Anda di halaman 1dari 233

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR ILMU TANAH DAN PEMUPUKAN

Nama :
ANDRE ASDIANTO (2204002)
BAGUS DWI NUGROHO (2204010)
DHAFA FADHILAH RAMADHAN (2204015)
GILANG RAMADHAN (2204024)

BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN D-III


POLITEKNIK LPP YOGYAKARTA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan Praktikum " Dasar Ilmu Tanah &
Pemupukan” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata Dasar
Ilmu Tanah Dan Pemupukan. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang arti penting Ilmu Tanah Dan Pemupukan di kehidupan sehari-hari bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Laporan praktikum Ilmu Tanah Dan Pemupukan merupakan dokumen penanggungjwaban
dalam menjalankan tugas mata kuliah Dasar Ilmu Tanah Dan Pemupukan sesuai dengan
kegiatan yang telah dilakukan berdasarkan waktu dan tempat masing-masing.
Akhir kata, kami berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak
yang memerlukannya, sekian kami ucapkan terimas kasih.

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Resmi Praktikum Mata Kuliah Dasar Ilmu Tanah & Pemupukan
Yang disusun Oleh :

ANDRE ASDIANTO (2204002)


BAGUS DWI NUGROHO (2204010)
DHAFA FADHILAH RAMADHAN (2204015)
GILANG RAMADHAN (2204024)

Diketahui Oleh Dosen Pengampu/Asisten Dosen :


Yogyakarta,..../..../....
Asisten Dosen l Asisten Dosen ll

Ana Pratiwi Eva Arfatilah

DAFTAR ISI
PENGENALAN ALAT..............................................................................................................2
KADAR LENGAS TANAH DAN REAKSI TANAH (pH)....................................................23
BERAT VOLUME, BERAT JENIS, DAN POROSITAS TANAH.........................................42
KONSISTENSI TANAH.........................................................................................................62
TEKSTUR TANAH KUALITATIF DAN KUANTITATIF.....................................................75
PENGAPURAN TANAH........................................................................................................89
SIFAT BIOLOGI TANAH.....................................................................................................105
PENGENALAN JENIS PUPUK DAN METODE PEMUPUKAN......................................119
PERHITUNGAN KEBUTUHAN PUPUK...........................................................................147
BIOCHAR..............................................................................................................................176
KESESUAIAN LAHAN........................................................................................................192
LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR ILMU TANAH DAN PEMUPUKAN

PENGENALAN ALAT

Nama :
ANDRE ASDIANTO (2204002)
BAGUS DWI NUGROHO (2204010)
DHAFA FADHILAH RAMADHAN (2204015)
GILANG RAMADHAN (2204024)

BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN D III


POLITEKNIK LPP YOGYAKARTA
2023
Abstrak
Praktikum pengenalan alat ini bertujuan untuk mengetahui nama-nama dan fungsi-fungsi
dari masing-masing alat yang digunakan dilaboratorium, dan untuk mengetahui cara kerja
dari alat-alat yang digunakan pada saat praktikum di laboratorium. Pengenalan alat ini
adalah faktor utama dalam awal melakukan praktikum untuk mengetahui nilai-nilai dari
masing-masing alat dan bahan yang digunakan pada saat paraktikum di laboratorium. Hal
pertama yang harus diperhatikan agar meningkatkan ketelitian kita adalah harus
memperhatikan alat yang kita gunakan karena alat tersebut memiliki fungsi dan kegunaan
yang berbeda. Tingkat ketelitian setiap alat pun berbeda meskipun memilki jenis yang sama.
Hal lain yang harus diperhatikan dalam analisa alat dan bahan di laboratorium yaitu tingkat
keamanan dan kebersihan alat dan bahan. Kebersihan dan keamanan alat juga
mempengaruhi analisa hasil penelitian.

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengenalan alat sangatlah penting dan utama disampaikan pada awal praktikum.
Analisa atau karakterisasi sifat tanah akan menghasilkan nilai-nilai dari masing-masing
bahan yang dapat digunakan sebagai dasar dalam melakukan pengelolaan. Analisa atau
praktikum dalam menganalisa sifat tanah memerlukan alat bantu berupa alat-alat,
terutama alat yang digunakan di laboratorium. Ketelitian dalam melakukan analisa salah
satunya dipengaruhi oleh pemahaman dalam mengenal alat dan fungsi atau kegunaannya.
Alat-alat laboratorium sangat banyak, ada yang terbuat dari plastik, kaca dan
lain-lain. Masing-masing alat memiliki nama, fungsi dan prosedur pemakaian yang
berbeda.
Pengenalan alat-alat laboratorium menjadi langkah awal untuk mengetahui
macam-macam alat laboratorium, cara penggunaan, fungsi serta prinsip kerja setiap alat
tersebut. Selain untuk keselamatan kerja pada saat kegiatan praktikum berlangsung juga
untuk meminimalisirkan terjadinya kesalahan pada saat praktikum. Hal ini dikarenakan
alat-alat laboratorium biasanya dapat rusak atau bahkan berbahaya jika digunakan tidak
sesuai dengan prosedur.
B. Tujuan
Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah:
1. Agar mahasiswa mengetahui alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Dasar
Ilmu Tanah.
2. Agar mahasiswa mengetahui fungsi dan cara penggunaan alat-alat praktikum Dasar
Ilmu Tanah.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Laboratorium adalah suatu tempat dimana dilakukan kegiatan percobaan, pengukuran,


penelitian atau riset ilmiah yang berhubungan dengan ilmu sains (kimia, fisika, biologi) dan
ilmu-ilmu lainnya. Laboratorium bisa berupa ruangan yang tertutup seperti kamar atau
ruangan terbuka seperti kebun dan lain-lain. Laboratorium merupakan tempat untuk
mengaplikasikan teori keilmuan, pengujian teoritis, pembuktian ujicoba, penelitian dan
sebagainya dengan menggunakan alat bantu yang menjadi kelengkapan dari fasilitas dengan
kuantitas dan kualitas yang memadai. Laboratorium adalah tempat sekelompok orang yang
melakukan berbagai macam kegiatan penelitian (riset), pengamatan, pelatihan dan pengujan
ilmiah sebagai pendekatan antara teori dan praktik dari berrbagai macam disiplin ilmu.
Secara fisik laboratorium juga dapat merujuk kepada suatu ruangan tertutup, kamar atau
ruangan terbuka.7 Laboratorium harus dilengkapi dengan berbagai sarana prasarana untuk
kebutuhan percobaan. Laboratorium sebagai tempat kegiatan riset, penelitian, percobaan,
pengamatan, serta pengujian ilmiah memiliki banyak fungsi, contoh nya berfungsi dalam
melakukan penelitian terhadap sampel tanah (Emda, 2017).

Tanah adalah batuan yang sudah dirombak menjadi partikel kecil yang sudah diubah
secara kimiawi bersama sisa tumbuhan dan binatang yang hidup di dalam dan di atasnya.
Memberikan batasan tentang tanah, yaitu merupakan kombinasi sifat fisik, kimia, dan
biologi. Tanah merupakan bangunan alam yang tersusun atas horison yang terdiri dari bahan
mineral dan organik, tidak padu, dan mempunyai ketebalan yang beragam. Tanah memiliki
perbedaan sama sekali dengan bahan induk di bawahnya yang meliputi beda morfologi, sifat,
susunan fisik, bahan kimiawi, dan komponen biologinya. Tanah adalah tubuh alam (natural
body) yang terbentuk dan berkembang sebagai akibat bekerjanya gaya-gaya alam (natural
forces) berupa kombinasi dari iklim dan jasad hidup terhadap bahan-bahan alam (natural
material) yang terletak dan dikendalikan relief di permukaan bumi dalam rentang waktu
tertentu (Purnomo, 2019)

Dalam mempelajari tanah terdapat sebuah ilmu, yaitu ilmu tanah atau pedologi yang
merupakan ilmu yang dipadukan oleh komponen ilmu dasar (kimia, fisika, matematika),
biologi (botani, zoologi, mikrobiologi), kebumian (klimatologi, geologi, geomorfologi), dan
terapan (produksi pertanian, kehutanan, rekayasa tanah). Kajian ilmu tanah tidak dapat lepas
dari komponen-komponen keilmuan tersebut. Tanah merupakan hasil transformasi zat-zat
mineral dan organik di bawah pengaruh faktor lingkungan yang bekerja pada masa yang
panjang sehingga menghasilkan organisasi dan morfologi yang mampu menjadi media bagi
tumbuhan. Akan tetapi ada kalanya masih terjadi tumpang tindih objek material ilmu tanah
terutama dengan ilmu geologi. Hal ini bisa dipahami karena tanah bisa merupakan kelanjutan
perkembangan batuan (Purnomo, 2019).

Pada dasarnya setiap alat memiliki nama yang menunjukkan kegunaan alat tersebut,
prinsip kerja atau prosesyang berlangsung ketika alat digunakan. Beberapa kegunaan alat
dapat dikenali berdasarkannamanya. Penamaan alat-alat yang berfungsi mengukur biasanya
diakhiri dengan kata meterseperti thermometer, hygrometer, spektrofotometer, dan lain-lain.
Alat-alat pengukur yang disertai dengan informasi tertulis, biasanya diberi tambahan “graph”
seperti thermograph, barograph.

Terdapat dua kelompok alat-alat ukur yang digunakan pada analisa kuantitatif, yaitu:
Alat-alat yang teliti (kuantitatif) dan alat-alat yang tidak teliti (kualitatif). Untuk alat-alatyang
teliti (kuantitatif) terdiri dari : buret, labu ukur, pipet. Sedangkan untuk alat-alat yangtidak
teliti (kualitatif) terdiri dari gelas ukur, erlenmeyer, dan lainnya. Dalam prakteknya
baikanalisa maupun sintesa, sesorang yang mempelajari atau menekuni bidang kimia pasti
akanselalu dihadapkan pada hal-hal yang berhubungan dengan alat-alat dan bahan kimia.
BAB III. METODOLOGI
Praktikum pengenalan alat laboratorium Dasar Ilmu Tanah ini dilakukan pada hari
Kamis, 23 Januari 2023 13:50 - 15:30 WIB Di Laboratorium Tanah kampus Politeknik LPP
Yogyakarta.

Adapun cara kerja pada praktikum pengenalan alat laboratorium dasar ilmu tanah kali
ini adalah:

1. Mencatat penjelasan pembimbing mengenai alat yang diperagakan


2. Lengkapi penjelasan dengan mencari lebih lanjut di pustaka mengenai tingkat
ketelitian serta kegunaan
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1. Tabel Kerja Acara Pengenalan Alat


No. Nama Alat Gambar Fungsi

Wadah larutan untuk


menampung zat-zat kimia,
1. Beaker Glas Untuk memanaskan cairan,
Melarutkan bahan kimia.

mengukur volume cairan atau


larutan yang tidak memerlukan
ketelitian yang tinggi, selain itu
2. Gelas Ukur gelas ukur juga berfungsi
untuk mempermudah analis
untuk mengetahui volume
cairan dan zat dengan tepat

mengukur larutan secara


3. Labu Ukur spesifik dengan ketelitian
pengukuran yang sangat tinggi

untuk menampung cairan atau


4. Erlenmeyer
larutan.
memindahkan cairan atau
larutan ke dalam wadah
5. Pipet Ukur
dengan berbagai ukuran
volume.

untuk mengambil cairan


6. Pipet Volume dengan volume tertentu dengan
ketelitian lebih tinggi.

untuk memindahkan larutan


dari suatu wadah ke wadah lain
dengan jumlah yang sangat
7. Pipet Tetes
sedikit dan dengan tingkat
ketelitian pengukuran volume
yang sangat rendah.

untuk memindahkan sejumlah


8. Bulp Pump
volume larutan.

Mereaksikan zat kimia pada


suhu tinggi. Tempat
Cawan
9. mengarangkan bahan yang
Porselen
kemudian sekaligus tempat
untuk mengabukkan bahan.
untuk penguapan atau
10. Gelas Arloji pengeringan padatan dalam
bentuk tepung.

untuk membantu dekantasi


Pengaduk larutan, menginduksi
11.
Kaca kristalisasi dan memecahkan
emulsi pada suatu ekstraksi.

untuk menentukan kadar air


suatu zat, untuk menyimpan
12. Botol Timbang bahan yang akan ditimbang
terutama untuk bahan cair yang
bersifat higroskopis

untuk menentukan massa jenis


13. Piknometer
dari suatu cairan

untuk tempat mereaksikan dua


larutan/bahan kimia atau lebih,
14. Tabung Reaksi serta sebagai tempat
mengembangbiakan mikroba
dalam media cair.
untuk mengukur tingkat asam-
15. pH meter
basa suatu larutan

untuk menyatakan tingkat


keasaman atau kebasaan yang
16. pH stick
dimiliki oleh suatu larutan
secara efesien.

untuk mengukur konduktivitas


17. EC meter
listrik dalam larutan

untuk menimbang bahan atau


zat yang akan digunakan
Timbangan
18. sebelum melakukan suatu
Analitik
percobaan yang membutuhkan
suatu penimbangan

untuk mengambil sampel tanah


19. Ring Sampel
utuh
untuk memisahkan bagian
yang tidak diinginkan
berdasarkan ukurannya, dari
20. Ayakan Tanah
dalam bahan curah dan bubuk
yang memiliki ukuran partikel
kecil.

B. Pembahasan

Menurut Politanikoe (2021), Pengenlan alat sangatlah penting dan utama pada awal
praktikum. Analisa atau karakteristik sifat tankan menghasilkan nilai-nilai dari masing-
masing bahan yang dapat digunakan sebagai dasar dalam melakukan pengelolaan., analisa
atau praktikum sifat tanah memerlukan alat bantu berupa alat-alat yang digunakan di
laboratorium. Berikut adalah alat-alat laboratorium yang digunakan dalam praktikum
Dasar Ilmu Tanah Dan Pemupukan:
 Beaker glass
adalah sebuah wadah penampung yang digunakan untuk mengaduk, mencampur, dan
memanaskan cairan yang biasanya digunakan dalam laboratorium. Gelas piala secara
umum berbentuk slinder dengan dasar yang rata dan tersedia dalam berbagai ukuran,
mulai dari 1 mL sampai beberapa liter.

 Gelas ukur
Fungsi Gelas ukur yaitu untuk mengukur volume cairan atau larutan yang tidak
memerlukan ketelitian yang tinggi, selain itu gelas ukur juga berfungsi untuk
mempermudah analis untuk mengetahui volume cairan dan zat dengan tepat sehingga
pekerjaan analis menjadi cepat dan efisien.

 Labu ukur
Labu ukur adalah alat gelas dalam laboratorium kimia yang digunakan dalam
pengenceran dan pembuatan larutan kimia. Labu ukur memiliki bentuk bagian bawah
yang seperti labu dan bagian leher yang memanjang dilengkapi dengan penutup pada
bagian atas.

 Erlenmenyer
Erlenmeyer atau dikenal juga dengan labu erlenmeyer adalah salah satu alat gelas
laboratorium yang salah satu fungsinya untuk menjadi wadah dari bahan kimia cair.

 Pipet ukur
Pipet ukur adalah alat yang digunakan untuk memindahkan larutan atau cairan dengan
volume yang sudah disesuaikan. Pipet ukur sebenarnya memiliki beberapa ukuran.
Dimulai dari 1 ml, 5 ml, hingga 10 ml. Namun tidak berhenti di situ saja. Ukuran
terbesar dari pipet ukur sendiri sebesar 50 ml.

 Pipet volume
Pipet volume atau pipet gondok adalah salah satu alat ukur kuantitatif dengan tingkat
ketelitian tinggi, ditandai dengan bentuknya yang ramping pada penunjuk volume dan
hanya ada satu ukuran volume. Pipet volume digunakan untuk memindahkan cairan
dari satu wadah ke wadah yang lain, biasanya untuk memindahkan larutan baku
primer atau sample pada proses titrasi. Pemindahan cairan dapat dilakukan secara
manual dengan disedot menggunakan mulut atau menggunakan piller.

 Pipet tetes
adalah jenis pipet yang berupa pipa kecil terbuat dari plastik atau kaca dengan ujung
bawahnya agak meruncing dengan ujung atasnya ditutupi karet. Berguna untuk
mengambil cairan dalam skala tetesan kecil, saat melakukan percobaan reaksi kimia
di laboratorium, bahan yang kita perlukan jumlahnya tidaklah terlalu besar sehingga
tidak bisa diukur dengn alat ukur yang berskala. Untuk keperluan itu maka digunakan
pipet tetes. Pipet tetes ini hanya bisa digunakan untuk bahan yang bersifat cair. Jika
ada bahan padatan yang harus di ukur menggunakan pipet tetes, maka padatan
tersebut harus terlebih dahulu di larutkan.
 Bulb pum
Bulb pum adalah alat yang digunakan untuk membantu menyedot larutan, yang
biasanya dipasang pada pangkal pipet (pipet ukur & pipet gondok), bisa juga
untuk buret otomatis.
Alat laboratorium ini dilengkapi dengan karet yang resistan terhadap bahan kimia,
sehingga dijamin aman dan tidak mudah rusak.

 Cawan porselen
Cawan porselain dapat diartikan sebagai cawan penguap. Alat laboratorium ini
digunakan sebagai wadah atau tempat penguapan dari bahan yang tidak mudah
menguap seperti garam dan gula. Selain digunakan untuk penguapan bahan kimia,
cawan porselin juga dapat digunakan sebagai tempat pemisahan campuran atau
rekristalisasi.

 Gelas arloji
Gelas arloji atau kaca arloji adalah alat laboratorium yang yang memiliki bentuk
seperti piring kecil. Sesuai namanya kaca arloji terbuat dari bahan kaca dan
masuk kedalam klasifikasi alat gelas laboratorium. fungsi gelas arloji yaitu
sebagai tempat menimbang bahan kimia, penutup gelas beker, tempat mengeringkan
bahan, dan menguapakan zat dalam ukuran kecil.

 Pengaduk kaca
Pengaduk kaca adalah alat laboratorium yang digunakan untuk mengaduk suatu
campuran bahan kimia dan cairan agar merata untuk keperluan laboratorium. Seperti
kebanyakan peralatan gelas laboratorium lainnya, batang pengaduk terbuat dari
borosilikat (umum dikenal sebagai pyrex). Terbuat dari kaca bentuk batang, panjang
15cm, diameter 7mm dan salah satu ujungnya pipih mirip sedotan minuman namun
sedikit lebih panjang.

 Botol timbang
Botol timbang berfungsi untuk menentukan kadar air suatu zat. Selain itu digunakan
untuk menyimpan bahan yang akan ditimbang terutama untuk bahan cair yang
bersifat higroskopis. Saat menimbang zat cair yang bersifat mudah menguap botol
timbang harus dalam kondisi tertutup agar tidak terjadi penguapan.

 Piknometer
Piknometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kerapatan / massa jenis dari
suatu bahan atau sampel. Prinsip kerja piknometer adalah membandingkan massa zat
dengan volume jahat tersebut. sesuai dengan rumus kerapatan yaitu massa / volume.

 Tabung reaksi
Tabung reaksi adalah peralat gelas dalam laboratorium yang berfungsi untuk menaruh
suatu larutan atau bahan kimia. Peralatan gelas yang satu ini memiliki bentuk seperti
tabung panjang. Larutan yang bisa ditaruh di dalam tabung ini bisa bermacam-
macam. Mulai dari suspensi, gel, cair padat dan yang lainnya. Biasanya dalam
praktikum di laboratorium, peralatan gelas yang satu ini juga digunakan untuk
melakukan pencampuran pada beberapa reaksi kimia.

 pH meter
pH meter berfungsi untuk menentukan keasaman atau kebasaan dari suatu larutan
mulai dari air bersih, air minum, air sungai, air limbah, air hidroponik dan lain
sebagainya. Selain itu dapat juga digunakan untuk mengukur pH air dan mengetahui
tingkat kesuburan tanah. Alat ini juga dapat digunakan untuk mengukur pH tanah
dalam tingkat kedalaman tertentu hingga kadar sinar matahari, kadar nitrogen, fosfor
hingga kalium.

 pH stik
Ph stik adalah alat yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan
yang dimiliki oleh suatu larutan secara efesien. Alat pengukur pH ini didesain dengan
super pocket yaitu berbentuk stik, sehingga akan sangat memberikan kenyamanan
kepada pengguna dalam setiap pemakaiannya.
 EC meter
Pada dasarnya EC meter dan TDS meter merupakan alat yang mempunyai fungsi
sama yaitu mengukur kepekatan pada larutan nutrisi hidroponik. Yang membedakan
yaitu penggunaan unit pengukurannya. Dimana TDS meter berfungsi untuk mengukur
jumlah partikel atau konsentrasi terlarut, sedangkan alat EC meter berfungsi guna
mengukur nilai konduktivitas.

 Timbangan analitik
merupakan suatu alat yang sering digunakan di laboratorium yang berfungsi
untuk menimbang bahan atau zat yang akan digunakan sebelum melakukan suatu
percobaan yang membutuhkan suatu penimbangan

 Ring sampel
Ring sampel digunakan sebagai alat untuk mengambil sampel tanah utuh.
Pengambilan sampel tanah dengan alat ring sampel tanah atau Soil Sampler Tube
bertujuan untuk mendapatkan contoh tanah yang akan di gunakan untuk kepentingan
analisis tanah di laboratorium.

 Ayakan tanah
Ayakan atau saringan adalah alat yang digunakan untuk memisahkan bagian yang
tidak diinginkan berdasarkan ukurannya, dari dalam bahan curah dan bubuk yang
memiliki ukuran partikel kecil. dilakukan kembali proses peremukan tahap berikutnya
(secondary crushing).

Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan adanya eror pada sebuah data hasil analisa
laboratorium yaitu sebagai berikut:

1. Kesalahan pengukuran karena alat ukur


Jika kesalahan dalam pengukuran tidak diperhatikan maka sifat-sifat
merugikan ini tentu akan menimbulkan banyak kesalahan dalam pengukuran. Oleh
karena itu, untuk mengurangi terjadinya penyimpangan pengukuran sampai
seminimal mungkin maka alat ukur yang akan dipakai harus dikalibrasi terlebih
dahulu. Kalibrasi ini diperlukan disamping untuk mengecek kebenaran skala ukurnya
juga untuk menghindari sifat-sifat yang merugikan dari alat ukur, seperti kestabilan
nol, kepasifan, pengambangan, dan sebagainya.
2. Kesalahan pengukuan karena benda ukur
Tidak semua benda ukur berbentuk pejal yang terbuat dari besi, seperti rol atau
bola baja, balok dan sebagainya. Kadang-kadang benda ukur terbuat dari bahan
alumunium, misalnya kotak-kotak kecil, silinder, dan sebagainya. Benda ukur seperti
ini mempunyai sifat elastis, artinya bila ada beban atau tekanan dikenakan pada benda
tersebut maka akan terjadi perubahan bentuk. Bila tidak hati-hati dalam mengukur
benda-benda ukur yang bersifat elastis maka penyimpangan hasil pengukuran pasti
akan terjadi. Oleh karena itu, tekanan kontak dari sensor alat ukur harus diperkirakan
besarnya.
3. Kesalahan pengukuran karena faktor si pengukur
Bagaimanapun presisinya alat ukur yang digunakan tetapi masih juga
didapatkan adanya penyimpangan pengukuran, walaupun perubahan bentuk dari
benda ukur sudah dihindari. Hal ini kebanyakan disebabkan oleh faktor manusia yang
melakukan pengukuran. Manusia memang mempunyai sifat-sifat tersendiri dan juga
mempunyai keterbatasan. Sulit diperoleh hasil yang sama dari dua orang yang
melakukan pengukuran walaupun kondisi alat ukur, benda ukur dan situasi
pengukurannya dianggap sama. Kesalahan pengukuran dari faktor manusia ini dapat
dibedakan antara lain sebagai berikut: kesalahan karena kondisi manusia, kesalahan
karena metode yang digunakan, kesalahan karena pembacaan skala ukur yang
digunakan.

4. Kesalahan Karena Kondisi Manusia


Kondisi badan yang kurang sehat dapat mempengaruhi proses pengukuran
yang akibatnya hasil pengukuran juga kurang tepat. Contoh yang sederhana, misalnya
pengukur diameter poros dengan jangka sorong. Bila kondisi badan kurang
sehat,sewaktu mengukur mungkin badan sedikit gemetar, maka posisis alat ukur
terhadap benda ukur sedikit mengalami perubahan. Akibatnya, kalau tidak terkontrol
tentu hasil pengukurannya juga ada penyimpangan. Atau mungkin juga penglihatan
yang sudah kurang jelas walau pakai kaca mata sehingga hasil pembacaan skala ukur
juga tidak tepat. Jadi, kondisi yang sehat memang diperlukan sekali untuk melakukan
pengukuran, apalagi untuk pengukuran dengan ketelitian tinggi.
5. Kesalahan Karena Metode Pengukuran yang Digunakan
Alat ukur dalam keadaan baik, badan sehat untuk melakukan pengukuran,
tetapi masih juga terjadi penyimpangan pengukuran. Hal ini tentu disebabkan metode
pengukuran yang kurang tepat. Kekurangtepatan metode yang digunakan ini berkaitan
dengan cara memilih alat ukur dan cara menggunakan atau memegang alat ukur.
Misalnya benda yang akan diukur diameter poros dengan ketelitian 0,1 milimeter.
Alat ukur yang digunakan adalah mistar baja dengan ketelitian 0,1 milimeter. Tentu
saja hasil pengukurannya tidak mendapatkan dimensi ukuran sampai 0,01 milimeter.
Kesalahan ini timbul karena tidak tepatnya memilih alat ukur. Cara memegang dan
meletakkan alat ukur pada benda kerja juga akan mempengaruhi ketepatan hasil
pengukuran. Misalnya posisi ujung sensor jam ukur, posisi mistar baja, posisi kedua
rahang ukur jangka sorong, posisi kedua ujung ukur dari mikrometer, dan sebagainya.
Bila posisi alat ukur ini kurang diperhatikan letaknya oleh si pengukur maka tidak
bisa dihindari terjadinya penyimpangan dalam pengukuran.
6. Kesalahan Karena Pembacaan Skala Ukur
Kurang terampilnya seseorang dalam membaca skala ukur dari alat ukur yang
sedang digunakan akan mengakibatkan banyak terjadi penyimpangan hasil
pengukuran. Kebanyakan yang terjadi karena kesalahan posisi waktu membaca skala
ukur. Kesalahan ini sering disebut, dengan istilah paralaks. Paralaks sering kali terjadi
pada si pengukur yang kurang memperhatikan bagaimana seharusnya dia melihat
skala ukur pada waktu alat ukur sedang digunakan. Di samping itu, si pengukur yang
kurang memahami pembagian divisi dari skala ukur dan kurang mengerti membaca
skala ukur yang ketelitiannya lebih kecil daripada yang biasanya digunakannya juga
akan berpengaruh terhadap ketelitian hasil pengukurannya.Jadi, faktor manusia
memang sangat menentukan sekali dalam proses pengukuran. Sebagai orang yang
melakukan pengukuran harus menetukan alat ukur yang tepat sesuai dengan bentuk
dan dimensi yang akan diukur. Untuk memperoleh hasil pengukuran yang betul-betul
dianggap presisi tidak hanya diperlukan asal bisa membaca skala ukur saja, tetapi juga
diperlukan pengalaman dan ketrampilan dalam menggunakan alat ukur.
7. Kesalahan karena faktor lingkungan
Ruang laboratorium pengukuran atau ruang-ruang lainnya yang digunakan
untuk pengukuran harus bersih, terang dan teratur rapi letak peralatan ukurnya. Ruang
pengukuran yang banyak debu atau kotoran lainnya sudah tentu dapat menganggu
jalannya proses pengukuran. Disamping si pengukur sendiri merasa tidak nyaman
juga peralatan ukur bisa tidak normal bekerjanya karena ada debu atau kotoran yang
menempel pada muka sensor mekanis dan benda kerja yang kadang-kadang tidak
terkontrol oleh si pengukur. Ruang pengukuran juga harus terang, karena ruang yang
kurang terang atau remang-remang dapat mengganggu dalam membaca skala ukur
yang hal ini juga bisa menimbulkan penyimpangan hasil pengukuran.
Akan tetapi, untuk penerangan ini ruang pengukuran sebaiknya tidak banyak
diberi lampu penerangan. Sebeb terlalu banyak lampu yang digunakan tentu sedikit
banyak akan mengakibatkan suhu ruangan menjadi lebih panas. Padahal, menurut
standar internasional bahwa suhu atau temperatur ruangan pengukur yang terbaik
adalah 20°C apabila temperatur ruangan pengukur sudah mencapai 20°C, lalu
ditambah lampu-lampu penerang yang terlalu banyak, maka temperatur ruangan akan
berubah. Seperti kita ketahui bahwa benda padat akan berubah dimensi ukurannya
bila terjadi perubahan panas. Oleh karena itu, pengaruh dari temperatur lingkungan
tempat pengukuran harus diperhatikan.
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam laboratorium terdapat berbagai jenis macam alat-alat yang digunakan untuk
membantu manusia dalam melakukan penilitian yang memiliki berbagai fungsi dan cara
kegunaannya masing-masing yang jika tidak mengetahui aturan pemakaiannya akan
menyebabkan kesalahan pada hasil data penelitian
B. Saran

C.Saran yang dapat


diberikan pada
praktikum Dasar-Dasar
Ilmu Tanah
D.adalah dalam
mengkalsifikasi diameter
tanah disarankan untuk
kepada praktikan
E. agar melakukannya
dengan penuh ketelitian,
supaya dapat
mengetahui secara
F. benar tingkat derajat
tanah.
G.Saran yang dapat
diberikan pada
praktikum Dasar-Dasar
Ilmu Tanah
H.adalah dalam
mengkalsifikasi diameter
tanah disarankan untuk
kepada praktikan
I. agar melakukannya
dengan penuh ketelitian,
supaya dapat
mengetahui secara
J. benar tingkat derajat
tanah.
K.Saran yang dapat
diberikan pada
praktikum Dasar-Dasar
Ilmu Tanah
L. adalah dalam
mengkalsifikasi diameter
tanah disarankan untuk
kepada praktikan
M. agar melakukannya
dengan penuh ketelitian,
supaya dapat
mengetahui secara
N.benar tingkat derajat
tanah.
Saran yang dapat diberikan pada praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah adalah
dalam mengkalsifikasi diameter tanah disarankan untuk kepada praktikanagar melakukannya
dengan penuh ketelitian, supaya dapat mengetahui secara benar tingkat derajat tanah.
DAFTAR PUSTAKA

Purnomo, N., H. 2019. Geografi Tanah. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya


Emda, A. 2017. Laboratorium Sebagai Sarana Pembelajaran Kimia Dalam Meningkatkan
Pengetahuan Dan Ketrampilan Kerja Ilmiah. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Ar-Raniry Banda Aceh. Aceh

Politanikoe, 2021. Peralatan Laboratorium Kimia: Modul 01. Kupang: Politeknik Negeri
Kupang
LAMPIRAN
LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR ILMU TANAH DAN PEMUPUKAN

KADAR LENGAS TANAH DAN REAKSI TANAH (pH)

Nama :
ANDRE ASDIANTO (2204002)
BAGUS DWI NUGROHO (2204010)
DHAFA FADHILAH RAMADHAN (2204015)
GILANG RAMADHAN (2204024)

BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN D III


POLITEKNIK LPP YOGYAKARTA
2023
Abstrak
Ketersediaan air atau lengas tanah merupakan salah satu faktor penting bagi tanaman
agar dapat tumbuh dengan baik. Hampir setiap proses yang terjadi di dalam tubuh
tanaman langsung atau tidak langsung sangat mempengaruhi oleh ketersediaan air.
Lengas tanah berperan sangat penting dalam dalam proses genesa tanah, kelangsungan
hidup tanaman, dan jasad renik tanah serta siklus hara. Lengas tanah merupakan air
yang terkandung di dalam pori-pori tanah. Lengas tanah adalah air yang mengisi
sebagian dan atau seluruh ruang pori-pori tanah dan teradopsi pada permukaan zarah
tanah, sedangkan kadar lengas berarti besar kandungan air di dalam tanah. Lengas
tetap berada dalam ruangan pori-pori tanah karena memiliki tegangan potensial.

Kondisi tanah tidak hanya dipengaruhi oleh kadar lengas tanah saja, tetapi tanah juga
dapat dipengaruhi oleh reaksi tanah (pH). Kondisi tanah dipengaruhi oleh faktor
pembentuknya maupun pengaruh dari pengolahan lahan dan system pengunaan lahan.
Reaksi asam-basa dalam tanah menunjukan sifat kemasaman dan alkalinitas suatu tanah
yang dinyatakan dalam nilai pH. Kemasaman tanah ditentukan oleh kadar atau
kepekatan ion hydrogen di dalam tanah. Apabila kepekatan ion hydrogen didalam tanah
terlalu tinggi maka tanah akan bereaksi asam. Reaksi tanah (pH) mempengaruhi sifat
dan proses fisik, kimia, dan biologis tanah, serta pertumbuhan tanaman. Ketersediaan
hara dalam tanah, pertumbuhan, dan hasil panen tanaman sebagian besar akan
berkurang jika ditanam di dalam tanah yang memiliki pH rendah dan meningkat pada
saat pH naik ke tingkat netral.

