MATA KULIAH
KESUBURAN TANAH
Disusun Oleh
Rizki Septian Anwar
J3T112052
LAPORAN PRAKTIKUM
MATA KULIAH
KESUBURAN TANAH
Dosen :
Budi Nugroho, Dr, Ir, M.Si.
Disusun Oleh
Rizki Septian Anwar
J3T112052
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................1
KATA PENGANTAR.............................................................................................3
I. PENDAHULUAN................................................................................................5
1.1 LATAR BELAKANG ..................................................................................5
1.2 TUJUAN........................................................................................................6
II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................7
2.1 Profil Tanah....................................................................................................7
2.2 Ciri-Ciri Tanah Muda, Tanah Berkembang, dan Tanah Tua.........................8
2.3 Faktor-Faktor Pembentukan Tanah................................................................9
III. METODE KERJA............................................................................................11
3.1 WAKTU DAN TEMPAT............................................................................11
A. Waktu pelaksanaan....................................................................................11
B. Tempat pelaksanaan ................................................................................12
3.2 ALAT DAN BAHAN .................................................................................12
A. Alat dan bahan yang digunakan ...............................................................12
3.3 MEDOTE PELAKSANAAN.......................................................................12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................13
4.1 HASIL .........................................................................................................13
4.2 PEMBAHASAN .........................................................................................15
4.2.1 Profil I.......................................................................................................15
4.2.2 Profil 2.......................................................................................................15
4.2.3 Profil 3.......................................................................................................16
4.2.4 Profil 4.......................................................................................................17
V. KESIMPULAN.................................................................................................17
I. PENDAHULUAN..............................................................................................19
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................19
1.2 TUJUAN .....................................................................................................19
II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................20
III. METODE KERJA............................................................................................22
3.1 WAKTU DAN TEMPAT............................................................................22
A. Waktu pelaksanaan....................................................................................22
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
laporan praktikum mata kuliah Kesuburan Tanah.
Tujuan pembuatan laporan ini sebagai tugas mata kuliah Kesuburan
Tanah. Sebagai bahan refrensi, saya mengambil beberapa sumber literatur berupa
buku dan informasi dari internet.
Saya menyadari masih banyak kekurangan dari materi dan penyajian
laporan ini. Karena itu, saya dengan senang hati menerima kritik dan saran dari
pihak manapun.
Saya berharap laporan ini dapat bermanfaat sebagai informasi yang bisa
menambah wawasan bagi para pembaca, khususnya saya sendiri sebagai penulis.
Akhirnya, saya berdoa kepada Tuhan YME, semoga laporan ini dapat menjadi
amal sholeh yang diterima oleh-Nya, Amien Ya Robbal Alamien.
LAPORAN PRAKTIKUM
MATA KULIAH
KESUBURAN TANAH
PROFIL TANAH
Disusun Oleh
Rizki Septian Anwar
J3T112052
I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai
tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran, penopang tegak tumbuhnya
tanaman, dan menyuplai kebutuhan air dan udara. Secara kimiawi berfungsi
sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik
sederhana dan unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn,
B, Cl), dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang
berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu
tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu
menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik
tanaman pangan, tanaman obatobatan, industri perkebunan, maupun kehutanan.
Tanah berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran, penyedia
kebutuhan primer tanaman (air, udara, dan unsur-unsur hara), penyedia kebutuhan
sekunder tanaman (zat-zat pemacu tumbuh: hormon, vitamin, dan asam-asam
organik; antibiotik dan toksin anti hama; enzim yang dapat meningkatkan
kesediaan hara), dan sebagai habitat biota tanah, baik yang berdampak positif
karena terlibat langsung atau tak langsung dalam penyediaan kebutuhan primer
dan sekunder tanaman tersebut, maupun yang berdampak negatif karena
merupakan hama dan penyakit tanaman.
Dalam pertanian, tanah diartikan lebih khusus yaitu sebagai media
tumbuhnya tanaman darat. Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan bercampur
dengan sisa bahan organik dan organisme (vegetasi atau hewan) yang hidup di
atasnya atau di dalamnya. Selain itu di dalam tanah terdapat pula udara dan air.
Oleh karena itu dalam definisi ilmiahnya tanah (soil) adalah kumpulan dari benda
alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari
campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara, dan merupakan media
untuk tumbuhnya tanaman. Tanah (soil) berbeda dengan faktor-faktor lahan (land)
karena lahan meliputi tanah beserta faktor-faktor fisik lingkungannya seperti
lereng, hidrologi, iklim dan sebagainya.
