Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TERRESTRIAL

PENGENALAN ALAT ALAT LABORATORIUM EKOLOGI

Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Ekologi Terestrial

Dosen Pengampu : Rahmat Taufiq Muatahiq Akbar, S.SI, M.I.L

Isma Dwi Kurniawan, M.Sc

Penyusun : Salma Humairo (1227020063)

Kelompok 6 B2

Sani Sofi 1227020065

Tatang Hernawan 1227020074

Vutri Suci 1227020079

Yasmin Fajrin 1227020080

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2023 M /1445 H
Praktikum ke-1

PENGENALAN ALAT ALAT LABORATORIUM EKOLOGI

Hari/Tanggal : Selasa, 19 Maret 2024

Waktu : 09.00-12.00 WIB

Tempat : Lab Instruksional 1 Biologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung

I. PENDAHULUAN
1.1. Tujuan
1. Mengenal alat-alat ekologi.
2. Mengetahui nama, fungsi dan cara penggunaan dari setiap alat
1.2. Dasar Teori
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan timbal balik antara
organisme atau kelompok organisme dengan lingkungan sekitarnya. Sekarang ekologi
lebih dikenal seumpama ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi alam. Bahkan
ekologi dikenal sebagai ilmu yang mempelajari rumah tangga dalam makhluk hidup
(Widodo, 2021). Menurut (Siahaan, 2017), ekologi adalah cabang ilmu pengetahuan
yang mencari tahu korelasi antar organisme dan makhluk hidup dengan lingkungan
sekitarnya. Prinsip-prinsip ekologi dapat menjelaskan dan memberikan interpretasi
dalam mencari jalan untuk menggapai kehidupan yang lebih layak (Widodo, 2021).
Wilayah kerja ekologi yang sangat luas akhirnya mengelompokkan
penelitiannya ke bagian dan wilayah kerja tertentu. Studi ekologi tumbuhan dan hewan
dikelompokkan menjadi dua, yaitu sinekologi dan autekologi. Sinekologi adalah studi
yang mengkaji kelompok kelompok organisme sebagai satu kesatuan. Sedangkan
autekologi adalah studi yang mengakaji tentang hubungan timbal balik satu jenis
organisme dengan lingkungannya (Widodo, 2021). Secara umum ekologi dibagi
menjadi 3 yaitu: ekologi terestrial, ekologi akuatik dan buatan manusia yang terbentuk
oleh komponen biotik dan abiotik. Ekologi terestrial adalah cabang ilmu yang
mempelajari interaksi yang melibatkan organisme dan lingkungan yang berada di
dataran rendah dan dataran tinggi (Sholihah, 2020).
Ekosistem daratan atau terestrial merupakan wilayah daratan (terestrial) yang
dibatasi oleh keadaan iklim, curah hujan, letak geografis dan garis lintang. Lingkungan
daratan berbeda dengan perairan yang mengacu pada beberapa faktor yaitu,
kelembapan yang bermanfaat bagi transpirasi tanaman dan penguapan air, sirkulasi
udara yang cepat, tanah tidak konstan yang menyebabkan hambatan pergerakan, dan
tanah sebagai sumber unsur hara yang vital. Faktor-faktor ini termasuk dalam dua
kategori utama yaitu faktor iklim dan substrat. Variasi iklim yang disebabkan oleh
distribusi radiasi matahari yang tidak seragam. Faktor abiotik daerah terrestrial adalah
kelembaban, suhu, cahaya dan tanah (Balasubramanian, 2016).
Komponen abiotik dalam ekosistem akan selalu memengaruhi bahkan
dipengaruhi oleh komponen abiotik. Seperti halnya yang kita ketahui bahwa abiotik
termasuk kedalam kelompok benda mati baik berupa energi ataupun materi yang
terdapat di ekosistem. Komponen abiotik pada ekosistem terrestrial dan akuatik tidak
sepenuhnya memiliki kesamaan. Misalnya pada ekosistem terrestrial, tanah yang
memiliki peran sebagai substrat utama yang menjadi tempat tumbuh, bertumpu dan
juga tempat hidup yang ada di lingkungan daratan, sehingga parameter abiotiknya
adalah, temperatur, kelembaban, pH, intensitas cahaya (Utami, 2020)
Alat yang dipakai dalam praktikum ini berbeda dengan alat praktikum lainnya,
diantaranya dalah, anemometer, soil tester, lux meter, haga meter, klinometer, corong
berlase tullgren, saringan bertingkat dan lain-lain. Tujuan dari praktikum ini adalah
untuk mengetahui, fungsi, cara kerja dan prinsip kerja alat-alat yang digunakan dalam
praktikum ekologi terrestrial. Alasan pentingnya dilakukan pengenalan alat-alat
laboratorium adalah agar dapat diketahui cara penggunaannya dengan benar dan
meminimalisir kesalahan saat menggunakannya. Hal ini penting agar pada saat
penelitian data yang diperoleh pun akurat, data yang akurat dapat meningkat kualitias
penelitian seseorang. Untuk itu penting bahwa harus mengenal terlebih dahulu nama
alat serta sepsifikasi alat tersebut dan harus mengetahui prinsip kerjanya juga.
Dalam bidang ekologi, pengenalan alat laboratorium merupakan hal yang
penting sebagai upaya mendukung kegiatan praktikum dan penelitian. Praktikum
merupakan kegiatan yang dilakukan mahasiswa yang membutuhkan keterampilan
dalam menggunakan alat dan menganalisis hasil praktikum. Kegiatan praktikum tidak
hanya dilakukan di dalam ruangan saja, namunjuga dapat dilakukan di luar ruangan
(Murti, 2022). Dilihat dari penggunaan alat yang umum digunakan, ada yang manual
dan ada pula yang digital. Dibandingkan dengan alat digital, alat manual biasanya
memiliki teknik penggunaan jangka panjang. Namun, alat digital juga mempunyai
kelemahan, antara lain: Karena sensitivitasnya yang tinggi, penggunaannya harus hati-
hati dan secara ekonomi lebih mahal dibandingkan perkakas manual (Mansur, 2013).
Alat-alat ekologi yang termasuk ke golongan alat digital yaitu, anemometer, soil
tester, hagameter, lux meter, dan klinometer. Semua alat-alat ini memiliki fungsi yang
berbeda-beda. Anemometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur dan
menetukan laju kecepatan angin, anemometer harus diletakkan di luar atau ditempat
terbuka. Jenis anemometer yang sering diguanakn biasanya adalah anemometer cup
karena cara penggunaannya yang mudah dan sederhana (Samsinar, 2021). Klinometer
adalah alat yang digunakan untuk mengukur sudut elevasi yang dibentuk diantara garis
datar dengan sebuah garis yang menghubungkan satu titik pada garis datar dengan titik
puncak suatu objek. Sedangkan contoh alat yang manual adalah saringan bertingkat dan
corong berlase tullgren.
Kondisi ekosistem yang sering menghadapi rintangan yang menyebabkan
berubahnya habitat serta formasi makhluk hidup didalamnya. Semakin banyak
rintangan maka peranan ekologi semakin diperlukan. Pengambilan data biotik dan
abiotik serta analisisnya maka akan diperlukan guna untuk mengukur seberapa besar
Tingkat kerusakan dan pendataan keanekaragaman hayati yang tersisa (Utami, 2020).

II. METODE
2.1. Alat dan Bahan
2.1.1. Alat
No Nama Alat Ukuran Jumlah
1 Anemometer 1 Buah
2 Klinometer 1 Buah
3 Hagameter 1 Buah
4 Meteran 1 Buah
5 Soil Tester 1 Buah
6 pH Meter 1 Buah
7 Lux Meter 1 Buah
8 Thermometer 1 Buah
9 Kompas 1 Buah
10 Saringan Bertingkat 1 Buah
11 GPS 1 Buah
12 Teropong Binokular 1 Buah
2.1.2. Bahan
No Nama Bahan Konsentrasi Jumlah
1 Aquades - Secukupnya
2 Tissue - Secukupnya
2.2. Cara Kerja

Alat-alat Ekologi Terestrial

- Memprhatikan cara kerja alat-alat yang diperagakan dan


langsung mempraktekkannya

Hasil

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Hasil
Tabel 1. Alat-alat Ekologi Terestrial
No Gambar Nama Alat Fungsi
1 Anemometer Mengukur Arah dan
Kecepatan Angin

(Dok Pribadi, 2024)


2 Klinometer Mengukur sudut elevasi
atau kemiringan

(Dok Pribadi, 2024)


3 Hagameter Mengukur krtinggian dari
ujung suatu objek

(Dok Pribadi, 2024)


4 Meteran Mengukur panjang atau
luas suatu objek, atau suatu
bidang

(Dok Pribadi, 2024)


5 Soil Tester Mengukur pH tanah dan
kelembaban di dalam tanah

(Dok Pribadi, 2024)


6 pH Meter Mengukur pH atau ke
asam-basaan objek

\
(Dok Pribadi, 2024)
7 Lux Meter Mengukur intensitas
cahaya

(Dok Pribadi, 2024)


8 Termometer Mengukur suhu

(Dok Pribadi, 2024)


9 Sringan Bertingkat Menyaring atau
memisahkan antaramaterial
yang besar dan kecil

(Dok Pribadi, 2024)


10 GPS Mengarahkan lokasi, arah
suatu tempat

(Dok Pribadi, 2024)


11 Kompas Untuk menentukan arah
mata angin

(Dok Pribadi, 2024)


12 Teropong Untuk melihat objek atau
Binokular keadaaan dari jarak jauh.

(Dok Pribadi, 2024)


Tabel 2. Pengukuran Lingkungan Abiotik
Ulangan
No Parameter Rata-rata Keterangan
1 2 3
1 Intensitas 1102 1453 1124 1226 lux Kondisi cuaca
Cahaya (lux) (gelap) (gelap) (gelap) (gelap) cerah, berawan di
1595 1533 1808 1645 lux tempat yang
(terang) (terang) (terang) (terang) kurang terpapar
dan terpapar
langsung sinar
matahari
2 Kecepatan Titik 1 Titik 2 Titik 3 3,16 m/s Berangin di kisaran
Angin (m/s) 0,93 m/s 0,93 m/s 1,3 m/s normal 0,1 m/s –
0,5 m/s
3 Kelembaban 40% 65% 30% 45% Tanah kurang
Tanah (%) lembab kisaran
normal 50% - 70%
4 pH Tanah 6,8 6,6 6,6 6,6 pH ideal di kisaran
6,5 – 7,8
5 Suhu Tanah D : 26 D : 27 D : 27 D : 27 Suhu optimal
P : 28 P : 32 P : 30 P : 30 ditempat yang
kurang terkena
paparan sinar
matahari D
(dingin) dan P
(panas)
6 Suhu Udara 94,4 94,2 93,9 94 Panas normal di
kisaran 68-77 F