Keyword: Kadar lengas, Reaksi tanah (pH), Pori-pori tanah

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara agraris, dimana terdapat berbagai macam
tanaman yang dapat tumbuh dan berkembang. Ketersediaan air tanah atau lengas tanah
merupakan salah satu faktor penting bagi tanaman agar dapat tumbuh dengan baik,
terlebih untuk lahan pertanian secara umum. Hampir setiap proses yang terjadi di dalam
tubuh tanaman langsung atau tidak, sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air. Lengas
tanah merupakan air yang terkandung di dalam pori-pori tanah. Inceptisol merupakan
salah satu jenis tanah muda yang belum berkembang lanjut sehingga kebanyakan tanah
ini cukup subur, kandungan bahan organik tinggi, gembur, warna tanah gelap, dan
mempunyai struktur yang baik. Tanah inceptisol banyak dijumpai di wilayah penanaman
padi sawah. Terdapat beberapa cara untuk mengetahui tingkat lengas tanah diantaranya
adalah dengan teknik gravimetrik, tensiometer dan neutron probe. Teknik-teknik tersebut
dapat memberikan informasi yang akurat, akan tetapi memerlukan biaya besar untuk
pengukuran wilayah yang sangat luas. Cara lain yang dapat dilakukan yaitu dengan
bantuan data satelit dan Sistem Informasi Geografis (SIG).
Kelembaban tanah dapat didefinisikan sebagai air yang tak jenuh dari suatu profil
tanah, yaitu antara permukaan tanah dan air tanah. Air tanah sangat penting untuk studi
perubahan iklim, dan untuk melakukan pengukuran keseimbangan air tanah. Informasi
mengenai air tanah diperlukan untuk parameterizing model numerik, yang digunakan
untuk memperkirakan jumlah penguapan yang terjadi pada suatu tutupan lahan, dan
perkolasi untuk studi dampak air tanah. Variabel spasial dan temporal kelembaban air
tanah di dapatkan dari hasil variasi tekstur tanah, topografi, cover crop, praktek irigasi
dan kedalaman muka air tanah. Estimasi kelembaban air tanah penting untuk pengelolaan
sumber daya air, untuk aplikasi meteorologi dan terutama bagi pertanian. Informasi
kelembaban tanah jangka panjang juga sangat penting untuk pemantauan kekeringan
pertanian dan prediksi hasil panen (Nurilmi et al, 2017).
Lengas tanah merupakan air yang terkandung di dalam pori -pori tanah. Lengas
tanah adalah air yang mengisi sebagian dan atau seluruh ruang pori tanah dan teradsorpsi
pada permukaan zarah tanah, sedangkan kadar lengas tanah berarti besar kandungan air di
dalam tanah. Lengas dapat tetap berada dalam ruang pori tanah karena memiliki tegangan
potensial. Dalam keadaan tidak jenuh, lengas tanah berupa selaput tipis yang menyelimuti
zarah tanah. Semakin tipis selaput lengas tersebut maka gaya ikat tanah yang bekerja
padanya semakin kuat. Keadaan ini menyebabkan lengas semakin sulit tersedia bagi
tanaman. Pada pemberian air yang berlebihan sehingga gaya berat air melebihi gaya ikat
zarah tanah terhadap lengas, maka kelebihan lengas tersebut akan teratus bebas melalui
pori makro. Lengas yang teratus ini disebut lengas gravitasi. Apabila tidak ada kelebihan
lengas yang teratus lagi maka tanah dikatakan dalam keadaan kapasitas lapangan (field
capacity). Apabila kandungan lengas terus berkurang sehingga tidak mampu
mengimbangi kehilangan air akibat evapotranspirasi maka tanah dikatakan dalam
keadaan titik layu tetap (permanent wilting point) (Prehaten dan Giska, 2018).
Kondisi tanah dipengaruhi baik oleh faktor pembentuknya maupun pengaruh dari
pengolahan tanah dan sistem penggunaan lahan. Ada beberapa sifat tanah yang kurang
responsif terhadap praktek pengelolaan tanah, tetapi ada yang responsif seperti bahan
organik, pH, agregasi tanah dan aktivitas biomassa mikroba.
Reaksi asam-basa dalam tanah menunjukkan sifat kemasaman dan alkalinitas
suatu tanah yang dinyatakan dalam nilai pH. Kemasaman tanah ditentukan oleh kadar
atau kepekatan ion hidrogen di dalam tanah. Apabila kepekatan ion hidrogen di dalam
tanah terlalu tinggi maka tanah akan bereaksi asam. Pada tanah-tanah tersebut konsentrasi
ion H+ melebihi konsentrasi OH- dan mengandung Al, Fe, dan Mn terlarut dalam jumlah
besar. Umumnya tanah-tanah masam tersebut dijumpai di daerah yang beriklim basah.
Sebaliknya, apabila kepekatan ion hidrogen terlalu rendah maka tanah akan bereaksi basa.
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh pH di dalam tanah, baik secara langsung maupun
tidak langsung. pH mempengaruhi ketersediaan unsur hara di dalam tanah untuk
pertumbuhan tanaman. Tanaman tebu termasuk tanaman yang semi toleran terhadap
tingkat kemasaman tanah. Tanaman ini dapat tumbuh dengan kisaran pH 4,0 – 8,2, akan
tetapi optimal pada 5,5 – 7,0.

B. Tujuan

1. Agar mahasiswa dapat membandingkan kadar lengas tanah masing-masing contoh


tanah di lokasi yang telah ditentukan.
2. Agar mahasiswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang menjadi penyebab perbedaan
nilai kadar lengas tanah pada masing-masing contoh tanah, dengan melihat kondisi di
lingkungan yang telah ditentukan.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui manfaat yang dapat diperoleh dengan mengetahui
kadar lengas tanah
4. Agar mahasiswa dapat membandingkan nilai pH masing-masing contoh tanah.
5. Agar mahasiswa dapat menentukan faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan nilai
pH tanah
6. Agar mahasiswa dapat mengetahui upaya yang mungkin dilaksanakan untuk
mencapai pH netral dan optimal bagi pertumbuhan tanaman
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Kadar lengas tanah adalah air yang mengisi sebagian dan atau seluruh ruang pori
tanah dan teradsorpsi pada permukaan zarah tanah. Lengas berperan sangat penting dalam
proses genesa tanah, kelangsungan hidup tanaman dan jasad renik tanah serta siklus hara.
Setiap reaksi kimia dan fisika yang terjadi di dalam tanah hampir selalu melibatkan air
sebagai media pelarut garam-garam mineral, senyawa asam dan basa serta ion-ion dan
gugus-gugus organik maupun anorganik.
Kadar lengas dapat tetap berada dalam ruang pori tanah karena memiliki tegangan
potensial. Ada tiga titik pokok dalam dinamika lengas tanah, yaitu titik jenuh, kapasitas
lapangan dan titik layu tetap. Pada titik jenuh semua pori tanah (makro dan mikro) terisi
penuh air. Pada kapasitas lapangan tanah tinggal mengandung air yang tertambat dalam
pori mikro, sedang air yang semula mengisi pori makro telah hilang terperkolasikan oleh
kakas (force) gravitasi. Pori makro dapat menambat air karena kakas kapilernya mampu
mengimbangi kakas gravitasi. Pada kapasitas lapangan pori tanah terbagi menjadi pori
aerasi (pori makro) dan pori lengas (pori mikro).
Di Indonesia ada banyak macam jenis tanah yang memiliki ciri-ciri dan digunakan
sebagai pembeda antara tanah satu dengan yang lainnya. Tanah memiliki sifat fisik, kimia
maupun biologi yang berbeda disetiap lingkungan. Sifat fisik tanah adalah salah satu
komponen yang dilihat pada kesuburan tanah yang memiliki fungsi sebagai tempat akar
berpenetrasi. Sifat fisik tanah dapat dilihat dari kondisi permukaan tanah. Ada tanah yang
memiliki tekstur kasar sampai halus. Apabila tanah yang memiliki tekstur halus, maka
akan semakin banyak pula air yang dapat diikat. Sifat kimia tanah dapat diilihat dari nilai
pH dan kandungan unsur hara yang terdapat di dalam tanah, dengan nilai pH optimum
yaitu 7.
Sifat biologi tanah berhubungan dengan aktivitas makhluk hidup yang ada di
dalam dan permukaan tanah, baik makhluk hidup yang paling kecil sampai yang besar.
Kemasaman tanah disebut juga sifat kimia tanah yang memiliki keseimbangan antara
asam basa dalam tanah. pH tanah adalah suatu kondisi dimana terdapat ikatan antara
unsur atau senyawa yang ada di dalam tanah, tanah memiliki beberapa nilai pH yang
terdiri dari masam, netral, dan alkalis. Nilai pH yang netral adalah 7, pada keadaan ini
banyak unsur hara yang dapat larut dalam air sehingga dapat mempengaruhi tingkat
absorbsi unsur hara oleh tanaman, sedangkan pada tanah masam (pH rendah < 7), tanah di
dominasi dengan ion Al dan Fe. Pada tanah alkalis, nilai derajat kemasaman > 7 dengan
unsur P (fosfor) akan banyak terikat oleh Ca (kalsium) dan Mg (magnesium), sedangkan
unsur mikro molybdenum (Mo) berada dalam jumlah yang banyak.
Hal yang menyebabkan tanaman keracunan yaitu terdapatnya unsur Mo pada
tanah alkalis. Dalam menentukan kadar pH tanah sangat penting untuk mengetahui
apakah tanah tersebut bersifat netral, asam ataupun alkalis. Balai Penyuluhan Pertanian
Langsa Timur merupakan salah satu fasilitas tempat penunjang dalam pelaksanaan
kegiatan penelitian yang berkaitan dengan tanah. Metode yang dapat digunakan untuk
mencari nilai tingkat keasaman tanah adalah kalorimeter dan elektrometer. Metode
kalorimeter dapat dilakukan untuk menentukan nilai pH tanah dengan cara menggunakan
kertas indikator. Elektrometer yaitu langkah untuk pengukuran pH tanah menggunakan
pH meter yang langsung dikonversikan ke konsentrasi ion H menjadi nilai pH tanah
(Novia dan Fajriani, 2021).
Reaksi tanah (pH) mempengaruhi sifat dan proses fisik, kimia, dan biologis tanah,
serta pertumbuhan tanaman. Ketersediaan hara dalam tanah, pertumbuhan, dan hasil
panen tanaman sebagian besar akan berkurang jika ditanam pada tanah yang memiliki pH
rendah dan meningkat saat pH naik ke tingkat netral (optimal). Kondisi tanah yang
masam dapat dipengaruhi oleh beberapa hal. Pada daerah dengan curah hujan tinggi atau
negara tropis, rendahnya pH ini disebabkan oleh tercucinya kation-kation basa yang
terjadi dari lapisan atas ke lapisan lebih dalam akan meninggalkan kation-kation H+ dan
Al3+ di lapisan atas yang sangat berperan dalam kemasaman tanan. Rendahnya pH tanah
pada lahan atau kebun kepala sawit ini akan menyebabkan menurunnya ketersediaan hara
bagi tanaman yang pada akhirnya akan menurunkan produksi Tandan Buah Segar (TBS)
(RR Darlita et al, 2017).
pH juga dipengaruhi oleh bentukan atau kondisi lahan, seperti kelerengan. Kontribusi
nilai kelerengan sebesar 7,4 % terhadap keragaman pH tanah dan terdapat kecenderungan
penurunan pH tanah rata-rata sebesar 0,003 unit pada setiap persen kenaikan nilai
kelerengan. Penggerusan tanah oleh air pada daerah berlereng juga mengakibatkan tanah
mulai terkikis dan terangkut, pada akhirnya meninggalkan tanah yang kurang subur
sehingga produktivitas tanah dan tanaman menurun. Penggunaan lahan mempengaruhi
besarnya kandungan C-organik, nitrogen, fosfor, kapasitas tukar kation, permeabilitas,
porositas dan infiltrasi yang menunjukkan bahwa pada lahan yang berkemiringan tinggi
terjadi penurunan bahan organik, permeabilitas dan porositas tanah. Dengan demikian, pH
tanah juga akan mengalami penurunan dengan semakin tinggi tingkat kemiringan lereng
(Banjarnahor et al., 2018).

BAB III. METODOLOGI

Praktikum kadar lengas dan pH tanah ini dilakukan pada hari Kamis, 2 Maret
2023 13:50 - 15:30 WIB Di Laboratorium tanah kampus Politeknik LPP Yogyakarta.

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum pengamatan kadar lengas
pada tanah kali ini adalah sebagai berikut:
1. Contoh tanah.
2. Aquades
3. Botol timbang
4. Oven.
5. Timbangan analitik.
Adapun cara kerja pada praktikum pengamatan kadar lengas pada tanah kali ini
adalah:

1. Cara pengeringan dibawah sinar matahari.


a. Menimbang botol timbang yang bersih /tanpa tanah(a gram)
b. Memasukkan contoh tanah segar lapangan kira-kira sebesar 10
gram, kemudian timbang beratnya (b gram)
c. Meratakan tanah dalam cupu dan keringkan dibawah terik sinar
matahari selama sehari sampai tampak tanda-tanda kering
(kering mutlak/KM), kemudian timbang lagi (c gram).
d. Menghitung kadar lengas (%) = (berat air : berat tanah KM) x
100 %
= {(b-c) : (c-a)} x 100 %

2.Cara pengovenan.
a. Menimbang botol timbang (misal a gram)
b. Memasukkan contoh tanah ke dalam penimbang sampai kira-
kira ¼ atau ½ nya
c. Menimbang botol timbang berisi tanah (misal b gram).
d. Memasukkan botol timbang berisi contoh tanah kedalam oven
yang telah diatur panasnya setinggi 105-110 derajat Celcius
selama 4 jam atau lebih.
e. Mendinginkan contoh tanah di dalam botol timbang dalam
keadaan tertutup rapat ke dalam desikator.
f. Menimbang contoh tanah dalam botol timbang dengan
timbangan yang sama (misal c gram).
g. Kadar lengas (%) = (berat air : berat tanah KM) x 100%
= {(b-c) : (c-a)} x 100 %

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum pengamatan reaksi tanah
(pH) kali ini adalah sebagai berikut:
1. pH Meter atau pH stick
2. pengaduk
3. tanah diameter 2 mm
4. aquadest
5. beaker glass
6. timbangan
Adapun cara kerja pada praktikum pengamatan reaksi tanah (pH) kali ini adalah:

Metode Laboratorium
1. Timbang tanah 10 gram dari masing-masing jenis tanah
2. Masukkan ke dalam beaker glass 50ml dan tambahkan aquadest
25 mL. aduk hingga homogen selama 40 menit.
3. Hentikan pengadukan dan cek pH tanah dengan menggunakan
pH meter.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabel 1. Tabel Kadar Lengas Tanah dan pH Pada Berbagai Lokasi yang Berbeda
Kadar
Kadar Lengas
Nama Kelompok Lengas pH Stik pH Meter
Ukuran 0,5 mm
Ukuran 2mm
Kelompok 1A Inceptisol
10,78 12,13 5 5,2
Bantul
Kelompok 2A Vertisol
17,725 16,39 5 5,3
Moyudan
Kelompok 3A Inceptisol
14,425 50,29 5 5
Merapi
Kelompok 4A Entisol
0,845 1,445 5 5,25
Merapi
Kelompok 5A Andisol
1,38 0,66 5 5,35
Merapi
Kelompok 6A Inceptisol
8,225 8,24 5 5,1
Berbah

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum setiap sampel tanah yang berbeda daerah memiliki kadar
lengas yang berbeda-beda juga. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki anasir iklim,
bahan organic serta topografi yang berbeda. Lengas tanah merupakan seluruh atau
sebagian pori tanah yang terisi oleh air, hal ini dipengaruhi oleh oleh besarnya curah
hujan dan air yang dapat meresap ke dalam tanah. Lengas tanah mempengaruhi
pertumbuhan suatu tanaman, tingkat kelengasan yang dibutuhkan oleh tanaman memiliki
tingkat kadar lengas yang berbeda-beda. Kadar lengas tanah dipengaruhi oleh sebaran
pori-pori dalam tanah. Semakin bertambahnya kedalaman suatu profil maka semakin
banyak pulaketersediaan pori-pori pada tanah, semakin banyak pori-pori dalam tanah
maka kelengasan tanah juga akan semakin tinggi, sehingga semakin dalam suatu lapisan
maka semakin tinggi kadar lengas tanah.
Selain itu, bahan organik pada tanah juga memiliki pengaruh terhadap tingkat
kelengasan tanah, serta berat isi dan topografi juga berpengaruh terhadap kadar lengas
tanah. Semakin rendah letak suatu wilayah maka akan semakin tinggi pula kadar lengas
tanah yang ada, akan tetapi jika kemiringan seuatu daerah semakin tinggi maka lengas
tanah akan berkurang. Kadar lengas suatu tanah juga dipengaruhi oleh penggunaan lahan
tersebut, hal ini berkaitan dengan vegetasi tutupan lahan. Tutupan lahan
tersebut berpengaruh terhadap fluktuasi kadar lengas tanah melalui produksi seresah
tanaman yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan suatu vegetasi memiliki pernanan
penting dalam ketersediaan air dan unsur hara. Air merupakan salah satu faktor penentu
utama tingkat kelengasan suatu tanah (Anggriani et al, 2017). Sampel profil tanah yang
digunakan hanya memiliki tutupun tanah berupa rumput yang hanya sedikit, vegetasi
yang terdapat di lahan hanya sedikit sehingga mengakibatkan kadar lengas rendah karena
mudah terjadi evaporasi.

Berdasarkan pada teori umum disebutkan bahwa semakin kecil diameter tanah maka
kadar lengas yang tersimpan semakin tinggi karena luas permukaannya lebih besar dan
ruang antar partikel tanah yang terisi udara semakin sedikit, begitu pula sebaliknya. Dari
tabel diatas menunjukan beberapa hasil data yang tidak sesuai dengan teori tersebut, hal
ini dikarenakan adanya kesalahan dalam penelitian baik berupa kesalahan alat

laboratorium maupun kesalahan praktikan yang tidak teliti dalam melakukan penelitian.

Kadar lengas berbagai jenis tanah dapat berbeda disebabkan oleh faktor relief yang
berpengaruh pada kecepatan tanah dalam kehilangan lengasnya. Selain itu disebabkan
oleh faktor curah hujan yang berhubungan dengan evaporasi yang membuat tanah
mengalami deficit kadar lengas maupun surplus dan juga dipengaruhi faktor kandungan
bahan organik dan lempung berperan dalam penyimpanan air.

Faktor yang menyebabkan perbedaan nilai pH tanah pada masing-masing contoh


tanah adalah kadar air yang terkandung pada tanah tersebut. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Kusuma dan Ika (2021), Semakin tinggi kadar air dalam tanah maka kadar C-
Organik tanah juga semakin tinggi dimana kadar C organik tanah yang tinggi berarti
dapat menekan adanya penurunan erosi, meningkatnya bahan organik tanah dengan
kenaikan populasi mikroorganisme serta hasil pemadatan tanah yang membuat keutuhan
unsur hara pada tanah tanpa adanya degradasi lahan.

Kadar C-Organik tanah yang mengalami kenaikan dapat semakin tinggi laju
dekomposisi bahan organik atau semakin cepat turn over bahan organik maka semakin
cepat unsur hara menjadi tersedia. Selain itu semakin banyak air dalam tanah maka
semakin banyak reaksi pelepasan H + sehingga tanah menjadi masam (pH rendah). Hal
tersebut berlaku pada hasil analisis keasaman dengan pH aktual (H2O) dan pH potensial
(pH KCl). Keasaman (pH) tanah menggambarkan tingkat ketersediaan unsur hara makro
maupun mikro dalam tanah bagi pertumbuhan tanaman. pH tanah yang berada pada
kisaran netral dapat memberikan ketersediaan unsur hara tanah pada tingkat optimum
karena sebagian besar unsur hara mudah larut dalam air.

Semakin tinggi pH tanah (basa) maka unsur hara yang terkandung di dalam tanah
akan sangat sulit diserap oleh tanaman, begitupun sebaliknya saat kondisi tanah cendrung
asam atau pH terlalu rendah.

Tanah basa biasanya kandungan hara dan mikroorganismenya sangat sedikit sehingga
pertumbuhan tanaman terganggu. Sedangkan pada tanah asam, tanaman akan mudah
keracunan oleh unsur logam serta kekurangan hara. Unsur hara dan mineral akan mudah
diserap oleh tanaman ketika berada pada kondisi netral. Jika sudah diketahui tingkat
keasaman tanah kita harus segera mengambil tindakan untuk menetralkan pH tanah. Cara
yang dilakukan untuk menetralkan tanah asam dan basa tentu berbeda.

Jika pH rendah atau asam maka bisa dinetralkan dengan menambahkan bubuk kapur
(butiran, serbuk, pellet, kristal), menggunakan serbuk kayu (mengandung potassium),
menggunakan abu kayu yaitu pengaplikasiannya tidak mengenai akar tanaman agar tidak
merusaknya car aini sangat efektif di lahan berpasir. Sedangkan jika pH terlalu tinggi
maka bisa dinetralkan dengan menambahkan bubuk belerang atau sulfur, memberikan
ampas teh ataupun kopi dan menggunakan material organik seperti pupuk kompos
ataupun pupuk kendang (Kementrian Pertanian RI, 2021).

Dalam pengukuran pH menggunakan dua alat yaitu pH meter dan pH stick, namun
hasil yang diberikan dari kedua alat tersebut berbeda. Hasil yang lebih baik diberikan oleh
alat pH meter karena nilai yang dikeluarkan secara otomatis dan lebih teliti dibandingkan
dengan pH stick yang hanya mengandalkan indera penglihatan manusia. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Wibowo dan Muhammad (2019), Bila menggunakan kertas lakmus
dan indikator universal pH, tingkat akurasi pengukuran tidak terlalu tepat dikarenakan
keterbatasan manusia dalam membandingkan warna kertas lakmus. Selain itu, tingkat
ketelitian hasil pengukuran tidak bisa sampai nilai satu digit dibelakang koma yang
meningkatkan kemungkinan terjadinya kesalahan baca nilai pH sehingga menyebabkan
kesalahan penindaklanjutan bahan uji coba yang menyebabkan reaksi berantai menuju
hal-hal yang tidak diinginkan pengguna. Bila menggunakan alat pH meter, maka hasil
pengukuran bisa akurat dan cepat, namun metode pengukuran ini relatif lebih mahal.

BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada beberapa jenis tanah memiliki kadar lengas yang berbeda satu dengan yang
lainnya. Semakin besar pori tanah maka semakin sedikit kandungan lengasnya dan
semakin kecil pori tanah maka semakin tinggi kandungan lengasnya. pH tanah atau
kemasaman tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman karena pH dapat
mempengaruhi ketersediaan unsur hara mikro maupun makro, sehingga harus
diperhatikan kondisi pH suatau lahan yang akan digunakan untuk budidaya.

B. Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah
adalah dalam penggunaan alat-alat laboratorium disarankan untuk kepada praktikan agar
melakukannya dengan penuh ketelitian dan hati-hati agar tidak merusak alat-alat
laboratorium dan supaya kita dapat mengetahui nilai yang dihasilkan dari penelitian
dengan benar.
DAFTAR PUSTAKA

Andi Telaumbanua. 2019. Kadar Lengas Tanah. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Anggriani, R., Erina, C., M., M., dan Fitria, N., A. 2017. Penetapan Kadar Lengas
Tanah. Universitas Jember. Jember
Banjarnahor, N., K.S. Hindarto, and F. Fahrurrozi. 2018. Hubungan Kelerengan Dengan
Kadar Air Tanah, Ph Tanah, Dan Penampilan Jeruk Gerga Di
Kabupaten Lebong. J. Ilmu-Ilmu Pertan. Indones. 20(1): 13–18
Kementrian Pertanian Republik Indonesia. 2021. Enam Cara Menetralkan Tanah. Pusat
Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian. Jakarta
Kusuma, Y., R., dan Ika, Y. 2021. Pengaruh Kadar Air dalam Tanah Terhadap Kadar C-
Organik dan Keasaman (pH) Tanah. Universitas Islam Indonesia.
Yogyakarta
Novia, W., dan Fajriani. 2021. Analisis Perbandingan Kadar Keasaman (pH) Tanah
Sawah Menggunakan Metode Kalorimeter dan Elektrometer di Desa
Matang Setui. Universitas Samudra. Langsa-Aceh
Nurilmi., Machmud, A., dan Suhardi. 2017. PendugaanLengas Tanah Inceptisol Pada
Tanaman Hortikultura Menggunakan Citra Landsat 8. UNHAS.
Makassar
Prehaten, D., dan Giska, P., M. 2018. Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah dan Hutan. UGM.
Yogyakarta
RR Darlita, R.D., B. Joy, and R. Sudirja. 2017. Analisis Beberapa Sifat Kimia Tanah
Terhadap Peningkatan Produksi Kelapa Sawit pada Tanah Pasir di
Perkebunan Kelapa Sawit Selangkun. Agrikultura 28(1): 15–20.
Wibowo, R., S., dan Muhammad, A. 2019. Alat Pengukur Warna Dari Tabel Indikator
Universal Ph Yang Diperbesar Berbasis Mikrokontroler Arduino.
UNY. Yogyakarta
LAMPIRAN
LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR ILMU TANAH DAN PEMUPUKAN

BERAT VOLUME, BERAT JENIS, DAN POROSITAS TANAH

Nama :
ANDRE ASDIANTO (2204002)
BAGUS DWI NUGROHO (2204010)
DHAFA FADHILAH RAMADHAN (2204015)
GILANG RAMADHAN (2204024)

BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN D III


POLITEKNIK LPP YOGYAKARTA
2023
Abstrak
Bisa diartikan struktur tanah adalah sebuah komposisi dan campuran dari lapisan
permukaan tanah yang ada. Setiap bagian yang ada di dalamnya seperti tanah liat,
pasir, batuan kerikil hingga batuan padat yang ada di dalam tanah merupakan
sebuah struktur tanah yang akan berbeda-beda pada setiap kedalaman yang ada. Di
dalam sebuah tanah juga memiliki komponen padat dan komponen berpori yang
berada pada tingkatan yang berbeda. Kondisi dari sebuah struktur tanah juga akan
dipengaruhi oleh campuran lain seperti karbon, silika, hingga oksida yang
bercampur menjadi satu. Kualitas struktur tanah yang ada pada setiap daerah juga
biasanya berbeda-beda, menyesuaikan dengan kondisi curah hujan yang ada pada
daerah tersebut. Tanah yang dikatakan tidak berstruktur yaitu apababila butir-butir tanah tidak
melekat satu sama lainnya seperti tanah berjenis pasir.
Keyword: Tanah, Particle density, Berat volume, Berat jenis, Porositas

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah merupakan lapisan teratas lapisan bumi. Tanah memiliki ciri khas dan
sifat-sifat yang berbeda antara tanah di suatu lokasi dengan lokasi yang lain. Tanah
adalah lapisan permukaan bumi yang berasal dari material induk yang telah
mengalami proses lanjut, karena perubahan alami di bawah pengaruh air, udara, dan
macam-macam organisme baik yang masih hidup maupun yang telah mati. Tingkat
perubahan terlihat pada komposisi, struktur dan warna hasil pelapukan. Tanah adalah
bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik. Tanah sangat
penting peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung
kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang
akar. Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar
untuk bernafas dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai
mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk hidup
dan bergerak.
Tanah dalam bahasa yunani: pedon dan dari bahasa latin: solum adalah suatu
bagian dari kerak bumi yang tersusun atas Bahan organik dan Mineral. Tanah
memiliki peran yang sangat penting bagi semua mahuk hidup yang ada di bumi
karena selain tempat pijakan, juga sebagai penopang akar. Tanah memiliki struktur
tanah yang berongga-rongga sehingga memudahkan akar untuk tumbuh dan bernafas.
Bukan hanya manusia saja yang membutuhkan tanah sebagai satu hal yang penting,
hewan dan tumbuhan yang lainnya juga sangat membutuhkan sebagai lahan untuk
hidup dan bergerak (Muiz, 2016)

B. Tujuan
a) mahasiswa mengetahui cara mencari berat volume, berat jenis dan porositas
tanah
b) mahasiswa mengetahui nilai berat volume,berat jenis dan porositas masing-
masing jenis tanah
c) mahasiswa memahami perbedaan nilai berat volume, berat jenis dan porositas
masing-masing jenis tanah dan cara pengelolaannya
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Dhimas Ahmad Falatehan, Surya Syah Putra (2017) tentang Berat
Volume dan Berat jenis yaitu, Berat volume (BV) tanah merupakan rasio antara berat
dan volume total contoh tanah, termasuk volume ruang pori yang ada
didalamnya. Keragaman berat volume tanah sangat bergantung pada jenis fraksi
penyusunan tanah termasuk tekstur tanah. Tanah-tanah yang bertekstur jarang
biasanya biasanya mempunyai berat volume yang lebih rendah dibandingkan dengan
tanah yang agak pejal.
Berat volume tanah merupakan salah satu sifat fisik tanah yang paling sering
ditentukan, karena keterkaitannya yang erat dengan kemudahan penetrasi akar di
dalam tanah, drainase dan aerasi tanah, serta sifat fisik tanah lainnya. Seperti sifat
tanah yang lainnya, berat volume mempunyai variabilitas spasial (ruang) dan
temporal (waktu). Nilai berat volume, bervariasi antara satu titik dengan titik yang
lain disebabkan oleh variasi kandungan bahan organik, tekstur tanah, kedalaman
perakaran, struktur tanah, jenis fauna, dan lain-lain. Nilai berat volume sangat
dipengaruhi oleh pengelolaan yang dilakukan terhadap tanah. Nilai berat volumr
terendah biasanya didapatkan di permukaan tanah sesudah pengolahan tanah. Bagian
tanah yang berada di bawah lintasan traktor akan jauh (Christyaningrum, 2018).
Berat jenis (BJ) tanah adalah rasio antara berat total partikel-partikel padat
tanah dengan volume total partikel-partikel tersebut, tidak termasuk volume ruang
pori yang ada diantara parikel. Particle density (penetapan berat jenis) adalah berat
tanah kering persatuan volume partikel-partikel (padat) tanah (jadi tidak termasuk
volume pori-pori tanah). Tanah mineral mempunyai particle density (penetapan berat
jenis). Menurut Christyaningrum (2018), Berat jenis / Specific Grafity (Gs)
didefinisikan sebagai perbandingan antara berat volume butiran padat dengan berat
volume air pada temperatur 4° C. Berat isi sangat diperlukan dalam analisa fisika
tanah seperti penentuan ruang pori total dan kadar air tanah dalam persen volume.
Bert isi tanah juga diperlukan untuk pemberian pupuk, penambahan kapur dan
pembenah tanah dalam satu satuan luas lahan. Hal ini karena pada luas lahan dengan
kebutuhan tertentu menggunakan satuan volume (m 3), sedangkan pupuk, kapur dan
pembenah tanah harus diubah jadi satuan berat dulu (kg atau ton). Untuk mengubah
menjadi satuan berat maka diperlukan data berat isi tanah.
Porositas tanah (n) adalah merupakan jumlah pori-pori yang ada didalam
tanah. Jika suatu tanah memiliki nilai porositas tinggi, berarti tanah tersebut tidak
dapat mengikat air sehingga upaya pengelolaannya adalah menambahkan bahan
organic atau lempung. Jika tanah tersebut memiliki nilai porositas rendah maka
tersebut berarti mempat, sehingga pengelolaannya adalah dengan dilakukan
pembajakan sehingga akan meningkatkan jumlah pori di dalam tubuh tanah.
Christyaningrum (2018) menjelaskan bahwa, Porositas tanah (N) merupakan
perbandingan antara volume ruang pori (makro dan mikro) dengan volume total
contoh tanah yang dinyatakan dalam persentase volume tanah di lapangan. Dengan
kata lain porositas tanah adalah bagian dari volume tanah yang tidak ditempati oleh
padatan tanah. Porositas tanah ada karena bentuk dan ukuran agregat tanah yang tidak
dapat saling merapa merupakan dasar dari pori-pori tanah. Merupakan ruang antara
agregat yang satu dengan yang lain disebut pori-pori mikro dan makro tanah.
Porositas tanah merupakan perbandingan antara volume pori tanah dengan
volume total tanah, yaitu menunjukkan kombinasi atau susunan partikel-partikel tanah
primer (pasir, debu, dan liat) sampai pada partikel sekunder disebut juga agregat.
Struktur dapat mengubah pengaruh tekstur dengan memperlihatkan hubungan
kelembaban dengan udara. Porositas tanah kemampuan kemampuan tanah dalam
menyerap air. Porositas tanah erat kaitanya dengan tingkat kepadatan tanah (Bulk
Density). Semakin padat tanahberarti semakin sulit untuk menyerap air, maka
porositas tanah semakin kecil. Sebaliknya semakin mudah tanah menyerap air maka
tanah tersebut memiliki porositas yang besar. Tinggi rendahnya porositas suatu tanah
ini sangat berguna dalam menentukan tanaman yang cocok untuk tanah tersebut.,
Dalam keadaan air yang lama terserap (hingga tergenang) sementara tanaman yang
ditanam tidak membutuhkan banyak air justru akan menjadikan kondisi lingkungan
mikro di sekitar tanaman menjadi lembab akibatnya akan mempengaruhi
perkembangan penyakit tanaman. Selain itu, tanaman akan mudah rusak bila
tergenang air terlalu lama, karena tanaman tersebut dalam kondisi tercekam kelebihan
air yang dapat menyebabkan pembusukan akar tanaman (Christyaningrum, 2018).
BAB III. METODOLOGI
Praktikum kadar lengas dan pH tanah ini dilakukan pada hari Kamis, 2 Maret
2023 13:50 - 15:30 WIB Di Laboratorium tanah kampus Politeknik LPP Yogyakarta.
adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum Berat Volume (BV), Berat
Jenis (BJ), Porositas (n) kali ini adalah sebagai berikut:

A. Cara Kerja Penetapan Berat Volume (Bv) Tanah


1. Cara Penetapan Berat Volume (BV) Tanah Secara Tidak Langsung
Bahan dan alat:
a) Contoh tanah gumpalan/diameter gumpalan
b) Cawan pemanas lilin
c) Lampu spiritus
d) Penumpu kaki tiga
e) Tabung ukur
f) Gelas ukur 100cc
g) Benang
h) Termometer

Cara Kerja
a) Ambil bongkahan tanah (sebesar ibu jari), bersihkan dengan kuas permukaannya
dari butiran-butiran tanah yang menempel secara hati-hati. Ikat dengan benang
secukupnya sehingga dapat digantung.
b) Timbang bongkah tanah ini dan benangnya (A gram)
c) Cairkan lilin dengan cawan pemanas, ukur suhu dengan termometer. Usahakan
d) suhunya mencapai 60 – 70 0C. Celupkan bongkah tanah ke dalam lilin beberapa
detik (5 detik), hingga semua pori dan permukaan tanah tertutup oleh cairan lilin.
Dinginkan sebentar dan timbang sebagai B gram.
e) Isi tabung volume 100ml dengan aquades sampai batas tertentu (misal: 50 ml).
f) Masukkan bongkahan tanah yang telah dilapisi lilin, amati kenaikan air aquades
dan catat berapa kenaikannya sebagai C ml. (misal: awalnya 50 ml, setelah
dimasukkan menjadi 54ml, maka C= 4ml)

Perhitungan
Berat Volume Tanah = (100 A)⁄(100+KL)
C – B-A
0.87
Satuan = gram/cc

Keterangan:
KL = kadar legas
0,87 = BJ lilin

B. Cara Kerja Penetapan Berat Jenis (Bj) Tanah


Alat dan Bahan
1. Contoh tanah kering udara diameter 2 mm
2. Piknometer
3. Kawat pengaduk

Cara kerja
1. Timbang piknometer kosong (A gram)
2. Isi piknometer dengan contoh tanah (kurang lebih ½ volume piknometer), dan
timbang beserta tutupnya (B gram)
3. Masukkan air kurang lebih hingga 2/3 volume piknometer, kemudian aduk dan
biarkan semalam (agar semua pori tertutup oleh air, dan udara hilang)
4. Penuhi piknometer dengan air, usahakan semua rapat dan tutup. Jika ada yang
tumpah, bersihkan permukaan luar piknometer. Timbang sebagai C gram
5. Buang tanah dan air dari piknometer hingga bersih. Isi kembali piknometer
dengan air sampai penuh, dan timbang sebagai D gram.