Pengetahuan mengenai keadaan, sifat dan struktur tanah dapat dilakukan melalui
pengamatan profil tanah. Profil adalah irisan vertikal tanah hingga ke lapisan
horisonnya. Pengetahuan mengenai keadaan, sifat dan struktur tanah sangat
penting untuk dimiliki sebagai acuan dalam menentukan pemanfaatan tanah
tersebut. Berdasarkan uraian diatas, maka pengamatan profil tanah perlu di
lakukan mengingat besarnya manfaat tanah bagi kehidupan kita sehari-hari serta
terdapatnya berbagai jenis tanah yang memiliki jenis penggunaan yang berbeda.
1.2 TUJUAN
Tujuan dari pengamatan profil tanah adalah untuk mengetahui sifat-sifat
fisik, kimia, dan biologi pada jenis tanah tertentu pada tiap lapisan, serta faktorfaktor yang mempengaruhinya.
pertumbuhan, yang pada prinsipnya terkait dengan kebutuhan air tanaman (Ali,
1995).
2.2 Ciri-Ciri Tanah Muda, Tanah Berkembang, dan Tanah Tua
Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan maka bahan induk
tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda (immature atau young soil),
tanah dewasa (mature soil) dan tanah tua (old soil). Menurut Hardjowigeno, 2007,
perubahan bahan induk tanah dapat dijelaskan sebagai berikut : Tanah muda :
Pada tingkat ini proses pembentukan tanah terutama berupa proses pelapukan
bahan organik dan bahan mineral, pencampuran bahan organik dan bahan mineral
di permukaan tanah dan pembentukan struktur tanah karena pengaruh bahan
organik tersebut. Hasilnya adalah pembentukan horizon A dan horizon C. Sifat
tanah masih didominasi oleh sifat-sifat bahan induknya.
Termasuk tanah muda adalah jenis tanah Entisol (Aluvial, Regosol).
Tanah dewasa biasa juga disebut tanah berkembang: Dengan proses yang lebih
lanjut maka tanah-tanah muda dapat berubah menjadi tanah dewasa yaitu dengan
proses pembentukan horizon B. Horizon B yang terbentuk adalah horizon B yang
masih muda (Bw) sebagai hasil dari proses alterasi bahan induk (terbentuk
struktur tanah, warna lebih merah dari bahan induk) atau ada penambahan
bahanbahan tertentu (liat, dan lain-lain) dalam jumlah sedikit dari lapisan atas.
Pada tingkat ini tanah mempunyai kemampuan berproduksi tertinggi, karena
unsur-unsur hara di dalam tanah cukup tersedia, akibat pelapukan mineral dan
pencucian unsur hara belum lanjut. Jenis tanah yang termasuk dalam tingkat ini
antara lain Inceptisol (Latosol Coklat, dan lain-lain), Andisol, Vertisol, Mollisol,
dan sebagainya.
Tanah tua : Dengan meningkatnya umur maka proses pembentukan tanah
berjalan lebih lanjut, sehingga terjadi perubahan-perubahan yang nyata pada
horizon A dan B dan terbentuklah horizon-horizon A, E, EB, BE, Bt, (Bs), (Bo),
BC dan lain-lain. Di samping itu, pelapukan mineral dan pencucian basa-basa
makin meningkat sehingga tinggal mineral-mineral yang sukar lapuk di dalam
tanah dan tanah menjadi kurus dan masam. Jenis-jenis tanah tua tersebut adalah
tanah Ultisol (Podsohik Merah Kuning) dan Oxisol (Laterit).
b. Sistem drainase/pengaliran
Daerah yang drainasenya jelek seperti sering tergenang menyebabkan tanahnya
menjadi asam.
5. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat pelapukan dan
pencucian yang terus menerus. Oleh karena itu tanah akan menjadi semakin tua
dan kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami
pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena
proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah berubah
berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua. Lamanya waktu
yang diperlukan untuk pembentukan tanah berbedabeda. Bahan induk vulkanik
yang lepas-lepas seperti abu vulkanik memerlukan waktu 100 tahun untuk
membentuk tanah muda, dan 1000 10.000 tahun untuk membentuk tanah
dewasa. Menurut Aditya, proses pembentukan tanah dibagi menjadi empat tahap,
yaitu :
1). Batuan yang tersingkap ke permukaan bumi akan berinteraksi secara langsung
dengan atmsosfer dan hidrosfer. Pada tahap ini lingkungan memberi pengaruh
terhadap kondisi fisik. Berinteraksinya batuan dengan atmosfer dan hidrosfer
memicu terjadinya pelapukan kimiawi.
2). Setelah mengalami pelapukan, bagian batuan yang lapuk akan menjadi lunak.
Lalu air masuk ke dalam batuan sehingga terjadi pelapukan lebih mendalam. Pada
tahap ini di lapisan permukaan batuan telah ditumbuhi calon makhluk hidup.
3). Pada tahap ke tiga ini batuan mulai ditumbuhi tumbuhan perintis. Akar
tumbuhan tersebut membentuk rekahan di lapisan batuan yang ditumbuhinya. Di
sini terjadilah pelapukan biologis.
4). Di tahap yang terakhir tanah menjadi subur dan ditumbuhi tanaman yang
ralatif besar.
III. METODE KERJA
3.1 WAKTU DAN TEMPAT
A. Waktu pelaksanaan
Praktikum ini dilaksanakan pada hari jumat pukul 07.00 s/d 10.00 WIB.
B. Tempat pelaksanaan
Praktikum ini dilaksanakan di kebun percobaan Cikabaya IPB Dramaga.
3.2 ALAT DAN BAHAN
A. Alat dan bahan yang digunakan
Cangkul 2 buah
Pisau yang tajam 1 buah
Ember 1 buah
Air secukupnya
Meteran
Alat tulis menulis
Buku Munsell
3.3 MEDOTE PELAKSANAAN
1. Diawali dengan mempersiapkan semua alat yang diperlukan, lalu pembagian
lokasi kerja untuk masing-masing kelompok
2. Dilakukan pencangkulan tanah yang akan diamati, dengan kedalaman kurang
lebih 1-1,5 meter dari permukaan tanah
3. Lakukan penyegaran terhadap tanah yang sudah dicangkul dengan cara
mengiris tanah menggunakan pisau
4. Lakukan pengamatan terhadap perbedaan horizon tanah yang tampak, lalu
buat garis pada pembatas untuk masing-masing horizon yang telah diamati
untuk menentukkan kedalaman lapisan
5. Lakukan pengamatan terhadap batas horizon, warna per lapisan, struktur,
tekstur, sesuai dengan data yang ada pada lembar profil yang telah disipakan.
6. Isi data tadi, ke dalam data profil yang telah disiapkan dan buiat identitas diri
pemeta dan lokasi yang dipetakan.
I
0-20
II
20-43
III
43-85
IV
85-110
V
110-
Lapisan
Warna
5 YR
2,5 YR 3/6
2,5 YR 4/4
5 YR 4/6
seterusnya
5 YR 4/6
(Munsell)
Dark
Red
Dark Red
Redish
Yellow
Brown
Wish Red
Redish
Tekstur
Brown
Liat
Lempung
Lempung
Lempung
Lempung
Struktur
Berdebu
Sangat
berliat
kasar
berdebu
halus
halus
Sedang
Konsistensi
halus
Lekat
teguk
Sangat
Lekat
Teguk
Akar
gembur
Halus,
Halus,
gembur
Halus,
gembur
Halus,
Halus,
sedang
sedang,
sedang,
sedang,
sedang,
kasar
kasar
kasar
kasar
kasar
I
0-20
II
20-43
III
43-78
IV
78-96
Lapisan
Warna
5 YR
5 YR 4/4
5 YR 3/6
2,5 YR 3/6
(Munsell)
Dark
Tekstur
Brown
Lempung
Struktur
Konsistensi
berdebu
berliat
Halus
Halus
Agak
lekat Agak
Akar
gembur
teguk
teguh
Halus, sedang Halus, sedang Halus, sedang Halus, sedang
kasar
kasar
Lempung
berdebu
Kasar
Kasar
lekat Lekat sangat Lekat teguk
kasar
kasar
II
0-29
Lapisan
Warna
2,5
YR 2,5
YR 2,5
YR 2,5
(Munsell)
3/6
4/5
4/4
4/6
4/8
4/8
Dark red
Redish
Redish
Red
Red
Red
Lempung
Brown
Lempung
Brown
Lempung
berliat
Liat
Liat
berdebu
berliat
berliat
berpasi
berpasi
Struktur
Sangat
Sangat
berdebu
sedang
Kasar
r
sedang
r
Kasar
Konsistensi
halus
Lekat
halus
Agak
Lekat
Lekat
Lekat
Lekat
teguk
lekat
teguk
teguk
teguk
teguk
Halus,
gembur
Halus,
Halus,
Halus,
Halus,
Halus,
sedang
sedang
sedang
sedang
sedang
sedang
kasar
kasar
kasar
kasar
kasar
kasar
Tekstur
Akar
III
29-50
IV
50-66
V
66-78
78-115
115-
135
YR 2,5 YR 2,5 YR
II
0-23
III
23-55
IV
55-83
V
83-120
Lapisan
Warna
2,5 YR 3/6
5 YR 4/4
5 YR 4/6
5 YR 2/4
(Munsell)
Dark Red
Redish Brown
Tekstur
Struktur
Konsistensi
Sangat halus
Halus
Agak
lekat Lekat
teguk
Akar
gembur
Brown
Halus
sangat Sangat
sanagat
Brown
Halus
lekat Agak
Redish
lekat
gembur
gembur
Halus, sedang Halus, sedang Halus, sedang Halus, sedang
kasar
kasar
kasar
kasar
4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 Profil I
Profil tanah di daerah contoh1 pada kedalaman 0-20 centimeter berwarna
5YR Dark Redish Brown dengan texture liat berdebu structure tanah kelas 1
sangat sangat halus dan gumpal membulat dan konsistensinya untuk yang basah
lekat dan untuk yang lembab gembur dengan jumlah akar besar banyak, akar
sedang dan kasar sedikit. Pada kedalaman 20-43 centimeter 2.5YR 3/6 dark red
tekstur pasir berlempung struktur sangat sangat halus dan gumpal bersudut tanah
dalam keadaan basah sangat lekat dan dalam keadaan lembabnya sangat gembur
dan teguk ,jumlah akar halus nya sedang,jumlah akar sedangnya banyak dan
jumlah akar kasarnya sedikit.Pada kedalaman 43-85 memiliki warna 2.5 YR 4/4
Redish Brown texturnya liat berpasir strukturnya sangat halus,gumpal
bersudut.Pada
kondisi
basah
konsistensinya
lekat
pada
kodisi
lembab
5YR 4/6 yellow wish red.Texture lempung berdebu structure tanah kelas 2 kasar
dan gumpal bersudut. Pada kondisi basah konsistensi lekat dan pada kondisi
lembab sangat teguk. Jumlah akar halus banyak, jumlah akar sedang sedikit dan
akar kasar sedikit. Pada kedalaman 78 - 96 5 YR 3/6 red dark red. Texture
lempung structure tanah kelas 2 kasar dan gumpal bersudut. Pada kondisi basah
konsistensi lekat dan pada kondisi lembab teguk. Jumlah akar halus banyak,
jumlah akar sedang sedikit dan akar kasar sedikit.
4.2.3 Profil 3
Profil tanah di daerah contoh 3 pada kedalaman 0-29 centimeter berwarna
2,5 YR 3/6 Dark Red dengan texture lempung berdebu structure tanah kelas 2
sangat sangat halus dan gumpal besudut dan konsistensinya untuk yang basah
lekat dan untuk yang lembab teguk dengan jumlah akar besar banyak, akar sedang
banyak dan kasar sedikit. Pada kedalaman 29-50 centimeter 2.5YR 4/5 redish
brown tekstur lempung berliat, struktur tanah kelas 2 sangat sangat halus dan
gumpal bersudut dan konsistensinya dalam keadaan basah sangat lekat dan dalam
keadaan lembabnya gembur, jumlah akar halus nya sedikit, jumlah akar
sedangnya sedang dan jumlah akar kasarnya banyak. Pada kedalaman 50-66
memiliki warna 2.5 YR 4/4 Redish Brown texturnya lempung berliat berdebu,
struktur tanah kelas 2 sedang dan gumpal bersudut, konsistensinya dalam keadaan
basah lekat dan dalam keadaan lembabnya teguk, jumlah akar halus nya banyak,
jumlah akar sedangnya sedang dan jumlah akar kasarnya sedang. Pada kedalaman
66-78 memiliki warna 2.5 YR 4/6 Red texturnya berliat, struktur tanah kelas 2
kasar dan granul, konsistensinya dalam keadaan basah lekat dan dalam keadaan
lembabnya teguk, jumlah akar halus nya sedikit, jumlah akar sedangnya sedang
dan jumlah akar kasarnya banyak. Pada kedalaman 78-115 memiliki warna 2.5
YR 4/8 Red texturnya liat berpasir, struktur tanah kelas 2 sedang dan granul,
konsistensinya dalam keadaan basah lekat dan dalam keadaan lembabnya teguk,
jumlah akar halus nya sedikit, jumlah akar sedangnya banyak dan jumlah akar
kasarnya banyak. Pada kedalaman 115-135 memiliki warna 2.5 YR 4/8 Red
texturnya liat berpasir, struktur tanah kelas 1 kasar dan granul, konsistensinya
dalam keadaan basah lekat dan dalam keadaan lembabnya teguk, jumlah akar
halus nya sedikit, jumlah akar sedangnya banyak dan jumlah akar kasarnya
banyak.
4.2.4 Profil 4
Profil tanah di daerah contoh 4 pada kedalaman 0-23 centimeter berwarna
2,5 YR 3/6 Dark Red dengan structure tanah kelas 1 sangat halus dan gumpal
besudut dan konsistensinya untuk yang basah sangat lekat dan untuk yang lembab
teguk dengan jumlah akar besar sedikit, akar sedang banyak dan kasar sedikit.
Profil tanah pada kedalaman 23-55 centimeter berwarna 5 YR 4/4 Redish Brown
dengan structure tanah kelas 1 halus dan gumpal besudut dan konsistensinya
untuk yang basah lekat dan untuk yang lembab sangat gembur dengan jumlah akar
besar sedikit, akar sedang sedikit dan kasar sedikit. Profil tanah pada kedalaman
55-83 centimeter berwarna 5 YR 4/6 Yellow Redish Brown dengan structure
tanah kelas 1 halus dan prisma dan konsistensinya untuk yang basah sangat lekat
dan untuk yang lembab sangat gembur. Profil tanah pada kedalaman 83-120
centimeter berwarna 5 YR 2/4 Dark Redish Brown dengan structure tanah kelas 2
halus dan prisma dan konsistensinya untuk yang basah sangat lekat dan untuk
yang lembab gembur dengan jumlah akar halus banyak, akar sedang sedikit dan
kasar sedikit.
V. KESIMPULAN
Tanah yang berbeda lokasi akan memilki sifat fisik, kimia, dan biologis
yang berbeda pula, meskipun tanah tersebut terletak berdekatan. Ini dapat
dibuktikan dengan melihat data dari profil tanah tersebut, yang memiliki
perbedaan baik dari tekstur, warna, sttruktur, maupun konsistensinya.
LAPORAN PRAKTIKUM
MATA KULIAH
KESUBURAN TANAH
PENGAMBILAN CONTOH TANAH TIDAK TERGANGGU
Disusun Oleh
Rizki Septian Anwar
J3T112052
I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Faktor tanah merupakan salah satu faktor lingkungan yang menentukkan
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Seluruh sifat tanah baik kimia, fisik,
maupun biologi berperan dalam proses tersebut. Perbaikan sifat-sifat tanah
tersebut ke arah optimal perlu dilakukan untuk mendapatkan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman yang baik. Namun demikian perbaikan sifat-sifat tersebut
mempunyai cara dan tingkat kesulitan yang berbeda. Perbaikan sifat fisik
umumnya lebih sulit dilakukan dibandingkan sifat kimia maupun sifat biologi
tanah.
Sifat fisik tanah beragam sejalan dengan keragaman sebaran sifat tanah.
Dengan demikian sifat fisik tanah juga beragam secara vertikal dan lateral.
Sebagian besar sifat fisik tanah memerlukan sifat contoh tanah tidak terganggu
maka sifat fisik yang terukur akan bersifat sanat lokal sesuai dengan lokasi contoh
tanah tersebut diambil. Sangat sulit untuk mendapatkan contoh tanah utuh dan
agregat utuh yang refresentatif, sehingga pembatasan tanah atas dasar keragaman
faktor pembentuk tanah merupakan kunci untuk menda patkan gambaran sifat
fisiknya. Karena sifat lokal dari sifat fisik tanah makauntuk mendapatkan
gambaran sifat fisik suatu wilayah, selain pengambilan contoh tanah sesuai
dengan delineasi sifat tanah seperti diatas, juga jumlah contoh fisiknya
mencukupi. Selain hal tersebut pengambilan contoh tanah dilakukan dengan baik
dan tepat.
1.2 TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Mengetahui perbedaan bobot isi untuk masing-masing ring dan bobot kering
mutlak ring
2. Menghitung dan menetapkan kadar air setelah dipanaskan dengan suhu 105 C
3. Melakukan pengambilan contoh tanah dengan waktu dan metode yang tepat.
Lalu ambil kayu yang lain dan pelan-pelan dipukulkan pada kayu di atas ring
tadi hingga bagian masuk ke tanah.
4. Letakkan tabung yang lain yang berukuran sama di atas tabung pertama,
lakukan perlakukan seperti tabung pertama tadi sampai tabung kedua masuk
ke dalam tanah kurang lebih 2 cm.
5. Gali kedua tabung dan tanah, bersihkan tanah disekeliling tabung dan
balikkan hingga tabung 1 ada di bagian atas.
6. Potong bagian tanah dibagian ujung tabung pertama sampai rata dengan
permukkan tabungt dengan menggunakan pisau tipis yang tajam sampai rata
dan tutup dengan tutup tabung
7. Pisahkan tabung pertama dengan tabung kedua dengan hati-hati. Kadangkadang perlu mengkorek sedikit tanah yang ada pada tabung kedua hingga
mudah dilepaskan.
8. Beri kode dan nama contoh tanah dengan kertas label ditutup tabung dan
simpan dalam kotak tabung.