3.2.Pembahasan
3.2.1. Pembahasan Tabel Pengenalan Alat Ekologi
1. Anemometer
Anemometer adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur atau
menentukan kecepatan angin. Anemometer merupakan salah satu instrument
yang sering digunakan oleh Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika
(BMKG). Anemometer merupakan sensor angin untuk mengukur kecepatan
angin di sekitarnya dan juga banyak digunakan pada stasiun pengukuran
cuaca (Samsinar, 2021).
2. Klinometer
Klinometer merupakan alat untuk mengukur sudut elevasi yang dibentuk
antara garis datar dengan sebuah garis yang menghubungkan sebuah titik pada
garis datar tersebut dengan titik puncak suatu objek. Cara kerja klinometer
dengan cara pengamat berdiri berjarak diantara objek yang ingin dilihat, lalu
mengamati dri sudut kemiringannya (Syahrudi, 2019).
3. Hagameter
Hagameter untuk mengukur tinggi pohon dengan cara menentukan jarak men
datar antara pengamat dengan pohon, menyesuaikan bilah ukur yang sesuai
dengan jarak pembidikan. Bidikan pertama terarah kempucuk pohon
kemudian bidikan kedua kearah pangkal pohon.
4. Meteran
Meteran sangat sering ditemukan dimana-mana, meteran adalah alat untuk
mengukur panjang dan luas suatu objek atau bidang, misalnya mengukur liuas
tanah yang akan digunakan sebagai tempat peneliatian, dan cara kerjanya
yang juga sangat mudah, derngan cara membentangkan meteran ke bidang
yang ingin diukur.
5. Soil Tester
Soil tester adalah alat untuk mengukur kelembaban dan pH tanah. Alat ini
berbentuk kerucut, cara kerjanya adalah dengan cara, menusukkan alat ke
permukaan tanah hingga mengenai sensor, lalu pada bagian layar akan keluar
berapa hasil dari pengukurannya. Alat ini termasuk alat konvensional.
6. pH Meter
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau tingkat kebasaan yang dimiliki oleh suatu objek. Karena pH
berdampak dalam penyerapan unsur nutrisi yang diperlukan organisme lain.
Cara penggunaan pH meter adalah sensor dicelupkan ke dalam air lalu nilai
pH akan keluar di layer (Ibadarrohman, 2018).
7. Lux Meter
Lux meter adalah alat untuk mengukur tingkat pencahayaan di sebuah lokasi.
Alat ini bersifat digital, cara kerjanya adalah mengubah cahaya energi
menjadi listrik, sensor cahaya akan menangkap sumber cahaya dan diukur
intensitasnya. Cara penggunaanya adalah langkah pertama menekan tombol
on, lalu pilih kisaran range yang dijadikan sebagai patokan. Kemudian
poastikan sensor mengarah ke tempat yang strategis sehingga menghasilkan
hasil yang akurat.
8. Termometer
Termometer adalah alat yang sering digunakan untuk mengukur temperatur
suhu ataupun mengukur perubahan suhu antara satu wilayah dengan wilayah
yang lain. Macam-macam thermometer ada beragam, yaitu ada termometer
digital, termometer raksa. Cara penggunaanya jika menggunakan termometer
raksa cukup di celupkan atau di tanamkan ke objek yang ingin diketahui
suhunya, dan jika menggunakan thermometer digital cukup di arahkan ke
objek yang akan di ukur suhunya, setelah itu nanti akan keluar nilai suhu objek
tersebut.
9. GPS
GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan
penentuan posisi yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. Sistem ini
didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi serta informasi
mengenai waktu, secara berkesinambungan di seluruh dunia tanpa bergantung