Perhitungan
Berat Jenis Tanah = (𝐵−𝐴)(100/100+𝐾𝐿) x BJ Air
(𝐷−𝐴)−(𝐶−𝐵)

Keterangan
KL = Kadar Lengas
BJ air = 1

C. Perhitungan Nilai Porositas (n)

n = (1 – 𝐵𝑉) 𝑋 100%
𝐵𝐽

Keterangan:
n = porositas
BV = berat volume
BJ = Berat jenis
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1. Perhitungan BV, BJ dan Porositas (n)


Nama Kelompok Rata-Rata BV Rata-Rata BJ Porositas (n)
Kelompok 1A 1,657 gr/Cm3 2,959 gr/Cm3 44%
Inceptisol Bantul
Kelompok 2A 1,615 gr/Cm3 1,855 gr/Cm3 13%
Vertisol Moyudan
Kelompok 3A 1,89 gr/Cm3 2,16 gr/Cm3 12,50%
Inceptisol Merapi
Kelompok 4A 2,815 gr/Cm3 34,50%
Entisol Samas
Kelompok 5A 2,39 gr/Cm3 2,6 gr/Cm3 9%
Andisol Merapi
Kelompok 6A 1,625 gr/Cm3 2,135 gr/Cm3 24%
Inceptisol Berbah

B. Pembahasan
Tanah merupakan media pertumbuhan tanaman yang sangat kompleks. Agar
tanaman dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi maka tidak hanya
membutuhkan unsur hara yang cukup dan seimbang, tetapi juga memerlukan
lingkungan fisik, kimia dan biologi tanah yang sesuai sehingga akar tanaman dapat
berkembang dengan bebas demikian juga proses fisiologinya. Sifat fisik tanah
menyangkut: berat volume tanah, berat jenis tanah, porisitas tanah, penyebaran pori
dalam tanah, kemantapan agregat tanah, kelembaban tanah dan sebagainya.
1. Faktor Yang Mempengaruhi Berat Volum Tanah

Berat volume tanah merupakan salah satu sifat fisik tanah yang paling sering
ditentukan, karena keterkaitannya yang erat dengan kemudahan penetrasi akar di dalam
tanah, drainase dan aerasi tanah, serta sifat fisik tanah lainnya. Seperti sifat tanah yang
lainnya, berat volume mempunyai variabilitas spasial (ruang) dan temporal (waktu). Nilai
berat volume, b, bervariasi antara satu titik dengan titik yang lain disebabkan oleh variasi
kandungan bahan organik, tekstur tanah, kedalaman perakaran, struktur tanah, jenis fauna,
dan lain-lain.

Berat volume tanah dipegaruhi oleh bagian rongga pori tanah, struktur tanah,
pertumbuhan akar, aktivitas mikroorganisme dan peningkatan bahan organik. Makin
tinggi pemberian bahan organik ke dalam tanah maka berat volume akan semakin rendah,
berkisar antara 1,0 sampai 1,3 g.cm-3. Kandungan bahan organik yang tinggi
menyebabkan tanah mempunyai berat jenis butiran yang rendah, besarnya berat jenis
tanah pertanian berkisar antar 2,6 sampai 2,7 g.cm-3. Bulk density di lapangan tersusun
atas tanah-tanah mineral yang umumnya berkisar 1,0 – 1,6 gr/cm3.

Tanah organik memiliki nilai bulk density yang lebih ringan, misalnya dapat
mencapai 0,1 – 0,9gr/cm3 pada bahan organik. Bulk density atau kerapatan massa tanah
banyak mempengaruhi sifat fisik tanah, seperti porositas, kekuatan, daya dukung,
kemampuan tanah menyimpan air drainase dan lain-lain. Sifat fisik tanah ini banyak
bersangkutan dengan penggunaan tanah dalam berbagai keadaan.

Kerapatan massa tanah menunjukkan perbandingan berat tanah terhadap volume total
(udara, air, dan padatan) yang dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

ρb = ………………………………………………………………………….(1)

di mana: ρb = kerapatan massa tanah (gr/cm3) Ms = massa tanah (gr) Vt = volume


total (cm3). Bulk density sangat berhubungan dengan particle density, jika particle
density tanah sangat besar maka bulk density juga besar.

Hal ini dikarenakan partikel density berbanding lurus dengan bulk density, namun
apabila tanah memiliki tingkat kadar air yang tinggi maka partikel density dan bulk
density akan rendah. Dapat dikatakan bahwa particle density berbanding terbalik dengan
kadar air. Hal ini terjadi jika suatu tanah memiliki tingkat kadar air yang tinggi dalam
menyerap air tanah, maka kepadatan tanah menjadi rendah karena pori-pori di dalam
tanah besar sehingga tanah yang memiliki pori besar akan lebih mudah memasukkan air
di dalam agregat tanah.

Nilai b sangat dipengaruhi oleh pengelolaan yang dilakukan terhadap tanah. Nilai b
terendah biasanya didapatkan di permukaan tanah sesudah pengolahan tanah. Bagian
tanah yang berada di bawah lintasan traktor akan jauh lebih tinggi berat volumenya
dibandingkan dengan bagian tanah lainnya. Pada tanah yang mudah mengembang dan
mengerut, b berubah-ubah seiring dengan berubahnya kadar air tanah. Oleh sebab itu,
untuk tanah yang mengembang mengerut, nilaib perlu disertai dengan data kadar air.
Tanah dengan bahan organik yang tinggi mempunyai berat volume relatif rendah. Tanah
dengan ruang pori total tinggi, seperti tanah liat, cenderung mempunyai berat volume
lebih rendah. Sebaliknya, tanah dengan tekstur kasar, walaupun ukuran porinya lebih
besar, namun total ruang porinya lebih kecil, mempunyai berat volume yang lebih tinggi.
Komposisi mineral tanah, seperti dominannya mineral dengan berat jenis partikel tinggi
di dalam tanah, menyebabkan berat volume tanah menjadi lebih tinggi pula
(Telaumbanua, 2019).

2. Faktor Yang Mempengaruhi Berat Jenis Tanah

Berat jenis tanah adalah angka perbandingan antara berat butir tanah dan beratisi air
suling dengan isi sama pada suhu 40C. Peralatan yang digunakan dalam pengujian ini
antara lain piknometer atau botol ukur, saringan, thermometer, oven yang dilengkapi
dengan pengatur suhu, alat pendingin dll. Prosedur pengujian meliputi tahapan
pengeringan benda uji di dalam oven selama 24 jam dan penimbangan, selanjutnya benda
uji dimasukkan kedalam piknometer lalu timbang lagi dan seterusnya. Berat jenis adalah
perbandingan relative antara massa jenis sebuah zat dengan massa jenis air murni. Air
murni bermassa jenis 1 g/cm³ atau 1000 kg/m³. Partikel-partikel tanah yang ukuran
partikelnya kasar, memilki nilai berat jenis yang tinggi misalnya pasir, ukuran partikel
pasir lebih besar daripada ukuran partikel liat sehingga berat jenis pasir lebih tinggi dari
pada liat dan sebaliknya. Sedangkan bahan organik tanah memiliki berat jenis tanah,
semakin banyak kandungan bahan organik tanah, menyebabkan semakin rendahnya berat
jenis tanah.

Menurut Awaluddin (2017), Kandungan bahan organik di dalam tanah sangat


mempengaruhi berat jenis dan kerapatan butir tanah, akibatnya tanah permukaan biasanya
kerapatan butirnya lebih kecil dari subsoil. Walau demikian berat jenis dan kerapatan
butir tanah tidak berbeda banyak pada tanah yang berbeda jika tidak, akan terdapat suatu
variasi yang harus mempertimbangkan kandungan tanah organik atau komposisi mineral
densitynya. Selain itu, dalam volume yang sama, bahan organik memiliki berat yang lebih
kecil. Faktor-faktor yang mempengaruhi berat jenis (particle density) yaitu kadar air,
tekstur tanah, struktur tanah, bahan organik, dan topografi. Kadar air mempengaruhi
volume kepadatan tanah, dimana untuk mengetahui volume kepadatan tanah dipengaruhi
oleh tekstur dan struktur tanah, sebab tanpa adanya pengaruh kadar air maka proses
particle density tidak berlangsung, karena air sangat mempengaruhi volume kepadatan
tanah. Selanjutnya volume padatan tanah tersusun oleh fraksi pasir, liat, dan debu
sehingga untuk mengetahui volume padatan tanah tertentu dipengaruhi oleh tekstur dan
struktur tanah. Kandungan bahan organik di dalam tanah sangat mempengaruhi kerapatan
butir tanah. Semakin banyak kandungan bahan organik yang terkandung dalam tanah,
maka makin kecil nilai particle daripada benda padat tanah mineral yang lain. Sehingga
jumlah bahan organik dalam tanah mempengaruhi kerapatan butir. Akibatnya tanah
permukaan kerapatan butirnya lebih kecil daripada sub soil. Top soil banyak mengandung
bahan organik dan kerapatan butirnya sampai 2,4 gr/cc atau bahkan lebih rendah dari nilai
itu. Dengan adanya bahan organik, menyebabkan nilai particle densitynya semakin kecil.

Jika particle density suatu lahan rendah, maka tanah tersebut kurang baik untuk
dijadikan media tanam, sebaliknya jika nilai particle density tinggi, maka baik untuk
dijadikan suatu media tanam bagi produktivitas tanaman. Bahan organik memiliki berat
yang lebih kecil dari berat benda padat tanah mineral yang lain dalam volume yang sama,
jumlah bahan organik dalam tanah jelas mempengaruhi kerapatan butir. Akibatnya tanah
permukaan biasanya kerapatan butirnya lebih kecil dari sub soil. Kerapatan partikel tanah
menunjukkan perbandingan antara massa tanah kering terhadap volume tanah kering
dengan persamaan.

3. Faktor Yang Mempengaruhi PorositasTanah

Porositas tanah didefinisikan sebagai ruang fungsional yang menghubungkan tubuh


tanah dengan lingkungannya. Pori tanah memegang peranan penting dalam menentukan
sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Sistem pori tanah sangat dipengaruhi oleh banyak
faktor seperti jumlah bahan organik, jenis dan jumlah liat, kelembaban, pemadatan tanah
dan manajemen tanah. Karakteristik pori menggambarkan jumlah, ukuran, distribusi,
kontinuitas dan stabilitas pori tanah. Karakteristik pori tanah sangat berperan besar dalam
menentukan pergerakan air dalam tanah dan mempengaruhi kemampuan tanah dalam
meretensi air. Sebagai suatu sistem, masing-masing karakter akan saling mempengaruhi
satu dengan lainnya. Setiap perubahan pada satu karakter akan mempengaruhi karakter
yang lain. Perubahan terhadap pori akan mengurangi jumlah, ukuran dan kuantinuitas
pori (Masria et al. ,2018).

Bentuk dan jumlah pori sangat dipengaruhi oleh kandungan liat tanah. Menurut
Kusuma dan Yulfiah (2018), Porositas adalah presentase total pori dalam tanah yang
ditempati oleh air dan udara, dibandingkan dengan volume total tanah. Pori tanah pada
umumnya ditempati udara untuk pori kasar, sementara pada pori kecil akan ditempati air.
Adapun faktor yang mempengaruhi nilai porositas adalah ukuran butiran dan berat jenis
tanah. Jumlah ruang pori akan dipengaruhi oleh susunan butir padat. Ukuran pori pada
susunan butiran tanah akan menentukan jumlah dan sifat pori.

Nilai porositas paling besar adalah tanah dengan presentase penyusun sebagian besar
berupa clay. Tanah dengan tekstur halus, seperti tanah liat memiliki ruang pori lebih
banyak, sehingga berkemampuan menahan air lebih banyak. Pada clay, ruang antar pori
tidak berhubungan, sehingga air tidak bisa lewat. Dalam kondisi lempung sangat jenuh air
dan ruang antar pori terhubung, maka sifat lempung sudah berubah menjadi lumpur.
Dalam keadaan seperti ini bukan hanya air yang mengalir, tetapi materi lempungnya
sendiri ikut mengalir. Porositas tanah akan tinggi jika kandungan bahan organik dalam
tanah juga tinggi. Tanah dengan struktur remah dan granular mempunyai porositas yang
lebih tinggi daripada tanah dengan struktur pejal.

Menurut Christyaningrum (2018), Porositas dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu


iklim, kelembaban dan struktur tanah. Iklim, suhu, kelembaban, sifat mengembang dan
mengerut sangat mempengaruhi porositas. Misalnya saja wilayah yang beriklim hujan
tropis maka tingkat curah hujan pada tanah tersebut akan tinggi pada saat tanah tersebut
basah maka tanah tersebut akan mengalami pengembangan dan pori tanah pada saat
tersebut akan banyak terisi oleh air juga akan mempengaruhi kelembaban tanah tersebut
yang nantinya akan berpengaruh pada porositasnya. Sebaliknya pada musim kemarau
atau kering tanah akan mengerut dan pori tanah akan semakin besar tetapi kebanyakan
akan diisi oleh udara, sehingga nantinya akan berpengaruh terhadap porositas tanah
tersebut. Selain itu, struktur tanah juga akan sangat berpengaruh, karena sangat
bergantung pada kadar liat, pasir, dan debu yang dikandung tanah tresebut apabila
struktur tanah dirusak maka porositas tanah tersebut akan berubah.

4. Hal Yang Mempengaruhi Perbedaan Nilai BV, BJ, dan N Pada Masing-Masing Jenis
Tanah
Berdasarkan pada Tabel 1. Jenis tanah yang memiliki BV paling tinggi yaitu pada
jenis tanah inceptisol Merapi sedangkan yang paling rendah pada jenis tanah vertisol
moyudan. Jenis Tanah yang memiliki BJ paling tinggi yaitu pada jeis tanah inceptisol
bantul dan BJ yang paling rendah berada pada jenis tanah vertisol moyudan, sedangkan
tanah yang memiliki porositas tertinggi yaitu pada jenis tanah inceptisol Bantul dan
porositas terendah adalah pada jenis tanah andisol Merapi.
Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan tanah dari jenis dan daerah yang berbeda pasti
memiliki kandungan serta bahan penyusun yang berbeda pula. Tanah yang strukturnya
baik mempunyai nilai ρb lebih kecil dibandingkan dengan tanah tanpa struktur. Hal ini
disebabkan karena ruang pori yang terbentuk pada tanah yang berstruktur lebih banyak
dibandingkan tanah tanpa struktur. Tekstur tanah juga berhubungan dengan ukuran dan
berat jenis partikel. Semakin kasar tekstur tanah, semakin tinggi nilai ρb. Hal ini
disebabkan karena semakin kasar tekstur tanah susunan partikel tanah semakin rapat dan
berat jenis partikel semakin tinggi. Semakin tinggi kandungan bahan organik, maka
semakin rendah nilai ρb. Hal ini disebabkan karena bahan organik merupakan bahan
pemantap agregat, sehingga struktur tanah dapat diperbaiki. Disamping itu bahan organik
mempunyai berat partikel lebih rendah dibandingkan dengan partikel tanah. Mineral berat
seperti hematite mempunyai berat jenis partikel tinggi, sedangkan bahan organik
mempunyai berat jenis partikel rendah. Porositas tanah dipengaruhi oleh ukuran partikel
dan struktur tanah. Untuk tanah berpasir mempunyai porositas rendah yaitu sekitar 40%,
sedangkan tanah berlempung mempunyai porositas tinggi yaitu sekitar 60%.
Selain bahan kandungan yang menjadi penyusun tanah tersebut, metode penelitian
dan cara pengambilan sampel tanah serta perlakuan pengeringan tanah juga dapat
mempengaruhi nilai dari berat volum, berat jenis serta nilai porositasnya. Seperti pada
penelitian Jusman et al., (2017), Bobot isi tanah pada perlakuan kontrol sebesar 1,54 g
cm-3 nyata menurun menjadi 1,49 g cm-3 pada perlakuan bahan pemanasan 50 0C dan
semakin menurun dengan meningkatnya suhu pemanasan pada 70 0C (1,43 g cm-3). Dari
pernyataan tersebut mereka melakukan perlakuan pengeringan dengan cara pengovenan
yang menggunakan suhu tinggi, sementara perlakuan pengeringan yang kami lakukan
hanya dengan cara di anginkan dengan suhu ruangan saja sehingga menyebabkan nilai
kadar lengas berbeda walaupun sama-sama jenis tanah inceptisol. Jusman dkk, juga
menggunakan metode pengambilan sampel tanah dengan menggunakan ring sampel
dibandingkan dengan kelompok kami yang mengambil sampel tanahnya dengan alat
seadanya, sehingga mengakibatkan nilai hasil penelitian berbeda.
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Tanah merupakan media pertumbuhan tanaman yang sangat kompleks. Agar
tanaman dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi maka tidak hanya
membutuhkan unsur hara yang cukup dan seimbang, tetapi juga memerlukan
lingkungan fisik, kimia dan biologi tanah yang sesuai sehingga akar tanaman dapat
berkembang dengan bebas demikian juga proses fisiologinya. Pengukuran berat
volume (BV), berat jenis tanah (BJ), dan porsitas (n) tanah bertujuan untuk melihat
struktur pembentuk tanah, komponen penyusun tanah, dan bahan induk yang terdapat
pada setiap jenis-jenis tanah. Nilai berat volume sangat dipengaruhi oleh pengelolaan
yang dilakukan terhadap tanah. Nilai berat volumr terendah biasanya didapatkan di
permukaan tanah sesudah pengolahan tanah. Berat jenis tanah merupakan
perbandingan relative antara berat padatan dengan volume padatan (tanpa volume pori
tanah). Porositas adalah merupakan jumlah pori dalam tanah. Porositas dipengaruhi
oleh beberapa hal yaitu iklim, kelembaban dan struktur tanah. Iklim, suhu,
kelembaban, sifat mengembang dan mengerut sangat mempengaruhi porositas.

B. Saran
a) Sebaiknya dalam perhitungan nilai BV, BJ, dan porositas (n) harus teliti agar
tidak ada kesalahan pada data pengamatan
b) Dalam menghitung nilai BV, BJ, dan porositas (n) sebaiknya dilakukan dengan
metode dan cara yang sudah ditentukan agar nilai dan hasil pengamatan tepat
dan benar
DAFTAR PUSTAKA
Awaluddin, M. 2017. Studi Permeabilitas Aspal Buton Sebagai Bahan Lapis Kedap.
UNHAS. Makassar
Christyaningrum, L. 2018. Laporan Praktikum Sifat Alami Tanah Acara Iii Berat Volume,
Berat Jenis, Dan Porosistas. UGM. Yogyakarta
Dhimas Ahmad Falatehan, Surya Syah Putra. 2017. Berat Volume dan Berat Jenis. Jakarta:
Anonymous
Jusman., Danang, W., dan Uswah, H. 2017. Beberapa Sifat Fisika Inceptisol Watutela Dalam
Kaitannya Dengan Pemberian Bahan Organik Dan Suhu Pemanasan. Universitas
Tadulako. Palu
Kusuma, M., N., dan Yulfiah. 2018. Hubungan Porositas Dengan Sifat Fisik Tanah Pada
Infiltration Gallery. Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya. Surabaya
Masria., Christianto, L., Hazairin, Z., dan Burhanuddin, R. 2018. Karakteristik Pori Dan
Hubungannya Dengan Permeabilitas Pada Tanah Vertisol Asal Jeneponto Sulawesi
Selatan. UNHAS. Makassar
Muiz, Adam. 2016. Pengertian Tanah dan Komponen Komponennya.
https://jagad.id/pengertian-tanah-dan-komponen-komponennya/. Diakases pada Senin,
13 Maret 2023, pukul 23.26 WIB
Telaumbanua, A. 2019. Acara 3 Berat Volume, Berat Jenis Dan Porositas Tanah: Bab 2
Tinjauan Pustaka. UGM. Yogyakarta
Wahyu, I. 2018. Laporan Praktikum Berat Isi Berat Jenis Tanah. UPN Veteran Jawa Timur.
Surabaya
LAMPIRAN
LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR ILMU TANAH DAN PEMUPUKAN

KONSISTENSI TANAH

Nama :
ANDRE ASDIANTO (2204002)
BAGUS DWI NUGROHO (2204010)
DHAFA FADHILAH RAMADHAN (2204015)
GILANG RAMADHAN (2204024)

BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN D III


POLITEKNIK LPP YOGYAKARTA
2023
Abstrak
Jenis dan konsistensi tanah yang berbeda akan berpengaruh pada kekuatan tanah untuk
menahan beban akibat konstruksi di atasnya. Untuk mencapai suatu kondisi tanah yang
mampu menahan beban akibat konstruksi di atasnya, maka diperlukan perencanaan yang
terukur. Dalam perencanaan tersebut dibutuhkan pengujian di lapangan dan di
laboratorium. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah adalah kadar air tanah,
bahan-bahan penyemen agregat tanah, bahan dan ukuran agregat tanah, tingkat agregasi,
dan faktor-faktor penentu struktur tanah (tekstur, macam lempung,dan kadar bahan
organik). Sifat fisik tanah merupakan sifat tanah yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan poduksi tanaman karena akan menentukan penetrasi akar di dalam tanah, kemampuan
tanah menahan air, drainase, aerasi tanah dan ketersediaan unsur hara tanah.
Kata kunci: Tanah, Profil Tanah, Horison, Konsistensi

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah terdiri dari partikel pecahan batuan yang telah diubah oleh proseskimia dan
lingkungan yang meliputi pelapukan dan erosi. Tanah berbeda dari batuaninduknya karna
interaksi antara, hidrosfer, atmosfer, litosfer dan biosfer ini adalah campuran dari konstituen
mineral dan organik yang dalam keadaan padat,gas, dan cair.
Fungsi utama tanah adalah sebagai media tumbuh makhluk hidup. Prosespembentukan
tanah dimulai dari hasil pelapukan batuan induk (regolit) menjadibahan induk tanah, diikuti
oleh proses pencampuran bahan organik yaitu sisa-sisatumbuhan yang dilapuk oleh
mikroorganisme dengan bahan mineral dipermukaantanah, pembentukan struktur tanah,
pemindahan bahan-bahan tanah dari bagianatas ke bagian bawah dan berbagai proses lain,
sehingga apabila kita menggalilubang pada tanah maka akan terlihat lapisan-lapisan tanah
yang berbeda sifat fisik,kimia, dan biologinya, lapisan-lapisan inilah yang disebut dengan
horizon tanah yangterbentuk dari mineral anorganik akar. Susunan horizon tanah tersebut
biasa disebut Profil Tanah.
Dengan kata lain, Profil Tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuhtanah yang
menunjukkan susunan horizon tanah, dimulai dari permukaan tanahsampai lapisan bahan
induk dibawahnya. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk selaindipengaruhi oleh perbedaan
bahan induk sebagai bahan pembentuknya, jugaterbentuk karena pengendapan yang
berulang-ulang oleh genangan airTerdapatnya horizon-horizon pada tanah-tanah yang
memiliki perkembangangenetis menyugestikan bahwa beberapa proses tertentu, umum
terdapat dalam perkembangan Profil Tanah. Berdasarkan uraian di atas maka
dilakukanpengamatan profil tanah dalam langkah awal penelitian dan pengamatan terhadap
tanah. (Darmawijaya. 2017)
Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan penting untuk penetapansifat-sifat fisik
tanah di laboratorium. Pengambilan contoh tanah untuk penetapansifat-sifat fisik tanah
dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat fisik tanah pada satutitik pengamatan, misalnya
pada lokasi persawahan atau penetapan sifat fisik tanah yang menggambarkan suatu
hamparan berdasarkan poligon atau jenis tanahtertentu dalam suatu peta tanah. Contoh tanah
dibedakan atas beberapa macam,diantaranya contoh tanah yang diambil dengan pengambilan
sampel atau ringdisebut dengan contoh tanah utuh, yang biasanya digunakan untuk
menetapkansifat tanah disebut contoh tanah utuh karena strukturnya asli seperti apa adanya
dilapangan sedangkan contoh tanah yang sebagian atau seluruh strukturnya telahrusak disebut
contoh tanah terganggu.
Tanah adalah bagian yang terdapat pada kerak bumi yang tersusun atasmineral dan
bahan organik. Tanah merupakan salah satu penunjang yangmembantu kehidupan semua
mahluk hidup yang ada di bumi. Tanah merupakanbagian terpenting dari bumi yang
merupakan tempat berpijaknya manusia dan jugamakhluk makhluk yang lain.dari tanah
tersebut dapat dihasilkan berbagai barangtambang,air,mineral serta unsur hara yang
menopang kehidupan bagi tumbuh-tumbuhan. Contoh tanah dibedakan atas beberapa macam
tergantung pada tujuandan cara pengambilan. Bila contoh tanah diambil pada setiap lapisan
untuk mempelajari perkembangan profil menetapkan jenis tanah maka disebut “contoh tanah
satelit”. Contoh tanah yang diambil dari beberapa tempat dan digabung untuk menilai tingkat
kesuburan tanah disebut “contoh tanah komposit”. Pengambilan contoh tanah secara
komposit dapat menghemat biaya analisis bila dibandingkandengan pengambilan secara
individu. Adalagi contohtanah yang diambil dengan pengambilan sampel (care) dan disebut
dengan contohtanah utuh, yang biasanya digunakan untuk menetapkan sifat tanah disebut
contohtanah utuh karena strukturnya asli seperti apa adanya di lapangan sedangkancontoh
tanah yang sebagian atau seluruh strukturnya telah rusak disebut contohtanah terganggu.
Mempersiapkan contoh tanah merupakan suatu keharusan bagi parapenempuh ataupun
pelaku praktikum ilmu tanah, hal tersebut karena denganadanya persiapan tanah terlebih
dahulu maka praktikum ilmu tanah akan berjalandengan lancar.pada praktikum kali ini maka
tanah akan dibuat atau dikelompokkanmenjadi dua bagian yaitu dengan kriteria diameter
0,5mm serta 2mm tanah asli dantanah gumpalan yang harus dijaga kelembapannya sehingga
sebelum dilakukanprktikum ilmu tanah hal yang harus dilakukan adalah mempersiaokan
contohtanah.contoh tanah harus diletakkan pada tempat ataupun wadah yang berbeda
(Ferizal,2016).
Untuk selanjutnya diambil datanya masing-masing dengan adanya contoh tanahyang baik
maka praktikum akan berjalan dengan baik serta didapatkan data yang akurat mempersiapkan
contoh tanah. Contoh tanah harus diletakkan pada tempatataupun wadah yang berbeda untuk
selanjutnya diambil datanya masing-masing.dengan adanya contoh tanah yang baik maka
praktikum akan berjalandengan baik serta didapatkan data yang akurat. Tanah tersusun atas:
bahan mineral, udara dan air tanah. Horison adalah lapisan-lapisan tanah yang terbentuk
karena hasil dari proses pembentukkan tanah.

B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui konsistensi tanah
2. Mahasiswa mengetahui cara mencari konsistensi tanah
3. Mahasiswa dapat mengetahui hal-hal yang mempengaruhi konsistensi tanah dan
pengelolaanya.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanah merupakan lapisan teratas lapisan bumi. Tanah memiliki ciri khas dan sifat-sifat
yang berbeda antara tanah di suatu lokasi dengan lokasi yang lain. Tanah adalah lapisan
permukaan bumi yang berasal dari material induk yang telah mengalami proses lanjut, karena
perubahan alami di bawah pengaruh air, udara, dan macam-macam organisme baik yang
masih hidup maupun yang telah mati. Tingkat perubahan terlihat pada komposisi, struktur
dan warna hasil pelapukan. Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan
bahan organik. Tanah sangat penting peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah
mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai
penopang akar. Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi
akar untuk bernafas dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme.
Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk hidup dan bergerak.
Tanah dalam bahasa yunani: pedon dan dari bahasa latin: solum adalah suatu bagian
dari kerak bumi yang tersusun atas Bahan organik dan Mineral. Tanah memiliki peran yang
sangat penting bagi semua mahuk hidup yang ada di bumi karena selain tempat pijakan, juga
sebagai penopang akar. Tanah memiliki struktur tanah yang berongga-rongga sehingga
memudahkan akar untuk tumbuh dan bernafas. Bukan hanya manusia saja yang
membutuhkan tanah sebagai satu hal yang penting, hewan dan tumbuhan yang lainnya juga
sangat membutuhkan sebagai lahan untuk hidup dan bergerak (Muiz, 2016)

Konsistensi tanah merupakan sifat fisik tanah yang menunjukan derajat adhesi dan
kohesi dari zarah-zarah tanah pada berbagai tingkat kelengasan. Sifat fisik yang ditunjukan
pada konsistensi adalah keteguhan (friability), keliatan (plasticity), dan kelekatan
(stickyness). Penentuan nilai konsistensi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu kualitatif
dan kuantitatif, dengan pendekatan angka Atterberg yaitu batas cair (BC), batas gulung (BG),
batas lekat (BL), dan batas berubah warna (BBW). Angka-angka Atterberg mempunyai
hubungan antara kadar lengas (%) dan konsistensi tanah (Andi Tealaumbanua, 2019).

Dalam mengolah tanah diperlukan perlakuan yang tepat guna untuk membantu
tingkat keberhasilan tanaman. Pengolahan tanah sebagai media penanaman baiknya
dilakukan dengan kondisi kapasitas air yang tepat, dimana tidak terlalu kering dan tidak
terlalu basah yang disebut konsistensi tanah. Konsistensi tanah merupakan salah satu dari
sifat fisik tanah lainnya yang memvisualkan tingkat ketahanan tanah ketika mendapatkan
gaya atau tekanan eksternal yang dimana memvisualisasikan proses kerja gaya kohesi (tarik
menarik antar partikel) dan adhesi (tarik menarik antar partikel dan air) dengan kelembaban
tanah. Tanah yang umumnya memiliki konsistensi yang baik dapat diolah dengan mudah
sehingga dapat menjadi media tumbuh untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
(Nadya N. Sari, 2022)
Dalam mengolah tanah
dibutuhkan perlakuan yang
tepat guna membantu
tingkat keberhasilan
penanaman. Pengolahan
tanah sebagai media
penanaman
baiknya dilakukan dalam
kondisi kapasitas air yang
tepat, dimana tidak terlalu
kering dan tidak terlalu basah
yang disebut dengan
konsistensi tanah. Konsistensi
tanah merupakan salah satu
dari sifat fisik tanah lainnya
yang memvisualkan tingkat
ketahanan tanah ketika
mendapatkan gaya atau
tekanan eksternal dimana
memvisualisasikan proses
kerja gaya kohesi (tarik
menarik antar partikel) dan
adhesi (tarik menarik antar
partikel dan air) dengan
kelembaban tanah. Tanah
dengan konsistensi yang baik
umumnya dapat dengan mudah
diolah dan dijadikan
media tanam pertumbuhan dan
perkembangan tanam
Dalam mengolah tanah
dibutuhkan perlakuan yang
tepat guna membantu
tingkat keberhasilan
penanaman. Pengolahan
tanah sebagai media
penanaman
baiknya dilakukan dalam
kondisi kapasitas air yang
tepat, dimana tidak terlalu
kering dan tidak terlalu basah
yang disebut dengan
konsistensi tanah. Konsistensi
tanah merupakan salah satu
dari sifat fisik tanah lainnya
yang memvisualkan tingkat
ketahanan tanah ketika
mendapatkan gaya atau
tekanan eksternal dimana
memvisualisasikan proses
kerja gaya kohesi (tarik
menarik antar partikel) dan
adhesi (tarik menarik antar
partikel dan air) dengan
kelembaban tanah. Tanah
dengan konsistensi yang baik
umumnya dapat dengan mudah
diolah dan dijadikan
media tanam pertumbuhan dan
perkembangan tanam
Dalam mengolah tanah
dibutuhkan perlakuan yang
tepat guna membantu
tingkat keberhasilan
penanaman. Pengolahan
tanah sebagai media
penanaman
baiknya dilakukan dalam
kondisi kapasitas air yang
tepat, dimana tidak terlalu
kering dan tidak terlalu basah
yang disebut dengan
konsistensi tanah. Konsistensi
tanah merupakan salah satu
dari sifat fisik tanah lainnya
yang memvisualkan tingkat
ketahanan tanah ketika
mendapatkan gaya atau
tekanan eksternal dimana
memvisualisasikan proses
kerja gaya kohesi (tarik
menarik antar partikel) dan
adhesi (tarik menarik antar
partikel dan air) dengan
kelembaban tanah. Tanah
dengan konsistensi yang baik
umumnya dapat dengan mudah
diolah dan dijadikan
media tanam pertumbuhan dan
perkembangan tanam
Dalam mengolah tanah
dibutuhkan perlakuan yang
tepat guna membantu
tingkat keberhasilan
penanaman. Pengolahan
tanah sebagai media
penanaman
baiknya dilakukan dalam
kondisi kapasitas air yang
tepat, dimana tidak terlalu
kering dan tidak terlalu basah
yang disebut dengan
konsistensi tanah. Konsistensi
tanah merupakan salah satu
dari sifat fisik tanah lainnya
yang memvisualkan tingkat
ketahanan tanah ketika
mendapatkan gaya atau
tekanan eksternal dimana
memvisualisasikan proses
kerja gaya kohesi (tarik
menarik antar partikel) dan
adhesi (tarik menarik antar
partikel dan air) dengan
kelembaban tanah. Tanah
dengan konsistensi yang baik
umumnya dapat dengan mudah
diolah dan dijadikan
media tanam pertumbuhan dan
perkembangan tanam
Dalam mengolah tanah
dibutuhkan perlakuan yang
tepat guna membantu
tingkat keberhasilan
penanaman. Pengolahan
tanah sebagai media
penanaman
baiknya dilakukan dalam
kondisi kapasitas air yang
tepat, dimana tidak terlalu
kering dan tidak terlalu basah
yang disebut dengan
konsistensi tanah. Konsistensi
tanah merupakan salah satu
dari sifat fisik tanah lainnya
yang memvisualkan tingkat
ketahanan tanah ketika
mendapatkan gaya atau
tekanan eksternal dimana
memvisualisasikan proses
kerja gaya kohesi (tarik
menarik antar partikel) dan
adhesi (tarik menarik antar
partikel dan air) dengan
kelembaban tanah. Tanah
dengan konsistensi yang baik
umumnya dapat dengan mudah
diolah dan dijadikan
media tanam pertumbuhan dan
perkembangan tanam
Dalam mengolah tanah
dibutuhkan perlakuan yang
tepat guna membantu
tingkat keberhasilan
penanaman. Pengolahan
tanah sebagai media
penanaman
baiknya dilakukan dalam
kondisi kapasitas air yang
tepat, dimana tidak terlalu
kering dan tidak terlalu basah
yang disebut dengan
konsistensi tanah. Konsistensi
tanah merupakan salah satu
dari sifat fisik tanah lainnya
yang memvisualkan tingkat
ketahanan tanah ketika
mendapatkan gaya atau
tekanan eksternal dimana
memvisualisasikan proses
kerja gaya kohesi (tarik
menarik antar partikel) dan
adhesi (tarik menarik antar
partikel dan air) dengan
kelembaban tanah. Tanah
dengan konsistensi yang baik
umumnya dapat dengan mudah
diolah dan dijadikan
media tanam pertumbuh
BAB III. METODOLOGI
Praktikum kadar lengas dan pH tanah ini dilakukan pada hari Kamis, 2 Maret 2023
13:50 - 15:30 WIB Di Laboratorium tanah kampus Politeknik LPP Yogyakarta.

adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum

Cara Kerja Mencari Konsistensi Tanah Kering


a. Ambil agregat tanah (diameter bongkah), kemudian tekan antara
ibu jari dan telunjuk

b. Ikuti kelas konsistensi pada tabel berikut

Kelas
Ditekan antara Hancur
Konsistensi
Tanpa ditekan Lepas –lepas
Ibu jari dan telunjuk Sedikit ditekan Lunak

Tekanan kuat Agak Keras

Tekanan kuat Keras


Pangkal telapak tangan
dengan ibu jari Tidak hancur Sangat keras

Cara Kerja Mencari Konsistensi Tanah Basah

1. Ambil contoh tanah kering udara diameter 2mm secukupnya (silahkan diletakkan
pada cawan porselein)
2. Tambahkan air secukupnya dengan aquadest, dan campur hingga homogen menjadi
pasta seperti adonan kue (kondisi kapasitas lapang)
3. Bedakan tingkat kelekatan dan plastisitas (mudah tidaknya tanah dibentuk) antar jenis
tanah dengan menggosok-gosokkan tanah antara jari telunjuk dan ibu jari. Amati sisa
pasta tanah yang menempel pada permukaan kedua jari. Ikuti kriteria dari tabel dan
catat tingkat kelekatan tanah sesuai dengan tabel di bawah (kelekatan)

4. Buat pipa tanah (seperti bakmi) setebal ± Ø 2 – 3 mm, kemudian ikuti kriteria dari
tabel dan catat tingkat kelekatan tanah (plastisitas)

Kenampakan Kelekatan
1. Tidak ada tanah yang menempel Tidak lekat
2. Menempel sedikit Agak lekat
3. Menempel banyak di salah satu jari, jari yang Lekat
lain sedikit
4. Menempel banyak di kedua jari Sangat lekat
Kenampakan Plastisitas
1. Tidak dapat dibuat pipa Tidak plastis
2. Pipa retak-retak, tidak dapat dibuat bentuk Agak plastis
tertentu
3. Dapat dibentuk bentuk tertentu seperti O, S Plastis
atau 8
4. Dapat dibentuk bentuk tertentu seperti O, S Sangat plastis
atau 8 tanpa retak

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
Tabel 1. Konsistensi Tanah Masing-Masing Kelompok
Konsistensi Basah
Jenis Tanah Kelompok Konsistensi
Kering Kelekatan Plastisitas
Inseptisol
1 Sangat Keras Sangat Lekat Sangat Plastis
Bantul
Vertisol
2 Keras Sangat Lekat Sangat Plastis
Moyudan
Inceptisol
3 Agak Keras Lekat Agak Plastis
Merapi
Entisol Samas 4 Lepas-lepas Agak Lekat Tidak Plastis
Andisol
5 Lunak Tidak lekat Tidak Plastis
Merapi
Inceptisol
6 Keras Lekat Sangat Plastis
Berbah

B. Pembahasan

Konsistensi merupakan sifat fisik tanah yang menunjukkan derajat adhesi dan kohesi
zarah-zarah pada berbagai tingkat kelengasan tanah. Setiap jenis tanah memiliki konsistensi
tanah yang berbeda-beda. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah antara lain
adalah tekstur tanah, struktur tanah, jumlah koloid-koloid anorganik dan organik, kondisi
kelengasan tanah (kering, lembab, basah), serta kandungan air tanah. Dengan berkurangnya
kandungan air, umumnya tanah akan kehilangan sifat melekatnya dan sifat plastisnya, dan
juga dapat menjadi gembur dan lunak dan akhirnya jika kekurangan air akan menjadi keras
dan koheren.

Dari hasil percobaan pada konsistensi kering, jenis Inceptisol Bantul, konsistensinya
sangat keras, karena ketika ditekan antara pangkal telapak tangan kiri dengan ibu jari kanan,
meskipun ditekan kuat tetapi bongkah tanah-tanah tersebut tidak hancur. Sedangkan Vertisol
Moyudan, dan Inceptisol Berbah konsistensinya adalah keras, karena ketika ditekan antara
pangkal telapak tangan kiri dengan ibu jari kanan tanah tersebut hancur namun masih
berbentuk bongkah-bongkah yang cuckup besar. Keempat jenis tanah tersebut memiliki
konsistensi keras karena dipengaruhi oleh terkstur tanahnya yaitu didominasi oleh lempung,
struktur tanahnya yang mampat (gumpal kuat), kondisi kelengasan yang tanahnya yang
kering, serta kandungan air tanahnya yang bisa dikatakan tidak ada. Untuk Inceptisol Merapi
konsistensinya agak keras, karena tanahnya hancur ketika ditekan kuat antara ibu jari dengan
jari telunjuk. Pada Andisol Merapi konsistensinya lunak, karena ketika sedikit saja ditekan
dengan ibu jari dan jari telunjuk tanahnya sudah hancur. Sedangkan pada tanah berjenis
Entisol Samas konsistensinyaialah remah, karena tanpa ditekan tanah tersebut sudah hancur.

Kemudian pada penentuan konsistensi basah dapat dilihat dari kelekatan dan
plastisitasnya. Pada Inceptisol Bantul dan Vertisol Moyudan, ketika digosok-gosok diantara
ujung ibu jari dan jari telunjuk, tanahnya menempel banyak di salah satu jari, jari yang
satunya sedikit, dan ketika dibuat pipa dapat dibentuk bentuk tertentu, seperti O, S, atau 8.
Maka Inceptisol Bantul dan Vertisol Moyudan disebut sangat lekat dan sangat plastis. Pada
Inceptisol Berbah dan Inceptisol Merapi, ketika digosok-gosok diantara ibu jari dan jari
telunjuk, tanahnya akan menempel banyak di salah satu jari dan pada jari satunya hanya
sedikit, dan ketika dibuat pipa, dapat dibentuk bentuk tertentu seperti O, S, atau 8 tanpa retak
namun inceptisol ketika dibentuk O terdapat keretakan, sehingga Inceptisol Berbah tingkat
kelekatannya adalah lekat, dan plastisitasnya adalah sagat plastis sedangkan Inceptisol
Merapi tingkat kelekatannya adalah lekat namun plastisitasnya adalah agak plastis. Pada
Entisol Samas, tanahnya tidak dapat dibentuk, sehingga platisitasnya disebut tidak plastis.
Ketika digosok-gosok diantara ujung ibu jari dengan jari telunjuk tanah Entisol Samas
menempel sedikit pada ibu jari, maka tingkat kelekatannya adalah agak lekat. Kemudian
untuk Andisol Merapi, ketika tanahnya digosok-gosokkan diantara ujung ibu jari dengan jari
telunjuk tidak ada tanah yang menempel, sehingga kelekatannya disebut tidak lekat. Selain
itu, Andisol Merapi juga tidak dapat dibuat pipa sehingga plastisitasnya disebut tidak plastis.

Jadi jika diurutkan tingkat kelekatannya dari yang sangat lekat adalah Inceptisol
Bantul > Vertisol Moyudan > Inceptisol Berbah > Inceptisol Merapi > Entisol Samas >
Andisol Merapi. Kemudian jika diurutkan berdasarkan plastisitasnya dari yang sangat plastis
adalah Inceptisol Bantul > Vertisol Moyudan > Inceptisol Berbah > Inceptisol Merapi >
Entisol Samas > Andisol Merapi. Menurut hal tersebut, dapat diketahui bahwa tanah yang
kandungan lempungnya tinggi mempunyai gaya adhesi terhadap benda lain (misal air) yang
tinggi, sangat mudah untuk dibentuk, ikatan massa tanah dalam kondisi kering yang sangat
keras, sehingga pengolahan tanah dalam keadaan basah ataupun kering adalah sulit.
Sedangkan tanah yang kandungan pasirnya tinggi sulit diubah bentuknya (lepas-lepas), ikatan
massa tanahnya sangat lemah sehingga dapat dihancurkan dengan mudah, maka
pengolahannya pun mudah, namun boros air atau cepat kering.

Dalam bidang pertanian, konsistensi tanah penting untuk menentukan cara


pengolahan tanah yang baik dan benar, penting bagi penetrasi akar tanamandi lapisan bawah
dan kemampuan tanah menyimpan lengas, serta untuk design alat-alat pertanian.

Metode yang digunakan untuk menentukan konsistensi tanah dalam praktikum ini
adalah metode kualitatif, karena banyak keuntungan yang bisa didapat dari metode ini, antara
lain adalah alat yang digunakan sangat sederhana dan mudah didapat, cara penentuannya
sederhana dan tidak rumit, namun demikian juga terdapat kerugian dalam metode ini, yaitu
hasil yang diperoleh kurang akurat karena penilaian yang subjektif.

Terdapat hubungan yang erat antara struktur, tekstur, dan konsistensi tanah, contoh
hubungan tiga sifat fisik tanah tersebut adalah jika suatu tanah yang teksturnya pasir maka
akan memiliki struktur butir tunggal dan sifat konsistensi lepas-lepas. Sebaliknya tanah yang
bertekstur lempung akan mempunyai struktur gumpal dan mempunyai konsistensi agak
teguh-teguh (kering) dan plastis bila basah.
BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan
Simpulan dari praktikum yang sudah dilakukan yaitu Tanah adalah kumpulandari
bagian-bagian padat yang tidak terikat antara satu dengan yang lain(diantaranya mungkin
material organik) dan rongga-rongga diantara bagian- bagian tersebut berisi udara dan
air.melakukan sidik cepat penetapan tektur, struktur dan konsistensi tanahtidaklah rumit tetapi
harus memilki kepekaran peraba yang tinggi dan kekuatanmenganlisis sampel tanah. Pada
praktikum ini terdapat 3 lapisan horison, yaituhorison A, horison B, Horison C. tiap-tiap
lapisan horison tersebut mempunyaitekstur, struktur, warna, dan konsistensi yang berbeda-
bedayang di akibatkanadanya campuran bahan-bahan organik. Karakteristik tanah terdiri dari
ataskarakter eksternal dan karakter internal. Karakteristik tanah tersebut sepertitekstur tanah
dan yang lainnya dan tingkat perkembangan tanah dapat dinyatakan berdasarkan susunan
atau horizon tanah.

B. Saran
a) Sebaiknya jangan berlebihan menuangkan aquades ke dalam sampel tanah yang akan
menyebabkan tanah menjadi cair
b) Teliti dalam menentukan konsistensi tanah agar tidak terjadi kesalahan dalam data
yang diambil

DAFTAR PUSTAKA
Andi, Tealaumbanua. 2019. Konsistensi tanah dan angka Attenberg. Yogyakarta : Universitas
Gadjah Mada
Darmawijaya, 2017. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Ferizal, M. 2016. Arang Hayati (Biochar) sebagai Bahan Pembenah Tanah. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Aceh. Edisi Khusu Penas XIII. 2hlm.
Muiz, Adam. 2016. Pengertian Tanah dan Komponen Komponennya.
https://jagad.id/pengertian-tanah-dan-komponen-komponennya/. Diakases pada Senin,
13 Maret 2023, pukul 23.26 WIB
Nadya N, Sari. 2022. Jurnal penelitian penetapan konsistensi tanah. Surabaya: Universitas
pembangunan Surabaya “Veteran”

LAMPIRAN
LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR ILMU TANAH DAN PEMUPUKAN

TEKSTUR TANAH KUALITATIF DAN KUANTITATIF

Nama:

ANDRE ASDIANTO (2204002)


BAGUS DWI NUGROHO (2204010)
DHAFA FADHILAH RAMADHAN (2204015)
GILANG RAMADHAN (2204024)

BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN D III


POLITEKNIK LPP YOGYAKARTA
2023
Abstrak
Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-butir tanah
dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Keadaan tersebut ditunjukkan dari
daya tahan tanah terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Gaya yang akan mengubah
bentuk tersebut misalnya pencangkulan, pembajakan, dan penggaruan. Penetapan
konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi, yaitu: basah, lembab, dan kering.
Konsistensi basah merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah di
atas kapasitas lapang (field cappacity). Perbandingan relative dari fraksi pasir, debu, dan
lempungan akan membentuk tekstur tanah. Tekstur tanah terkait erat dengan plastisitas,
permeabilitas, kekerasan, kemampuan mengikat air, kesuburan, dan produktivitas. Tekstur
dan fraksi sangat mempengaruhi kesuburan tanah.
Kata Kunci: Konsistensi, Tekstur tanah, Fraksi pasir, Fraksi debu, Fraksi liat

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsistensi tanah menunjukkan daya kohesi dan adhesi butir-butir tanah dengan
benda yang lain. Hal ini ditunjukkan oleh daya tanah terhadap daya yang akan
mengubah bentuk. Gaya tersebut misalnya pencangkulan, pembajakan. Tanah
mempunyai konsistensi baik pada umumnya mudah diolah atau tidak melekat pada alat
pengolahan tanah.
Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu kualitatif dan
kuantitatif. Penetapan konsistensi secara kualitatif, yaitu dengan cara meremas tanah pada
kondisi basah, lembab dan kering. Sedangkan penetapan konsistensi secara
kuantitaif yaitu dengan pendekatan angka atterberg, yaitu menentukan batas cair,
batas lekat, batas gulung, dan batas berubah warna.
Konsistensi tanah sangat mempengaruhi dalam mendukung partumbuhan
tanaman dan menentukan kemampuan tanah di lahan pertanian. Pada pertumbuhan
tanaman, konsistensi mempengaruhi jumlah unsure hara dan air yang akan di serap
oleh tanaman di dalam tanah. Pada tanah, konsistensi dapat menentukan cara
pengolahan yang baik sesuai dengan keadaan tersebut. Oleh karena itu, sangat
penting untuk mengetahui dan memahami tentang konsistensi tanah. Untuk
mengetahui dan memahaminya, maka dilakukanlah praktikum tentang konsistensi
tanah
Tanah itu merupakan suatu sistem mekanik yang kompleks terdiri dari tiga fase yakni
bahan-bahan padat, cair, dan gas. Fase padat yang hampir menempati 50%volume tanah
sebagian besar terdiri dari bahan mineral dan sebagian lainnyabahan organik. Yang
terakhir ini dijumpai dalam jumlah yang besar pada tanahorganik (organosol).
Ditinjau dari segi fisika, tanah mineral adalah campuran dari butir-butir organik,
rapuh bahan organik, udara dan air. Pecahan mineral yang lebih besar biasanya terdapat di
dalamnya dan dilandasi seluruhnya oleh koloid dan bahanlain yang sudah menjadi halus.
Kadang butir-butir mineral yang lebih besar menguasai dan menjadikan tanah berkerikil
atau berpasir. Bahan organik berperansebagai zat perekat untuk meningkatkan butir-butir
individual membentukkelompok atau agregat.
Sifat penting fisika tanah yaitu tekstur tanah dan struktur tanah. Teksturtanah tertuju
pada butir-butir mineral terutama pada perbandingan mineral relatifberbagai golongan
dari tanah tertentu. Tidak kurang pentingnya adalah struktur tanah yaitu masalah
tersusunnya butir-butir tanah dalam golongan dan agregat. Kedua sifat itu bersama-sama
menentukan tidak hanya kemampuan memberikan unsur hara oleh butiran tanah, akan
tetapi juga memberikan udara dan air yang penting untuk kehidupan tanaman.
Tekstur tanah untuk kelompok pasir mencakup semua tanah yang terdiri dari 70 %
atau lebih berat fraksi pasirnya. Untuk kelompok tanah berlempeng, sekurang-kurangnya
mengandung fraksi liat 7 % - 27 %, sedangkan kurangnya 35% liat. Berdasarkan uraian di
atas maka pengamatan mengenai tekstur tanah perlu dilakukan untuk mengetahui dan
melihat perbedaan sifat tekstur pada beberapa jenis tanah
II. TINJAUAN PUSTAKA
Struktur tanah merupakan faktor penting dalam tanah. Struktur tanah memiliki
proses pembentukan yang kompleks dan melibatkan bahan organik serta liat dalam
pembentukannya. Tanah lapisan atas dan lapisan tanah bawah memiliki tahapan
pembentukan struktur tanah yang berbeda, sehingga menyebabkan perbedaan
karakteristik sturktur. Perbedaan karakteristik struktur tanah menyebabkan adanya
fluktuasi kualitas struktur tanah baik dalam arah vertikal maupun horizontal. Pengelolaan
tanah yang sesuai dengan karakteristik struktur tanah penting dilakukan agar fungsi
sumberdaya tanah tidak menurun (Sukmawijaya & Sartohadi, 2019).

Tekstur adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu dan liat, yaitu partikel
tanah yang diameter efektifnya ≤ 2 mm.2. Tekstur tanah dapat dinilai secara kualitatif dan
kuantitatif. Cara kualitatif biasa digunakan survey tanah dalam menetapkan kelas tekstur
tanah di lapangan. Penentuan tekstur suatu contoh tanah secara kuantitatif dilakukan
melalui proses analisis dilaboratorium. Kelas merupakan Kelas tekstur pasir berliat dapat
ditanami tanaman bayam karena mampu memberi ruang gerak bagi akar tanaman bayam
untuk mendapat unsur hara. (Melianus Taplo, dkk, 2019).

Konsistensi tanah merupakan sifat fisik yang memungkinkan terjadinya daerah


adhesi dan kohesi partikel dalam tanah dengan tingkat kelembaban yang berbeda. Sifat-
sifat yang ditunjukan dalam konsistensi adalah keliatan (plasticity), keteguhan (friability),
dan kelekatan (stickness). Penentuan nilai konsistensi dibagi menjadi dua bagian yaitu
kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan angka Attebreg yaitu batas cair (BC), batas
lekat (BL), batas gulung (BG), dan batas perubahan warna (BBW). Bilangan atterberg
memiliki hubungan antara kadar lengan (%) dengan konsistensi tanah, serta pendekatan
tambahan yaitu indeks plastisitas dan waktu olah tanah. (HR. Riyanto, 2022).

Kelas tektstur tanah suatu tanah mengandung 50% pasir, 20% debu, dan 30% liat.
Dari segitiga tekstur dapat dilihat bahwa sudut kanan bawah segitiga menggambarkan 0%
pasir dan sudut kirinya 100% pasir. Temukan titik 50% pasir pada sisi dasar segitiga dan
dari titik ini tarik garis sejajar dengan sisi kanan segitiga (ke kiri atas). Kemudian
temukan titik 20% debu pada sisi kanan segitiga. Dari titik ini tarik garis sejajar dengan
sisi kiri segitiga, sehingga garis ini berpotongan dengan garis pertama. Kemudian
temukan titik 30% liat dan tarik garis ke kanan sejajar dengan sisi dasar segitiga sehingga
memotong dua garis sebelumnya. Dari perpotongan ketiga garis ini, ditemukan bahwa
tanah ini mempunyai kelas tekstur “lempung liat berpasir”. (Andi Telaumbanua, 2019).

Tekstur tanah adalah sifat halus atau kasarnya butiran tanah. Kasar atauhalusnya
tanah ditentukan oleh perimbangan antara pasir, debu, dan liat yangterdapat didalam
tanah. Tekstur tanah juga memberikan pengertian persentaserelatif dari ketiga unsur
batuan yaitu: pasir, geluh, dan lempung (Prawirohatono, 2019). Tekstur tanah
menggambarkan perbandingan relatif pasir, debu, dan liat.Perbandingan antara ketiga
fraksi tersebut menentukan kekasaran dan kehalusansuatu tanah. Untuk kepentinga
pertanian, maka tanah yang ideal yaitu tanah yangmempunyai perbandingan yang
kompoisional diantara ketiga fraksi (Anonim, 2017).
Tekstur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang mempengaruhikepekaan tanah
terhadap erosi dimana tanah dengan tekstur kasar seperti pasiradalah tahan terhadap erosi,
kerena butir-butir yang besar (kasar) tersebutmemerlukan lebih banyak tenaga untuk
mengangkut. Tekstur halus seperti liat, tahan terhadap erosi karena daya rekat yang kuat
sehingga gumpalannya sukar dihancurkan. Tekstur tanah yang paling peka terhadap erosi
adalah debu yangpasir sangat halus. Oleh karena itu makin tinggi kandungan debu dalam
tanah, maka tanah menjadi peka terhadap erosi. Ukuran relatif partikel tanah dinyatakan
dalam istilah tekstur, yangmengacu pada kehalusan atau kekasaran tanah. Lebih khasnya,
tekstur adalahperbandingan relatif pasir, debu, dan tanah liat. Laju dan berapa jauh
berbagaireaksi fisika dan kimia penting dalam pertumbuhan tanaman diatur oleh
teksturkarena tekstur ini menentukan jumlah permukaan tempat terjadinya reaksi
(Foth,2018). Makin kecil ukuran separat (tanah) berarti makin banyak jumlah danmakin
luas permukaannya per satuan bobot tanah, yang menunjukkan makinpadatnya partikel-
partikel per satuan volume tanah. Hal ini berarti makin banyakukuran pori mikro yang
terbentuk, sebaliknya jika ukuran separate makin besar,berarti makin sedikit jumlah dan
makin sempit luas permukaannya. (Ali, 2017). Tanah yang didominasi pasir akan
mempunyai banyak pori-pori makro(besar) disebut lebih poreus, tanah yang didominasi
debu akan banyak mempunyaipori-pori meso (sedang) agak poreus, sedangkan yang
didominasi liat akan banyakmempunyai pori-pori mikro (kecil) atau tidak poreus. Hal ini
berbanding terbalikdengan luas permukaan yang terbentuk, luas permukaan
mencerminkan luas situsyang dapat bersentuhan denga air, energi, atau bahan lain.
Sehingga makindominan fraksi pasir akan makin kecil daya menahan tanah terhadap
ketigamaterial ini. (Ali, 2017)
Dalam mengolah tanah
dibutuhkan perlakuan yang
tepat guna membantu
tingkat keberhasilan
penanaman. Pengolahan
tanah sebagai media
penanaman
baiknya dilakukan dalam
kondisi kapasitas air yang
tepat, dimana tidak terlalu
kering dan tidak terlalu basah
yang disebut dengan
konsistensi tanah. Konsistensi
tanah merupakan salah satu
dari sifat fisik tanah lainnya
yang memvisualkan tingkat
ketahanan tanah ketika
mendapatkan gaya atau
tekanan eksternal dimana
memvisualisasikan proses
kerja gaya kohesi (tarik
menarik antar partikel) dan
adhesi (tarik menarik antar
partikel dan air) dengan
kelembaban tanah. Tanah
dengan konsistensi yang baik
umumnya dapat dengan
mudah diolah dan dijadikan
media tanam pertumbuhan
dan perkembangan tanam
Dalam mengolah tanah
dibutuhkan perlakuan yang
tepat guna membantu
tingkat keberhasilan
penanaman. Pengolahan
tanah sebagai media
penanaman
baiknya dilakukan dalam
kondisi kapasitas air yang
tepat, dimana tidak terlalu
kering dan tidak terlalu basah
yang disebut dengan
konsistensi tanah. Konsistensi
tanah merupakan salah satu
dari sifat fisik tanah lainnya
yang memvisualkan tingkat
ketahanan tanah ketika
mendapatkan gaya atau
tekanan eksternal dimana
memvisualisasikan proses
kerja gaya kohesi (tarik
menarik antar partikel) dan
adhesi (tarik menarik antar
partikel dan air) dengan
kelembaban tanah. Tanah
dengan konsistensi yang baik
umumnya dapat dengan
mudah diolah dan dijadikan
media tanam pertumbuhan
dan perkembangan tanam
Dalam mengolah tanah
dibutuhkan perlakuan yang
tepat guna membantu
tingkat keberhasilan
penanaman. Pengolahan
tanah sebagai media
penanaman
baiknya dilakukan dalam
kondisi kapasitas air yang
tepat, dimana tidak terlalu
kering dan tidak terlalu basah
yang disebut dengan
konsistensi tanah. Konsistensi
tanah merupakan salah satu
dari sifat fisik tanah lainnya
yang memvisualkan tingkat
ketahanan tanah ketika
mendapatkan gaya atau
tekanan eksternal dimana
memvisualisasikan proses
kerja gaya kohesi (tarik
menarik antar partikel) dan
adhesi (tarik menarik antar
partikel dan air) dengan
kelembaban tanah. Tanah
dengan konsistensi yang baik
umumnya dapat dengan
mudah diolah dan dijadikan
media tanam pertumbuhan
dan perkembangan tanam
Dalam mengolah tanah
dibutuhkan perlakuan yang
tepat guna membantu
tingkat keberhasilan
penanaman. Pengolahan
tanah sebagai media
penanaman
baiknya dilakukan dalam
kondisi kapasitas air yang
tepat, dimana tidak terlalu
kering dan tidak terlalu basah
yang disebut dengan
konsistensi tanah. Konsistensi
tanah merupakan salah satu
dari sifat fisik tanah lainnya
yang memvisualkan tingkat
ketahanan tanah ketika
mendapatkan gaya atau
tekanan eksternal dimana
memvisualisasikan proses
kerja gaya kohesi (tarik
menarik antar partikel) dan
adhesi (tarik menarik antar
partikel dan air) dengan
kelembaban tanah. Tanah
dengan konsistensi yang baik
umumnya dapat dengan
mudah diolah dan dijadikan
media tanam pertumbuhan
dan perkembangan tanam
Dalam mengolah tanah
dibutuhkan perlakuan yang
tepat guna membantu
tingkat keberhasilan
penanaman. Pengolahan
tanah sebagai media
penanaman
baiknya dilakukan dalam
kondisi kapasitas air yang
tepat, dimana tidak terlalu
kering dan tidak terlalu basah
yang disebut dengan
konsistensi tanah. Konsistensi
tanah merupakan salah satu
dari sifat fisik tanah lainnya
yang memvisualkan tingkat
ketahanan tanah ketika
mendapatkan gaya atau
tekanan eksternal dimana
memvisualisasikan proses
kerja gaya kohesi (tarik
menarik antar partikel) dan
adhesi (tarik menarik antar
partikel dan air) dengan
kelembaban tanah. Tanah
dengan konsistensi yang baik
umumnya dapat dengan
mudah diolah dan dijadikan
media tanam pertumbuhan
dan perkembangan tanam
Dalam mengolah tanah
dibutuhkan perlakuan yang
tepat guna membantu
tingkat keberhasilan
penanaman. Pengolahan
tanah sebagai media
penanaman
baiknya dilakukan dalam
kondisi kapasitas air yang
tepat, dimana tidak terlalu
kering dan tidak terlalu basah
yang disebut dengan
konsistensi tanah. Konsistensi
tanah merupakan salah satu
dari sifat fisik tanah lainnya
yang memvisualkan tingkat
ketahanan tanah ketika
mendapatkan gaya atau
tekanan eksternal dimana
memvisualisasikan proses
kerja gaya kohesi (tarik
menarik antar partikel) dan
adhesi (tarik menarik antar
partikel dan air) dengan
kelembaban tanah. Tanah
dengan konsistensi yang baik
umumnya dapat dengan
mudah diolah dan dijadikan
media tanam pertumbuhan d
III. METODOLOGI
Praktikum tekstur tanah kualitatif dan kuantatif ini dilakukan pada hari Jumat, 24
Maret 2023 10:00 - 11:30 WIB Di Laboratorium tanah kampus Politeknik LPP
Yogyakarta.
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum:
a. Sampel tanah diameter 2 mm
b. Aquades
c. Cawan porselen
Cara kerja dalam praktikum ini adalah:

a. Ambil segenggam tanah, masukkan ke dalam cawan porselein

b. Tambahkan aquades sedikit demi sedikit, hingga rata (usahakan


jangan kebanyakan air ataupun kelebihan, jika kelebihan air
tambahkan lagi tanah) c.
c. Ikuti bagan alir dibawah ini dan tentukan kelas teksturnya
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabel 1. Konsistensi Tanah Masing-Masing Kelompok

Jenis Tanah Kelompok Tekstur

Inseptisol Bantul 1 Lempung Pasiran


Vertisol Moyudan 2 Lempung
Inceptisol Merapi 3 Geluh Lempung
Entisol Samas 4 Pasir
Andisol Merapi 5 Lempung Pasiran
Inceptisol Berbah 6 Geluh Lempung Pasiran

B. Pembahasan

Tektur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang menunjukkan komposisi
partikel penyusun tanah yang dinyatakan sebagai perbandingan proposi tanah fraksi pasir, d
ebu dan liat. Tektur tanah sangat menentukan tingkat pertumbuhan tanaman dan penyerapan
air serta mineral. Tekstur tanah berpengaruh terhadap ketersediaan air yang ada di dalam
tanah, semakin besar maka akan semakin porus. Semakin akar akan mudah melakukan
penetrasi. Untuk mengetahui peranan tekstur tanah bagi ketersediaan air, untuk hara dan
pertumbuhan tanaman, maka pentingnya dilakukan pengamatan tekstur tanah ini. Sehingga
jika kita bisa memahami dan mengetahui berbagai macam tekstur tanah itu sendiri,
sehingga akan menjadi optimal.

Keadaan tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap keadaan sifat-sifat tanah yang
lain seperti struktur tanah, permeabilitas tanah, porositas dan lain-lain. Tekstur tanah juga
sangat berpengaruh bagi kesuburan tanah. Kesuburan tanah ditentukan oleh tekstur tanah
yang memiliki komposisi faraksi yang ideal. Dengan demikian, tanah yang subur akan
berpengaruh banyak terhadap pertumbuhan dan kesuburan tanaman karena tekstur
menentukan cepat lambatnya air meresap (daya serap air) ke dalam pori-pori tanah,
besarnya aerasi, infiltrasi, perlokasi, ketersediaan udara dan unsur hara untuk respirasi
tanaman dan dapat mempengaruhi sistem perakaran tanaman. Tekstur juga bisa digunakan
sebagai kriteria dalam klasifikasi tanah maupun kesesuaian lahan.

Tanah terdiri dari butir-butir yang berbeda dalam ukuran dan bentuk, sehingga
diperlukan istilah-istilah khusus yang memberikan ide tentang sifat teksturnya dan akan
memberikan petunjuk tentang sifat fisiknya. Untuk ini digunakan nama kelas seperti pasir,
debu, liat dan lempung. Fraksi pasir umumnya didominasi oleh mineral kuarsa yang sangat
tahan terhadap pelapukan, sedangkan fraksi debu biasanya berasal dari mineral yang cepat
lapuk, pada saat pelapukannya akan membebaskan sejumlah hara, sehingga tanah
bertekstur debu umumnya lebih subur ketimbang tanah bertekstur pasir.

1. Hal-hal Yang Mempengaruhi Tekstur Tanah


Faktor yang mempengaruhi tekstur tanah antara lain iklim, bahan induk, organisme,
dan topografi. 1). Jika kondisi iklim hujan maka tanah selalu dalam keadaan basah, hal ini
dapatmempengaruhi keadaan tekstur tanah dan akan terjadi proses pencucian (leaching). 2).
Organisme, keberadaan organisme dapat menjadikan tekstur tanah menjadi semakin subur
karena organisme dapat menjadi kompos dan pengurai. 3). Jika bahan induk tanah berasal
dari batuan maka tekstur tanah akan cenderung memiliki pori-pori yang besar. 4).
Topografi, berubahnya muka bumi akan mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk pada
tekstur tanah, misalnya dalam hal kepadatan dan bentuk strukturnya. Waktu Semakin lama
suatu tanah di permukaan bumi maka teksturnya akan semakin padat karena adanya
pengaruh dari kekuatan luar misalnya organisme. Sedangkan faktor yang dipengaruhi oleh
tekstur tanah antara lain konsistensi, semakin liat suatu tekstur maka konsistensi akan
semakin besar, sebaliknya jika tekstur memiliki pori-pori yang renggang dan permukaan
luas maka kosistensi akan semakin kecil. Semakin liat tekstur tanah maka air yang tersedia
akan semakin banyak didalamnya karena pada tekstur liat dapat mengikat air lebih kuat
dengan pori-porinya yang halus dan padat

2. Masing-masing Tanah Memiliki Kelas Tekstur Yang Berbeda

Tanah dari berbagai daerah yang berbeda pasti memiliki kelas tekstur yang berbeda
pula, karena hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi tekstur tanah
tersebut antara lain komposisi mineral dan batuan atau bahan induk, sifat dan proses
cepatnya pembentukan tanah lokal, serta umur relatif tanah. Penentuan tekstur tanah dapat
ditentukan dengan metode analisis kualitatif, dengan merasakan tanah langsung
menggunakan jari tangan sehingga dapat diketahui tingkat kehalusan dan kekasarannya.
Hal ini disebabkan karena penentuan tekstur tanah merupakan perbandingan fraksi tanah
yang meliputi kandungan liat, debu, dan pasir dalam suatu massa tanah yang memiliki
bentuk partikel yang berbeda-beda. Bila terasa halus maka tanah memiliki kandungan liat
yang dominan dan bila kasar maka kandungan pasirnya dominan.

3. Pengaruh Kualitas Tekstur Terhadap Kualitas Tanah Dan Pengelolaannya

Tekstur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang sangat menentukan
kemampuan tanah untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Tekstur tanah yang berbeda
akan mempengaruhi kemampuan tanah menyimpan dan menghantarkan air, menyimpan
dan menyediakan hara tanaman yang berbeda pula. Tekstur tanah memiliki peran dalam
penentuan tata air dalam tanah, yaitu berupa kecepatan infiltrasi, penetrasi dan kemampuan
pengikatan air oleh tanah. Terjadi tidaknya aliran permukaan, tergantung pada dua sifat
yang dipunyai oleh tanah tersebut, yaitu kapasitas infiltrasi yaitu kemampuan tanah untuk
meresapkan air dan permeabilitas dari lapisan tanah yang berlainan, yaitu kemampuan
tanah untuk meluluskan air atau udara ke lapisan bawah profil tanah, sehingga kualitas
tekstur tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang akan ditanam.

Tanah bertekstur pasir yaitu tanah dengan kandungan pasir >70 %, prositasnya
rendah (35 % kemampuan menyimpan air dan hara tanaman tinggi. Air yang ada diserap
dengan energi yang tinggi, sehingga liat sulit dilepaskan terutama bila kering sehingga
kurang tersedia untuk tanaman. Tanah liat juga disebut tanah berat. Tanah berlempung,
merupakan tanah dengan proporsi pasir, debu, dan liat sedemikian rupa sehingga sifatnya
berada diantara tanah berpasir dan berliat. Jadi tata udara serta udara cukup baik,
kemampuan menyimpan dan menyediakan air untuk tanaman tinggi (Musdalipa,2018).
Perbedaan tekstur tanah tersebut dapat mengakibatkan berbedanya cara dalam pengolahan
tanahnya karena tanah tersebut membutuhkan bahan yang berbeda dalam proses perbaikan
strukturnya.

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu kualitatif dan
kuantitatif. Penetapan konsistensi secara kualitatif, yaitu dengan cara meremas tanah pada
kondisi basah,lembab dan kering. Sedangkan penetapan konsistensi secara
kuantitaif yaitu dengan pendekatan angka atterberg, yaitu menentukan batas cair, batas
lekat, batas gulung, dan batas berubah warna. Tekstur adalah perbandingan relatif antara
fraksi pasir, debu dan liat, yaitu partikel tanah yang diameter efektifnya ≤ 2 mm.2.
Tekstur tanah dapat dinilai secara kualitatif dan kuantitatif. Cara kualitatif biasa digunakan
survey tanah dalam menetapkan kelas tekstur tanah di lapangan.Penentuan tekstur suatu
contoh tanah secara kuantitatif dilakukan melalui proses analisis dilaboratorium.Kelas
merupakan Kelas tekstur pasir berliat dapat ditanami tanaman bayam karena mampu
memberi ruang gerak bagi akar tanaman bayam untuk mendapat unsur hara

B. Saran
1) Sebaiknya jangan meletakkan aquades terlalu banyak
2) Jika sudah terlanjur maka tambahkan sedikit sampel kedalam cawan tersebut
3) sebaiknya penelitian ini dilakukan dengan menggunakan hati

DAFTAR PUSTAKA

Andi Telaumbanua, 2019. Struktur Dan Tekstur Tanah Bab 2. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada Jurnal web.
Anonim, 2017.Tekstur Tanah. Diakses pada 6 April 2011. Pukul 17.00 WITA. Makassar.
Ali Hanafiah, Kemas. 2017. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: CV RajaGrafindo Persada
Foth, H.D. 2018. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press
HR. Hariyanto, 2022. Karakteristik Tanah. Jakarta: Repository Universitas Nasional.
Melianus Taplo, Joice M. Supit, Sandra. E. Pakasi, 2019. Kajian Sifat Fisik Tanah Pada
Tanaman Bayam (Amarantus Sp.) Di Desa Kalasey Kecamatan Mandolang
Kabupaten Minahasa. Manado: Universitas Syam Ratulangi.
Musdalipa, A. 2018. Pengaruh Sifat Fisik Tanah Dans Istem Perakaran Vegetasi Terhadap
Laju Infiltrasi. Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar. Makassar.

Prawirohatono, 2019.Batuan Pembentuk Tanah. Jakarta: CV Rajawali.

Sukmawati, Sartohadi, 2019. Pengantar Geografi Tanah. Yogyakarta: Universitas Gadjah


Mada Jurnal.

LAMPIRAN
LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR ILMU TANAH DAN PEMUPUKAN

PENGAPURAN TANAH

Nama:

ANDRE ASDIANTO (2204002)


BAGUS DWI NUGROHO (2204010)
DHAFA FADHILAH RAMADHAN (2204015)
GILANG RAMADHAN (2204024)

BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN D III


POLITEKNIK LPP YOGYAKARTA
2023
Abstrak
Pengapuran tanah adalah pemberian pupuk kedalam tanah untuk meningkatkan pH tanah.
Salah satu faktor dalam menghambat peningkatan produksi tanaman yaitu karena adanya
masalah kemasaman tanah, tanah asam memberikan pengaruh yang buruk pada
pertumbuhan tanman sehingga hasil yang dicapai tidak maksimal. Untuk memperbaiki
masalah kemasaman tanah perlu usaha pemberian kapur kedalam tanah. Manfaat dari
pengapuran tanah adalah mengubah tingkat kemasaman tanah yang semula tinggi menjadi
netral.
Kata Kunci: Pengapuran, Pengasaman Tanah, Pemupukan

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada proses pengolahan tanah seringkali kali pekebun dianjurkan buat melakukan
pengapuran tanah selain pemupukan serta penggemburan. Pengapuran tanah mempunyai
fungsi krusial buat tanah dengan kondisi pH yang tak sesuai, mirip tanah asam atau basa.
namun, pada Indonesia lebih seringkali dijumpai syarat tanah yang asam. Pengapuran
harus dilakukan sinkron menggunakan takaran anjuran atau sinkron menggunakan
kondisi tanah. berikut adalah cara pemberian kapur yg sahih supaya tidak merugikan
tanah (Zulheri Noer, 2022).

Salah satu permasalahan yang kerap kali terjadi pada lahan pertanian adalah
tingkat kemasaman (pH) tanah yang tidak cocok untuk tanaman budidaya. Tingkat
kemasaman (pH) yang tidak sesuai dengan tanaman budidaya menyebabkan pertumbuhan
dan produktivitas tanaman menjadi terhambat. Rendahnya pH tanah disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain adanya unsur-unsur tertentu seperti aluminium (Al), besi (Fe),
dan mangan (Mn) yang bersifat racun bagi tanaman (Tania, 2020).

Pengasaman tanah adalah proses alami permanen yang ada di sebagian besar
tanah yang digunakan untuk produksi tanaman. Jika langkah-langkah yang tepat untuk
koreksi keasaman tanah yang berlebihan tidak diterapkan, maka tanah itu akhirnya akan
menjadi lebih masam. Dalam meningkatkan kesuburan tanah masam melalui penerapan
bahan pengapuran yang berbeda adalah praktik yang diakui secara luas untuk
meningkatkan produktivitas tanah dan tanaman dengan melakukan 4 ketentuan yaitu
dosis yang tepat, cara yang tepat, waktu yang tepat, dan kondisi yang tepat (Amsar
Maulana, dkk. 2020).

B. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui pengaruh pH tanah terhadap pertumbuhan tanaman.
2. Mahasiswa mengetahui manfaat pengapuran, cara dan sumber kapur.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Anjuran pengapuran tanah di Indonesia dimulai pada tahun 80-an, bersamaan dengan
perkembangan pertanian yang begitu cepat yang terkenal dengan istilah “revolusi hijau”.
Dengan pertimbangan ketersediaan sumber bahan bakunya yang melimpah, kapur pertanian
yang hingga kini digunakan adalah Kalsit [CaCO3] dan Dolomit [CaMg(CO3)2]

Pengapuran merupakan salah satu teknologi yang dilakukan untuk memperbaiki tanah
asam. Bahan untuk pengapuran diantaranya adalah dolomit, kapur bangunan, kapur bakar dan
kalsium silikat. Ukuran partikel atau tingkat kehalusan kapur yang digunakan dapat
memberikan petunjuk tentang jumlah bahan yang dapat diharapkan mengoreksi kemasaman
tanah. Pada ukuran yang halus, kapur lebih cepat bereaksi, sehingga cepat dalam mengubah
kemasaman tanah (Rosmaiti, dkk, 2017).

Pengaplikasian kapur pertanian yang paling efektif adalah disebarkan secara merata
ke seluruh lahan sebelum pengolahan tanah. Dengan maksud agar kapur akan bereaksi di
lapisan olah hingga kedalaman 20 cm, yakni di seluruh zona perakaran tanaman. Persyaratan
lainnya agar bahan kapur bisa segera bereaksi di dalam tanah adalah tanah harus dalam
kondisi lembab. Jika kondisi tanahnya kering dan berharap ingin segera dilakukan
penanaman, maka dianjurkan untuk melakukan penyiraman air ke seluruh permukaan tanah
setelah selesai pengolahan tanah.

Pengapuran tanah merupakan upaya untuk menaikkan pH tanah dengan cara


menambahkan kapur ke dalam tanah. Tujuan utama dari pengapuran ini adalah untuk
meningkatkan pH tanah dari pH masam menjadi pH netral.

Tanah menjadi faktor penting dalam budi daya tanaman, karena tanah adalah tempat
media tumbuh tanaman yang dimana tanaman akan mendapatkan nutrisi untuk pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Semakin baik kondisi tanah maka semakin baik pertumbuhan
dan perkembangan tanaman.

1. Pengapuran Tanah Masam


Menurut Hanafiah (2017), pengapuran tanah masam secara umum bertujuan untuk:
(1) meningkatkan pH tanah, (2) kejenuhan basa meningkat, (3) ketersediaan hara bagi
tanaman meningkat, (4) potensi toksik dari unsur mikro atau unsur toksik (seperti Al)
menjadi tertekan, (5) dengan membaiknya sifat kimiawi tanah, maka aktivitas mikrobia
dalam penyediaan hara dan zat peranngsang tumbuh juga membaik, dan (6) pertumbuhan
dan produksi tanaman yang optimum. Pengapuran pada tanah-tanah masam dapat
memperbaiki kesuburan tanah tersebut, akibat pengapuran akan tergiat kehidupan jasad
renik dan unsur-unsur hara makro menjadi lebih tersedia bagi tanaman. Dengan adanya
pengapuran pada tanah masam, absorpsi unsur-unsur Mo, P, dan Mg akan meningkat dan
pada waktu yang bersamaan akan menurunkan secara nyata konsentrasi Fe, Al, dan Mn
yang dalam keadaan sangat masam unsur-unsur ini dapat mencapai konsentrasi yang
bersifat racun bagi tanaman (Sutedjo, 2018).

2. Pengaruh kapur terhadap pertumbuhan dan produksi

Menurut Hakim et al. (2018) pengaruh kapur terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman dapat ditinjau dari dua segi, (1) pengaruh langsung, yaitu kapur sebagai sumber
hara Ca dan Mg, dan (2) pengaruh tidak langsung, yaitu berupa perbaikan-perbaikan sifat
dan ciri tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan akar sangat buruk
akibat pH tanah yang rendah dan setelah diatasi dengan pengapuran pertumbuhan akar
sangat bagus, dan juga pengapuran menunjukkan peningkatan pada produksi. Hasil
penelitian di lahan kering Lampung Tengah dan Tulang Bawang memperlihatkan bahwa
penambahan dolomit, pupuk P dan K meningkatkan serapan hara P, K, Ca dan Mg
tanaman pada saat berbunga.

3. Cara dan Waktu Pemberian Kapur

Cara pengapuran merupakan satu faktor yang menentukan tingkat keberhasilan dan
keefisienan pengapuran itu. Pemberian kapur harus mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut: (1) pH yang diperlukan oleh tanaman. Setiap tanaman memerlukan pH yang relatif
berbeda, (2) bentuk kapur dan kehalusannya, (3) jumlah kapur yang diberikan harus
ditetapkan berdasarkan pemikiran yang tepat berapa kenaikan pH yang diinginkan,
struktur, dan kandungan bahan organik tanah. Struktur tanah lapisan olah yang dibentuk
dengan pengolahan tanah tidak selalu seragam bagi masing-masing jenis tanah, kapur.
Biasanya pemberian kapur dilakukan 1-2 minggu sebelum tanambersamaan dengan
pengolahan tanah kedua (penghalusan agregat tanah) sehingga tercampur rata pada seluruh
permukaan tanah olah (Hakim et al. 2018)

4. Pengapuran Perlu Disertai Pemupukan

Pengapuran bukanlah satu-satunya upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan


produktivitas lahan yang ditempati tanah bereaksi masam. Pengapuran yang tidak disertai
pemupukan akan sama buruknya dengan pemupukan yang tidak didahului pengapuran.
Tanah yang dikapur memerlukan tambahan pupuk yang lebih banyak, sehingga dapat
memberikan hasil yang lebih tinggi. Dalam hal ini pemberian kapur yang memperbaiki
daerah jelajah akar yang menyebabkan penyerapan hara meningkat. Dengan kapur
efisiensi pemupukan P lebih meningkat.

5. Pupuk Fosfor

Menurut Sutedjo (2018) pemupukan ialah pemberian/penambahan bahan- bahan/zat-


zat kepada kompleks tanah-tanaman untuk memperlengkapi keadaanunsur hara dalam
tanah yang tidak cukup terkandung di dalamnya.

6. Siklus, Sumber dan Ketersediaan P

Dalam siklus P kadar P-larutan tanah merupakan hasil keseimbangan antara suplai P
dari pelapukan mineral-mineral P, pelarutan (solubilitas) Pterfiksasi dan mineralisasi P-
organik dan kehilangan P berupa immobilisasi oleh tanaman, fiksasi dan pelindian P.
Sumber P utama larutan tanah, disamping dari pelapukan bebatuan/ bahan induk juga
berasal dari mineralisasi P-organik hasil dekomposisi sisa-sisa tanaman yang
mengimmobilisasikan P dari larutan tanah dan hewan. Umumnya kadar P dalam bahan
organik adalah 1% (Hanafiah, 2017)

7. Mekanisme Pemanfaatan P oleh Tanaman dan Peranannya

Unsur P diambil tanaman dalam bentuk ion orthofosfat primer dan sekunder (H2PO4
- atau HPO4 2-). Proporsi penyerapan kedua ion ini dipengaruhi pH area perakaran
tanaman: (1) pada pH rendah, tanaman lebih banyak menyerap ion orthofosfat primer, (2)
pada pH yang lebih tinggi ion orthofosfat sekunder yang lebih banyak diserap tanaman.
Bentuk P lain yang diserap tanaman adalah pirofosfat dan metafosfat, dan P-organik hasil
dekomposisi bahan organik seperti fosfolipid, asam nukleat, dan phytin (Hanafiah, 2017).
Fosfat sangat diperlukan tanaman kedelai, baik untuk pembentukan dan aktivitas nodula
akar maupun kebutuhan tanaman. Di dalam tanah, fosfat bersifat tidak mobil sehingga
pemberian pupuk P sering tidak efektif, dan efisiensinya sangat rendah. Lahan pasang
surut didominasi oleh tanah sulfat masam dan gambut, dan sering dimanfaatkan untuk
tanaman kedelai. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya sebagian pupuk P
yang diberikan diambil oleh tanaman, sisanya dijerap oleh tanah. Semakin besar takaran
pupuk P yang diberikan, semakin besar unsur P yang dijerap tanah. Menurut Sutedjo
(2018) tanaman mengambil P sangat sedikit, yaitu ± 20% dari yang diberikan. Fungsi
fosfor adalah untuk pembelahan sel, pembentukan albumin, pembentukan bunga, buah
dan biji, mempercepat pematangan buah, memperkuat batang, untuk perkembangan akar,
dan sebagainya. Kekurangan unsure fosfor pada tanaman bisa menyebabkan pertumbuhan
kerdil, tepi daun cokelat, sedangkan kelebihan unsur fosfor pada tanaman bisa
menyebabkan penyerapan unsur lain terutama unsur mikro seperti besi (Fe), tembaga
(Cu), danseng (Zn) terganggu.
Dalam mengolah tanah
dibutuhkan perlakuan yang
tepat guna membantu
tingkat keberhasilan
penanaman. Pengolahan
tanah sebagai media
penanaman
baiknya dilakukan dalam
kondisi kapasitas air yang
tepat, dimana tidak terlalu
kering dan tidak terlalu basah
yang disebut dengan
konsistensi tanah. Konsistensi
tanah merupakan salah satu
dari sifat fisik tanah lainnya
yang memvisualkan tingkat
ketahanan tanah ketika
mendapatkan gaya atau
tekanan eksternal dimana
memvisualisasikan proses
kerja gaya kohesi (tarik
menarik antar partikel) dan
adhesi (tarik menarik antar
partikel dan air) dengan
kelembaban tanah. Tanah
dengan konsistensi yang baik
umumnya dapat dengan
mudah diolah dan dijadikan
media tanam pertumbuhan
dan perkembangan tanam
Dalam mengolah tanah
dibutuhkan perlakuan yang
tepat guna membantu
tingkat keberhasilan
penanaman. Pengolahan
tanah sebagai media
penanaman
baiknya dilakukan dalam
kondisi kapasitas air yang
tepat, dimana tidak terlalu
kering dan tidak terlalu basah
yang disebut dengan
konsistensi tanah. Konsistensi
tanah merupakan salah satu
dari sifat fisik tanah lainnya
yang memvisualkan tingkat
ketahanan tanah ketika
mendapatkan gaya atau
tekanan eksternal dimana
memvisualisasikan proses
kerja gaya kohesi (tarik
menarik antar partikel) dan
adhesi (tarik menarik antar
partikel dan air) dengan
kelembaban tanah. Tanah
dengan konsistensi yang baik
umumnya dapat dengan
mudah diolah dan dijadikan
media tanam pertumbuhan
dan perkembangan tanam
Dalam mengolah tanah
dibutuhkan perlakuan yang
tepat guna membantu
tingkat keberhasilan
penanaman. Pengolahan
tanah sebagai media
penanaman
baiknya dilakukan dalam
kondisi kapasitas air yang
tepat, dimana tidak terlalu
kering dan tidak terlalu basah
yang disebut dengan
konsistensi tanah. Konsistensi
tanah merupakan salah satu
dari sifat fisik tanah lainnya
yang memvisualkan tingkat
ketahanan tanah ketika
mendapatkan gaya atau
tekanan eksternal dimana
memvisualisasikan proses
kerja gaya kohesi (tarik
menarik antar partikel) dan
adhesi (tarik menarik antar
partikel dan air) dengan
kelembaban tanah. Tanah
dengan konsistensi yang baik
umumnya dapat dengan
mudah diolah dan dijadikan
media tanam pertumbuhan
dan perkembangan tanam
Dalam mengolah tanah
dibutuhkan perlakuan yang
tepat guna membantu
tingkat keberhasilan
penanaman. Pengolahan
tanah sebagai media
penanaman
baiknya dilakukan dalam
kondisi kapasitas air yang
tepat, dimana tidak terlalu
kering dan tidak terlalu basah
yang disebut dengan
konsistensi tanah. Konsistensi
tanah merupakan salah satu
dari sifat fisik tanah lainnya
yang memvisualkan tingkat
ketahanan tanah ketika
mendapatkan gaya atau
tekanan eksternal dimana
memvisualisasikan proses
kerja gaya kohesi (tarik
menarik antar partikel) dan
adhesi (tarik menarik antar
partikel dan air) dengan
kelembaban tanah. Tanah
dengan konsistensi yang baik
umumnya dapat dengan
mudah diolah dan dijadikan
media tanam pertumbuhan
dan perkembangan tanam
Dalam mengolah tanah
dibutuhkan perlakuan yang
tepat guna membantu
tingkat keberhasilan
penanaman. Pengolahan
tanah sebagai media
penanaman
baiknya dilakukan dalam
kondisi kapasitas air yang
tepat, dimana tidak terlalu
kering dan tidak terlalu basah
yang disebut dengan
konsistensi tanah. Konsistensi
tanah merupakan salah satu
dari sifat fisik tanah lainnya
yang memvisualkan tingkat
ketahanan tanah ketika
mendapatkan gaya atau
tekanan eksternal dimana
memvisualisasikan proses
kerja gaya kohesi (tarik
menarik antar partikel) dan
adhesi (tarik menarik antar
partikel dan air) dengan
kelembaban tanah. Tanah
dengan konsistensi yang baik
umumnya dapat dengan
mudah diolah dan dijadikan
media tanam pertumbuhan
dan perkembangan tanam
Dalam mengolah tanah
dibutuhkan perlakuan yang
tepat guna membantu
tingkat keberhasilan
penanaman. Pengolahan
tanah sebagai media
penanaman
baiknya dilakukan dalam
kondisi kapasitas air yang
tepat, dimana tidak terlalu
kering dan tidak terlalu basah
yang disebut dengan
konsistensi tanah. Konsistensi
tanah merupakan salah satu
dari sifat fisik tanah lainnya
yang memvisualkan tingkat
ketahanan tanah ketika
mendapatkan gaya atau
tekanan eksternal dimana
memvisualisasikan proses
kerja gaya kohesi (tarik
menarik antar partikel) dan
adhesi (tarik menarik antar
partikel dan air) dengan
kelembaban tanah. Tanah
dengan konsistensi yang baik
umumnya dapat dengan
mudah diolah dan dijadikan
media tanam pertumbuhan d
III. METODOLOGI
Praktikum dasar ilmu tanah dan pemupukan pengapuran tanah ini dilakukan pada hari Kamis,
30 Maret 2023 jam 10.00-11.30 WIB di Laboratorium tanah kampus Politeknik LPP
Yogyakarta

A. Cara Kerja

1. Mulai tahapan ini dengan membuat pH tanah awal.

2. Setelah itu, lakukan kegiatan penambahan kapur.

3. Timbang 20 gram tanah , kemudian masukkan ke dalam cepuk plastik.

4. Tambahkan kapur CaCO3 sebanyak 1 gram, buat homogen/ratakan.

5. Tambahkan aquades hingga kapasitas lapang, pastikan semua pori terisi air.

6. Inkubasi selama 2 minggu.

7. Setelah diinkubasi, timbang tanah 10 gram tanah dari yang sudah diberi kapur dari
masing-masing jenis tanah

8. Masukkan ke dalam beaker glass 50ml dan tambahkan aquadest 25 mL. aduk hingga
homogen selama 40 menit.

9. Hentikan pengadukan dan cek pH tanah dengan menggunakan pH meter.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabel 1 Pengaruh Pemberian Kapur Pada pH Tanah

Jenis Tanah Kelompok pH


pH Basah pH awal pH
kering
Inseptisol 2,6
1 7,8 7,8 5,2
Bantul
Vertisol
2 7,8 7,4 5,3 2,5/2,1
Moyudan
Inceptisol
3 7,7 7,5 5 2,7/2,5
Merapi
Entisol
4 7,9 7,9 5,3 2,6
Samas
Andisol
5 8,1 8 5,4 2,7/2,6
Merapi
Inceptisol
6 7,8 7,7 5,1 2,7/2,6
Berbah

B. Pembahasan

pH tanah sangat berpengaruh dalam pertumbuhan tanaman, seperti ketersediaan unsur hara,
pembentukan bintil akar oleh bakteri rhizobiumyang berhubungan dengan fiksasi N
tanaman, juga aktifitas pertumbuhan perkembangan dan populasi rhizobium (Lubis et al,
2015). Rhizobium tidak dapat hidup pada pH ≤ 4,3. Sebab bakteri yang berperan dalam
proses fiksasi N ini peka terhadap kemasaman. Ini jelas memepengaruhi kebutuhan N
tanaman. Tanah masam umumnya memiliki faktor pembatas untuk budidaya tanaman.
Lahan masam mengandung Al yang tinggi berpengaruh terhadap ketersedian unsur hara
fosfor (P) dan juga nitrogen (N). Penggunaan varietas yang toleran merupakan salah satu
cara terbaik dalam memanfaatkan lahan masam. Seperti yang telah disebutkan diatas pH
merupakan faktor yang mempengaruhi ketersediaan unsur hara dalam tanah. Pengaruh pH
tanah dalam ilmu pertanian memiliki peranan yang sangat penting untuk menentukan
mudah atau tidaknya ion ion unsur hara diserap oleh tanaman. Unsur hara merupakan
makanan atau nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman. Umumnya unsur hara akan mudah
diserap tanaman pada pH 6-7, karena pada pH tersebut sebagian besar unsur hara akan larut
dalam air.

Pengapuran dapat meningkatkan pH tanah serta dapat menekan kelarutan unsur-unsur


yang meracuni tanaman. Dengan pengapuran berarti menambahkan unsur yang
mengandung Ca dan Mg ke dalam tanah sehingga dapat meningkatkan ketersediaannya.
Pengapuran lahan pertanian umumnya lebih ditujukan untuk perbaikan kondisi tanah dalam
hubungannya dengan pH, netralisasi Al serta untuk mengatasi kekurangan kalsium dan
magnesium didalam tanah. Pemberian kapur dapat mengatasi masalah kemasaman tanah
dan juga menjamin tanaman dapat bertahan hidup dan membantu meningkatkan
produktivitas (Wulandari, 2020). Pengapuran merupakan penanganan tanah masam yang
dapat membuat tanah menjadi produktif.

pengapuran tanah pertanian tidak boleh dilakukan sembarangan, melainkan harus


didahului dengan hasil-hasil penyelidikan pada keadaan tanahnya, sampai di tingkat mana
kemasamannya, derajat kemasaman pada tanah yang dikehendaki tanaman yang akan
ditanam, keadaan fisik tanah (gembur atau berat/liat) dan berapa dosis kapur yang
diperlukan secara tepat. hal ini diperlukan agar kita dapat memberikan dosis kapur yang
dibutuhkan tanah, karena kelebihan dosis kapur pada tanah mengakibatkan tanaman kerdil,
unsur Mn dan P menjadi tidak tersedia. Selain itu, proses pengapuran sebaiknya dilakukan
pada tanah dalam kondisi lembab. Hal ini dilakukan untuk mempercepat reaksi dari kapur.
Tanah yang kering sukar untuk memproses kapur. Selain itu dengan ukuran partikel kapur
yang kecil, ketika terlalu lama dipermukaan tanah yang kering dikhawatirkan akan terbuang
karena hembusan angin. Sehingga kapur yang diberikan tidak seutuhnya terserap oleh
tanah. Pengapuran sebaiknya dilaksanakan sebelum memasuki musim hujan dan dua
minggu sebelum aplikasi penanaman. Jeda dua minggu memberikan waktu pada tanah
untuk memproses kapur yang diberikan. Pengapuran di bidang perkebunan dapat dilakukan
setidaknya setahun sekali.

Pemberian kapur dengan dosis berlebihan akan meningkatkan kandungan Ca yang


berlebihan dalam tanah, sehingga akan mengganggu keseimbangan nutrisi dalam tanah.
Keseimbangan nutrisi yang terganggu ini akan mengurangi ketersediaan nutrisi yang lain
bagi tumbuhan. Keberadaan unsur hara yang minimum ini yang akan membatasi
pertumbuhan tanaman.
V. PENUTUP

A. Kesimpulan
1. pH tanah sangat berpengaruh dalam pertumbuhan tanaman, seperti ketersediaan
unsur hara, pembentukan bintil akar oleh bakteri rhizobiumyang berhubungan
dengan fiksasi N tanaman,
2. Pengapuran dapat meningkatkan pH tanah serta dapat menekan kelarutan unsur-
unsur yang meracuni tanaman. Dengan pengapuran berarti menambahkan unsur
yang mengandung Ca dan Mg ke dalam tanah sehingga dapat meningkatkan
ketersediaannya.

B. Saran
1. pengapuran tanah pertanian tidak boleh dilakukan sembarangan, , melainkan harus
didahului dengan hasil-hasil penyelidikan pada keadaan tanahnya, sampai di tingkat
mana kemasamannya, derajat kemasaman pada tanah yang dikehendaki tanaman
yang akan ditanam, keadaan fisik tanah (gembur atau berat/liat) dan berapa dosis
kapur yang diperlukan secara tepat.
2. Pemberian kapur dengan dosis berlebihan akan meningkatkan kandungan Ca yang
berlebihan dalam tanah, sehingga akan mengganggu keseimbangan nutrisi dalam
tanah.
DAFTAR PUSTAKA

Amsar Maulana, Herviyanti, Teguh Budi Prasetyo. 2020. Pengaruh berbagai jenis kapur
dalam aplikasi pengapuran untuk memperbaiki sifat kimia ultisol. Padang :
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 7 No 2 : 209-214.

Hakim, N., Nyakpa, M.Y., Lubis, A.M., Nugroho, S.G., Diha, M.A., Hong, G.B.,Bailey, H.H.
2018. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. 488 hal
Hanafiah, K. A. (2017). Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Lubis, D., S., Asmarlaili, S., H., dan Mariana, s. 2015. Pengaruh pH Terhadap Pembentukan
Bintil Akar , Serapan Hara N, Pdan Produksi Tanaman pada Beberapa
Varietas Kedelai pada Tanah Inseptisol Di Rumah Kasa. USU. Medan
Rosmaiti, Syukri M.P., A. Fauzi. 2017. Pengaruh kehalusan kapur terhadap pertumbuhan
dan produksi kedelai (glycine max (l) merrill) pada tingkat kemasaman tanah
yang berbeda. Fakultas Pertanian, Universitas Samudra.

Sutedjo, M. M. 2018. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.


Tania. D, 2020. Fungsi Pengapuran Tanah. Jakarta : Naurafarm Jurnal.

Wulandari, P., U. 2020. Pengaruh Kapur Dan Pupuk P Terhadap Ph Tanah, Serapan P, Dan
Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis (Zea Mays L.) Di Lahan Rawa Lebak.
Universitas Sriwijaya. Palembang
Zulheri Noer, 2022. Pengapuran Tanah. Medan : Jurnal Universitas Medan Area.
LAMPIRAN
LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR ILMU TANAH DAN PEMUPUKAN

SIFAT BIOLOGI TANAH

Nama:

ANDRE ASDIANTO (2204002)


BAGUS DWI NUGROHO (2204010)
DHAFA FADHILAH RAMADHAN (2204015)
GILANG RAMADHAN (2204024)

BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN D III


POLITEKNIK LPP YOGYAKARTA
2023
Abstrak

Tanah merupakan akumulasi tubuh alam bebas, yang menduduki sebagian besar permukaan
bumi yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim
dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama
jangka waktu tertentu pula. Tanah merupakan faktor terpenting dalam tumbuhnya tanaman
dalam suatu sistem pertanaman, pertumbuhan suatu jenis dipengaruhi oleh beberapa faktor,
salah satunya ialah tersedianya unsur hara, baik unsur hara makro maupun unsur hara
mikro. Tanah sebagai medium pertumbuhan tanaman berfungsi pula sebagai pemasok unsur
hara. Tanah memiliki kesuburan yang berbeda-beda tergantung sejumlah faktor pembentuk
tanah yang merajai di lokasi tersebut, yaitu: bahan induk, iklim, relief, organisme, atau
waktu. Tanah merupakan fokus utama dalam pembahasan ilmu kesuburan tanah, sedangkan
kinerja tanaman merupakan indikator utama mutu kesuburan tanah.

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikroorganisme merupakan makhluk hidup dengan jumlah sangat banyak baik
dalam tanah, air, maupun udara. Tanah adalah bagian yang terdapat pada permukaan
bumi yang tersusun atas mineral dan bahan organik. Fauna tanah berupa
makroorganisme, mesoorganisme, dan mikroorganisme tanah yang memiliki
keanekaragaman terdiri atas bakteri, fungi, algae protozoa dan lain-lain yang berfungsi
sebagai pendekomposisi bahan organik serta dapat memperbaiki sifat kimia maupun
fisik tanah. Jumlah populasi fauna tanah menjadi salah satu indikatortingkat kesuburan
suatu tanah. Penetapan populasi fauna tanah terutama mikroorganisme tanah
menggunakan metode cawan hitung dan Metode Most Probable Number (MPN) dengan
asumsi setiap mikrob yang hidup dalam suspensi tanah berkembang membentuk koloni
dengan keadaan lingkungan yang sesuai danada tidaknya mikrob di dalam tempat
inkubasi. Populasi mikroorganisme tanah menghasilkan respirasi tanah yang
mengindikasikan aktivitas mikroorganisme didalam tanah berdasarkan banyaknya CO2
yang dikeluarkan sebagai hasil respirasi atau metabolismenya. Mikroorganisme
mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yangkhas. Pengamatan morfologi sangat
penting untuk identifikasi dan determinasi morfologi dan struktur anatomi dari beberapa
jenis mikroorganisme seperti bakteridan fungi berdasarkan adaptasi dengan
lingkungannya.

Biologi tanah adalah sebuah studi mengenai


aktivitas mikroba dan fauna beserta ekologinya di dalam tanah. Fauna tanah, biota tanah,
atau edafon adalah istilah yang biasanya digunakan untuk menyebut organisme yang
menghabiskan sebagian besar siklus hidupnya di dalam tanah atau sedimen organik di
atasnya. Fauna tanah mencakup cacing tanah, nematoda, fungi, bakteri, dan
berbagai arthropoda. Dekomposisi materi organik oleh organimse memiliki pengaruh yang
besar terhadap tingkat kesuburan dan struktur tanah sehingga biologi tanah berperan penting
dalam menentukan karakteristik tanah. ( Andi Makrinuf, 2019 )

Tanah tersusun dari bahan padatan, air, dan udara. Bahan padatan tersebut dapat
berupa: bahan mineral, dan bahan organik. Bahan mineral terdiri dari partikel pasir, debu dan
liat.Ketiga partikel ini menyusun tekstur tanah.Bahan organik dari tanah mineral berkisar 5%
dari bobot total tanah.Meskipun kandungan bahan organik tanah mineral sedikit (+5%) tetapi
memegang peranan penting dalam menentukan kesuburan tanah.Bahan organik tanah
bersumber dari hasil dekomposisi bahan organik dan organisme yang mati yang masuk ke
sistem tanah.Karakterisitik bahan organik tanah dipengaruhi dari karakteristik bahan organik
asalnya. Bahan organik merupakan bagian integral dari tiap tanah yang mempengaruhi sifat-
sifat fisik, kimia dan biologi tanah jauh lebih besar dari proporsi bahan ini dalam
tanah.Proporsi bahan organik pada tanah mineral pada umumnya berkisar antara 1-6.

Tanah adalah suatu benda alam yang terdapat dipermukaan kulit bumi, yang
tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan, dan bahan-bahan organik
sebagai hasil pelapukan sisa-sisa tumbuhan dan hewan, yang merupakan medium atau tempat
tumbuhnya tanaman dengan sifat-sifat tertentu, yang terjadi akibat dari pengaruh kombinasi
faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu
pembentukan
B. Tujuan
1. Mahasiswa memahami mengenai konsep biologi tanah.
2. Mahasiswa dapat menggali informasi kondisi kesuburan biologi lahan mereka
secara mandiri.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanah adalah produk transformasi mineral dan bahan organik yang terletakdi
permukaan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor genesis dan lingkungan, yakni bahan induk,
iklim, organisme, topografi dan kurun waktu sangat panjang, yangdapat dibedakan dari ciri-
ciri bahan induk aslinya baik secara fisik, kimia, biologimaupun morfologinya. Menurut Agus
et al (2018) contoh tanahmerupakan suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu
bagian tubuh tanahdengan cara tertentu disesuaikan dengan sifat-sifat yang akan diteliti
secara lebihdetail di laboratorium. Contoh tanah yang di ambil dari beberapa tempat
dandigabung untuk menilai tingkat kesuburan tanah disebut contoh tanah komposit.
Organisme tanah merupakan organisme berupa flora dan fauna yang hidup didalam
tanah. Kandungan organisme tanah berkisar antara 1-10% dari total berat bahan organik
kering. Flora tanah meliputi bakteri, actinomicetes, fungi,algae dan lichens. Fauna tanah
berdasarkan ukurannya dibedakan atas makrofauna, mesofuna,dan mikrofauna. Fauna tanah
keberadaannya dipengaruhi oleh bahan organik dalam tanah. Keberadaan dari fauna tanah
tersebut dapat dijadikanukuran kesuburan tanah (Putra 2018). Fauna dalam tanah dapat
berperan dalam penguraian bahan organik di dalam tanah. Selain itu, keberadaan fauna tanah
dapatmeningkatkan aerasi, infiltrasi, dan agregasi tanah sehingga dapat dikatakan
bahwakeberadaan fauna tanah sangat berperan penting bagi tanah (Hardjowigeno
2017).Keberadaan fauna dalam tanah sangat bergantung pada ketersediaan energi dansumber
makanan untuk melangsungkan hidupnya, seperti bahan organik dan biomassa hidup yang
semuanya berkaitan dengan aliran siklus karbon dalam tanah.Populasi mikroorganisme dalam
tanah dapat dipengaruhi juga oleh jumlah dan jeniszat hara dalam tanah, kelembaban, tingkat
aerasi, suhu, pH dan perlakuan padatanah atau pemupukan (Budiyanto 2018).
Bakteri adalah organisme prokariotik bersel tunggal dengan jumlahkelompok paling
banyak di ekosistem terestrial. Bakteri memiliki kemampuanmetabolik lebih beragam dan
memegang peranan penting dalam pembentukantanah, dekomposisi bahan organik, remediasi
tanah tercemar dan penyebab penyakit tanaman (Saraswatiet.al. 2017). Bakteri bersifat
tembus cahaya, hal inidisebabkan karena banyak bakteri yang tidak mempunyai zat warna.
Menurut Amrullah et.al. (2017) cendawan merupakan mikroorganisme eukariotik yang
berbentuk filamen. Cendawan terdapat pada tempat dengan substrat organik. Perancendawan
dalam suatu ekosistem sebagai agen penyakit, perombak bahan organikdan agen agregat
tanah.
Fungi merupakan mikroorganisme tidak berklorofil berbentuk hifa atau sel tunggal,
eukariotik, berdinding sel dari kitin atau selulosa, berproduksi seksual danaseksual. Dalam
Gandjar (2007) fungi memiliki kingdom tersendiri karena caramendapatkan makanannya
berbeda dengan organisme eukariotik lainnya yaitumelalui absorpsi. Golongan fungi
mencakup lebih dari 55.000 spesies dan melebihi jumlah bakteri. Bakteri dan fungi
merupakan golongan tumbuh-tumbuhan yangtubuhnya tidak mempunyai diferensiasi, oleh
karena itu disebut tumbuhan talus,lengkapnya tidak berklorofil (Syamsuri 2017).

Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah
untukdiidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga
berfungsi untuk mengetahui reaksi fisiologis dinding sel bakteri melaluiserangkaian
pengecatan (Waluyo 2017).Terdapat tiga macam prosedur pewarnaan,yaitu pewarnaan
sederhana (simple stain), pewarnaan diferensial (diferensialstrain), dan pewarnaan khusus
(special strain). Menurut Pratiwi (2018) pewarnaan bakteri dengan metode gram terdiri atas
gram positif dan bakteri gram negatif.Perbedaan warna antara bakteri gram positif dan negatif
disebabkan oleh adanya perbedaan struktur pada dinding selnya. Dinding gram positif
mengandung banyak peptidoglikan, sedangkan dinding bakteri gram negatif banyak
mengandunglipopolisakarida (Suriawiria 2019).

Isolasi merupakan suatu teknik pengambilan mikroorganisme di alam


danmenumbuhkannya dalam suatu media buatan. Menurut Kadri et.al. (2017) prinsipisolasi
adalah memisahkan suatu jenis mikrob dan lainnya yang berasal daricampuran bermacam-
macam mikrob tanah. Kultur murni ialah kultur yang sel-selmikrobanya berasal dari
pembelahan dari sel tunggal. Terdapat berbagai cara untukmengisolasi bakteri dalam biakan
murni, yaitu cara pengenceran, penuangan, penggoresan, penyebaran, pengucilan satu sel dan
okulasi pada hewan. Biakan murni bakteri merupakan biakan yang terdiri atas spesies
bakteriyang ditumbuhkan di atas medium buatan. Medium terdiri atas bahan agar-gar
yangmengandung air, gula, nitrogen dan mineral (Purwoko 2019). Metode pengenceran
bertujuan untuk memperkecil jumlah mikroba yang tersuspensi dalam cairandengan cara
pengenceran bertingkat. Metode tuang adalah salah satu metode yangdilakukan dengan cara
memasukkan sampel yang telah diencerkan terlebih dahuluke dalam cawan petri yang
dituangi dengan medium. Pembiakan organisme memerlukan lingkungan pertumbuhanyang
sesuai yang berisi air, sumber energi, unsur hara sebagai sumber C, N, S, P,O2, H, serta unsur
trace element.

Respirasi tanah menggambarkan aktivitas mikroba tanah. Pengukuran respirasi


merupakan cara yang pertama kali digunakan untuk menentukan tingkataktivitas mikroba
tanah. Penetapan respirasi tanah didasarkan pada penetapan jumlah CO2 yang dihasilkan oleh
mikroba tanah dan jumlah O2 yang digunakanoleh mikroba tanah. Respirasi tanah menjadi
aliran karbon terbesar kedua di suatuekosistem setelah fotosintesis. Respirasi dapat dikaitkan
dengan kesuburan tanah.Laju respirasi tanah dapat diukur dalam sistem dinamis maupun
statis. Teknik pengukuran yang canggih biasanya menggunakan IRGA (Infra Red Gas
Analyzer )(Setyawan 2018). Produksi dan emisi CO2dari tanah bergantung pada kandungan
bahan organik tanah, suhu tanah, ketersediaan oksigen dan nutrien sebagai faktoreksternal,
sedangkan faktor internal yang berpengaruh adalah biomassa akar dan populasi
mikroorganisme. Jumlah biomassa akar dan mikroorganisme berpengaruhterhadap
percepatan proses dekomposisi bahan organik yang melepaskan CO2,sehingga kelembaban
tanah dan suhu tanah merupakan faktor penting dalam prosesrespirasi (Hanafiah 2018).

Tanah dapat dikatakan sebagai laboratorium yang hidup. Berbagai organisme tanah
baik yang berukuran sangat kecil seperti bakteri, fungi, aktinomisetes, protozoa dan alga yang
dikelompokkan dalam mikroorganisme mudah dijumpai di tanah. Demikian pula organisme
tanah lain yang termasuk dalam kelompok tumbuhan seperti akar tanaman (makroflora) dan
berbagai hewan tanah berukuran kecil (mikrofauna) seperti nematode, berukuran sedang
(mesofauna) seperti mikroarthropoda hingga yang berukuran besar (mesofauna) seperti
cacing tanah menjadi penghuni tanah. Organisme tanah ini mempunyai peranan penting bagi
kehidupan tanaman dan bagi tanah itu sendiri. Tanpa aktivitas berbagai organisme tanah
tersebut tanaman tidak akan memperoleh nutrisi dari tanah secara berkesinambungan. Sesuai
dengan peran masing-masing, berbagai organisme ada yang berperan sebagai produser
maupun konsumer, dekomposer maupun sebagai predator dan mereka membentuk jaring-
jaring makanan tanah (soil food web) yang menyediakan berbagai kebutuhan nutrisi tanaman
maupun organisme itu sendiri. ( Hieronymus Yuliprianto, 2018 ).

Sifat biologi tanah berhubungan dengan aktivitas makhluk hidup yang ada didalam
dan permukaan tanah. Berbagai jenis makhluk hidup berkembang dalam tanah, baik berbagai
jenis tumbuhan, hewan, atau makhluk hidup yang berukuran besar (makro) maupun yang
makhluk hidup yang ada di berukuran kecil (mikro). Sifat biologi tanah sangat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan yang ada pada tanah. Sifat sifat
biologi tanah sangat penting dalam hal dekomposisi bahan organik, proses mineralisasi,
immobilisasi, daur hara serta proses proses lainya di dalam tanah. Semua proses ini sangat
penting dalam bidang pertanian untuk dikaji lebih mendalam khususnya dalam pengelolaan
tanah, agar tanah menjadi lestari.

III. METODOLOGI

Praktikum biologi tanah ini dilakukan pada hari Kamis, 6 April 2023 15:00 - 16:40
WIB di Jalan Berbah Kalasan, Berbah, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum :


a. cetok
b. ember
c. meteran
d. jirigen & air

Cara kerja pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:


1. Pilih tiga titik pengamatan dari tiga lahan yang memiliki kondisi yang
berbeda, seperti ditanami tanaman yang berbeda atau jarak dengan jalan
yang berbeda.
2. Gali tanah di titik lokasi yang telah dipilih, dengan ukuran 50 cm x 50 cm
dan kedalaman 20 cm.
3. Tanah yang digali dikumpulkan pada wadah, seperti ember dll, dan
pastikan tidak ada tanah yang terbuang.
4. Setelah terkumpul semua, siram tanah hasil galian di wadah dengan air,
aduk dan hitung berapa jumlah cacing yang terkumpul pada volume tanah
tersebut.
5. Jangan lupa foto sebagai bukti.
6. Analisa hasilnya dan bahas.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Manfaat Biologi Makro Meso

Keberadaan meso- makrofauna tanah sangat berperan dalam proses yang terjadi
dalam tanah diantaranya proses dekomposisi yaitu contohnya cacing menguraikan
sampah-sampah organik, aliran karbon, bioturbasi, siklus unsur hara dan agregasi tanah.
Diversitas makrofauna dapat digunakan sebagai bio indikator ketersediaan unsur hara
dalam tanah (Sholehudin et al, 2018). Fauna tanah memainkan peranan yang sangat vital
bagi kesuburan tanah. Segala proses yang ada di dalam tanah sangat bergantung pada
keberadaan fauna dalam tanah. Peranan dari fauna tanah antara lain dapat memperbaiki
kesuburan tanah dengan menghancurkannya secara fisik, memecah bahan menjadi
humus, menggabungkan bahan yang membusuk pada lapisan tanah bagian atas, sebagai
parameter kualitas tanah dan membentuk kemantapan agregat antara bahan organik dan
bahan mineral tanah. Selain itu fauna tanah berperan juga pada aliran karbon, redistribusi
unsur hara, siklus unsur hara, dan pembentukan struktur tanah (Maria et al, 2022).

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Organisme Makro dan Meso

Keberadaan fauna tanah sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah, salah satunya
adalah adanya bahan organik dalam tanah. Keberadaan fauna dapat dijadikan parameter
dari kualitas tanah, fauna tanah yang digunakan sebagai bioindikator kesuburan tanah
tentunya memiliki jumlah yang relatif melimpah (Nurrohman, 2015). Keberadaan fauna
tanah sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan yaitu faktor biotik dan faktor abiotik.
Faktor lingkungan abiotik yang mempengaruhi adalah faktor fisika antara lain tekstur
tanah, struktur tanah, dan faktor kimia antara lain pH, salinitas, kadar bahan organik dan
unsur mineral tanah. Sedangkan faktor biotik yang mempengaruhi antara lain mikroflora
dan tanaman. Tanaman dapat meningkatkan kelembaban tanah dan sebagai penghasil
seresah yang disukai fauna tanah.

3. Apa Peran Dari Organisme Cacing Tanah

Cacing tanah merupakan kelompok fauna tanah yang mempunyai peranan penting
dalam memperbaiki produktivitas tanah melalui perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologi
tanah. Adanya lubang-lubang cacing tanah dapat meningkatkan laju infiltrasi dan
perkolasi air dan menjadi tempat menembus akar tanaman, sehingga dapat meningkatkan
jelajah akar tanaman dan mengurangi aliran permukaan dan erosi. Cacing tanah dengan
kemampuan mencerna tanah dan melepaskan kembali dalam bentuk kascing memiliki
stabilitas agregat tinggi, selain dapat mengembalikan kandungan liat dari lapisan bawah
ke lapisan atas juga dapat menahan kehilangan hara oleh pencucian. Kascing merupakan
makroagregat yang stabil dan dapat bertahan lebih dari satu tahun. Kosman dan Subowo
(2010) juga menyatakan bahwa kotoran cacing tanah lebih stabil dibanding agregat alami
dari tanah. Demikian juga dengan aktivitas pencernaannya yang mampu mencampur
bahan organik dan mineral tanah, cacing tanah dapat mencegah kehilangan bahan organik
dari erosi dan pencucian.

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberadaan Cacing Tanah

Cacing tanah hidup dan berkembang biak didalam tanah. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kehidupan cacing tanah di habitat alami adalah antara lain suhu
(temperatur), kelembaban (rH), keasaman (pH) dan ketersediaan bahan organik. Jika
faktor tersebut terganggu maka kelangsungan hidup cacing tanah juga akan terganggu.
Populasi cacing tanah sangat erat hubungannya dengan keadaan lingkungan dimana
cacing tanah itu berada. Lingkungan yang dimaksud adalah totalitas kondisi-kondisi fisik,
kimia, biotik dan makanan yang secara bersama-sama dapat mempengaruhi populasi
cacing tanah. Selanjutnya dijelaskan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
populasi cacing tanah adalah kelembapan suhu, pH tanah, bahan organik tanah, serta
vegetasi yang terdapat disana (Fitri, 2010).

Dalam praktikum mandiri yang kami lakukan di Kecamatan Berbah yang berjenis
tanah inceptisol kami hanya mendapatkan dua titik lokasi saja yang bisa dilakukan
pengamatan sampel biologi tanahnya. Di titik pertama kami mendapatkan lokasi tanah
yang sedikit basah yang lahannya dipergunakan sebagai lahan pertanaman padi dengan
keberadaan biologinya hanya cacing tanah yang merupakan fauna tanah dengan ukuran
makro dan pada titik kedua kami mendapatkan kondisi lahan kering yang disekitarnya
banyak ditanami pepohonan pisang. Di lokasi tersebut kami mendapatkan organisme
tanah berupa cacing tanah juga, hal ini menandakan kedua lahan tersebut memiliki
kesuburan tanah yang cukup untuk ditanami suatu budidaya.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam praktikum biologi tanah ini dapat disimpulkan bahwa tanah inceptisol berbah
memiliki tingkat kesuburan tanah secara biologi tinggi, karena memiliki populasi
cacing yang banyak.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan cacing tanah di habitat alami adalah
antara lain suhu (temperatur), kelembaban (rH), keasaman (pH) dan ketersediaan
bahan organik. Jika faktor tersebut terganggu maka kelangsungan hidup cacing tanah
juga akan terganggu.
3. Adanya lubang-lubang cacing tanah dapat meningkatkan laju infiltrasi dan perkolasi
air dan menjadi tempat menembus akar tanaman, sehingga dapat meningkatkan
jelajah akar tanaman dan mengurangi aliran permukaan dan erosi

B. Saran
1. Agar membawa ember yang lebih besar atau menggunakan plastik yang besar agar
sampel tanah yang diinginkan diteliti
2. Dan membawa cetok kecil dengan tujuan mempermudah mahasiswa untuk
mengambil sampel tanah.
3. Dan memakai baju yang siap kotor seperti kaus dan celana training.
DAFTAR PUSTAKA

Agus. et. al. 2018. Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah. Yogyakarta (ID) : Fakultas Kehutanan
UGM.

Amrullah M, Nawir NH, Abdullah A, Tambaru E. 2017. Isolasi jamur mikroskopik


pendegradasi lignin dari beberapa substrat alami. J. Alam dan Lingkungan. 4(1): 19-
22.

Andi Makrinuf, 2019. Sifat Biologi Tanah. Cybext Jurnal Pertanian

Budiyanto MAK. 2018. Mikrobiologi Terapan. Malang (ID): UMM Press.

Fitri, N., Qatrun, N., dan Suhari, M. 2010. Populasi Cacing Tanah Di Kawasan Ujung
Seurudong Desa Sawang Ba’u Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan. UIN Ar
Raniry. Banda Aceh

Hanafiah AK. 2018. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada.

Hieronymus Yuliprianto, 2018. Biologi Tanah dan Strategi Pengelolaanya. Yogyakarta:


FISIPOL Library Universitas Negeri Yogyakarta.

Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi. 7(4) 216-222

Kosman, E., dan Subowo, G. 2010. Peranan Cacing Tanah Dalam Meningkatkan Kesuburan
Dan Aktivitas Hayati Tanah. Balai penelitian Tanah. Jakarta
Maria, A., N., B., P, Nabila A., A, dan Riska, A., M. 2022. Fauna Tanah. UGM. Yogyakarta

Purwoko T. 2019.Fisiologi Mikroba. Jakarta (ID): Bumi Aksara.

Putra M. 2018. Fauna tanah pada tanah ultisol di bawah kegiatan berbagai unsur kelapa
sawit.

Setyawan. D. 2018. Respirasi tanah sebagai indikator kepulihan lahan pascatambang


batubara di Sumatera Selatan. Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal
IS13N : 979-587-529-9.

Sholehudin., Tri, C., S., dan Marga, M. 2018. Keanekaragaman Meso-Makrofauna Tanah
Dan Sifat–Sifat Fisika Kimia Tanah Pada Beberapa Penggunaan Lahan Di Desa
Sumbermalang Kecamatan Wringin Bondowoso. UNEJ. Jember

Suriawiria.2019. Mikrobiologi Dasar . Jakarta(ID): Papan Sinar Sinanti.

Syamsuri S. 2017. Pengantar Mikroba Umum. Malang(ID): UMM Press.

Waluyo L. 2017. Mikrobiologi Umum. Malang (ID): Universitas Brawijaya Press


LAMPIRAN
LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR ILMU TANAH DAN PEMUPUKAN

PENGENALAN JENIS PUPUK DAN METODE PEMUPUKAN

Nama:

ANDRE ASDIANTO (2204002)


BAGUS DWI NUGROHO (2204010)
DHAFA FADHILAH RAMADHAN (2204015)
GILANG RAMADHAN (2204024)

BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN D III


POLITEKNIK LPP YOGYAKARTA
2023
A. PENGENALAN JENIS PUPUK

Abstrak

Pupuk adalah suatu zat yang mengandung satu atau lebih unsur hara atau unsur hara bagi
tanaman untuk menunjang tumbuh kembang tanaman. Secara umum pupuk berfungsi
sebagai sumber unsur hara untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman dan memperbaiki
struktur tanah. Pemberian pupuk pada media tanam dapat meningkatkan kadar hara dan
kesuburan. Kegiatan pertanian yang terus menerus mengakibatkan tanah kehilangan unsur
hara. Oleh karena itu untuk mengembalikan ketersediaan hara pada media tanam diperlukan
pemupukan.
Pupuk Anorganik yaitu pupuk yang dibuat melalui proses pengolahan oleh manusia dari
bahan- bahan mineral. Pupuk anorganik biasanya lebih murni daripada pupuk organik,
dengan kandungan bahan yang dapat dikalkulasi. Dalam hal cara penggunaan/aplikasi,
pupuk anorganik lebih praktis dan mudah jika dibandingkan dengan pupuk organik. Oleh
sebab itu petani rata-rata lebih banyak menggunakan pupuk kima/anorganik. Kandungan
hara yang terdapat pada pupuk kimia tersedia dalam bentuk senyawa kimia/anorganik yang
mudah terlarut, sehingga mudah dan cepat diserap oleh akar tanaman. Pupuk
kimia/anorganik memberikan nutrisi yang langsung terlarut ke tanah dan siap diserap
tumbuhan tanpa memerlukan proses pelapukan. Tiga senyawa utama dalam pupuk anorganik
yaitu nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Kandungan NPK dihitung dengan
pemeringkatan NPK yang memberikan label keterangan jumlah nutrisi pada suatu produk
pupuk anorganik.
Kata Kunci: Pupuk, Pemupukan, Organik, Anorganik

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pupuk merupakan substansi / bahan yang mengandung satu atau lebih zat yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pupuk mengandung zat – zat
yang dibutuhkan tanaman untuk memberikan nutirisi tanaman.Penggunaan pupuk organik
merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi pemakaian pupuk anorganik. Adanya
bahan organik yang mampu memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Perbaikan
terhadap sifat fisik yaitu menggemburkan tanah.
Pemupukan pada tanaman dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk organik padat
dan pupuk organik cair. Pupuk organik padat dapat mengembalikan kesuburan tanah,
terutama berkaitan dengan sifat fisik tanah, sifat kimia tanah, dan sifat biologi tanah. Pupuk
organik cair yang disemprotkan pada daun tanaman untuk meningkatkan pertumbuhan
tanaman. Kandungan unsur – unsur hara pada pupuk organik cair mudah diserap oleh
tanaman. Pupuk organik cair biasanya terbuat dari bahan – bahan limbah, misalnya limbah
sayur, tahu, ikan, dll.

B. Tujuan
Untuk mengetahui sifat fisik dan kimia beberapa macam pupuk
II. TINJAUAN PUSTAKA

Pemupukan merupakan proses untuk memperbaiki atau memberikan tambahan unsur-


unsur hara pada tanah, baik secara langsung atau tak langsung agar dapat memeuhi
kebutuhan bahan makanan pada tanaman.( Cybext Pertanian, 2019 ).

Tujuan dilakukan pemupukan antara lain untuk memperbaiki kondisi tanah,


meningkatkan kesuburan tanah, memberikan nutrisi untuk tanaman, dan memperbaiki
kualitas serta kuantitas tanaman. Selain itu, proses pemupukan sangat berperan dalam
memastikan keberhasilan produksi tanaman tersebut. Dengan demikian, selain harus
mengetahui jenis-jenis pupuk dan proses penyerapan pupuk tersebut. Petani juga harus tahu
dan memahami cara menggunakan pupuk pada tanaman, sehingga proses pemupukan
tersebut bisa lebih efektif dan efisien.

Agar dapat memperoleh hasil pemupukan yang memuaskan, bukan hanya menggunakan
takaran pupuk yang tepat saja. Namun juga harus mengetahui cara pengunaan pupuk tersebut,
sehingga tanaman dapat menerima nutrisi dari pupuk dengan maksimal. Dengan semakin
berkembangnya teknologi pada industri pertanian, mampu menciptakan berbagai produk
pupuk dengan cara pemupukan yang berbeda dari biasanya.
III. METODOLOGI
1. Waktu dan Tempat
Praktikum Dasar Ilmu Tanah dan Pemupukan dilakukan pada hari kamis pada
tanggal 11 Mei 2023 pukul 10:00 wib di Ruangan Laboratorium Tanah Politeknik LPP
Yogyakarta.

2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini antaranya, yaitu;
1) Alat tulis
2) pH stik
3) Gelas Beaker
4) Pengaduk
5) Timbangan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini diantaranya, yaitu;
1) Pupuk Kimia
2) Aquades

3. Cara Kerja
1) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2) Menimbang pupuk sebanyak 5 gram.
3) Setelah ditimbang masukkan aquades kedalam gelas beaker sebanyak 50 gram.
4) Mengaduk larutan hingga homogen.
5) Mendiamkan sampai larutan mengendap
6) Setelah itu ukur pH menggunakan pH stick.
7) Mencari literature tentang pupuk yang diteliti.
8) Catat data yang telah didapat.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Macam Hasil pengamatan


pupuk Urea Za NPK KCl ZK SP-36
1. Mengenal
bahan pupuk scr
Makroskopis
2. Nama, NPK Kalium Zwavelzur Super
Zwavelzure
singkatan, Urea/ petro Mutiara 16- klorida/ e kalium/ Phosphate/
simbol dagang Ammoniak
16-16 KCL ZK SP36
3. Sifat Fisik
Putih
a. Warna Putih cerah Putih Biru kemerah Putih Abu
an
b. Tekstur / Kasar/ Kasar/ Kasar/ Halus/
Kasar Kasar/ keras
struktur kristal granular kristal serbuk
Tidak
c. Konsistensi lekat Lekat lekat Lekat Keras
lengket
Sukar
d. Kelarutan tinggi Sukar larut Sukar larurt tinggi Mudah larut
larut
4. Sifat kimiawi
NH4NO3,
NH2CONH
a. Rumus Kimia (NH4)2SO4 H3PO4, K,CL K2SO4 P2O5
2
K2SO4
b. pH 8 6 4,5 7 12 7
N= 16%
c. Kadar unsur K2O= P205= 36%
N= 21% P= 16% 60%
hara dan N= 46% 50% SULFUR=
bentuknya. S= 245 K= 16% K2O
S= 17% 5%
Mg= 1,5%
d. Kadar asam Netral
Basa Masam Basa
/basa / garam Asam Netral
bebas Asam sitrat,
Pasir kuarsa (NH4)2SO4 K2SO4
e. zat pembawa sulfur

B. Pembahasan
Pupuk merupakan sebagai salah satu sumber zat hara buatan yang diperlukan
untuk mengatasi kekurangan nutrisi terutama unsur-unsur nitrogen, fosfor, dan
kalium. Sedangkan unsur sulfur, kalsium, magnesium, besi, tembaga, seng, dan
boron merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit (mikronutrien)
Pupuk merupakan sebagai salah satu sumber zat hara buatan yang diperlukan untuk
mengatasi kekurangan nutrisi terutama unsur-unsur nitrogen, fosfor, dan kalium.
1. Urea
Urea ditemukan pertama kali oleh Roelle pada tahun 1773 dalam urine.
Pembuatan urea dari amonia dan asam sianida untuk pertama kalinya ditemukan
oleh F.Wohler pada tahun 1828. Disamping penggunaannya sebagai pupuk, urea
juga digunakan sebagai tambahan makanan protein untuk hewan pemamah biak,
juga dalam produksi melamin, pembuatan resin, plastik, adhesif, bahan pelapis,
tekstil, dan resin perpindahan ion.
Urea (CO(NH2)2 merupakan pupuk nitrogen yang telah lama dan banyak
digunakan untuk meningkatkan hasil produksi tanaman pangan. Efisiensi serapan
pupuk N (urea) di daerah tropika oleh tanaman padi sawah relatif rendah 30-50%.
Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari 50% pupuk yang diberikan tidak dapat
diambil oleh tanaman padi. Efisiensi pupuk urea yang rendah tersebut disebabkan
oleh kehilangan akibat denitrifikasi, pencucian, terbawa aliran permukaan dan
volatilisasi.
Sedangkan unsur sulfur, kalsium, magnesium, besi, tembaga, seng, dan boron
merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit (mikronutrien)
(Heryanita, 2017).
Ciri-ciri pupuk Urea adalah:
1. Mengandung Nitrogen (N) berkadar tinggi.
2. Berbentuk butir-butir Kristal berwarna putih.
3. Memiliki rumus kimia NH2 CONH2.
4. Mudah larut dalam air dan sifatnya sangat mudah menghisap air
(higroskopis).
5. Mengandung unsur hara N sebesar 46%.
6. Standar SNI 2801:2010

2. Pupuk ZA

Zwavelzure Ammonia (ZA) dengan rumus kimia (NH4)2SO4 merupakan pupuk


nitrogen yang mengandung sekitar 21% nitrogen dan 24% sulfur. Hal ini terjadi
secara alami sebagai mascagnite mineral dan menawarkan banyak keuntungan
sebagai pupuk, seperti higroskopitas rendah, fisik yang baik, stabilitas kimia yang
angat baik, baik agronomi efektivitas dan kehidupan jangka panjang. Amonium
sulfat merupakan pupuk berbentuk asam,oleh karena itu digunakan pada pH netral
atau basa tanah. Dalam bentuknya mengalir bebas, secara langsung diterapkan pada
tanah atau dicampur dengan bahan granular lainnya. Amonium sulfat juga memasok
sulfur, yang merupakan nutrisi penting bagi tanaman. Pupuk ini juga tahan terhadap
pencucian karena dapat teradsorpsi di tanah koloid, tanah liat dan humus, dan
menggantikan kalsium (Hidayat, 2021).

3. Pupuk NPK

Pupuk NPK merupakan pupuk anorganik yang memiliki jenis pupuk majemuk
karena mengandung unsur hara berupa nitrogen (N), fosfor (P). dan kalium (K).
Kandungan unsur nitrogen dalam pupuk NPK adalah sebesar 15%. Nilai nitrogen
sudah mewakili kadar nitrogen yang terkandung dalam pupuk sehingga angkanya
tidak perlu dikonversi kembali (Wikipedia, 2018). N, P, dan K merupakan faktor
penting dan harus tersedia bagi tanaman karena berfungsi sebagai proses
metabolism dan biokimia sel tanaman. Nitrogen digunakan sebagai pembangun
asam nukleat, protein, bioenzim, dan klorofil. Fosfor digunakan sebagai pembangun
asam nukleat, fosforlipid, bioenzim, protein, senyawa metabolic yang merupakan
bagian dari ATP penting dalam transfer energy. Kalium digunakan sebagai pengatur
keseimbangan ion-ion sel yang berfungsi dalam mengatur berbagai mekanisme
metabolik seperti fotosintesis. Untuk itu, dengan pemberian dosis pupuk N, P dan K
akan memberikan pengaruh baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
(Firmansyah et al., 2017). Hara N, P, dan K merupakan hara esensial untuk tanaman
dan sebagai faktor batas bagi pertumbuhan tanaman. Peningkatan dosis pemupukan
N di dalam tanah secara langsung dapat meningkatkan kadar protein (N) dan
produksi tanaman, namun pemenuhan unsur N saja tanpa P dan K akan
menyebabkan tanaman mudah rebah, peka terhadap serangan hama penyakit dan
menurunnya kualitas produksi usahatani (Tuherkih & Sipahutar, 2008). Berikut
gambar kemasan pupuk NPK dan klasifikasi kandungan didalamnya (Fatikhah,
2019).

4. Pupuk KCL

Pupuk KCl merupakan pupuk kalium yang berwarna kemerahan abu-abu atau
putih. Terdapat dua macam pupuk KCl yaitu KCl 80 yang mengandung 52 %
sampai 53 % K₂O dan KCl 90 dengan kandungan 55 % sampai 58 % K ₂O. Pupuk
ini larut dalam air bila dimasukkan ke dalam tanah, maka akan terionisasi menjadi
ion K dan ion Cl. Karena mengandung ion Cl, kurang baik digunakan untuk
tanaman yang peka terhadap ion Cl seperti tanaman tembakau, kelapa sawit dan
kentang (Pratiwi, 2008). KCl memegang peranan penting di dalam metabolisme
tanaman antara lain, terlibat langsung dalam proses fisiologis. Keterlibatan tersebut
dikelompokkan dalam dua aspek yaitu aspek biofisik berperan dalam pengendalian
tekanan osmotik, turgor sel, pengaturan air melalui kontrol stomata dan
meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit. Kemudian aspek biokimia
berperan dalam transfor membran untuk memfungsikan kloroplas (fotosintesis),
mitokondria (respirasi) dan translokasi transfor floem dan aktivator enzim karena
paling efisien untuk mempengaruhi lebih dari 60 enzim (Nurhidayah, 2019).

5. Pupuk ZK

Pupuk terdiri dari berbagai macam bentuk, baik padat ataupun cair. Kandungan
yang terdapat dalam pupuk pun berbeda-beda sesuai jenis tanaman yang akan
dikembangkan. Salah satu jenis pupuk tersebut adalah pupuk Kalium Sulfat. Pupuk
ini lebih dikenal dengan nama ZK. Kalium sulfat (K2SO4) (juga dikenal sebagai
garam abu sulfur) merupakan garam yang terdiri dari kristal putih yang dapat larut
dalam air dantidak mudah terbakar. Kadar K2O-nya sekitar48- 52%. Bentuknya
berupa tepung putih yang larut didalam air, dengan sifatnya yang agak
mengasamkan tanah. Pupuk ini dapat digunakan sebagai pupuk dasar sesudah
tanam. Potassium Sulphate (ZK) atau biasa disebut Sulphate of Potash (SOP) telah
dikenal sejak abad ke-14 yang merupakan garam berwarna putih dan memiliki sifat
tidak mudah terbakar serta larut didalam air. ZK digunakan sebagai sumber senyawa
kalium dan sulfur pada tanaman perkebunan seperti rami, kapas dan tembakau. Di
Indonesia pupuk ini tidak disubsidi sehingga harganya relatif tinggi di pasaran.

Pupuk kalium sangat baik bagi pertanaman, seperti umbi-umbian, tanaman


pohon buah-buahan seperti jeruk, apel, nanas, kubis dan kentang juga sangat
membutuhkan pupuk kalium. Kekurangan pupuk kalium gejalanya sangat
bervariasi, tergantung jenis tanaman. Pada permulaannya daun tampak agak
mengkerut dan kadang mengkilap, selanjutnya dari ujung dan tepi daun tampak
menguning, warna seperti ini tampak pula diantara tulang-tulang daun, pada
kahirnya daun tampak bercak-bercak kotor,berwarna coklat dan sering pula bagian
yang berbecak ini jatuh hingga daun tampak bergerigi dan kemudian mati. Gejala
yang tampak pada batang yaitu batangnya lemah dan pendek sehingga tanaman
tampak kerdil sedangkan gejala yang tampak pada buah, misalnya buah kelapa dan
jeruk banyak berjatuhan sebelum masak. Bagi tanaman berumbi yang kekurangan
kalium, hasil umbinya sangat kurang dan kadar hidratnya rendah (Heryanita, 2017).
Peranan pupuk kalium sulfat yang spesifik bagi pertumbuhan tanaman dan
metabolismenya adalah sebagai berikut:

1) Meningkatkan resistensi tanaman terhadap penyakit


2) Mempercepat pertumbuhan jaringan meristematik
3) Pembentukan asam amino dan pertumbuhan tunas
4) Membantu pembentukan bintil akar

6. Pupuk SP-36

Pupuk SP-36 (Super Fosfat) adalah pilihan terbaik untuk memenuhi kebutuhan
tanah dan tanaman terhadap unsur hara P, karena beberapa keunggulan diantaranya
memiliki kandungan hara P dalam bentuk P2O5 total yang cukup tinggi minimal
sebesar 36%, kadar P2O5 yang larut dalam asam sitrat minimal sebesar 34%, kadar
P2O5 yang larut dalam udara minimal sebesar 30%, kadar udara maksimal 5% dan
kadar asam bebas sebagai H3PO4 maksimal 6%. Kandungan unsur hara P 6 yang
terdapat dalam pupuk SP-36n hampir seluruhnya larut dalam air, tidak
mempengaruhi keasaman tanah karena bersifat netral, tidak mudah menyerap air,
dapat dicampur dengan pupuk Urea atau pupuk ZA dalam penggunaanya
(Petrokimia, 2020). Pupuk SP-36 memiliki ciri berbentuk butiran, berwarna abu-
abu, dan tidak higroskopis. Kandungan unsur hara P dalam pupuk SP-36 dapat
memacu pertumbuhan akar yang baik, memacu pertumbuhan bunga dan masaknya
buah atau biji, mempercepat panen, memperbesar prosentase terbentuknya bunga
menjadi buah atau biji, menambah daya tahan tanaman terhadap gangguan hama,
penyakit dan kekeringan. Produksi pupuk SP-36 ini mengacu pada Standar Nasional
Indonesia (SNI) No 02-3769-2005 (Petrokimia, 2020). Adapun syarat mutu
kandungan unsur pupuk SP-36 berdasarkan SNI No 02-3769-2005
V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam melaksanakan pemupukan harus memperhatikan setiap tanaman yang akan diberi
pupuk, apa saja unsur yang dibutuhkan tanaman tersebut untuk tumbuh dengan sehat, karena
berbeda masalah yang dihadapi maka berbeda pula jenis pupuk yang dibutuhkan.

B. Saran

Diharapkan kepada asisten agar lebih memperhatikan praktikan pada saat melakukan
praktikum serta untuk menyediakan alat-alat yang lengkap seperti tisu dan sarung tangan
agar praktikan terhindar dari bahayanya zat kimia yang terkandung didalam pupuk.
DAFTAR PUSTAKA

Cybext Pertanian, 2019. Pemupukan Dan Fungsinya Bagi Tanaman.


http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/84812/Pemupukan-Dan-Fungsinya-Bagi-
Tanaman/

Fatikhah, A. 2019. Tinjauan Pustaka Pupuk NPK. UII. Yogyakarta

Fitriani, S. 2021. Uji Analisis Kadar Sulfur (S) Pupuk Sp-36 Pt Petrokimia Menggunakan
Metode In House Dan Inovasi. UIN Walisobo. Semarang

Heryanita, R. 2017. Tinjauan Pustaka Pupuk. Politeknik Negeri Sriwijaya. Palembang

Hidayat, M., F. 2021. Tinjauan Pustaka Pupuk Zwavelzure Ammonia (ZA). UNDIP. Bandung

Nurhidayah, R. 2019. Tinjauan Pustaka, Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis. UNSIL.


Tasikmalaya

Rana Farassati, 2018. Pemupukan Yang Berimbang Kunci Menjaga Kesuburan Tanah.
Agrodite Pertanian.

Zaenuddin, 2021. 5 Tepat (5T) Pemupukan. Konstratani Dinas Pertanian Kabupaten Mesuji.
LAMPIRAN
B. METODE PEMUPUKAN

ABSTRAK
Metode tebar (broadcast) dan metode benam (pocket) merupakan metode pemupukan yang
umum digunakan di perkebunan kelapa sawit. Terdapat perbedaan pendapat di kalangan
pekebun sawit mengenai metode yang lebih baik di antara kedua metode tersebut untuk
diterapkan pada skala luas. Sebagian pekebun lebih memilih metode benam dengan alasan
untuk meminimalisir kehilangan pupuk melalui runoff dan penguapan. Di sisi lain, sebagian
pekebun memilih metode tebar dengan alasan pupuk lebih terdistribusi merata di bidang
cakupan akar sehingga serapan hara oleh tanaman lebih maksimal. Untuk mengkaji kedua
pendapat tersebut telah dilakukan telaah terhadap penelitian-penelitian terdahulu guna
menggali data besarnya kehilangan hara dari masing-masing metode pemupukan. Hasil
telaah tersebut digunakan sebagai dasar untuk menghitung nilai efisiensi relatif pemupukan
pada kedua metode. Hasil penghitungan menunjukkan bahwa efisiensi relatif aplikasi pupuk
menggunakan metode benam terhadap metode tebar untuk hara N, P, K, dan Mg berturut-
turut adalah sebesar 10,16%; 0,29%; 6,71%; dan 4,83%. Hal tersebut berarti jumlah hara
N, P, K, dan Mg yang hilang dari pupuk yang diaplikasikan pada metode benam lebih kecil
sekitar 22% dibanding hara yang hilang jika pemupukan dilakukan dengan metode tebar.
Selanjutnya hasil simulasi menunjukkan bahwa biaya pemupukan menggunakan metode
benam lebih rendah sekitar 10% dibanding biaya aplikasi pupuk metode tebar
Kata Kunci: Pemupukan, Broadcasting, Spot placement, Ring Placement, Fertigasi, Foliar
aplication

I. PENDAHULAN

A. Latar Belakang
Kesuburan, pemupukan dan kesehatan tanah memiliki hubungan satusama lain.
Kesuburan dan kesehatan tanah perlu didukung dengan pemupukan.Kesuburan dan kesehatan
tanah dapat berkurang kemampuannya untukmendukung pertumbuhan tanaman apabila tidak
dikelola dengan baik.Tanah harus diberi asupan untuk menyediakan unsur hara,
memperbaikistruktur tanah, dan memelihara organisme di dalam tanah. Tanah dapat diberi
pupuk baik organik maupun anorganik , secara umum merupakan bahan yangdimasukkan ke
dalam tanah untuk memberikan unsur hara dan memperbaikistruktur tanah. Pemupukan
memiliki banyak metode sesuai dengan lahan dantanaman yang ditanam.Metode pemupukan
perlu diketahui dengan benar agar tidak terjadikesalahan saat aplikasi. Selain itu, perlu
diketahui komposisi dalam pemupukan agar sesuai dengan kebutuhan tanaman dan efisiensi.
Kesalahanmetode pemupukan dapat memperburuk keadaan tanah maupun tanaman, pupuk
yang diberikan menjadi sia-sia. Hal ini mengharuskan kita agarmengetahui berbagai macam
metode pemupukan dan metode pemupukan paling efektif agar mendapatkan produktivitas
maksimal
Metode pemupukan perlu diketahui dengan benar agar tidak terjadi kesalahan saat
aplikasi. Selain itu, perlu diketahui komposisi dalam pemupukan agar sesuai dengan
kebutuhan tanaman dan efisiensi. Kesalahan- metode pemupukan dapat memperburuk
keadaan tanah maupun tanaman, pupuk yang diberikan menjadi sia-sia. Hal ini
mengharuskan kita agar mengetahui berbagai macam metode pemupukan dan metode
pemupukan paling efektif agar mendapatkan produktivitas maksimal.

B. Tujuan
1. Mengenal berbagai cara pemupukan tanaman
2. Mengetahui berbagai macam metode pemupukan
3. Mengetahui metode pemupukan paling efektif
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pemupukan adalah memberikan unsur-unsur hara ke dalam tanah dalam jumlah yang
cukup, sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tanaman. Pemupukan perlu dilakukan karena
kandungan unsur hara dalam tanah bervariasi dan berubah- ubah disebabkan terjadinya
kehilangan unsur hara melalui pencucian (Susila dkk. 2010). Pemupukan tidak hanya
diaplikasikan pada tanaman produktif tetapi juga pada tanaman belum produktif. Tanaman
belum produktif yang dipupuk pertumbuhan dan perkembangannya lebih baik, dibanding
dengan tanaman yang tidak dipupuk (Maliangkay dkk, 2013).
Pemupukan bertujuan meningkatkan daya dukung tanah terhadap peningkatan
pertumbuhan dan produksi tanaman. Oleh karena itu, pemupukan harus dilakukan dengan
tepat, meliputi tepat dosis, tepat jenis, tepat waktu, tepat cara dan tepat sasaran. Sistem
pemupukan yang demikian disebut pemupukan lima (5) tepat. Ada dua kemungkinan sering
tidak tercapainya tingkat efisiensi pemupukan yang diharapkan, yaitu (1) hara- hara pupuk
yang tidak dapat banyak diserap oleh tanaman, sebab pupuk diberikan pada saat yang tidak
tepat, terjadi salah penempatan pupuk, atau berubahnya hara- hara pupuk menjadi tidak
tersedia, dan (2) walaupun diserap oleh tanaman, hara tidak digunakan untuk pembentukan
biji akibat masih adanya factor-faktor pembatas pertumbuhan tanaman lainnya, seperti
kekurangan air atau kekahatan hara lain (Haji dkk, 2010).
Pemberian pupuk dapat diberikan dengan cara broadcasting (penyebaran), ring
placement, spot placement, fertigasi fertilization dan irrigation), injection, dan foliar
application (disemprotkan ke daun). Penempatan pemberian pupuk dibenamkan ke dalam
tanah, unsur hara yang terkandung dalam pupuk bisa langsung mendekati perakaran,
sehingga lebih optimal dalam pertumbuhan suatu tanaman. Penempatan kandungan unsur
hara bahan organik yang berada dekat dengan sistem perakaran, maka kandungan unsur hara
tersebut dapat diserap dengan optimal oleh tanaman (Lakitan, 1995). Secara teknis,
penempatan pemberian pupuk dengan cara ditutup kembali dengan tanah atau dibenamkan,
lebih efektif dan efisien untuk pertumbuhan tanaman (Akil M, 2006) cit. (Hartono dkk,
2012).
III.METODOLOGI
1. Waktu dan tempat

Praktikum metode pemupukan ini dilaksanakan di laboratorium tanah politeknik lpp


Yogyakarta pada hari kamis 11 mei 2023 pukul 09:00 wib

2. Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah
1) Alat tulis
2) Buku praktikum
3) Pupuk
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemupukan adalah memberikan unsur hara ke dalam tanah dalam jumlah yang cukup,
sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tanaman. Fungsi pemupukan adalah untuk meningkatkan
kualitas tanah, pertumbuhan tanaman, dan produksi tanaman. Pemupukan dilakukan dengan
berbagai metode tergantung dari bentuk pupuk tersebut, kondisi dan letak geografis lahan,
jarak tanam, dan tujuan yang hendak dicapai dari pemupukan tersebut. Untuk melakukan
pemupukan yang tepat perlu diketahui kondisi tanah, jenis tanaman yang dibudidayakan, dan
luas lahan. Metode pemupukan yang dilakukan antara lain:

1. Broadcasting merupakan cara pemupukan dengan menyebar pupuk di permukaan lahan,


Metode ini cocok dilakukan untuk lahan sawah atau tanaman dengan jarak tanam yang
rapat, perakaran merata pada tanah bagian atas (top soil) dan pupuk diberikan dalam
jumlah yang besar. Metode ini mudah dilakukan, hemat biaya dan tenaga, dan pemberian
pupuk agak berlebih tidak berdampak buruk bagi tanaman. Kerugian metode ini adalah
kontak pupuk dengan tanah besar, sehingga penyematan hara khususnya P oleh tanah
akan lebih besar, pada tanah alkalis dan kering sebagian N akan hilang menguap dalam
bentuk ammonia (NH) serta pertumbuhan gulma akan ikut terpacu, terdapat dua cara
dalam metode broadcasting, yaitu:
a. Top dressing adalah metode pemupukan dengan menyebar pupuk secara merata di
permukaan tanah atau menurut alur yang tersedia.
b. Side dressing adalah metode pemupukan dengan menyebar pupuk disamping alur
tanaman.
2. Spot placement adalah metode pemupukan dengan membuat lubang di sekitar tanaman
kurang lebih sedalam 10 cm. kemudian pupuk dimasukkan ke dalam lubang dan ditutup
kembali dengan tanah agar tidak terjadi penguapan. Kelebihan metode ini adalah pupuk
yang diberikan dalam jalur atau lubang dekat tanaman muda, maka tanaman tersebut akan
mendapat hara yang cukup. Hal ini akan mendukung pertumbuhan tanaman pada tingkat
awal, sehingga memungkinkan tanaman dapat disiangi lebih awal dan pemberantasan
gulma lebih awal. Kerugian metode ini adalah apabila penempatan pupuk didekat benih
yang sedang bersemi dapat menyebabkan kerusakan tanaman muda karena kepekatan
yang tinggi dari garam yang larut, terutama bila pupuk diberikan terlalu dekat pada benih
atau tanaman.

3. Ring placement adalah metode pemupukan dengan membuat lubang di hawah tajuk
sekitar batang sedalam 30 cm, untuk tanaman muda sedalam 10 cm. Kemudian pupuk
dimasukkan ke dalam lubang dan ditutup kembali dengan tanah. Umumnya diaplikasikan
pada tanaman tahunan, seperti buah-buahan dan cengkeh. Keuntungan metode ini adalah
pengambilan hara oleh tanaman lebih mudah, terutama tanaman dengan perakaran
terbatas, efek residu dari penggunaan pupuk lebih besar, dan kehilangan hara dpat
dikurangi. Kerugian metode ini adalah memerlukan tenaga yang cukup banyak, karena
tidak mudah dan dilakukan per satu tanaman, membutuhkan waktu yang cukup lama.
Metode ini efektif untuk tanah yang kurang subur, lahan kering, jarak tanam renggang,
perakaran sedikit, tanaman tahunan, jumlah pupuk sedikit, pupuk tablet. dan terutama
pupuk P dan K.

4. Fertigasi adalah metode pemupukan dengan menggabungkan dua sistem, yaitu


fertilization dan irrigation. Pupuk dicampur dengan aliran irigasi. dapat menggunakan
tangki bertekanan atau cara sederhana dengan melarutkan pupuk dalam air, kemudian
disiram ke tanah sekitar tanaman. Kelebihan metode ini adalah tidak perlu mengeluarkan
banyak tenaga dan praktis, sedangkan kekurangan metode ini adalah membutuhkan biaya
yang banyak untuk membeli alat tangki bertekanan tinggi dan biasanya digunakan oleh
perusahaan komersial.

5. Injection adalah metode pemupukan dengan alat suntik. Pupuk cair dimasukkan ke dalam
alat suntik, kemudian disuntikkan ke batang tanaman. Keunggulan metode ini dapat
langsung terlihat pada warna daun. Metode ini kurang baik karena luka yang terjadi
akibat jarum suntik pada hatang tanaman dapat menjadi jalan masuk penyakit.

6. Foliar application adalah metode pemupukan dengan menggunakan alat semprot atau
spray. Pupuk cair disemprotkan ke daun tanaman. Metode ini dapat membantu tanaman
mendapat unsur hara tambahan dan lebih cepat melalui stomata daun di bagian bawah
daun. Saat aplikasi perlu diperhatikan keadaan cuaca sekitar apabila terlalu panas, dapat
mengakibatkan konsentrasi pupuk ke daun cepat meningkat, sehingga daun terbakar dan
konsentrasi larutan pupuk yang tinggi dapat mengakibatkan daun terbakar karena
plasmolisis batas.

Berdasarkan penelitian Hartono dkk (2012), teknik pemberian pupuk yang


dibenamkan ke dalam tanah pada tanaman jagung menghasilkan jumlah tongkol dan rata-
rata berat kering pipilan jagung paling tinggi, berbeda dengan hasil dari teknik pemberian
pupuk disebar merata di atas permukaan tanah dan diaduk bercampur dengan tanah.
Pemberian pupuk dengan cara dibenamkan ke dalam tanah, mengakibatkan unsur hara
dapat diserap dengan baik oleh tanaman karena unsur hara yang diberikan dekat dengan
pertumbuhan akar. Unsur hara baru dapat diserap oleh tanaman apabila unsur hara
tersebut berada dekat permukaan akar, sehingga lebih optimal dalam pertumbuhan suatu
tanaman. Secara teknis, penempatan pemberian pupuk dengan cara ditutup kembali
dengan tanah atau dibenamkan, lebih efektif dan efisien untuk pertumbuhan tanaman
(Hartono dkk, 2012).
V. PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada praktikum metode pemupukan kali ini dapat dismpulkan bahwa metode atau cara
pemupukan di bagi menjadi 6 metode yaitu broadcasting, ring placement, spot placement,
fertigasi, injection, dan foliar application
B. Saran
Saran dari kami adalah untuk mempraktekkan metode pemupukan secara langsung di
lapangan agar mahasiswa dapat mengaplikasikannya langsung dilapangan bukan hanya
teori saja.
DAFTAR PUSTAKA

Haji, M., Nasih W. Y., Sri N. H. U. 2010. Serapan hara N, P. K pada tanaman padi dengan
berbagai lama penggunaan pupuk organic pada vertisol Sragen. Jurnal Ilmu Tanah dan
Lingkungan 10: 2.
Hartono, R., Liliya D. S., Ruslan W. 2012. Pengaruh teknik dan dosis pemberian pupuk
organik dari sludge bio- digester terhadap produksi tanaman jagung (Zea Mays L.)
varietas Bima. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan.
Lakitan, B. 1995. Hortikultura: Teori, Budidaya dan Pasca Panen. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Maliangkay, R.,B., M. Nur, N. Mashud. 2013. Pengaruh pemupukan terhadap pertumbuhan
vegetatif tanaman aren belum menghasilkan. B. Palma 14:14
Susila, A.D. J.G. Kartika, T. Prasetyo, M.C. Palada. 2010. Fertilizer recommendation:
correlation and calibration study of soil-P test for yard long bean (Vigna ungvilata
L.) and utisal in Nanggung, Bogor. Indonesian Journal of Agronomy 38: 3.
LAMPIRAN
LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR ILMU TANAH

PERHITUNGAN KEBUTUHAN PUPUK

Nama:

ANDRE ASDIANTO (2204002)


BAGUS DWI NUGROHO (2204010)
DHAFA FADHILAH RAMADHAN (2204015)
GILANG RAMADHAN (2204024)

BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN D III


POLITEKNIK LPP YOGYAKARTA
2023
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pupuk merupakan substansi / bahan yang mengandung satu atau lebih zat yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pupuk mengandung zat – zat
yang dibutuhkan tanaman untuk memberikan nutirisi tanaman. Penggunaan pupuk
organik merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi pemakaian pupuk anorganik.

Pemupukan merupakan hal atau cara memberikan zat yang bertujuan untuk
memelihara atau memperbaiki kesuburan tanah. Berdasarkan bahan bakunya, pupuk
digolongkan menjadi dua, yaitu pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik disebut
pupuk alam karena seluruh atau sebagian besar pupuk ini berasal dari alam. Kotoran
hewan, sisa (serasah) tanaman, limbah rumah tangga, dan batu-batuan merupakan bahan
dasar pupuk organik. Kelebihan pupuk organik dibandingkan pupuk buatan (pupuk kimia)
yaitu mampu memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah serta dapat mengurangi
penggunaan bahan kimia pada produk pertanian.

Penentuan kebutuhan pupuk berdasarkan cadangan hara di dalam tanah


memerlukan analisis tanah di laboratorium. Penentuan kebutuhan pupuk berdasarkan
tanda kekurangan hara yang diperlihatkan tanaman, memerlukan keahlian dan
pengalaman khusus. Kadang kadang gejala kekurangan antara unsur yang satu dengan
lainnya sulit dibedakan dan gejala tersebut tidak menggambarkan beberapa jumlah pupuk
yang harus diberikan (cybext pertanian, 2019

B. Tujuan
Mahasiswa mengetahui pengaturan dosis pemupukan pada tanaman perkebunan
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Andre memiliki kebun sawit seluas 10 ha dengan rekomendadi dosis pemupukan
per hektar untuk Urea 510 kg, SP36 275 kg dan KCL 200 kg. Tentukan jumlah
dosis per pohon jika jarak tanamnya 3 x 3 m!
2. Jika Bagus membutuhkan 275 kg N, 175 kg P dan 150 kg K, berapakah urea, sp36
dan KCl yang harus dibeli Bagus
3. Jika Dhafa memiliki urea 235 kg, sp36 135 kg dan Kcl 100 kg, berapakah hara
yang terkandung di dalamnya.
4. Jika Gilang mengetahui dosis pemupukan tanamannya 85 gram ZA per tanaman.
Berapakah sebenarnya anjuran dosis nitrogen yang harus diberikan per ha?
5. Andre berniat membeli 350 kg urea di toko pupuk milik Bagus, namun ternyata
Bagus hanya memiliki pupuk NPK sehingga Andre terpaksa membeli pupuk NPK
sebagai pengganti. Berapakah pupuk NPK yang harus dibeli Andre?
6. Bagus memiliki 75 ha lahan yang ditanami sawit dengan dosis pupuk nitrogen 88
gram per pokoknya. Jika Bagus menanam dengan jarak tanam 3 x 3 berapakah
pupuk ZA yang harus dibeli Bagus secara keseluruhan?
7. Jika Dhafa memiliki lahan 60 ha dan ditanami dengan jarak 4x3 meter dan anjuran
dosis yang dibutuhkan adalah 265 kg urea tetapi Dhafa hanya memiliki NPK,
berapakah NPK yang harus Dhafa pupuk untuk setiap tanamannya
8. Gilang akan menanam kopi di lahannya seluas 50 ha. Lahan Gilang memiliki
status hara Tinggi. Jika Gilang ingin menanam dengan jarak 3x3 maka berapakah
dosis pupuk yang harus diberikan per tanamannya.
9. Andre melakukan analisis pada tanah miliknya dan didapatkan hasil analis P pada
tanah 1,9 mg/kg dan BV 1 g/cm3. lahan seluas 35 ha tersebut ditanami sawit
dengan jarak tanam 3 x 4 meter dan memiliki kedalaman perakaran 1 meter.
Tanaman sawit umumnya membutuhkan unsur hara 55 gram per tahunnya.
Buatlah rekomendasi pemupukan P untuk lahan Andre.
10. Bagus membutuhkan nitrogen 285 kg per hektar tanahnya dan saat ini Bagus
memiliki tanah seluas 125 ha. Jika di toko tersedia pupuk Urea dengan harga 5500
per kg dan NPK 3000 per kg, manakan yang sebaiknya dibeli oleh Bagus?
B. Pembahasan
2
10000 m
1. Jumlah tanaman = =1111 pohon/ha
3 ×3 m

Dosis Urea

510000 gram ÷ 1111=¿ 459 gram/tanaman

Dosis SP36

275000 gram÷ 1111=¿ 247 gram/tanaman

Dosis KCL

200000 gram ÷ 1111=¿ 180 gram/tanaman

100× 275
2. Pupuk urea ¿ =¿ 597,82 kg
46
100× 175
Pupuk sp36 ¿ =¿486,11 kg
36
100× 150
Pupuk kcl ¿ =¿ 250 kg
60

46
3. Pupuk urea ¿ ×235=¿ 108,1 kg
100
36
Pupuk sp36 ¿ ×135 ¿ 48,6 kg
100
60
Pupuk kcl ¿ ×100=¿ 60 kg
100

4. Diketahui =
Dosis ZA/ Tanaman = 85 gram
Jarak tanam = 3m x 3m
Berapakah anjuran dosis N/ Ha ?
Populasi = 10.000/ 3m x 3m = 1.111 tanaman
85 gram x 1.111 = 94.435 gram = 94,435 kg
Kadar N didalam pupuk ZA = 21%
21/100 X 94,435 = 19,83 kg/ha
5. Kandungan N dalam Urea 350 Kg = 45/100 x 350 Kg = 157,5 Kg
NPK (15:15:15)
100/15 X 157,5 = 1.050 kg pupuk NPK yang dibutuhakan
6. Diketahui ;
Luas lahan = 75 ha = 750.000 m2
Dosis Nitrogen = 88 gram
Jarak tanam = 3mx3m
Berapakah pupuk ZA yang harus dibeli ?
Jumlah populasi dalam 75 ha =
750.000 m2 / (3x3m) = 83.333 tanaman
Dosis ZA = 100/21 x 88 gram = 419 gram
Jumlah pupuk yg dibeli = 83.333 x 419 = 34.916.527 gram
Pupuk ZA yang harus dibeli = 34.916,527 kg

7. Dik: lahan ¿ 60 ha
JT ¿ 4 ×3 m
NPK ¿ 16-16-16
Dit: NPK per tanaman
600000
Jb: =50.000 tanaman
4 ×3
100
Jumlah NPK¿ ×265.000=1.656 .250 gram
16
1.656.250 gram
Jumlah NPK/Tanaman¿ =33,125 gram NPK /tanaman
50.000 tanaman

8. Dik: luas lahan 50 ha

JT = 3×3 m

10000
Populasi = =1111/ha
3× 3
¿ 1111 ×50 ha
¿ 55.550 tanaman
Urea
Dik: dosis per hektar = 150 kg/ha
Jumlah tanaman = 55.550 tanaman
150.000
Dit: Dosis per tanaman = =2 ,7 g /tanaman
55.550

SP-36
Dik: dosis per hektar = 125 kg/ha
Jumlah tanaman = 55.560 tanaman
125.000
Dit: dosis per tanaman = =2 ,25 g /tanaman
55.560

9. Ket: lahan = 35 ha
BV = 1 g/cm3
JT = 3× 4 m
Solum= 1 m
Kadar hara P = 1,9 mg/kg
Keb. Sawit = 55 g/tahun

1) Berat tanah
lahan × solum × BV
35 ha ×1 m× 1 g /cm3
350.000 m2 ×1 m× 1000kg/m3
350.000.000 kg

2) Jumlah P/ha
P × berat tanah
1,9 mg/kg ×350.000 .000 kg
665.000.000 mg
665 kg

3) Keb. Hara tanaman/ ha

kebutuhan × Jumlah tanaman

350.000
55 g/tan × =1.604 .167 g
3×4
1.604,167 kg

4) Dosis P
1.604,167 - 665
939,167 kg/ha

5) Dosis pupuk P
100
Sp-36 = ×939,167
36
= 2.608,797 kg ¿ 2.609 kg
= 2,609 ton/35 ha/tahun

kg
10. Total nitrogen ¿ 285 ×125 ha=35.625 nitrogen
ha

100 kg
Urea = ×35.625 ¿ 77.446
46 125 ha

100 kg
NPK = ×35.625 ¿ 222.656
16 125 ha

Harga urea/125 ha ¿ berat urea× hargaurea

¿ 77.446 ×5.500

¿ 425.953 .000

Harga NPK/125 ha ¿ berat NPK ×harga NPK

¿ 222.656 ×3000

¿ 667.968 .000

Jadi, sebaiknya bagus memilih pupuk urea sebanyak 77.446 kg dengan harga Rp
425.953 .000 , 00.
III. PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpualan dari perhitungan ini bahwa:
1. jadi dosis pemupukan perpohon jika jarak tanamnya 3 x 3 m adalah untuk
dosis urea 459 g/tanaman, dosis SP36 247/tanaman, dan dosis KCL 180
g/tanaman.

2. Pupuk Urea yang harus dibeli bagus untuk kebutuhan tanamannya adalah
597,82 kg, Pupuk SP36 yang harus dibeli bagus adalah 486,11 kg, dan
Pupuk KCL yang harus dibeli oleh bagus adalah 25 kg.

3. Hara yang terkandung dalam pupuk Urea yang dhafa miliki adalah sebesar
108,1 kg, SP36 sebesar 48,6 kg, dan KCL sebesar 60 kg.

4. Anjuran dosis nitrogen yang harus diberikan gilang per hektarnya adalah
19,83 kg/ha

5. Pupuk NPK yang harus dibeli Andre adalah 1.050 kg pupuk NPK sebagai
pengganti dari pupuk Urea yang tidak ada

6. Pupuk ZA yang harus dibeli bagus secara keseluruhan jika bagus menanam
dengan jarak tanam 3 x 3 adalah 34.916,527 kg

7. NPK yang harus dhafa pupuk untuk setiap tanamannya adalah 33,125
g/tanaman

8. Jika gilang ingin menanam dengan jarak tanam 3 x 3 maka dosis pupuk
yang harus diberikan adalah Urea sebanyak 2,7 g/tanaman dan SP36
sebanyak 2,25 g/tanaman

9. Rekomendasi pemupukan p untuk lahan andre dengan rincian:

Berat tanah = 350.000.000 kg


Jumlah p/ha = 665 kg
Kebutuhan hara tanaman/ha = 1.604,167 kg
Dosis P = 939,167 kg/ha
Dosis pupuk p = SP36 = 2,609 ton/35 ha/tahun
10. Jika ditoko tersedia pupuk urea dengan harga 5.500 per kg dan NPK 3.000
per kg maka yang sebaiknya dibeli oleh bagus jika membutuhkan nitrogen
sebesar 285 kg per hektar tanahnya dan memiliki lahan seluas 125 ha
adalah pupuk Urea sebanyak 77.446 kg dengan harga Rp.
425.953 .000 , 00.
LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR ILMU TANAH DAN PEMUPUKAN

BIOCHAR

Nama:

ANDRE ASDIANTO (2204002)


BAGUS DWI NUGROHO (2204010)
DHAFA FADHILAH RAMADHAN (2204015)
GILANG RAMADHAN (2204024)

BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN D III


POLITEKNIK LPP YOGYAKARTA
2023
Abstrak

Biochar dianggap sebagai solusi alternatif yang potensial untuk memulihkan fungsi tanah
guna meningkatkan kualitas lahan terdegradasi, terutama pada lahan suboptimal, yang
nantinya dapat membantu meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk bagi tanaman.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang bagaimana cara pembuatan
biochar di bidang pertanian khususnya biochar dari sekam padi.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah merupakan lapisan teratas lapisan bumi. Tanah memiliki ciri khas dan sifat-sifat
yang berbeda antara tanah di suatu lokasi dengan lokasi yang lain. Menurut Dokuchaev
(1870) dalam Fauizek dkk (2018), Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang berasal dari
material induk yang telah mengalami proses lanjut, karena perubahan alami di bawah
pengaruh air, udara, dan macam-macam organisme baik yang masih hidup maupun yang telah
mati. Tingkat perubahan terlihat pada komposisi, struktur dan warna hasil pelapukan.

Optimalisasi penggunaan lahan kering terdegradasi sebagai penyedia pangan perlu


diawali dengan rehabilitasi lahan agar kualitas tanah meningkat. Kualitas tanah (soil quality)
yang dimaksud adalah untuk berfungsi dalam suatu ekosistem alami atau ekosistem yang
dikelola, untuk menunjang produktivitas tanaman dan mendorong kualitas air dan udara serta
mendukung kehidupan manusia dan lingkungannya.

Salah satu bahan yang memenuhi sifat tersebut adalah biochar, yaitu padatan kaya
kandungan karbon yang merupakan hasil konversi dari biomas melalui proses phirolisis.
Biochar memiliki keunggulan lebih resisten terhadap pelapukan di banding dengan bahan
organik hasil dekomposisi, sehingga mampu memulihkan lahan-lahan pertanian yang
terdegradasi. Selain itu pemanfaatan bahan organik dalam bentuk Biochar merupakan
tindakan yang dapat mendukung konservasi karbon tanah ( Rupa Matheus, 2017 )
Penambahan biochar pada lapisan tanah pertanian akan memberikan manfaat yang
cukup besar antara lain dapat memperbaiki struktur tanah, menahan air dan tanah dari erosi
karena luas permukaannya lebih besar, memperkaya karbon organik dalam tanah,
meningkatkan pH tanah sehingga secara tidak langsung meningkatkan produksi tanaman,

B. Tujuan
Mengenal dan memahami pembuatan biochar dan manfaatnya
II. TINJAUAN PUSTAKA

Di Indonesia yang merupakan negara tropis, laju dekomposisi (pelapukan) bahan organik
tergolong tinggi sehingga bahan pembenah tanah organik alami yang digunakan lebih bersifat
sementara (temporary). Saat ini telah mulai berkembang di dunia, penggunaan biochar/arang
limbah pertanian sebagai bahan pembenah tanah alternatif. Biochar mampu bertahan lama di
dalam tanah atau mempunyai efek yang relatif lama, atau relatif resisten terhadap serangan
mikroorganisme, sehingga proses dekomposisi berjalan lambat Oleh karena itu, biochar dapat
menjadi pembenah tanah alternatif yang potensial untuk memperbaiki kualitas lahan yang
telah terdegradasi khususnya di lahan-lahan suboptimal. Salah satu upaya mitigasi dalam
menghadapi perubahan iklim adalah dengan meningkatkan sekuestrasi karbon diantaranya
dalam bentuk biochar. Biochar terbukti efektif dalam menurunkan kemasaman tanah pada
lahan kering masam yang banyak ditemui pada lahan pertanian di Indonesia. Kemasaman
tanah pada lahan kering masam umumnya disebabkan tingginya konsentrasi aluminium yang
menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat dan mengurangi potensi lahan untuk
menghasilkan pangan. Biochar juga mampu mengurangi pencucian pestisida dan unsur hara
dan pada akhirnya berdampak pada peningkatan kualitas lingkungan.

Biochar adalah arang hayati bersifat porous, yang terbuat dari sisa mahluk hidup (Gani,
2010). Biochar dapat menambah kelembaban dan kesuburan tanah serta bisa bertahan ribuan
tahun di dalam tanah bila digunakan untuk pengurangan emisi CO2. Penggunaan biochar
dalam jangka panjang tidak mengganggu keseimbangan karbon-nitrogen, biochar mampu
meningkatkan air dan nutrisi tersedia dalam tanah bagi tanaman.

Biochar dapat diproduksi melalui pembakaran tidak sempurna biomassa. Biochar


merupakan hasil sampingan dari teknologi pirolisis yang digunakan untuk produksi biofuel
dan amonia. Energi dari biomasa dapat menurunkan konsumsi energi fosil dan emisi CO2.
Bahan bakar terbarukan biofuel terbuat dari biomassa yang modern dibandingkan dengan
tradisional energi biomassa telah banyak diteliti mengenai potensinya menyediakan energi
untuk keperluan rumah tangga dan industri. Prinsip yang mendasari biasanya produksi
berbasis lahan berkelanjutan dari penggunaan biomassa limbah dan konversi ke bioenergi.
Produksi bioenergi dari biomassa akan menghasilkan etanol melalui fermentasi mikroba,
ekstraksi minyak tanaman, pirolisis dan gasifikasi biomassa. Dalam konteks bioenergi,
pirolisis menjadi penting karena menghasilkan biochar (Sitrumeang, 2020).

Sumber biochar terbaik adalah limbah organik khususnya limbah pertanian. Hingga saat
ini pemanfaatan limbah organik dilakukan melalui proses pembakaran sempurna/tidak
sempurna menjadi biochar (menghasilkan CO2), terdegradasi/ terdekomposisi di lingkungan
aerobik (juga menghasilkan CO2), atau terdegradasi/terdekomposisi dalam lingkungan
anaerobik (menghasilkan CO2 serta CH4). Saat ini belum ada manfaat lainnya dari bahan-
bahan yang miskin hara selain dimanfaatkan menjadi biochar melalui proses pembakaran
tidak sempurna dan digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki lahanlahan marjinal.
Potensi bahan baku biochar tergolong melimpah yaitu berupa limbah sisa pertanian, terutama
yang sulit terdekomposisi atau dengan rasio C/N tinggi. Di Indonesia potensi penggunaan
charcoal atau biochar cukup besar, mengingat bahan baku seperti residu kayu, tempurung
kelapa, sekam padi, kulit buah kakao, tongkol jagung, cukup tersedia (Nurida, 2017).
III. METODOLOGI
1. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Tanah Politeknik LPP Yogyakarta pada hari
Sabtu, 27 Mei 2023 pukul 08:00 wib s.d Selesai. Dalam praktikum ini dijelaskan tentang cara
pembuatan biochar.

2. Alat dan Bahan

1. Sekam padi (1-2 karung)


2. Plat seng 50 x 100 cm
3. Sabut kelapa
4. Air
5. Sekop

3. Langkah Langkah

Lubangi plat seng menggunakan paku dan diatur agar tiap lubang sekitar 5 cm. Letakkan
silinder dalam posisi berdiri di tengah tempat pembakaran sekam. Selanjutnya, sabut
kelapa di sulut dengan api, lalu dimasukkan dalam pelat silinder. Setelah beberapa waktu,
sekam disekeliling silinder akan terlihat menghitam. Jika arang sekam berubah menjadi
hitam, maka segera siram dengan air secukupnya. Jika sudah dingin arang sudah jadi dan
siap untuk di gunakan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Menurut Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Demak (2021) Biochar sangat
bermanfaat bagi pertanian terutama untuk perbaikan kualitas lahan (sifat fisik, kimia, dan
biologi tanah). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan biochar dapat
meningkatkan kesuburan tanah dan mampu memulihkan kualitas tanah yang telah
terdegradasi.

Dalam bidang pertanian, biochar berfungsi :

1. Meningkatkan ketersediaan hara

2. Meretensi (menyimpan/menahan) hara

3. Meretensi air

4. Meningkatkan pH dan KTK pada lahan kering masam

5. Menciptakan habitat yang baik bagi perkembangan mikroorganisme simbiotik seperti


mikoriza karena kemampuannya dalam menahan air dan udara serta menciptakan
lingkungan yang bersifat netral
khususnya pada tanah-tanah masam

6. Meningkatkan produksi tanaman pangan

7. Mengurangi laju emisi CO2 dan mengakumulasi karbon dalam jumlah yang cukup besar.

Biochar adalah hasil dari produksi limbah biomassa yang dibakar tanpa udara secara
langsung maupun tidak langsung. Pembuatan biochar sering disebut sebagai pyrolysis.
Biochar digunakan sebagai pembenah tanah dan meningkatkan kualitas lahan, seperti
meningkatkan pH tanah atau mengurangi tingkat kemasaman tanah ( Y Prasetyo dkk, 2020)

Biochar sekam padi dapat digunakan sebagai pendamping pupuk untuk mengikat unsur
hara yang disumbangkan oleh pupuk dan meningkatkan efisiensi pemupukan. Beberapa
penelitian telah membuktikan bahwa aplikasi pupuk kompos mampu menggantikan peran
pupuk anorganik dalam memperbaiki sifat kimia tanah ( D. A. Herhandini, 2021 ).

Pemanfaatan biochar sekam padi merupakan salah satu upaya pengelolaan limbah
pertanian untuk memperbaiki karakteristik dan kesuburan tanah. Penelitian penggunaan
biochar sekam padi sebagai bahan pembenah tanah sudah banyak dilakukan, tetapi
penggunaan biochar sekam padi yang dikombinasikan dengan pupuk organik berbasis
mikroba belum banyak dilakukan. Biochar sekam padi dapat menyediakan habitat bagi
mikroba tanah, kombinasi biochar sekam padi dengan pupuk organik berbasis mikroba
diharapkan dapat memperbaiki karakteristik fisik dan kimia tanah, serta meningkatkan
kesuburan tanah sekaligus mengurangi penggunaan pupuk anorganik ( Siti Suharyatun,
2021).

Biochar merupakan arang hayati berpori (porous) yang berasal dari limbah organik (biomasa
pertanian) atau sering disebut juga arang aktif yang melalui proses pembakaran tidak
sempurna atau suplai oksigen terbatas (pirolisis). Pirolisis merupakan termolisis yang
fungsinya yaitu melepaskan zat terbang (volatile matter) yang terkandung pada biomasa.
Pada dasarnya zat terbang yang terdapat pada biomasa cukup tinggi. Bahan baku yang
dikonversi secara pirolisis adalah bahan baku yang memiliki selulosa tinggi. Pembuatan
biochar menggunakan metode Kon-Tiki, soil pit, dan drum yang menggunakan bahan baku
bambu petung, kayu pulai, dan tempurung kelapa. Beragamnya sumber bahan baku dan
teknik pembuatan biochar dapat mempengaruhi hasil pertumbuhan dan produktivitas
tanaman. Sehingga, perbedaan metode dan bahan baku sebagai pembuatan biochar penting
untuk menentukan kualitas biochar. Jenis dan metode pembuatan biochar berpengaruh
terhadap karakteristik biochar. Bahan baku (feedstock) biochar yang mempunyai karakteristik
yang baik terdapat pada bambu petung, sedangkan metode pembuatan biochar yang terbaik
terdapat pada metode Kon-Tiki.

Berbagai teknik pembuatan biochar telah tersedia mulai dari yang menggunakan tungku
tradisional sampai yang modern. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik
pembuatan biochar terhadap karakteristik biochar yang dihasilkan dan pertumbuhan anakan
Shorea leprosula pada percobaan bioassay di persemaian. Adapun teknik pembuatan biochar
dalam penelitian ini terdiri dari (1) tradisional dengan tungku tanah (Soil pit) (2) retort
dengan drum tertutup (Kon-tiki) dan (3) drum terbuka.
Alat dan bahan yang diperlukan :
a. Sekam padi (1-2 karung)
b. Sabut kelapa
c. Air
d. Plastik klip
Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Drum tertutup/ Kontiki (retort, Gambar 1a), untuk memproduksi biochar secara tertutup
tanpa udara,
2. Drum terbuka (Gambar 1b), untuk memproduksi biochar secara terbuka,
3. Tungku pembakaran/ Soil pit (Gambar 1c), untuk memproduksi biochar secara
konvensional,

Dalam kegiatan praktikum kami menggunakan metode drum terbuka .Langkah


pembuatannya adalah sebagai berikut :

1. Sebelum membakar sekam, sebaiknya dipilih tempat yang jauh dari pemukiman. Sebab
pembakaran sekam tersebut akan menghasilkan asap yang sangat mengganggu.
2. Siapkan drum dengan tutup terbuka dan masukkan sekam padi 1-2 karung, kemudian
gunakan sabut kelapa untuk menghidupkan api pembakaran.
3. Sabut kelapa disulut dengan api, lalu dimasukkan dalam drum. Jaga api agar tetap
menyala dengan menambahkan sabut kelapa setiap api hampir padam.
4. Setelah beberapa waktu, sekam di didalam drum akan terlihat menghitam. Jika hal ini
sudah terjadi, maka sekam yang sudah hitam dijauhkan dari api. Sebaliknya, sekam yang
masih cokelat dipindahkan agar berada lebih dekat dengan api pembakaran. Ulangi
hingga semua sekam berubah warna menjadi hitam.
5. Jika arang sekam seluruhnya sudah berwarna hitam, maka segera siram dengan air
secukupnya. Hal ini cukup penting untuk memastikan proses pembakaran tidak berlanjut
dan arang sekam malah menjadi abu.
6. Jika sudah dingin arang sudah jadi dan siap untuk digunakan.

Rendemen produksi biochar dengan metode drum tertutup atau retort dalam penelitian ini
berkisar antara 30-35%, nilai ini jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan metode drum
terbuka dan konvensional. Selain itu, metode ini menghasilkan arang sempurna, tanpa abu
dan sangat mudah untuk dihancurkan. Berbeda dengan dua metode lainnya, metode ini dapat
menggunakan berbagai bahan baku tidak hanya berupa limbah kayu tetapi juga limbah kulit,
daun bahkan limbah ternak tetapi akan diperlukan lebih banyak bahan untuk pemicu hingga
terjadinya gas yang dapat dimanfaatkan untuk pembakaran secara retort. Pada prinsipnya
dalam metode ini, gas-gas hasil pyrolysis disirkulasikan kebagian ruang pembakaran dan
digunakan untuk pembakaran bahan baku itu sendiri yang berarti mengurangi bahan bakar
external yang diperlukan untuk produksi biochar dan juga mengurangi besaran emisi yang
dilepaskan ke udara terutama CO, CH4 dan aerosols. Metode produksi drum terbuka
memiliki beberapa persoalan, seperti besarnya emisi yang dilepas dan rendahnya rendemen
arang hayati yang dihasilkan. Pada waktu pembakaran berlangsung perlu adanya
pengawasan, karena api dapat menyala dan menyebabkan seluruh bahan baku menjadi abu
sebagai akibat dari kurang terbatasnya udara yang masih dapat masuk ke dalam tungku
pembuatan biochar dengan metode ini. Selain itu metoda ini dapat menghasilkan biochar
yang kurang matang akibat pemadaman nyala api yang terlalu dini atau pemuatan bahan baku
yang berlebihan. Oleh karena itu diperlukan adanya pengontrolan yang seksama dalam proses
pembuatan biochar dengan metode ini. Namun demikian pengembangan metode ini dengan
adaptasi terhadap metode Flame Curtain Kiln (Cornelissen et al. 2016; Smebye et al. 2017)
dipandang menjanjikan. Kelebihan menggunakan metode konvensional adalah kapasitas
produksi yang tinggi dan dapat disesuaikan dengan keperluan serta tidak memerlukan bahan
lain untuk memicu pembakaran. Metode ini juga lebih murah daripada metode yang lain
karena tidak menggunakan alat produksi. Kekurangan dari metode ini adalah proses produksi
yang memerlukan waktu lebih lama. Satu kali produksi rata-rata memerlukan waktu 5 sampai
7 hari serta rendemen relatif rendah yakni berkisar antara 10- 20%. Emisi dan pollutan yang
dilepaskan juga cukup banyak, terlihat dari asap yang keluar dari ventilasi udara selama
proses produksi berlangsung.

V. PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan dari kegiatan praktikum kali ini, pembuatan sangat mudah dilakukan hanya
dengan bermodalkan sekam padi ataupun limbah rumah tangga yang nantinya sangat
berguna untuk bahan pembenah tanah.

B. Saran
Disarankan pada saat praktikum dilakukan hendaknya menggunakan material dan alat
yang lebih memadai dan lengkap agar praktikan lebih mudah memahami dalam proses
pembuatannya.
DAFTAR PUSTAKA

Cornelissen G, Pandit NR, Taylor P, Pandit BH, Sparrevik M, Schmidt HP. 2016. Emissions
and Char Quality of Flame-Curtain "Kon Tiki" Kilns for Farmer-Scale
Charcoal/Biochar Production. PLoS ONE 11(5): e0154617.
doi:10.1371/journal. pone.0154617.

D. A. Herhandini, Retno Suntari, Ania Citraresmini, 2021, Pengaruh Aplikasi Biochar Sekam
Padi Dan Kompos Terhadap Sifat Kimia Tanah, Pertumbuhan, Dan Serapan Fosfor
Tanaman Jagung Pada Ultisol, Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 8 No 2: 385-
394, 2021 e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2021.008.2.10.

Prasetyo, Benny Hidayat, Bintang Sitorus, 2020, Karakteristik Kimia Biochar Dari Beberapa
Biomassa Dan Metode Pirolisis, Universitas Sumatera Utara, Agrium ISSN
0852-1077 (Print) ISSN 2442-7306. Oktober 2020 Volume 23 No.1.

Pratiwi, D., Syakur., dan Darusman. 2021. Karakteristik Biochar pada Beberapa Metode
Pembuatan dan Bahan Baku. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian, Vol.6,
No.3:210-211

Rupa Matheus, , Donatus Kantur, Dan Lenny M. Moy, 2017, Pemanfaatan Biochar Limbah
Pertanian sebagai Pembenah Tanah untuk Perbaikan Kualitas Tanah dan Hasil Jagung
di Lahan Kering, Politeknik Pertanian Negeri Kupang, AGROTROP, 7 (2): 99 - 108
ISSN: 2088-155X

Siti Suharyatun, Warji Warji, Agus Haryanto, Khoiril Anam, 2021, Pengaruh Kombinasi
Biochar Sekam Padi dan Pupuk Organik Berbasis Mikroba Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Sayuran, Teknotan, Jurnal Industri Teknologi Pertanian, Universitas
Padjajaran.

Smebye AB, Sparrevik M, Schmidt HP, Cornelissen G. 2017. Life-cycle assessment of


biochar production systems in tropical rural areas: Comparing flame curtain
kilns to other production methods. Biomass and Bioenergy 101: 35-43.

Nurida, N., L. 2017. Potensi Pemanfaatan Biochar untuk Rehabilitasi Lahan Kering di
Indonesia. Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Penelitian Tanah. Bogor
Situmeang, Y., P. 2020. BIOCHAR BAMBU Perbaiki Kualitas Tanah dan Hasil Jagung.
Scopindo Media Pustaka. Surabaya
LAMPIRAN
LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR ILMU TANAH DAN PEMUPUKAN

KESESUAIAN LAHAN

Nama:

ANDRE ASDIANTO (2204002)


BAGUS DWI NUGROHO (2204010)
DHAFA FADHILAH RAMADHAN (2204015)
GILANG RAMADHAN (2204024)

BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN D III


POLITEKNIK LPP YOGYAKARTA
2023
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Seiring dengan pesatnya proses urbanisasi, kota berubah menjadi tempat yang lebih
kompleksdan metode perencanaan tradisional akan menjadi sulit untuk diterapkan (Liang,
2020). Tidak dapat dihindari juga, bahwa akan terdapat tantangan baru dalam proses
perencanaan di Indonesia, Salah satunya adalah masyarakat Indonesia yang cenderung
menghabiskan uang lebih banyak untuk biaya transportasi. Pada tahun 2016, biaya
transportasi bulanan yang harus dikeluarkan oleh masyarakat Indonesia sebesar 25%. Hal
tersebut disebebkan karena terjadinya perpindahan penduduk menuju pinggiran kota, dan
didukung dengan mudahnya akses masyarakat untuk membeli kendaraan pribadi.
Perpindahan penduduk menuju pinggiran kota menimbulkan masalah dalam menjalankan
system transportasi publik yang efisien. Fenomena tersebut disebut dengan urban sprawl
(Strong, 2017)
Untuk mengatasi masalah tersebut, pendekatan perencanaan dengan mengkombinasikan
sistem transportasi dan penggunaan lahan dapat diterapkan (Liang, 2020), dengan
mengembangkan Transit Oriented Development(TOD). TOD adalah segala jenis
pengembangan lingkungan permukiman yang berorientasi pada stasiun transit. TOD
mendorong pembangunan berkelanjutan, dengan menciptakan penggunaan lahan campuran,
kepadatan bangunan yang tinggi, dan jalur pejalan kaki yang ramah (Wang, 2019)
Dalam penerapan TOD, terdapat beberapa tantangan dalam aspek pembiayaan dan
institusional. Para pengembang TOD yang masih menggunakan mekanisme pembiayaan
konvensional dengan meminjam uang ke bank memiliki tantangan tersendiri seperti sulitnya
mendapatkan pinjaman untuk melakukan konstruksi.
Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) menemukan bahwa faktor yang paling
kritis dalam melakukan pinjaman, adalah pinjaman untuk melakukan konstruksi (Venner,
2007). Tingkat kesultan konstruksi TOD tergolong tinggi karena adanya penggunaan lahan
campuran. Konstruksi bangunan dengan guna lahan campuran akan lebih rentan
menimbulkan biaya tambahan tak terduga. Dalam aspek institusional, mengambil contoh dari
penerapan TOD di China, hal yang dapat menjadi tantangan adalah terkait kebijakan
perencanaan yang tidak mendukung yang menyebabkan terpisahnya pengembangan sistem
transportasi dan penggunaan lahan, terbatasnya instrumen perolehan nilai lahan(LVC)
dibawah kebijakan manajemen lahan, dan pemerintahan yang tidak efisien
Rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) kota Yogyakarta tahun 2017-
2022 mengungkapkan bahwa kota Yogyakarta memiliki peramsalahan di bidang transportasi
seperti penurunan penggunaan kendaraan umum, karena mudahnya akses masyarakat untuk
memiliki kendaraan pribadi, yang menyebabkan penggunaan ruang jalan menjadi tidak
efisien dan terjadinya kemacetan di berbagai ruas jalan utama kota Yogyakarta. Oleh
karenanya, dalam RPJMD kota Jogja tahun 2017 – 2022, disebutkan bahwa salah satu konsep
pengembangan sistem transportasi di Kota Yogyakarta adalah sistem transportasi yang
berkelanjutan, dengan mengembangkan kawasan yang berorientasi transit/Transit Oriented
Development. Salah satu lokasi yang tepat untuk mengembangkan kawasan yang berorientasi
transit adalah kawasan stasiun Tugu, Yogyakarta.
Kawasan Stasiun Tugu, Kota Yogyakarta, merupakan kawasan yang berada di kelurahan
Sosromenduran, Kecamatan Gedongtengen, Kota Yogyakarta. Stasiun Tugu berada di tengah
Kota Yogyakarta, dan berdekatan dengan kawasan wisata dan perdagangan Malioboro, dan
Kotabaru. Stasiun Tugu merupakan stasiun tipe A yang melayani hampir semua
pemberangkatan dan kedatangan dari semua kelas kereta api, dan melayani hampir semua
kota besar di pulau jawa, mulai dari Jakarta hingga Surabaya. Stasiun Tugu juga melayani
pemberangkatan kereta menuju Bandara Internasional Yogyakarta, Bandara Adisutjipto.
Kawasan Stasiun Tugu memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi kawasan Transit
Oriented Development (TOD), dan juga berpotensi dapat memberikan peningkatan nilai
kemanfaatan terhadap lahan di kawasan Stasiun Tugu. Hal tersebut disebabkan karena
Stasiun Tugu berada di tengah kota, yang dapat memudahkan masyarakat untuk mencapai
Stasiun Tugu. Lokasi Stasiun Tugu yang berdekatan dengan kawasan wisata, perdagangan,
dan jasa Malioboro dan Kotabaru, juga merupakan potensi yang dapat dimaksimalkan dengan
melakukan pengembangan kawasan berorientasi transit (TOD). Stasiun Tugu juga memiliki
jaringan rel kereta api yang menghubungkan antara Stasiun Tugu dan bandara adisucipto, dan
juga bis transjogja yang menghubungkan antara Stasiun Tugu dengan Terminal Prambanan,
Bandara Adisucipto, Malioboro, dan Jogja Expo Center (JEC). Jaringan transportasi yang
sudah menghubungkan Stasiun Tugu dan Bandara Adisucipto, serta beberapa tempat lain juga
dapat menjadi modal awal Stasiun Tugu dalam pengembangan TOD. Selain itu, nilai lahan di
sekitar kawasan Stasiun Tugu yang tinggi juga dapat dimaksimalkan nilai kemanfaatan nya
dengan mengembangkan kawasan TOD, dan menggunakan skema pembiayaan perolehan
nilai lahan/Land Value Capture (LVC).

Pengembangan kawasan berorientasi transit juga dapat mendukung rencana detail tata
ruang (RDTR) dan peraturan zonasi Kota Yogyakarta untuk mengembangan kawasan
perdagangan dan jasa, perkantoran, dan pendidikan di kawasan Malioboro dan Kotabaru.
Pengembangan kawasan tersebut dapat terintegrasi dengan pengembangan kawasan yang
berorientasi transit disekitar stasiun Tugu.

B. Tujuan

Praktikan dapat memahami dan melakukan analisa kesesuian berdasarkan pada data yang
sudah ada.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengembangan kawasan berorientasi transit juga dapat mendukung rencana detail tata
ruang (RDTR) dan peraturan zonasi Kota Yogyakarta untuk mengembangan kawasan
perdagangan dan jasa, perkantoran, dan pendidikan di kawasan Malioboro dan Kotabaru.
Pengembangan kawasan tersebut dapat terintegrasi dengan pengembangan kawasan yang
berorientasi transit disekitar stasiun Tugu.

Lahan memiliki peran sangat penting bagi kehidupan manusia. Lahan digunakan
sebagai pemenuhan kebutuhan manusia baik yang bersifat material serta spiritual. Salah satu
faktor produksi adalah lahan. Lahan sebagai wadah atau tempat dihasilkannya suatu produk.
Banyak sedikit produk yang dihasilkan dapat dipengaruhi oleh luas sempitnya lahan yang
digunakan.

Pertanian merupakan sektor terpenting sebagai penopang untuk memenuhi kebutuhan


hidup orang banyak, khususnya kebutuhan hidup makanan pokok manusia sebagai wujud
peningkatan kesejahteraan bangsa dan negara. Di bidang pertanian, lahan merupakan
sumber daya yang sangat penting, baik bagi petani maupun bagi pembangunan pertanian.
Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa di Indonesia kegiatan pertanian masih bertumpu
pada lahan (land based agriculture activities) (Zuhri, 2018).

Lahan pertanian adalah bidang lahan yang digunakan untuk usaha pertanian.
Ketersediaaan lahan merupakan faktor utama dalam pengembangunan sektor pertanian
karena berhubungan dengan kuantitas dan kualitas jenis tanaman yang ditanam sebagai
upaya memperoleh keuntungan. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan cepatnya
laju pembangunan menyebabkan kebutuhan lahan meningkat, hal ini berimbas pada
berkurangnya ketersediaan lahan. Selain itu juga dipengaruhi perubahan kebijakan program
atau rencana pembangunan (Ayu, 2018)

Tata Guna Lahan menurut Undang-Undang Pokok Agraria adalah struktur dan pola
pemanfaatan tanah, baik yang direncanakan maupun tidak, yang meliputi persediaan tanah,
peruntukan tanah, penggunaan tanah dan pemeliharaannya. Penggunaan lahan merupakan
wujud dari kegiatan manusia terhadap pemanfaatan lahan secara optimal pada satu waktu.

Penggunaan lahan adalah segala campur tangan manusia, baik secara menetap atau
berpindah-pindah terhadap suatu kelompok sumberdaya alam dan sumberdaya buatan, yang
secara keseluruhan dapat disebut lahan dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan baik
material maupun spiritual, maupun kebutuhan kedua-duanya (Nasution, 2017).

Penggunaan lahan terbagi menjadi dua yaitu lahan pertanian dan lahan non pertanian.
Lahan pertanian adalah lahan yang digunakan untuk usaha segala bidang pertanian seperti
perkebunan,perikanan dan peternakan. Lahan yang digunakan sebagai kegiatan non
pertanian adalah lahan non pertanian. Lahan non pertanian adalah sebagai berikut (Fitrianin
gsih, 2017)

1. Lahan perumahan yakni lahan untuk tempat tinggal atau rumah, pemakaman, tempat
rekreasi.
2. Lahan perusahaan yakni penggunaan lahan untuk pasar, per tongkrongan, gudang, bank,
bioskop, hotel, stasiun
3. Lahan industri yakni penggunaan lahan untuk pabrik, percetakan

4. Lahan untuk jasa yakni penggunaan lahan untuk kantor kantor pemerintahan

5. Tempat ibadah, rumah sakit, sekolah dan fasilitas umum.


III. METODOLOGI

Pada acara ini praktikan akan melakukan penghitungan kesesuaian lahan pada sebuah
varietas didasarkan pada panduan yang ada. Untuk data akan disiapkan oleh aisten.
Karakteristik tanah/lahan yang dipakai sebagai parameter dalam evaluasi lahan tersebut
antara lain: temperatur udara, drainase, tekstur, alkalinitas, bahaya erosi, dan
banjir/genangan.
1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan dengan 2 tahap yaitu pada hari
Kamis ,25 Mei 2023 pukul 09.00 s/d selesai di Laboratorium Tanah
berupa materi secara langsung dan pada hari Sabtu,27 Mei 2023 pukul
08.00 s/d selesai di Kebun Wedomartani Poltek LPP.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Alat Tulis
b. Bahan
1) Board list
2) Modul DIT
3) Lubang Tanah
4) Kertas
3. Cara Kerja
a. Di Lab
1. Asisten dosen membuka acara praktikum
2. Asisten dosen mengabsensi mahasiswa
3. Asisten menjelaskan materi Analisa Kesesuaian Lahan
4. Asisten memberi contoh soal
5. Mahasiswa melakukan post test
b. Dikebun Wedo
1. Asisten dosen membuka praktikum
2. Melakukan absensi kehadiran praktikan
3. Menjelaskan mengenai pembuatan biochar
4. Praktek membuat biochar
5. Setelah selesai,mahasiswa melakukan Analisa Kesesuaian Lahan
dengan melihat profil tanah yang telah disediakan.
6. Membuat tugas Essay
7. Membuat laporan praktikum yang dikumpulkan sesuai tanggal
disepakati
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil

Tabel 1. Sayarat Tumbuh Tanaman Kakao

Persyaratan penggunaan/ Kelas kesesuaian lahan


karakteristik lahan S1 S2 S3 S4
Temeperatur (tc) - <20
25-28 20-25
32-35 >35
Curah hujan (mm) 1.500- - 1.250-1.500 <1.250
2.500 2.500-3.000 3.000-4.000 >4.000
Lamanya masa kering
1-2 2-3 3-4 >4
(bulan) kelembaban (%)
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase Sangat
Baik, Agak Terhambat,
terhambat,
sedang terhambat agak cepat
cepat
Media perakaran (rc)
Tekstur Halus,
agak Sangat halus,
- Kasar
halus, agak kasar
sedang
Bahan kasar (%) <15 15-35 35-55 >55
Kedalaman tanah (cm) >100 75-100 50-75 <50
Gambut:
Ketebalan (cm) <60 60-140 140-200 >200
Ketebalan (cm), jikaada
sisispan bahan <140 140-200 200-400 >400
mineral//pengkayaan
Kematangan saprik Sapric, hemik Hemik, fibrik fibrik
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol) >16 <16 - -
Kejenuhan basa (%) >35 20-35 <20
pH H2O 6,0-7,0 5,5-6,0 <5,5
C-organik 7,0-7,6 >7,6
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m) <1,1 1,1-1,8 1,8-2,2 >2,2
Sodisitas (xs)
Alkalinitas/ESP (%) - - - -
Bahaya sulfidic (xs)
Kedalaman sulfidic (cm) >125 100-125 60-100 <60
Bahaya erosi
Lereng (%) <8 8-16 16-30 >30
Bahaya erosi Sangat
Rendah-sedang berat Sangat berat
rendah
Bahaya banjir (fh)
Genangan F0 - F1 >F1
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan <5 5-15 15-40 >40
Singkapan batuan (%) <5 5-15 15-25 >25

Tabel 2. Hasil Matching Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kakao

Kesesuaian Lahan

Persyaratan penggunaan/ Aktual (A)


karakteristik lahan
Nilai Kelas

Temperatur (tc)

Temperatur Rerata (0C) 27-290C S1

Ketersediaan Air (wa) ;


Curah Hujan (mm/tahun) 2.500 S1

Kelembaban (%) 75-95% S3

Media Perakaran (rc) ;

Drainase Cepat N

Tekstur Halus S1

Bahan Kasar (%) 10 S1

Kedalaman Tanah (cm) 150 S1

Retensi Hara (nr) ;

KTK Liat (cmol) 9,6 S2

48,3 S1
Kejenuhan Basa (%)

pH H2O 5-7 S1

2 S1
C-Organik (%)

Toksisitas (xc)

Salinitas (dS/m) 0,5 S1

Bahaya Erosi (eh) ;

Lereng (%) 15% S2

Bahaya Erosi Sedang S2

Bahaya Banjir/genangan pada

masa tanam (fh) ;

Tinggi (cm) F0 S1

Lama (hari) <1 hari S1

Penyiapan Lahan (lp) ;


Batuan di Permukaan (%) 10 S2

Singkapan Batuan (%) 30 N

Kesesuaian lahan

Kelerengan yang begitu curam, drainase


Faktor Penghambat yang cepat, erosi membawa banyak hara
tanah turun ke daerah yang lebih rendah.

Keterangan:
a. Ppt Bogor
Jika terdapat salah satu dari kesesuian lahan tersebut tidak sesuai (N)
maka lahan tersebut tidak sesuai (N) atau jika terdapat N maka seluruh
lahan tersebut tidak sesuai karena terdpat satu N.
b. Suitability Classes According (SYS) 1991
S1 : S2 ≤ 4
S2 : S2 > dari atau S3 ≥ 3
S3 : s3 > 3 dan atau N1 ≤ 3
N1 : N1 > 3 dan ataa N2 ≤ 2
N2 : N2 > 2
Pembahasan tabel :
1. PPT Bogor
Menurut PPT Bogor lahan yang terletak dilokasi 1 (merapi) ini
memiliki kesesuaian N, maka dari itu dapat disimpulkan bahwa Lahan
tersebut tidak sesuai untuk syarat pertumbuhan tanaman kakao.

2. Suitability Classes According (SYS) 1991


Dari table tersebut dapat disimpulkan bahwa kesesuaian lahan tersebut
S2 karena S2 lebih dari 3.

B. Pembahasan
Kakao merupakan tanaman tahunan yang dapat mulai berbuah pada umur 4 tahun,
dan apabila dikelola secara tepat maka masa produksinya dapat bertahan lebih dari 25 tahun.
Dalam skala perkebunan penanaman Kakao di Indonesia dimulai pada tahun 1780 di
Minahasa selanjutnya pada tahun 1858 dikembangkan di Ambon serta Seram kepulauan
Maluku. Di Jawa penanaman Kakao berkembang secara pesat pada awal abad 19 sebagai
tanaman pengganti kopi yang rusak oleh serangan penyakit karat daun.

Dalam mempersiapkan lahan untuk penanaman Kakao, sangat penting diperhatikan


hal-hal yang menyangkut : (a) kandungan humus (bahan organik) yang ada di lahan yang
dipersiapkan untuk kebun kakao agar diusahakan tidak banyak yang hilang, (b) erosi atau
hanyutnya tanah bagian permukaan akibat air hujan hendaknya ditekan sekecil-kecilnya,
misalnya dengan membuat sengkedan / teras bagi lahan yang secara fisiografis miring, (c)
caracara pembuangan air yang berlebihan pada saat musim hujan sehingga tidak
menggenangi tanaman, (d) penguapan air dari permukaan tanah di musim kemarau dapat
ditekan, misalnya dengan pemakaian mulsa, penanaman tanaman penutup tanah dan lain
sebagainya,(e) membersihkan lahan dari rumput-rumput pengganggu tanaman, seperti alang-
alang misalnya, dan pula membersihkan lahan dari sisa-sisa akar tanaman , misalnya karena
dilakukan penggantian tanaman.

Kesesuaian lahan atau evaluasi lahan pada hakekatnya merupakan proses pendugaan
potensi sumber daya lahan untuk berbagai kegunaan dengan cara membandingkan
persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan lahan dengan sifat sumber daya yang
ada pada lahan tersebut. Fungsi kegiatan evaluasi lahan adalah memberikan pengertian
tentang hubungan antara kondisi lahan dengan penggunaannya serta memberikan kepada
perencana berbagai perbandingan dan alternatif pilihan penggunaan yang dapat diharapkan
berhasil.

Klasifikasi kesesuaian lahan menurut metode FAO (1976 dalam Siti Wakiah et al.,
2016) dapat dipakai untuk klasifikasi kesesuaian lahan kuantitatif maupun kualitatif,
tergantung dari data yang tersedia. Klasifikasi lahan kuantitatif adalah kesesuaian lahan yang
ditentukan berdasar atas penilaian karakteristik (kualitas) lahan secara kuantitatif (dengan
angka-angka) dan biasanya dilakukan juga perhitungan-perhitungan ekonomi (biaya dan
pendapatan), dengan memperhatikan aspek pengolahan dan produktifitas lahan.

Kerangka evaluasi lahan menurut FAO ini dapat dipakai untuk klasifikasi kuantitatif
maupun kualitatif tergantung dari data yang tersedia. Struktur dari sistem klasifikasi
kesesuaian lahan ini terdiri atas kategori-kategori yang merupakan tingkat generalisasi yang
bersifat menurun yaitu:

a) Ordo S : Sesuai (Suitable)

Lahan yang termasuk ordo ini adalah lahan yang dapat digunakan untuk suatu
penggunaan tertentu secara lestari, tanpa atau dengan sedikit resiko kerusakan terhadap
sumberdaya lahannya. Keuntungan yang diharapkan darihasil pemanfaatan lahan ini akan
melebihi masukan yang diberikan.

b) Ordo N: Tidak sesuai (Not Suitable)

Lahan yang termasuk ordo ini mempunyai pembatas sedemikian rupa sehingga
mencegah suatu penggunaan secara lestari.

Kesesuaian lahan pada tingkat kelas :

a) Kelas S1, Sangat Sesuai: lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang nyata terhadap
penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor pembatas yang bersifat minor dantidak akan
mereduksi produktifitas lahan secara nyata.

b) Kelas S2, Cukup Sesuai: lahan mempunyai faktor pembatas,dan faktor pembatas ini
berpengaruh terhadap produktifitasnya,memerlukan tambahan (input) masukan. Pembatas
tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani sendiri.

c) Kelas S3, Sesuai Marginal: lahan mempunyai faktor pembatas yang berat, dan faktor
pembatas ini berpengaruh terhadap produktifitasnya, memerlukan tambahan input yang lebih
besardari pada lahan yang tergolong S2. Untuk mengatasi faktor pembatas pada S3
memerlukan modal tinggi, sehingga perlu adanya bantuan atau campur tangan pemerintah
atau pihak swasta. Tanpa bantuan tersebut pertani tidak mampu mengatasinya.

d) Kelas N, Tidak Sesuai: lahan yang tidak sesuai (N) karena mempunyai faktor
pembatas yang sangat berat dan/atau sulit diatasi.
Kesesuaian Lahan pada tingkat sub kelas: kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi
sub kelas berdasarkan kualitas dan karakteristik lahan yang merupakan faktor pembatas
terberat bergantung peranan faktor pembatas pada masing-masing sub kelas. Kemungkinan
kelas kesesuaian lahan yang dihasilkan ini bisa diperbaiki dan ditingkatkan kelasnya sesuai
dengan input atau masukan yang diperlukan (Djaenudin et al., 2000 dalam Muhamad Yusuf
Hidayat, 2016).
V. PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari praktikum diatas dapat disimpulkan bahwa setiap lahan memiliki tingkat
kesesuaian yang berbeda-beda sesuai dengan syarat tumbuh dari komoditi
tanaman perkebunan yang akan dibudidayakan serta setiap lahan memiliki
syarat tumbuh tersendiri yang harus dipenuhi untuk mendukung pertumbuhan
tanaman tersebut.

B. Saran
Diharapkan kedepannya data yang akan digunakan sudah tersedia dengan lengkap agar
dapat mempermudah praktikan menganalisis data tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Ayu, I., & Heriwanto, B. K. (2018). Perlindngan Hukum Lahan Pertanian Akibat
Terjadinya Alih Fungsi Lahan di Indonesia. Jurnal Ketahanan Pangan, 122-130.
Cong, W. J.; Wang, Y. T.; Li, H.; Fang, Z.; Sun, J.; Liu, H. T.; Liu, J. T.; Tang, S.; Xu, L.
Direct Production of Biodiesel from Waste Oils with a Strong Solid Base from
Alkalized Industrial Clay Ash. Applied Energy 2020, 264 (February)

Eka fitrianingsih, 2017, Tinjauan Terhadap Alih Fungsi Tanah Pertanian ke non
Pertanian (Permukiman) di Kecamatan Tomoni Kabupaten Luwu Timur, skripsi,
fakultas hukum, universutas hasanudin Makassar.

Nasution, D., & Agus , A. (2018). Analisis Pola Sebaran Alih fungsi lahan Menggunakan
Aplikasi Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis Di Kecamatan
Depok Kabupaten Sleman Tahun 2007 Dan Tahun 2017. Skripsi thesis,
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Siti Wakiah, Johan Rombang, Johannes Rogi, 2016, Evaluasi Lahan untuk Perencanaan
Penggunaan Lahan Perkebunan di Pulau Bacan Kabupaten Halmahera Selatan,
Agri-SosioEkonomiUnsrat,Volume 12 Nomor 2A, Juli 2016 : 377 - 382.

M. Yusuf Hidayat, 2016, Evaluasi Kesesuaian Lahan Perkebunan Dan Struktur


Klasifikasi Lahan Perkebunan, Repositori.umy.
Zuhri, Mursid. (2018). Alih Fungsi Lahan Pertanian di Pantura Jawa Tengah (Studi Kasus
Kabupaten Brebes). Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, 16(1), 119-130.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai