IV KESIMPULAN..................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertanian berkelanjutan adalah suatu teknik budidaya pertanian yang

menitikberatkan adanya pelestarian hubungan timbal balik antara organisme

dengan sekitarnya.Sistem pertanian ini tidak menghendaki penggunaan produk

berupa bahan-bahan kimia yang dapat merusak ekosistem alam.Pertanian

berkelanjutan identik dengan penggunaan pupuk organik yang berasal dari

limbah-limbah pertanian, pupuk kandang, pupuk hijau, pupuk hayati, kotoran-

kotoran manusia, serta kompos.Salah satu upaya yang dilakukan dalam usahatani

tanpa menggunakan bahan-bahan kimia yang akan merusak lingkungan adalah

penggunaan mikroorganisme yang terdapat dalam pupuk hayati. Proses produksi

pertanian yang berkelanjutan akan lebih mengarah pada penggunaan produk

hayati yang ramah terhadap lingkungan. Pertanian organik merupakan suatu

sistem untuk mengembalikan semua jenis bahan organik ke dalam tanah, baik

dalam bentuk limbah pertanian, limbah rumah tangga maupun limbah peternakan

yang selanjutnya bertujuan untuk memberi makanan pada tanaman untuk

bertumbuh dengan baik.

Sistem pertanian di berbagai belahan dunia telah mengalami evolusi

sepanjang abad sebagai dampak kemajuan teknologi dan meningkatnya

pengetahuan manusia. Diawali dengan kegiatan berburu dan mengumpulkan

makanan sistem pertanian berkembang menjadi pertanian primitif, pertanian

tradisional, hingga ke pertanian modern.

1
Pertanian tradisional ditandai sejak manusia mulai menetap dan

berladang pada satu lokasi. Sistem pertanian ini merupakan model pertanian yang

masih sangat sederhana yang sifatnya ekstensif dan tidak memaksimalkan

penggunaan input seperti teknologi, pupuk kimia dan pestisida. Hasil

pertanian yang diperoleh sangat tergantung pada kesuburan tanah,

ketersediaan air, iklim dan topografi. Karena ketergantungannya yang sangat

tinggi terhadap alam, pertanian tradisional bersifat tak menentu sehingga

produksinya tidak mampu mengimbangi kebutuhan pangan penduduk yang

jumlahnya terus meningkat. Kondisi ini mendorong berkembangnya pertanian

konvensional atau yang lebih dikenal dengan sistem pertanian modern.

Strategi untuk memodernisasi sektor pertanian dari pertanian

tradisional menuju pertanian berbasis teknologi maju/modern dikenal dengan

istilah “Revolusi Hijau”. Revolusi hijau bertujuan untuk meningkatkan

produktivitas pertanian melalui penelitian dan pengembangan teknologi

pertanian guna menghasilkan varietas unggul. Ini dilakukan sebagai upaya

menjawab tantangan kerawanan pangan akibat pertambahan jumlah penduduk

yang semakin pesat.

A. Rumusan Masalah

1. Apa itu pertanian berkelanjutan dan bagaimana sebuah sistem dapat

dikatan berkelanjutan?

2. Konsep pertanian berkelanjutan bagaimanakah yang dapat dibuat?

2
B. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu pertanian berkelanjutan dan bagaimana

sebuah sistem dapat dikatakan berkelanjutan

2. Mempelajari dan membuat konsep pertanian berkelanjutan yang dapat

dibuat

3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Adanya dinamika tersebut mendorong munculnya gagasan untuk

mengembangkan suatu sistem pertanian yang dapat bertahan hingga ke

generasi berikutnya dan tidak merusak alam. Dalam dua dekade terakhir

telah berkembang konsep pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)

yang merupakan implementasi dari konsep pembangunan berkelanjutan

(sustainable development). Pembangunan pertanian berkelanjutan bertujuan

untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat tani secara luas

melalui peningkatan produksi pertanian yang dilakukan secara seimbang

dengan memperhatikan daya dukung ekosistem sehingga keberlanjutan

produksi dapat terus dipertahankan dalam jangka panjang dengan

meminimalkan terjadinya kerusakan lingkungan (Fadlina et al, 2013).

Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan kelestarian lingkungan,

revolusi hijau mendapat kritikan dari berbagai kalangan. Tidak hanya

menyebabkan kerusakan lingkungan akibat penggunaan teknologi yang tidak

memandang kaidah-kaidah yang telah ditetapkan, revolusi hijau juga

menciptakan ketidakadilan ekonomi dan ketimpangan sosial. Ketidakadilan

ekonomi muncul karena adanya praktek monopoli dalam penyediaan sarana

produksi pertanian, sementara ketimpangan sosial terjadi diantara petani dan

komunitas di luar petani (Sahiri N, 2003).