waktu dan cuaca bagi banyak orang. Saat ini GPS sudah banyak digunakan
orang di seluruh dunia dalam berbagai bidang aplikasi yang menuntut
informasi tentang posisi, kecepatan (Perkasa 2019). Cara penggunaan GPS
adalah dengan cara alatnya dhidupkan terlebih dahulu, lalu ada beberapa
tombol untuk memilih menu yang kita inginkan,
10. Saringan Bertingkat.
Saringan bertingkat adalah alat untuk memisahkan antara material yang
berukuran besar dan kecil, serta bisa untuk menyaring artrophoda tanah. Cara
penggunaannya sangat mudah yaitu dengan cara, mamsukkan secukupnya
tanah ke dalam saringan pertama lalu goyangkan dan nanti akan terpisah
antara material yang berukuran besar dan kecil serta artrophodnya.
11. Kompas
Kompas merupaka suatu alat atau navigasi untuk menunjukkan arah mata
angin.
12. Teropong Binokuler
Teropong Binokuler adalah alat yang digunakan untuk memperbesar objek
yang jauh melalui sarana lensa, terdapat dua lensa pada teropong binokuler.
Dikatakan binokular karena hasil bayangan tidak terbalik seperti teleskop.
3.2.2. Pembahasan Tabel Pengukuran Lingkungan Abiotik
Faktor abiotik merupakan faktor eksternal yang mendorong proses
peertumbuhan organisme yang ada di lingkungan tersebut. Faktor abiotik
lingkungan mencakup intensitas cahaya, suhu, kelembaban, pH, suhu, serta unsur
hara yang tersedia didalam tanah. . Dari beberapa faktor diatas intensitas cahaya
merupakan faktor utama yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan. Selain itu, intensitas cahaya secara tidak langsung juga
memengaruhi unsur lainnya, seperti suhu dan kelembaban (Jayadi, 2015).
Berdasarkan hasil pengukuran pada tebel 2 rerata intensitas cahaya di wilayah
gelap 1226 lux dan terang 1645 lux sangat terlihat perbedaannya, dikarenakan
pada wilayah terang terkena cahaya matahari secara langsung.
Jayadi (2015) juga menyatakan bahwakomdisi kelembaban yang tinggi,
akan menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme tanah
menjadi optimal, sehingga proses dekomposisi serasah juga mejadai lebih cepat.
Banyaknya bahan organik hasil dari dekomposisi serasah menyebabkan warna
tanah menjadi cenderung kecoklatan. Berdasarkan data yang didapatkan rerata
kelembaban tanah sebesar 45% saja jauh dari kisaran normal kelembaban tanah,
artinya keadaan tanah di lokasi ini tanah tidak terlalu lembab.
Selain kelembaban, suhu juga termasuk kedalam aspek abiotik bagi
organisme sekitarnya. Kisaran suhu tanah normal pada kedalama 3 cm adalah
26,5-27,5 ºC. Berdasarkan data rerata suhu tanah 27ºC, sedangkan suhu udara
dalam derajat farenheit 94 F. suhu dan kelembaban tanah bervariasi
menyesuaikan dengan posisi, dan kedalaman tanah. Suhu tanah mengalami
penurunan jika makin bertambahnya kedalaman, sebaliknya kelembaban akan
mengalami peningkatan seirung dengan peningkatan kedalaman tanah. Fluktuasi
suhu dan kelembaban tanah akan menyesuaikan dengan posisi topografi,
kedalaman tanah dan kerpatan (Cahyaningprastiwi, 2021)
IV. KESIMPULAN
Alat-alat yang sering digunakan dalam prakrtikum ekologi akuatik adalah: GPS,
klinometer, hagameter, lux meter, anemometer, soil tester, pH meter, saringan bertingkat,
meteran Kompas dan termometer. Setiap alat memeliki kegunaan dan cara kerjanya
masing-masing serta spesifikasi dan prinsip kerja yang berbeda-beda.

DAFTAR PUSTAKA

Balasubramanian, A. (2016). Ecology of Terrestrial. University of Mysoe.

Cahyaningprastiwi, S. R Karyati, dan Sarminah, S (2021). Suhu dan Kelembaban Tanah Pada
Posisi Topografi Dan Kedalaman Tanah Berbeda Di Taman Sejati Kota Samarinda.
Jurnal Agrifor. Vol. 20. No 2.

Ibadarrohman, Salahuddin, N. S., & Kowanda, A. (2018). Sistem Kontrol dan Monitoring
Hidroponik berbasis Android. STMIK ATMA LUHUR Pangkalpinang, 8–9.

Jayadi, E. M. (2015). Ekologi Tumbuhan. Cetakan Pertama. Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Mataram. Mataram

Mansur, M (2013). Penelitian Ekologi Nepenthes Di Laboratorium Alam Hutan Gambut


Sabangau Kereng Bangkirai Kalimantan Tengah. Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia: Bogor

Murti, W. (2022) Pengaruh Penggunaan Buku Pedoman Praktikum Ekologi Tumbuhan


Terhdap Hasil Belajar Mahasiswa, Jurnal BINOMIAL: Jurnal Pendidikan Biologi,
5, 13-24

Perkasa, P (2019). Penggunaan Global Positioning System (GPS) Untuk Dasar Survey Pada
Mahasiswa. Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejurusan BALANGA. Vol,7 No.1.

Samsinar, R. Septian, R dan Fadinoli. (2021). Alat Monitoring Suhu Kelembaban dan
Kecepatan Angin dengan Akusisi Database Berbasis Raspberry Pi. RESISTOR
(Elektronika Kendali Telekomunikasi Tenaga Listrik Komputer) Vol. 3 No. 1.

Sholihah, F, N & Prihatiningtyas, S. (2020) Miniatur Ekosistem Sebagai Media Pembelajaran


Ekologi Dasar. LPPM Universitas KH.A. Wahab Hasballah.
Siahaan, N. H. T. (2017) ‘Faktor-Faktor Spektakuler Penyebab Masalah Ekologi antara
Dominasi Hasrat dan Kekaburan Peran Sistem Hukum’, Jurnal Hukum &
Pembangunan, 17(6), p. 596.vol 17.no 6.1389.

Syahrudi, (2019). Penggunaan Klinometer Sebagai Pendukung Penguatan Konsep Siswa


Tentang Perbandingan Trigonometri, Indonesian Digital Journal of Mathematics
and Education, 6(1) 612 – 619.

Widodo, D dkk (2021). Ekologi dan Ilmu Lingkungan. Yayasan Menulis Kita : Malang

Utami, I dan Putra, I. L. I (2020). EKOLOGI KUANTITATIF; Metode Sampling dan Analisis
Data Lapangan. Penerbit K-Media : Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai