Anda di halaman 1dari 3

TUGAS

SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN

OLEH:

ALFIQRIANSYAH H.S

000208262022

MAGISTER AGROTEKNOLOGI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2023
Apa Pentingnya Pertanian Berkelanjutan?

Sistem pertanian di berbagai belahan dunia telah mengalami evolusi sepanjang abad
sebagai dampak kemajuan teknologi dan meningkatnya pengetahuan manusia. Diawali dengan
kegiatan berburu dan mengumpulkan makanan sistem pertanian berkembang menjadi pertanian
primitif, pertanian tradisional, hingga ke pertanian modern.

Pertanian tradisional ditandai sejak manusia mulai menetap dan berladang pada satu
lokasi. Sistem pertanian ini merupakan model pertanian yang masih sangat sederhana yang
sifatnya ekstensif dan tidak memaksimalkan penggunaan input seperti teknologi, pupuk kimia
dan pestisida. Hasil pertanian yang diperoleh sangat tergantung pada kesuburan tanah,
ketersediaan air, iklim dan topografi. Karena ketergantungannya yang sangat tinggi terhadap
alam, pertanian tradisional bersifat tak menentu sehingga produksinya tidak mampu
mengimbangi kebutuhan pangan penduduk yang jumlahnya terus meningkat. Kondisi ini
mendorong berkembangnya pertanian konvensional atau yang lebih dikenal dengan sistem
pertanian modern.

Sistem pertanian konvensional merupakan sistem pertanian intensif yang


menitikberatkan pada salah satu jenis tanaman tertentu dengan memanfaatkan inovasi teknologi
dan penggunaan input luar yang tinggi untuk memperoleh output yang lebih tinggi dalam waktu
yang relatif singkat. Sistem ini mengintensifkan penggunaan modal dan memperhatikan efisiensi
ekonomi dengan cara meminimumkan biaya untuk mendapatkan keuntungan tertentu (Tandisau
dan Herniwati, 2009).

Strategi untuk memodernisasi sektor pertanian dari pertanian tradisional menuju


pertanian berbasis teknologi maju/modern dikenal dengan istilah “Revolusi Hijau”. Revolusi
hijau bertujuan untuk meningkatkan produktivitas pertanian melalui penelitian dan
pengembangan teknologi pertanian guna menghasilkan varietas unggul. Ini dilakukan sebagai
upaya menjawab tantangan kerawanan pangan akibat pertambahan jumlah penduduk yang
semakin pesat. Pertanian modern (revolusi hijau) diakui telah membawa kemajuan pesat bagi
pembangunan pertanian. Sistem ini telah berhasil merubah wajah pertanian dunia, tak terkecuali
Indonesia. Dalam beberapa dekade terakhir telah terjadi peningkatan produksi pertanian yang
cukup signifikan sebagai hasil dari revolusi hijau. Di Indonesia sendiri, fenomena revolusi hijau
mulai diterapkan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, dimana pada saat itu Indonesia
berhasil mencapai swasembada beras.

Dibalik kesuksesannya, tidak dapat dipungkiri ternyata revolusi hijau juga membawa
dampak negatif bagi lingkungan. Maraknya penggunaan pupuk anorganik, pestisida, herbisida
dan intensifnya eksploitasi lahan dalam jangka panjang membawa konsekuensi berupa kerusakan
lingkungan, mulai dari tanah, air, udara maupun makhluk hidup. Penggunaan bahan-bahan kimia
sintetis tersebut berimplikasi pada rusaknya struktur tanah dan musnahnya mikroba tanah
sehingga dari hari ke hari lahan pertanian kita menjadi semakin kritis (Bendang, SPI). Praktek-
praktek pertanian modern yang dilakukan dengan tidak bijak mengakibatkan pencemaran
lingkungan, keracunan, panyakit dan kematian pada makhluk hidup, yang selanjutnya dapat
menimbulkan bencana dan malapetaka (Tandisau dan Herniwati, 2009).

Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan kelestarian lingkungan, revolusi hijau


mendapat kritikan dari berbagai kalangan. Tidak hanya menyebabkan kerusakan lingkungan
akibat penggunaan teknologi yang tidak memandang kaidah-kaidah yang telah ditetapkan,
revolusi hijau juga menciptakan ketidakadilan ekonomi dan ketimpangan sosial. Ketidakadilan
ekonomi muncul karena adanya praktek monopoli dalam penyediaan sarana produksi pertanian,
sementara ketimpangan sosial terjadi diantara petani dan komunitas di luar petani (Sahiri N,
2003).

Adanya dinamika tersebut mendorong munculnya gagasan untuk mengembangkan


suatu sistem pertanian yang dapat bertahan hingga ke generasi berikutnya dan tidak merusak
alam. Dalam dua dekade terakhir telah berkembang konsep pertanian berkelanjutan (sustainable
agriculture) yang merupakan implementasi dari konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable
development). Pembangunan pertanian berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraan masyarakat tani secara luas melalui peningkatan produksi pertanian yang
dilakukan secara seimbang dengan memperhatikan daya dukung ekosistem sehingga
keberlanjutan produksi dapat terus dipertahankan dalam jangka panjang dengan meminimalkan
terjadinya kerusakan lingkungan

Anda mungkin juga menyukai