PAPER
OLEH :
RISKA ROMAITO NASUTION 217040003
PAPER
OLEH :
RISKA ROMAITO NASUTION 217040003
Diketahui Oleh
Dosen Penanggungjawab
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan paper ini dengan tepat
waktu.
Adapun judul dari makalah ini adalah “Penerapan Pertanian Terpadu
dalam Mendukung Pembangunan Peternakan Berkelanjutan” yang merupakan
salah satu tugas mata kuliah Pembangunan Peternakan Berkelanjutan, Program
Studi Ilmu Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
dosen matakuliah Pembangunan Peternakan Berkelanjutan yaitu Ibu Dr.
Nurjamaiyah, S.Pt., M.Pt yang telah membimbing penulis dalam penyelesaian
makalah ini.
Makalah ini dirasa masih belum sempurna untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.
i
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
ii
I. PENDAHULUAN
1
Pertanian berkelanjutan mengutamakan pengelolaan ekosistem pertanian
yang mempunyai diversitas atau keanekaragaman hayati tinggi. Sejalan dengan
konsep “green agriculture” (Sumarno, 2010) yang dapat didefinisikan sebagai
usaha pertanian maju dengan penerapan teknologi secara terkendali. Green
Agriculture menghasilkan green food setelah proses penanganan pasca panen.
Praktik pertanian yang baik “Good Agricultur Practices” sebagai sebuah gerakan
global maka praktek pertanian berkelanjutan menjadi misi bersama komunitas
internasional, negara, dan lembaga konsumen internasional turut mengawasi
pelaksanaan prinsip pertanian berkelanjutan.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dikaji yaitu terkait dengan bagaimana penerapan
pertanian terpadu dalam mendukung pembangunan peternakan berkelanjutan.
1.3 Tujuan
Hal ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana upaya yang dapat diberikan
kepada sektor pertanian dan sektor peternakan agar mampu membangun pertanian
dan peternakan berkelanjutan saat ini hingga masa yang akan datang.
2
II. PEMBAHASAN
3
lingkungan dan manusia tercapai dengan memahami semua aspek yang
mendukung kondisi pembangunan yang berkelanjutan.
Penerapan pembangunan berkelanjutan dapat dilakukan dengan cara
menjaga kearifan lokal, tidak merusak alam atau ramah lingkungan, dan bisa
dimanfaatkan hingga generasi berikutnya. Pembangunan berkelanjutan terfokus
kepada bagaimana kita bisa memanfaatkan sumber daya alam dengan sebaik-
baiknya yaitu efisien dan berkelanjutan. Sehingga diharapkan semua stakeholders
dapat bersama-sama untuk berkomitmen dalam hal menjaga, melestarikan, dan
membangun SDA yang berkelanjutan dan tidak merusak/boros. Pemahaman dan
pengetahuan yang harus terus diberikan kepada masyarakat sebagai edukasi awal
pentingnya mengetahui Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development),
dampak dari ketidakseimbangan alam dan lingkungan manusia, peran pemerintah
dan masyarakat dalam pembangunan pertanian dan peternakan berkelanjutan,
serta hal apa yang perlu dilakukan sejak saat ini agar keseimbangan alam dan
lingkungan manusia tetap terjaga dengan berkelanjutan.
2.2 Pembangunan Pertanian Berkelanjutan
Pertanian berkelanjutan secara umum berarti bahwa pemanfaatan sumber
daya lahan, air dan bahan tanaman untuk usaha produksi bersifat lestari
menghasilkan produk pertanian secara ekonomis dan menguntungkan. Sektor
pertanian merupakan sektor penting dalam menopang berbagai aspek kehidupan
manusia. Pembangunan pertanian berperan strategis dalam perekonomian
nasional. Peran strategis tersebut ditunjukkan oleh perannya dalam pembentukan
kapital, penyediaan bahan pangan, bahan baku industri, pakan dan bioenergi,
penyerap tenaga kerja, sumber devisa negara, dan sumber pendapatan, serta
pelestarian lingkungan melalui praktek usaha tani yang ramah lingkungan.
Ahli Agronomi memaknai pertanian berkelanjutan berarti usaha pertanian
dapat dilaksanakan pada sumberdaya lahan yang bersangkutan secara terus-
menerus dan menguntungkan. Ahli lingkungan menghendaki pertanian
berkelanjutan dengan menekankan pada kelestarian mutu lingkungan,
keseimbangan agroekosistem dan kelestarian keanekaragaman hayati.
Pembangunan pertanian di Indonesia diarahkan menuju pembangunan pertanian
yang berkelanjutan (sustainable agriculture), sebagai bagian dari implementasi
4
pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Pembangunan pertanian
(termasuk pembangunan perdesaan) yang berkelanjutan merupakan isu penting
strategis yang menjadi perhatian dan pembicaraan di semua negara.
Pertanian modern (revolusi hijau) diakui telah membawa kemajuan pesat
bagi pembangunan pertanian. Sistem ini telah berhasil merubah wajah pertanian
dunia, tak terkecuali Indonesia. Dalam beberapa dekade terakhir telah terjadi
peningkatan produksi pertanian yang cukup signifikan sebagai hasil dari revolusi
hijau. Di balik kesuksesannya, tidak dapat dipungkiri ternyata revolusi hijau juga
membawa dampak negatif bagi lingkungan. Maraknya penggunaan pupuk
anorganik, pestisida, herbisida dan intensifnya eksploitasi lahan dalam jangka
panjang membawa konsekuensi berupa kerusakan lingkungan, mulai dari tanah,
air, udara maupun makhluk hidup (Wulansari, 2020).
Praktek-praktek pertanian modern yang dilakukan dengan tidak bijak
mengakibatkan pencemaran lingkungan, keracunan, panyakit dan kematian pada
makhluk hidup. Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan kelestarian
lingkungan, revolusi hijau mendapat kritikan dari berbagai kalangan. Tidak hanya
menyebabkan kerusakan lingkungan akibat penggunaan teknologi yang tidak
memandang kaidah-kaidah yang telah ditetapkan, revolusi hijau juga menciptakan
ketidakadilan ekonomi dan ketimpangan sosial. Ketidakadilan ekonomi muncul
karena adanya praktek monopoli dalam penyediaan sarana produksi pertanian,
sementara ketimpangan sosial terjadi diantara petani dan komunitas di luar petani.
Salah satu tantangan pembangunan pertanian ke depan adalah
mempertahankan keberlanjutan untuk mewujudkan kedaulatan pangan dan
kesejahteraan petani. Perspektif pertanian berkelanjutan perlu ditempuh
mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar sementara sumberdaya
alam sangat terbatas. Selain itu, pencapaian pertanian berkelanjutan sudah
menjadi komitmen negara dalam rangka menerapkan Sustainable Development
Goals (SDGs). Wacana praktek pertanian berkelanjutan memang ideal, namun
dimensi cakupan kepentingan pertanian berkelanjutan oleh empat golongan
masyarakat (ahli agronomi, ahli lingkungan, pelaku pasar, dan petani) tersebut
berbeda dan substansi pemaknaannya juga berbeda. Ke empat golongan tersebut
menekankan terjaminnya kelestarian fungsi sumberdaya lahan dan lingkungan.
5
Pertanian berkelanjutan bukan pilihan tetapi adalah keharusan tidak saja karena
bagian dari kewajiban mematuhi komitmen SDGs, tetapi, yang lebih penting lagi
karena memang urgen bagi Indonesia.
Manajemen pembangunan sektor pertanian sangat tergantung pada faktor
teknis dan lingkungan. Sektor pertanian sebagai penghasil pangan nabati juga
menghasilkan produk samping berupa limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan
sebagai pakan ternak. Selama bertahun-tahun sistem pertanian yang ada selalu
mengandalkan penggunaan input kimiawi yang berbahaya untuk meningkatkan
hasil atau produksi pertanian, sehingga akan berdampak buruk pada lingkungan.
Sejalan dengan pendapat Sihotang (2010) menyatakan bahwa aspek pencemaran
dan kerusakan di lingkungan pertanian disebabkan oleh penggunaan agrokimia
(pupuk dan pestisida) yang tidak proporsional sehingga menyebabkan pencemaran
air, tanah dan hasil pertanian, gangguan kesehatan petani, serta menurunnya
keanekaragaman hayati.
Kelestarian sumberdaya lahan pertanian dan mutu lingkungan serta
keberlanjutan sistem produksi merupakan hal yang kritikal bagi usaha pertanian di
negara tropis, termasuk Indonesia. Curah hujan yang besar pada musim hujan
berdampak terhadap kerusakan lahan sebagai akibat erosi permukaan, menjadikan
lahan pertanian kehilangan lapisan olah dan hara tanah, terutama pada lahan
brerbukit dan berlereng. Praktik usahatani yang sangat intensif juga menghalangi
terjadinya proses pengembalian sisa tanaman dan bahan organik ke dalam tanah,
disamping mengakibatkan terjadinya penambangan hara tanah. Penggunaan
pestisida yang berlebihan berdampak pada kehidupan dan keberadaan musuh
alami hama dan penyakit, dan juga berdampak pada kehidupan biota tanah.
Penggunaan pupuk kimia yang berkonsentrasi tinggi menyebabkan terjadinya
kemerosotan kesuburan tanah karena terjadi ketimpangan hara atau kekurangan
hara lain, dan semakin merosotnya kandungan bahan organik tanah. Hal ini
menuntut adanya penerapan teknologi yang dapat mempertahankan dan
meningkatkan produksi pertanian sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.
Salah satu inovasi yang dapat dilakukan adalah penerapan sistem pertanian
ramah lingkungan dan berkelanjutan yaitu dengan pengelolaan sumberdaya secara
efektif dari segi ekologi maupun ekonomi. Pertanian ramah lingkungan adalah
6
merupakan sistem pertanian yang mengelola seluruh sumber daya pertanian dan
input usaha tani secara bijak, berbasis inovasi teknologi untuk mencapai
peningkatan produktivitas berkelanjutan dan secara ekonomi menguntungkan
serta diterima secara sosial budaya dan berisiko rendah atau tidak merusak atau
mengurangi fungsi lingkungan. Pertanian ramah lingkungan dalam pelaksanaanya
perlu diberikan edukasi dan penyuluhan kepada petani bagaimana cara
menggunakan pupuk organik hasil dari limbah pertanian tersebut memberikan
efek yang baik bagi biota tanah dan lingkungan, kondisi lingkungan apabila
menggunakan pupuk kimiawi, dan keberlangsungan kedepan terhadap kesehatan
dan lingkungan.
Kondisi pembangunan pertanian berkelanjutan apabila dikembangkan dan
diseiusi dengan baik maka kita akan mencapai pada target keseimbangan
pemenuhan kebutuhan yang berkelangsungan. Karena SDA yang kita miliki
sangat melimpah, tanah dan lahan yang subur, air yang bersih dan melimpah,
biodiversity yang beragam. Kehidupan biota tanah dan makhluk hidup yang
seimbangan dengan menjaga dan melestarikan lingkungan yang baik, akan
mencapai kondisi pertumbuhan dan pertambahan SDA yang melimpah di bidang
pertanian. Hijauan yang tumbuh subur mampu memenuhi kebutuhan pangan
nabati dari manusia untuk keberlangsungan hidup hingga masa mendatang.
2.3 Pembangunan Peternakan Berkelanjutan
Peternakan berkelanjutan dapat diartikan bahwa usaha peternakan tersebut
akan terus berlangsung keberadaan dan keberhasilannya pada saat ini hingga masa
yang akan datang. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO), pertanian
dan peternakan berkelanjutan merupakan pengelolaan dan konservasi sumber
daya alam, orientasi perubahan teknologi dan kelembagaan dilakukan sedemikian
rupa, sehingga dapat menjamin pemenuhan dan pemuasan kebutuhan manusia
secara berkelanjutan bagi generasi sekarang dan mendatang.
Prinsip dasar peternakan berkelanjutan harus diterapkan sebaik-baiknya.
Konsep pembangunan berkelanjutan menjadi suatu solusi yang diterima oleh
semua negara di dunia untuk mengelola sumberdaya alam agar tidak mengalami
kehancuran dan kepunahan. Konsep ini berlaku untuk seluruh sektor
pembangunan termasuk pembangunan sektor peternakan (Mersyah, 2005).
7
Peternakan berkelanjutan yaitu dengan pemanfaatan sumber daya yang dapat
diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui
(unrenewable resources) untuk proses produksi peternakan dengan menekan
dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin. Keberlanjutan yang
dimaksud meliputi penggunaan sumberdaya, kualitas dan kuantitas produksi, serta
lingkungannya.
Pengembangan sektor peternakan sekarang ini diarahkan tidak hanya
terkait dengan pemenuhan pangan namun juga berkaitan dengan kesehatan dan
lingkungan. Intensifikasi usaha peternakan telah mencapai efisiensi produksi
tetapi juga perlu melihat isu lingkungan, yang menjadi perhatian baik di negara
maju dan berkembang. Dampak dari sektor ini pada pencemaran lingkungan
(amonia, gas rumah kaca dan patogen), mengevaluasi risiko kesehatan terkait dan
menilai potensi peranan sistem pengolahan limbah dalam pelemahan isu-isu
lingkungan dan kesehatan. Sedangkan menurut Flotats dkk (2009), perlakuan
terhadap kotoran ternak telah menjadi isu yang memprihatinkan di banyak
peternakan, keberhasilan pemrosesan ini sangat tergantung keterlibatan petani,
teknologi dan harga pupuk.
Lebih lanjut menurut Flotats dkk (2009), produksi peternakan intensif
akan memberikan sumbangan bagi tingkat pencemaran lingkungan, termasuk
pembuangan pada tanah dan air permukaan serta emisi ke atmosfer. Di daerah
dengan kepadatan ternak tinggi diperlukan teknologi pengurangan amonia dan
proses perlakuan pupuk kandang yang menghasilkan produk-produk yang
bersaing untuk mengganti penggunaan pupuk kimia dan memperbaiki siklus hara
lagi. Selain amonia, aplikasi pengolahan udara juga dapat mengurangi emisi
lingkungan bau dan partikel.
Air larian (air permukaan) yang berasal dari kandang atau hasil
penyiramannya membanjiri lahan sekitarnya dan mengakibatkan pencemaran
terhadap badan air. Selain itu juga mengakibatkan pencemaran udara karena hasil
penguraian bahan organik limbah ternak yang dibuang dengan cara hanya
ditumpuk dan menggunung di suatu tempat tanpa penanganan yang benar dapat
menghasilkan gas yang berbau dan berbahaya bagi kesehatan. Perlunya menjaga
kebersihan kandang, kebersihan sapi, dan kebersihan peralatan yang dipergunakan
8
untuk pemeliharaan termasuk menjaga kebersihan petugas, karena kebersihan
kandang akan mempengaruhi jumlah bakteri dan pada akhirnya akan
mempengaruhi kondisi dan kesehatan ternak serta produktivitas ternak.
Sedangkan menurut Martinez dkk (2009), dampak lingkungan dari usaha
peternakan dapat berupa pencemaran tanah, air dan udara yang berpotensi
mengganggu kesehatan ternak itu sendiri dan manusia. Usaha peternakan sapi di
Indonesia sampai saat ini masih mementingkan produktivitas ternak dan belum
mempertimbangkan aspek lingkungan atau dampak kegiatan terhadap lingkungan.
Sedangkan Melse dkk (2009), mengatakan bahwa peternakan berkelanjutan tidak
hanya memperhatikan kelangsungan hidup ternak dan produksinya namun juga
penanganan limbah yang dapat mencemari lingkungan khususnya di daerah
dengan kepadatan ternak yang tinggi. Akibat pengelolaan ternak yang tidak
memperhatikan lingkungan, banyak usaha peternakan yang tidak berhasil
dikarenakan timbulnya kerugian yang disebabkan oleh limbah yang tidak dikelola
dengan benar.
Limbah peternakan yang dihasilkan tidak lagi menjadi beban biaya usaha
akan tetapi menjadi hasil ikutan yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan bila
mungkin setara dengan nilai ekonomi produk utama daging. Sehingga, usaha
peternakan ke depan harus dapat dibangun secara berkesinambungan sehingga
dapat memberikan kontribusi pendapatan yang besar dan berkelanjutan, lanjut.
Penerapan teknologi budidaya ternak yang ramah lingkungan dapat dilakukan
melalui pemanfaatan limbah pertanian yang diperkaya nutrisinya serta
pemanfaatan kotoran ternak menjadi pupuk organik dan biogas dapat
meningkatkan produktivitas ternak, peternak dan perbaikan lingkungan.
Pengembangan ternak ruminansia sangat tergantung pada ketersediaan
pakan hijauan. Pakan hijauan dapat diperoleh dari berbagai sumber diantaranya
padang penggembalaan, penanaman hijauan makanan ternak di lahan khusus, dan
pemanfaatan limbah pertanian berupa jerami. Pemanfaatan limbah pertanian
sebagai salah alternatif sumber hijauan merupakan salah langkah yang dapat
ditempuh. Hal ini didasarkan pada potensi yang dimiliki, yakni produksinya yang
sangat besar setiap tahun dan pemanfaatan yang masih kurang. Produksi limbah
pertanian adalah perhitungan produksi jerami dari usaha pertanian komoditi
9
penting seperti tanaman padi, jagung, ubi jalar, kacang tanah, kacang kedele, dan
kacang hijau.
Menurut beberapa peneliti bahwa sebanyak 56,67 persen peternak sapi
membuang limbah ke badan sungai tanpa pengelolaan, sehingga terjadi
pencemaran lingkungan. Pencemaran ini disebabkan oleh aktivitas peternakan,
terutama berasal dari limbah yang dikeluarkan oleh ternak yaitu feses, urine, sisa
pakan, dan air sisa pembersihan ternak dan kandang. Adanya pencemaran oleh
limbah peternakan sapi sering menimbulkan berbagai protes dari kalangan
masyarakat sekitarnya, terutama rasa gatal ketika menggunakan air sungai yang
tercemar, di samping bau yang sangat menyengat. Pengelolaan limbah yang
kurang baik akan menjadi masalah serius pada usaha peternakan sapi. Sebaliknya
bila limbah ini dikelola dengan baik dapat memberikan nilai tambah.
Strategi Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA) dan zero
waste dengan sistem integrasi tanaman ternak sejalan dengan konsep
pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan karena akan meningkatkan
efisiensi penggunaan sumber daya alam dan mengurangi emisi GRK. Dalam hal
ini pemenuhan pakan ternak dari limbah tanaman perkebunan maupun tanaman
pangan atau agroindustri tidak memerlukan lahan khusus sehingga menghemat
penggunaan sumber daya lahan maupun air. Penanaman tanaman pakan maupun
tanaman pangan yang diperuntukkan bagi ternak akan menambahpenggunaan
lahan baru dan air.
Pola LEISA dan zero waste harus dioptimalkan dengan memanfaatkan
biomassa yang terdapat di perkebunan kelapa sawit, karet, dan kelapa maupun
hasil samping tanaman kopi, kakao, tebu, tanaman pangan, hortikultura dan hasil
samping industri pertanian sebagai sumber pakan dan bahan pakan ternak.
Volume biomassa dapat diperkirakan dari luas panen atau luas tanam dan
produksi tanaman pangan maupun perkebunan. Volume biomassa yang cukup
besar sangat mendukung pembangunan peternakan yang hemat lahan dan air,
selain dapat mengatasi masalah limbah perkebunan, tanaman pangan maupun
hortikultura. Konsep ini sudah banyak diterapkan di Indonesia (Guntoro, 2011).
Konsep LEISA melalui pendekatan zero waste merupakan inti dari pembangunan
10
peternakan berkelanjutan dengan memanfaatkan sumber daya lokal secara efisien.
Saat ini pemanfaatan biomassa tersebut belum optimal karena berbagai faktor.
2.4 Konsep Pertanian Terpadu dalam Pembangunan Peternakan
Sistem pertanian terpadu adalah merupakan sistem pertanian yang
mengintegrasikan kegiatan sub sektor pertanian, tanaman, ternak, ikan untuk
meningkatkan efisiensi dan produktivitas sumber daya (lahan, manusia, dan faktor
tumbuh lainnya) kemandirian dan kesejahtraan petani secara berkelanjutan.
Konsepnya dimulai dari manusia sebagai mahluk hidup memerlukan energi
sebagai motor kehidupannya, dengan Integrated Farming Sistem manusia tidak
hanya mendapatkan keuntungan finansial tetapi juga pangan sebagai kebutuhan
primer dan energi panas serta listrik. Peternakan memainkan peran sebagai
sumber energi dan penggerak ekonomi dalam Integrated Farming Sistem.
Sumber energi berasal dari daging, susu, telur serta organ tubuh lainnya,
bahkan kotoran hewan. Sedangkan fungsi penggerak ekonomi berasal dari hasil
penjualan ternak, telur, susu dan hasil sampingan ternak (bulu dan kotoran).
Syarat tanaman yang dapat diusahakan adalah bernilai ekonomi dan dapat
menyediakan pakan untuk peternakan. Ikan yang digunakan untuk Integrated
Farming Sistem adalah ikan air tawar yang dapat beradaptasi dengan lingkungan
air yang keruh, tidak membutuhkan perawatan ekstra, mampu memanfaatkan
nutrisi yang ada dan memiliki nilai ekonomi.
11
Athirah (2009) menyatakan pertanian terpadu secara deduktif akan
meningkatkan efektifitas dan efisiensi produksi berupa peningkatan hasil produksi
dan penurunan biaya produksi. Keterpaduan pertanian demikian merujuk pada
pengertian keterpaduan agribisnis secara horizontal, yang dalam uraian di atas
dapat dipenuhi oleh suatu sistem LEISA. Berkelanjutan dalam hal ini dibatasi
sebagai kondisi yang secara ekologis adaptif dan ramah lingkungan, secara
ekonomis menguntungkan, dan secara sosial humanis dan dapat diterima baik
oleh penyelenggara kegiatan pertanian itu maupun oleh masyarakat di sekitarnya.
LEISA (low-external-input and sustainable agriculture) adalah pertanian
berkelanjutan yang merupakan salah satu sistem pertanian terpadu unggulan masa
depan yang dapat mengurangi kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh sistem
pertanian konvensional. Sistem LEISA diubah menjadi pertanian organik
sehingga lahan akan dibebaskan dari penggunaan masukan eksternal berupa
agrokimia (pupuk inorganik dan pestisida buatan). Selain itu, perlu diupayakan
pula agar pakan temak yang berupa konsentrat dapat dibuat sendiri dengan
menggunakan bahan baku yang dihasilkan di lahan.
12
melengkapi dan memiliki pengaruh sinergik yang maksimal dalam sistem LEISA,
resiko ekologik dari masukan eksternal yang tinggi dihindari. Oleh karena itu,
masukan eksternal serta bahan-bahan agrokimia hanya digunakan seeara terbatas.
SebaJiknya. kinerja sistem diperkaya dengan pelibatan masukan secara internal
yang diproduksi sendiri di dalam sistem, yakni dengan mendaurulangkan
blomassa yang dihasilkan di dalam sistem ke dalam ekosistem dan menekan
transportasi biomas ke luar ekosistem hingga minimal. Selain itu biodiversitas
ditingkatkan sehingga ekosistem yang diharapkan ini akan menjadi produktif dan
berkelanjutan karena memiliki fungsi ekologik yan baik akibat adanya peran
komplementer dan sinergik dari spesies tanaman, hewan, dan mikroorganisme
yang menghasilkan mesukan internal dan menciptakan fungsi protektif.
Pembangunan pertanian berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat tani secara luas melalui peningkatan
produksi pertanian yang dilakukan secara seimbang dengan memperhatikan daya
dukung ekosistem sehingga keberlanjutan produksi dapat terus dipertahankan
dalam jangka panjang dengan meminimalkan terjadinya kerusakan lingkungan.
Parr et al., dalam Rachmawatie et al., (2020) menyebutkan bahwa tujuan
pertanian berkelanjutan yaitu (1) Menjaga atau dan meningkatkan keutuhan
sumberdaya alam lahan dan melindungi lingkungan, (2) Menjamin penghasilan
bagi petani, (3) Menjamin konservasi energy, (4) Meningkatkan produktivitas, (5)
Meningkatkan kualitas dan keamanan bahan pangan, dan (6) Menciptakan
keserasian antara petani dan faktor sosial ekonominya.
13
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan kajian diatas dapat disimpulkan bahwa pembangunan
peternakan berkelanjutan di Indonesia masih perlu perhatian yang serius dari
berbagai pihak. Ketersediaan sumberdaya alam yang semakin terbatas dan resiko
pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh berbagai sektor, sehingga kondisi
ini harus diupayakan semaksimal mungkin dalam menjaga, mempertahankan, dan
menggunakan sumberdaya alam secara efisien dan tepat. Permintaan akan produk
pangan nabati dan hewani nasional yang belum terpenuhi, menjadikan Indonesia
selalu import dari luar negeri.
3.2 Saran
Sistem pertanian terpadu dalam pembangunan peternakan berkelanjutan
menjadi solusi utama dalam pembangunan berkelanjutan dimasa kini hingga
mendatang. Sistem ini memperhatikan seluruh aspek mulai dari alam, lingkungan,
dan sosial masyarakat yang dapat menjamin, menjaga dan melesatarikan sumber
daya alam dari segi ekonomi hingga kesehatan yang berkelanjutan hingga masa
yang akan datang.
14
DAFTAR PUSTAKA
15
Sumarno. 2010. Green Agriculture dan Green Food sebagai strategi Branding
dalam Usaha Pertanian. Forum Agro Ekonomi, volume 28, Nomor 2.
Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
Sudiarto, Bambang. 2008. “Pengelolaan Limbah Peternakan Terpadu dan
Agribisnis yang Berwawasan Lingkungan”. Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner. Universitas Padjajaran Bandung.
Wulansari, I. (2020). Pertanian Berkelanjutan: Untuk Keamanan Pangan atau
Untuk Ketahanan Petani
https://www.mongabay.co.id/2019/05/30/pertanian-berkelanjutan-untuk
keamanan-pangan-atau-untuk-ketahanan-petani/ diunduh 30 September
2020.
16