9. Lakukan percobaan ini samapi 5 kali.
Diameter Ring
Kode Ring
B11
4,9
94,24
B12
4,9
94,24
B13
4,8
90,43
B14
4,9
94,24
B15
(cm)
5
4,9
Tabel 1. Perhitungan volume
Volume (cm)
94,24
Bobot
Bobot
BCK
+ Bobot
Cawan
Cawan
Kosong
BT
Kosong
Utuh
(BCK)
(BKU)
(gram)
(gram)
D15
5,47
8,7
3,23
54,8
D16
4,71
9,8
5,09
-1,8
D20
4,90
8,9
25
D24
6,27
8,4
2,13
134,7
D17
5,34
8,3
2,96
68,9
105 Kering
Konsentarasi
Air (KA%)
Mutlak
(BKM)
Tabel 2. Perhitungan KA %
D16
D20
D24
D17
Kode
Bobot
Bobot
Ring
(Bobot
Kering
(BI)
Kering
Mutlak
(gram/cm)
Utuh)
Ring
(gram)
(BKM)
Tanah (gram)
(gram)
(gram)
B11
208,78
70,87
129,91
1,49
0,016
B12
200,36
71,33
129,03
2,33
0,025
B13
204,34
71,35
132,99
1,86
0,021
B14
195,09
70,85
124,24
0,96
0,010
B15
304,84
70,70
134,14
1,39
0,015
Isi
= 1,49 gram
B12
B13
B11
B11
B12
B13
B14
B11
4.2 PEMBAHASAN
Pada pengambilan contoh tanah untuk analisis fisik tanah dilakukan
beberapa tahapan. Pertama tanah yang menjadi bahan untuk pengambilan contoh
tanah dibersihkan dan diratakan permukaannya. Keadaan tanah yang dijadikan
sampel jangan terlalu kering maupun basah. Selain itu, tabung silinder besi
diletakkan tegak pada tanah tersebut lalu ditekan ke dalam. Kemudian untuk
membantu pengambilan tanah yang utuh, maka digunakan tabung lain yang
diletakkan di atas tabung pertama kemudian ditekan lebih dalam lagi sampai batas
setengah dari tabung yang kedua. Untuk mengambil tabung yang pertama, tanah
harus digali sampai kedalaman tanah lebih pada tabung pertama sehingga contoh
tanah dapat utuh. Penggalian tanah menggunakan sekop atau cangkul dan setelah
terangkat tabung kedua dipisahkan dan dibersihkan. Sedangkan pada tabung
pertama, kelebihan sisa-sisa tanah dipotong dengan menggunakan kater. Dan
dipotong sampai rata dan utuh di dalam tabung. Kemudian ditutup dengan plastik
agar kelembaban tanah terjaga. Kegiatan ini diulang sebanyak lima kali sehingga
dapat dibedakan antara contoh tanah yang satu dengan yang lain. Pengambilan
contoh tanah ini dilakukan pada satu lokasi.
Sebelum pengambilan contoh tanah dilapangan, tabung-tabung tersebut
dihitung diameter dan tingginya dengan jangka sorong. Selain itu, tabung-tabung
juga ditimbang bobotnya agar setelah mengambil contoh tanah, bobot tanah basah
dapat dihitung. Setelah tabung terisi penuh dengan tanah, maka kembali
ditimbang dan ditutup dengan plastik dari aluminium. Selanjutnya dimasukkan ke
dalam oven dengan suhu 1050C selama 24 jam. Lalu setelah 24 jam tanah tersebut
dimasukkan ke dalam desikator. Hal ini bertujuan unutk menyamakan suhu
contoh tanah dengan suhu ruangan. Contoh tanah yang dimasukkan ke dalam
desikator ditunggu (dibiarkan) selama 1 jam. Setalah 1 jam, plastik dibuka dan
ditimbang kembali dan dicatat bobot keringnya. Setelah itu tanah dibersihkan.
Faktor-faktor tang mempengaruhi kerapatan isi sebagai berikut :
a. Tekstur Tanah
Tekstur Tanah dapat diartikan sebagai penampilan visual suatu tanah
berdasarkan komposisi kualitatif dari ukuran butiran tanah dalam suatu massa
tanah tertentu. Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah.
b. Bahan Organik
Bahan organik biasanya berasal dari proses pelapukan batuan. Bahan organik
komposisinya didalam tanah memang sedikit yaitu berkisar 3%-5% tapi
pengaruhnya sangat besar terhadap perubahan sifat-sifat tanah. Bahan organik
dalam tanah terdiri atas bahan organik kasar dan bahan organik halus.
c. Struktur
Struktur tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil alami dari tanah, akibat
melekatnya butir-butir primer tanah satu sama lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ruang pori tanah adalah :
a. Kandungan Bahan Organik
b. Struktur Tanah
c. Tekstur Tanah
Dari hasil yang didapat dari percobaan ini didapatkan perbedaan tekstur
data meskipun perbedaan itu tidak begitu mencolok karena pengambilan hanya
dilakukan di lokasi yang sama, perbedaan tersebut meliputi :
a. Tekstur Tanah
Kadar air tanah bertekstur liat > lempung > pasir. Pengaruh tekstur tanah
terhadap proporsi bahan koloidal, ruang pori dan luas permukaan adsorpHtif,
yang semakin halus teksturnya akan makin banyak, sehingga makin besar
kapasitas simpan airnya.
b. Bahan Organik Tanah (BOT)
Bahan organik tanah mempunyai pori-pori mikro yang jauh lebih banyak
daripada partikel mineral tanah yang berarti luas permukaan penyerapan juga
lebih banyak sehingga makin tinggi kadar bahan organic tanah makin tinggi
kadar dan ketersediaan air tanah.
c. Kedalaman solum/lapisan tanah menentukan volume simpan air tanah. Makin
dalam maka ketersediaan dan kadar air tanah juga semakin banyak.
d. Porositas Tanah
Tanah yang memiliki poros berarti tanah yang cukup mempunyai ruang pori
untuk pergerakan air dan udara masuk-keluar tanah secara leluasa.
e. Banyaknya jumlah mikroba didalam tanah dan organisme/jasad renik.
f. Bahan mineral tanah juga dapat dijadikan faktor pembeda.
V. KESIMPULAN
Dalam pengambilan sampel tanah utuh teknik dan metode yang digunakan
harus benar dan tepat, karena tanah yang dihasilkan nanti akan diigunakan untuk
melakukan analisis dan pengukuran kadar air tanah, ruang pori tanah, kerapatan
isi, dan keutuhan tanah.
LAPORAN PRAKTIKUM
MATA KULIAH
KESUBURAN TANAH
TEKNIK PENGAMBILAN DAN PENANGANAN CONTOH TANAMAN
Disusun Oleh
Rizki Septian Anwar
J3T112052
I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Interpretasi hasil analisis tanaman tidak akan bernilai tinggi apabila
pengambilan dan penanganan serta persiapan contoh tanaman tidak dilakukan
dengan baik. Kesalahan pada tahap pengambilan contoh jaringan tanaman
menyebabkan interpretasi dan rekomendasi pemupukkan jauh dari sasaran.
Kecerobohan ini tidak hanya membuang biaya dan tenaga, tetapi juga akan
merugikan pemakai hasil tersebut, yaitu petani atau pekebun. Oleh karena itu,
dapat dikatakan bahwa tahapan paling penting dalam analisis tanaman adalah
pengambilan contoh tanaman.
Manfaat dan validasi hasil analisis jaringan tanaman tergantung dari
pendekatan realistik untuk memperoleh contoh jaringan tanaman yang
refresentatif (mewakili dari permasalahan hara tanaman yang sedang diteliti).
Mendapatkan contoh tanaman yang refresentatif dari spesies tanaman tertentu
merupakan masalah yang kompleks dan memerlukan pengetahuan yang khusus
sebelum melakukannya.
Setelah diambil sesuai dengan bagian tanaman dan umurnya, contoh tanaman
perlu ditangani dengan baik sebelum dianalisis. Penanganan tersebut meliputi :
pembersihan dari kotoran yang menempel, pengeringan atau mengehentikan
enzimatik, penggilingan dengan kehalusan yang disesuaikan dengan kebutuhan
analisis, dan pengeringan kembali sampai beratnya menjadi konstan, sebagai
standar untuk perhitungan analisis. Di samping itu, ada dua tahapan yang perlu
ditambahkan, yaitu : penyimpanan dan transportasi, serta penyimpanan dari
jaringan yang sudah digiling menjelang analisis.
1.2 TUJUAN
Untuk mengetagui dan menganalisis kebutuhan unsur hara pada tanaman
yang diteliti sehingga dap[at dilakukan pemberian unsur hara yang tepat.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Penentuan kebutuhan pupuk pada tanaman ddapat dilakukan dengan
beberapa pendekatan. Antara lain analisis tanah, percobaan screen house atau pot,
produksi buah. Analisis jaringan daun akan mempunyai arti dalam diagnosis
masalah hara apabila telah dikalibrasi dengan produksi yang dapat dipasarkan.
Tanaman Dewasa
15-25
pelepah ke-17
Karet
Daun ke-2 atau ke-3
Tanaman Dewasa
15-25
Tanaman Dewasa
15-25
Tanaman Dewasa
15-25
Tanaman Dewasa
15-25
berwarna coklat
kehijauan
Tabel 2. Perhituunggan KA % daun sampel tanaman
Nomo
r
Nama
Bobot
Bobot
Bobot
Bobot
lembab
lembab
kering
kering
KA %
total (gr)
(gr)
total (gr)
(gr)
Kelapa
1
Sawit
161,30
147,60
79,29
65,59
55,56
2
3
4
5
Kopi
Kakao
Karet
Teh
62,80
78,90
37,80
68,30
49,10
65,20
24,10
54,60
28,76
31,21
22,37
31,77
15,06
17,51
8,67
18,07
69,33
73,14
64,02
66,90
4.2 PEMBAHASAN
Untuk melihat statsu hara tanaman pada suatu areal, maka jumlah contoh
perlu mendapatkan perhatian agar contoh-contoh yang diambiil benar-benar
mewakili lokasi tersebut. Jumlah contoh yang diambil dari suatu lausan
pertanaman tergantung dari situasi dan kondisi setempat yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman, seperti homogenesis tanah dan lahan, perforemence
pertumbuhan atau produksi, dan tujuan pengambilan contoh. Sebaiknya setiap
fenomena pertumbuhan diambil satu contoh. Dalam penggambilan contoh
tanaman ada beberapa petunjuk teknis yang harus diperhatikan, yang dapat
dijadikan pegangan antara lain sebagai berikut :
1. pengambilan contoh tanaman dilakukan pada saat cuaca yang baik (calm
conditition), tidak mendung, tidak terik dan tidak hujan, cuaca cerah.
Pengambilan contoh sebaiknya diakukan diatas pukul 8 pagi dan di bawah pukul
12 siang.
2. pengambilan contoh tanaman semusim sebaiknya pada saat sebelum atau pada
saat memulainya masa reproduksi. Umumnya tidak disarankan pengambilan
contoh pada saat pengisian buah.
3. pengambilan contoh tanaman tahunan dilakukan pada awal tengan-tengah
musim pada masa siklus produksi
4. tidak meengambil contoh tanaman yang kotor oleh tanah atau debu, rusak oleh
hama atau penyakit, rusak secara fisik oleh angin dfan sebagainya, jaringan atau
daunnya mati, dan stres oleh panas aatau air.
5. Saat pengambilan contoh serta bagian tanaman yang diqambil sedapat mungkin
mengikuti yang dipersyaratkan oleh refrensi standar kadar hara, yaitu batas kritis
dan kecukupan hara tanaman, yang akan dipakai untuk interpretasi hasil analisis.
Setelah daun contoh tanaman diambil, tahapan selanjutnya adalah
pemebersihan. Kegiatan pembersihan ini meliputi : pembersihan dari tebu/tanah
yang menempel, pembersihan dari residu pestisida, fungisida, atau pupuk daun
jika ada. Kegiatan pembersihan bertujuan untuk memperlancar proses analisis
nanti. Pembersihannya dapat dilakukan dengan beberapa tindakan, yaitu :
menyikat, mengelap dengan air destilata, mengelap dengan larutan detergen (13%)
perlu diperhatikan adalah langkah dan syarat dalam menentukan sampel daun
tanaman yang akan diambil jangan sampai terjadi kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Foth, Henry.D.1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Edisi Keenam. PT. Gelora Aksara
Pratama. Jakarta.
Hanafiah,Kemas Ali. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Hartati,T.T. 2001. Perbaikan Sifat Psament Melalui Pemberian Bahan Andisol
dan Limbah Olah Sagu. Program Pasca sarjana Fakultas Pertanian.
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.(Thesis).
Poerwowidodo. 1991. Genesa Tanah : Proses Genesa dan Morfologi. CV.
Rajawali. Jakarta.
Ali, H.K. 1995. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Anonim 1, 2011. Proses Pembentukan Tanah. http://www.contohmakalah.com/
dalam www.google.com. Diakses pada 28 November 2013
Anonim 2, 2011. Faktor Pembentuk Tanah. http://elank37.wordpress.com/ dalam
www.google.com. Diakses pada 28 Nopvember 2013
Foth, D. Hendry, 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta : Gajah Mada
University.
Hardjowigeno, H. Sarwono., 2007. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta :
Akademika Pressindo.
Mulyani, M.W. dan Kartasapoetra, A.G., 1991, Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta :
PT. Bhineka Cipta.
Pandu, Aditya, 2010. Proses Pembentukan, Faktor, dan Jenis Tanah.
http://aditya-pandhu.blogspot.com/ dalam www.google.com. Diakses pada
28 November 2013
Liferdi, R. Poerwanto, dan L.K. Darusman. 2000. Studi Fenofisiologi Rambutan
(Nephelium lappaceum L).Comm. Ag.
Liferdi, R. Poerwanto, A.D. Susila, K. Idris, dan I.W. Mangku. 2008. Korelasi
Kadar Fosfor Daun dengan Produksi Tanaman Mangggis. J. Hort.