Pembangunan berkelanjutan dirumuskan sebagai pembangunan yang

memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan

4
generasi mendatang. Pembangunan berkelanjutan mengandung makna jaminan

mutu kehidupan manusia dan tidak melampui kemampuan ekosistem untuk

mendukungnya. Permasalahan muncul beberapa dekade proyek pembangunan

berjalan banyak ketidaksesuaian dan ketimpangan yang muncul dalam

pelaksanaannya. Kemiskinan, kelaparan dan kerusakan lingkungan serta

kekerasan tetap menjadi bagian yang terus melekat pada negara-negara

berkembang. Pembangunan yang seharusnya digunakan sebagai proses untuk

membangun kesejahteraan umat manusia secara merata, ternyata berkembang

menjadi sebuah proses pengonsentrasian kesejahteraan kepada sekelompok orang

(Hadiwijoyo dan Anisa, 2019; Saragih, 2008).

Kelestarian sumberdaya lahan pertanian dan mutu lingkungan serta

keberlanjutan sistem produksi merupakan hal yang kritikal bagi usaha pertanian di

negara tropis, termasuk Indonesia. Curah hujan yang besar pada musim hujan

berdampak terhadap kerusakan lahan sebagai akibat erosi permukaan, menjadikan

lahan pertanian kehilangan lapisan olah dan hara tanah, terutama pada lahan

brerbukit dan berlereng. Praktik usahatani yang sangat intensif juga menghalangi

terjadinya proses pengembalian sisa tanaman dan bahan organik ke dalam tanah,

disamping mengakibatkan terjadinya penambangan hara tanah. Penggunaan

sarana agrokimia yang berdosis tinggi telah mengubah keseimbangan ekosistem,

mencemarkan air dan tanah, serta meningkatkan intensitas gangguan

hamapenyakit. Hal-hal tersebut mengancam kerberlanjutan sistem produksi

pertanian (Sumarno, 2018).

5
Pertanian modern (revolusi hijau) diakui telah membawa kemajuan pesat

bagi pembangunan pertanian. Sistem ini telah berhasil merubah wajah pertanian

dunia, tak terkecuali Indonesia. Dalam beberapa dekade terakhir telah terjadi

peningkatan produksi pertanian yang cukup signifikan sebagai hasil dari revolusi

hijau. Di balik kesuksesannya, tidak dapat dipungkiri ternyata revolusi hijau juga

membawa dampak negatif bagi lingkungan. Maraknya penggunaan pupuk

anorganik, pestisida, herbisida dan intensifnya eksploitasi lahan dalam jangka

panjang membawa konsekuensi berupa kerusakan lingkungan, mulai dari tanah,

air, udara maupun makhluk hidup (Wulansari, 2020).

Dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 2019 tentang Sistem Budidaya

Pertanian Berkelanjutan yang merupakan pengganti Undang-Undang Nomor 12

Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, dijelaskan bahwa sistem

pembangunan berkelanjutan perlu ditumbuhkembangkan dalam pembangunan di

bidang pertanian melalui sistem budidaya pertanian untuk mencapai kedaulatan

pangan dengan memperhatikan daya dukung ekosistem, mitigasi, dan adaptasi

perubahan iklim guna mewujudkan sistem pertanian yang maju, efisien, tangguh,

dan berkelanjutan.

6
BAB III PEMBAHASAN

A. Pertanian Berkelanjutan

Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) merupakan

implementasi dari konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable

development) pada sektor pertanian. Menurut FAO (1989), pertanian

berkelanjutan merupakan pegelolaan konservasi Sumber Daya Alam (SDA) dan

berorientasi pada perubahan teknologi dan kelembagaan yang dilakukan

sedemikian rupa untuk menjamin pemenuhan dan pemuasan kebutuhan

manusia secara berkelanjutan bagi generasi sekarang dan mendatang.

Paradigma pembangunan berkelanjutan menurut Bank Dunia

diterjemahkan dalam bentuk kerangka segitiga pembangunan berkelanjutan

(Environmentally Sustainable Development Triangle) yang bertumpu pada

keberlanjutan ekonomi, ekologi, dan sosial. Berkelanjutan secara ekonomis

mengandung pengertian bahwa suatu kegiatan pembangunan harus mampu

menghasilkan pertumbuhan ekonomi, pemeliharaan kapital, penggunaan

sumberdaya, serta investasi secara efisien. Berkelanjutan secara ekologis

berarti bahwa kegiatan tersebut mampu mempertahankan integritas ekosistem,

memelihara daya dukung lingkungan, dan konservasi sumberdaya alam

termasuk keanekaragaman hayati (biodiversity). Keberlanjutan secara sosial

diartikan bahwa pembangunan tersebut dapat menciptakan pemerataan hasil –

hasil pembangunan, mobilitas sosial, kohesi sosial, partisipasi masyarakat,

pemberdayaan masyarakat, identitas sosial, dan pengembangan kelembagaan

7
(Serageldin, 1996 dalam Dahuri 1998) Begitu pula untuk pertanian berkelanjutan,

untuk dapat dikatakan berkelanjutan, suatu sistem pertanian harus memenuhi

prinsip dasar yang secara umum merupakan adopsi dari prinsip dasar

pembangunan berkelanjutan (Rukmana, 2012). Tiga prinsip dasar sistem pertanian

berkelanjutan meliputi :

1. Keberlanjutan Ekonomi

Keberlanjutan secara ekonomi dimaksudkan sebagai pembangunan

yang mampu menghasilkan barang dan jasa secara kontinu untuk

memelihara keberlanjutan pemerintahan dan menghindari

ketidakseimbangan sektoral yang dapat merusak produksi pertanian

dan industri (Fauzi, 2004). Pertanian berkelanjutan dapat dilakukan

melalui peningkatan pengelolaan tanah dan rotasi tanaman dengan

tetap menjaga kualitas tanah dan ketersediaan air sehingga

peningkatan produksi pertanian dapat terus dipertahankan hingga

jangka panjang.

2. Keberlanjutan Ekologi/Lingkungan

Sistem yang berkelanjutan secara ekologi/lingkungan merupakan

usaha untuk memanfaatkan dan mengelola sumberdaya alam secara

bijaksana dengan tidak memberikan dampak negatif terhadap

lingkungan dan berlaku adil bagi generasi mendatang (Keraf,

2002). Pertanian berkelanjutan dapat dicapai dengan melidungi,

mendaur ulang, mengganti dan/atau mempertahankan basis

8
sumberdaya alam seperti tanah, air, dan keanekaragaman hayati

yang memberikan sumbangan bagi perlindungan modal alami.

3. Keberlanjutan Sosial

Keberlanjutan sosial diartikan sebagai sistem yang mampu mencapai

keadilan dan kesetaraan akses terhadap sumberdaya alam dan

pelayanan publik baik dalam bidang kesehatan, gender, maupun

akuntabilitas politik (Fauzi, 2004). Dalam pertanian berkelanjutan,

keberlanjutan sosial berkaitan dengan kualitas hidup dan kesejahteraan

dari mereka yang terlibat dalam sektor ini. Pertanian berkelanjutan

memberikan solusi bagi permasalahan pengangguran karena sistem

ini mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak bila dibandingkan

dengan sistem pertanian konvensional yang lebih mengedepankan

penggunaan mesin dan alat-alat berat.

Karakteristik utama dari suatu pola pertanian yang berkelanjutan sesuai

dengan Dankelman and Davidson (1988) yaitu :

1. Mampu mempertahankan kehilangan tanah dengan laju dibawah

2. Laju pembentukan tanah, atau pada tingkat kehilangan tanah yang

diperolehkan (tolereble soil loss)

3. Mampu meningkatkan pendapatan petani

4. Dapat diterima masyarakat dan mampu untuk mengulangi penerapan

teknologi (replicable) secara terus menerus tanpa ketergantungan

5. Pengembangan pola tanam, metoda pengolahan bahan makanan, dan

metoda penyimpanan persediaan bahan makanan.

9
6. Meningkatkan tingkat diversivikasi guna menjamin keluwesan pola

tanam.

7. Merpertahankan kesuburan tanah melalui pendauran bahan organik.

8. Pemanfaatan sumber air dan sumber energi setepat mungkin.

B. Perbedaan Pertanian Konvensional dan pertanian berkelanjutan

Pertanian Konvensional/Modern Pertanian Berkelanjutan

Sangat tergantung pada kemajuan Sangat tergantung pada


inovasi teknologi manajemen, pengetehauan serta
keterampilan petani
Membutuhkan investasi modal yang Pada umumnya tidak
besar untuk produksi dan membutuhkan investasi modal
pengembangan teknologi yang besar
Skala pertanian yang cukup Skala pertanian kecil dan
luas/besar menengah
Sistem tanam: monokultur Sistem tanam : diversifikasi
Penggunaan pupuk dan pestisida Meminimalisir penggunaan pupuk
kimiawi secara luas dan pestisida kimiawi,
mengalihkannya dengan pupuk dan
pestisida alami
Biaya yang dikeluarkan untuk upah Biaya upah tenaga kerja lebih
tenaga kerja relatif rendah karena tinggi karena dibutuhkan lebih
hanya dibutuhkan sedikit tenaga banyak tenaga kerja
kerja
Ketergantungan yang tinggi pada Penggunaan bahan bakar fosil
penggunaan bahan bakar untuk dalam proses produksi relatif lebih
sumber energi pada produksi rendah karena minim penggunaan
mesin pertanian, tidak
pertanian, produksi pupuk,
memproduksi pupuk kimiawi, dan
pengepakan, transportasi, dan dalam pemasarannya pun lebih
pemasara menekankan pada pemasaran
secara langsung dan bersifat lokal
(areal pertanian dekat dengan
konsumen sehingga jalur distribusi
lebih pendek dibandingkan dengan
sistem pertanian konvensional)

10
C. Kegiatan Yang Menunjang Pertanian Berkelanjutan

1. Pengendalian Terpadu

Pengendalian hama tanaman dapat dilakukan dengan cara yang lebih

bijak dan ramah lingkungan dengan mengesampingkan penggunaan

pestisida kimiawi melalui metode Pengendalian Hama Terpadu (PHT).

PHT merupakan pengendalian hama yang dilakukan dengan

menggunakan unsur-unsur alami yang mampu mengendalikan hama

agar tetap berada pada jumlah di bawah ambang batas yang merugikan

(Juanda dan Cahyono, 2005) dengan cara-cara yang aman bagi

lingkungan dan makhluk hidup (Endah dan Abidin, 2002). Beberapa

cara pengendalian hama terpadu yakni:

a. menggunakan serangga atau binatang-binatang yang dikenal

sebagai musuh alami hama seperti Tricogama sp. yang merupakan

musuh alami dari parasit telur dan parasit larva hama tanaman,

b. menggunakan tanaman penangkap hama untuk menjauhkan hama

dari tanaman utama,

c. melakukan rotasi tanaman untuk mencegah terakumulasinya

pathogen dan hama yang sering menyerang satu spesies saja.

2. Konservasi Tanah

Konservasi tanah dapat diartikan sebagai penempatan setiap bidang

tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah

11
tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang

diperlukan agar tidak terjadi kerusakan dan dapat berfungsi secara

berkelanjutan (Arsyad, 2006). Kegiatan konservasi tanah diantaranya

dengan membuat sengkedan atau terasering pada lahan miring untuk

mencegah terjadinya erosi, melakukan reboisasi atau penanaman

kembali lahan kritis, melakukan pergiliran tanaman atau crop

rotation dan menanam tanaman penutup tanah (cover crop).

3. Menjaga Kualitas Air

Menjaga dan melindungi sumberdaya air untuk tetap mempertahankan

kualitasnya pada kondisi alamiahnya merupakan hal mutlak dalam

pertanian. Penurunan kualitas air akan menurunkan daya guna,

produktivitas dan daya tampung dari sumberdaya air yang pada

akhirnya akan menurunkan kekayaan sumberdaya air. Kegiatan yang

dapat dilakukan untuk menjaga kualitas air antara lain: mengurangi

penggunaan senyawa kimia sintetis ke dalam tanah yang dapat

mencemari air tanah, menggunakan irigasi tetes yang menghemat

penggunaan air dan pupuk, melakukan penanaman, pemeliharaan dan

kegiatan konservasi tanah pada kawasan lahan kritis terutama di hulu

daerah aliran sungai.

4. Tanaman Pelindung

Penanaman tanaman pelindug seperti gandum dan semanggi di akhir

musim panen tanaman sayuran atau sereal bermanfaat untuk menekan

12
pertumbuhan gulma, mencegah erosi dan meningkatkan nutrisi dan

kualitas tanah.

5. Diversifikasi Tanaman

Diversifikasi tanaman merupakan teknik menanam/memelihara lebih

dari satu jenis tanaman dalam satu areal lahan pertanian. Cara ini

adalah salah satu alternatif untuk mengurangi resiko kegagalan usaha

pertanian akibat kondisi cuaca ekstrim, serangan hama pengganggu

tanaman, dan fluktuasi harga pasar. Diversifikasi tanaman juga dapat

berkontribusi bagi konservasi lahan, menjaga kelestarian habitat

binatang, dan meningkatkan populasi serangga yang bermanfaat. Dari

segi ekonomi, diversifikasi tanaman dapat meningkatkan pendapatan

petani sepanjang tahun dan meminimalkan kerugian akibat

kemungkinan kegagalan dari menanam satu jenis tanaman saja.

6. Pengelolaan Nutrisi Tanaman

Pengelolaan nutrisi tanaman diperlukan untuk meningkatkan kondisi

tanah serta melindungi lingkungan tanah. Hal ini dapat dilakukan

dengan penggunaan pupuk kandang dan tanaman kacang-kacangan

sebagai penutup tanah yang tidak hanya menyuburkan tanah tetapi

juga dapat menekan biaya pembelian pupuk anorganik yang harus

dikeluarkan. Beberapa jenis pupuk organik yang dapat dimanfaatkan

antara lain pupuk kompos, kascing, dan pupuk hijau (dedaunan).

7. Agroforestri (wanantani)

13
Agroforestri merupakan sistem tata guna lahan (ushatani) yang

mengkombinasikan tanaman semusim maupun tanaman tahunan untuk

meningkatkan keuntungan, baik secara ekonomis maupun lingkungan.

Sistem ini membantu terciptanya keanekaragaman tanaman dalan suatu

luasan lahan untuk mengurangi resiko kegagalan dan melindungi tanah

dari erosi serta meminimalisir kebutuhan pupuk dari luar lahan karena

adanya daur-ulang sisa tanaman (Ruijter dan Agus, 2004).

14
BAB IV KESIMPULAN

Kemajuan ilmu pertanian telah memungkinkan manusia untuk

memanipulasi seluruh ekosistem guna memenuhi kelangsungan hidup mereka.

Seiring dengan pertumbuhan jumlah populasi yang kian pesat, ketersediaan

sumberdaya alam pun menjadi terbatas jumlahnya. Air, tanah dan bahan bakar

merupakan tiga komponen penting yang menentukan kelangsungan hidup

manusia dan makhluk hidup lainnya, karenanya adalah suatu keharusan untuk

memanfaatkannya seefisien mungkin. Perbandingan antara pertanian

konvensional dan pertanian berkelanjutan menunjukkan bahwa pertanian

berkelanjutan terbukti memiliki keunggulan baik dari segi ekonomi, sosial,

maupun lingkungan. Pertanian berkelanjutan mengkonsumsi lebih sedikit air dan

energi, meningkatkan komposisi unsur hara tanah, menekan biaya produksi,

meningkatkan partisipasi masyarakat, serta ramah terhadap lingkungan.

Sementara pertanian konvensional tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan

dunia tanpa mengorbankan kelestarian lingkungan.

Manfaat sosial, ekonomi, dan lingkungan dari sistem pertanian

berkelanjutan tersebut adalah alasan mengapa pertanian berkelanjutan adalah cara

terbaik untuk mengakomodasi kebutuhan pangan dan mempertahankan kelestarian

lingkungan, baik untuk generasi sekarang maupun generasi yang akan datang.

15
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Sitanala (2006) ‘Konservasi Tanah dan Air’, IPB Press, Bogor.

Fadlina, Inneke Meilia dkk (2013) ‘Perencanaan Pembangunan Pertanian

Berkelanjutan (Kajian tentang Pengembangan Pertanian Organik di Kota

Batu)’, Sustainable Development of Agrocultural (Studies on Organic

Agricultural Development in Batu City), J-PAL, Vol. 4, No. 1.

Juanda, Dede dan Bambang Cahyono (2005) ‘WIJEN : Teknik Budi Daya dan

Analisis Usaha Tani’, Kanisius , Yogyakarta.

Ruijter, J. dan F. Agus (2004) ‘Sistem Agroforestri’, World Agroforestry Centre.

Rukmana, Didi (2012) ‘Pertanian Berkelanjutan: Mengapa, Apa dan Pelajaran

Penting dari Negara Lain’, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.

Sudirja, Rija (2008) ‘Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sistem

Pertanian Organik’, disampaikan pada acara Penyuluhan Pertanian,

KKNM UNPAD Desa Sawit Kec. Darangdan Kab. Purwakarta, 7 Agustus

2008.

16

Anda mungkin juga menyukai